VOLUME 1
Oleh:
Diterbitkan & Didistribusikan Oleh:
© BaliWisdom.com All rights reserved. No parts of this publication may be reproduced, transmitted or stored in a retrieval system, in any form or any means, without permission in writing from BaliWisdom.com. Published by BaliWisdom.com April 2017 © Cover Image Design: Putu Yudiantara
Team Penyusun Putu Yudiantara I Putu Fitra Arwin I Made Aris Arsofia I Nyoman Aries Arthafia
Daftar Isi
i
Kata Pengantar
iii
Catatan
vii
Aji Pangleakan (Nomor Lontar: N/A)
2
Lontar Aji Wegig (Nomor Lontar: 2218)
23
Daging Sabuk (Nomor Lontar: 4569)
42
Daging Sabuk (Nomor Lontar: 4381)
59
Guna-Guna (Nomor Lontar: 4563)
101
Kluwung Geni (Lontar Nomor: 6446)
119
Pakakas (Nomor Lontar: 3647)
129
Pangeraksa Jiwa (Nomor Lontar: 4240)
192
Pangrangsukan Kawisesan (Nomor Lontar: 1383)
215
Panengen (Nomor Lontar: 537)
262
Pengiwa (Nomor Lontar: 1355)
280
Pangiwa (Nomor Lontar: 3211)
322
Pangiwa (Nomor Lontar: 3229)
362
Pangiwa (Nomor Lontar: 5167)
376
Pangiwa (Nomor Lontar: 6533)
422
Pangiwa (Nomor Lontar: N/A)
480
Pangiwa (Nomor Lontar: N/A)
504
Panestian (Nomor Lontar: N/A)
519
Sasirep (Nomor Lontar: 857)
527
Tatumbalan (Nomor Lontar: 681)
567
Om Swastiastu Om Awignamastu Nama Sidyam. Salah satu alasan terbesar masyarakat Bali dalam mempelajari warisan kebijakan
leluhurnya
adalah
sulitnya akses terhadap sumber-sumber kebijakan tersebut, dan terutama berkaitan dengan ilmu Pengiwa, sumber tertulis yang memberikan pemahaman "tangan pertama" dari ilmu ini nyaris tidak ada. Meskipun ada beberapa tulisan mengenai Ilmu Pengiwa, biasanya tulisan tersebut adalah tulisan dari pihak kedua dan ketiga yang sudah menginterpretasikan isi dari sumber aslinya. Inilah salah satu alasan kenapa Bali Wisdom akhirnya menerbitkan Buku Ensiklopedi Kiwa Tengen (Volume 1) yang didalamnya terdapat berbagai macam lontar Pengiwa dan lontar kedyatmikan lain. Lontar-lontar yang dimuat dalam buku ini merupakan referensi yang dipergunakan dalam menulis Buku Sakti Sidhi Ngucap dan Buku Lontar Tanpa Tulis.
Pada jaman dahulu, jaman dimana akses informasi dan media transportasi masih menjadi barang mewah dan sangat sulit didapatkan, maka proses belajar pun menjadi demikian sulit. Jika seseorang hendak mengetahui sebuah ilmu, maka umumnya dia akan mendatangai seorang guru yang menguasai bidang tersebut dengan menempuh perjalanan panjang selama berhari-hari, lalu selama berhari-hari berikutnya berdiam di tempat sang guru untuk menimba ilmu. Sering kali kemudian lontar adalah hasil catatan para pembelajar ini. Namun sangat berbeda halnya dengan di jaman teknologi informasi seperti sekarang, anda tidak perlu menempuh perjalanan panjang berhari-hari untuk mencari ilmu pengetahuan, anda hanya perlu mengambil gadget atau laptop lalu mengakses informasi melalui internet, selain juga media informasi seperti televisi, radio, majalah sampai buku yang sudah mulai mudah didapatkan. Belum lagi sosial media yang telah menghubungkan manusia di seluruh dunia dalam genggaman. Sisi baik dari semua ini adalah mudahnya anda mendapatkan akses informasi melalui semua sumber tersebut, dan sisi buruknya adalah bukan hanya informasi yang bermanfaat dan informasi yang mencerahkan yang akan disantap pikiran anda, sering kali informasi menyesatkan yang
dibuat hanya untuk mengeruk keuntungan personal dan jauh dari kata edukasi. Untuk bisa menyaring mana informasi yang mencerahkan dan mana informasi yang menyesatkan, dalam hal ini adalah informasi mengenai warisan kebijakan leluhur Bali, tentu anda perlu memiliki pemahaman dan akses langsung terhadap sumbersumber asli dari informasi tersebut, bukan malah menggantungkan diri pada berbagai isu dan salah persepsi turun temurun. Menyediakan anda dengan sumber informasi ini dan sekaligus berusaha menyajikan pemaparan edukatif mengenai betapa kaya dan luhurnya peninggalan kebijakan dari leluhur Pulau Dewata adalah salah satu tujuan utama dari berdirinya Bali Wisdom, dan salah satu cara mencapai tujuan itu adalah dengan penerbitan buku ini. Team Bali Wisdom adalah team swadaya yang terdiri dari sekelompok pemuda yang merasakan kerinduan dan kecintaan terhadap warisan kebijakan leluhur, dan karenanya
berusaha
mengeksplorasi
berbagai
peninggalan tersebut dengan segala keterbatasan kami. Berbagai tulisan dan publikasi Bali Wisdom, termasuk salah satunya Buku Ensiklopedi Kiwa Tengen ini merupakan persembahan penuh keterbatasan kami terhadap leluhur maupun terhadap generasi berikutnya.
Kami berharap dengan adanya sumber-sumber tertulis berupa buku yang kami terbitkan maupun publikasi alih aksara berbagai lontar yang kami sediakan di Website Bali Wisdom bisa menjadi salah satu "perangsang" untuk sesama generasi muda agar lebih mencintai budayanya sendiri. Tentu saja dengan keterbatasan kami, lebih banyak kekurangan yang bisa kami persembahkan dibandingkan dengan kepuasan, dan oleh karenanya kami mohonkan maaf yang sebesar-besanya dan kami tentunya akan terus melakukan perbaikan diri untuk bisa ngayah secara lebih optimal pada semeton sekalian. Namun, terlepas dari semua kekurangan kami, semoga kehadiran Buku Ensiklopedi Kiwa Tengen ini bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar dari yang anda harapkan. Denpasar, April 2017
Team Penyusun
Sebelum anda melanjutkan membaca buku ini, ada beberapa hal yang team penulis perlu sampaikan pada anda, diantaranya: 1. Beberapa bagian dari beberapa lontar yang disajikan di buku ini mengalami kerusakan sehigga ada tulisan yang tidak terbaca atau tidak lengkap. 2. Tidak semua lontar dilengkapi dengan rerajahan, beberapa lontar tidak menyertakan rerajahan (saat harusnya menyertakan) karena berbagai alasan; dalam suber asli koleksi Dinas Kebudayaan memang tidak menyertakan rerajahannya, rerajahan tidak terbaca dan berbagai alasan lain. 3. Buku adalah bentuk personifikasi atau perwujudan fisik dari sebuah ilmu, dan dengan menghormati buku berarti anda menghormati ilmu yang ada di dalamnya, terlebih ilmu-ilmu sakral warisan leluhur. Meski tidak harus disakralkan, namun kami sangat menyarankan anda memperlakukan buku ini dengan
penghormatan dan tidak memperlakukannya secara tidak pantas. 4. Buku ini merupakan kumpulan alih aksara lontar yang banyak diantaranya merupakan referensi pokok penyusunan Buku Sakti Sidhi Ngucap, dan tidak ada satu pun lontar yang diterjemahkan. Namun tidak menutup kemungkinan nanti akan dibuatkan versi terjemahan atau edisi lain hasil penyempurnaan. 5. Buku ini dimaksudkan sebagai sarana informasi mengenai warisan kebijakan leluhur, BUKAN panduan untuk melakukan praktik. Praktik dan pemanfaatan lebih jauh dari buku Ensiklopedi KiwaTengen ini berada di luar tanggung jawab penyusun dan penerbit. Demikian kami sampaikan. Matur suksmaning manah.
AJI PANGLEAKAN (Nomor Lontar: N/A)
IKI PINAKA DASARING PENGIWA Yan sira mahyun mangglaraken pangiwa. Iki maka pangawit gelaraken ring sarira. Iki…(tidak terbaca) pangiwa, nga, salwering pangiwa wenang iki regepakena rumuhun. Iki pinaka pasiwania. Palania siddha kahidep ta, wetu ikang sariran ta kadi iki rumuhun regepang. Butane di sarira mwah dewane di sarira, ne rumaksa ring sariran ta, dewa ring jero, bhuta ring jaba. Ika Panca Bhuta ngaran, yen di jaba mawan dengen, mwah kadi iki, Sang Hyang Iswara jumeneng ring papusuh, kahiring den ing Bhuta Putih, Sang Hyang Brahma jumeneng ring ati, iringing den ing Bhuta Bang, Sang Hyang Mahadewa jumeneng ring wengsilan kahiring den ing Bhuta Jenar, magenah ring bungkahing wungsilan, Sang Hyang Wisnu jumenng ring ampru, ingiring den ing Bhuta Ireng, magenah ring bungkahing ampru, Sang Hyang Siwa
2
jumeneng ring unduh-unduhan ing ati, ingiringing den ing Bhuta Amanca Warna. Genahnia /2a/ ring unduh-unduhan ing hati. Telas. Mangkana den ing mangregepang. Wus mangkana metu mantra Pangiwa, Mantra: Ong, 3. Ang 3, Byar metu geni saking sariranku. Enteg ring akasa Ing, 3. Idep aku Sang Hyang Wijaya Murti, rumawak ring sariranku, Heh,3. Katon dweran ing awak sariranku. Mlesat ikang geni, metu ring mukanku ka jaba hinang. Murub angarab-arab tumpang aketi. Mlesat aku ring akasa, miber aku anggagana. Mider aku angelayang, amor aku ring Sang Hyang Candra. Malih aku malesat, tumedun aku ring gunung agung. Kasor sahanan ing Durga durjana ring wak sariranku. /2b/ Hreng, 3. Apan aku suksman ing maya kabeh. Aku sarining maya kabeh. Dewa wedi ring sakti aku, bhutabhuti nembah ring aku. Mwah sahisining buawana kabeh ngeb ring aku. Nembah nungkul ring aku. Rep rep sirep ikang buwana kabeh. Ong smrem sahisining buwana. Ong Sang Hyang Geni Reka, Sang Hyang Gnitaya, Sang Hyang Cintya Gni. Apan aku mawak Hyang Brahma Wijaya 3
DAGING SABUK (Nomor Lontar: 4569) /1/ Iti Pasikepan. Sarana: Jebug arum. Rajah kadi iki. Wenang buntil. Guna lewih katon denta.
42
/2/ Iti lunga saparan, yadin amaran ing satru.
43
/3/ Iti Sang Hyang Yunara Wati ngaran, wenang pangisin sabuk, kemit tuwuh pangasih sarwa lwih. Sira luput ing pasupati, pamunah sarwa mangan, ngaran, utama dahat.
44
/4/ Iti Pasikepan. Isin sabuk wenang, ngaran Sang Hyang Singlar. Penulak desti miwah wisya.
45
/5/ Iti Sang Hyang Rupa Nulah ngaran Sakarepta wenang i ngangge iki. Pasikepan pangijeng pamunah sarwa wisya.
46
/6/ Rajah: Panca Maha Bhuta
/7/ Iti Panca Maha Bhuta ngaran, Wenang anggen pangisin sabuk, pangrep sarwa satru, pangundang bhuta, wenang pangundang dewa, mwah nakep bhuta kala wenang. OM YAM IM YWAM PHAT. Bhuta yaksa pilih kala dengen, muksah ilang sadya denku ya namah.
47
ti rajahnya Sang Hyang Raja Sanghara.
51
(Rajah No 2)
479
PANGIWA (Nomor Lontar: N/A ) Awignam Astu. Iki Sanghyang Bhuta Kapranjayan, ngaran Mantra: Ong mata mata pramata ya, yadbhuta witaya, bhuta dimahe, bhuta bang pwi romma watte, bhuta ireng wasuki, bhuta kuning Banaspatiraja, bhuta putih Krenda bayu wisesa, bhuta pati, bhuta detya kala mretyu, bhuta anarira ring kuit, bhuta mudi para, Ong dura ya dura ya, nung bhaya bhisana, Ong Hrang Hrong Hring kala mewatca, sarwa dewa tatastu, kadbhuta kala wikranti, adhumana para i ya, singha rodra murtti ta ya,sarwa dewa yatti natte, Ong, 3, Ang, 3, Ung, 3, Mang, 3, byang kremu phalabda kriya, ong tare tare ture ture, dwa dase kala bhuta ari, susukamang nganjalya ni ta, Ong mara yang mara yang, senadhi pattaye, wisnu rudra kala widhi, asuki prabhawwe shwara, brahma reshi tatasantu, karali wisahari, Ong Heng Glong ngganti muka ya, Ong Ksmung kroddha rupe kili, prahara wittaye grani, widdha
480
widdhi sayoggha ya, stiti li natha baya nam, raksa di waktra ya mohe, suraksa ya namah. Uncarana ring dina ayu, reh amusti, aywa gegah aywa wrin wrin, aywa byapara, sing saddya katmu den ta, sapangawasana katon, tguh alot siddhya phalanya, dewa asih, buta sih manusa sih, atma raksa donira, yan ipen ala uncarana, yan wang gring wehana
sga sakpel, iwak
sahananya, minantran. Iti Ratna Kumambang, reh amusti, lekasakena. Mantra: Ong jeg maya rupang ku ta ya, aku sarining hatleng, pinegeng tkeng sarira wastu, Ong sidhi sidhi rastu, A U MA I Swaha. Iti Winten Kumambang, reh amusti, andeleng ati, ingidep brahma, bang rupa, ring ampru ingidep Wisnu, ireng rupa. Luhuring ampru ingidep Iswara, putih rupa. Mantra: Brahma Iswara ya namah, Wisnu Iswara ya namah, Ong Iswara ya namah. Iti Astaka Mantra, Mantra:
481
PANESTIAN ( Nomor Lontar: N/A)
/1A/ Om Awignam Astu Nama Sidham. IKI PADESTIAN I JARAN GUYANG. Sarana: tulang jalma wulig den ing lambat, sakadi apuh bubuk. Sambehakna ring pekarangan ing wong parekin. Rehakna ring setra agung. Mantra: idep aku Ki Jaran Guyang, amasangan desti teluh tranjana, yan ana wong dewek anglangkahin srananku ring karang agung, tan ana ku desti teluh ku. Yan ing si anu, anglangkah kasyanku, kena i anu guna padestian ku. /1b/ rawuh Ki Bhuta Leak kabeh, mangarang manadah atma jiwane i anu, pagaridip manyusup ring kulit ring daging ring otot, ring tulang ring jajah, sabeh dadi upas kabeh, metu dadi gring agung, pejah i anu, tan keneng tambanin ban balian ping satak. Palwasanga, tan enot aku mandes-
519
/2a/ ti, tan not kapiyutangan, wayahta tan not manglaranin. Balian paling, taksu bungeng, Dewa kalah, taksu melesat. Sakwehing ngelekas ring karang ika mangapetpet, pejah tan kwasa tulung, poMantra:
Mwah Padestian, ngaran I CAMPUR TALOK, guna ira I Leak Calonarang. Sarana: : tulang tras janma mati, rajah kaya iki. /2b/ Om atma-tyatma, paran atma, niskala atma, Siwa atma, Sada Rudra atma, suksma atma, angalap jiwane si anu, mati ko si anu 3. Yan tan mati ko de(n)ku wastu i si anu buduh paling lara grah uyang, nyap-nyap mangumak-mangumik ulahta, ulahmu ujarta ujarmu, atinmu mendra tan ajenak, tan dadi kita amangan lawan aturu. Wong katon musuh, yan tan keneng /3a/ pati i si anu, salawasa ngrengreng tkek, apan sampun karagrahin. Aku Dewa Dalem ring kahyangan Ulun Setra, ring Sang Hyang kawitan, sampun pada asung anugraha. Om rah Am Phat, ya namah swaha.
520
Srana iki tanem ring natar wong pinaksan. KAPUTUSAN I LARUNG, pinaka pingalah dewa. Sarana: wija kuning, siratan ring natar sang pinakSarana: /3b/ Genah rerajahan, /4a/ Mantra: : Om I Larung angulati dewane si anu di Kamulan, kalah dewa ne si anu ne di Kamulan. Kalah dewane di Gunung Agung. Kalah dewane di lebuh. Kalah dewane di paon. Apan I Larung angaji pangalah-agung. Om dewa alah, manusa kalah, sing teka katibenan pada makalahlah suwung, 3, TLAS. /4b/ PAGEDEG Sarana: : kawun tras wang mati, ginawe serbuk, wehakna mangan. Mantra: : ih kdestwa, lamun kwasa i kdastwa mulih kejati mula, kena si anu, katemah asih ring sianu. Lamun tan kwasa i kdastwa, mulih kajati mula, akwa sap ianu katau asih ring sianu, tonden ta sianu, tengkahak acsong?(ketikan tidak jelas) uled
sawakul,
asetra, teka gedeg atine sianu, angenot awak sari-
521
bangke
/5a/ rane sianu, pegat tresnane sianu ring sianu. /5c/ Gambar rerajahan puniki patutne magenah ring nomor 3b..
522
Iki Krakah Sastra
YA U MA SAM BAM UM
PREM HAM
PREM HAM
HEM HEM HEM
YA U MA SAM BAM UM
JEM GERM
PREM HAM
WUM WUM WUM
593
YA U MA SAM BAM UM
MBRIYEM
RA RA RA MAM MAM MAM
YAM YAM
PRAM NJRYAM
PRAM NJRYAM
DAM DIM DUM
HIYEH
MRAM MRIM MYAM MYUM
SUWUM
GEM GRAM WOM HEM
AH EH AH UH IH
HRAM
594
HRIM
BANGKYAHOGA
CREM CREM
EM TRUM WOM
KORO YWEM AH
WU RAWU YAM PU RI
EM TRUM WOM
HRAM HRIM HRIM
595
KORO YWEM AH
LEM LRAM AM AH
HEM HREM