Ma~arat
3}urnal ~ktillillgi ~nallm~5ia Volume 13 Nomor 1 Juni 2013
:Wartono Hadie Efektivitas strain ikan nila
;i1urmtl~ktinlngi
~U~OUf5ht,
13(1):35-53
Variabilitas harian komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam [Daily variability offish community in sea grass beds of Tanjung Tiram-Inner Ambon Bay]
Husain Latuconsina'r'", Rohani Ambo-Rappe 'Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Darussalam Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (gj Faklultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Darussalam Jln. Raya Tulehu Km. 24 Ambon, 97582 Surel:[email protected] 2Fakultas
Diterima: 27 November 2012; Disetujui: 21 Mei 2013
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di perairan Tanjung Tiram , Teluk Ambon Dalam selama bulan Juli-Agustus 2012, untuk embandingkan kelimpahan dan struktur komunitas ikan padang lamun berdasarkan perbedaan siang dan malam hari. Ikan dikoleksi dengan metode sapuan menggunakan pukat pantai yang ditarik pada hamparan padang lamun sebanyak enam kali (masing-masing tiga kali mewakili siang dan malam hari). Hasil penelitian mendapatkan total jumlah individu ikan sebanyak 5593 individu dari 72 spesies dan 35 famili. Siganus canaliculatus mendominasi struktur komunitas ikan baik pada siang maupun malam hari, Ostorhinchus lateralis aktif pada malam hari, dan Aeoliscus strigatus yang aktif pada siang hari. Terdapat variasi struktur komunitas ikan antara siang dan malam, dengan nilai dominansi selalu lebih tinggi pada malam hari. Sebaliknya, keanekaragaman selalu tinggi pada siang hari dan keseragaman spesies lebih stabil pada siang hari. Variabilitas kelimpahan dan struktur komunitas ikan antara siang dan malam hari selain berkaitan dengan sifat nokturnal dan diurnal, juga dipengaruhi fluktuasi parameter oseanografi. Suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH berpengaruh positif, sedangkan kekeruhan perairan berpengaruh negatif terhadap kelimpahan ikan di ekosistem padang lamun. . Kata penting: distribusi harian, komunitas ikan, padang lamun, Tanjung Tiram.
Abstract The research was conducted from July-August 2012 to examine day and night abundance and community structure of ~ in seagrass area of Tanjung Tiram, Inner Ambon Bay. Fish were collected by swept area method using beach seine seagrass areas. Fish samples were collected six times (three times for each day and night). It was found that too individual fish as much as 5593 individuals from 72 species and 35 families. Siganus canaliculatus doe fish community structure at both day and night time. Ostorhinchus lateralis more active at night time, ...."""'..,.._il'eoliscus strigatus more active at day time. Fish community structure varied between day and night, index of domiJ1lIIJCY was slightly higher at night, whereas index of diversity was higher during day time as well as the evenness index.. ariability in abundance and community structure of fish between day and night were associated with nocturnal and diurnal fish charachetristic, and oceanographic parameters. Temperature, salinity, dissolved oxygen and pH were positi ely affected fish abundance; whereas the level of turbidity was negatively. Keywords: diurnal distribution, fish community, seagrass bed, Tanjung Tiram.
memberikan beragam mikrohabitat biota laut (Aswandi
& Azkab,
kerapatan dan keragaman vegennggi memberikan
kontribusi
IZdM9 t
2010;
013), karena vegetasi lamun
daerah
1999; Latuconsina
mencari
makan berbagai
et al., 2013), spesies
selain jenis herbivora yang memanfaatkan
ikan biota
asosasi pada ekosistem padang lamun (Pinto & Punchihewa,
1996;
De Troch
et al., 1998;
Hindell et al., 2000; Pereira et al. 2010), daerah asuhan
dan pembesaran
(Nagelkerken
et al.,
2000; Nagelkerken et al., 2002; Nakamura et al.
Variabilitas harian ikan padang lamun
2009; Latuconsina et al., 2012; Latuconsina et
Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan ma-
al., 2013), daerah perlindungan (Hemingga &
lam hari belum diketahui secara pasti. Adanya si-
Duarte, 2000; Hyndes et aI., 2003), daerah pemi-
fat nokturnal maupun diurnal ikan padang lamun
jahan (Po1te& Asmus, 2006), dan alur ruaya ha-
(Supriadi et al., 2004) dan ketersediaan makanan
rian antar habitat seperti ekosistem mangrove dan
(Azis et al., 2006) memengaruhi tingkatan trofik
terumbu karang (Lugendo et al., 2005; Unsworth
yang berbeda antara siang dan malam hari
et aI., 2009), sehingga keragaman dan kelimpah-
(Unsworth et al., 2007), sehingga diduga terdapat
an ikan padang lamun turut dipengaruhi oleh ke-
variabilitas harian kelimpahan dan struktur ko-
beradaan ekosistem mangrove dan terumbu ka-
munitas harian ikan padang lamun pada perairan
rang (Adrim, 2006;Fahmi & Adrim, 2009).
Tanjung Tiram.
Perairan Tanjung Tiram, yang terletak
Penelitian ini bertujuan untuk mende-
pada Teluk Ambon Dalam, memiliki ekosistem
skripsikan variabilitas harian komunitas ikan pa-
padang lamun multispesifik yang tersusun atas
dang lamun yang meliputi jumlah spesies, kelim-
empat spesies vegetasi lamun, yaitu Enhalus aco-
pahan dan struktur komunitas di perairan Tan-
roides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis,
jung Tiram-Teluk Ambon Dalam yang keterkait-
dan Halodule uninervis (Latuconsina, 2012). Le-
annya dengan fluktuasi parameter fisik-kimiawi
tak perairan Tanjung Tiram pada ambang antara
oseanografi perairan. Hasil penelitian ini dapat
Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar se-
dijadikan rujukan upaya konservasi dan peman-
hingga memengaruhi distribusi dan kelimpahan
faatan ekosistem padang lamun dan sumber daya
komunitas ikan akibat pertukarari massa air pada
hayati ikan secara berkelanjutan.
saat pasang naik dan pasang surut yang memengaruhi fluktuasi parameter fisik-kimiawi perair-
Bahan dan metode
an di kawasan tersebut (Latuconsina et al., 2012).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-
Penelitian komunitas ikan padang lamun
Agustus 2012 di ekosistem padang lamun per-
di perairan Tanjung Tiram sebelurnnya pernah
airan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Area
dilakukan Marasabessy & Hukom (1989) yang
terletak berdekatan dengan ambang Teluk Am-
menemukan variasi nilai struktur komunitas ikan
bon Dalam sebelah Barat pada posisi 03°39'19"
pada musim timur dan musim barat. Sementara
LS dan 128°12'3" BT. Di sekitar lokasi ditemu-
itu Latuconsina et al. (2012) menemukan variasi
kan hutan mangrove dengan kerapatan vegetasi
kelimpahan individu dan komposisi spesies ikan
yang rendah.
pada periode pasang purnama dan pasang perbani
Komunitas ikan dikoleksi dengan metode
yang diduga terkait dengan perbedaan tinggi pa-
sapuan (swept area method) menggunakan pukat
sang yang memberikan perbedaan ruang gerak
pantai berukuran panjang 30 m dengan spesifika-
(kedalaman) dan pendistribusian sumber makan-
si: panjang sayap masing-masing 15 m dengan
an serta parameter fisik-kimiawi oseanografi per-
ukuran mata jaring 0,5 inci, tinggi jaring 1,5 m
airan secara merata pada kolom perairan sehing-
dan panjang kantong 5 m, dengan bukaan mulut
ga merangsang ikan untuk memijah, mencari ma-
kantong 3 m dan ukuran mata jaring 0,25 inci.
kan, dan bergerombol.
Pukat pantai ditarik pada hamparan padang la-
Informasi berkenaan dengan struktur ko-
mun dengan luasan sapuan ± 1000 m2, sebanyak
munitas ikan padang lamun di perairan Tanjung
tiga kali ulangan (siang dan malam) pada saat
36
JJ urnal c3f ktiologi c3f nbnnes ill
Latuconsina & Ambo-Rappe
pasang bergerak surut. Identifikasi ikan menurut
deks dominansi Margalef (C), indeks keaneka-
Allen (1999),
(1999),
ragaman Shannon-Wienner (H') dengan basis In
Carpenter & Niem (2001), Kuiter & Tonozuka
S, dan indeks keseragaman Pielou (E). Kriteria
(2001), dan Allen & Erdmann (2012).
nilai struktur komunitas disajikan pada Tabell.
Carpenter
& Niem
Parameter fisik-kimiawi oseanografi yang
Tingkat pengelompokan kesamaan spe-
diamati bersamaan dengan proses penangkapan
sies ikan padang lamun berdasarkan kehadiran
meliputi: kekeruhan, suhu, salinitas, pH, dan ok-
spesies secara temporal antara siang dan malam
sigen terlarut. Parameter diukur in-situ dengan
hari menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis
alat pengukur kualitas air merek Horiba.
(Bray-Curtis Similarity) yang ditampilkan dalam
Parameter ekologi komunitas ikan yang dianalisis meliputi: kelimpahan, komposisi spe-
bentuk dendrogram. Pengolahan data menggunakan program PRIMER versi 5,00.
sies, dan struktur komunitas yang meliputi; in-
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam
Tabel l.Kriteria nilai struktur komunitas (Setyobudiandi, et al. 2009). Indeks
Kisaran 0,00 < C S 0,50 0,50 < C S 0,75 0.75 < C S 1,00
Dominansi (C)
Keanekaragaman
(H')
Keseragaman (E)
Volume 13 Nomor I, Juni 2013
Kategori Rendah Sedang . Tinggi
H'S2 2.0 < H' S 3 H' 2: 3,0
Rendah Sedang Tinggi
0,00 < E S 0,50 0,50 < E S 0,75 0,75 < E < 1,00
Komunitas dalam kondisi tertekan Komunitas dalam kondisi labil Komunitas dalam kondisi stabil
37
Variabilitas harian ikan padang lamun
menggunakan
nus canaliculatus, Ostorhinchus lateralis, Acri-
indeks biologi yang dihitung berdasarkan jumlah
ecthys tomentosus, Aeoliscus strigatus, Herklots-
individu. Spesies yang memiliki ke1impahan pa-
ichthys quadrimaculatus, dan Atherinomorus
ling tinggi diberi nilai 10, kelimpahan tertinggi
duodecimalis.
Penentuan
ikan dominan
Komunitas ikan pada siang hari lebih be-
kedua diberi nilai 9, kelimpahan tertinggi ke tiga
diberi nilai 8 dan seterusnya sampai pada terting-
ragam
gi ke 10 diberi nilai 1. Semua jumlah individu
p
yang didapat dari setiap spesies selama periode
spesies yang didapatkan
pengamatan
dijumlahkan. Dari nilai indeks bio-
hari sebanyak 42,33 ± 1,49 spesies, sedangkan
logi dapat ditentukan peringkat atau nilai penting
pada periode malam hari 38,33 ± 0,62 spesies.
spesies tersebut dalam komunitas,
Sementara
nilai indeks
dibandingkan
pada
malam
hari (uji t,
(± simpangan baku) jumlah selama periode
individu
ikan pada
biologi lima ke atas yang dianggap berarti dalam
malam hari lebih tinggi dibandingkan
siang hari
suatu komunitas (Hutomo, 1985).
(uji t, p<0,05).
Variasi
rata-rata
kelimpahan
siang dan malam hari dianalisis uji-t, Hubungan kelimpahan
parameter
ikan pada
menggunakan
oseanografi
ikan dianalisis menggunakan
dengan kore-
itu kelimpahan
siang
Rata-rata
(± simpangan
baku)
jumlah individu selama periode malam hari sebanyak 1306,91 ± 13,51 individu, sedangkan pada periode siang hari sebanyak 558,00 ± 13,51 individu (Gambar 2).
lasi Pearson. Besarnya koefisien korelasi Pearson (r) menunjukkan kekuatan hubungan linear, jika positif maka kedua variabel memiliki hubungan searah, sebaliknya j ika negatif maka kedua variabel memiliki hubungan terbalik, Dengan kriteria menurut Siregar (2013): (a) 0,00-0,199: korelasi sangat lemah, (b) 0,20-0,399: korelasi lemah, (c) 0,40-0,599: korelasi cukup, (d) 0,60-0,799: korelasi kuat (e) 0,80-1.00: korelasi sangat kuat. Uji-t dan analisis korelasi dilakukan dengan program SPSS ver.17
Indeks nilaipenting (ikan dominan) Spesies yang merupakan rna dalam komunitas
komponen
uta-
ikan padang lamun pada
perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam sebagian besar dikenal sebagai spesies khas penghuni ekosistem padang lamun baik sebagai penghuni tetap maupun penghuni sementara. Penelitian yang dilakukan selama musim timur ini menemukan total jumlah individu ikan dominan secara temporal yang tertangkap pada periode siang hari berjumlah
Basil
1674 individu, se-
mentara pada malam hari berjumlah 3919 indi-
Kelimpahan danjumlah spesies ikanpadang lamun Variabilitas
kelimpahan
ikan padang la-
mun di perairan Tanjung Tiram Teluk Ambon Dalam pada periode siang dan malam hari diperlihatkan pada Tabel 2. Ikan yang tertangkap selarna penelitian berjumlah 5.593 individu yang me-
vidu (Tabel 3). Komposisi jenis ikan dominan pada periode malam hari lebih tinggi dengan nilai 84,87% dari total jumlah individu ikan yang didapatkan selama periode tersebut, jika dibandingkan dengan komposisi spesies ikan dominan pada siang hari sebesar 73,89%.
liputi 72 spesies dari 35 famili. Terdapat dua famili dengan jumlah spesies yang besar, yaitu Famili Apogonidae
dan Labridae. Sementara spe-
sies dengan kelimpahan yang tinggi adalah Siga-
38
Struktur komunitas harian ikanpadang lamun Nilai struktur komunitas ikan, meliputi indeks dominansi,
keanekaragaman,
dan kesera-
ilJurnnI ~ ktinlogi ~n.oone5in
Latuconsina & Ambo-Rappe
Q. - ::I '""0
-°c= :r: -o ''""'
Q
'"
"'"
__
C'l
on r-, 00
-0 - \0
00 ~;!!
000 ~d(;!!
r--: ......"0<) "'-'"
r-, 0
\.()"lIj"'
o
o
o
o
o
o
o
o
o
-
o
oo
rN
-
00
o o 00·
,
_
o
N N
on
o
o
o
o
o
o
ON
-.:to -.:t-
;t\;!!
C'l0
o"~
'"
...'"'
0;j
Q.
rJJ
;
"0
olume 13 omor I, Juni 2013
39
Variabilitas harian ikan padang lamun
o w w w w ft-
o
ft-
0
--
O.j:o.
0'-0
ww l+ l+
ww l+ l+
W V> OQ
0-
l+ l+
00
0
0-
W
ft- l+ l+
.j:o.N
0
b!.oo;'"S
-~o'o '=> OQ _,
~- "'0 - 0
ft- ft-
.p"O :i:C;
40
00000001i?
-
N
00 00
15
v. '-0
OWN
o 00
N
00000000'1
-0
'-0
Y.
o
0
8"t8
?Y' N_
-0
N
.
-0_
o
o .j:o.W
N-W-O.,J:::..W ........ N.,J:::.._
_W
WWW WWW
~'RJ
oft-ft-
co., -N
NO_'
0-
o...w _, w
W _,
o
0".,J::."w .j:o.'-0
't 't ".....J'\o _, _, 0NO
.j:o.O
wa..
"w"w
"w"w
,OQ _,
wwww
0' ,0
'0'0?y. ov.oo
V>
W
:;,,~
V.
"0
00
---OVJv.w
0\
00 VI VI VI VI 00
0"-00
"-".....J 00 "......J
:;ititff~~ff~ 0000000 tv "_ "_
".,J:::.. "0\ "N NOO ........ VlNo,\\O
".j::l.
JjUrllll1~ktilllllBi ~nolln£5ill
Latuconsina & Ambo-Rappe
o
o ~ 00
00 <')0 rf)"_,)
~"'7~
--
OV)-
od ON<')
-e- 00 ..". V) 0"0
o;!!.;!l
~o 0"":
OC QC) -eV'/...,...;~
ciciO ~~-H ~6M
_-_;_-o
'OeM
Volume 13 Nomor 1, Juni 2013
41
Varlabilitas harlan ikan padang lamun
gaman cukup berfluktuasi antara siang dan ma-
Fenomena ini mengindikasikan bahwa spesies S.
lam hari (TabeI4). Berdasarkan Tabel 4, pada si-
canaliculatus dan 0. lateralis merupakan tipe
ang hari keanekaragaman jenis lebih tinggi, dan
spesies yang lebih aktif pada malam hari (noktur-
Indeks keseragaman stabil pada siang hari dan
nal).
labil pada malam hari. Berbanding terbalik dengan indeks dominansi yang tinggi pada malam hari, disebabkan tingginya kelimpahan ikan pada
Kesamaan temporal harian spesies ikan padang lamun Indeks kesamaan jenis Bray-Curtis berda-
malam hari seperti Siganus canaliculatus dan Ostorhinchus lateralis, sebaliknya kelimpahan S. canaliculatus dan 0. lateralis menurun pada siang hari sehingga memengaruhi kestabilan temporal harian komunitas ikan secara keseluruhan.
sarkan periode siang dan malam hari pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam memperlihatkan adanya perbedaan (Gambar 3).
1800 1600 1400 1200 1000 lEISiang
800
• Malam
600 400 200
O+---':iilIiili!!l--"--.,-Kelimpahan Individu
Jumlah Jenis
Gambar 2. Perbandingan jumlah spesies dan kelimpahan (rata-rata ± simpangan baku) ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari Tabel3. Komposisi spesies ikan dominan pada ekosistem padang lamun Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam Spesies Dominan Siganus eanalieulatus Aeoliseus strigatus Acriecthys tomentosus Syngnathoides biaculeatus Cheilodipterus quinquelineatus Paraeentropogon longispinnis Parupeneus barberinus Searus ghobban Pentapodus trivittatus Pelates quadrilineatus Jumlah individu ikan dominan Jurnlah individu seluruh spesies
Spesies Dominan Siganus eanalieulatus Ostorhinchus lateralis Pranesus pinguis Acriecthys tomentosus Pentapodus trivittatus Paraeentropogon longispinnis Pelates quadrilineatus Chelonodon patoea Herklotsichthys quadrimaeulatus Seolopsis ciliatus Jumlah individu ikan dominan Jumlah individu seluruh spesies
Tabe14. Nilai struktur komunitas ikan padang lamun Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam Periode Malam Hari
Periode Siang Hari
Struktur Komunitas
II
III
Kategori
II
III
Kategori
Dominansi (C)
0,13
0,10
0,09
rendah
0,23
0,15
0,20
rendah
Keanekaragaman (H')
2,76
2,82
2,87
sedang
2,13
2,49
2,19
sedang
0,58
0,69
0,60
labil
Keseragaman (E)
0,71
0,78
0,78
stabil
I
so 90
Gambar 3. Dendrogram pengelompokan kesamaan spesies ikan padang lamun berdasarkan kehadirannya perairan Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari
i.ilai parameter fisik-kimiawi oseanografi Hasil pengukuran parameter fisik-kimiawi
6 menunjukkan
di
bahwa nilai suhu, salinitas, pH,
dan oksigen terlarut berkorelasi
positif dengan
oseanografi, yang meliputi suhu, salinitas, keke-
kelimpahan ikan padang lamun, sebaliknya keke-
ruhan, oksigen terlarut, dan pH selama periode
ruhan
pengamatan masih merupakan nilai yang optimal
ikan padang lamun.
berkorelasi
negatif
dengan
kelimpahan
bagi ikan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan
Pembahasan
bahwa rata-rata parameter
Variabilitas kelimpahan, komposisi spesies, dan struktur komunitas ikan
suhu, salinitas, pH,
dan oksigen terlarut lebih tinggi pada malam hari dibandingkan
siang hari; sebaliknya nilai keke-
ruhan lebih tinggi pada siang hari dibandingkan
kelimpahan
ikan pada eko-
sistem padang lamun di perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam selalu terjadi antara periode
malam hari. Berfluktuasinya
Variabilitas
nilai parameter
oseano-
grafi secara langsung akan berpengaruh terhadap distribusi harian ikan sehingga memengaruhi kelirnpahannya pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Tabel
Volume 13 Nomor I, Juni 2013
siang dan malam hari. Tingginya
kelimpahan
ikan pada malam hari karena beberapa spesies ditemukan sang at dominan seperti Siganus canali-
culatus dan Ostorhinchus lateralis yang mendominasi pemanfaatan
ruang, oksigen terlarut dan
43
Variabilitas harian ikan padang lamun
Tabe15. Nilai parameter oseanografi selama pengamatan di perairan Tanjung Tiram
malam hari (Supriadi et al., 2004), dan juga didu-
spesies-spesies tersebut, sehingga kelimpahan re-
ga akibat pengaruh ritme pasang yang merang-
latif suatu spesies dapat memengaruhi fungsi su-
sang ikan dengan tingkatan trofik yang berbeda
atu komunitas, distribusi individu dalam komuni-
untuk terdistribusi pada ekosistem padang lamun
tas, bahkan dapat memengaruhi keseimbangan
dari ekosistem terdekat seperti mangrove dan te-
komunitas dan akhirnya pada stabilitas komuni-
rumbu karang (Hindell et al., 2000; Unsworth et
tas.
al., 2009; Latuconsina et al., 2012). Kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada
Ditemukan beberapa individu ikan Syngnathoides
biaculeatus
jantan yang melekatkan
malam hari membuktikan adanya distribusi ha-
telur pada bagian perutnya serta spesies Ostor-
rian ikan antara ekosistem padang lamun dan ha-
hinchus lateralis dan Ostorhinchus hoevani yang
bitat terdekat seperti mangrove dan terumbu ka-
sedang mengerami telur di mulutnya, membukti-
rang (Nagelkerken et al., 2000; Pereira et al.,
kan peranan ekologi ekosistem padang lamun
2010). Banyak spesies ikan menggunakan ling-
perairan Tanjung Tiram sebagai tempat pemijah-
kungan terumbu karang sebagai termpat berlin-
an. Fenomena yang sama ditemukan oleh
dung selama siang hari, namun memiliki hubung-
Makatipu (2007) pada ekosistem padang lamun
an erat dan bergantung pada ekosistem padang
Tanjung Merah Bitung-Sulawesi Utara di mana
lamun dan habitat lainnya untuk mecari makan
spesies Syngnathoides
pada malam dan sore hari (Pereira et al., 2010).
telur pada bagian perutnya, dan spesies Apogon
Tingginya komposisi spesies ikan dominan pada ekosistem padang lamun perairan Tan-
margaritophorus
biaculeatus
melekatkan
yang sedang mengerami telur
di mulutnya.
jung Tiram-Teluk Ambon Dalam telah meme-
Sementara itu, berdasarkan kisaran pan-
ngaruhi kestabilan struktur komunitas ikan yang
jang total, secara umum ikan yang ditemukan
menyebabkan dominansi lebih tinggi pada ma-
pada ekosistem padang lamun selama penelitian
44
Jjurmll ~lkti1llogi ~nboncsilt
Latuconsina & Ambo-Rappe
termasuk dalam fase juwana dan jelang dewasa.
ting seperti Famili Siganidae, Lethrinidae, Lutja-
Fenomena ini membuktikan peran ekologis eko-
nidae, Serranidae, Carangidae, Scaridae, Labri-
sistern padang lamun di perairan Tanjung Tiram-
dae, Mullidae, dan Nemipteridae yang sebagian
Teluk Ambon Dalam sebagai daerah asuhan dan
besar berukuran juwana, membuktikan ekosistem
pembesaran ikan-ikan komersial yang selalu
padang lamun perairan Tanjung Tiram memiliki
menjadi target penangkapan nelayan lokal di per-
potensi ekonomi sebagai penyedia stok alamiah
arran Teluk Ambon Dalam. Fenomena yang sa-
ikan ekonomis penting di perairan Teluk Ambon
rna ditemukan oleh Nagelkerken et al. (2000),
Dalam. Fenomena yang sarna dilaporkan Arifin
agelkerken et al. (2002), Gell & Whittington
et al. (2004) yang menemukan ikan-ikan bernilai
(2002), Arifin et al (2004), Marasabessy (2010),
ekonomis penting berasosiasi dengan padang la-
Unsworth et al. (2010), Latuconsina et al.
mun di perairan pulau Barranglompo-Makassar
(2012), dan Latuconsina et al. (2013).
yang berukuran juwana seperti ikan baronang
Menurut Larkum et al. (2006), kepadatan
(Siganus), kerapu (Epinephelus), kakap (Lutja-
awal ikan berukuran juwana sangat bergantung
nus), dan ikan lencam (Lethrinus), sehingga ke-
kepada rekrutmen larva yang kelangsungan hi-
beradaan ekosistem padang lamun berperan se-
nya dibatasi oleh interaksi fisik, biologis,
bagai penyedia stok dan penentu keberadaan
idrodinamika regional, serta karakteristik ka-
ikan-ikan berukuranjuwana.
nopi egetasi lamun. Hyndes et al. (2003) mene-
Kehadiran ikan khas mangrove seperti
mukan keragaman dan ukuran ikan yang berbeda
Famili Carangidae, Sphyraenidae, Ambassidae,
berdasarkan karakteristik kanopi vegetasi lamun
dan terumbu karang seperti Famili Acanthuriae,
yang berbeda. Perbedaan komposisi spesies ikan
Labridae, Scaridae, Serranidae, serta spesies
antara habitat lamun sebagian mencerminkan
yang ditemukan tersebar pada habitat mangrove,
mpo -isi ukuran ikan di habitat masing-masing.
lamun dan terumbu karang seperti Famili Sigani-
Fungsi potensial ekosistem padang lamun
dae, Lethrinidae, Lutjanidae, dan Apogonidae
-tJe!ranran Tanjung Tiram sebagai daerah pembe-
(Carpenter & Niem, 1999; Carpenter & Niem,
semakin terbukti dengan ditemukannya
2001; Allen & Erdmann, 2012) membuktikan
spesies yang mendominasi seperti S. canalicula-
bahwa kekayaan spesies ikan padang lamun pada
tus yang berukuran juwana dalam jumlah yang
perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi oleh
sangat melimpah dibandingkan dengan yang ber-
keberadaan ekosistem mangrove dan terumbu ka-
ukuran dewasa. Latuconsina et al. (2013) mene-
rang. Fenomena ini didukung oleh penyataan
mukan kelimpahan dan dominasi juwana S. ca-
Adrim (2006), bahwa keragaman spesies ikan
naliculatus dengan ukuran panjang rata-rata 3,70
pada eksosistem padang lamun sangat didukung
pada perairan Tanjung Tiram selama periode
oleh konektivitas ekosistem lamun dengan eko-
pumama dan pasang perbani. Sementara
sistem di sekitarnya seperti mangrove dan terum-
o
lunira et al. (20103) juga menemukan sebabesar S. cana/iculatus yang hidup di padang lam
Selat Lonthoir berukuran juwana dan
umumn a dijumpai dalam satu kelompok umur.
bu karang. Adanya
konektivitas
dan
pentingnya
fungsi ekosistem padang lamun sebagai tempat asuhan dan pembesaran ikan-ikan khas mangrove
Ditemukannya ikan-ikan penghuni pa-
dan terumbu karang, dibuktikan oleh Nakamura
dang lamun yang memiliki nilai ekonomis pen-
(2010) yang menemukan hilangnya padang la-
olume 13 Nomor I, Juni 2013
45
Variabilitas harian ikan padang lamun
mun di selatan kepulauan Ryukyu berdampak ne-
ekosistem padang lamun dengan kerapatan yang
gatif terhadap penurunan jumlah spesies ikan
tinggi baik vegetasi multispesifik maupun mono-
komersial penghuni terumbu karang yang me-
spesifik di perairan pulau Baranglompo-Makas-
manfaatkan padang lamun sebagai tempat pem-
sar. Vonk et al. (2010) menemukan perbedaan
besaran. Nagelkerken et al. (2002) juga membuk-
kelimpahan ikan berdasarkan struktur kanopi la-
tikan bahwa kelimpahan ikan di terumbu karang
mun yang berbeda, di mana kelimpahan ikan le-
merupakan fungsi keberadaan mangrove dan pa-
bih tinggi pada vegetasi lamun yang padat de-
dang lamun sebagai areal asuhan dan pembesaran
ngan biomassa yang besar (kanopi tertutup) di-
ikan. Degradasi habitat mangrove dan padang la-
bandingkan vegetasi lamun yang jarang dengan
mun dapat menimbulkan dampak signifikan pada
biomassa yang rendah (kanopi terbuka) di kepu-
persediaan stok ikan karang di Karibia. Hal yang
lauan Spermonde Sulawesi Selatan. Sementara
sarna dikemukakan oleh Chittaro et al. (2005)
Kwakk & Klumpp (2004) menemukan perubah-
yang menemukan vegetasi mangrove dan lamun
an kelimpahan ikan berhubungan dengan bio-
memberikan fungsi yang lebih besar bagi komu-
massa lamun dan kelimpahan makanan. Menurut
nitas ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran
Hemingga & Duarte (2000), tingginya kerapatan
dibandingkan dengan terumbu karang.
vegetasi lamun selain memberikan perlindungan
Peranan ekosistem padang lamun perairan
bagi ikan, juga meningkatkan luas permukaan
Tanjung Tiram sebagai daerah perlindungan bagi
bagi perlekatan hewan dan tumbuhan renik yang
komunitas ikan berkaitan erat dengan vegetasi
merupakan makanan bagi komunitas ikan.
lamun jenis Enhalus acoroides dan Thalassia
Ditemukannya spesies S. canaliculatus
hemprichii yang mendominasi (Latuconsina,
yang selalu mendominasi dengan kelimpahan
2012). Karakteristik kanopinya berfungsi sebagai
yang tinggi baik pada siang maupun malam hari
peredam gelombang dan arus sekaligus memberi-
membuktikan bahwa ekosistem padang lamun
kan perlindungan bagi ikan juwana dari serangan
perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam
predator. Menurut Pereira et al. (2010), padang
merupakan habitat penting dan ideal bagi S. ca-
lamun digunakan oleh ikan juwana dalam cara
naliculatus sebagai tempat mencari makan.
yang berbeda, umumnya sebagai tempat mencari
Latuconsina et al. (2013) menemukan fragmen
makan, tempat berlindung dari predator, mengu-
lamun 95,06% yang didominasi oleh jenis Enha-
rangi kompetisi, dan meningkatkan ketersediaan
Ius acoroides dalam isi lambung S. canaliculatus
makanan sehingga membangun konektivitas de-
berdasarkan persentase jumlah pada ekosistem
ngan ekosistem lainnya.
padang lamun perairan Tanjung Tiram. Semen-
Terkait fungsi padang lamun sebagai dae-
tara Hutomo (1985) menemukan tingginya ke-
rah perlindungan, Latuconsina et at. (2013) me-
limpahan S. canaliculatus di perairan Teluk Ban-
nemukan kelimpahan juwana S. canaliculatus
ten dengan komposisi makanan yang didapatkan
lebih tinggi pada ekosistem padang lamun multi-
sebesar 46,67% berdasarkan persentase volume
spesifik dengan kerapatan vegetasi yang tinggi,
yang didominasi oleh Enhalus acoroides, disusul
dibandingkan dengan vegetasi monospesifik de-
Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium,
ngan kerapatan yang rendah pada perairan Teluk
dan Thalassia hemprichii. Fenomena ini mem-
Ambon Dalam. Ambo-Rappe (2010) juga mene-
buktikan bahwa fungsi padang lamun sebagai
mukan kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada
46
Jjurnal ,3Jktiologt,3Jnoou£sta
Latuconsina & Ambo-Rappe
tempat mencari makan bagi S. canaliculatus sangat penting.
Berdasarkan tingkatan trofik, komposisi terbesar ikan dorninan pada siang maupun malam
Spesies ikan yang ditemukan melimpah
hari yang menduduki peringkat pertama yaitu Si-
pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung
ganus canaliculatus yang bersifat herbivora
Tiram dan selalu tersebar pada ekosistem mang-
(Carpenter & Niem, 2001; Munira et al., 201Ob;
rove adalah S. canaliculatus, O. lateralis, A.
Latuconsina et al., 2013). Sementara pada pe-
urotaenia. S. canaliculatus berasosiasi dengan
ringkat kedua terjadi pergantian dominasi spesies
vegetasi lamun dan selalu tersebar pada ekosis-
antara periode siang dan malam. Pada siang hari
tern mangrove dan terumbu karang (Carpenter &
didorninasi ikan Aeoliscus strigatus yang ber-
iem, 2001). Menurut Allen & Erdmann (2012),
sifat planktivora (Carpenter & Niem, 1999;
0. lateralis menjadikan vegetasi mangrove seba-
Latuconsina, 2011) dan pada malam hari didomi-
gai tempat berlindung. A. urotaenia yang hanya
nasi oleh Ostorhinchus lateralis yang bersifat
ditemukan melimpah pada malam hari, menurut
bentivora (Allen & Erdmann, 2012).
Carpenter & Niem (1999) termasuk dalam Famili
Dibandingkan dengan temuan Unsworth
Ambassidae yang selalu menyebar pada malam
et al. (2007), kelimpahan dan komposisi pada
hall untuk mencari makan pada ekosistem mang-
siang hari didorninasi ikan omnivora, dan pada
rove. Fenomena ini membuktikan bahwa tinggi-
malam hari dominasinya digantikan ikan benti-
nya kelimpahan ikan pada eksosistem padang la-
vora (pemakan avertebrata). Fenomena ini mene-
mun perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi
gaskan bahwa variabilitas komposisi dan kelim-
oleh kedekatannya dengan ekosistem mangrove.
pahan spesies ikan padang lamun perairan T~-
Fenomena keterkaitan komunitas ikan pa-
jung Tiram pada siang dan malam hari diduga
dang lamun dengan ekosistem mangrove diper-
dipengaruhi oleh distribusi makanan. Dengan
knat temuan Unsworth et al. (2009) terkait kon-
demikian, ekosistem padang lamun perairan
si ekosistem mangrove sebagai habitat ikan
Tanjung Tiram memiliki fungsi sebagai daerah
terkait ruaya pasang, di mana pasang ter-
mencari makan bagi komunitas ikan, baik secara
mendukung kelimpahan ikan yang lebih
langsung memakan daun lamun, maupun mema-
besar dari habitat lamun dan saat surut akan ter-
kan fauna planktonik dan bentik yang melayang
distribusi pada ekosistem padang lamun. Selain
dan menempel pada vegetasi lamun seperti yang
itu, beberapa spesies ikan Famili Carangidae dan
ditemukan Latuconsina (2011) dan Latuconsina
Sphyraenidae ditemukan pada ekosistem padang
et al. (2013).
lamun perairan Tanjung Tiram yang dikenal berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Menurut
erweij et al. (2006), ikan-ikan tersebut lebih
Kesamaan temporal harian spesies ikan padang lamun
cenderung menggunakan struktur fisik lamun un-
Terdapat pengelompokan kesamaan ber-
meningkatkan efisiensi pemangsaan daripada
dasarkan kehadiran spesies ikan selama periode
_ bagai tempat perlindungan. Fenomena ini
pengamatan antara siang dan malam hari sebesar
embuktikan bahwa ekosistem padang lamun
67%. Jumlah spesies ikan padang lamun perairan
perairan Tanjung Tiram dijadikan sebagai areal
Tanjung Tiram yang ditemukan pada siang hari
mencari makan bagi ikan-ikan mangrove yang
sebanyak 58 spesies, sedangkan pada malam hari
memanfaatkan mekanisme pasang.
sebanyak 54 spesies. Spesies ikan yang hanya ditemukan pada siang hari sebanyak 19 spesies, se-
olume 13 ornor 1, Juni 2013
47
Variabilitas harian ikan padang lamun
baliknya yang hanya ditemukan pada malam hari
lamun
sebanyak 14 spesies. Sementara
itu 39 spesies
(Unsworth et al., 2009; Latuconsina et al., 2012).
dari total 72 spesies ditemukan baik pada siang
Dengan demikian keberadaan ekosistem padang
maupun malam hari sehingga memiliki kesamaan
lamun memberikan peranan penting dan strategis
spesies sebesar 54,16%. Ditemukannya
perbeda-
bagi komunitas ikan, sehingga perlu dilakukan
an spesies ikan antara siang dan malam hari pada
upaya konservasi untuk mempertahankan peran-
ekosistem padang lamun perairan
Tanjung Ti-
an ekologi ekosistem padang lamun perairan
ram, menunjukkan adanya kelompok ikan bersi-
Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam, sebagai
fat nokturnal yang lebih aktif pada malam hari
pendukung keberadaan sumber daya hayati ikan
maupun bersifat diurnal yang lebih aktifpada
agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
si-
yang
memanfaatkan
ritme
pasang
ang hari. Kesamaan spesies yang tinggi kumpulan ikan padang lamun perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari lebih dipengaruhi oleh keberadaan ikan-ikan yang
selalu
ditemukan
mendorninasi
dengan
komposisi yang besar selama peri ode siang dan malam hari. Latuconsina et al (2012) juga mene-
mukan kesamaan spesies ikan padang lamun antara periode pasang purnama dan pasang perbani di perairan Tanjung Tiram yang didominasi spesies-spesies khas penghuni padang lamun yang selalu melimpah.
dibandingkan dengan penelitian pada beberapa daerah lainnya di Indonesia (Manik, 2007; Unsworth et al., 2007; Fahmi & Adrim, 2009; 2010;
Vonk
et
al.,
2010;
Marasabessy, 2010), maupun di kawasan lainnya di
dunia
(pinto
&
Punchihewa,
1996;
Horinouchi, 2009), dikenal merupakan spesies khas penghuni padang lamun seperti Famili Siganidae, Apogonidae, Gobiidae, Syngnathidae, Monacanthidae, Mullidae, Scaridae, Labridae, Lethrinidae, Lutjanidae, Serranidae, Terapontidae, Nemipteridae, Scorpaenidae, Carangidae, Acanthuridae, Blenidae, dan Tetraodontidae. Sebagian besar spesies ini menjadikan ekosistem padang lamun baik sebagai daerah pembesaran, mencari makan, maupun daerah pemijahan dan alur ruaya antar habitat terdekat dengan padang
48
Kelimpahan ikan sangat berkaitan dengan beberapa parameter oseanografi, yang meliputi kekeruhan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa kelimpahan ikan berkorelasi positif kuat dan searah dengan suhu, salinitas, dan oksigen terlarut. Sebaliknya kelimpahan ikan berkorelasi negatif dengan kekeruhan, yang artinya semakin tinggi nilai kekeruhan berpengaruh terhadap penurunan kelimpahan ikan padang lamun. Diban-
Spesies ikan yang ditemukan tersebut jika
Ambo-Rappe,
Keterkaitan faktor oseanografi dengan kelimpahan ikan
dingkan dengan penelitian Pinto & Punchihewa (1996) yang menemukan korelasi positif jumlah spesies dan individu ikan dengan salinitas dan oksigen terlarut, dan berkorelasi negatif dengan suhu perairan. Suhu perairan menurun akibat tingginya curah hujan namun meningkatkan oksigen terlarut sehingga mendukung peningkatan jumlah spesies dan individu ikan padang lamun pada perairan estuari Negombo Srilanka. Tingkat kekeruhan yang didapatkan cukup tinggi pada penelitian ini jika dibandingkan dengan temuan Latuconsina et al. (20l2).di lokasi yang sarna pada saat pasang purnama dan pasang perbani dengan kisaran sebesar 0,25-1,55 NTU dan mendapatkan kelimpahan ikan yang lebih tinggi. Tingkat kekeruhan diduga menjadi penyebab menurunnya kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Ti-
JJurnal c1Ikii.ul.ugi c1Iuo.uUl'sttt
Latuconsina & Ambo-Rappe
ram. Fahmi & Adrim (2009) juga menemukan
Rosenthal (1975) in Duray (1998)
rendahnya kelimpahan
kisaran toleransi
ikan pada ekosistem pa-
melaporkan
salinitas bagi telur dan larva
dang lamun dengan tingkat kekeruhan yang ting-
S.canaliculatus yaitu 15,8-32,2 %0. Menurut Lam
gi pada perairan pesisir kepulauan Riau yang di-
(1974), S.canaliculatus secara bertahap melalui
duga berkaitan
proses aklimatisasi dapat berkembang pada nilai
dengan tingginya tingkat keke-
ruhan sehingga memengaruhi
sistem osmoregu-
lasi dan pemafasan ikan.
salinitas 5 %0 di bawah kisaran salinitas optimum.
Nilai suhu yang didapatkan selama pene-
pH 6,5-9,0 merupakan
kisaran pH yang
titian masih merupakan kisaran ideal bagi kehi-
optimal bagi pertumbuhan
dupan
kelimpahan
(1974), S. canaliculatus sangat sensitif terhadap
lamun perairan
nilai pH yang tinggi dan tidak mampu menole-
ikan, sehingga
mendukung
ikan pada eksosistem
padang
ikan. Menurut Lam
(S.cana-
ransi nilai pH perairan di atas 9. Dengan demi-
liculatus). Menurut Lam (1974), S.canaliculatus
kian pH yang didapatkan masih ideal sehingga
hidup pada kisaran suhu optimal yaitu 23-34 °C.
mendukung kelimpahan ikan dorninan seperti S.
Dibandingkan
canaliculatus di perairan Tanjung Tiram-Teluk
Tanjung Tiram seperti ikan baronang
Pinto & Punchihewa (1996) yang
menemukan jumlah tertinggi spesies dan indiviikan pada ekosistem padang lamun perairan
Ambon Dalam. Tingginya kelimpahan
ikan dorninan se-
estuaria Negombo Srilanka pada kondisi perairan
perti S.canaliculatus pada ekosistem padang la-
dengan nilai suhu 26 dan 31 ,6°C, di mana nilai
mun perairan Tanjung Tiram menunjukkan
suhu berkorelasi negatif dengan kelimpahan ikan
wa oksigen terlarut yang didapatkan selama pe-
padang lamun pada kawasan tersebut.
nelitian mendukung kelimpahannya,
Terkait adanya hubungan antara suhu perairan dengan kelimpahan dan distribusi komuniikan, Floeter et al (2005) menemukan adanya fisiologis bagi ikan herbivora dalam ak-
~""","l<>.
makan dan proses pencemaan
bah-
karena nilai
oksigen terlarut yang didapatkan masih merupakan kisaran optimal bagi pertumbuhannya. (1974) menyatakan
Lam
bahwa S. canaliculatus sa-
ngat sensitif terhadap nilai oksigen terlarut di ba-
kelimpahan ikan dominan seperti S canaliculatus sehingga turut memengaruhi kestabilan struk-
Daftar pustaka
tur komunitas ikan secara temporal.
Adrim M. 2006. Asosiasi ikan di padang lamun. Oseana.31(4):1-7.
Spesies Scanaliculatus sangat mendominasi baik pada siang maupun malam hari dengan ukuran juwana yang menunjukkan fungsi ekologi padang lamun sebagai tempat pembesaran, perlindungan, dan tempat mencari makan bagi Sicanaliculatus. Urutan kedua yang mendominasi pa-
da siang hari adalah Aeoliscus strigatus yang tidak ditemukan pada malam hari, sehingga diduga bersifat diurnal. Urutan kedua yang mendominasi pada malam hari adalah Ostorhinchus lateralis yang ditemukan sangat melimpah sehingga diduga bersifat nokturnal. Distribusi temporal harian dan kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram berkaitan erat dengan parameter oseanografi. Suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut berkorelasi positif dengan kelimpahan ikan. Sebaliknya kekeruhan berkorelasi negatif dengan kelimpahan ikan.
Saran Upaya konservasi ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram sebagai penyedia stok ikan ekonomis penting dan pola pemanfaatan sumber daya ikan secara selektif perlu dilakukan untuk keberlanjutan pemanfaatannya.
50
Allen G. 1999. Marine fishes of South-East Asia a guide for anglers and divers. Periplus Editions. Singapore. 292 p. Allen GR & Erdmann MV. 2012. Reef fishes of the East Indies. Volume I-III. Tropical Reef Research, Perth, Australia. 1292 p. Ambo-Rappe R. 2010.. Struktur komunitas ikan padang lamun yang berbeda di Pulau Barrang Lompo. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(2):62-73. Arifin, La Nafie YA, Supriadi. 2004. Studi kondisi dan potensi ekosistem padang lamun sebagai daerah asuhan berbagai jenis biota laut di perairan pulau Barranglompo, Makassar. Torani, 14(5):241-250. Aswandy I & Azkab MH. 2000. Hubungan fauna dengan padang lamun. Oseana, 25(3): 1924. Azis A, Bujang JS, Zakaria MH, Suryana Y, Ghaffar MA. 2006. Fish communities from seagrass bed of Merchang Lagoon, Trengganu, Peninsular Malaysia. Coastal Marine Science, 30(1):268-275. Carpenter KE & Niem VH (Eds.). 1999. The living marine resources of the Western Central Pacific. Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO species identification guide for fishery purposes Volume 4. Rome. pp. 2069-2790. Carpenter KE & Niem VH (Eds). 200l. The living marine resources of the Western Central Pacific. (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. FAO species identification guide for fishery purposes.Volume
JjUrlllt1 c3lktiologi c3ln~onesilt
Latuconsina & Ambo-Rappe
6. Bony fishes part 4. Rome, FAO. pp. 3381-4218. Chittaro PM, Usseglio P, Sale PF. 2005. Variation in fish density, assemblage composition and relative rates of predation among mangrove, seagrass and coral reef habitats. Environmental Biology of Fishes, 72: 175187. De Troch M, Mees J, Wakwabi AE. 1998. Diets of abundant fishes from beach seine cathes in the seagrass beds of a tropical bay (Gazi Bay, Kenya). Zoology, (128):135-154. Duray MD. 1998. Biology and culture of siganids. Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). Tigbauan, Iloilo, Philippines. 62 p. Fahmi & Adrim M. 2009.Diversitas ikan pada komunitas padang lamun di perairan Pesisir Kepulauan Riau. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35(1):75-90. Floeter SR, Behrens MD, Ferreira CEL, Paddack MJ, Horn MH. 2005. Geographical gradients of marine herbivorous fishes: patterns and processes. Marine Biology, 146: 1435-1447. Gell FR & Whittington MW. 2002. Diversity of fishes in seagrass beds in the Quirimba Archipelago, Northern Mozambique. Marine and Freshwater Research, 53:115-12l. Hemingga AM & Duarte CM. 2000. Seagrass ecology. Cambridge University Press. New York. 322 p. Hindell JS, Jenkins GP, Keough MJ. 2000. Variability in abundances of fishes associated with seagrass habitats in relation to diets of predatory fishes. Marine Biology,136:725737. Horinouchi M. 2009. Horizontal gradient in fish assemblage structures in and around a seagrass habitat: some implications for seagrass habitat conservation. Ichthyology Research,56:109-125. Hutomo M. 1985. Telaah ekologik komunitas ikan padang lamun (seagrass, Antophyta) di perairan Teluk Banten. Disertasi. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 299 p. Hyndes GA, Kendrick AJ, MacArthur LD, Stewart E. 2003. Differences in the species and size composition of fish assemblages in three distinct seagrass habitats with differing plant and meadow structure. Marine Biology, 142:1195-1206.
olurne 13
omor 1, Juni 2013
Kwak SN & Klumpp DW. 2004. Temporal variation in species composition and abundance of fish and decapods of a tropical seagrass bed in Cockle Bay, North Queensland, Australia. Aquatic Botany, 78:119-134. Kramer DL. 1987. Dissolved oxygen and fish behavior. Environmental Biology of Fishes, 18(2):81-92. Kuiter RH & Tonozuka T. 200l. Indonesian Reef Fishes. Part 3. Jawfishes-Sunfishes. Zoonetic, Melbourne. Australia. 123 p. Laevastu T & Hayes M. 1982. Fisheries oceanography and ecology. Fishing News Book, Ltd. Farnham. Surrey. England. 199 p. Lam, TJ. 1974. Siganids; their biology and mariculture potential. Aquaculture, 3:325-354. Larkum AWD, Orth RJ, Duarte CM. 2006. Seagrasses:biology, ecology and conservation. Springer. Netherlands. 690 p. Latuconsina H. 2011. Distribusi spasial-temporal komunitas ikan padang lamun di perairan Teluk Ambon Dalam Tesis. Magister Ilmu Perikanan-Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 200 p. Latuconsina H. 2012. Sebaran spasial vegetasi lamun (seagrass) berdasarkan perbedaan karakteristik fisik sedimen di perairan Teluk Ambon Dalam Bimajika, 4(1): 198-203. Latuconsina H, Nessa MN, Ambo-Rappe R. 2012. Komposisi spesies dan struktur komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4(1): 35-46. Latuconsina H, Ambo-Rappe R, Nessa MN. 2013. Asosiasi ikan baronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) pada ekosistem padang lamun perairan Teluk Ambon Dalam. In: Simanjuntak CPH (eds.). Prosiding Seminar Nasional Ikan VII Masyarakat Iktiologi Indonesia. pp. 123-137. Lugendo BR, Pronker A, Cornelissen I, de Groene A, Nagelkerken I, Dorenbosch M, van der Velde G, Mgaya YD. 2005. Habitat utilization by juveniles of commercially important fish species in a marine embayment in Zanzibar, Tanzania. Aquatic Living Resources, 18:149-158. Makatipu CPo 2007. Studi pendahuluan komunitas ikan di perairan padang lamun Tanjung Merah, Bitung, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33:227243.
51
Variabilitas harian ikan padang lamun
Manik N. 2007. Struktur komunitas ikan padang lamun Tanjung Merah Bitung. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33: 81-95.
wrightii) in Formoso River estuary-Pernambuco, Brazil. Anais da Academia Brasileira de Ciencias, 82(3):617-628.
Marasabessy MD & Hukom FD. 1989. Studi pendahuluan komunitas ikan padang lamun di Teluk Ambon Dalam. In Soemodihardjo et al. (eds.). Teluk Ambon II: Biologi Perikanan, Oseanografi dan Geologi. P30LIPI, Ambon. p. 82-94.
Pinto L & Punchihewa NN. 1996. Utilisation of mangroves and seagrasses by fishes in the Negombo Estuary, Sri Lanka. Marine Biology, 126:333-345.
Marasabessy MD. 2010. Sumber daya ikan di perairan padang lamun pulau-pulau Derawan Kalimantan Timur. Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 36(2): 193-210. Mariani S & Alcoverro T. 1999. A multiplechoice feeding-preference experiment utilising seagrasses with a natural population of herbivorous fishes. Marine Ecology Progress Series, 189:295-299. Munira, Sulistiono, Zairion. 20103• Hubungan panjang-bobot dan pertumbuhan ikan beronang, Siganus canaliculatus (park, 1797) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(2): 153-163. Munira, Sulistiono, Zairion. 201O'', Distribusi spasial ikan baronang (Siganus canalicula. tus) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(1):25-33. Nagelkerken I, van der Velde G, Gorissen GW, Meijer GJ, van't Hof T, den Hartog C. 2000. Importance of mangroves, seagrass beds and the shallow coral reef as nursery for importance reef fishes, using a visual cencus technique. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 51:31-44. Nagelkerken I, Roberts CM, van der Velde G, Dorenbosch M, van Riel MC, Cocheret de la Moriniere E, Nienhuis PH. 2002. How important are mangroves and seagrass beds for coral-reef fish? The nursery hypothesis tested on an island scale. Marine Ecology Progress Series, 244: 299-305.
Polte P & Asmus H. 2006. Intertidal seagrass beds (Zostera noltii) as spawning ground for transient fishes in the Wadden sea. Marine Ecology Progress Series, 312: 235243. Randall JE. 1965. Grazing effect on seagrass by herbivorous reef fishes in the west Indies. Ecology, 46(3):255-260. Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan. Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. FPIK IPB.Bogor. 312 p. Siregar S. 2013. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. 538 p. Soegianto A. 1995. Ekologi kuantitatif: metode analisis populasi dan komunitas. Usaha Nasional, Surabaya. 173 p. Supriadi, La Nafie YA, Burhanuddin AI. 2004. Inventarisasi jenis, kelimpahan dan biomas ikan di padang lamun Pulau Barranglompo Makassar. Torani, 14(5):288-295. Touchette BW & Burkholder JM. 2000. Review of nitrogen and phosphorus metabolism in seagrasses. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 250:133-167. Verweij MC, Nagelkerken I, de GraaffD, Peeters M, Bakker EJ, van der Velde G. 2006. Structure, food and shade attract juvenile coral reef fish to mangrove and seagrass habitats: a field experiment. Marine Ecology Progress Series, 306:257-268.
Nakamura Y, Horinouchi M, Sano M, Shibuno T. 2009. The effects of distance from coral reefs on seagrass nursery use by 5 emperor fishes at the southern Ryukyu Islands, Japan. Fisheries Science, 75: 1401-1408.
Vonk JA, Marjolijn JA, Christianen, Stapel J. 2010. Abundance, edge effect, and seasonality of fauna in mixed-species seagrass meadows in southwest Sulawesi, Indonesia. Marine Biology Research, 6:282-291.
Nakamura Y. 2010. Patterns in fish response to seagrass beds loss at the southern Ryukyu Island, Japan. Marine Biology, 157: 23972406.
Unsworth RFK, Wylie E, Smith DJ, Bell JJ. 2007. Diel trophic structuring of seagrass bed fish assemblages in the Wakatobi Marine National Park, Indonesia. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 72: 81-88.
Pereira PHC, Ferreira BP, Rezende SM. 2010. Community structure of the ichthyofauna associated with seagrass beds (Halodule
52
Unsworth RFK, Garrard SL, de Le6n PS, Cullen LC, Smith DJ, SlomanKA, Bell JJ. 2009.
Jjurnnl ,3jkiiologi ,3jnoon£sin
Latuconsina & Ambo-Rappe
Structuring of Indo-Pacific fish assemblages along the mangrove-seagrass continuum. Aquatic Biology, 5:85-95. Unsworth RKF, Cullen LC, Pretty IN, Smith DJ, Bell JJ. 2010. Economic and subsistence
Volume 13 Nomor I, Juni 2013
values of the standing stocks of seagrass fisheries: Potential benefits of no-fishing marine protected area management. Ocean and Coastal Management, 30:1-7.