HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
OLEH : BUDI WULANDARI K8404012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI TAHUN AJARAN 2008/2009
OLEH : BUDI WULANDARI K8404012
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd
Drs. Noor Muhsin Iskandar, M.Pd
NIP : 19500225 197501 1 002
NIP : 19511215 198301 1 001
iii
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari: ............................. Tanggal :..............................
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. H.MH.Sukarno, M.Pd
......................
Sekretaris
: Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd
Anggota I
: Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd
......................
Anggota II : Drs. Noor Muhsin Iskandar, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H.M Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001
iv
...................... ......................
ABSTRAK Budi Wulandari. K8404012. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara: (1). Tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi. (2). Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. (3). Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari yang berjumlah 178 siswa. Sampel sebanyak 45 siswa yang diambil dengan random sampling. Teknik pengambilan data variabel Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan menggunakan angket, sedangkan variabel prestasi belajar Sosiologi menggunakan tes prestasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi ganda/Multiple. Berdasarkan penelititan dapat disimpulkan bahwa : (1). Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA negeri 1 Wonosari berdasarkan perhitungan diperoleh rX1Y = 0,683 dan r = 0,000, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima (2). Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX2Y = 0,353 dan r = 0,017, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima (3). Hubungan antara tingkat Pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX1X2Y = 0,5009 dan r = 0,000, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima.
v
MOTTO
Kemampuan adalah apa yang Anda lakukan. Motivasi menentukan apa yang Anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya. Lou Holtz
Semua prestasi tanpa didukung oleh kepribadian dan sikap mental yang positip akan rapuh dan mudah runtuh. Dr.WasisD.Dwiyogo
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: ·
Bapak dan Ibu yang telah berjasa membesarkan dan mendidik aku selama ini.
·
Adikku yang aku sayangi
·
Teman-teman Pendidikan Sosiologi 2004.
·
Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya semua hambatan yang timbul InsyAllah dapat peneliti atasi. Atas segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
vii
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2. Ketua Jurusan Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi. 3. Ketua Program Drs. H.M Sukarno, M.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi. 4. Bapak Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd, selaku Penasihat Akademik sekaligus selaku pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas membimbing dalam penyelesaian skripsi. 5. Bapak Noor Muhsin Iskandar, M.Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas memberi bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga peneliti mendapat ilmu yang berguna dan InsyaAllah berguna bagi masa depan. 7. Siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Wonosari yang telah membantu dalam penelitian. 8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT. Dalam menyusun skripsi ini peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, namun peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, Juni 2009
Peneliti
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………......
i
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….....
iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………............
v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………....
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………....
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………......
x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...... xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….....
xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….........
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………....
1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...
10
C. Pembatasan Masalah ……………………………………….....
11
D. Perumusan Masalah…………………………………………...
11
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
12
F. Manfaat Penelitian………………………………………….....
12
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….....
13
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………
13
a.
Tinjauan
Prestasi
Belajar……………….............................
13 13
a Pengertian Belajar….………………................................
34
b Pengertian Prestasi …………...………………................
35
c Pengertian Prestasi Belajar……………………………...
36
d Fungsi Prestasi Belajar………………………………….
36
e Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar………........
37
f Cara Penilaian Prestasi Belajar ........................................
ix
40 b.
Tinjauan
Tingkat
Pendidikan
Orang
Tua………………….
40 42
a. Pengertian Pendidikan………………………………….
46
b. Jalur Pendidikan………………………………………...
49
c. Jenjang Pendidikan……………………….....................
51
d. Jenis Program Pendidikan………………………………
65
e. Peran Orang Tua………………………………………..
65
c.
67
Tinjauan
Siswa
Terhadap
Mata
Pelajaran
Sosiologi………
67
1. Mata pelajaran Sosiologi...............................................
69
2. Sikap.............................................................................
70
a.
Pengertian Sikap.....................................................
73
b.
Jenis-jenis Sikap......................................................
75
c.
Ciri-Ciri Sikap.........................................................
83
d.
Fungsi Sikap...........................................................
85
e.
Pembentukan dan Perubahan Sikap........................
87
f.
Cara Pengukuran Sikap...........................................
88
B. Kerangka Berpikir………………………………………….....
88
C. Hipotesis……………………………………….......................
89
BAB III METODE PENELITIAN……………………………….....
96
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….....
96
B. Metode Penelitian…………………………………………….
97
C. Populasi dan Sampel………………………………………….
97
1. Populasi Penelitian…………………………………......
100
2. Sampel Penelitian………………………………............
103
3. Teknik Pengambilan sampel……...................................
104
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 124 1. Variabel Penelitian ………..……………………………... 124 2. Instrumen Penelitian .......................................................... 127 E. Teknik Analisis Data………………………………………….
x
1. Pengujian Persyaratan Analisis…………………….......
127
2. Pengujian Hipotesis.........................................................
129 129
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………….. 137 A. Deskripsi Data ……………………………………………….. 142 1. Deskripsi Tempat Penelitian…………………...............
148
2. Deskripsi Data Penelitian................................................
153
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 155 C. Pengjian Hipotesis …………………………………………... 156 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………………. 156 E. Keterbatasan Penelitian………………………………………. 157 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………... 158 A. Kesimpulan ………………………………………………….. 161 B. Implikasi ………………..………………………. ………….. 165 C. Saran-saran………………………………………………….... DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... LAMPIRAN....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar.................................
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Data Tingkat Pendidikan Orang Tua........ 139
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Data Siskap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiogi.......................................................................
137
141
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel X1................................. 143
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel X2................................. 144
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Y…………………….. 145
Tabel 4.7
Rangkuman Analisis Linear X1 terhadap Y............................... 146
Tabel 4.8
Rangkuman Analisis Linear X2 terhadap Y............................... 147
Tabel 4.9
Matrik Interkorelasi Analisis Regresi........................................
148
Tabel 4.10
Koefisien Beta dan Korelasi Parsial..........................................
150
Tabel 4.11
Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh..............................
151
Tabel 4.12
Perbandingan Bobot Prediktor – Model penuh.......................... 151
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Definisi Sikap...............................................................................................69 Gambar 2.2 Pembentukan Sikap.......................................................................................77 Gambar 2.3 Skema kerangka Berpikir Tentang Hubungan Variabel Independen Dengan Variabel dependen..............................................................................87 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Wonosari.............................................130 Gambar 4.2 Histogram Data Prestasi Belajar (Y)............................................................138 Gambar 4.3 Histogram Data Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1).................................140 Gambar 4.4 Histogram Data Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi..............141 Gambar 4.5 Normalitas X1...............................................................................................143 Gambar 4.6 Normalitas X2...............................................................................................144 Gambar 4.7 Normalitas Y................................................................................................145 Gambar 4.8 Linieritas Hubungan Antara X1 dengan Y...................................................147 Gambar 4.9 Linieritas Hubungan Antara X2 dengan Y...................................................148 Gambar 4.10 Hubungan X1 dengan Y.............................................................................149 Gambar 4.11 Hubungan X2 dengan Y................ ............................................................150
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kisi-kisi Try Out Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi...........165 Lampiran 2. Kisi-kisi Try Out Tes Prestasi Belajar.........................................................166 Lampiran 3. Try Out Sikap Siswa Terhadap Mata pelajaran Sosiologi..........................167 Lampiran 4 Try Out Prestasi Belajar...............................................................................170 Lampiran 5. Kunci Jawaban Try Out Tes Prestasi Belajar..............................................178 Lampran 6. Surat Pengantar Untuk Orang Tua Siswa.....................................................180 Lampiran 7. Angket Tingkat pendidikan Orang Tua.......................................................181 Lampiran 8. Surat pengantar Untuk Siswa......................................................................182 Lampiran 9. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi............183 Lampiran 10 Angket Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi..........................184 Lampiran 11. Kisi – kisi Tes Prestasi Belajar..................................................................188 Lampiran 12. Soal Tes Prestasi Belajar..........................................................................189 Lampiran 13. Kunci Jawaban Tes Prestasi Relajar……………………………………..195 Lampiran 14. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat kesukaran Try Out Prestasi Relajar……………………………………………………196 Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instruyen Try Out sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi…………………………………………………...199 Lampiran 16. Data Hasil Penelitian Tingkat pendidikan Orang Tua…………..……….203 Lampiran 17. Data Hasil Penelitian Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi...204 Lampiran !8. Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Sosiologi…………………………206 Lmpiran 19. Data Induk Penelitian……………………………………………………..208 Lampiran 20. Tabel Kerja Analisis Data……………………………………………….210 Lampiran 21. Distribusi Frekuensi Data…………………………….………………….212 Lampiran 22. Uji Normalitas…………………………………………………………..218 Lampiran 23. Uji Linieritas…………………………………………………………..…221 Lampiran 24. Independensi………………………………………………………..……229
xiv
Lampiran 25. Koefisien X1 dengan Y……………………………………….…………230 Lampiran 26. Koefisien X2 dengan Y………………………………………………….231 Lampiran 27. Koefisien Korelasi Ganda……………………………………………….235 Lampiran 28. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif…………………………….236 Lampiran 29. Tabel Rangkuman koefisien beta dan korelasi parsial, Analisis Regresi Penuh, Perbandingan Bobot Prediktor-Model Penuh.................................237 Lampiran 30. Surat Perijinan...........................................................................................254 Lampiran 31. Surat Keterangan Telah Mengadakan penelitian dari Kepela Sekolah SMA Negeri 1 Wonosari......................................................................................260 Lampiran 32. Daftar Nama Siswa Yang Di Try Out.......................................................261 Lampiran 33. Daftar Nama Siswa Yang Menjadi SampelPenelitian...............................262 Lampiran 34. Daftar Nama Populasi yaitu Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari.......263
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia karena kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar dapat dijadikan sebagai modal pembangunan. Namun dalam kenyataannya bangsa indonesia belum dapat memanfaatkan dan mengolah sendiri sumber alam yang ada secara optimal, hal ini dikarenakan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah sehingga kemampuan dan keahliannyapun masih kalah dengan negara lain. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, oleh karena itu kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada posisi di bawah Vietnam. Pendidikan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik sosial, spiritual, intelektual maupun professional, selain itu pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia didalam bermasyarakat untuk meningkatkan status sosial ekonomi, dengan pendidikan yang tinggi manusia akan semakin memiliki ketrampilan dan pengetahuan sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan dapat mencapai kesejahteraan hidup. Apalagi pada era modernisasi dan globalisasi dimana perkembangan IPTEK sangat cepat dan seseorang ditutut untuk dapat menguasai IPTEK agar dapat bersaing dalam memperoleh peluang dalam dunia kerja. Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu. Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi kelangsungan suatu bangsa, karena dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam pembinaan profesionalisme bangsa, berdaya xvi
saing dan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai usaha mempersiapkan subyek pembangunan. Untuk memajukan bangsa Indonesia harus dimulai dari pengembangan kualitas sumber daya manusia secara komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan, pemerintah mengeluarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan pokok manusia karena tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang. Pada saat manusia dilahirkan telah memiliki aspek – aspek baik jasmani maupun rohani, namun pada saat itu manusia masih lemah, karena aspek baik jasmani maupun rohani masih bersifat potensial. Untuk mencapai kesempurnaan dan mengembangkan aspekaspek yang dimiliki maka manusia perlu bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang lain yang dianggap mampu membantu mengembangkan potensi yang ada agar berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan kata lain manusia perlu pendidikan agar mencapai kedewasaan. Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara mempunyai tujuan pendidikan sendiri berdasarkan identitasnya sebagai bangsa yaitu Pancasila. Misi pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 ialah “mencerdaskan kehidupan bangsa “. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah membuat rumusan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini dapat dilihat pada Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3:
xvii
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiridan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU RI No 20 tahun 2003:7) Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan serangkaian kegiatan pendidikan secara terencana, terarah dan sistematis, terutama dilakukan melalui lembaga formal, yaitu sekolah. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan dunia kerja. Pendidikan adalah suatu usaha sadar atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, pembentukan kepribadian ataupun mengembangkan potensi yang ada pada diri individu agar dapat berkembang secara optimal. Di sekolah siswa belajar banyak hal yang ditunjukkan adanya perubahan kemajuan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Syaiful Bahri Djamarah (1994:24) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah
xviii
menyangkut pengetahuan, kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian”. Prestasi merupakan suatu masalah yang selalu ada dalam kehidupan manusia karena sepanjang hidup manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang-bidang tertentu dan kemampuan masing- masing individu. Disekolah siswa bersaing untuk mendapatkan prestasi belajar yang terbaik untuk mengetahui siswa yang paling pandai, menilai hasil belajar selama mengikuti proses belajar – mengajar dan berguna untuk masa depannya kelak baik untuk melanjutkan pendidikan maupun memperoleh pekerjaan. Keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar. Keluarga adalah salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah. Menurut Khairuddin H ( 1995: 15 ) mendefinisikan: Keluarga sebagai suatu kelompok dari orang- orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu satu sama lain yang menimbulkan peran– peran sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki–laki dan perempuan; dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Pendidikan keluarga sangat penting bagi pembentukan pribadi anak karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga merupakan tempat pertama kali anak mendapat pendidikan dan di lingkungan inilah anak melakukan sosialisasi agar dapat hidup di lingkungan yang lebih luas. Sebagai mana dinyatakan oleh Kihajar Dewantoro yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef (1999:75-76) ”keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, oleh karena sejak timbulnya adat manusia hingga kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti tiap–tiap manusia”. Di dalam keluarga, orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak-anaknya. Pendidikan keluarga sangat penting khususnya dilakukan oleh orang tua karena mengingat anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga, orang tua tanpa ada yang memerintah langsung berperan sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak- anaknya. Anak
xix
menginternalisasi norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun anggota keluarga yang lain. Menurut Soedomo Hadi ( 2003: 22 ) berpendapat “Orang tua adalah ayah dan ibu yang menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik kodrati. ”Sebagai orang tua berkewajiban mendidik, mengasuh dan membesarkan anaknya. Orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, berbakti, dan mempunyai masa depan yang cerah, karena itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing, mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak serta menjadi teladan bagi anaknya. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat mengembangkan potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Selain itu, orang tua harus memahami setiap tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap. Pada saat anak masih kecil, orang tua mengajarkan banyak hal sebagai dasar pembentukan perilaku. Setelah anak menginjak usia remaja, orang tua harus mengawasi dan mengarahkan dengan siapa anak bergaul agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan kenakalan remaja. orang tua harus membimbing dan mengarahkan anak agar anak dapat menilai mana perbuatan yang baik dan tidak baik, serta mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, karena itu sejak dini dalam pendidikan keluarga dalam diri anak perlu ditanamkan nilai, moral dan keyakinan agama sebagai dasar berperilaku. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan formal demi masa depan anaknya setelah anak memasuki usia sekolah. Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan banyak hal yang mendukung yaitu antara lain kualitas yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan/pengawas sekolah, peran aktif orang tua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah. Setelah anak masuk dalam lingkungan sekolah peranan keluarga masih sangat penting seperti yang dikemukakan
oleh William Goode yang dikutip oleh T.O Ihromi (1999: 67)
”keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja. Tapi juga memperlihatkan ”keberhasilan” keluarga dalam memberikan anak–anak mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani”. Jadi setelah anak masuk dalam lingkungan sekolah, pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja tetapi juga
xx
tanggung jawab dari keluarga karena sebagaian besar waktu anak dihabiskan di dalam keluarga. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah. Menurut Kartini Kartono (1991: 91) mengemukakan bahwa : Salah satu bentuk peran orang tua sebagai pemimpin keluarga dalam memantau perkembangan anak adalah menanamkan sistem nilai dengan mementingkan perkembangan pribadi anak-anak, mendorong anak untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri dan tidak bersaing dengan teman-temannya serta memperhatikan permulaan masalah yang dihadapi oleh anak sebelum masalah itu menjadi berat. Pendidikan keluarga dapat berhasil apabila orang tua dapat melakukan perannya dengan baik sebagai pendidik di dalam keluarga. Pada dasarnya setiap orang tua mempunyai karakter yang berbeda tentang bagaimana mendidik anak- anak mereka, selain itu tingkat kependidikan yang berbeda juga akan membedakan hasil pendidikan antar keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua diharapkan lebih berhasil mendidik anaknya lebih baik dari pada orang tua yang berpendidikan lebih rendah. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak dapat dilihat dari keberhasilan anak. Orang tua dikatakan berhasil mendidik anak jika anaknya mempunyai kepribadian yang baik dan di sekolah dapat meraih prestasi belajar yang optimal. Keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi sikap pola tingkah laku serta perkembangan pribadi anaknya. Sayang sekali karena terdorong oleh rasa kasih sayang, serta cita-cita masa depan bagi anak, banyak orang tua yang memperlakukan anak mereka secara keliru. Kekeliruan orang tua dalam memperlakukan anak dapat dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai jiwa anak serta perkembangannya selain itu orang tua kurang mengerti cara mendidik anak yang benar. Ada orang tua yang cenderung mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan keinginan mereka dan kurang memberi kesempatan kepada anaknya untuk berkembang sesuai dengan keinginan mereka, ada orang tua yang cenderung memanjakan anaknya tanpa memikirkan akibatnya kedepan bagi anak, selain itu ada pula orang tua yang melepaskan diri dari tugasnya sebagai pendidik didalam keluarga, mereka sibuk bekerja dan memberikan tugas pendidikan hanya pada sekolah ataupun pada orang lain dengan
xxi
kata lain ada orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan anaknya, acuh tak acuh sehingga tidak tahu apa yang dibutuhkan anak sesungguhnya, tidak tahu perkembangan anak dan tidak tahu kesulitan- kesulitan yang dihadapi anak sehingga ini akan berdampak pada hasil belajar. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan orang tua mampu melakukan perannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing, mengarahkan agar anak tidak salah dalam bergaul, mengerti kebutuhan anaknya, mampu memotivasi anak, memperhatikan perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan selalu memberikan motivasi, menyediakan fasilitas belajar, terlibat langsung dengan mendampingi anak pada saat belajar dan membantu kesulitan belajar yang dihadapi anak agar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar tidak hanya dari luar namun juga sangat penting adalah faktor dari dalam diri siswa salah satunya adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran disekolah. Setiap siswa belum tentu menyukai mata pelajaran yang sama karena dipengaruhi oleh intelegensi, bakat, minat dan motivasi yang ada pada masing-masing siswa. Mata pelajaran Sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di jururan IPS, sebagai siswa jurusan IPS seharusnya siswa senang terhadap mata pelajaran Sosiologi. Namun dalam kenyataannya dalam menyikapi mata pelajaran Sosiologi antara siswa satu dan siswa yang lain belum tentu sama, ada yang menyukai pelajaran Sosiologi dan ada siswa yang tidak suka dengan mata pelajaran Sosiologi. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiogi menarik untuk dikaji karena sikap akan memberikan warna terhadap perilaku siswa dalam merespon mata pelajaran Sosiologi yang kemudian dicari cara membuat siswa senang belajar materi Sosiologi dan pada akhirnya prestasi belajar Sosiologi siswa dapat optimal. Apabila siswa merespon positif mata pelajaran Sosiologi maka siswa akan senang belajar dan aktif dalam proses belajar mengajar yaitu dengan memperhatikan, mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menyimpannya dalam memori pada saat guru menerangkan materi pelajaran Sosiologi. Sedangkan siswa yang merespon negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka siswa akan cenderung malas untuk belajar, jarang memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran Sosiologi karena menganggap mata pelajaran Sosiologi tidak menarik, tidak berguna, sulit atau membosankan untuk dipelajari. Sikap siswa terhadap mata
xxii
pelajaran Sosiologi juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar Sosiologi. Jika siswa mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka ia akan cenderung mampu meraik prestasi belajar Sosiologi yang optimal, sedangkan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka prestasi belajar Sosiologinya akan cenderung kurang baik.
Menurut Ellis yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2004: 141- 142) menyatakan bahwa: Sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/ respons, atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang ( like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu. Faktor- faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak- anak yang perlu diperhatikan didalam pendidikan ialah: kematangan ( maturation ), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, bioskop, guru, kurikulum, dan cara guru mengajar. Sikap berhubungan dengan perasaan atau emosional dalam merespon suatu objek baik respons positif mapun negatif. Sikap terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor baik dari dalam maupun dari luar, selain itu sikap dapat dirubah dan dibentuk. Sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu yaktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu atau siswa antara lain keadaan fisik dan kepribadian siswa. Sedangkan faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti situasi, pengalaman dan hambatan. Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dapat dirubah jika ada dorongan/rangsangan dari luar seperti dari guru dan orang tua selain itu juga lingkungan sekitar siswa seperti teman dan lingkungan masyarakat. Guru harus berusaha menyajikan bahan pelajaran agar menarik dan tidak membosankan bagi siswa dengan menggunakan metode yang bervariasi didukung media belajar yang menarik, sehingga siswa akan memperhatikan dan aktif dalam proses belajar mengajar dan menyediakan fasilitas belajar yang menunjang proses belajar. Peran aktif orang tua juga sangat penting dalam
xxiii
mendorong dan memperhatikan kemajuan pendidikan siswa. Semakin tinggi pendidikan orang tua diharapkan mampu melakukan peranannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing,
mengarahkan,
mengerti
kebutuhan
anaknya,
memperhatikan
perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan menyediakan fasilitas belajar, memberi motivasi anak agar anak semangat belajar, membantu kesulitan yang dihadapi anak baik dalam belajar maupun masalah lainnya, dan membiayai pendidikan anak sampai mencapai pendidikan tinggi. Sikap positif terhadap mata pelajaran sosiologi dan didukung peran aktif orang tua akan mendorong anak untuk lebih giat belajar sehingga diharapkan siswa akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah perbedaan tingkat pendidikan orang tua juga membedakan cara mendidik anak dalam keluarga? 2. Apakah perbedaan tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa ? 3. Bagaimana cara orang tua dan guru merubah sikap anak yang negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi agar dapat menjadi sikap positif sehingga siswa senang belajar dan prestasi belajar Sosiologi juga akan meningkat? 4. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa tentang pentingnya pendidikan bagi masa depannya?
xxiv
3. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan pendidikan formal yang telah ditempuh ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya. 2. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk merespons mata pelajaran Sosiologi baik bersifat positif maupun negatif 3. Prestasi belajar sosiologi. Prestasi belajar Sosiologi adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/ketrampilan yang menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar mata pelajaran Sosiologi
4. Perumusan Masalah Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Adakah hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari ? b. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari ? c. Adakah hubungan bersama yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari ?
5. Tujuan Penelitian
xxv
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : I. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009. II. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009. III. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009 .
6. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengetahuan dalam hal pendidikan sekaligus memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. b. Manfaat Praktis a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi orang tua dalam mendidik anak, membentuk dan merubah sikap anak agar dapat meningkatkan prestasi belajar. b) Berguna bagi siswa agar dapat menyikapi setiap mata pelajaran dengan positif agar dapat memperoleh prestasi yang optimal. c) Berguna bagi guru dalam mendidik dan mengajar siswa serta mengarahkan sikap siswa agar mencapai prestasi belajar yang diharapkan
xxvi
BAB II LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka (1) Prestasi Belajar Pengertian belajar
a.
Proses belajar berlangsung sepanjang kehidupan manusia agar manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, bersosialisasi dengan lingkungannya. Hasil dari proses belajar adalah perubahan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa harus belajar agar pandai dan mencapai prestasi yang baik. Teori-teori belajar antara lain: a) Aliran behavioristik Belajar menurut aliran ini adalah perubahan tingkah laku karena adanya Stimulus dan Respond (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap rangsangan dari luar. Pembelajaran dilakukan dengan selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat. Hubungan stimus dan respon jika diulangi akan menjadi kebiasaan, jadi kelakuan siswa adalah terdiri dari respons-respons tertentu terhadap stimulus–stimulus tertentu yang diberikan oleh guru, pembelajaran dilakukan berulang-ulang , agar mendapatkan hasil yang mantap. Apabila siswa menemukan kesulitan atau masalah, guru menyuruh siswa untuk mencoba-coba (trial-error) sampai akhirnya berhasil. Dalam kegiatan belajar diperlukan ganjaran atau penghargaan asebagai penguatan. a) Teori koneksionisme Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949), Teori belajar Thorndike disebut ”connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksikoneksi antara stimulus dan respon. Teori ini juga sering disebut ”trial-and-
xxvii
error learning” karena individu yang belajar melalui proses ”trial-and-error” untuk mendapatkan respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Menurut Thorndike yang dikutip oleh Bimo Walgito (2004: 69) menyatakan bahwa “belajar yang baik harus adanya kesiapan dari organisme yang bersangkutan. Apabila tidak adanya kesiapan, maka hasil belajarnya tidak akan baik”. Jadi untuk memperoleh hasil belajar yang baik perlu adanya latihan yang berulangulang. semakin sering orang belajar dan dilatih, maka akan semakin baik. Menurut Wasty Soemanto (2006: 124) menyebutkan ciri-ciri belajar dengan trial-and-error yaitu ”(1) ada motif pendorong aktivitas, (2) ada respond terhadap situasi, (3) ada eliminasi respon-respon yang gagal / salah, dan (4) ada kemajuan reaksi mencapai tujuan”. Jadi siswa dalam proses belajar perlu adanya dorongan untuk melakukan aktivitas belajar selain itu ada berbagai respon terhadap situasi. Untuk mendapatkan respon yang benar perlu adanya latihan berulang-ulang dan kesiapan kemudian respon-respon yang gagal / salah dieliminasi agar dikurangi dan tidak dilakukan lagi sedangkan respon yang benar atau menyanangkan akan cenderung diulangi sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Dari percobaan Thorndike yang dikutip oleh Rachman Abror (1993: 77) mengemukan: tiga hukum primer (1) Hukum kesiapan (2) Hukum latihan (law of excercise) i. Hukum menggunakan (law of use) ii.Hukum tidak menggunakan (law of disuse) (3) Hukum efek (law effect) Lima hukum belajar sekunder (1) Hukum respon berganda (law of multiple response) (2) Hukum sikap (law of attitude) (3) Hukum sebagian kegiatan atau Hukum unsur yang pre potensi (law of partial activity or law of prepotency element) (4) Hukum asimilasi atau analogi (law of assimilation or analogy) (5) Hukum perubahan atau pertukaran asosiatif (law of associative shifting) Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut tiga hukum primer (1) Hukum kesiapan
xxviii
Hukum ini menyatakan bahwa kalau suatu unit tindakan sudah siap dilakukan, maka akan menimbulkan kepuasan. Kalau suatu unit tindakan sudah siap, tetapi tidak dilakukan, maka akan menimbulkan ketidak puasan. Kalau suatu unit tindakan tidak siap dilakukan, lalu dipaksa untuk melakukan, maka akan menimbulkanketidak puasan, dan berakibat dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidak puasan. Jadi kepuasan pebelajar tergantung pada kesiapan orang tersebut untuk melakukan sesuatu. (2) Hukum latihan (law of excercise) i.Hukum menggunakan (law of use) Artinya hubungan baru akan bertambah kuat jika ada latihan-latihan lain yang sama. ii.Hukum tidak menggunakan (law of disuse) Artinya hubungan akan menjadi lemah atau terlupakan kalau latihanlatihan dihentikan. Jadi agar dalam belajar sukses perlu banyak latihan – latihan untuk sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa lahur terus belajar dan latihan secara berulang-ulang. (3) Hukum efek (law effect) Kegiatan yang menghasilkan rasa senang/puas dalam situasi tertentu cenderung akan diulangi lagi. Dalam proses pembelajaran guru seharusnya menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tertarik dan mengulangi apa yang telah dipelajari.
Lima hukum belajar sekunder (1) Hukum respon berganda (law of multiple response) Jika individu dihadapkan pada sesuatu yang bersifat problematis, maka ia akan mencoba-coba sampai mendapatkan respon yang tepat. Dalam hukum ini guru sebaiknya memberikan tugas agar siswa mencari solusi
xxix
dari permasalahan misalnya dengan menyajikan masalah yang ada dalam masyarakat sekitar dan siswa diberi tugas mencari solusi dengan pemikirannya sendiri. (2) Hukum sikap (law of attitude) Stimulus yang sama dapat menghasilkan respon yang berlainan tergantung pada sikap individu (3) Hukum sebagian kegiatan atau Hukum unsur yang prapotensi (law of partial activity or law of prepotency element) Menentukan kemungkinan – kemungkinan dan memilih hal-hal yang dianggap penting secara selektif berdasarkan atas pengertian. Disini individu menganalisis kemungkinan apa yang akan terjadi kemudian memilih hal-hal yang dianggap penting dan yang kurang penting tidak digunakan. (4) Hukum asimilasi atau analogi (law of assimilation or analogy) Adanya penyesuaian diri dan pemberian respon terhadap situasi baru namun respon yang dilakukan banyak dipengaruhi respon sebelumnya selama masih ada kemiripan. (5) Hukum perubahan atau pertukaran asosiatif (law of associative shifting) Perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada dilingkungan sehingga menimbulkan respons yang reflek. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Kecenderungan jika mereaksi dan berhasil maka respons tersebut akan digunakan untuk merespon situasi yang lain.jadi respon yang berhasil cenderung dipertahankan dan diulangi. Misalnya siswa yang senang belajar dengan meringkas materi pelajaran sosiologi jika hal ini dianggap berhasil maka akan dilakukan pada saat mempelajari materi sejarah atau yang lainnya yang dianggap masih dapat dipertahankan. Kelemahan-kelemahan teori yang dikemukakan oleh Thorndike antara lain: (1)
Teori ini bersifat mekanis, jika diberikan stimulus dengan sendirinya maka akan timbul respon. Dalam kenyataannya manusia mempunyai
xxx
faktor psikologis yang mempengaruhi kejiwaan dan mempengaruhi dalam memberikan respons terhadap sesuatu. Misalnya waktu guru memberikan tugas yang ia tidak suka, maka ia mau mengerjakannya. (2)
Pelajaran bersifat teacher-centred, jadi yang aktif adalah guru karena siswa perlu diberi stimulus agar menghasilkan respon yang diinginkan. Pelajaran berlangsung hanya satu arah sehingga mengakibatkan siswa kurang kreatif dan mencari sumber dari luar.
(3)
Siswa pasif karena kurang dorongan untuk aktif berpikir dan juga siswa tidak ikut menentukan bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Siswa hanya menunggu guru memberikan materi pelajaran.
(4)
Teori ini lebih mengutamakan materi, karena hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Materi diberikan kepada siswa dengan melatih siswa berulang kali sampai siswa menguasai materi. Jadi koneksionisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
b) Teori Classikal condition (teori pembiasaan klasik) Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 169) mengemukakan tentang hasil penelitian Pavlov bahwa “perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu”. Belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka reflektif dan tidak dapat dikendalikan, tetapi Pavlov dapat membuktikan mengkondisikan
bahwa
dengan
perilaku.
belajar
Sedangkan
mengemukakan dari teori Pavlov bahwa
xxxi
berulang-ulang Rachmad
Abror
sampai (1993:
dapat 80)
Belajar adalah kebiasaan yang dilakukan oleh persyaratan (conditioning) atau menghubungkan stimulus yang lebih kuat dengan stimulus yang lemah hingga organisme itu dimungkinkan, sebagai hasil dari belajar assosiatifnya, untuk mentranfer respon yang biasanya dihubungkan dengan stimulus yang lebih kuat bilamana stimulus yang lebih kuat bilamana stimulus yang lebih kuat itu dihentikan atau dihilangkan. Belajar dilakukan dengan adanya persyaratan yang kuat sebagai persiapan penyesuaian agar timbul kebiasaan dan setelah tingkah laku terbentuk, persyaratan dikurangi dan dihilangkan. Jadi dari beberapa pendapat tentang belajar menurut teori pembiasaan klasik dapat diambil kesimpulan bahwa dalam belajar harus diberi stimulus agar timbul respons yang dilakukan berulang-ulang sampai timbul kebiasaan. Kebiasaan dibentuk dengan latihanlatihan berulang kali hingga dalam individu tertamam kemauan untuk selalu belajar tanpa paksaan. Menurut Pavlov yang dikutip oleh Bimo Walgito (2004: 66) membedakan aktivitas organisme dibedakan atas: (1) Aktivitas yan bersifat reflektif Yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organime yang bersangkutan.
(2) Aktivitas yang disadari, Yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang bersangkutan. Penelitian Pavlov memusatkan perhatian pada masalah reflek, karena kadang organisme membuat respon tanpa disadari sebagai akibat reaksi terhadap stimulus yang mengenainya. Teori ini jika diterapkan dalam kegiatan belajar juga mempunyai kelemahan antara lain: (1) Dalam diri siswa mempunyai cita-cita, minat dan bakat yang dapat mempengaruhi proses belajar, dan setiap stimulus berbeda-beda bagi setiap siswa.
xxxii
(2) Respon mungkin dipengaruhi oleh respon yang tidak dikenal, karena stimulus yan tidak dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kata lain, tidak dapat diramalkan mana stimulus yang menarik perhatian seseorang. c) Operant Conditional Teori ini diciptakan oleh Burrhus Frederic Skinner. Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Teori operant Conditional adalah pengembangan teori koneksionisme. Kalau pengkondisian yang memberi kondisi adalah rangsangan, maka teori penguatan yang dikondisi atau yang diperkuat adalah responnya dengan memberikan penghargaan atau hadiah. Definisi belajar menurut Skinner yang dikutip oleh Baharuddin dan Nur Wahyuni (2007: 67) “belajar sebagai perubahan perilaku”. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul. Perilaku dikendalikan dengan penguatan untuk perilaku yang muncul. Respons terjadi bukan karena didahului stimulus melainkan karena efek penguat, respons akan meningkat jika adanya penguat yang mengakibatkan tingkah laku tetap dipertahankan. Dalam pembelajaran reinforcer atau penguat harus sesuai dengan yang disukai atau dikehendaki siswa agar respon yang benar dilakukan lagi. Menurut Skinner yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 126) membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni: “(1) respondents: respon yang terjadi kerena stimuli khusus yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku yan bersifat reflektif, (2) operants: respon yang terjadi karena situasi random”. Menurut Reber yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 68) mengemukakan bahwa “operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan dekat.Dalam pengajaran, Operants conditioning menjamin respon-respon terhadap stimuli. Guru berperan penting di dalam proses belajar mengajar karena guru bertugas mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar kearah tercapainya tujuan yang dirumuskan. B.F. Skinner yang dikutip oleh Gino, J, Suwarno, Suripto, Maryono, Sutijan (2000: 7) menyatakan:
xxxiii
Setiap kali seseorang memperoleh stimulus maka ia akan memberikan respons berdasarkan hubungan S,R. respons yang diberikan dapat sesuai (benar), dapat pula tak sesuai (salah). Respons yang benar perlu diberi penguatan agar orang itu ingin melakukan kembali. Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan penguatan baik yang bersifat positif maupun negatif. Respon yang benar diberikan penguatan berupa pujian atau hadiah, sedangkan respon yang salah dapat diberi hukuman yang sifatnya mendidik. Dengan memberikan penguatan, maka respon yang benar akan semakin kuat dalam pembentukan perilaku. Ciri-ciri aliran behavioristik / perilaku. a. Mementingkan pengaruh lingkungan. b. Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. c. Mementingkan reaksi. Siswa selalu diberi stimulus sampai timbul respon atau reaksi yang tepat. d. Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. e. Mementingkan terjadinya sebab-sebab masa lampau mementingkan pembentukan - pembentukan kebiasaan. Sebab-sebab kejadian merupakan alasan seseorang melakukan respons yang sama terhadap stimulus karena respons yang benar cenderung diulang sampai timbul kebiasaan. f. Mengutamakan proses “trial & Error”. Dalam belajar perlu latihan-latihan berulang kali sampai siswa berhasil. Prinsip-prinsip teori Behavioristik yang banyak dipakai di dalam dunia Pendidikan adalah: (1) Proses belajar dapat terjadi apabila si pelajar ikut berperan serta secara aktif (2) Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan logis sehingga si pelajar mudah mempelajarinya karena, disini mereka memerlukan suatu respon tertentu saja (3) Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga mereka mengetahui apa respons yang diberikannya itu benar atau salah
xxxiv
(4) Setiap kali si pelajar memberikan respon yang benar, ia perlu diberi penguatan Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa ¶
Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
¶
Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
¶
Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
¶
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
¶
Kesalahan harus segera diperbaiki
¶
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
¶
Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik Kekurangan : Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal maupun fisik dapat berakibat buruk bagi siswa. Kelebihan : Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : Percakapan bahasa asing, menari, mengetik, olah raga, dll. Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
xxxv
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
b) Teori-teori Belajar menurut Aliran Psikologi kognitif Aliran ini tidak puas terhadap proses hubungan stimulus-responsereinforcement .Dalam perspektif pendekatan kognitif didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan dimana tingkah laku itu terjadi. Belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan semata-mata peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah yang diakibatkan adanya respon atas stimulus yang diberikan, melainkan yang lebih penting karena adanya dorongan mental yang diatur oleh otak. Pembelajaran dalam teori kognitif dilakukan dengan mengaktifkan indera siswa agar memperileh pemahaman, sedangkan pengaktifan indera dilakukan dengan menggunakan alat bantu belajar/media yang disesuiakan dengan kebutuhan, disamping itu menggunakan penyajian/metode yang bervariasi agar anak tertarik dan indranya aktif, sehingga banyak hal-hal yang dapat diserap dan dipahami siswa. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan mendapatkan “insight” memecahkan masalah. Mereka (para ahli) berpandangan tingkah laku lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan yanga terdapat dalam situasi dalam keseluruhan. Keseluruan lebih berarti daripada bagianbagiannya.
Proses
belajar
disini
mencakup
pengaturan
stimulus
dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Tokoh-tokoh teori belajar yang didasari oleh psikolog kognitif. a) Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori Gestalt, yang dasarnya diletakkan oleh Max Wirtheiner. Max Wirtheiner meneliti tentang
xxxvi
pengamatan dan problem solving. Kemudian tokoh lain antara lain Wolfgang Kohler, kurt Koffka dan Kurt Lewin. Psikologi Gestalt menekankan keseluruhan. Keseluruhan membentuk satu kesatuan yang bermakna. Menurut Gestalt yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 170) mengemukakan bahwa ”Belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian bagian-bagian”. Dalam belajar siswa harus memehami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. Sedangkan Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Rachman Abror (1993: 84) mendefinisikan ”belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya”. Jadi melalui interaksi, kemudian terbentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru yang bersama-sama membentuk pemahaman(insight) yang dapat memecahkan masalah. Menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni (2007: 88) teori Gestalt memandang ”Belajar adalah sebagai proses yang didasarkan pada pemahaman (insight)”. Pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar tersebut akan menghasilkan pemahaman yang dapat membantu individu memecahkan masalah. Jadi teori Geltalt menganggap yang paling penting dalam proses belajar individu adalah mengerti apa yang dipelajari. Menurut Ernest Hilgard yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 171) mengemukakan enam ciri-ciri dari belajar, antara lain: (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan belajar yang lalu. Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi. Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi yang lain.
Seseorang harus belajar dengan pemahaman, namun sebelumnya harus mempunyai kemampuan dasar dan adanya kemampuan belajar yang telah dilakukan. Untuk mendapatkan pemahaman perlu adanya pengaturan
xxxvii
situasi, insight baru berfungsi jika ada persepsi terhadap masalah. Dalam belajar pemahaman terhadap suatu masalah dapat diulangi dan diaplikasikan untuk pemahaman situasi yang lain yang sesuai. Jadi teori Gestaltl mementingkan ”Insight” atau pemahaman dalam belajar. b) Kurt Lewin dengan teori medannya (Teory Cognitive Field) Bertolak dari Gestalt, Kurt Lewin mengembangkan satu teori belajar yang disebut “Theory Cognitive Field” .Gino, J et al (2000: 9) mengemukakan bahwa ”Setiap individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikilogis.
Medan
kekuatan
tersebut
mencakup
lingkungan di mana individu tersebut bereaksi”.
seluruh
perwujudan
Jadi keadaan psikilogis
penting untuk belajar baik dalam berinteraksi dengan orang yang ditemui, bahan pelajaran yang ia hadapi serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia punyai. Menurut Lewin yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 129) mengemukakan bahwa ”Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif”. Perubahan struktur kognitif adalah adalah hasil dari kekuatan medan kognisi dan yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Jadi Lewin menganggap peranan yang lebih penting terhadap motivasi dari reward (penguatan). c) Teori belajar “ cognitive-developmental” dari piaget. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelaktual dari konkrit menuju abstrak. Dalam penelitiannya Piaget meneliti tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000: 10) menyatakan bahwa ”Perkembangan kognitif merupakan proses
genetik, artinya proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleklah susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuanya”. Tahap-tahap perkembangan
kognitif piaget yang dikutip Wasty
Soemanto (2006: 123) adalah sebagai berikut
xxxviii
(1) Sensori motor (lahir – 2 tahun) bayi bergerak dari tidakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaanpemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tenytang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. (2) Operasional (2-7) anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik. (3) Konkret operational (7-11) pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. (4) Formal operational (11-15) anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik. Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahap perkembangan dengan menyusun materi pelajaran sesuai siswa sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah pendidik harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis. Menurut Jean Piaget yang dikutip oleh Hamzah B. Uno (2006: 10) menyebutkan bahwa ” proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni (1) assimilasi, (2) akomodasi, (3) equilibrasi (penyeimbangan)”. Proses assimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam diri siswa. Akomodasi adalah penyesuaian
stuktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Dalam pertumbuhan individu ke arah kedewasaan, siswa akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan kualitatif didalam stuktur kognitifnya. Apabila seseorang mendapatkan informasi baru, maka informasi tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya bila stuktuk kognitif yang telah dimiliki, yang dimodifikasi sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah poses akomodasi. Baik asimilasi maupun akomodasi terjadi apabila terdapat konflik dalam stuktur kognitifnya, atau terjadi ketidak-seimbangan apa yang telah diketahuinya dengan apa yang
xxxix
dilihat/dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan maka seseorang telah beradaptasi. Dalam hal ini orang yang mempunyai jumlah informasi yang sama diotaknya mungkin mempunyai kemampuan equilibrasi yang berbeda. Seseorang dengan krmampuan equilibrasi yng balik akan dapat menata berbagai informasi dalam urutan yang baik, jernih dan logis. Sedangkan bagi yang memiliki eguilibrasi yang kurang, maka ia cenderung mempunyai pemikiran yang ruwet, tidak logis ataupun berbelit-belit. Menurut Pieget yang dikutip oleh Hamzah B. Uno (2006: 11) menemukakan bahwa: Proses belajar harus disesuaikan dengantahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8), tahap operasional konkriet (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Guru hendaknya mememperhatikan tahap-tahap proses belajar agar sesuai dengan kemampuan siswa. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Pengaplikasian didalam belajar: perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi dan asimilasi. Karena itu kepada pelajar diberikan suatu area yang belum ia ketahui agar belajar, ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Dengan adanya area baru atau materi baru itu ia dapat mengadaptasi sehingga terjadi keseimbangan dalam truktur kognitifnya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
xl
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. ¶
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
¶
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
¶
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
¶
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya. Prinsip-prisip kognitif yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran (instuksional) antara lain: -
Pelajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
-
Penyusunan bahan pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik mereka harus terlebih dahulu memahami tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana/mudah.
-
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada hanya dengan menghafal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus disesuaikan dengan apa yang telah dimilikinya. Tugas pengajar adalah menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahuinya.
-
Adanya perbedaan individual pada pelajar perlu diperhatikan sebab faktor ini mempengaruhi sekali proses belajar mereka. Perbedaan tersebut antara lain kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan yang sukses.
Ciri-ciri Aliran Psikologi Kognitif i.
Mengutamakan apa yang ada di dalam diri sendiri
ii.
Mementingkan keseluruhan dari bagian-bagian peranan kognitif.
xli
iii.
Mementingkan peranan kognitif. Peranan kognitif sangat penting dalam belajar karena menganggap bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh kognisi yang berdasarkan pemikiran otak.
iv.
Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia.
v.
Mementingkan kondisi waktu sekarang.
vi.
Mementingkan pembentukan stuktuf kognitif.
vii.
Mengutamakan “insight” (pemahaman). Belajar tidak hanya sekedar menghafal hingga jadi kebiasaan, namun perlu pemahaman yang berarti dalam memecahkan masalah.
c) Teori-teori Belajar dari Psikologi Humanistik Perhatian psikologi humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman individu itu sendiri. Tujuan utama para pendidik (pengajar) adalah membantu sipelajar untuk mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri dan membantunya untuk mewujudkan potensi - potensi yang ada pada diri mereka. Setiap individu mempunyai potensi yang berbeda yang perlu dibimbing dan dikembangkan secara optimal. Dengan dapat mengenal dirinya sendiri, mereka dapat mengerti apa yang mereka inginkan dan menjadi diri sendiri untuk untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya. Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu: proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini pada individu. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik Ada beberapa tokoh Psikologi humanistik yang menonjol antara lain: o
Comb
Menurut Combs dan kawan-kawan yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 137) menyatakan:
xlii
Apabila kita ingin memahami perilaku orang, kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pamdangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain Perilaku seseorang dapat dipahami dan dirubah, Meaning adalah konsep dasar yang dipakai
atau digunakan. Belajar terjadi bila siswa
mempunyai arti bagi siswa itu sendiri, guru tidak bisa memaksakan materi pada siswa.Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 137) mengatakan bahwa “perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidak mauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak memberikan kepuasan bagi dirinya”. Jadi untuk membentuk perilaku siswa yang baik, guru harus memberikan aktivitas yang memungkinkan siswa memberikan reaksi positif. Para ahli Psikologi humanistik menyatakan ada dua hal yang menjadi komponen utama dalam belajar yaitu: i.
Pemerolehan informasi baru
ii.
Personalisasi informasi itu pada diri individu Menurut Combs yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000: 11) menyatakan “keberhasilan belajar siswa akan optimal apa bila bahan pelajaran memiliki arti bagi kehidupannya , atau dengan kata lain apabila bahan pelajaran dapat menyatu dengan pribadinya”. Sebagai guru yang terpenting adalah bagaimana caranya membawa siswa untuk memberikan materi pelajaran yang berarti bagi dirinya dan yang dapat dihubungkan dengan kehidupannya sehingga akan menimbulkan perilaku yang diinginkan oleh guru dan proses balajarpun dapat berjalan dengan lancar. Menurut Combs yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 138) memberikan lukisan ”persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1) gambaran dari persepsi diri, lingkaran besar (2) persepsi dunia”. Makin jauh peristiwa – peristiwa dengan persepsi dirinya makin kurang pengaruhnya,
xliii
sedangkan makin dekat dengan persepsi dirinya, makin besar pengaruhnya. Jadi makin sedikit hubungan hal-hal dengan persepsi diri maka makinmudah hal itu terlupakan dan dianggap tidak berarti baginya. o
Maslow
Menurut Maslow yang dikutip oleh Wasty Soemanto ( 2006: 138) Teorinya didasari oleh asumsi bahwa di dalam diri kita ada hal yang penting yakni:” (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, (2) adanya kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu Setiap orang memiliki rasa takut misalnya takut berusaha, takut berkembang, takut kehilangan apa yang telah dimiliki dan sebagainya. Namun di dalam dirinya terdapat usaha yang mendorong maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsi semua kemampuan, kearah kepercayaan diri guna menghadapi dunia luar dan pada saat itu. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai berbagai perasaan
takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang
mendorong untuk maju kearah ke unikan diri, kearah fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang harus dipanuhi dari yang paling dasar. Kebutuhan menurut Maslow yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000: 13) tergambar sebagai berikut: i. ii. iii. iv. v. vi. vii.
Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan akan keamanan Kebutuhan untuk dicintai dan diakui kelompoknya Kebutuhan untuk harga diri dan berpretasi Kebutuhan untuk aktualisasi diri Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami Kebutuhan estetis Bila seseorang telah memenuhi kebutuhan pertama/dasar barulah timbul kebutuhan kedua dan seterusnya.
xliv
Implikasi dari hierarki kebutuhan ini dalam proses belajar mengajar, guru harus menyesuaikan pelajaran sesuai dengan si pelajar secara berturutan. Guru harus peka terhadap kebutuhan murid agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Prisip-prinsip belajar Aliran Psikologi Humanistik dalam proses instruksional / pendidikan. a)
Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami, b) Belajar yang efektif terjadi bila bahan pelajaran dirasakan oleh siswa (pelajar) sesuai dengan maksud dirinya. c) Belajar yang mendorong perubahan dalam persepsi mengenai dirinya cenderung ditolaknya. d) Apabila ancaman terhadap dirinya rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara dan muncullah proses belajar. e) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan cara melakukannya
f) Belajar akan berjalan lancar apabila siswa terlibat dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu sendiri. g) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh, baik perasaan maupun intelektualnya dapat memberikan hasil yang intensif dan lestari h) Kepercayaan diri, kemerdekaan, kreatifitas akan lebih mudah dimunculkan melalui kegiatan mawasdiri, mengritik diri dan kemudian menggunakan penilaian diri dari orang lain Ciri-ciri utama Aliran Humanistik (1) Mementingkan manusia sebagai pribadi yang bulat (2) Mementingkan peranan kognitif dan afektif (3) Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self konsep (4) Mengutamakan persepsi sbyektif yang dimiliki tiap individu. (5) Mengutamakan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku (6) Mengutamakan insight (pengertian). Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada peran guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan dengan memberi motivasi, kesadaran bagi
xlv
siswa ,membimbing dan memfasilitasi siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pambelajarannya. Tujuan pembelajaran lebih diutamakan pada prosesnya bukan pada hasilnya. Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas, mengusahaan adanya partisipasi siswa,mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat ,guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta adanya evaluasi pembelajaran Pada teori ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif. Kekurangan dan Kelebihan Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi- materi yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah siswa senang,
bergairah, berinisiatif dalam belajar,dan terjadi
perubahan pola pikir siswa, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Setiap
teori terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dalam belajar
banyak faktor yang mempengaruhi. Belajar perlu latihan berulang-ulang dan juga mementingkan kemampuan kognitif tanpa mengabaikan keadaan psikologis. Menurut Winkel (1996:53) mendefinisikan pengertian belajar adalah “Suatu aktivitas mental / Psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan-pemahaman,
ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Sedangkan pengertian belajar dari definisi beberapa ahli yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2004: 84) 1)
Hilgard dan Bower belajar berhubungan dengan perubahan disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang 2) Gagne Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelumnya ia akan mengalami situasi tadi.” 3) Morgan, Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku Yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
xlvi
4)
Witherington “ Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pngertian.” Dari beberapa pengertian dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan yang meliputi bertambahnya pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, pengalaman, nilai, sikap dan untuk mengembangkan aspek-aspek yang lain yang ada pada diri individu. b. Pengertian Prestasi Manusia di dalam kehidupannya selalu mengejar prestasi yang diinginkan, begitu pula sebagai seorang siswa juga berusaha meraih prestasi belajar yang terbaik agar mampu meningkatkan kemampuan dan menunjukkan kualitas dirinya sebagai siswa yang pandai. Kata ”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. (Zainal Arifin 1990: 2). c. Pengertian Prestasi Belajar Di sekolah, siswa saling berkompetisi untuk memperoleh prestasi belajar yang terbaik. Prestasi dapat dicapai dengan belajar sungguh-sungguh dan kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai prestasi belajar yang optimal. Menurut Winkel (1996: 391) ”Prestasi belajar adalah bukti nyata bahwa hasil yang dituju telah tercapai, yang kemudian di evaluasi dengan memberikan umpan balik kepada siswa”. Menurut Oemar Hamalik (2001: 159) “prestasi belajar merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Jadi menurut Oemar Hamalik prestasi belajar akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses belajar mengajardan pendapat ini didukung oleh pendapat dari Buchori Muchtar (1992: 94) ”prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajar, baik berupa angka serta tindakan yang mencerminkan hasil usaha yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar yang berupa angka atau simbol atau kalimat dalam pereode tertentu”. Sedang menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 24) ” prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/keterampilan yang dinyatakan
xlvii
sesudah hasil penilaian”. Siswa dapat dikatakan telah berprestasi jika siswa sudah mempunyai pengetahuan, kecakapan / ketrampilan yang telah dipelajari selama proses belajar-mengajar. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) ”Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai”. Dari berbagai beberapa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari disekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/ keterampilan yang menghasilkan perubahan dan dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar. d. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3) antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern bahwa tinggi-rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Prestasi belajar tidak hanya berguna bagi siswa namun juga bagi guru dan institusi pendidikan. Bagi siswa prestasi belajar dapat digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana kemampuannya dan usahanya selama mengikuti proses belajar mengajar. Bagi guru, prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai evaluasi cara / metode belajar yang digunakan sudah efektif atau belum. Sedangkan bagi institusi prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan institusi dalam mencapai tujuan pendidikan dan dapat digunakan sebagai perbaikan kurikulum pendidikan. Çetin, B., Akın, A. (2009: 244) defines achievement goals as an "integrated pattern of beliefs, attributions, and affect that produces intentions of behavior" and further adds, "that is represented by different ways of approaching, engaging in, and responding to achievement-type activities" artinya tujuan prestasi
xlviii
adalah “contoh kesatuan dari keyakinan, simbol, dan akibat yang menghasilkan maksud dari perilaku” yang diwakili oleh perbedaan cara mendekat , menarik dan merespon untuk
aktivitas tipe prestasi. jadi prestasi mempunyai tujuan yang
dihasilkan oleh perilaku seseorang dan prestasi tersebut dapat berupa simbol. e. Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar Prinsip-prinsip pengukuran prrestasi belajar antara lain: a) Tes harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instuksional b) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari materi yang dicakup oleh program instuksional atau pengajaran. c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukurhasil belajar yang diinginkan. d) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. e) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. f) Tes prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik. Gronludd yang dikutip oleh (Saifuddin Azwar 2002:18-23) Dalam pengukuran prestasi belajar harus berpatokan pada skala penilaian yang digunakan dan aturan–aturan yang telah ditetapkan. Dan penyusunan butir-butir soal harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. f. Cara Penilaian Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diukur melalui evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”evaluasi”. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Pendanaan kata evaluasi adalah asessment berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seseorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Dimyanti & Mudjino (2002: 232) ”evaluasi merupakan proses sistematik menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti objek, proses, untuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain, berdasarkan kriteria tertentumelaluai penilaian. Definisi beberapa ahli yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto & Cepi Safaruddin Abdul Jabar ( 2004: 1).
xlix
1) Menurut Schrahman (1961 dalam Anderson, 1975) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mrndukung tercapainya tujuan. 2) Worthen dan Sander (1973 dalam Anderson, 1971) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari tersebut, juga termasuk mencari sesuatu yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
3) Stufflebearam (19971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Dari beberapa definisi tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa evaluasi adalah kegiatan penilaian berencana yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar siswa. Evaluasi
hasil
belajar
merupakan
kegiatan
berencana
dan
berkesinambungan. Muhibbin Syah (1995:143) menyebutkan berbagai ragam evaluasi mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks yaitu “pre test dan pos test, evaluasi prasarat, evaluasi diagnostik, evauasi formatif, evaluasi sumatif dan ragam alat evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu bentuk obyektif dan bentuk subyektif”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1) Pre Test dan Pos Test Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi surat pengetahuan siswa mengenai bahanm yang akan disajikan. Post Tes adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. 2) Evaluasi Prasyarat Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. 3) Evaluasi Diagnostik
l
Evaluasi dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
4) Evauasi Formatif Evaluasi sama dengan ulangan yang dilakukan setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik untuk mendiaknosis kesulitan belajar siswa kemudian digunakan sebagai perbaikan. 5) Evaluasi Sumatif Evaluasi dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. 6) Ujian Akhir Nasional Evaluasi yang dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan. Ragam alat evaluasi secara garis besar terdiri dari dua macam. (1)
Bentuk Obyektif
a)
Tes Salah-Benar
b)
Tes Pilihan Berganda
c)
Tes Pencocokan (Menjodohkan)
d)
Tes Isian
(2)
Bentuk Subyektif Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah pengukuran prestasi
belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari
li
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D, F pada pendidikan tinggi. Pendidikan tidak hanya bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif saja ketapi juga kemampuan afektif dan kemampuan motorik.
(1) Tingkat Pendidikan Orang Tua. Tingkat
pendidikan
orang
tua
merupakan
faktor
eksternal
yang
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar anak. Tingkat pendidikan orang tua termasuk dalam faktor lingkungan keluarga, karena di dalam faktor yang berasal dari keluarga mencakup tingkat pendidikan orang tua yang akan berpengaruh terhadap cara membimbing anaknya, kesadaran orang tua tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak dengan menyedikan fasilitas belajar, memotivasi dan membantu anak dalam menghadapi kesulitan di sekolahnya. Pendidikan keluarga sangat penting karena dalam keluargalah akan lahir generasi-generasi penerus bangsa. a. Pengertian Pendidikan Pendidikan
sangat
fundamental
bagi
kehidupan
manusia,
karena
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang berguna bagi kehidupan manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir sampai mati Pendidikan dapat merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik kerena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak bekal pengetahuan, keahlian ataupun ketrampilan yang dimiliki sehingga akan dapat bersaing dalam dunia kerja dan mencapai kesejahteraan hidup. Negarapun memberikan kesempatan pada setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan setinggi–tingginya, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi ”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Kata atau istilah Pendidikan mengandung dua pengertian/makna yang dapat dipisahkan. Pertama adalah pengertian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Kedua
lii
adalah pengertian pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan negara, masyarakat, keluarga, individu tertentu. Dari segi estimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani ”Paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata ”Pais” yang berarti ”Anak” dan kata ”Ago” yang berarti ”Aku membimbing”. Jadi paedagogike berarti ”Aku membimbing”. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan
sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 11) ”pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”. Anak akan terus tumbuh dan berkembang baik secara jasmani fisik dan psikis dan hal itu perlu bimbingan orang dewasa agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik atau optimal.. Hasbulah(2005: 5) mengemukakan “pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak didik melalui kontak dan komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus sampai mencapai kedewasaan”. Dengan kontak dan komunikasi yang terus menerus akan terjalin hubungan yang erat dan ada penyampaian pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga pendidikan agama dan moral agar terbentuk pribadi yang baik sehingga dapat berguna baik bagi diri sendiri, masyakat dan pembangunan bangsa. Dari beberapa definsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada hakekatnya pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam penelitian ini adalah
liii
pendidikan formal yang dilihat dari jenjang pendidikan yang telah ditempuh orang tua sesuai dengan sistem pendidikan nasional b. Jalur Pendidikan Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 pasal 1 ayat 7 (2003: 3) yang dimaksud dengan ”jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan”. Dalam hal ini jalur pendidikan ada tiga yaitu formal, non formal dan informal. a) Pendidikan formal Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa ”Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Ciri-ciri pendidikan formal antara lain a) Tempat kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan di sekolah atau gedung. b) Memiliki jenjang pendidikan secara jelas c) Materi pembelajaran bersifat akademis d) Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta e) Pelaksanaan proses pendidikan relative memakan waktu yang cukup lama. f) Untuk menjadi peserta didik ada persyaratan khusus g) Ada ujian formal disertai pemberian ijazah h) Kurikulumnya disusun secara jelas untuk setiap jenjang dan jenis i)
Tenaga
pengajaran
harus
memiliki
klasifikasi
sebagaimana
ditetapkan dan diangkat untuk tugas tersebut. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah oleh lembaga formal dan guru bertanggung jawab terhadap pendidikan anak yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup dalam masyarakat nanti sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Pekerjaan guru tidak hanya mengajar, melainkan juga mendidik. Sekolah sebagai penyelenggaran pendidikan formal mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan, yang dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
liv
1)
Tanggung jawab formal. Sesuai dengan fungsinya, lembaga pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
2)
Tanggung jawab keilmuan. Berdasarkan bentuk, isi, dan tujuan, serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat.
3)
Tanggung jawab fungsional. Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum. Sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
terbatasnya orang tua yang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Guruguru di dalam lembaga pendidikan formal adalah orang dewasa yang mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas sebagai pendidik. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Sekolah adalah pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan. b) Pendidikan non-formal Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa ”Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Ciri-ciri pendidikan non formal antara lain a)
Pada umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas
b)
Bersifat praktis dan khusus
c)
Pendidikan relative berlangsung secara singkat
d)
Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
e)
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di luar gedung. Pendidikan Masyarakat merupakan pendidikan non formal.
lv
Pendidikan ini dilakukan oleh tokoh masyarakat dan orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga dan organisasi masyarakat. Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, citacita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peranan yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta), menyediakan lapangan kerja, biaya, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ketrampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat. Pendidikan kemasyarakatan dapat dilaksanakan oleh berbagai lembaga dengan berbagai program pendidikan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Karena itu pendidikan kemasyarakatan, seperti juga pendidikan yang lain tetap menjadi tanggung jawab pemerintah, pribadi, keluarga, organisasi dan himpunan dalam masyarakat (keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sosial dan profesional) Secara konkrit pendidikan masyarakat dapat memberikan : 1) Kemampuan professional untuk mengembangkan karier melalui kursus penyegaran, penataran, lokakarya, seminar, konferensi ilmiah dan sebagainya; 2) Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional seperti sekolah terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi, dan sebaginya; 3) Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama melalui pesantren, pengajian, pendidikan agama di surau atau langgar, biara, sekolah minggu, dan sebagainya;
lvi
4) Kemampuan mengembangkan kehidupan social budaya melalui bengkel seni, teater, seni beladiri, lembaga pendidikan spriritual, dan sebagainya; 5) Keahlian dan ketrampilan melalui system magang untuk menjadi ahli bangunan, dan sebagainya. c) Pendidikan Informal Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”. Ciri-ciri pendidikan informal antara lain: 1)
Tidak berjenjang
2)
Tidak ada persyaratan apapun
3)
Tidak ada ujian
4)
Tidak ada lembaga tertentu
5)
Tidak ada materi tertentu yang harus dipelajari
6)
Berlangsung sepanjang hayat Pendidikan Keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan informal.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama. Perilaku pendidikan dalm keluarga diperankan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya yang memberikan tentang nilai-nilai religius, moral, nilai-nilai adat dan nilai etis
c. Pengertian Jenjang Pendidikan Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal I ayat 8 disebutkan bahwa “jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yng akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”. Sedangkan menurut Soedomo Hadi (2003 : 139) menyatakan “jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang didasarkan tingkat perkembangan anak (peserta didik) dan keleluasaan bahan pengajaran”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang didasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, kemampuan yang akan dikembangkan dan keleluasaan bahan pengajaran.
lvii
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. a) Pendidikan Dasar terdiri dari a. Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah b. SMP / MTs b) Pendidikan Menengah terdiri dari a. SMA dan MA b. SMK dan MKA c) Pendidikan Tinggi, terdiri dari a) Akademi b) Institut c) Sekolah Tinggi d) Universitas Adapun penjelasan mengenai tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : a) Pendidikan dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik dan untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Adapun bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas: a) Sekolah menengah umum : pendidikannya mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta didik
lviii
b) Sekolah menengah kejuruan, yaitu jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan ketrampilan peserta didik untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. c) Sekolah menengah keagamaan; pendidikannya mengutamakan penguasaan pengetahuan khusus peserta didik tentang ajaran agama yang berkaitan. d) Sekolah menengah kedinasan, pendidikannya mengutamakan peningkatan kemmpuan dalam melaksanakan tugas kedinasanbagi pegawai negeri atau calon pegawai negeri. e) Sekolah menengah luar biasa, pendidikan yang mengkhususkan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan / atau mental. Pendidikan menengah bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. c) Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik maupun kemampuan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan
pendidikan
yang
menyelenggarakan
pendidikan
tinggi
disebutperguruan tinggi disebut perguruan tinggi dan dapat berbentuk universitas, institute, sekolah tinggi, politeknik dan akademi. 1) Univesitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau professional dalam sejumlah disiplin pengetahuan, teknologi dan/atau ilmu pengetahuan tertentu.
lix
2) Institute
menyelenggarakan
program
pendidikan
akademik
dan/atau
professional dalam sekelompok disiplin pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang sejenis. 3) Sekolah tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan atau professional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. 4) Politeknik menyelwnggarakan program pendidikan professional dalam sejumlah bidang professional dalam sejumlah bidang khusus. 5) Akademi mnyelenggarakan program pendidikan professional dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan teknologi atau kesenian tertentu. Tujuan pendidikan tinggi adalah: 1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan / atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni. 2) Penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut berpedoman pada tujuan pendidikan nasional,yaitu: a. Kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan. b. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat kemampuan dan prakarsa pribadi. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah, yang dilakukan oleh pendidik yang professional , dengan program yang dituangkan dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat Kanak-kanak(TK) sampai pendidikan tinggi (PT). d. Jenis Program Pendidikan Menurut UU No. 20 pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa ”jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan”. 1) Pendidikan Umum
lx
Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengutahuan dan ketrampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat- tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan bagi pendidikan lainnya. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA dan UNIVERSITAS 2) Pendidikan kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, jasa boga dan busana, perhotelan, kerajinan, administrasi perkantoran, dan lain – lain. Lembaga pendidikan seperti STM, SMTK, SMPI, SMIK, SMEA
3) Pendidikan Luar biasa Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/ atau mental. Yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SLB, untuk jenjang pendidikan menengah masing – masing memiliki program khusus untuk anak tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa serta tuna grahita. Untuk pengadaan gurunya disediakan SGPLP (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa setara dengan Diploma) 4) Pendidikan Kedinasan Pendidikan
kedinasan
merupakan
pendidikan
profesi
yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfngsi meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah non departemen. Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah seperti SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), dan yang termasuk pendidikan tingkat tinggi seperti APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) 5) Pendidikan Keagamaan
lxi
Pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelopok masyarakat dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pesantren, pasraman, pabhaja sumanera, dan bentuk lain yang sejenis. Yang termasuk pendidikan agama adalah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiah, PGAN( Pendidikan Guru Agama Negeri), IAIN, Sekolah Teoloia, IHD (Institit Hindu Darma)
Peranan pendidikan sangat penting baik dalam bentuk informal, formal ataupun non formal, karena pendidikan memberikan bekal demi masa depan seseorang yang berupa ilmu pengetahuan, ketrampilan dan
pembentukan tingkah laku, sikap,
kepercayaan. Pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penduduk di Indonesia yang buta huruf, banyak penduduk yang tingkat pendidikannya masih rendah sehingga menyebabkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah pula. Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya kerjasama baik individu, keluarga, guru, instansi pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Upanya yang harus dilakukan antara di lingkungan keluarga orang tua dan anggota keluarga lainnya mendidik dan membimbing anaknya dengan baik. Masyarakatpun juga harus menciptakan lingkungan pergaulan yang baik. Sedangkan pemerintah harus berupaya 1) meningkatkan sarana fisik sekolah, 2) meningkatkan
kualitas guru, 3)
meningkatkan kesejahteraan guru, 4) meningkatkan prestasi siswa, 5) memeratakan kesempatan
pendidikan, 6) pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia
kerja, 7) menambah anggaran untuk pendidikan supaya orang yang kurang mampu terus dapat bersekolah. e.
Peran Orang Tua
lxii
Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak. Dibalik keadaannya yang lemah itu ia memiliki potensi baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang penting karena kemajuan suatu bangsa berada di tangan keluarga. Keluarga merupakan tempat lahirnya generasi penerus bangsa. Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama anak mendapatkan pengaruh sadar. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kata “keluarga” secara estimologi menurut K.H. Dewantara adalah rangkaian perkataan-perkataan kawula dan warga. Kawula artinya “abdi” yakni “hamba” sedangkan warga berarti “anggota”. Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah seseorang
di
situ
menyerahkan
segala
kepentingan-kepentingannya
kepada
keluarganya. Sebaliknya sebagai warga atau anggota ia berhak sepenuhnya pula untuk ikut mengurus segala kepentingan didalam keluarganya tadi Kalau ditinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat. Sedangkan Khairuddin (1995: 14) mendefinisikan Keluarga sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan–ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami-istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi keluarga adalah bentuk masyarakat terkecil yang diikat oleh ikatan perkawinan, keturunan, darah atau adopsi, yang berinteraksi dan menimbulkan peran-peran sosial.
lxiii
Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada. Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidiknya. Soedomo Hadi (2003: 22) berpendapat bahwa “orang tua adalah ayah dan ibu yang menjadi pendidik dan utama bagi anak-anaknya”. Pendidikan pertama berlangsung dalam lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. sebagai orang tua juga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak demi masa depan anak agar mencapai kesuksesan. Dengan rasa kasih sayang nya, orang tua membantu anak dalam pengembangan segi fisik, psikis dan sosial. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua anak. Orang tua mempunyai peranan yang penting di dalam pendidikan keluarga. Pendidikan sangat penting bagi manusia yang hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan dalam keluarga menjadi dasar penbentukan pribadi individu dan tempat anak pertama kali bersosialisasi agar kelak dapat hidup dalam masyarakat yang lebih luas. Pendidikan juga menciptakan peluang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya dapat naik. Mobilitas sosial vertikal ke atas dapat diperoleh lewat pendidikan dengan usaha belajar giat. Menurut Vembrianto (1990) yang dikutip oleh Ravik Karsidi (2005: 51-52) ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai ciri hakiki keluarga, yaitu 1) Fungsi biologis, 2) Fungsi afeksi, 3) Fungsi sosialisasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a) Fungsi biologis keluarga yaitu meneruskan keturunan, anak dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga. b) Keluarga mempunyai fungsi afeksi karena keluarga dibangun dengan cinta dan kasih sayang yang mengisi kehangatan dalam sebuah keluarga dan membuat seluruh bagian dari keluarga merasa nyaman dan bahagia. c) Fungsi sosialisasi dimana keluarga berfungsi sebagai tempat anak pertama kali mendapat pendidikan dan berinteraksi membentuk pribadi, sikap dan pola tingkah laku anak sebagai bekal kehidupan anak kelak sewaktu hidup di lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat. Jika fungsi keluarga dapat dilaksanakan,
lxiv
maka akan terbentuk keluarga yang harmonis, dimana semua anggota keluarga akan merasa nyaman tinggal dalam lingkungan keluarga. Di dalam keluarga, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak, orang tua harus menyadari tanggung jawabnya terhadap anak yaitu dengan memelihara dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian, memperhatikan dan mengarahkan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani. Orang tua harus mendidik anaknya sebaik mungkin dengan menanamkan nilai-nilai agama, kesopanan, moral maupun pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi perkembangan pribadi anak. Selain itu sebagai orang tua harus berusaha membahagiakan anaknya dengan mencukupi kebutuhan anaknya. Kebahagiaan keluarga dapat terwujud jika di dalam keluarga adanya sikap saling menghormati dan saling menyayangi antar anggota keluarga, mengerti dan menjalankan hak dn kewajibannya masing-masing. Dari pengertian keluarga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan keluarga berfungsi 1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak 2) Menjamin kehidupan emosional anak 3) Menanamkan dasar pendidikan sosial 4) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab itu, dalam konsep pendidikan, orang tua seyogyanya bersikap demokratis terhadap anak Artinya, orang tua mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis, saling menghormati, disiplin, dan mengetahui tanggung jawab masing-masing. Suasana demikian akan sangat mendukung kepribadian anak sehingga akan terbiasa dengan sikap yang baik di lingkungannya, baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 7 menyebutkan hak dan kewajiban orang tua ¶ ¶
Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
lxv
Jadi orang tua dalam hal ini wajib menyekolahkan/memberikan pendidikan bagi anaknya dan memperhatikan perkembangan anaknya. Orang tua harus berusaha memberikan fasilitas anak untuk belajar di pendidikan formal (sekolah) demi masa depan anak. Orang tua tidak boleh memaksakan kemauannya dalam memilih satuan pendidikan atau jurusan, melainkan orang tua hanya memberikan pandangan dan bimbingan. Anak diberikan kebebasan memilih sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya namun anak harus dapat bertanggung jawab dengan pilihannya. Menurut Wiji Suwarno (2006: 40-41) mengemukakan bahwa orang tua di dalam sebuah keluarga mempunyai dasar-dasar tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut : 1) Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak 2) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat bangsa dan Negara. 3) Memelihara dan membesarkan anak. Orang tua memelihara, membesarkan dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Orang tua adalah orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak sampai anak masuk dalam lingkungan yang lebih besar yaitu lingkungan sekolah dan masyarakat. Pada saat anak memasuki lingkungan sekolah dan masyarakat, orang tua tetap mendidik anaknya dan mengarahkan anaknya agar tidak terpengaruh oleh pergaulan yang salah, orang tua memberikan nasehat dan membimbing anaknya agar dapat memilih mana yang baik dan yang tidak baik dilakukan dan mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan menurut Hibana S. Rahman (2002:96-98) peranan orang tua dalam pendidikan anak antara lain: 1) 2) 3) 4)
Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah pelindung utama bagi anak Orang tua adalah sumber kehidupan bagi anak Orang tua adalah tempat bergantung bagi anak
Anak lahir dalam lingkungan keluarga dalam kondisi yang lemah dan seluruh potensinya belum berkembang sehingga perlu perawatan dan pendidikan.
lxvi
Melalui orang tua anak belajar banyak hal. Orang tua harus berusaha mendidik dan membesarkan anak selain itu orang tua wajib memberi perlindungan dan membahagiakan anaknya. Orang tua harus
senantiasa menciptakan hubungan
harmonis dengan anaknya dengan didasari rasa kasih sayang, dengan adanya perasaan kasih sayang maka anak akan merasa nyaman dan bahagia. Kedekatan orang tua dengan anak akan berdampak baik bagi perkembangan psikologis anak, hal ini dapat dijadikan orang tua sebagai sarana mengawasi pergaulan anak. Orang tua juga harus dapat menjadi teman bagi anak agar anak dapat terbuka mengenai dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga hubungan orang tua dengan anak menjadi lebih dekat. Jika orang tua dapat dekat dengan anak maka orng tua akan lebih mudah mengawasi pergaulan anak, membantu dan menasehati masalah-masalah yang dihadapi oleh anak, baik itu masalah pribadi ataupun masalah yang dihadapi anak dalam proses belajar di sekolah. Ngalim Purwanto (1993 : 91) menyebutkan bahwa peranan orang tua (Ayah dan Ibu) dalam pendidikan anaknya adalah sebagai berikut : Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Sumber dan pemberi rasa kasih sayang Pengasuh dan pemelihara Tempat mencurahkan isi hati Pengatur kehidupan dalam rumah tangga Pembimbing hubungan pribadi, dan Pendidik segi-segi emosional
Ibu adalah orang yang telah berjasa melahirkan anak dan tugas ibu adalah mengasuh membesarkan dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Seorang anak biasanya lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan orang lain maka dari itu ibu harus pandai-pandai mengarahkan dan mendidik anaknya dengan memberikan nasehat-nasehat yang penting bagi perkembangan anaknya. Nasehat-nasehat akan senantiasa diingat oleh anaknya dalam setiap anak melakukan sesuatu. Dorongan dari ibu sangat penting bagi kemajuan anaknya, karena ibu memberikan pendidikan atas dasar kasih sayang dan kelembutan sehingga membuat anak merasa nyaman dan lebih dekat dengan ibunya.
lxvii
Ngalim Purwanto (1993 : 91-92) ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominant adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
Sumber kekuasaan di dalam keluarga Penghubung intern dengan masyarakat atau dunia luar Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga Pelindung terhadap ancaman dari luar, hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan Sebagai pendidik dalam segi-segi rasional.
Ayah adalah kepala keluarga yang memimpin sebuah keluarga. Seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang kepala keluarga seorang ayah diharapkan mampu menjadi tumpuan keluarga dan menjadi orang yang paling disegani didalam keluarga. Ayah mendidik anaknya dengan tegas dam mengajarkan berbagai macam hal dalam mendidik anaknya, mengarahkan dan mendidik anaknya agar menjadi anak yang baik dan penurut pada orang tua. Sebagai seorang pemimpin, ayah harus dapat memberikan teladan pada anggota keluarga yang lain, memberika semangat, bimbingan, arif dan bijaksana dalam menghadapi masalah keluarga. Selain itu sebagai pemimpin keluarga, ayah harus serba mengerti serta memahami kepentingan–kepentingan dari anggota keluarga yang dipimpinnya. Di dalam keluarga masing–masing anggota mempunyai peranan sendirisendiri di mana ayah sebagai pemimpin dalam keluarga. Seperti halnya tugas dan kewajiban ayah dan ibu mempunyai perbedaan sesuai dengan kodratnya, namun dalam hal mendidik anak di dalam keluarga merupakan kewajiban bersama seluruh anggota keluarga terutama orang tua. Orang tua, saaudara-saudara maupun kerabat mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak agar anak dapat memperoleh dasardasar pola pergaulan yang benar dan baik melalui interaksi, bimbingan dan penanaman nilai. Menurut Soejono Soekanto(2004:6-7) mengemukakan ciri-ciri orang tua ideal adalah sebagai berikut: 1) 2) 3)
Orang tua seyogyanya bertindak logis artinya dapat dapat membuktikan apa yang benar dan yang salah Orang tua seyogyanya bersikap bertindak etis artinya didasarkan pada patokan tertentu Orang tua seyogyanya bersikap tindak estetis artinya hidup enak tanpa menyebabkan ketidak enakan pada pihak lain
lxviii
Peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak, anak pertama kali mendapat pendidikan di dalam lingkungan keluarga dimana orang tua bertindak sebagai pendidik, walaupun anak sudah memasuki lingkungan sekolah peran orang tua masih sangat penting dalam mendidik anaknya, memotivasi, membimbing, melindungi, memenuhi kebutuhan anak dan menyediakan fasilitas belajar. Perhatian dan kasih sayang orang tua sangat dibutuhkan oleh anak. Ayah dan ibu haruslah melaksanakan perannya sesuai dengan kodratnya. Sebagai orang tua harus dapat memberikan teladan yang baik pada anaknya. Dalam pencapaian prestasi belajar anak peran orang tua juga ikut andil dalam kesuksesan anak. Pada saat peranan keluarga khususnya orang tua semakin bergeser karena orang tua sibuk dengan pekerjaanya dan lebih mementingkan karier sehingga melimpahkan tugas pendidikan kepada sekolah, ini akan mengakibatkn anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena orang tua sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Jika dihadapkan pada masalah seperti ini, sebagai orang tua sesibuk apapun harus berusaha meluangkan waktunya untuk anak. Diusahakan selalu ada komunikasi antar anggota keluarga yaitu dengan berkumpul pada waktu makan, pada waktu santai menonton TV bersama, mendampingi anak belajar, atau meluangkan waktu berlibur pada akhir pekan. Orang tua juga harus memantau belajar anak, kemajuan ataupun kemunduran prestasi anak dengan memberikan bimbingan atau nasehat. Dalam menghadapi pergaulan anak, orang tua juga harus peka, dengan siapa anak bergaul dan orang tua perlu mengawasi pergaulan anak, jika dirasa pergaulan anak menuju kearah negatif, maka orang tua harus melarang dan memberi pengertian pada anak. Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi karena jika kebutuhan tidak dipenuhi akan mengganggu perkembangan siswa, untuk itu orang tua, guru, masyarakat, instansi dan pemerintah harus memperhatikan kebutuhan siswa. Oemar Hamalik (2003:96) menyebutkan jenis-jenis kebutuhan murid (pemuda), antara lain: 1) Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sebagai berikut:
lxix
(1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis: bahan-bahan dan keadan yang essensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual (2) Kebutuhan – kebutuhan sosial atau status: menerima dan diterima, dan menyukai orang lain (3) Kebutuhan – kebutuhan ego atau integrative: kontak dengan kenyataan, simbolisasi progresif, menambah kematangan diri sendiri, keseimbangan antara berhasil dan gagal, menemukan individualitasnya sendiri. 2) Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologis akan timbul setelah fisiologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sebagai berikut. a. Kebutuhan – kebutuhan akan keselamatan (safety needs) b. Kebutuhan–kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and love needs) c. Kebutuhan – kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) d. Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing needs) Sebagai orang tua bertanggung jawab harus memenuhi kebutuhan anaknya baik secara material maupun spiritual, namun harus dalam batas-batas yang wajar atau tidak boleh terlalu memanjakan anak karena hal akan berdampak buruk bagi anak. Orang tua menginginkan anaknya dapat menjadi anak yang baik, sholeh, berhasil dalam hidupnya. Tanggung jawab orang tua sangatlah besar dalam mendidik anaknya karena orang tua juga harus bertanggung jawab kepada Allah SWT. Sebagai seorang guru juga harus mengetahui kerakteristik, kemampuan dan kebutuhan siswanya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sedangkan kebutuhan siswa menurut Sardiman A.M.(2001: 111-112) menyebutkan kebutuhan siswa antara lain sebagai berikut: (1) Kebutuhan jasmaniah Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah. (2) Kebutuhan sosial Pemenuhan keinginan siswa untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain. Sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan. (3) Kebutuhan intelektual Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Orang tua harus mencukupi kebutuhan fisik dan psikis, menyediakan fasilitas belajar seperti buku-buku dan perlengkapan penunjang belajar anak, selain itu orang
lxx
tua harus menciptakan rasa aman dengan kehidupan keluarga yang harmonis. Orang tua juga harus menghargai keinginan anak jadi orang tua tidak memaksakan kehendaknya, selain itu guru dan orang tua harus mengetahui bakat/minat yang dimiliki siswa agar anak dapat memilih sesuatu sesuai dengan keinginannya tanpa adanya paksaan. Dalam pergaulan anak harus selalu diawasi dan diarahkan agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan mengarah pada kenakalan remaja.. Guru juga harus memahami karakteristik muridnya, mengetahui kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya agar guru dapat memberikan metode yang tepat dalam memberikan materi pelajaran. Sebagai guru tidak hanya memberikan pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga berkewajiban membentuk kepribadian yang baik dan luhur kepada siswanya agar siswa kelak tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga mempunyai sikap dan pribadi yang baik. Masyarakat menciptakan lingkungan yang kondusif agar dalam bergaul tidak membawa dampak yang negatif bagi anak. Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, anak karena itu tidak ada dua individu sama, satu dengan yang lainnya berbeda. Ini dapat disebut sebagai suatu kepastian dan kenyataan. Perbedaan individual dapat dilihat dari dua segi, yakni segi horizontal dan segi vertikal. Perbedaan dari segi horizontal, setiap individu berbeda dengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan, dan sebaginya. Perbedaan dari segi vertikal, tidak ada dua individu yang sama dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual, yakni faktor warisan keturunan dan faktor pengaruh lingkungan. Jenis perbedaan individual menurut Oemar Hamalik (2003: 181-183) a) Kecerdasan (Inteligence) b) Bakat (Aptitudez) c) Keadaan jasmani (Physical Fitness) d) Penyesuaian Sosial dan Emosional (Social and Emotional Adjustment ) e) Latar Belakang Keluarga (Home Background) a. Kultur dalam keluarga b. Tingkat pedidikan orang tua c. Tingkat ekonomi f) Hasil belajar (Academic Achivement)
lxxi
g) Para Siswa yang Menghadapi Kesulitan-Kesulitan dalam Handikap Jasmani, Kesulitan Berbicara,, Kesulitan Menyesuaikan Sosial h) Siswa yang Cerdas dan Lamban Belajar Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: (1) Kecerdasan (Inteligence) Setiap siswa mempunyai tingkat IQ yang berbeda-beda, tentu ini akan berpengaruh terhadap hasi belajar. Bagi siswa yang mempunyai IQ tinggi lebih mudah menerima dan mengerti apa yang telah dipelajari, sedangkan siswa yang mempunyai IQ rendah memerlukan banyak latihan, membutuhkan lebih banyak waktu dan membutuhkan bimbingan lebih intensif. (2) Bakat (Aptitude) Bakat besar pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang selain itu bakat seseorang turut menentukan perbedaan dalam hal : hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain. Jika siswa mempunyai bakat maka ia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Misalnya seorang siswa yang mempunyai bakat melukis, maka tanpa belajar ia sudah pandai melukis hanya saja butuh latihan dan bimbingan agar dapat menjadi pelukis professional. (3) Keadaan jasmani (Physical Fitness) Keadaan jasmani mempengaruhi siswa dalam belajar dan pencapaian prestasi belajar. Kondisi jasmani setiap siswa tidak sama ada yang sehat dan ada yang sakit, ada yang sempurna fisiknya dan ada yang cacat. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kondisi psikis siswa. Anak yang sehat akan lebih mudah dalam menerima pelajaran dari pada anak yang tidak sehat. (4) Penyesuaian Sosial dan Emosional (Social and Emotional Adjustment ) Setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda – beda, ada yang mudah bergaul atau berinteraksi dengan orang lain namun ada pula yang tidak begitu suka bergaul dan cenderung menyendiri. Bagi siswa yang suka berinterasi dengan orang banyak, ia akan cenderung cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas. Emosional seseorang berhubungan dengan sifat dan perasaan yang akan tercermin dalam sikap atau tingkah laku. Kemampuan siswa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan emosional yang dapat menyesuaikan dengan kondisi disekitarnya berpengaruh
lxxii
terhadap perbuatan belajar, percaya diri dan keyakinan tentang nilai hasil belajar. Misalnya anak yang suka bergaul dengan temannya dapat bekerjasama dengan baik ketika mendapat tugas dari guru. (5) Latar Belakang Keluarga (Home Background) Keadaan keluarga mempengaruhi individu siswa, banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individual. Perbedaan tersebut yang pertama adalah perbedaan kultur keluarga. Setiap keluarga mempunyai nilai-nilai yang dihargai oleh setiap anggota dalam keluarga, ada keluarga yang menjunjung tinggi agama dalam mendidik anak ada pula keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat misalnya keluarga jawa yang menjunjung tinggi tradisi jawa. Yang kedua adalah perbedaan tingkat pendidikan orang tua. Perbedaan tingkat pendidikan akan berpengaruh pula terhadap cara mendidik anaknya/ pola asuh orang tua. Yang ketiga tingkat ekonomi keluarga. keluarga yang kelas ekonominya tinggi dapat memberikan fasilitas belajar yang lebih dan dapat memenuhi kebutuhan anaknya selain itu juga mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. (6) Hasil belajar (Academic Achivement) Perbedaan hasil belajar para siswa disebabkan oleh berbagai beberapa faktor antara lain perbedaan yang berasal dari dalam diri individu seperti keadaan jasmani, perbedaan intelegensi, minat, bakat dan motivasi, sedang dari luar diri individu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. (7) Para Siswa yang Menghadapi Kesulitan-Kesulitan dalam Handikap Jasmani, Kesulitan Berbicara, Kesulitan Menyesuaikan Sosial Para siswa yng mengalami kesulitan demikian akan menghadapi berinteraksi, bersosialisasi, berkomunikasi dan menyesuaikan diri dalam kehidupan Karena itu guru mempelajari kesulitan-kesulitan itu agar ia dapar memberikan bantuan dan bimbingan selin itu partisipasi orang tua dan teman – temannya serta lingkungan sangat penting dalam mengatasi kesulitaan yang dihadapi. (8) Siswa yang Cerdas dan Lamban Belajar Siswa yang cerdas dan yang lamban sangat berbeda terutama dalam menyerap pelajaran. Siswa yang cerdas mudah mengerti sedang siswa yang
lxxiii
lamban perlu bimbingan yang lebih. Selain itu siswa yang cerdas lebih dapat memecahkan masalahnya sendiri. Setiap individu mempunyai perbedaan, antara siswa yang satu dan yang lain tidak sama, untuk itu sebagai seorang pendidik harus mengetahui perbedaan tersebut sehingga dalam memperlakukan anak juga ada perbedaan, anak yang memiliki masalah harus dilakukan pendekatan dan bimbingan yang lebih intensif agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan mengetahui perbedaan tersebut guru sebagai pendidik juga dapat mengetahui metode cepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa dalam kesulitan belajar misalnya dengan menggunakan media yang menarik agar siswa tertarik dan senang mengikuti pelajaran. William J Goode (1985)yang dikutip oleh T.O. Ihromi(1999: 67) mengemukakan bahwa Seseorang tokoh sosiologi pendidikan mengemukakan bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja. Tapi juga memperlihatkan “ keberhasilan” keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani”. Orang tua yang dikatakan berhasil mendidik anaknya jika mampu melakukan perannya sebagai orang tua dengan baik disamping itu anaknyapun menjadi seperti yang diharapkan oleh orang tua yang berhasil meraih prestasi dan mempunyai akhlak yang mulia. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut (1) membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri pada anak. (2) Meningkatkan capaian prestasi akademik anak, (3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak, (4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, dan (5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran Dari apa yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan pendidikan formal yang telah ditempuh ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Pendidikan yang telah ditempuh orang tua didasarkan pada pendidikan formal yang berjenjang secara terarah dan bertingkat sesuai pendidikan nasional.
Tingkat pendidikan sekolah dapat dikategorikan sebagai berikut:
(1) Pendidikan Tinggi
: Orang tua yang tamat perguruan tinggi (DI, D2, D3 atau SI, S2, S3) melalui Akademik, politeknik, Sekolah Tinggi, Institut ataupun Universitas.
(2) Pendidikan Menengah: Orang tua yang tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah
lxxiv
Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau bentuk lain yang sederajat (Kejar Paket C)
(3) Pendidikan Dasar :
Orang tua tamat SD (Sekolah Dasar), MI (Madrasah Ibtidaiyah) atau bentuk lain yang sederajat (Kejar Paket A), serta SMP (Sekolah menengah Pertama), dan MTs (Madrasah Tsanawiyah), atau bentuk lain yang sederajat (Kejar Paket B)
Tingkat pendidikan orang tua siswa ada yang sama dan ada yang berbeda. Orang tua yang berpendidikan tinggi tentu akan berbeda dalam mendidik anaknya dengan orang tua yang berpendidikan rendah karena semakintinggi pendidikan seseorang akan lebih banyak pengetahuan dan wawasan. Perbedaan tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi perbedaan dalam membimbing dan mengarahkan anaknya terutama dalam pembentukan sikap dalam rangka pencapaian prestasi belajar di sekolah.
(2)
Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi merupakan faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar. Sikap termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi dalam belajar maupun cara siswa memandang mata pelajaran apakah menarik atau tidak bagi siswa yang akan tercermin dalam sebuah perilaku. a) Mata Pelajaran Sosiologi a) Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi Istilah Sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis, dan sekaligus Sosiolog berkebangsaan perancis, Aguste Comte melalui karyanya yang berjudul Cours de Philosophi positive. Menurut Comte, Sosiologi berasal dari kata Latin Socius yang berarti teman atau sesama dan Logos dari bahasa Yunani yang artinya cerita. Jadi pada awalnya, Sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawan (masyarakat).
lxxv
Definisi Sosiologi dari para ahli mengenai Sosiologi yang dikutip oleh Saptono & Bambang Suteng (2006: 5), antara lain: a. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. (S. Joseph Roucek) b. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial. (Pitirim Sorokin) c. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk perubahan Sosial. (Selo Soemardjan) Menurut Soerjono Soekanto (2003:15) mendefinisikan ” Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubunganhubungan antara orang-orang dalam masyarakat tadi”. Jadi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari aneka macam gejala sosial, hubungan antara orang-orang dalam masyarakat, stuktur dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. b) Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi Setiap mata pelajaran mempunya karakteristik yang membedakan dengan pelajaran lain. Adapun karakreristik mata pelajaran sosiologi antara lain adalah sebagai berikut: a. Sosiologi
merupakan
disiplin
intelektual
mengenai
pengenbangan
pengetahuan yang sistematis dan terandalkan tentang hubungn sosial manusia pada umumnya dan tentang produk hubungan tersebut b. Materi sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhan serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok dan pengaruhnya. c. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber serta merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok yang membangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas, dan pemerintah sebagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan prganisasi lainnya
lxxvi
d. Materi sosiologi dikambangkan sebagai suatu lembaga pengetahuan ilmiah dengan pengembangan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan lagi pada spekulasi dikembangkan meja atau observasi impersonal. c) Tujuan Kurikuler Mata Pelajaran Sosiologi a) Untuk memberikan pengetahuan dasar sosial agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen – komponen dari individu, kebudayaan, dan masyarakat sebagai suatu sistem b) Untuk mengenbangkan ketrampilan sikap dan periluku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan seharihari b) Sikap (a) Pengertian sikap Sikap tidak lepas dari kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi baik dengan sesama manusia ataupun dengan lingkungan sekitar. Sikap seseorang menarik untuk kaji karena sikap seseorang dalam merespon suatu obyek sikap individu satu dengan yang lain belum tentu. Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862) yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut Thurstone, Likert dan Osgood yang dikutip oleh Syaifuddin Azwar (1988: 4-5) mengemukakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap obyek berupa perasaan mendukung atau memihak atau perasaan tidak memihak objek tersebut”. jadi sikap lebih cenderung pada menilai bagaimana perasaan seseorang terhadap obyek sikap, dimana perasaan tersebut berupa respon senang atau tidak senang terhadak suatu obyek sikap. Menurut Thurstone yang dikutip oleh Bimo Walgito (2003: 109), ”An attitude as the degree of positive or negative affects associated with some psychological object. By psychological object Thurstone mean any symbol, phrase, slogan, peson, institution, ideal, idea, or toward which people can differ whith respect to positive or negative affect”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
lxxvii
diartikan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi baik yang positif atau negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. Obyek psikologis menurut Thurstone berarti sebuah simbol, phrase, slogan, orang, lembaga, citacita sehingga seseorang dapat membedakan tanggapan baik positif maupun negatif, sedangkan menurut Mar’at (1984: 9) mengemukakan bahwa "sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya”.
RANGSANG STIMULUS
PROSES RANGSANG
REAKSI TINGKAH LAKU (TERBUKA)
SIKAP TERTUTUP
Mar’at (1984: 12) Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi
terhadap
obyek/rangsangan
melalui
panca
indra
yang
menimbulkan di dalam diri individu terjadi dinamika sebagai spikifisik seperti kebutuhan, motif, perasaan, perhatian dan pengambilan keputusan yang masih bersifat tertutup sebagai dasar pembentukan sikap yang pada akhirnya diperlihatkan ke dalam tingkah laku yang sifatnya terbuka. Menurut Gerungan (2004: 160-161) mengemukakan ”pengertian attitude itu dapat diterjemahkan sikap terhadap obyek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan”. Pendapat Gerungan hampir sama dengan pendapat Mar’at dimana sikap sifatnya masih tertutup yang merupakan kecenderungan berperilaku terhadap suatu obyek sikap yang dipengaruhi oleh perasaan seseorang dalam melihat obyek tersebut. Sikap masih bersifat tertutup karena masih berupa kecenderungan dari tingkah laku.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk reaksi
lxxviii
atau merespek (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang maupun lingkungan sekitar, baik secara positif maupun negatif. Sikap merupakan faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, sikap siswa juga dapat dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman dan pendidikan. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran akan membuat siswa senang dengan mata pelajaran Sosiologi sehingga siswa akan senang belajar, membaca buku-buku Sosiologi dan selalu memperhatikan guru saat pelajaran Sosiologi dan pada akhirnya prestasi belajar Sosiologipun akan meningkat, namun jika siswa mempunyai sikap negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka siswa cenderung malas belajar dan jarang memperhatikan saat guru mengajar materi Sosiologi sehingga siswa akan kesulitan dalam belajar dan prestasinyapun kenderung kurang optimal. (b) Jenis-jenis Sikap Sikap manusia sehari-hari akan menentukan bagai nama ia berperilaku terhadap sesuatu, menurut W. A Gerungan (2004: 161-163)
mengemukakan
sikap dapat dikategorikan sebagai berikut a. Sikap sosial/ Attitude social Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seseorang saja tetapi diperhatikan oleh orang – orang sekelompok dan dinyatakan berulang-ulang. Dalam berintetaksi dengan orang lain, ada kecenderungan untuk mengikuti sikap kelompoknya. Misalnya dalam kelas ada kelompok siswa yang suka membuat gaduh, maka siswa yang ikut dalam kelompok tersebut juga akan sering membuat gaduh pada waktu pelajaran. b.Sikap Individual / Attitude individual Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Sikap individu membedakan sikap antara individu satu dengan individu lain. Siswa satu dengan yang lain mempunyai perbedaan sikap, untuk itu guru harus memperhatikan perbedaan sikap yang dimiliki siswa agar dapat mengarahkan sikap siswa. Disamping itu
lxxix
a)
Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu berada
b)
Sikap negatif: Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, atau menolak atau menyetujui norma-norma dimana individu itu berada. Jika siswa mempunyai sikap positif terhadap guru dan mata pelajaran
maka siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Sikap positif pada mata pelajaran dapat dilihat dari pada saat pelajaran siswa memperhatikan pelajaran, mencatat, mendengarkan dan belajar. Jadi ketertarikan siswa terhadap pelajaran akan menimbulkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Sikap positif dapat diusahakan dengan membuat metode belajar mengajar yang menarik. (c) Ciri-ciri sikap Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai ciri-ciri yang membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain, adapun ciri-ciri sikap menurut Bimo Walgito (2003: 129 -130) sebagai berikut: (1) (2) (3)
Sikap itu tidak dibawa sejak lahir Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek (4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar (5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut a) Sikap tidak dibawa sejak lahir Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan pribadi yang bersangkutan karena interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu sikap dapat dibentuk, dirubah dan dipelajari. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologipun dapat dibentuk dan dirubah. b) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu dengan persepsi terhadap objek tersebut.persepsi
lxxx
merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Misalnya seorang siswa yang menyukai pelajaran Sosiologi mungkin karena melihat gurunya yang ramah ataupun melihat fenomena sosial sebagai suatu pelajaran yang menarik untuk dipelajari. c) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar Jika sikap yang telah terbentuk dianggap sebagai nilai maka akan relatif bertahan dan sulit berubah, dan kalau dapat berubah membutuhkan waktu yang relatif lama. Sebaliknya jika sikap belum mendalam maka tidak bertahan lama dan mudah berubah. d) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi Sikap terhadap objek akan selalu diikuti oleh perasaan positif ataupun negatif. Misalnya siswa pada saat sedih, yang semula senang dengan pelajaran sosiologi menjadi tidak suka belajar maupun mendengarkan guru karena terpengaruh kondisi perasaanya pada saat itu. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi, berarti bahwa jika seseorang timbul motivasi dari dalam maupun dari luar dirinya maka sikapnya juga terpengaruhi. Misalnya siswa yang diberi dorongan dan pengertian dari orang tuanya untuk belajar, maka ia akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Menurut Saifuddin Azwar (1988: 24) mengemukakan ciri-ciri sikap antara lain a) Arah, b) Intensitas, c) Keluasan, d) Konsistensi, e) Spontanitas. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Arah Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, mendukung atau tidak mendukung. Sikap mendukung berarti mempunyai sikap yang terarah positif terdapat obyek tersebut dan begitu sebaliknya. Sikap positif positif terhadap mata pelajaran Sosiologi adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, senang dan tertarik untuk mempelajari materi Sosiologi.
b.
Intensitas lxxxi
Intensitas atau kekuatan sikap pada setiaporang belum tentu sama. Dua siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi mungkin intensitasnya tidak sama dalam arti yang satu yang satu bersikap positif dan yang satunya lagi lebih positif. Demikian juga sikap yang negatif mempunyai derajat kekuatan yang belum tentu sama. c.
Keluasan Sikap ditunjukkan kepada luas tidaknya cakupan obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.
d.
Konsistensi Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap.
e.
Spontanitas Menunjukkan sejauh mana kesiapan obyek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dinyatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya. Dari ciri-ciri sikap dapat diambil kesimpulan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, jadi sikap dapat dipelajari, di bentuk maupun dirubah. Sikap juga berhubungan dengan perasaan dan motivasi mengenai suatu obyek, jadi sikap tidak bersifat tetap kadang bisa positif tetapi juga dapat negatif tergantung pada kondisi psikis seseorang dan sikap mempunyai derajat kekuatan yang belum tentu sama. (d) Fungsi Sikap Dalam kehidupan seseorang sikap mempunyai fungsi yang sangat penting dalam merespon suatu obyek sikap. Menurut Katz yang dikutip oleh Bimo Walgito (2003:128-129) sikap itu mempunyai empat fungsi yaitu: yang pertama fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat, yang kedua fungsi Pertahanan Ego, yang ketiga fungsi Ekspresi nilai dan yang terakhir fungsi Pengetahuan (1) Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat Fungsi ini berkaitan dengan sarana untuk mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap obyek sikap tersebut, demikianlah sebaliknya, bila lxxxii
obyek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat obyek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan menyesuaikan diri dengan cara baik terhadap sekitarnya. (2) Fungsi Pertahanan Ego. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. Sikap diperlihatkan sebagai sarana mempertahankan diri dan sebagai identitas diri. Misalnya sikap dalam suatu diskusi, seseorang cenderung bersikap untuk mempertahankan pendapatnya. (3) Fungsi Ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk megekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Apa yang dianggap baik bagi dirinya akan dilakukan sedang apa yang dianggap salah akan dihindari. Sikap seorang anak akan mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua dalam suatu keluarga.
(4) Fungsi Pengetahuan Individu mempunyai dorongan untuk selalu ingin tahu dan mengerti, hal ini akan mengakibatkan individu berusaha untuk mencari tahu dan mengerti tentang objek sikap. Misalnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran Sosiologi, namun siswa kurang mengerti maka ia mengambil sikap untuk bertanya pada guru atau pada temannya. Sedangkan fungsi sikap menurut Smith, Bruner dan White yang dikutip oleh Mar’at (1984: 49) mengemukakan fungsi sikap yaitu a) Social adjustment, b) Externalization, c) Object appraisal, d) Quality of expression – eflect the deeperlying pater of his or her life a)
Social adjustment yang diarahkan pada relatonship (penyesuaian diri dengan lingkungan). Seseorang agar dapat bertahan dan dapat diterima perlu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Begitu halnya dengan seorang
lxxxiii
siswa dalam menghadapi lingkungan sekolah yang baru perlu penyesuaian diri baik dengan keadaan sekolah, dengan teman-teman maupun dengan guru. b)
Externalization, reaksi – reaksi yang menuju pada obyek-obyek luar.
c)
Object appraisal, aktifitatas dalam memperoeh informasi dari hari ke hari. Jika seseorang senang dengan obyek sikap maka ia akan cenderung mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang obyek tersebut.
d)
Quality of expression – eflect the deeperlying pater of his or her life (kedalaman refleksi kehidupan) Jadi fungsi sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan yaitu dengan
bersikap positif terhadap objek sikap, siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran maka tujuannya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik juga akan tercapai.
(e) Pembentukan dan Perubahan Sikap Pada hakekatnya sikap tidak dibawa sejak lahir sehingga dapat dibentuk dan dirubah sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Menurut Saiffudin Azwar (1988: 24) mengemukakan tentang faktor pembentukan sikap antara lain sebagai berikut: a.
Pengalaman pribadi b. Kebudayaan c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting d. Media Massa e. Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Faktor emosional dalam diri Untuk lebih jelasnya akan di uraikan sebagai berikut i.
Pengalaman pribadi Pengalaman harus menimbulkan kesan yang kuat yang melibatkan faktor emosional untuk dapat membentuk sikap seseorang. Misalnya pengalaman seorang siswa mendapat nilai buruk membuat ia sangat menyesal sehingga siswa akan belajar lebih giat lagi agar mendapat nilai yang baik.
lxxxiv
ii.
Kebudayaan Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang dijadikan pedoman dalam bersikap dan berperilaku. misalnya kebudayaan orang jawa yang penuh kehalusan dan tata krama. Kebudayaan ini akan dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku oleh masyarakat jawa dan diwariskan dari generasi ke generasi.
iii.
Mass media Kemajuan IPTEK sekarang ini membuat peranan mass media sangat penting dan berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan sikap. Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, majalah, internet sangat berpengaruh besar karena membawa pesan yang mengandung sugesti yang dapat merubah pandangan dan perilaku seseorang. Dengan adanya kemajuan teknologi seharusnya dapat memanfaatkan sebaik mungkin dan hanya mengambil hal-hal yang positif saja. Misalnya internet dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan bukan untuk disalah gunakan ke hal-hal yang negatif.
iv.
Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama Dengan adanya lembaga pendidikan dan agama dapat mendidik seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Lembaga pendidikan antara lain keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam keluarga peran orang tua dan anggota keluarga lainnya penting dalam pembentukan sikap anak karena keluarga adalah tempat pertama kali anak bersosialisasi dan peranan orang tua sebagai pendidik harus dapat mendidik dan memberi teladan yang baik bagi anaknya. Di sekolah guru dan pergaulan dengan temannya sangat berpengaruh karena guru sebagai pendidik harus dapat mengarahkan anak didiknya. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan yang bersifat akademik namun juga memberikan pelajaran moral yang berguna bagi pembentukan sikap dan perilaku, sedang dalam bergaul harus dapat memilih teman yang baik agar dapat membawa dampak yang baik pula bagi dirinya. Di masyarakat peranan tokoh masyarakat yang dapat membimbing dan menciptakan lingkungan yang harmotis dan penuh edukasi.
lxxxv
Lembaga agama juga mempengaruhi dalam pembentukan sikap karena setiap agama mengajarkan nilai-nilai yang dianut dan dijalankan oleh setiap pemeluknya. v.
Faktor emosional dalam diri Emosi berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk
mekanisme
pertahanan
ego.
Perasaan
seseorang
mempengaruhi kondisi dalam merespon suatu objek. Misalnya saat siswa mempunyai masalah dalam keluarganya maka juga akan berpengaruh terhadap proses belajarnya di sekolah.
Pembentukan Sikap menurut Mar’at (1984:22)
PENGARUH FAAL
KEPRIBADIAN
OBYEK PSIKOLOGIK
SIKAP
1)
SIKAP RELATIF KONSTAN FAKTOR EKSTERNAL MELALUI PROSES BELAJAR 1) SITUASI 3) KESEDIAAN BERTINDAK REAKSI 2) PENGALAM AN 3) HAMBATAN
Reaksi
2)
Dari bagan tersebut dikemukakan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh : a)
Faktor internal Faktor Internal berkaitan erat dengan sesuatu yang ada dalam diri individu.raktor yang berasal dari dalam individu mencakup faktor fisiologis dan psikologis.
lxxxvi
i.
Faktor Faal atau fisik Faktor fisiologis merupakan faktor dari dalam diri individu atau faktor yang bersifat lahir yang mencakup kebutuhan manusia seperti kebutuhan makan, minum, pakaian selain itu kesehatan, dan cacat tubuh. Setiap individu mempunyai perbedaan dalam memenuhi kebutuhan makan, minum, pakaian yang dapat mengakibatkan perbedaan sikap, individu yang tercukupi kebuhtuhan pokoknya akan berbeda dengan yang kurang terpenuhi ini akan menyebabkan adanya kesenjangan. Kesehatan dan cacat tubuh
juga berpengaruh dalam pembentukan sikap akan,
individu yang sehat dan tidak cacat tubuh akan berbeda dengan individu yang sakit atau memiliki cacat fisik. Individu yang tidak sehat, mengidap suatu penyakit ataupun cacat tubuh akan merasa tidak sempurna dari yang lain hal ini akan membentuk sikap yang berbeda dari anak yang normal. Jadi faktor fisik berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang. ii.
Faktor Kepribadian Kepribadian mencakup kognisi, afeksi dan konasi. Menurut Shaver yang dikutip ileh Mar’at (1984: 21) megemukakan Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang atau tidak senang) terhadap obyek dan komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana keadaan / kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Tiap sikap mempunyai tiga aspek : a)
Aspek kognitif : Yaitu yang berhubungan dengan gejala
mengenai fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok-kelompok obyek tertentu. b)
Aspek Afektif : berwujud proses yang menyangkut
perasaan – perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dans sebagainya yang ditujukan kepada obyekobyek tertentu.
lxxxvii
c)
Aspek Konasi : berwujud proses tendesi / kecenderungan
untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya Ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan bahwa manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi
yang
dipengaruhi
oleh
pengalaman,
proses
belajar,
cakrawala/wawasan dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Obyek psikologik dapat berupa kejadian, ide, atau situasi. Selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi emosional senang atau tidak senang terhadap obyek. Pada tahap selanjutnya komponen konasi yang menentukan kesediaan/ kesiapan berupa tindakan terhadap obyek. b)
Faktor Ekstern Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Dalam hal ini meliputi: 1)
Situasi Situasi merupakan suatu keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar. Situasi dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya sistuasi kelas yang gaduh membuat siswa tidak nyaman, tenang dan tidak dapat konsentrasi dalam menerima pelajran. Selain itu situasi lingkungan keluarga berpengaruh pada psikis anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang harmonis hal itu juga akan membentuk sikap yang baik pada diri anak karena di dalam keluarga tercipta suasana yang akrab, nyaman, penuh kasih sayang dan juga perhatian, sebaliknya anak yang hidup di dalam keluarga yang keadaannya tidak harmonis kemungkinan besar anak juga akan mempunyai sikap yang kurang baik karena banyak
lxxxviii
masalah, kurang kasih sayang, perhatian dan pendidikan dari keluarga. Dengan situasi keluarga yang tidak harmonis dan sering bertengkar akan berdampak buruk pada kondisi psikis anak sehingga anak merasa tidak nyaman berada dirumah dan tidak fokus pada sekolah yang pada akhirnya anak berdampak pada penurunan prestasi belajar.
2)
Pengalaman Setiap manusia mempunyai tujuan dan cita-cita, ingin mencoba, berusaha, dan selalu belajar agar mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan juga pengalaman yang berguna. Pengalaman sangat berguna dalam hidup karena semakin banyak pengalaman maka seseorang akan semakin pandai, semakin dewasa selain itu pengalaman dapat dijadikan pelajaran agar tidak mengulang kesalahan di masa lalu dan untuk memperbaiki di masa depan agar dapat mengambil hikmah pada pengalaman tersebut. Pengalaman dalam kehidupan misalnya seorang siswa yang malas belajar sehingga prestasinya jelek dan dia menyesal karena jarang sekali belajar. Dengan pengalamannya itu maka ia kelak akan memperbaiki diri, merubah sikapnya yang pemalas dan membentuk sikap rajin belajar untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
3)
Hambatan Hambatan merupakan suatu penghalang dalam mencapai tujuan. Di dalam kehidupan manusia tidak mungkin semua dapat berjalan mulus tanpa ada suatu hambatan. Misalnya untuk meraih prestasi belajar yang baik, siswa harus giat belajar namun kadang ada suatu hambatan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. Hambatan yang berasal dalam diri individu misalnya sifat malas sedang hambatan yang berasal dari luar misalnya kurangnya fasilitas belajar. Untuk memperoleh keberhasilan dalam mencapai prestasi belajar siswa harus menghilangkan sifat malasnya dan memanfaatkan sumber-sumber belajar dan falisitas yang ada sebaik mungkin. Dengan adanya hambatan maka akan timbul suatu sikap
lxxxix
dalam merespon suatu hambatan yaitu dengan usaha yang keras dan motivasi maka akan dapat mengatasi hambatan yang ada dan akhirnya akan mencapai keberhasilan.
Menurut Klausmeir (1985) yang dikutip oleh Abdul Majid (2007: 213), ada tiga model dalam rangka pembentukan sikap. Model-model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Tiga model tersebut (1) (2) (3)
Mengamati dan meniru, pembelajaran berlangsung pengamatan dan peniruan melalui model (learning though modeling). Menerima penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative). Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan.
Guru dalam pembentukan sikap siswanya harus memberikan contoh agar siswa dapat mengamati dan meniru. Guru juga harus memberikan penguatan jika siswa merespon benar maka guru memberikan pujian dan sebaliknya jika respon siswa salah guru memberikan hukuman yang sifatnya mendidik agar siswa dapat mengetahui kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Guru juga harus memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan yang akan mempengaruhi respon terhadap objek yang bersangkutan, misalnya pada waktu belajar tentang interaksi sosial, guru harus memberikan informasi tentang pengertian interaksi sosial setelah itu guru menyajikan materi dengan menggunakan metode dan media yang menarik kemudian memberikan contoh untuk menarik perhatian siswa agar mau belajar. Menurut Erdogan, Bayram & Deniz (2008: 1) menyatakan bahwa “The effect of web based education on attitude toward learning suggested that web use had positive effects mainly on motivation for learning and interested in the lessons”. Yang artinya akibat dari pendidikan dasar pada sikap berpengaruh terhadap belajar yang menyebabkan akibat positif pada motivasi untuk belajar dan tertarik dalam pelajaran. Jadi untuk membentuk sikap positif harus dilakukan lewat pendididikan yang utama atau dasar khususnya pendidikan keluarga agar menimbulkan motivasi pada diri siswa untuk belajar sehingga akan membuat siswa tertarik pada suatu mata pelajaran sehingga ia akan senang belajar dan prestasi belajarnya akan meningkat.
xc
Kesimpulan sikap dapat dibentuk dan dirubah melalui dorongan yang berasal dari dalam maupun faktor yang berasal dari luar. Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dapat dibentuk dirubah dengan merubah pandangan siswa bahwa mata pelajaran sosiologi adalah mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari, metode-metode belajar - mengajar guru dan cara menyajikan bahan pelajaran harus dibuat semenarik mungkin. Siswa juga harus diberi motivasi baik dari dalam diri, orang tua ataupun dari guru agar termotivasi untuk belajar. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap Sikap seseorang dapat dirubah karena sikap bersifat tidak tetap dan tidak dibawa sejak lahir. Menurut Hosland-janis-Kelley yang dikutip oleh Mar’at (1984: 129)menggambarkan proses perubahan sikap:
ORGANISME a) PERH ATIA N b) PEN
STIMULUS
REAKSI (PERUBAHAN SIKAP)
Perubahan akan terjadi melalui tiga tahapan yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Organisme disini adalah siswa dan yang menjadi objek sikap adalah mata pelajaran Sosiologi. Jadi perubahan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dapat berubah jika ada perhatian terhadap mata pelajaran baik pada saat guru mengajar ataupun terhadap materi pelajaran, setelah siswa memperhatikan maka ia akan berusaha mengerti materi yang disajikan barulah terjadi keyakinan terhadap penerimaan, selanjutnya akan terjadi reaksi berupa tindakan dalam bentuk perubahan sikap melalui komponen kognisi dan afeksi. Jika siswa memperhatikan, mengerti dan dapat menerima materi mata pelajaran Sosiologi berarti ia mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi.
(f) Cara pengukuran sikap
xci
Dalam pengukuran sikap ada beberapa cara menurut Bimo Walgito (2003: 156) mengemukakan cara pengukuran sikap yaitu: a)
Pengukuran sikap secara langsung tak berstruktur
Pengukuran sikap secara langsung tak terstruktur ini merupakan cara pengukuran sikap yang cukup sederhana, dalam arti tidak diperlukan persiapanyang cukup mendalam guna mengadakan pengukuran sikap tersebut bila dibandingkan dengan cara-cara lain. Pengukuran dilakukan dengan observasi di lapangan dan wawancara. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut kemudian ditarik kesimpulan. b) a.
Pengukuran sikap secara langsung yang berstruktur
Pengukuran sikap model Borgadus Pengukuran sikap model Borgadus atau lebih dikenal dengan skala Borgadus. Borgadus dalam mengukur sikap menggunakan suatu skala (scale). Menurutnya bahwa dalam suatu kelompok ada intensitas hubungan yang berbeda satu dengan yang lain diantara para anggotanya, demikian pula ada perbedaan intensitas hubungan antara kelompok yng satu dengan kelompok yang lain. Atas dasar pemikiran ini Borgadus mengadakan suatu studi atau penelitian masalah tersebut dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan (statements) untuk mengetahui tingkatan intensitas hubungan dari suatu golongan atau kelompok yang lain. Dengan kata lain maka pengukuran sikap model Borgadus adalah menyangkut jarak sosial, yaitu jarak dari satu golongan atau kelompok terhadap golongan atau kelompok lain.
b.
Pengukuran sikap model Thurstone Skala
thurstone
digunakan
pertanyaan-pertanyaan
yang
disusun
sedemikian rupa hingga rentangan (range) dari yang favorable sampai yang paling unfavorable. Pertanyaan-pertanyaan itu disampaikan kepada subjek dalam suatu formulir (form). Masing-
masing pertanyaan telah mempunyai nilai skala sendiri-sendiri. Nilai skala (scale value) tersaebut bergerak dari 0,0 (yang merupakan ekstrim bawah)
xcii
sampai dengan 11,0 (yang merupakan ekstrim atas). Cara menjawab subjek pertanyaan-pertanyaan dengan memberikan tanda cek c.
Pengukuran sikap model Likert Alat ukur Likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan, dengan menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas pertanyaanpertanyaan tersebut. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Likert adalah: i. Sangat setuju (strongly approve) ii. Setuju (approve) iii. Tidak mempunyai pendapat (undencided) iv. Tidak setuju (disapprove) v. Sangat tidak setuju (strongly disapprove) b) Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan alat-alat tes, baik proyektif maupun yang non-proyektif. Misal dengan tes Rorchach, TAT, dan dengan melalui analisis yang cukup rumit. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara pengukuran langsung terstruktur yaitu dengan menggunakan skala pengukuran sikap Likert. Dari apa yang telah diuraikan diata dapat diambil kesimpulan bahwa sikap terhadap mata pelajaran sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk merespon mata pelajaran sosiologi, respon tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.
B. Kerangka Pemikiran Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa atau kondisi di sekeliling siswa. Faktor internal sangat berpengaruh terhadap pencapaian
xciii
prestasi, namun faktor eksternal juga memiliki pengaruh besar terhadap berhasil atau tidaknya siswa dalam mencapai prestasi belajar. Tingkat pendidikan orang tua adalah salah satu faktor eksternal yang dianggap dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keluarga merupakan tempat pertama kali anak bersosialisasi, di dalam keluarga anak didik sedemikian rupa agar kelak dapat hidup dalam lingkungan yang lebih luas seperti di sekolah dan juga di masyarakat. Di dalam keluarga peran orang tua sangat penting dalam mendidik anaknya. Pendidikan orang tua sangat penting di dalam sebuah keluarga karena orang tua menjadi teladan dan menanamkan nilai-nilai kepada anak-anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi juga mempunyai pola pikir maju terhadap arti pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya.
Semakin tinggi pendidikan orang tua diharapkan mampu
melakukan peranannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing, mengarahkan, mengerti kebutuhan anaknya, memperhatikan perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan menyediakan fasilitas belajar, memberi motivasi anak agar anak semangat belajar, membantu kesulitan yang dihadapi anak baik dalam belajar maupun masalah lainnya dan membiayai sampai anaknya mencapai pendidikan yang tinggi. Peran orang tua tidak sebatas membesarkan anak tetapi juga melindungi, memberikan kasih sayang dan mendidik anak. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua akan berhasil mendidik anaknya
dan mampu melakukan
perannya sehingga akan membentuk sikap yang baik pada diri anak yang akan diterapkan dimanapun dan kapanpun termasuk pada saat proses belajar mengajar suatu mata pelajaran di kelas, tentu saja pada akhirnya akan mengarah dalam keberhasilan pencapaian prestasi belajar. Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Sikap seseorang dapat dibentuk dan diirubah, begitu pula sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dapat dibentuk dan dirubah baik dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dipengaruhi oleh faktor fisik dan kepribadian. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik yang mempengaruhi
xciv
dalam proses belajar. Kepribadian terdiri dari tiga komponen yang tidak dapat berdiri sendiri yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi merupakan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan seseorang yang tidak akan terlepas dari perasaannya (afeksi) yang kemudian akan menjadi kekecenderungan untuk bertingkah laku (konasi). Sikap juga dipengaruhi oleh faktor dari luar yaitu situasi, pengalaman dan hambatan. Situasi merupakan kondisi yang mempengaruhi sikap seseorang. Pengalaman merupakan pelajaran yang dapat merubah sikap seseorang sedangkan hambatan merupakan halangan dalam mencapai tujuan. Perpaduan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajar sosiologi diperkirakan akan berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : X1 Y X2 Keterangan : X1 = Tingkat pendidikan orang tua X2 = Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi Y = Prestasi Belajar siswa C Hipotesis Berdasakan teori-teori yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : 1) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009. 2) Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/ 2009.
xcv
3) Ada hubungan bersama yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/ 2009. .
BAB III METODE PENELITIAN
1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan 1.
Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana data akan dicari dan tempat proses penelitian akan berlangsung. Penelitian dengan judul “Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dengan prestasi belajar siswa”. Ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri I Wonosari pada siswa kelas XI IPS tahun ajaran 2008/2009. alasan penulis mengambil lokasi tersebut antara lain: a. Lokasi SMA Negeri 1 Wonosari mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti, sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya. b. Di SMA Negeri 1 Wonosari tersedia data yang relevan penelitian.
xcvi
2.
Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 10 bulan, dari Agustus 2008 sampai Mei 2009 dengan langkah-langkah sebagai berikut: Kegiatan 1)
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Aprl
Mei
Tahap persiapan
a.
Pengajuan Judul
b.
Penyusunan proposal
c.
Pengurusan izin
d.
Penyusunan bab1, II, III
e.
Penyususunan instrumen 2)
Tahap pelaksanaan
a.
Uji coba instrumen
b.
Revisi angket
c.
Pengambilan data 3)
Tahap penyelesaiaan 1)
Pengolahan data
B.
Analisis data 1. Penyususnan laporan
2. Metode Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 151) menyatakan bahwa “ metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Mardalis (2002: 24) berpendapat, “metode sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian”. Sedangkan menurut Y. Slamet (2008:25) mengemukakan, “ metode adalah pendekatan untuk memenuhi tujuan penelitian dengan melalui prosedur dan urutan untuk menjawabpertanyaan penelitian. Jadi metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan suatu data dengan menggunakan langkah-langkan yang sistematis. Metode dalam penelitian ada beberapa macam. Menurut Consuelo G. Sevilla et al (1993: 40), “ ada lima metode penelitian, yaitu metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperiemen, metode penelitian ex post facto (Causal Comparative), dan metode penelitian partisipatori”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
xcvii
1)
Metode penelitian sejarah Penelitian yang menggunakan penelitian historis adalah penelitian yang
mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Metode historis dapat juga dikatakan sebagai suatu proses yang meliputi pengumpulan data ddan penafsiran gejala, peristiwa ataupun yang timbul di masa lampau. Untuk menemukan kesimpulan yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah yang dapat berguna untuk memahami situasi sekarang dan memperkirakan masa yang akan datang. 2)
Metode penelitian deskriptif Penelitian desktiptif merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual. Metode ini memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. Tujuan utama dalam menggunakan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penalitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu. Ada beberapa jenis penelitian deskriptif yang dapat digunakan yaitu studi kasus, survei, penelitian pengembangan, penelitian lanjutan, analisis dokumen, analisis kecenderungan, dan penelitian korelasi. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 141), membedakan penelitian deskriptif menjadi beberapa penelitian antara lain: “a) Teknik Survey, b) Studi kasus, c) Studi komparatif, d) Studi waktu dan gerak, e) Analisis tingkah laku, f) Analisis kuantitatif, dan g) Studi operasional”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: i.
Teknik survei Menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari pada informasi tentang individu dimana survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala tersebut ada.
ii.
Studi kasus Studi kasus sering dapat memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk memperoleh wawasan yang mendalam mengenai aspek-aspek dasar perilaku manusia.
iii.
Studi komparatif Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan analisa tentang hubungan sebab akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tertentu
xcviii
yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan faktor yang satu dengan yang lain. iv.
Studi waktu dan gerak Digunakan untuk menentukan cara-cara mempertinggi efisiensi produksi dengan menyelidiki subyek yang diamati dan pada akhirnya dapat dianalisa gerak-gerak mana yang harus dibuang, diperbaiki, atau dilatih untuk mengurangi waktu yang dipakai subyek tersebut.
v.
Analisis tingkah laku Teknik ini banyak kesamaannya dengan studi tentang gerak manusia, yaitu dengan mengamati dan menganalisatingkah laku manusia dalam melakukan suatu tugas. Hal ini berguna untuk menetapkankriteria penilaian pekerjaan baik dan untuk menyususn rencana-rencana latihan.
vi.
Analisis kuantitatif Penelitian ini akan menghasilkan gambaran statistik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu, dan dianalisa atau dinilai.
vii.
Studi operasional Pada dasarnya, studi ini adalah penyelidikan ditengah-tengah situasi yang riil dalam mencari dasar bagi petugas-petugas untuk bertindak (operasi, aksi) mengatasi suatu kebutuhan praktis yang mendesak. 3)
Metode penelitian eksperimental Penelitian eksperimental merupakan penelitian pengujian hipotesa yang
menguji hubungan sebab-akibat diantara variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti memanipulasi sekurang-kurangnya satu variabel bebas, mengontrol variabel lain yang sesuai, mengamati pengaruh dari satu atau lebih variabel terikat. Suatu ciri khas sekelompok eksperimen adalah memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perlakuan, perlakuan penyelidikan, dan kelompok kontrol memperoleh perlakuan yang berbeda yang dilakukan sebelumnya. 4)
Metode penelitian ex post facto (Causal Comparative) Metode penelitian ex post facto merupakam metode penelitian dengan cara
menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya. Peneliti berusaha untuk
xcix
menentukan sebab dari kelompok-kelompok yang berbeda pada beberapa variabel dengan mengamati variabel-variabel yang akan menimbulkan akibatnya. 5)
Metode penelitian partisipatori Metode penelitian partisipatori adalah metode penelitian dengan mengakui
kemampuan orang–orang untuk menemukan, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Penelitian ini memberikan dorongan kepada peneliti untuk mengiji kembali beberapa penelitian praktis pada disiplin yang ditekuni.
Sedangkan menurut Y. Slamet (2008: 7-11) mengemukakan jenis-jenis metodelogi penelitian sosial, sebagai berikut: a) Berdasarkan pada tujuan penelitian Penelitian eksploratoris Penelitian deskriptif Penelitian eksplanatoris b) Berdasarkan kegunaannya a)Penelitian murni (pure reseach atau basic research) b)Penelitian terapan (applied research) c)Penelitian aksi (action research) d)Penelitian kebijakan (policy research) e)Penelitian evaluasi (evaluation research) c) Berdasarkan lokasi atau tempat dimana penelitian itu dilakukan a) Penelitian kancah (field research) b) Penelitian kepustakaan (library research) d) Berdasarkan metode utamanya yang dipakai a) Penelitian suvei b) Penelitian kasus c) Penelitian eksperimental d) Penelitian grounded (grounded research) 1. 2. 3.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: o
Berdasarkan pada tujuan penelitian
a) Penelitian eksploratoris Penelitian eksploratoris dilakukan bilamana peneliti tidak familiar dengan masalah yang diteliti, topik yang diteliti relatif baru, literatur atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka. Peneliti mengidentifikasi orang – orang yang ada berdasarkan ciri-ciri sosiologis dan peranannya di dalam
c
masyarakat, peneliti mencatatat kejadian–kejadian, menyusun kategori atas subyek-subyek perilaku dan juga mengkategori kejadian-kejadian, kemudian mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan atau mereviasi konsep-konsep ilmiah yang diperoleh dalam literature ilmiah.
b) Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Penelitian mendeskripsikan gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang dian jadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti. Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan dua cara: 1)
Deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan ukuran kuantitatif
2) Deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsi kualitas suatu gejala yang menggunakan ukuran sebagai dasar penilaian. c) Penelitian eksplanatoris Penelitian ini menjawab apakah suatu gejala berhubungan dengan gejala sosial yang lain. Penelitian ini untuk menguji hipotesis yang diketengahkan oleh peneliti. o
Berdasarkan kegunaan, penelitian dapat dibedakan menjadi:
3) Penelitian murni (pure research atau basic research) Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan konsep, mengembangkan teori, menguji hipotesis, atau menguji kebenaran suatu teori. 4) Penelitian terapan (applied research) Penelitian
ini
untuk
memecahkan
masalah
atau
penyakit
masyarakat
tertentu.kegunaannya bersifat praktis, yaitu untuk mengatasi persoalan yang harus segera dipecahkan. 5) Penelitian aksi (action research) Penelitian ini bermaksud untuk mengatasi masalah dengan cara memberikan tindakan-tindakan nyata. Penelitian diawali dengan kegiatan pengumpulan data, kemudian data dianalisis, dirumuskan strategi tertentu untuk memecahkan masalah baru selamjutnya dilakukan tindakan (treatment) tertentu.
ci
6) Penelitian kebijakan (policy research) Pada penelitian ini, data yang ada dirumuskan menjadi suatu kebijakan tertentu yang dapat berupa peraturan, undang-undang, surat keputusan yang memiliki kekuatan hukum tertentu. 7) Penelitian evaluasi (evaluation research) Penelitian ini untuk menilai suatu program, kegiatan, atau kebijakan yang ditujukan untuk mengintervensi masyarakat. Penelitian evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik agar suatu program, kegiatan atau kebijakan memberikan dampak sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi memiliki tiga fokus utama, yaitu menilai konseptualisasi program, pelaksanaan program, dan dampak dari suatu program. o Berdasarkan lokasi atau tempat dimana penelitian dilakukan (1)
Penelitian kancah (field research)
Penelitian dilakukan di suatu wilayah geografis tertentu dimana peneliti terjun ke masyarakat dan langsung melihat apa yang terjadi. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan atas hasil pengamatan, wawancara, atau kuesioner yang diberikan kepada responden. (2)
Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian dilakukan dengan memeriksa bahan-bahan yang telah ditulis oleh orang lain. Peneliti membaca seluruh dokumen baik yang diterbitkan secara resmi ataupun yang terdapat diseluruh bahan cetakan, micro film, micro fisch, pita rekaman, atau sumber-sumber lain yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder sebagai dasar dari analisisnya. o Berdasarkan metode utama yang dipakai APenelitian survei
cii
Penelitian ini mengumpulkan data terhadap sejumlah individu yang dianggap representatif mewakili populasinya untuk memperoleh sejumlah nilai-nilai tertentu atas sejumlah variabel yang dipilih. B Penelitian kasus Penelitian kasusu bertujuan untuk meneliti gejala-gejala sosial melalui analisis yang terus menerus tentang kasus yang dipilih CPenelitian eksperimental Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinana saling hubungan sebab akibat antar dua variabel atau lebih dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu pada kelompok eksperimental (kelompok yang dicoba). DPenelitian Grounded (grounded research) Penelitian gounded adalah penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan teori yang ditarik secara induktif dari studi yang mendalam. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitik kuantitatif yang diolah dengan menggunakan statistik.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi atau gambaran keadaan secara objektif dan mengetahui hubungan antara variabel tingkat pendidikan orang tua (XI) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi (X2) dengan prestasi belajar sosiologi (Y). Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analitik kuantitatif adalah sebagai berikut: 1) Permasalahan yang dihadapai adalah permasalahan yang masih aktual dan merupakan permasalahan yang sering dihadapi dalam dunia pendidikan yaitu peningkatan prestasi belajar. 2) Penelitian ini sangat logis dan menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat. 3) Data yang dikumpulkan pertama-tama disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. 4) Data penelitian merupakan hasil dari penelitian yang sistematis dan objektif.
3. Populasi dan Sampel
ciii
Dalam penelitian peneliti memerlukan keseluruhan obyek untuk diteliti, namun jika populasi terlalu besar bisa diambil sampel yang representatif, yaitu yang mewakili seluruh populasi. a. Populasi Menurut Sutrisno Hadi (2004: 102) berpendapat bahwa “populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai satu sifat sama”. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Y Slamet yang berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan dari pada unit – unit analisis yang memiliki spesifikasi dan ciri-ciri tertentu“. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 115) menyatakan “ popolasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Menurut Hadari Nawawi (1998: 141), “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri data manusia, benda-benda, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”. Jadi populasi berhubungan dengan data bukan manusianya, kalau setiap manusia memberikan suatu data yang diperlukan dalam penelitian, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995:152),“ populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dapat berupa manusia, hewan, benda maupun gejala-gejala. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari yang berjumlah 178 siswa yang terdiri dari 4 kelas (XI IPS1, XI IPS2, X IPS3, XI IPS4) b. Sampel Dalam penelitian ini tidak semua populasi akan diteliti, tetapi cukup mengambil sample yang dapat mewakili populasi. Menurut Sudjana (2002 : 161) mengemukakan bahwa, “sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu” pendapat ini didukung oleh Winarno Surakhmad (1994 : 20), “sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”. Menurut S. Margono (2007: 121) “sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Kerlinger (1996: 188) mengemukakan “sampel adalah suatu bagian populasi atau semesta sebagai
civ
wakil (representasi) populasi atau semesta”. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan melalui cara – cara tertentu untuk mewakili popolasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 19) “apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneliti populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dalam penelitian ini besarnya sampel mengacu pada pendapat diatas yaitu 25% dari populasi. Peneliti memilih mengambil sampel 25% dari populasi karena sikap siswa dan tingkat pendidikan orang tua tidak homogen untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampel dalam penelitian ini diambil 45 siswa yang diperoleh dari 25% jumlah populasi 178. Alasan peneliti melakukan penelitian dengan mempergunakan sampel antara lain sebagai berikut: 1.
Ukuran populasi terlalu besar
2. Dari segi biaya, jika menggunakan populasi semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, sehingga peneliti memilih menggunakan sampel untuk mewakili populasi. 3. Dari segi waktu. Sampel memerlukan waktu yang lebih sedikit dibanding penelitian populasi. c. Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian harus representatif, sehingga perlu teknik tertentu yang dinamakan teknik sampling. Sutrisno hadi (2004: 75) berpendapat bahwa ” sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”. Sedangkan teknik sampling menurut Hadari Nawawi (1998: 152) adalah ”cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel agar diperoleh sampel yang representatif. Sutrisno Hadi (2004: 83) pada dasarnya teknik sampling dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Teknik Random Sampling
cv
1)
Cara undian, yaitu pengambilan sampel secara undian.
2)
Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu.
3) b.
Cara randomisasi dari tabel bilangan random.
Teknik Non-Random Sampling 1) Teknik proportional sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi. 2) Teknik stratified sampling, yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. 3) Teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 4) Teknik quota sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum. 5) Teknik duable sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. 6) Teknik area probability sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area. 7) Teknik cluster sampling, yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. . Menurut Gulo (2003: 81) berpendapat bahwa, ”supaya penarikan sampel tidak bias, setiap analisis dalam populasi harus mendapat peluang yang sama untuk ditarik menjadi anggota sampel”. Jadi untuk memenuhi prinsip keterwakilan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling yang digunakan untuk memilih siswa secara acak, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Dalam pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian agar setiap siswa sebagai populasi mempunyai kedudukan dan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Alasan menggunakan teknik random sampling secara undian karena pelaksanaannya relatif mudah dan sederhana dan tidak banyak menyita waktu. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 83), langkah-langkah dalam pengambilan sampel dengan teknik random sampling dengan cara undian adalah sebagai berikut: 1) Buatlah suatu daftar yang berisikan semua subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kelompok-kelompok yang ada dalam populasi.
cvi
2) Berilah kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kolompok – kelompok yang ada dalam a). 3) Tuliskan kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil. 4) Gulung kertas baik-baik. 5) Masukkan gulungan – gulungan kertas itu ke dalam tempolong, kaleng atau tempattempat semacam. 6) Kocok baik-baik tempolong atau kaleng itu. 7) Ambillah kertas gulungan kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan. Sesuai dengan langkah-langkah tersebut diatas, peneliti akan melakukan langkahlangkah sebagai berikut: (1)
Membuat daftar nama-nama siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Wonosari yang berjumlah kelas.
(2)
Memberikan kode – kode kelas dan nomor absen untuk masing-masing siswa.
(3)
Menulis kode-kode dalam satu lembar kertas kecil sebanyak 178 siswa.
(4)
Menggulung kertas tersebut dengan rapi dan sebaik-baiknya.
(5)
Memasukkan gulungan – gulungan kertas ke dalam kaleng.
(6)
Mengocok kaleng dengan baik.
(7)
Ambil satu gulungan
(8)
Kemudian masukkan lagi gulungan yang telah diambil untuk dikocok lagi sampai mendapat 45 siswa untuk dijadikan sampel penelitian Jadi sampel telah ditetapkan dalam penelitian ini masing-masing kelas diambil 11
siswa yang dipilih secara acak
4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian, selain harus menggunakan metode yang tepat, juga harus memilih teknik dan alat pengumpulan data yangrelevan. Penggunaan teknik dan alat pengukur yang data yang tepat akan memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data tentang masalah yang diteliti.. Untuk memperoleh data yang valid dan reliabel perlu menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Menurut Sumadi Surya Subrata (1998: 84) menyatakan bahwa, ” kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas alat
cvii
pengambilan data atau alat ukurnya”. Jadi dalam menggunakan alat ukur harus tepat sesuai dengan variabel yang akan diteliti dan tujuan penelitian. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1998: 94), “teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel, yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang objektif”. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar dapat saling melengkapi, mengingat setiap metode mempunyai kelemahan dan kelebihan masingmasing. Data – data sangat penting bagi penelitian, untuk itu data yang diperoleh harus benar sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan data perlu adanya cara atau teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lengkap dan benar dari objek penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 80) mengemukakan jenis data dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Data primer, yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus itu. 2) Data sekunder, ialah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar dari penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya data asli. Data primer diperoleh langsung dari siswa dan orang tua siswa dalam meneliti variabel sikap terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak sekolah berupa informasi tentang siswa dan informasi tentang sekolah yang bersangkutan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) menyebutkan bahwa “Sumber data adalah subjek darimana data tersebut diperoleh. Sumber data dapat berwujud responden, benda, gerak atau proses sesuatu, serta dokumen”. Dengan demikan sumber data dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a.
Person, yaitu sumber data berupa orang.
b.
Place, yaitu sumber data berupa tempat.
c.
Paper, yaitu sumberdata berupa symbol. Ketiga macam data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui angket, dalam penelitian ini angket akan diberikan kepada siswa dan orang tua siswa
cviii
sebagai responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Place yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan-keadaan diam dan bergerak, ata tempat penelitian akan diperoleh dari SMA N I Wonosari. Sedangkan Paper yaitu sumber data yang menyajikan data-data berupa huruf, angka, gambar, atau symbol-simbol lain. Teknik pegumpulan data ada khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) teknik Pengumpulan data digolongkan menjadi dua macam, yaitu : 1. Test, yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat-alat lain yang digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan,
pengetahuan,
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 2. Non- test, yaitu terdiri dari angket atau kuesioner, interview, observasi, skala bertingkat (rating scale) dan dokumentasi. Sedangkan menurut Y. Slamet (2008: 85) mengemukakan ada tiga teknik dalam mengumpulkan data, yaitu: 1)
Teknik observasi
2)
Kuesioner
3)
Wawancara
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Teknik observasi Teknik
pengumpulan
data
yang
bersifat
non-verbal.
Observasi
menggunakan indera visual, pendengaran, rabaan dan penciuman. Observasi terdiri dari dua yaitu yang pertama observasi partisipasi dimanapeneliti terlibat langsung dalam kegiatan- kegiatan yang diamati. Yang kedua yaitu observasi tidak partisipasi, dimana pengumpulan data yang bersifat non verbal peneliti tidak berperan ganda karena hanya sebagai pengamat belaka. 2.
Teknik kuesioner Teknik pengumpulan data dengan seperangkat daftar pertanyaan yang disusun dengan sistematis dan lengkap yang digunakan untuk mengukur suatu gejala tertentu dan konsep tertentu yang langsung diisi oleh responden.
3.
Teknik wawancara
cix
Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh infomasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dan informan untuk mendapatkan data melalui kegiatan Tanya jawab. Dalam penelitian ini menggunakan tes untuk mengukut prestasi belajar siswa, non-test yang dipakai adalah kuesioner, skala bertingkat untuk mencari data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan menggunakan dokumentasi.
1) Variabel Penelitian Sebelum
melakukan
penelaah
kepustakaan,
seorang
peneliti
harus
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel merupakan objek penelitian yang sangat penting. Variabel. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 72) mengemukakan, “variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”. Menurut S. Margono (2007: 133), variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai selain itu variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih”. Kerlinger (1990: 49), “ variabel ialah suatu sifat yang dapat memiliki bermacammacam nilai”. Sedangkan menurut Masri Singarimbun& Sofian Effendi (1995: 48) mengemukakan “ variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai”. Menurut (Consuelo G. Sevilla et al terjemahan Alimuddin Tuwu, 1993: 21) mengemukakan bahwa, “variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah konsep yang memiliki lebih dari satu nilai yang akan menjadi obyek penelitian. Menurut Fred N. Kerlinger (1996: 58) menyatakan “ (…) ada tiga jenis yang sangat penting dan mendapat penekanan: (1) variabel bebas dan variabel terikat; (2) variabel aktif dan variabel atribut; (3) variabel kontinu dan variabel kategori”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Variabel Bebas dan Variabel terikat Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang meramalkan yang memunculkan sebab. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah
cx
variabel yang diramalkan dan yang memunculkan akibat dari suatu percobaan yang diujikan. b. Variabel Aktif dan Variabel atribut Variabel aktif adalah variabel yang dapat dimanipulasi yang berarti melakukan berbagai hal terhadap berbagai hal terhadap berbagai kelompok subyek. Sedangkan variabel atribut adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi. c. Variabel Kontinu dan Variabel Kategori Variabel kontinu adalah variabel yang menunjukkan suatu urutan peringkat (rank order). Sedangkan variabel kategori adalah variabel yang menempatkan dan menentukan suatu obyek pada suatu sub kelas menjadi bagian dari suatu kelas atau tidak.
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Uraian dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas 1) Tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan pendidikan formal yang telah ditempuh ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya. 2) Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi. Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk merespons mata pelajaran sosiologi, baik bersifat respons positif maupun negatif b. Variabel terikat i.
Prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/ketrampilan yang menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar 2) Instrumen penelitian Instrumen sebagai alat pengumpul data harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mampumenghasilkan data yang empiris. Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang akan diteliti, sedangkan instrument penelitian adalah yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Menurut Burhan Bungin
cxi
(2005: 123) mengatakan bahwa ”metode pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian”. Dari pengertian dapat diambil kesimpulan bahwa. Menurut S. Margono (2007:155-156) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian antara lain: a. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan. b. Sumber data / informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian. c. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya. d. Jenis data yangdiharapkan dalam penggunakan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian. e. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dalat menghasilkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes obyektif, angket dan dokumentasi. Tes objektif dilakukan untuk mengukur prestasi belajar sosiologi siswa, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua, sedangken dokumentasi untuk mengumpulkan data nama siswa dan jumlah siswa. 1)
Tes Obyektif Tes umumnya bersifat mengukur, seperti halnya tes prestasi belajar mengukur
hasil-hasil belajar yang dicapai .Menurut Muhibbin Syah (1995: 145) menyatakan, “tes obyektif adalah tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai yang lugas (seadanya) menurut pedoman yang telah ditentukan sebelumnya”. Tes prestasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengukurkemampuan, pemahaman terhadap bidang pengetahuan khusus yaitu mata pelajaran sosiologi. Menuru Muhibbin Syah (1995: 146) ada lima jenis tes obyektif, antara lain: a. b. c. d. e.
Tes Benar – Salah Tes Pilihan Ganda Tes Menjodohkan Tes Isian Tes Melengkapi
cxii
Dalam penelitian ini, tes prestasi belajar sosiologi diberikan secara tertulis dengan menggunakan model soal pilihan ganda. Tes dengan tipe pilihan ganda digunakan karena memungkinkan secara langsung dapat menyimpulkan informasi dari data mentah, selain itu tes prestasi dengan tipe pilihan ganda memberikan cerminan penampilan yang maksimal dari siswa, selain itu tes pilihan ganda mempunyai keunggulan antara lain: (1) Komprehensif karena dalam waktu tes yang sangat singkat dapat memuat lebih banyak item (2) Pemeriksaan jawaban dan pemberian skornya mudah dan cepat (3) Penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efisien dan hemat bahan (4) Kualitas item dapat dianalisis secara empirik (5) Objektivitas tinggi (6) Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan Namun tipe pilihan ganda juga memiliki kelemahan, yaitu: 1) Pembuatannya sulit dan memakan banyak waktu dan tenaga 2) Tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi 3) Ada kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan. (Saifuddin Azwar, 2002:75) Alasan penulis memilih tes prestasi dengan tes pilihan ganda antara lain karena: (1)
Tes dengan pilihan ganda dapat memuat banyak item.
(2) Dibandinhgkan dengan tesyang lain Pengoreksian jawaban dan pemberian skornya tes objektif pilihan ganda lebih mudah. Dalam menyusun tes untuk mengukur prestasi belajar mata pelajaran sosiologi, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menentukan pokok bahasan/materi yang akan diujikan, kemudian membuat kisikisi yang sesuai dengan indikator – indikator materi pelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa terhadap mata pelajaran sosiologi yang akan dinilai sebagai wujud skor hasil belajar. b) Membuat dan menyusun item pertanyaan yang akan di teskan. c) Menyusun petunjuk pengerjaan soal d) Menyusun kunci skor jawaban e) Melakukan uji coba tes
cxiii
f) Melakukan revisi tes yaitu dengan menghilangkan pernyataan yang tidak valid.
Tes prestasi dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dengan penilaian bila jawaban benar untuk setiap item soal diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Materi yang diujikan sesuai dengan buku pegangan yang dipakai oleh siswa. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sunartana(1986: 79), mengemukakan macam-macam skala penilaian, antara lain: a) Skala lima b) Skala sembilan c) Skala sebelas d) Skala seratus e) Skala Z skor Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a)
Skala lima Skala lima adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori. Masing-masing tingkatan dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E. A adalah tingkatan yang tertinggi, B tingkatan yang dibawah A, dan seterusnya sampai E.
b)
Skala sembilan
Skala sembilan adalah suatu sususnan tingkatan yang terdiri dari sembilan kategori. Masing-masing kategori dinyatakan dengan angka dari 1 sampai 9. Angka 1 menyatakan kategori terendah dan angka sembilan menyatakan kategori tertinggi. c)
Skala sebelas Skala sebelas adalah susunan tingkatan yang terdiri dari 11 kategori. Masingmasing kategori dinyatakan dengan angka 0 – 10. angka 0 menyatakan kategori yang paling tendah dan angka 10 menyatakan kategori paling tinggi.
cxiv
d)
Skala seratus
Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus. 0 adalah kategori terendah sedangkan angka 100 adalah kategori tertinggi. e)
Skala Z Z-skor adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya penyimpangan suatu skor terhadap angka rata-rata skor dalam kelompok tersebut, dalam satuan deviasi standar. Dalam penelitian ini untuk menilai atau pengskoran soal tes prestasi belajar sosiologi menggunakan skala 11 karena di SMA umumnya menggunakan skala 11 slain ini skala 11 lebih mudah dalam pemberian nilai. Keterangan nilai dengan skala 11
2) a)
10 = istimewa
5 = hampir cukup
9 = baik sekali
4 = kurang
8 = baik
3 = kurang sekali
7= lebih dari cukup
2 = buruk
6 = cukup
1 = buruk sekali
Angket Pengertian Angket Angket juga bisa disebut kuesioner. Nasution (2003: 51) mengatakan
“angket merupakan pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada responden untuk dijawab dan dikembalikan lagi kepada peneliti”. Dari pengertian ini berarti angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk diisi agar mendapatkan data dari responden
kemudian
dikembalikan lagi kepada peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) mengatakan bahwa “kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui”.jadi angket bertujuan untuk mencari data tentang responden dan halhal diketahuinya yang dilakukan secara tertulis sesuai pertanyaan yang diajukan dalam angket. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa angket atau kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden untuk diisi agar dapat
cxv
memperoleh data atau informasi tentang pribadi responden atau hal-hal yang diketahui, dan kemudian angket tersebut dikembalikan lagi kepada peneliti. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua. Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data sikap sisiwa terhadap mata pelajaran sosiologi diberikan langsung kepada siswa untuk diisi dan dikumpulkan kembali kepada peneliti. Sedangkan angket tingkat pendidikan orang tua ditujukan langsung kepada orang tua untuk diisi oleh orang tua siswa dan dikembalikan kepada peneliti. Sebagai suatu teknik pengupulan data, angket mempunyai kelebihan dan kelemahan. Babarapa kelebihan angket yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002:129) antara lain: a) b) c) d)
Tidak memerlukan hadirnya peneliti Dapat dibagi serentak Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas jujur dan tidak malumalu menjawab e) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1998: 75), mengemukakan beberapa kelebihan dari angket antara lain: a) Biaya relatif murah b) Waktu mendapatkan data relative singkat c) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai pelihal yang terjadi d) Dapat dilakukan pada jumlah subjek yang sangat besar. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), selain angket mempunyai kelebihan yang telah dungkapkan diatas, angket juga mempunyai kelemahan antara lain: a) Reponden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, pada hal sukar diulangi dan diberikan kembali padanya. b) Sering kali sukar dicari validitasnya c) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d) Sering kali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos
cxvi
e) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2004: 57) menemukakan beberapa kelemahan angket antara laian: a) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap b) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan – keinginan pribadi c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasaada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logic unsure-unsur yang dirasa kurang berhubungan logik. Adapun alasan peneliti menggunakan metode angket antara lain: 1) Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. 2) Mudah mendapatkan data objektif dari responden b)
Jenis – jenis angket Ada beberapa jenis angket yang dapat digunakan dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128-129), membedakan angket menjadi beberapa jenis, yang dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu: a. Dipandang dari cara menjawab i. Angket terbuka ii. Angket tertutup
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan i. Angket langsung ii. Angket tidak langsung c. Dipandang dari bentuknya i. Angket pilihan ganda ii. Angket isian iii. Chek list Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
Dipandang dari cara menjawab
a. Angket terbuka Angket ini memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
cxvii
b. Angket tertutup Angket ini pertanyaan yang diajukan telah diberikan alternative jawaban, jadi responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan yang sesuai dengan keinginannya. (2)
Dipandang dari jawaban yang sudah diberikan
a. Angket langsung Dalam angket ini, responden ;angsung menjawab tentang dirinya b. Angket tidak langsung Dalam angket ini, responden menjawab tentang orang lain (3)
Dipandang dari bentuknya
a. Angket pilihan ganda Dalam hal ini sama dengan angket tertutup, jadi alternatif jawaban sudah disediakan dalam bentuk pilihan ganda dan responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. b. Angket isian Dalam hal ini sama dengan angket tertutup, responden menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
c. Check list (skala bertingkat) Sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check
(√
pada kolom yang sesuai) d. Rating scale Yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai kesangat tidak setuju. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Berdasarkan cara menjawabnya, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, karena alternatif jawaban sudah disediakan oleh peneliti, responden tinggal memilih jawaban. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup karena pilihan jawaban sudah disedikan oleh peneliti sehingga responden mudah untuk menjawab pertanyaan, angket tertutup juga lebih
cxviii
menghemat waktu, selain itu telah diberikan skor sebelumnya untuk masingmasing alternatif jawaban sehinnga dalam pemberian skornya lebih mudah dan mudah dianalisis. Namun, menurut Donald Ary yang diterjemakan oleh Arif Furchan, 2005: 260) mengemukakan: Angket tertutup mempunyai kelemahan yaitu memaksa responden untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang telah ditetapkan terlebih dahulu bagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebenarnya ia merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas, atau memaksanya memilih alternatif-alternatif yang tidak benar-benar mencerminkan sikap mereka. Untuk memperkecil kesalahan maka peneliti melakukan usaha: a. Kalimat disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh responden. b. Menyusun pertanyaan dengan baik agar tidak mempunyai makna ganda.
c. Pertanyaan diusahakan tidak bersifat menggiring responden untuk memilih arternatif jawaban yang diinginkan peneliti. d. Membuat alternatif jawaban yang lengkap. (2) Berdasarkan jawaban yang diberikan, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung. Angket langsung bertujuan untuk memperoleh data tentang diri responden. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi agar memperoleh data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi. Untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua siswa, angket diberikan kepada orang tua (ayah dan ibu) siswa untuk diisi tentang tingkat pendidikan yang terakhir ditempuh. Peneliti memilih angket langsung karena angket langsung diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pribadinya selain itu dengan angket langsung peneliti tidak memerlukan waktu yang lama atau mudah meminta kembali angket yang disebarkan kepada responden. (3) Berdasarkan bentuknya, penelitian ini menggunakan rating scale yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi. c)
Langkah – langkah menyusun angket
cxix
Untuk menyusun angket memerlukan langkah – langkah yang tepat dan sistematis. (1) Menetapkan tujuan pembuatan angket Tujuan penyusunan angket dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau data mengenai tingkat pendidikan orang tua siswa (ayah dan ibu) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi. (2) Pembuatan kisi-kisi angket Berdasarkan indikator dari variabel yang telah dirumuskan dapat dibuat kisi-kisi angket sebagai pedoman penyusunan item pertanyaan maupun pernyataan beserta jumlahnya sehingga seluruh aspek dapat diukur dan terwakili. (3) Penyusunan angket Penyusunan angket meliputi pembuatan item-item pertanyaan atau pernyataanbeserta alternatif jawaban, petunjuk pengisian angket dan surat pengantar penyebaran angket. (4) Memberikan skor angket (5) Angket tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) disusun berdasarkan dalam bentuk pernyataan dengan alternatif jawaban pilihan ganda, pemberian skor untuk angket variabel tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai berikut: a. Tidak Sekolah
= 0
b. Tidak tamat SD/ MI/ Paket A
= 1
c.
= 2
Tamat SD/ MI
d. Tidak tamat SMP/ MTs/ Paket B = 3 e.
Tamat SMP/MTs / Paket B
= 4
f.
Tidak tamat SMA/ MA/ Paket C = 5
g.
Tamat SMA/ MA/ Paket C
h.
Tamat D1
i.
Tamat D2
= 6 = 7 = 8
j. Tamat D3
= 9
k. Tamat S1
= 10
cxx
l.
Tamat S2
= 11
m. Tamat S3
= 12
Sedangkan untuk variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert biasanya terdapat 1-5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala Likert banyak digunakan dalam penelitian moral dan sikap terhadap suatu objek. Skala Likert mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan skala Likert dibandingkan skala lain antara lain: (1) Dalam menyususn skala, item-item tidak jelas menunjukkan hubungan dengan skala yang sedang diteliti masih dapat dimasukkan dalam skala. (2) Skala Likert lebih mudah membuatnya. (3) Skala Likert mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi. (4) Karena jangka responsi yang lebih besar membuat skala Likert dapat memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat atau sikap responden tentang isu yang dipertanyakan. Kelemahan skala Likert a) Karena ukuran yang digunakan adalah ukuranordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain. b) Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama. (Mohammad Nasir, 1999: 398) Alasan peneliti menggunaka skala Likert untuk mengukur sikap siswa tehadap mata pelajaran sosiologi antara lain: 1.
Skala Likert lebih mudah pembuatannya dibandingkan skala yang lain 2.
Dalam pemberian skor juga relatif mudah karena setiap alternatif jawaban sudah diberikan skor. Langkah – langkah menyusun skala Likert menurut (Donald Ary et al
yang dikutup oleh Arif Furchan, 2005: 279) antara lain: (1) Mengumpulkan sejumlah besar pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan tentang objek sikap.
cxxi
(2) Memilih dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan dalam jumlah yang kira-kira sama. (3) Memberikan butir-butir pertanyaan ini kepada sejumlah individu, dan meminta mereka untuk mengemukakan pendapat terhadap tiap-tiap pertanyaan itu dengan menetapkan apakah mereka sangat setuju, setuju, tidak setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju atau sangat tidak setuju. (4) Menghitung skor tiap-tiap individu. (5) Melakukan analisis butir pertanyaan (item analysis) guna memilih butir–butir pertanyaan yang menghasilkan diskriminasi tinggi. Melalui analisis butir pertanyaan ini, peneliti dapat mengetahui korelasi antara skor keseluruhan para subjek dengan jawaban mereka terhadap tiap-tiap pertanyaan. Sesuai dengan langkah-langkah diatas, peneliti melakukan langkah– langkah menyusun skala Likert sebagai berikut: (1)
Mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan terhahap objek sikap (mata pelajaran sosiologi).
(2)
Memilih dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang menyanangkan dan yang tidak menyenangkan dalam jumlah sama.
(3)
Membuat alternatif jawaban serta skor untuk tiap alternatif jawaban. Dalam hal ini peneliti menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu: Untuk item positif
(1) Sangat setuju
=4
(2) Setuju
=3
(3) Ragu-ragu
=2
(4) Tidak setuju
=1
(5) Sangat tidak setuju = 0 Untuk item negatif (a) Sangat setuju
=0
(b) Setuju
=1
(c) Ragu-ragu
=2
(d) Tidak setuju
=3
(e) Sangat tidak setuju = 4
cxxii
(6) Uji coba dan perbaikan angket Untuk mendapatkan angket yang baik maka perlu dilakukan uji coba. Uji coba atau try out dilakukan agar mendapat angket yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan, selain itu juga mengetahui kelemahan angket yang disebarkan. Angket yang masih ada kekurangan perlu diperbaiki sebelum disebarkan kembali kepada sampel yang ingin diteliti. Try out dilakukan terhadap siswa dalam satu populasi tetapi tidak termasuk dalam sampel penelitian, yaitu sebanyak 25 siswa. Adapun maksud peneliti mengadakan try out adalah sebagai berikut: a. Menghindari pertanyaan atau pernyataan yang bermakna ganda atau kurang jelas b. Menghindari pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan. c. Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti dan dipahami responden d. Menghilangkan pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian Try out dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji coba angket meliputi uji validitas dan reliabilitas, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Uji Validitas Instrumen Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Menurut Saifuddin Azwar (2001 : 5-6) menyatakan “ validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya” suatu instrumen yang baik mempunyai validitas tinggi sebaliknya jika validitasnya rendah tidak akan relevan dengan tujuan pengukuran.
Menurut (Donal Ary terjemahan Arif Furchan, 2005: 293) mengemukakan, “masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tersebut”. Jadi apakah alat ukur yang digunakan sudah tepat dan mampu mengukur dengan benar agar hasilnyapun baik. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144) menyatakan bahwa, ”validitas adalah suatu ukuran
cxxiii
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Jadi alat ukur dikatakan valid jika dapat mengukur secara tepat dan cermat sehingga dapat mengukur dengan tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa validitas instrumen adalah kesahihan, ketepatan, kecermatan alat ukur dalam mengukur objek penelitian. Macam-macam validitas menurut Saifuddin Azwar (2001: 46), antara lain sebagai berikut (1) Validitas isi Validitas Muka (Face Validity) Validitas Logik (Logical Validity) (2) Validitas Konstruk (Construct Validity) (3) Validitas berdasarkan kriteria (Criterian Validity) Validitas Prediktif (Prediktive Validity) Validitas Konkruen
1. 2.
1. 2.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Validitas isi Validitas isi adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional.
Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu: i. Validitas Muka (Face Validity) Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penelitian terhadap format penampilan (appearance) tes. ii. Validitas Logik (Logical Validity) Validitas logik menunjukkan pada sejumlah isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. (b) Validitas Konstruk (Construct Validity)
cxxiv
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang lebih kompleks. (c) Validitas berdasarkan kriteria (Criterian Validity) [osedur pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes. Prosedur validitas berdasar kriiteria dua macam validitas, yaitu: i. Validitas Prediktif (Prediktive Validity) Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan hanya yang besar, karena prosedur ini pada dasarnya merupakan kontinyuitas dalam proses pengambilan tes. ii. Validitas Konkruen Validitas konkruen merupakan indikasi yang layak ditegakkan apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnosis. Validitas yang digunakan dan diuji coba dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (contruct validity), karena item disusun berdasarkan teori yang relevan dengan variabel tingkat pendidikan orang tua (X1), sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi (X2), dan prestasi belajar sosiologi (Y) yang diteliti kemudian diukur dengan teknik analisis statistik. Instrumen dikatakan valid apabila Instrumen dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu instrumen dinyatakan dengan korelasi (r). Uji validitas menggunakan rumus korelasi prodact moment dari person dalam Suharsimi Arikunto (2002 : 146), sebagai berikut : Uji validitas menggunakan rumus korelasi prodak moment dari Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2002: 146), sebagai berikut : r
xy
=
Nåxy - (åx)(å y)
{Nåx - (åx) }{Nåy 2
2
2
Keterangan :
cxxv
- (å y)
2
}
r xy
= koefisien korelasi antara X dan Y
åX
= jumlah skor butir angket variabel X
åY
= jumlah skor butir angket variabel Y
N
= jumlah subyek uji coba
Jika ρ < 0,05 maka dinyatakan item valid, sebaliknya jika ρ > 0,05 maka item tidak valid. Dari uji validitas, item yang valid dipakai untuk angket yang akan disebar kepada sampel penelitian, sedangkan yang tidak valid dibuang. Berdasarkan hasil perhitungan validitas angket diperoleh hasil dari 50 item try out 50 item soal variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi ada 7 butir yang gugur, yaitu item nomor 23, 35, 36, 37, 40, 44dan 50. sedangkan pada tes prestasi belajar yang telah di uji cobakan ada 10 item yang gugur yaitu nomor 7, 8, 10, 12, 21, 28, 32, 37, 42 dan 43. (b) Uji Reliabilitas Selain kuesioner harus valid juga harus reliabel, artinya dapat dipercaya atau diandalkan, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 229) mengemukakan, “reabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 154) “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument itu sudah baik”. Jadi suatu alat ukur dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan reliabilitas tinggi apabila alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila alat ukur tersebut dikenakan pada subyek yang sama tetapi tempatnya berbeda atau pada waktu yang berbeda tetapi tempatnya sama. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu a. Reliabilitas Stabilitas a. Metode pengujian kembali (tes retest/single tesl double trial) b.Teknik belah dua (single test single trial) c. Teknik paralel (doule test trial) b. Reabilitas Ekuivalen cxxvi
(Arief Sukardi Sadiman, 1991: 107) Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut 1. Reliabilitas Stabilitas Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya. Realibilitas stabilitas menggunakan indikator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Pemerolehan reliabilitas setiap kali unit diukur skornya sama atau hampir sama, mengukur ukuran yang sama pada waktu yang berbeda. A Metode pengujian kembali (tes retest/single tesl double trial) Metode ini menggunakan ukuran atau “tes” yang sama untuk variabel tertentu pada suatu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat lain. B
Teknik belah dua (single test single trial)
Teknik ini biasanya peneliti menggunakan teknik belah dua ganjil genap dengan pengelompokan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan penelompokan bernomor genap sebagai blahan kedua. C
Teknik paralel (doule test trial)
Perhitungan reliabilitas iukur dengan menggunakan dua jenis alat ukur yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur kemudian diberikan pada responden yang sama, kemudian dicarai validitasnya untuk masing-masing jenis. 2. Reabilitas Ekuivalen Menyangkut usaha pemerolehan nilai yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi degan satu atau lebih indikator pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat. Dalam penelitian ini menggunakan jenis reliabilitas stabilitas dengan metode pengujian kembali karena menggunakan induktor, definisi
cxxvii
operasional dan prosedur pengumpulan data yang sama setiap saat, sehingga diperoleh nilai yang sama meskipun pada waktu yang berbeda. Untuk
mengukur
atau
menghitung
tingkat
reliabilitas
instrument digunakan rumus alpha yang dikemukakan Saifuddin Azwar (2001: 11) sebagai berikut : 2 é K ùé å Sb ù r 11 = ê 1 ê ú ú S t2 ûú ë (K - 1)û ëê
Keterangan : r 11
= koefisien reliabilitas instrumen
K
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Sb²
= jumlah varians butir
St²
= varians total.
å S
S
2 b
2 t
å S
2 b
Jika ρ < 0,05 maka hasil pengukurannya reliabel, sebaliknya jika ρ > 0,05 makahasil pengukurannya tidak reliabel.. (7) Revisi Angket Setelah angket diuji cobakan atau dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dilakukan revisi dengan cara pemilihan pertanyaan atau item-item yang valid dan reliabel yang akan digunakan. (8) Perbanyak angket Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang menjadi anggota sampel. (9) Penyebaran angket Langkah terakhir adalah angket disebarkan kepada sample untuk memperoleh data penelitian. 3)
Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2002 : 135) menjelaskan bahwa, “di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya”. cxxviii
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah sebagai berikut: 1) Sumber data sudah tersedia, sehingga mudah untuk memperolehnya. 2) Bila ada kekeliruan mudah untuk memperbaiki karena dapat dicari kembali 3) Menghemat waktu, tenaga dan biaya. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa nama siswa dan jumlah siswa di kantor Tata usaha SMA N 1 Wonosari.
5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data serta menganalis data yang terkumpul dalam penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan sebelumnya selain itu juga untuk memperoleh kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi dan regresi. Sesuai dengan teknik yang digunakan, maka penelitian menggunakan dasar analisis dengan pedoman: Kaidah uji hipotesis menggunakan komputer Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan Kaidah uji hipotesis konvensional Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan Uji tes memakai signifikansi ρ (probabilitas) < 0,05
Penggunaan analisis tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
cxxix
a. Sampel yang digunakan dalam penyalidikan harus sampel yang diabil secara random dari populasi terhadap kesimpulan mana penyelidikan hendak kita kenakan. b. Bentuk distribusi variabel XI, X2, dan Y dalam populasi adalah mendekati distribusi normal. (Sutrisno Hadi, 1999: 304) Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah a. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dapat yang didapat berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data digunakan rumus Chi Kuadrat (Sutrisno Hadi, 2004:383) sebagai berikut: å
2
X =
( fo - fh ) 2 fh
Keterangan : X2
= koefisien chi kuadrat
fo
= jumlah frekuensi yang telah diperoleh
fh
= jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya ρ < 0,05, maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal 2. Uji Linieritas Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apa ada hubungan antara variable bebas dengan variable terikat yaitu antara X1 dengan Y dan antara X2 dengan Y.
Uji linieritas dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2001:332) sebagai berikut :
åX
é êå Y êë
1.
JK (G)
=
2.
JK (TC)
= JK (S) – JK (G)
1
cxxx
2
-
(å
Y N
)
2
ù ú úû
3.
dK(G)
=N–K
4.
dK (TC)
= K– 2
5.
RJK (TC)
= d f (T C )
6.
RJK (G)
=
7.
F h itu n g
= R JK (G )
J K (T C )
J K (G ) d f (G )
R J K (T C )
Keterangan : JK (G)
= Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok dK (G) = Derajat Kebebasan Galat dK (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok Kriteria uji linieritas adalah jika ρ > 0,05 maka korelasinya linier, sedangkan ρ < 0,05 maka korelasinya tidak linier.
3. Uji Independensi Uji Independensi digunakan
untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas XI dan X2 rx1 x 2 =
N å X 1 X 2 - (å X 1 )(å X 2 )
{N å X
2 1
}{
- (å X 1 )2 N å Y 2 - (å Y ) 2
Keterangan : rx1x2 = koefisien korelasi X1 dan X2
cxxxi
}
X1
= variabel pertama
X2
= variabel kedua
N
= menyatakan jumlah data observasi (Suharsimi Arikunto, 2002:124)
b. Uji Hipotesis Uji ini menggunakan uji regresi yang meliputi: 1. Mencari korelasi antara Kriterium dengan prediktor a. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, digunakan rumus
ry1 =
N å X 1Y - (å X 1 )(åY )
N å X 12 - (å X 1 ) N åY 2 - (åY ) 2
2
b. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y, digunakan rumus.
ry2 =
NåX 2Y - (åX 2 )(åY )
N åX 22 - (å X2 ) NåY 2 - (åY ) 2
2
(Suharsimi Arikunto, 2002:245) 2. Menentukan koefisien korelasi antara X1, X2 dan Y yaitu dengan rumus
r y (1 , 2 ) =
a1
å X 1Y + a 2 å X 2Y åY 2
Keterangan : ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X 2
a1
= Koefisien prediktor X 1
a2
= Koefisien prediktor X 2
X1Y
= Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y
= Jumlah produk antara X2 dan Y
å Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y
cxxxii
(Sutrisno Hadi, 2001: 225) 3. Uji Signifikansi Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut:
R2 k
F=
(1 - R 2 ) ( n - k - 1)
Keterangan : F = harga F garis regresi n
= jumlah sampel
k
= jumlah variabel bebas
R
=
Koefisien
korelasi
antara
kriterium
dengan
prediktor-
prediktornya. (Sudjana, 2001:108)
BAB IV HASIL PENELITIAN
1) Deskripsi Data a) Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi lokasi penelitian adalah gambaran mengenai tempat dimana data diperoleh peneliti. Lokasi penelitian untuk mengambil data yaitu di SMA Negeri I Wonosari. Data dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan secara sistematis. Aspek-aspek yang diteliti dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sejarah singkat SMA Negeri I Wonosari, b. Struktur organisasi SMA Negeri I Wonosari, c. Sarana dan prasarana SMA Negeri I Wonosari, d. Kegiatan Kurikuler. a.Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Wonosari cxxxiii
SMA Negeri I Wonosari berada di Kabupaten Klaten, propinsi Jawa Tengah yang didirikan pada tahun 1984, SMA ini merupakan perwujudan dari swadaya masyarakat dengan adanya tanah dan lokasi yang diajukan ke kecamatan Wonosari dan dikoordinasikan dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Klaten kemudian diajukan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional di Jakarta. Pembangunan sekolah didirikan oleh pemerintah pusat di atas tanah seluas 7960m2 . Pendirian ini dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor: 0219/10981 tentang pembukaan sekolah. SMA Negeri 1 Wonosari terletak di jalan Yogya-Solo, Pakis, Wonosari, Klaten, kode pos 57374, telepon (0272) 551584 dengan status sekolah negeri. Letak SMA Negeri 1 Wonosari sangat strategis karena mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum atau pribadi. Gedung sekolah tepat ditepi jalan raya dari .Pakis ke arah timur 300 meter. Seiring berjalannya waktu SMA Negeri I Wonosari berkembang baik dari segi kuantitas siswa maupun kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana semakin lengkap untuk menunjang proses belajar siswa. Pada tahun Ajaran 2008 / 2009 jumlah kelas 18, terdiri dari kelas IPA : 6 kelas, IPS : 8 kelas, Bahasa 2 kelas. Untuk kelas X adalah 8 kelas. Dalam penelitian ini mengambil Kelas XI IPS yang terdiri dari 4 kelas yaitu XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4 dengan jumlah keseluruhan siswa XI IPS adalah 178 siswa. Adapun Visi dan Misi SMA Negeri I Wonosari adalah sebagai berikut: a. Visi SMA Negeri I Wonosari adalah: Berbakti pada nusa dan bangsa dalam berprestasi. b. Misi SMA Negeri I Wonosari adalah sebagai berikut: i. Meningkatkan proses belajar mengajar secara efektif, terarah, dan teratur untuk pencapaian prestasi. ii. Meningkatkan minat baca untuk mendorong potensi intelektualitas siswa dengan pemberdayaan perpustakaan. iii. Membentuk tim bola basket untuk pengembangan siswa berprestasi. iv. Meningkatkan penerapan IPTEK melalui praktikum laboratorium.
cxxxiv
v. Membentuk komunitas seni, sastra dan budaya sebagai media ekspresi siswa untuk pencapaian kepribadian estetis. vi. Meningkatkan pendidikan agama yang seimbang dengan ilmu pengetahuan. b.
Struktur organisasi SMA N I Wonosari Kepala Sekolah Drs. Sukarno MPd KOMITE SEKOLAH H. Amir Indrianto, SH
KEPALA TATA USAHA H. Amir Indrianto, SH WAKASEK Agung Jatmiko, S. Pd
Urusan Kurukulum Yusup Budi S, S.Pd
Urusan kesiswaan Yusup Budi S, S.Pd
Urusan Sarana & Prasarana Drs. Sri Novi Hastuti
Koorinator BP Drs. Atika Latife
Urusan Humas Drs. Aris M.
Guru-guru SELURUH SISWA KELAS 1, 2, 3
Gambar 4. 1 Struktur Orgnisasi SMA Negeri 1 Wonosari
Berdasarkan bagan diatas, berikut adalah tugas dari komponen yang terdapat disekolah: a)
Kepala sekolah Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manager, administrator dan supervisor. a. Kepala sekolah sebagai edukator Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. b. Kepala sekolah sebagai manager mempunyai tugas sebagai berikut: Menyusun perencanaan, pengorganisasian kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengadakan rapat, megambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar. c. Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi: kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, kantor, keuangan, kepustakaan, laboratorium.
Seluruh Siswa Kelas X, XI, XII
d. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan supervise mengenai: proses belajar mengajar, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan
cxxxv
ketatausahaan, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). b)
Wakil kepala sekolah Wakil kepala sekolah SMA Negeri I Wonosari ada 1 orang yang bertugas membantu kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: menyusun program perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksanaannya,
pelaksanaan
perorganisasian,
pelaksanaanpengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, pengumpulan data dan penyusunan laporan. c)
BP (Bimbingan konseling) Bimbingan dan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Menyusun program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi maasalah – masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. c) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar. d) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar. e) Menyusun statistik hasil evaluasi. f) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling. d) Tata usaha Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah, dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah. b) Pengelolaan keuangan sekolah. c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa. d) Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha. e) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah. f) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketata usahaan secara berkala.
cxxxvi
e) Urusan kurikulum a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran c) Mengatur kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler d) Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas e) Mengatur program pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
f) Urusan kesiswaan Urusan kesiswaan mempunyai tugas mempunyai tugas: a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. b) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). c) Mengatur program pesantren kilat. d) Menyelenggarakan program cerdas cermat, olah raga prestasi. e) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa. g) Urusan sarana dan prasarana Urusan sarana dan prasarana mempunyai tugas: a) Merencanakan kebubuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar. b) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana. c) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian. d) Mengatur pembukuannya. h) Urusan hubungan masyarakat Urusan hubungan masyarakat mempunyai tugas: 1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan peran komite sekolah. 2)
Menyelenggarakan bakti sosial.
3)
Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah.
4)
Menyususun laporan.
i) Wali kelas
cxxxvii
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pengelolaan kelas. b. Penyelenggaraan administrasi kelas. c. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.. d. Membuat catatan khusus tentang siswa. e. Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar. j)
Guru: Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi: a. Membantu perangkat program pengajaran. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. d. Melaksanakan analisis hasil ulangan umum. e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan f. Mengisi daftar nilai siswa. g. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa. h. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran. i. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum. j. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
k) Jurusan SMA N I Wonosari tahun ajaran 2008/2009 Kelas X terdiri dari 8 kelas 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 1. 2. 3. 4. 5.
XA XB XC XD XE XF XG XH Kelas XI terdiri dari 3 kelas IPA, 4 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPS 1 XI IPS 2
cxxxviii
6.
7. 8.
XI IPS 3 XI IPS 4 XI Bahasa
Kelas XII terdiri 3 kelas IPA, 4 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa a. XII IPA 1 b. XII IPA 2 c. XII IPA 3 d. XII IPS 1 e. XII IPS 2 f. XII IPS 3 g. XII IPS 4 h. XII Bahasa c. Sarana dan Prasana Gedung yang dibangun terdiri dari gedung yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar maupun gedung yang mendukung proses belajar mengajar itu sendiri. Gedung dan sarana prasarana yang ada di SMA N I Wonosari antara lain: 1.
Ruang kelas terdiri dari 24 ruangan.
2.
Ruang bimbingan konseling 1 ruangan
3.
Ruang kesenian 1 ruangan
4.
Ruang tata usaha 1 ruangan
5.
Ruang kepala sekolah 1 ruangan
6.
Ruang komputer 1 ruangan
7.
Ruang UKS 1 ruangan
8.
Ruang guru 1 ruangan
9.
Ruang perpustakaan 1 ruangan 10. Ruang laboratotium 5 ruangan terdiri dari Lab biologi, Lab fisika, dan Lab kimia, Lab Bahasa
11.
Ruang pramuka 1 ruang
12.
Ruang koperasi siswa 1 ruang
13.
Masjid
14.
Gudang
15.
Tempat parkir guru
16.
Tempat parkir siswa
17.
4 kantin
cxxxix
18.
Lapangan sepak bola
19.
Lapangan basket Selain dibangun gedung/ruangan yang membantu proses belajar mengajar, SMA Negeri 1 Wonosari juga menyediakan peralatan belajar yang mendukung proses belajar-mengajar antara lain: a. Televisi sebanyak 31 buah b. VCD sebanyak 25 buah c. Komputer dilengkapi internet sebanyak 60 unit d. Mesin ketik sebanyak 5 unit e. Miskroskop sebanyak 50 buah f.
LCD sebanyak 2 buah
g. Laptop sebanyak 5 unit h. Gamelan satu perangkat d. Kegiatan Kurikuler a Kegiatan Intrakurukuler Kegiatan
Intrakurikuler
merupakan
kegiatan
pembelajaran
untuk
menguasai kompetensi dengan mempertimbangkan hak-hak dari kewajiban peserta didik, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan. b Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler merupakan pembelajaran di luar kegiatan intrakurikuler yang diselenggarakan secara konseptual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan untuk memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata pelajaran, pembentukan karakter bangsa dan peningkatan kecakapan hidup yang alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan dan kondisi sosial. Adapun kegiatan ekstra kurikuler yang terdapat di SMA Negeri 1 Wonosari adalah basket ball, volley ball, sepak bola, bela diri, tennis lapangan, bahasa inggris, batual, PMR, seni musik, drama/seni teater, KIR, Olimpiade Fisika, Olimpiade Biologi, Olimpiade Kimia, Olimpiade Matematika, Olimpiade komputer, Pramuka, PA, PKS, Paskibraka. b) Deskripsi Data Variabel Penelitian
cxl
Penelitian tentang hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009, meliputi tiga macam data yaitu 1. Prestasi Belajar Sosiologi (Y) berasal dari tes prestasi belajar Sosiologi. 2.
Tingkat Pendidikan Orang Tua (XI) yang berasal dari data skor angket responden.
3. Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) berasal dari data skor angket responden. Ketiga data tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1)
Deskripsi Data Prestasi belajar Sosiologi
Prestasi belajar Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21 hal 216). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat sebagai berikut: Mean
= 6,42
Modus
= 6,2
Median
= 7,43
SB
= 1,624
Nilai tertinggi
= 8,75
Nilai terendah
= 3,75
Adapun ditribusi frekuensi data prestasi belajar Sosiologi dapat disajikan dalam tabel berikut Varian 8,73-9,55 7,9-8,72 7,07-7-89 6,24-7,06 5,41-6,23 4,48-5,4 3,75-4,57
fi 5 8 4 8 8 7 4
Jumlah
45
xi 9,14 8,31 7,48 6,65 5,82 4,99 4,16
fixi 45,7 66,48 29,92 53,2 46,56 34,93 16,64
(xi-M) 2,40 1,57 0,74 -0,09 -0,92 -1,75 -2,58
(xi-M) 2 5,7 2,5 0,5 0,0 0,9 3,1 6,7
303,4 Tabel 4.1 Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
fi(xi-M)2 28,75 19,66 2,18 0,07 6,80 21,49 26,67 116,04
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Y tersebut dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 2, 4, dan 5 pada interval 7,9-
cxli
8,73, 6,24-7,06, dan 5,41-6,23 yaitu masing-masing sebanyak 8 responden, sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas ke-3 dan 7 pada interva 7,07-7,89, dan 3,75-4,57 yaitu sebanyak 4 responden. Penyebaran data dapat
Frekuensi
diperiksa dalam histogram berikut ini: 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3,75- 4,58-5,4 5,414,57 6,23
6,247,06
7,07- 7,9-8,72 8,737,89 9,55
Interval
Gambar 4.2 Histogram Data Variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Berdasarkan histogram data tentang prestasi belajar ada tujuh warna berbeda pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye, ungu, kuning, dan coklat. Warna biru untuk interval 3,75-4,57 yang memiliki nilai frekuensi 4, warna hijau untuk interval 4,58-5,4 yang memiliki nilai frekuensi 7, warna pink untuk interval 5,41-6,23 yang memiliki nilai 8, warna oranye untuk interval 6,24-7,06 yang memiliki nilai 8, warna ungu untuk interval 7,07-7,89 yang memiliki nilai 4, warna kuning untuk interval 7,38 yang memiliki nilai 8, warna coklat untuk interval 8,73-9,55 yang memiliki nilai 5. Dari hasil perhitungan dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar Sosiologi yang dimiliki siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berada pada ketegori cukup tinggi karena dari hasil perhitungan diketahui bahwa modus berada pada posisi sedikit dibawah mean. Hasil ini berdasarkan rerata sebesar 6,742, median sebesar 7,43, dan modus sebesar 6,2. jika dilihat dari skala penilaian, prestasi belajar Sosiologi yang dimiliki siswa SMA Negeri 1 Wonosari kelas XI IPS berada pada kategori cukup. Hasil ini berdasarkan rerata empirik sebesar 6,309 dengan menggunakan pedoman skala 11. 2)
Deskripsi Tingkat pendidikan orang tua (XI)
Tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21 hal 212). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat sebagai berikut: cxlii
Mean
= 11,53
Modus
= 14,7
Median
= 12,19
SB
= 5,0344
Nilai Tertinggi
=22
Nilai Terendah
=2
Adapun ditribusi frekuensi data tingkat pendidikan orang tua dapat disajikan dalam tabel berikut: Varian 20-22 17-19 14-16 11-13 8-10 5-7 2-4 Jumlah
fi 4 4 5 14 8 6 4 45
xi 21 18 15 12 9 6 3
fixi 84,0 72,0 75,0 168,0 72,0 36,0 12,0 519
(xi-M) 9,47 6,47 3,47 0,47 -2,53 -5,53 -8,53
(xi-M) 2 89,62 41,82 12,02 0,22 6,42 30,62 72,82
fi(xi-M) 2 358,47 167,27 60,09 3,05 51,34 183,71 291,27 1115,20
Tabel 4.2 Tingkat pendidikan orang tua (X1)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 tersebut dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 4 pada interval 11-13 yaitu sebanyak 14 responden, sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas ke- 1, 2 dan 7 pada interval 20-22, 17-19, dan 2-4 yaitu masing-masing sebanyak 4 responden.
Frekuensi
Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini: 14 12 10 8 6 4 2 0 2-4
5-7
8-1
11-13
14-16
17-19
20-22
Interval
Gambar 4.3 Histogram Data Variabel Tingkat pendidikan orang tua (X1)
cxliii
Berdasarkan histogram data tentang Tingkat pendidikan orang tua ada tujuh warna berbeda pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye, ungu, kuning, dn coklat. Warna biru untuk interval 2-4 yang memiliki nilai frekuensi 4, warna hijau untuk intervai 5-7 yang memiliki nilai frekuensi 6, warna pink untuk interval 8-10 yang memiliki nilai frekuensi 8, warna oranye untuk interval 11-13 yang memiliki nilai frekuensi 14, warna ungu untuk interval 14-16 yang memiliki nilai frekuensi 5, warna kuning untuk interval 17-19 yang memiliki nilai frekuensi 4, dan warna coklat untuk interval 20-22 yang memiliki nilai frekuensi 4. .Dari perhitungan dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang dimiliki siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosariberada pada kategori tinggi karena dari hasil perhitungan diketahui bahwa modus data berada pada skor yang tinggi dan modusnya juga pada posisi yang lebih tinggi dari pada mean. Hasil ini berdasarkan data rerata sebesar 11,53, mediannya 12,19, dan modusnya pada posisi tinggi yaitu 14,7. 3)
Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21 hal 214). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat sebagai berikut: Mean
= 114,033
Modus
= 115,1
Median
= 114,50
SB
= 18,2029
Nilai tertinggi
= 159
Nilai terendah
= 76
Adapun ditribusi frekuensi data sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dapat disajikan dalam tabel berikut: Varian 148-159 136-147 124-135 112-123 100-111
fi 2 4 6 13 10
xi 153,5 141,5 129,5 117,5 105,5
fixi 307 566 777 1528 1055
(xi-M) 39,47 27,47 15,47 3,47 -8,53
cxliv
(xi-M) 2 1557,6 754,4 239,2 12,0 72,8
fi(xi-M) 2 3115,24 3017,67 1435,31 156,23 728,18
88-99 76-87 Jumlah
7 3 45
93,5 81,5
655 245 5132
-20,53 -32,53
421,6 1058,4
2951,32 3175,25 14579,20
Tabel 4.3 distribusi frekuensi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 tersebut dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 4 pada interval 112-123 yaitu sebanyak 13 responden sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas ke-1 pada interval 148-159 yaitu sebanyak 2 responden. Penyebaran data dapat
Frekuensi
diperiksa dalam histogram berikut ini: 14 12 10 8 6 4 2 0 76-87
88-99 100-111 112-123 124-135 136-147 148-147
Interval
Gambar 4.4 Histogram Data Variabel Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2)
Berdasarkan histogram data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi ada tujuh warna berbeda pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye, ungu, kuning, dan coklat. Warna biru untuk interval 76-87 yang memiliki nilai frekuensi 3, warna hijau untuk interval 88-99 yang memiliki nilai frekuensi 7, warna pink untuk interval 100-111 yang memiliki nilai 10, warna oranye untuk interval 112123 untuk interval 13, warna ungu untuk interval 124-135 yang memiliki nilai frekuensi 6, warna kuning untuk interval 136-147 yang memiliki nilai frekuensi 4, dan warna coklat untuk interval 148-159 yang memiliki nilai frekuensi 2. Dari hasil perhitungandapat diambil kesimpulan bahwa sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi siswa XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berada pada kategori tinggi karena modus data berada pada skor yang tinggi dan modusnya juga pada posisi yang lebih tinggi dari pada mean. Hasil ini berdasarkan data rerata sebesar 114,033, mediannya 114,50, dan modusnya pada posisi tinggi yaitu 115,1.
cxlv
2) Pengujian Prasarat Analisis Data Data yang telah terkumpul diolah kemudian disusun secara sistematis selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan adalah regresi linier untuk mengetahui sebaran data harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel terikat. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila χ 2 >χ
2
tabel maka
hitung
data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.
1) Uji Normalitas variabel X1 Pada uji normalitas variabel tingkat pendidikan orang tua (X1), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 Kelas Interval
Batas Kelas (X) 22,5
Z untuk batas Kelas 2,18
Batas Luas Derah 4854
19,5
1,58
4429
16,5
0,99
3389
13,5
0,39
1517
10,5
-0,20
871
7,5
-0,80
3106
4,5
-0,40
4351
Frekuensi harapan fh
Frekuensi observasi fo
0,0425
1,91
4
2,287
0,104
4,68
4
0,099
0,1872
8,42
5
1,389
0,2388
10,75
14
0,983
0,2235
10,06
8
0,422
0,1245
5,6
6
0,029
0,0416
1,87
4
2,426
20-22 17-19 14-16 11-13 8-10 5-7 2-4 1,5
-1,99
(fo-fh) 2 fh
Luas Tiap Kelas
4767 7,630
Tabel 4.4 Uji Normalitas Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
Dengan dk = 4 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ 2tabel = 9,488. harga χ
2
hitung
6,21. Maka χ
2
hitung
< χ
2
tabel
= 6,21< 9,488 dapat disimpulkan bahwa
penyebaran data normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 22 hal 218). Sebaran data tingkat pendidikan orang tua dilihat dari grafik berikut:
cxlvi
Gambar 4.5 Grafik Sebaran Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
2) Uji Normalitas variabel X2 Pada uji normalitas variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2. Kelas Interval
Batas Kelas (X) 145,5
Z untuk batas Kelas 2,50
Batas Luas Derah 4946
135,5
1,84
4672
125,5
1,18
3810
115,5
0,52
1985
105,5
-014
557
95,5
-0,80
3106
Luas Tiap Kelas interval
Frekuensi harapan fh
Frekuensi observasi fo
(fo-fh) 2 fh
0,0275
1,24
2
0,466
0,0861
3,87
4
0,004
0,1825
8,21
6
0,2542
11,44
13
0,2549
1147
10
0,1173
5,28
7
0,0551
2,48
3
136-145 126-135 116-125 106-115 96-105
-1,46
4279
0,560
76-85 75,5
-1,12
0,213 0,188
86-95 85,5
0,595
4830
0,109 2,140
Tabel 4.5 Uji Normalitas Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Dengan dk = 4 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ2tabel = 9,488. harga χ
2
hitung
2,14. Maka χ
2
hitung
< χ
2
tabel
= 2,14< 9,488 dapat disimpulkan bahwa
penyebaran data normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 24 hal 218) Sebaran data sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dilihat dari grafik berikut:
cxlvii
Gambar 4.6 Grafik Sebaran Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
3) Uji Normalitas variabel Y Pada uji normalitas variabel Prestasi Belajar (Y), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y. Kelas Interval
Batas Kelas (X) 8,715
Z untuk batas Kelas 1,73
Batas Luas Derah 4582
8,005
1,22
3888
7,295
0,71
2612
6,585
0,20
871
8,01-8,7 7,3-8 6,59-7,3 5,88-6,6 5,875
-0,31
1217
5,165
-0,82
2939
4,455
-1,33
4082
5,17-5,9 4,49-5,2 3,75-4,5 3,745
-1,85
Luas Tiap Kelas
Frekuensi Frekuensi (fo-fh) 2 harapan observasi fh fh fo
0,0694
3,12
5
1,133
0,1276
5,74
8
0,890
0,1741
7,83
4
1,873
0,2088
9,4
8
0,209
0,1722
7,75
8
0,008
0,1143
5,14
7
0,673
0,0596
2,68
4
0,650
4678 5,510
Tabel 4.6 Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ 2tabel = 11,07. harga χ2hitung 5,51. Maka χ2hitung < χ 2tabel = 5,51< 11,07 dapat disimpulkan bahwa penyebaran data normal.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 24 hal 219) Sebaran data prestasi belajar Sosiologi dilihat dari grafik berikut
cxlviii
Gambar 4.7 Grafik Sebaran Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
b. Uji Linieritas Jika r > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila r < 0,05 maka korelasinya tidak linier. 1) Uji Linieritas Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas tingkat pendidikan orang tua ( X1) dengan (Y) adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas. Sumber Varian Total Regresi (a) Regresi (a/b)
dk 45 1 1
JK 1865,125 1773,4722 42,7838
RJK
F
p-v
42,7838 37,65
Sisa Tuna Cocok
43 15
48,869 15,2863
1,1365 1,0529
Galat
28
51,0472
1,1813
0,89
0,000
0,581
Tabel 4.7 Uji Linieritas X1 dan Y
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,89 r = 0,581 Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 0,89 dan r = 0,581 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila cxlix
variabel predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik sebesar satu tingkat juga. Untuk lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 23 hal 221-224).
Linieritas variabel tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.8 Grafik Linieritas Variabel X1 dan Y 2) Uji Linieritas Variabel Sikap siswa terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) dan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi ( X2) dengan (Y) adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas. Sumber Varian Total Regresi (a) Regresi (a/b)
dk 45 1 1
1865,125 1773,4722 11,4383
Sisa Tuna Cocok
43 10
80,2145 59,2874
Galat
33
JK
20,9271
RJK
F
p-v
16,13
0,017
0,86
0,652
11,4383 1,8655 1,7966 2,0927
Tabel 4. 8 Uji Linieritas X2 dan Y
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,86
cl
r = 0,652 Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 0,86 dan r = 0,652 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila variabel predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik sebesar satu tingkat juga. Untuk lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 23 hal 225-228). Linieritas variabel tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4. 9 Grafik Linieritas Variabel X2 dan Y
3) Pengujian Hipotesis Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut: a) Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja matriks interkorelasi analisis regresi sebagai berikut: r X1 r X2 r y r
X1 1,000 0,000 0,256 0,089 0,683 0,000
X2 0,256 0,089 1,000 0,000 0,353 0,017
cli
Y 0,683 0,000 0,353 0,017 1,000 0,000
Tabel 4.9. Matriks Interkorelasi Analisis regresi
1. a.
Koefisien Korelasi Sederhana Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y Ha : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi. Dari perhitungan korelasi sederhana diperoleh hasil: rx1y = 0,683 r
= 0,000
Karena r = 0.000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya sangat signifikan antara X1 dengan Y, karena r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 25 halaman 230) Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4. 10 Grafik hubungan X1 dan Y
b.
Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dan Y Ha :Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. Dari perhitungan korelasi sederhana diperoleh hasil: clii
rx1y = 0,353 r
= 0,017
Karena r = 0.017, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan Y, karena r < 0,05 yaitu 0,017 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 26 halaman 231) Hubungan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.11 Grafik Hubungan X2 terhadap Y
b) Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y a. Koefisien Korelasi Ganda antara X1 dan X2 dengan Y Ha : ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. Langkah yang pertama yaitu membuat rangkuman tabel sebagai berikut: X 0 1 2
Beta ( b) 2,365 0,180 0,017
SB ( b)
r-parsial
t
r
0,055 0,067
0,656 0,253
5,613 1,683
0,000 0,098
Tabel 4.10. Koefisien beta dan korelasi parsial
cliii
Sumber Variasi Regresi Penuh Variabel X1 Variabel X2 Residu Penuh Total
JK 45,9089 42,7838 11,4383 45,7439 91,6528
db 2 1 1 42 44
R2 r 0,5009 0,000 0,466 0,000 0,125 0,017
RK 22,954 42,7838 11,4383 1,89
F 21,076 37,65 6,13 ---
---
---
---
---
---
---
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh
Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus, diperoleh hasil sebagai berikut: R
= 0,7077
r
= 0,000
F
= 21,076
Berdasarkan hasil r = 0,000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya sangat signifikan antara X1 dengan X2, dengan r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 27 halaman 235) 2.
Menghitung sumbangan masing-masing Variabel X1, X2 dengan Y Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif dengan analisis regresi ganda diperoleh hasil sebagai berikut Variabel X 1 2 Total
korelasi r xy 0,683 0,353 ---
Lugas korelasi r par-xy r 0,000 0,656 0,017 0,253 -----
Parsial koefisien determinasi SD Relatif % SD Efektif % r 0 86,52 43,34 0,098 13,48 6,75 --100.00% 50,09
Tabel 4.12. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh
cliv
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut: a. Sumbangan relatif a. Sumbangan relatif (SR) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) terhadap prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 86,52% b. Sumbangan relatif (SR) Variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi sebesar 13,48% Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua (X1) memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap prestasi belajar Sosiologi siswa, sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil. b. Sumbangan efektif 1. Sumbangan Efektif (SE) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) terhadap prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 43,34% 2.Sumbangan Efektif (SE) variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2) terhadap Prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 6,75%. 3.Sumbangan efektif (SE) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2) dengan prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 60,09% Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua (X1) memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap prestasi belajar Sosiologi siswa, sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 28 halaman 236).
clv
4) . Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut: 1.
Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y
a) Hubungan Antara Tingkat pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar. Dari perhitungan diperoleh rx1y = 0,683, r = 0,000, t = 6,132, dengan SR sebesar 75,51% dan SE sebesar 24,33%. Karena r = 0.000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan Y, karena r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dengan prestasi belajar (Y). Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun ajaran 2008/2009” diterima. Tingkat pendidikan orang tua dikatakan mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Sosiologi karena semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik pula prestasi belajar Sosiologi yang dicapai siswa. Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi akan dapat melakukan peranannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing, mengarahkan, mengerti kebutuhan anaknya, memperhatikan perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan menyediakan fasilitas belajar, memberi motivasi anak agar anak semangat belajar, membantu kesulitan yang dihadapi anak baik dalam belajar maupun masalah lainnya dan membiayai sampai anaknya mencapai pendidikan yang tinggi.
2.
Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y
Dari perhitungan rx1y = 0,353, r = 0.017, t = 2,474 dengan SR sebesar 24,49% dan SE sebesar 7,89%. Karena r = 0.017, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X2 dengan Y, karena r < 0,05 yaitu 0,017 < 0,05. Hipotesis yang berbunyi clvi
“Ada hubungan positif yang signifikan antara Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi dengan Prestasi belajar Sosiologi Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009” diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi mempunyai hubungan yang positif denga prestasi belajar Sosiologi. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi berhubungan dengan prestasi belajar Sosiologi karena jika siswa mempunyai sikap yang positif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka ia akan lebih senang belajar, mencatat, membaca, mendengarkan guru pada saat menyampaikan materi pelajaran dan aktif pada saat proses belajar mengajar sehingga prestasinya akan meningkat. 3.
Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan dengan Y
Dari perhitungan diperoleh Rx1x2Y = 0,5676, r = 0,000, F = 9,983. Karena r = 0,000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya sangat signifikan antara X1 dengan X2, dengan r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Sosiologi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009” diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi secara bersama-sama mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Sosiologi. Apabila siswa mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi, maka akan ada yang membimbing dan memperhatikan perkembangan prestasi belajar siswa. Dan didukung kesadaran dari dalam diri siswa untuk mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi yang membuat siswa senang dan termotivasi selalu belajar untuk meningkatkan prestasi belajar Sosiologi 5) Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
clvii
a) Peneliti hanya mengambil sampel kelas XI IPS yang diambil secara acak dari populasi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Wonosari . Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa dapat mengambil populasi dan sampel yang berbeda dan jumlahnya lebih banyak. b) Untuk pengumpulan data penulis hanya menggunakan metode angket dan tes prestasi belajar, sebaiknya pada peneliti berikutnya menambah beberapa
metode
seperti
wawancara,
dokumentasi
sehingga
mendapatkan data yang lebih lengkap. c) Penelitian ini hanya meneliti tentang mata pelajaran Sosiologi, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti sikap dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran lain. d) Penelitian ini memandang orang tua hanya dari segi pendidikan saja pada hal ada aspek lain seperti tingkat ekonomi, pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap anak.
dan mengurus keluarga. Tugas pendidikan keluarga harus dilaksanakan bersamamasa dan tidak hanya dibebankan pada satu orang saja. Tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh terhadap cara mendidik orang tua yang berpendidikan tinggi diharapkan dapat
lebih berhasil mendidik anaknya karena ia mempunyai
pengetahuan yang lebih luas serta mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya dengan itu orang tua akan selalu mendukung dan menyediakan falilitas belajar yang menunjang proses belajar anaknya sehingga prestasi belajar anaknya memperoleh prestasi yang optimal. a. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi secara empiris memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Jika siswa mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi, maka siswa akan cenderung lebih senang belajar materi pelajaran Sosiologi, selalu mengerjakan tugas mata pelajaran Sosiologi tepat waktu dan sebaik mungkin, selalu memperhatikan saat guru mengajar materi pelajaran Sosiologi. Jika siswa merespon positif mata pelajaran Sosiologi maka dalam belajar akan semangat dan prestasi belajarnya juga akan meningkat. Sebaliknya jika siswa mempunyai sikap
clviii
negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi, maka ia akan cenderung tidak senang dengan mata pelajaran Sosiologi, malas belajar, jarang memperhatikan guru pada saat pelajaran dan jarang mengerjakan tugas mata pelajaran Sosiologi sehingga prestasi belajarnya tidak akan optimal. b. Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi secara empiris memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua dapat mendidik, membimbing, memotivasi serta mengarahkan anaknya mempunyai sikap positif dalam merespon pelajaran Sosiologi agar prestasinya dapat meningkat. C. Saran 2.
Bagi SMA Negeri I Wonosari
a. SMA Negeri I Wonosari hendaknya dapat bekerjasama dengan orang tua dalam memperhatikan perkembangan siswa baik dalam sikap maupun perkembangan prestasi belajar siswa. b. SMA Negeri I Wonosari bekerjasama dengan wali murid, wali kelas dan guru mata pelajaran Sosiologi untuk membantu siswa – siswa yang mengalami kesulitan belajar, sikap siswa yang menyimpang dan masalah-masalah lainnya yang menyebabkan siswa mengalami penurunan prestasi belajar Sosiologi. c. Sekolah lebih meningkatkan fasilitas belajar yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. 3.
Bagi guru
1. Guru sebaiknya dalam proses belajar mengajar menggunakan metode bervariasi didukung dengan media pembelajaran yang menarik bagi siswa agar kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif. 2. Guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak agar mempunyai sikap dan tingkah laku yang baik serta memberikan motivasi agar siswa semakin semangat belajar dan saling berkompetisi meraih prestasi yang terbaik. 3. Guru memperhatikan dan memahami kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima materi pelajaran siswa sehingga guru dapat membimbing siswa lebih intensif dan memberikan penekanan terhadap materi yang diajarkan. 4.
Bagi orang tua
clix
1. Bagi orang tua yang berpendidikan rendah hendaknya tetap memperhatikan pendidikan anaknya dengan memberikan pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi demi masa depan anaknya, mengarahkan sikap anak agar mempunyai sikap positif terhadap setiap mata pelajaran, memantau perkembangan prestasi anak, menyediakan falilitas belajar dan memperhatikan kebutuhan anaknya agar prestasi belajarnya meningkat. 2. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi hendaknya juga memperhatikan perkembangan anak, membimbing, memotivasi, memberikan fasilitas belajar, memantau perkembangan prestasi anak dan membantu kesulitan belajar yang dihadapi anak agarprestasi belajarnya optimal. 3. Orang tua menyediakan fasilitas belajar dan memperhatikan kebutuhan anak yang dapat mendukung belajarnya, sehingga anak akan lebih mudah belajar dan prestasinya akan meningkat . 5.
Bagi siswa
i. Siswa hendaknya patuh pada nasehat orang tua dan guru serta bergaul dengan teman-teman yang baik karena lingkungan pergaulan juga berpengaruh dalam pembentukan sikap yang baik. ii. Siswa hendaknya mempunyai sikap positif terhadap semua mata pelajaran kerena jika senang dengan suatu mata pelajaran maka akan termotivasi untuk belajar dan pada akhirnya akan mendapat prestasi belajar yang memuaskan. iii. Hendaknya siswa menyadari bahwa prestasi yang baik itu mempunyai arti penting dalam menentukan masa depannya karena suatu prestasi yang baik akan lebih mudah dalam mendapatkan lapangan pekerjaan.
clx
DAFTAR PUSTAKA Arief Furchan. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arief Sukardi Sardiman. 1991. Metode dan Analisis Penelitian. Jakarta: Erlangga Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ARRUZZ Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi . 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Buchori Muchtar. 1992. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Burhan Bungin.2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Predana Mulia. Cetin, B., Akin, A. (2009). An investigation of the relationship between achievement goal orientation and the use of stess coping strategies with canonical correlation. International Journal of Human Sciences. [Online]. 6:1. Available: http:/www.insanbilimleri.com/en
clxi
Consuelo G. Sevilla, Jesus A. Ochave. Twala C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Vriate. 1993. Pengantar Metodelogi Penelitian. Terjemahan Allimuddin Tuwu. Jakarta : UI Press Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Erdogan, Bayram& Deniz. 2008. Factors that influence academic achievement and attitudes in web based education. International Journal of Instruction, Vol.1, No.1 Fred N. Kerlinger terjemahan Landung Simatupang. 1996. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada Press Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco. Gino, J ,Suwarno, Suripto, Maryanto dan sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Universitas Sebelas Maret Gulo, W. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hadari Nawawi, Mimi Martini.1995. Penelitian Terapan. Yogyakarta : UGM Press. Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Wali Press Hibana S Rahman. 2002. Konsep dasar Pendidikan anak usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press Kartini Kartono. 1991. Bimbingan Bagi Anak Remaja Yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Pers Khairuddin H.1995. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nur cahaya Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indah Mardalis.2002. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara Moh Nasir.2003.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia. Muhibbin Syah. 1995. Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
clxii
.2004. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses pendidikan. Bandung: Remaja Rodaskarya. Nasution.2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Ngalim Purwanto. 1993. Ilmu Pendidikan Teortis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya . 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. . 2003. Proses Belajar Mengajar. Yakarta: Bumi aksara Rachmad Abror. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Ravik Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press Saifuddin Azwar.1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty. . 2001. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2002. Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saptono & Bambang Suteng. 2006. Sosiologi SMA kelas X jilid 1. Yakarta: Phibeta Sardiman A M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali. Slamet Yulius. 2008. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press S. Margono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Soedomo Hadi. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soelaiman Joesoef.1999. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada . 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung : CV Tarsito clxiii
. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rieneka Cipta Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sukardi. 1995. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo . 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sutratinah Tirtonegogo. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bumi Aksara. Sutrisno Hadi. 2004. Statistik Jilid1. Yogyakarta : Andi Offset .
2001. Statistik Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset . 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yakarta: yayasan Obor Indonesia Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sinar Grafika . Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Wayan Nurkancana dan P. P. N. Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional Wiji Suwarno. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Tehnik Prosedur. Bandung : Remaja Rosdakarya
clxiv
Lampiran 1
KISI – KISI TRY OUT PENELITIAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Definisi
Indikator
Deskriptor
Operasional
Item (+)
clxv
Jmlh (-)
Item
a. Sikap siswa dalam mata pelajaran sosiologi
a. Kondisi fisik siswa
1) Pengaruh
1, 3
2, 4
4
Fisik
adalah kecenderungan siswa untuk merespons
2) Kepribadian1)
Kognisi
5, 6, 7, 9, 10, 8, 12, 11, 15, 13, 14 16, 17, 18
14
2)
Afeksi
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 27
9
3)
Konasi ,28, 31, 32
29, 30,33
6
37,38
34, 35, 36, 39, 40
7
41, 42, 43
44,45
5
47, 49, 50
46, 48
5
mata pelajaran sosiologi, baik bersifat positif maupun negatif
1. Situasi
3) faktor Eksternal
2. Pengalaman
3. Hambatan
Lampiran 2 KISI – KISI ANGKET PENELITIAN TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Definisi
Indikator
Item Mudah
Operasional
clxvi
Sedang
Sukar
Jmlh Item
b. Prestasi belajar
a. Bentuk –bentuk struktur
sosiologi adalah hasil usaha
1,5,7,11,14
sosial i.
siswa dalam
Pengertian
ii.
dipelajari iii.
diferensiasi sosial (berdasarkan
pengetahuan,
ras, etnis, agama, dan gender) iv.
diferensiasi dan stratifikasi sosial
yang
berdasarkan pengamatan atau
menghasilkan
kasus yang terdapat di
perubahan yang
masyarakat b. Konflik sosial
dalam bentuk skor hasil belajar mata pelajaran sosiologi.
2
9
3
6
17, 18
4
3
22, 28, 32
19, 25
7
Pengaruh
ketrampilan
dinyatakan
6
Mengidentifikasi
menyangkut
kecakapan /
15
Faktor-faktor pembentuk ketidaksamaan sosial
disekolah
12
6,8,10, 13
struktur social
segala hal yang
2 ,16
20, 21
23
30
1. Mengidentifikasi berbagai konflik dalam masyarakat 2. Membedakan konflik dengan
24, 26
3
27, 29, 31
4
33
kekerasan 3. Sebab-sebab konflik dalam masyarakat 4. Bentuk-bentuk integrasi sosial 5. Faktor-faktor pendorong integrasi sosial
35 36,38, 42,50 41
34
2 1
40
46, 45, 49
5
c. Hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial
39 47, 48
a. Jenis-jenis mobilitas social b. Proses terjadinya mobilitas sosial
Lampiran 4
c. Faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial d. Saluran-saluran mobilitas sosial e. Dampak mobilitas sosial SOAL TRY OUT TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
clxvii
37, 43 44
1 5 2 2
Nama : Kelas : No
:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada alternatif jawaban a, b, c, d, atau e. a. Sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu merupakan pengertian dari…. 1. lembaga sosial d interaksi sosial 2. keteraturan sosial e. struktur sosial 3. mobilitas sosial b. Perhatihan pernyataan-pernyataan berikut ini! a. suku 4. kedudukan b. kekayaan 5. agama c. seks Dari pernyataan diatas, pilihlah yang termasuk faktor pembentuk ketidaksamaan yang bersifat horizontal adalah…. a. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 b.1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 c. 1, 4, dan 5 c. Identifikasilah! bentuk-bentuk struktur sosial ditinjau dari segi stratifikasi adalah…. a. sistem kasta, sistem kerajaan, dan sistem kelas b. sistem kasta, sistem estate, dan sistem kelas c. sistem kasta, sistem kelas, sistem monarki d. sistem estate, sistem kelas, dan sistem kerajaan e. sistem estate, sistem kasta, dan sistem kerajaan d. Seseorang Lurah yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya kepala desa berarti dia telah menjalankan…. 1. tujuan d. tugas 2. fungsi e. Peranan 3. posisi e. Pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat, disebut …. a. peranan sosial d. mobilitas sosial b. diferensiasi sosial e. interaksi sosial c. stratifikasi sosial
f.
Perhatikan pernyataan berikut ini ! a. suku bangsa 4. tingkat ekonomi b. pendidikan 5. gender c. agama Berdasarkan data diatas, pilihlah yang termasuk deferensiasi sosial adalah… clxviii
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 3, dan 5 iii. 1, 3, dan 5 g. Tipe pelapisan yang menunjukkan adanya garis pemisah yang labil sekali, kelahiran tidak menunjukkan status sosial seseorang, dan yang terpenting adalah kemampuan dan prestasi merupakan ciri-ciri dari tipe… a. kasta d. oligarkis b. karismatik e. theokratis c. demokratis h. Perhatikan statifikasi sosial dibawah ini! a. pemimpin politik 3. ahli teknik, petani, pedagang b. pejabat administratif 4. pekerja rendahan, petani rendahan Identifikasilah pernyataan diatas. Stratifikasi sosial tersebut di atas terdapat pada masyarakat…. a. industri d. feodal b. demokratis e. tradisional c. kolonial i. Strata pada masyarakat desa di jawa tengah atas dasar hak milik tanah, sawah, kebun atau rumah. Masyarakat yang bekerja sebagai penggarap sawah atau kebun diduduki oleh golongan…. a. kuli kenceng d. sikep b. kuli gundul e. indung tlosor c. kuli karang kopek j. Perhatikan pernyataan berikut ! a. stratifikasi sosial atas dasar kriteria ekonomi b. stratifikasi sosial atas dasar kriteria sosial c. stratifikasi sosial atas dasar kriteria politik d. stratifikasi sosial atas dasar kriteria budaya e. stratifikasi sosial atas dasar kriteria hukum Pilihlah yang bukan termasuk bentuk-bentuk stratifikasi sosial adalah…. 1. 1 dan 2 d. 4 dan 5 2. 2 dan 3 e. 1 dan 3 3. 3 dan 4 k. Di bawah ini yang bukan termasuk Ascribed status adalah…. a. umur d. gelar sarjana b. jenis kelamin e. kasta c. hubungan kekerabatan l. Biasanya orang yang menduduki lapisan atas, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan orang yang berada pada lapisan bawah, sehingga stratifikasi sosial digambarkan dalam bentuk…. a. piramida d. linier b. trapesium e. jajaran genjang c. lingkaran m. Di Afrika selatan perbedaan warna kulit mempengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut…. a. segegrasi d. sosialisasi
clxix
1. 2. 3. 4. 5.
b. asosiasi e. apartheid c. diskriminasi n. Stratifikasi sosial yang memberi kemungkinan seseorang dapat berpindahdari satu lapisan ke lapisan lain, merupakan stratifikasi sosial yang bersifat….. a. tertutup d. campuran b. terbuka e. sengaja dibentuk c. universal o. Pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan berpindah lapisan pada bidang tertentu, tetapi memberi kesempatan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain yang merupakan pelapisan sosial…. a. bersifat terbuka d. apartheid b. bersifat tertutup e. mixed social stratification c. oligarki p. Berikut ini yang bukan merupakan faktor terbentuknya stratifikasi sosial adalah…. a. kekayaan d. kekuasaan b. kehormatan e. kebutuhan c. pendidikan q. Di Indonesia merupakan Negara yang majemuk yaitu terdiri dari bermacam-macam suku, ras, dan agama. Untuk menyatukan bangsa Indonesia yang beragam tidaklah mudah, sehingga perlu adanya sikap dibawah ini kecuali…. a. toleransi d. patriotisme b. saling menghargai e. nasionalisme c. etnosentrisme r. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, hal yang perlu diwaspadai adalah adanya…. adanya sikap nasionalisme rawan terjadi konflik sosial yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa mudah terjadi alkulturasi dengan budaya asing adanya asimilasi kebudayaan terjadinya integrasi sosial
s. Konflik berasal dari bahasa latin configure yang berarti…. a. saling memukul d. kekerasan b. masalah e. persaingan c. perbedaan t. Pilihlah yang bukan merupakan bentuk konflik sosial adalah…. a. konflik pribadi d. konflik antar jenis kelamin b. konflik antar kelas sosial e. konflik politik c. konflik rasial u. Konflik adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat…. a. akomodatif d. disosiatif b. integratif e. konsoliasi c. asosiatif
clxx
v. Konflik yang terjadi di pabrik dimana buruh menuntut kenaikan gaji demi kesejahteraan juga dapat disebut …. a. konflik rasial d. konflik internasional b. konflik politik e. konflik pribadi c. konflik kelas sosial w. Pilihlah salah satu dampak negatif adanya persaingan dibawah ini adalah…. a. menimbulkan semangat bersaing yang tinggi b. memperkuat solidaritas kelompok c. menimbulkan iklim kompetitif d. menimbulkan konflik e. alat seleksi x. Pilihlah persamaan konflik dengan kekerasan dibawah ini, kecuali…. 1. merupakan proses sosial yang bersifat disosiatif 2. menuju pada disintegrasi 3. terjadi karena adanya perbedaan 4. adanya dua pihak yang saling bertikai 5. adanya persamaan kepentingan y. Suatu bentuk proses sosial yang ditandai oleh gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang, merupakan pengertian dari…. a. konflik d. kompetisi b. persaingan e. pertentangan c. kontravensi z. Berikut ini yang membedakan konfik dengan kekerasan adalah…. a. konflik menimbulkan korban jiwa sedangkan kekerasan tidak menimbulkan korban jiwa b. konflik hanya bersaing untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan kekerasan berusaha menjatuhkan pihak lain c. konflik berusaha untuk menyingkirkan pihak lain, sedangkan kekerasan menimbulkan cidera dan korban jiwa d. konflik timbul karena adanya semangat bersaing sedangkan kekerasan timbul karena adanya pebedaan-perbedaan e. konflik bermula karena adanya kecurigaan, sedangkan kekerasan timbul karena adanya persaingan å. Berikut ini adalah faktor penyebab konflik adalah…. a. adanya perbedaan – perbedaan d. sikap saling menghormati b. persamaan kepentingan e. kekuatan yang berimbang c. tujuan yang sama ä. Perubahan – perubahan yang terlalu cepat dapat menimbulkan…. a. integrasi sosial b. terpeliharanya nilai-nilai dan norma-norma sosial c. keteraturan sosial d. konflik sosial e. perubahan struktur masyarakat cc. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
clxxi
a. menimbulkan iklim kompetitif b. menyebabkan disintegrasi c. meningkatkan daya kreativitas yang dinamis d. melemahkan solidaritas kelompok e. alat seleksi pencapaian prestasi Berdasarkan pernyataan diatas, Sebutkan yang merupakan fungsi persaingan! i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 4, dan 5 iii. 1, 3, dan 5 dd. Pencegahan permusuhan antar pihak yang bertikai untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu, yang tidak boleh diganggu merupakan pengertian dari…. a. arbitrase d. eliminasi b. gencatan senjata e. konsiliasi c. mediasi bb. Penyelesaian konflik melalui pengadilan merupakan penjelasan dari pengertian…. a. mediasi d. statemate b. kompromi e. arbitrasi c. ajudikasi ff. Suatu proses sosial, baik yang bersifat individu maupun yang bersifat kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang-bidang kehidupan dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman ataupun kekerasan, merupakan pengertian dari…. a. persaingan d. integrasi b. konflik e. pertentangan c. kontravensi
dd. Identifikasilah! yang termasuk bentuk-bentuk integrasi sosial adalah…. a. interaksi sosial dan sosialisasi d. akomodasi dan alkulturasi b. akomodasi dan koordinasi e. alkurturasi dan asimilasi c. asimilasi dan simpati hh. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. tercapainya konsensus mengenai nilai – nilai dan norma bersama b. norma-norma konsisten dan tidak berubah c. anggota masyarakat merasa berhasil mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lain. d. tidak adanya kesepahaman antar anggota kelompok e. norma-norma dimasyarakat sudah lemah Identifikasilah dari pernyataan di atas yang termasuk faktor pendorong integrasi sosial adalah…. i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 3, dan 5 iii. 1, 4, dan 5 ii. Pahamilah kalimat berikut! Apabila batas antara dua kelompok semakin hilang dan akan lebih menjadi satu kelompok, maka dinamakan….
clxxii
a. asimilasi d. akomodasi b. akomodasi e. alkulturasi c. koordinasi jj. Perpindahan posisi atau kedudukan dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain, adalah pengertian dari…. a. stratifikasi sosial d. diferensiasi sosial b. integrasi sosial e. disintegrasi sosial c. mobilitas sosial kk. Berikut ini adalah faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kecuali …. a. keinginan melihat daerah lain d. adanya toleransi b. faktor kependudukan/demografi e. keadaan ekonomi c. situasi politik ll. Seorang anak buruh yang giat belajar dan akhirnya menjadi seorang guru adalah contoh dari mobilitas…. a. vertikal naik d. antargenerasi vertikal naik b. vertikal turun e. antargenerasi vertikal turun c. horizontal mm. Seorang yang dicalonkan partai politik kemudian menang pemilu dan menjadi presiden. Saluran mobilitas sosial karena…. a. lembaga keagamaan d. organisasi politik b. lembaga pendidikan e. organisasi profesi c. angkatan bersenjata
nn. Seorang kepala sekolah SMU Negeri 1 Wonosari dimutasi menjadi kepala sekolah di SMU Negeri 1 Polanharjo, ini berarti terjadi mobilitas…. a. mobilitas vertikal naik d. mobilitas antargenetasi b. mobilitas vertikal turun e. mobilitas intergenerasi c. mobilitas horizontal oo. Mobilitas lateral atau mobilitas geografis adalah…. a. perpindahan sosial d. perpindahan jabatan b. perpindahan status sosial e. perpindahan yang sejajar c. perpindahan tempat tinggal pp. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. mobilitas sosial vertikal disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan b. mobilitas sosial vertikal mudah dilakukan oleh siapapun c. mobilitas sosial vertikal hanya dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan d. mobilitas sosial vertikal tidak dapat dilakukan sebebas-bebasnya e. hampir tidak ada masyarakat yang mempunyai sistem pelapisan sosial yang mutlak tertutup Pilihlah dari pernyataan tersebut yang merupakan prinsip-prinsip dalam mobilitas sosial vertikal adalah…. i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 iii. 1, 4, dan 5 nn. Berikut ini dalam faktor penghambat mobilitas sosial, kecuali…
clxxiii
a. perbedaan kelas sosial d. diskriminasi kelas b. perbedaan tujuan e. jenis kelamin c. agama rr. Berikut ini merupakan saluran mobilitas sosial vertikal yang ada dalam masyarakat, kecuali…. a. angkatan bersenjata d. organisasi politik b. lembaga keagamaan e. perkawinan c. lembaga kerja pp. Seorang anggota partai menjadi wali kota. Saluran mobilitas sosial tersebut karena…. a. lembaga keagamaan d. lembaga pendidikan b. organisasi kerja e. organisasi politik c. organisasi keahlian qq. Seorang petani menyekolahkan anaknya agar anaknya menjadi dokter berarti faktor pendorong mobilitas dari faktor…. a. status sosial d. pertambahan penduduk b. ekonomi e. organisasi kerja c. situasi politik
1. 2. 3. 4. 5.
rr. Dampak positif dari mobilitas sosial adalah…. mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat menuju kesejahteraan timbulnya konflik timbulnya persaingan yang tidak sehat adanya keinginan untuk menguasai pihak lain dan menjadi yang terbaik adanya kesenjangan sosial vv. Dampak negatif dari mobilitas sosial adalah…. a. adanya kompetisi mencapai prestasi b. usaha keras meningkatkan kesejahteraan c. meningkatkan status sosial d. mengentaskan kemiskinan e. kurangnya solidaritas kelompok ww. Seorang warga masyarakat yang pindah kedaerah lain yang lebih aman, karena daerah asalnya sering terjadi konflik. Merupakan mobilitas sosial yang didorong oleh faktor…. a. ekonomi d. geografis b. sosial e. politik c. budaya xx. Nama lain sosial climbing atau upward mobility berarti…. a. mobilitas horizontal d. mobilitas antargenerasi turun b. mobilitas sosial vertikal turun e. mobilitas intragenerasi naik c. mobilitas sosial vertikal naik
clxxiv
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN TRY OUT TES PRESTASI BELAJAR
1.
E
11. D
21. D
31. C
41. C
2.
B
12. A
22. C
32. C
42. C
3.
B
13. E
23. D
33. E
43. E
4.
E
14. B
24. E
34. A
44. C
5.
C
15 . C
25. C
35. A
45. E
6.
C
16 . E
26. C
36. C
46. A
7.
C
17. C
27. A
37. D
47. A
8.
B
18. B
28. E
38. D
48. C
9.
A
19. A
29. E
39. D
49. E
10.
D
20. D
30. C
40. C
50. E
clxxv
Lampiran 6
Kepada: Yth. Orang tua siswa Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari
Dengan Hormat Dalam rangka menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidika di program Sosiologi-AntropologiFKIP UNS, maka saya mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Wonosari dan saya menetapkan bapak/ ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon ketersediaan responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon ketersediaan Bapak/ ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket yang terlampir bersama surat ini. Tujuan saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui ”hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan Prestasi belajar Sosiologi siswa SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009”. untuk itu saya mohon Bapak/ Ibu bersedia memberikan jawaban yang benar dan jujur. Atas segala perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu membantu, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
Budi Wulandari
clxxvi
ANGKET TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Nama Siswa : Kelas : No Absen : Petunjuk Pengisian angket: 1. Sebelum menjawab menyantumkan identitas anda ditempat yang telah disediakan. 2. Pilih satu alternatif jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan tingkat pendidikan yang terakhir anda tempuh. 3. Berilah tanda check ( Ö ) pada salah satu kolom alternatif sesuai tingkat pendidikan formal yang terakhir anda tempuh. Tingkat pendidikan orang tua (Ayah) dari siswa XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Nama Orang Tua (Ayah) : Tingkat Pendidikan
:
Tingkat Pendidikan
Jawaban
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/ MI/ Paket A Tidak Tamat SMP/ MTs/ Paket B Tamat SMP/ MTs/ Paket B Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3
Tingkat pendidikan orang tua ( Ibu ) dari siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Nama Orang Tua (Ibu) : Tingkat Pendidikan
:
clxxvii
Tingkat Pendidikan
Jawaban
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/ MI/ Paket A Tidak Tamat SMP/ MTs/ Paket B Tamat SMP/ MTs/ Paket B Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3
clxxviii
Lampiran 8
Kepada Yth. Siswa/siswi kelas XI IPS SMA Negeri I Wonosari
Dengan Hormat Dalam rangka menyelesaikan studi dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan di Program Sosiologi-Antropologi FKIP UNS, maka saya mengadakan penelitian di SMA Negeri I Wonosari dan saya menetapkan siswa/siswi kelas XI IPS menjadi responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon kesediaan siswa/siswi meluangkan waktu untuk mengisi angket yang telah terlampir bersama surat ini. Tujuan saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui ”hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan Prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009”. Untuk itu saya homon siswa/siswi bersedia memberikan jawaban yang benar dan jujur. Atas segala perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan terimakasih.
Penulis
Budi Wulandari K8404012
clxxix
Lampiran 9 KISI – KISI ANGKET PENELITIAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Definisi
Indikator
Deskristor
Operasional c. Sikap siswa
4) Pengaruh Fisik
dalam mata pelajaran
Item
Jmlh Item
(+)
(-)
1, 3
2, 4
4
Kognisi
5, 6, 7, 8, 12, 13, 14
9, 10, 11, 15, 16, 17, 18
14
Afeksi
19, 20, 24, 27
21, 22, 25, 26
9
Konasi
28, 31, 32
29, 30, 33
6
38
34,39
7
5. Pengalaman
41, 42, 43
44
5
6. Hambatan
47, 49
46, 48
5
a. Kondisi fisik siswa
5) Kepribadian
sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk merespons mata pelajaran sosiologi, baik bersifat respons positif maupun negatif
6) faktor Eksternal
4. Situasi
clxxx
Lampiran 10 KISI – KISI ANGKET PENELITIAN TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Definisi
Indikator
Item Mudah
Operasional
clxxxi
Sedang
Sukar
Jmlh Item
d. Prestasi belajar
a. Bentuk –bentuk struktur
sosiologi adalah hasil usaha
sosial i.
siswa dalam segala hal yang
ii.
Faktor-faktor pembentuk ketidaksamaan sosial
iii.
diferensiasi sosial (berdasarkan ras,
pengetahuan,
etnis, agama, dan gender) iv.
diferensiasi dan stratifikasi sosial
yang
berdasarkan pengamatan atau
menghasilkan
kasus yang terdapat di masyarakat
perubahan yang
6. Mengidentifikasi berbagai konflik
3
7
17, 18
4
3
20, 21
22, 28, 32
19, 25
7
23
24, 26
3
30
27, 29, 31
3
6, 7, 8, 10, 13
dalam masyarakat 7. Membedakan konflik dengan
mata pelajaran sosiologi.
9
2 ,16
b. Konflik sosial
dalam bentuk skor hasil belajar
6 2
Pengaruh
ketrampilan
dinyatakan
15
Mengidentifikasi
menyangkut
kecakapan /
7, 12
sosial
dipelajari disekolah
1,11,14 Pengertian struktur
kekerasan 8. Sebab-sebab konflik dalam
33
masyarakat
35 34
2 1
9. Bentuk-bentuk integrasi sosial 10. Faktor-faktor pendorong integrasi sosial c. Hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial f.
Jenis-jenis mobilitas social
g. Proses terjadinya mobilitas sosial h. Faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial i.
Saluran-saluran mobilitas sosial
j.
Dampak mobilitas sosial
clxxxii
4
36, 38 42, 50
1
41 46, 45, 49
37, 43
39 47, 48
44
5
2 2
TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Nama : Kelas : No : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada alternatif jawaban a, b, c, d, atau e. vv. Sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu merupakan pengertian dari…. 1. lembaga sosial d interaksi sosial 2. keteraturan sosial e. struktur sosial 3. mobilitas sosial ww. Perhatihan pernyataan-pernyataan berikut ini! d. suku 4. kedudukan e. kekayaan 5. agama f. seks Dari pernyataan diatas, pilihlah yang termasuk faktor pembentuk ketidaksamaan yang bersifat horizontal adalah…. d. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 e. 1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 f. 1, 4, dan 5 xx. Identifikasilah! bentuk-bentuk struktur sosial ditinjau dari segi stratifikasi adalah…. a. sistem kasta, sistem kerajaan, dan sistem kelas b. sistem kasta, sistem estate, dan sistem kelas c. sistem kasta, sistem kelas, sistem monarki d. sistem estate, sistem kelas, dan sistem kerajaan e. sistem estate, sistem kasta, dan sistem kerajaan yy. Seseorang Lurah yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya kepala desa berarti dia telah menjalankan…. 4. tujuan d. tugas 5. fungsi e. Peranan 6. posisi ccc. Pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat, disebut …. d. peranan sosial d. mobilitas sosial e. diferensiasi sosial e. interaksi sosial f. stratifikasi sosial ddd.Perhatikan pernyataan berikut ini ! a. suku bangsa 4. tingkat ekonomi b. pendidikan 5. gender c. agama Berdasarkan data diatas, pilihlah yang termasuk deferensiasi sosial adalah… i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 3, dan 5 iii. 1, 3, dan 5 eee. Strata pada masyarakat desa di jawa tengah atas dasar hak milik tanah, sawah, kebun atau rumah. Masyarakat yang bekerja sebagai penggarap sawah atau kebun diduduki oleh golongan…. d. kuli kenceng d. sikep e. kuli gundul e. indung tlosor
clxxxiii
6. 7. 8. 9. 10.
f. kuli karang kopek fff. Di bawah ini yang bukan termasuk Ascribed status adalah…. d. umur d. gelar sarjana e. jenis kelamin e. kasta f. hubungan kekerabatan ggg.Di Afrika selatan perbedaan warna kulit mempengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut…. d. segegrasi d. sosialisasi e. asosiasi e. apartheid f. diskriminasi hhh. Stratifikasi sosial yang memberi kemungkinan seseorang dapat berpindahdari satu lapisan ke lapisan lain, merupakan stratifikasi sosial yang bersifat….. d. tertutup d. campuran e. terbuka e. sengaja dibentuk f. universal iii. Pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan berpindah lapisan pada bidang tertentu, tetapi memberi kesempatan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain yang merupakan pelapisan sosial…. d. bersifat terbuka d. apartheid e. bersifat tertutup e. mixed social stratification f. oligarki ddd. Berikut ini yang bukan merupakan faktor terbentuknya stratifikasi sosial adalah…. d. kekayaan d. kekuasaan e. kehormatan e. kebutuhan f. pendidikan kkk. Di Indonesia merupakan Negara yang majemuk yaitu terdiri dari bermacam-macam suku, ras, dan agama. Untuk menyatukan bangsa Indonesia yang beragam tidaklah mudah, sehingga perlu adanya sikap dibawah ini kecuali…. d. toleransi d. patriotisme e. saling menghargai e. nasionalisme f. etnosentrisme lll. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, hal yang perlu diwaspadai adalah adanya…. adanya sikap nasionalisme rawan terjadi konflik sosial yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa mudah terjadi alkulturasi dengan budaya asing adanya asimilasi kebudayaan terjadinya integrasi social
ggg.Konflik berasal dari bahasa latin configure yang berarti…. a. saling memukul d. kekerasan b. masalah e. persaingan c. perbedaan hhh. Pilihlah yang bukan merupakan bentuk konflik sosial adalah…. d. konflik pribadi d. konflik antar jenis kelamin e. konflik antar kelas sosial e. konflik politik f. konflik rasial ooo.Konflik yang terjadi di pabrik dimana buruh menuntut kenaikan gaji demi kesejahteraan juga dapat disebut ….
clxxxiv
d. konflik rasial d. konflik internasional e. konflik politik e. konflik pribadi f. konflik kelas sosial ppp.Pilihlah salah satu dampak negatif adanya persaingan dibawah ini adalah…. f. menimbulkan semangat bersaing yang tinggi g. memperkuat solidaritas kelompok h. menimbulkan iklim kompetitif i. menimbulkan konflik j. alat seleksi kkk.Pilihlah persamaan konflik dengan kekerasan dibawah ini, kecuali…. 6. merupakan proses sosial yang bersifat disosiatif 7. menuju pada disintegrasi 8. terjadi karena adanya perbedaan 9. adanya dua pihak yang saling bertikai 10. adanya persamaan kepentingan rrr. Suatu bentuk proses sosial yang ditandai oleh gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang, merupakan pengertian dari…. d. konflik d. kompetisi e. persaingan e. pertentangan f. kontravensi mmm. Berikut ini yang membedakan konfik dengan kekerasan adalah…. a. konflik menimbulkan korban jiwa sedangkan kekerasan tidak menimbulkan korban jiwa b. konflik hanya bersaing untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan kekerasan berusaha menjatuhkan pihak lain c. konflik berusaha untuk menyingkirkan pihak lain, sedangkan kekerasan menimbulkan cidera dan korban jiwa d. konflik timbul karena adanya semangat bersaing sedangkan kekerasan timbul karena adanya pebedaan-perbedaan e. konflik bermula karena adanya kecurigaan, sedangkan kekerasan timbul karena adanya persaingan
nnn. Berikut ini adalah faktor penyebab konflik adalah…. d. adanya perbedaan – perbedaan d. sikap saling menghormati e. persamaan kepentingan e. kekuatan yang berimbang f. tujuan yang sama uuu.Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. menimbulkan iklim kompetitif b. menyebabkan disintegrasi c. meningkatkan daya kreativitas yang dinamis d. melemahkan solidaritas kelompok e. alat seleksi pencapaian prestasi Berdasarkan pernyataan diatas, Sebutkan yang merupakan fungsi persaingan! i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 4, dan 5 iii. 1, 3, dan 5 vvv.Pencegahan permusuhan antar pihak yang bertikai untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu, yang tidak boleh diganggu merupakan pengertian dari….
clxxxv
d. arbitrase d. eliminasi e. gencatan senjata e. konsiliasi f. mediasi qqq. Penyelesaian konflik melalui pengadilan merupakan penjelasan dari pengertian…. d. mediasi d. statemate e. kompromi e. arbitrasi f. ajudikasi rrr. Identifikasilah! yang termasuk bentuk-bentuk integrasi sosial adalah…. d. interaksi sosial dan sosialisasi d. akomodasi dan alkulturasi e. akomodasi dan koordinasi e. alkurturasi dan asimilasi f. asimilasi dan simpati yyy. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. tercapainya konsensus mengenai nilai – nilai dan norma bersama b. norma-norma konsisten dan tidak berubah c. anggota masyarakat merasa berhasil mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lain. d. tidak adanya kesepahaman antar anggota kelompok e. norma-norma dimasyarakat sudah lemah Identifikasilah dari pernyataan di atas yang termasuk faktor pendorong integrasi sosial adalah…. i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 3, dan 5 iii. 1, 4, dan 5 zzz. Pahamilah kalimat berikut! Apabila batas antara dua kelompok semakin hilang dan akan lebih menjadi satu kelompok, maka dinamakan…. d. asimilasi d. akomodasi e. akomodasi e. alkulturasi f. koordinasi aaaa. Perpindahan posisi atau kedudukan dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain, adalah pengertian dari…. d. stratifikasi sosial d. diferensiasi sosial e. integrasi sosial e. disintegrasi sosial f. mobilitas sosial bbbb. Seorang anak buruh yang giat belajar dan akhirnya menjadi seorang guru adalah contoh dari mobilitas…. d. vertikal naik d. antargenerasi vertikal naik e. vertikal turun e. antargenerasi vertikal turun f. horizontal cccc. Seorang yang dicalonkan partai politik kemudian menang pemilu dan menjadi presiden. Saluran mobilitas sosial karena…. d. lembaga keagamaan d. organisasi politik e. lembaga pendidikan e. organisasi profesi f. angkatan bersenjata dddd. Seorang kepala sekolah SMU Negeri 1 Wonosari dimutasi menjadi kepala sekolah di SMU Negeri 1 Polanharjo, ini berarti terjadi mobilitas…. d. mobilitas vertikal naik d. mobilitas antargenetasi e. mobilitas vertikal turun e. mobilitas intergenerasi f. mobilitas horizontal eeee. Mobilitas lateral atau mobilitas geografis adalah…. d. perpindahan sosial d. perpindahan jabatan e. perpindahan status sosial e. perpindahan yang sejajar
clxxxvi
6. 7. 8. 9. 10.
f. perpindahan tempat tinggal ffff. Berikut ini merupakan saluran mobilitas sosial vertikal yang ada dalam masyarakat, kecuali…. d. angkatan bersenjata d. organisasi politik e. lembaga keagamaan e. perkawinan f. lembaga kerja ååå.Seorang anggota partai menjadi wali kota. Saluran mobilitas sosial tersebut karena…. d. lembaga keagamaan d. lembaga pendidikan e. organisasi kerja e. organisasi politik f. organisasi keahlian äää.Seorang petani menyekolahkan anaknya agar anaknya menjadi dokter berarti faktor pendorong mobilitas dari faktor…. d. status sosial d. pertambahan penduduk e. ekonomi e. organisasi kerja f. situasi politik ööö.Dampak positif dari mobilitas sosial adalah…. mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat menuju kesejahteraan timbulnya konflik timbulnya persaingan yang tidak sehat adanya keinginan untuk menguasai pihak lain dan menjadi yang terbaik adanya kesenjangan sosial
jjjj. Dampak negatif dari mobilitas sosial adalah…. f. adanya kompetisi mencapai prestasi g. usaha keras meningkatkan kesejahteraan h. meningkatkan status sosial i. mengentaskan kemiskinan j. kurangnya solidaritas kelompok kkkk. Seorang warga masyarakat yang pindah kedaerah lain yang lebih aman, karena daerah asalnya sering terjadi konflik. Merupakan mobilitas sosial yang didorong oleh faktor…. d. ekonomi d. geografis e. sosial e. politik f. budaya llll. Nama lain sosial climbing atau upward mobility berarti…. a. mobilitas horizontal d. mobilitas antargenerasi turun b. mobilitas sosial vertikal turun e. mobilitas intragenerasi naik c. mobilitas sosial vertikal naik
KUNCI JAWABAN TES PRETASI BELAJAR
E
11. C
21. C
31. D clxxxvii
B
12. E
22. A
32. C
B
13. C
23. E
33. C
E
14. B
24. E
34. C
C
15. A
25. C
35. E
C
16. D
26. C
36. A
A
17. C
27. E
37. A
D
18. D
28. A
38. C
E
19. E
29. C
39. E
B
20. C
30. D
40. E
4.
clxxxviii