ISBN 978'60 2-96617 I
1tu,4y {t
DD
II Lll
O$ID rll sBHAnr
IINL DIMI sDl llL. HASIL lDlilTlll IIA IA\sr
UI{IT
-l-5
D'rj. ?
!/
N ffi TIIAI
P]H]IJIIAN I}AN P]I{GABDIAN IT]PAI}A I'IASYANAIffi POI,ITTKNIIT IUG]RI UIUI{G PANIIINO
-t\VrM11, ""h;ffi;(-q\
I{AI[A$SAR, 26
fuli
2010
PROSIDING SEMINAR SEHARI HASIL-HASIL PEN ELITIAN MAKASSAR,26 JULI 2O1O
HALAMAN
WIilffiW ffiWffiRffiA@
1-222 DAFTAR ISI
Learning" Mata Kuliah Bahasa Pemrograman JavaL SE SDK 1.4 untuk Populasi Mahasiswa Berjumlah Banyak Lidemar Halide 12
- 18
Pembuatan Produk Benda Ukur untuk Pengenalan Pola (Pattern Recognition dalam Pengendalian Proses secara Statistik sebagai Alat Bantu Pengajaran rlatakuliah Sistem Mutu Jeremiah Ritto dan Almrud Zubair Sultart
19
-28
Survei Kepemimpinan Politeknik Negeri Ujung Pandang Masa Kini dan Masa Mendatang Harbarti Pasolong, Yatti Sugiarti dan Syantsucldin
29-35
Rancang Bangun Alat Ukur Penentu Urutan Fasa pada Tegangan
36-46
Analisis Penganrh Persyaratan Administrasi Akademik untuk Sertifikasi Dosen terhadap Kinerja Pengajaran Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang Syamsuddin, Yolnnis Sartrngallo dan Antri
Tiga Fasa RizalA Duyo Jenis
47-60
Pengembangan Desain Mesin Pencampur Pakan dengan Sistem Poros Ulir BerbentLrk Tirus Abdul Salum, Multonmncllswar dan hnam Hidqyat
6t-69
Akibat Pembebanan tak Seimbang pada
Jaringan
70-88
Peningkatan Kualitas Ampo Melalui Pilarisasi Menggunakan Polioksokation Besi Yuliui HR
89-97
Penentuan
Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Berbagai
Kendaraan pada Ruas Jalan di Kota Makassar
Hasmar Halim clan Ismail Mustari
Evah.rasi
Distribusi Tegangan Rendah Strlhan Bone
Penyusunan Strategi dan Kebijakan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang Efektif pada SMPN I KAHU Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan Haddad Syawai, Yayu Meiniza Zainiar dan Syamsudtlin Perancangan Software Virtual Instrument Sensor Gas CO
98
Sheet-Base terhadap
Air
104
105
- il5
lt6
- r23
Nur Aminah
Uji Ketahanan Beton Aspal Hot Rolled dengan Metode Uji Kuat Tarik
-
Nursamiah dan Abdul Fattah Respon Pengendalian Suhu Menggunakan PlD-Conholler Lewi dan Remigius Tandioga
t24 -t33
Penentuan Critical Clearing Time (CCT) Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Agussalint
134
Tugasnya di dalam Rumah Tangga (Kasus Karyawati dan Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang Akhmad dan Hirman
-t40
t4t -
t49
150 -162
Teknik Elektro Berbasis WEb
Satriani Said Aklmad 163 Bervariasi Muhamnrad ldris dan Jabair
Pcndidikan
di
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung
- t70
t7t -
t79
Pandang A. Abd. Azis Ishak dan Rosmawati
180 pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino Sulawesi Selatan Muhantmacl suradi, Abdi wibowo
- l9l
A-dan
t92 -200
Umur Rata-rata Lampu Pijar Ahmad Rizal Sultan dan Agussalim
Listrik (Minimization of Harmonics on Power System
20t -210
Distribution Substation) Nirwan A Noor dan Asriyadi
untuk Pengaturan Kecepatan Motor DC Ruslan L dan Sulhan Bone
I KW
ztr -222
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN PENCEGAHAN KELONGSORAN LERENG PADA JALAN POROS SUNGGUMINASA.MALINO SULAWESI SELATAN
DiA
Muhammad Suradi r), Hamzah Yusuf t). dan Abdi Wibowo
guna
l) ?l
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ujung Pandang. Dosen Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang.
(La
Abs berupa pemeri
Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea Makassar 90245 teruta
ABSTRACT The objective of this research was to mitigate slope failure potentials along the S Main Road with appropriate preventive management. The applied method was a series of starting from collecting data and mapping potentially failed slopes, assessing potentials of slope fai arranging recommendation of preventive solution for slope failures, to disseminating the p management system. This management system emphasizes on monitoring and evaluation as a chain management cyclic with empowering societies living around road slopes as a very important part implementing this system. The results revealed that there was approximately 30 km out of 64 km in length of road with slopes (sta. 30 to 6l from Sungguminasa) that were not in continuous situation. its failure potentials varied, from very small to very heavy ones. The dominant factor causing failures was the type of soil r :'h low shear strength and devegetated slope. In conjunction identified failure potentials, preventive recommendation of slope failures were maintaining slopes good condition; vegetating potentially unstable slope due to slope devegetation; and constructing reinforcement and/or vegetating slopes with very high failure potentials. To carry out conti preventive action for slope failures, the preventive management system of slope failures had to
A lokasi yang dan gra atas
implemented.
Key words
: preventive
management system , slope failures, and slope reinforcement.
PENDAHULUAN Jalan Poros Sungguminasa-Malino berjarak 64 km dan sekitar sepertiganya melalui daerah perbukitan sehingga rawan terhadap kelongsoran. Lalu lintas di jalan ini cukup ramai karena disamping sebagai jalan alternatif dari Kota Makassar ke Sinjai, kabupaten yang berpenduduk sekitar 221.915 orang (data penduduk 2008), juga merupakan jalan menuju obyek wisata dataran tinggi Malino yang menjadi salah satu tujuan wisata yang paling banyak diminati khususnya bagi warga Makassar. Sepanjang jalan poros ramai dihuni penduduk yang bermukim di sekitar jalan, termasuk pada daerah perbukitan dengan penduduk sekitar seribuan orang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa lereng pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino yang memiliki ketinggian lebih dari 10 m dan kemiringan lebih besar dari 45' dengan jenis tanah dominan lempung kepasiran rawan terhadap terjadinya kelongsoran (Suradi dkk, 2007). Hal ini berpotensi untuk mengganggu kelancaran lalu lintas bahkan mengancam keselamatan pengguna jalan dan penduduk yang bermukim di sekitar lereng sepanjang jalan poros tersebut. Oleh karena itu, perlu ada upaya pencegahan terjadinya kelongsoran agar terwujud kelancaran lalu lintas dan rasa aman bagi pengguna jalan dan penduduk di sekitarjalan poros ini. Selama ini belum ada upaya yang memadai untuk mencegah terjadinya kelongsoran lereng sepanjang jalan poros, sehingga kadangkala jalurjalan ini terputus akibat kelongsoran lereng terutama musim hujan.
sudut
memil
tanah terjadi Meski
faktor
air
tat
batuar
yang
180
l
r
Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian
181
Di Amerika Serikat telah diterapkan suatu sistem yang disebut Program Manajemen Kelongsoran ide Management Program). Program ini merupakan program yang meliputi langkah-langkah sistematis dan terintegrasi untuk mengurangi resiko kelongsoran lereng melalui manajemen kelongsoran guna melindungi masyarakat dari bahaya kerusakan (http://Landslide Symposium Program - Bios and Abstracts, Portland, Oregon 2007). Program ini menjadi acuan kami dalam mengusulkan kegiatan ini berupa penerapan sistem manajemen pencegahan kelongsoran lereng secara terstruktur yang melibatkan pemerintah daerah dan memberdayakan masyarakat sekitar lereng tersebut.
ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelongsoran lereng dengan jalan yang tepat. Dalam hal ini perlu diidentifikasi kawasan lereng yang rawan longsor kemudian ditawarkan cara pencegahan dan sosialisasi kepada pihak terkait (stakeholders) Penelitian
penanganan lereng
terutama masyarakat sekitar lereng melalui mekanisme manajemen pencegahan kelongsoran lereng.
Analisis Potensi Kelongsoran Lereng:
Untuk mengidentifikasi secara umum keberadaan lereng diperlukan peta/atlas daerah atau peta lokasi dari hasil pemetaan citra satelit guna mendapatkan informasi awal tentang lokasi-lokasai yang memiliki topografi pegunungan. Pemetaan ini memungkinkan untuk mendapatkan kondisi aktual lokasi yang dibutuhkan dan mendapatkan gambaran tentang lokasi-lokasi lereng serta keberadaan pemukiman dan sarana & prasarana di sekitar lereng. Lereng memiliki kecenderungan terjadinya kelongsoran akibat gravitasi dan air tanah, serta faktor-faktor pemicu seperti gempa bumi, penambahan beban konstruksi di atas lereng, dll. Beberapa jenis kelongsoran lereng disebutkan pada website: http://en.wikipedi sebagai berikut:
o
c
Landslide: adalah suatu fenomena geologis termasuk berbagai jenis pergerakan tanah seperti: keruntuhan puing-puing batuan atau tanah (debris flow), pengaliran cairan tanah berbutir halus (earth flow), pergerakan massa tanah yang cukup besar dengan sudut penggelinciran relatif kecil (sturzstornt), pergerakan tanah dengan bidang gelincir dangkal (shallow landslide), dan pergerakan tanah dengan bidang gelincir dalam (deep-seated landslide). Creep: adalah kelongsoran tanah secara perlahan-lahan pada lereng akibat matinya pohonpohonan pada lereng tersebut disebabkan oleh kekurangan air dan sinar matahari. Jadi kelongsoran lereng seperti ini umumnya terjadi pada daerah hopis. Flows: adalah pergerakan tanah yang memiliki kadar air tinggi sehingga pergerakan ini mirip
o o
pengaliran cairan tanah. Topples.' adalah pergerakan massa batuan menjauhi lereng' Falls: adalah keruntuhan batuan pada lereng yang diawali dengan keretakan akibat air dan getaran.
,
Lereng memiliki potensi terjadinya kelongsoran yang diindikasikan oleh beberapa faktor yaitu sudut kemiringan, tinggi, kondisi, dan jenis tanah pada lereng. Lereng yang terjal dan cukup tinggi memiliki potensi besar terjadinya kelongsoran. Begitupula lereng akan lemah jika pada lereng terdapat tanah lepas atau lunak, dan dalam kondisi gersang. Faktor lain yang menyebabkan lereng berpotensi terjadinya keruntuhan yaitu terdapatnya perlemahan pada lereng tersebut seperti sesar, patahan, dll. Meskipun lereng berpotensi terjadinya longsor, umumnya kelongsoran lereng terjadi akibat berbagai faktor pemicu antara lain gempa bumi, peningkatan beban pada bagian atas lereng, peningkatan kadar air tanah pada lereng, penggundulan lereng, penggalian atau erosi pada kaki lereng, dan pelapukan batuan atau tanah pada lereng. Pada prinsipnya keruntuhan lereng terjadi apabila kekuatan geser tanah yang menahan keruntuhan lebih kecil dari gaya-gaya yang mendorong terjadinya keruntuhan lereng.
r82
Muhammad Suradi, Hamzah
Yusuf dan Abdi wibowo, penerapan Sistem Manajemen pencegahan Kelongsoran Lereng pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino Sulawesi Selatan
,.r""Jrlj,ll1 l.
garis besar craig (1997) mengelompokkan ke dalam 3 bentuk bidang gelincir kelongsoran
Penggelinciran rotasi (rotational slicle) Penggelinciran ini terbagi lagi menjadi kelongsoran dengan bidang gelincir berbentuk lingkaran dan bukan lingkaran' Penggelinciian lingkarin biasanyf te{ad1 pada lereng yang mengandung tanah homogen' sementara penggelinciran bukan lingkaran terjadi pada lereng yang mengandung tanah heterogen.
2.
Penggelinciran translas i (translational slicte) Penggelinciran ini terjlal apabila lapisan ianah keras terdapat dekat permukaan tanah, dimana permukaan lapisan tanah keras ini biasanya sejajar dengan permukaan
a J.
Penggelinciran gabung an (contpounct s t icte) Bentuk bidang gelincir seperti ini biasanya terjadi apabila lapisan tanah keras terdapat cukup dalam dari permukaan tanah.
rereng.
Keamanan lereng terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran biasanya dinyatakan dengan ini dafat dihitung dlngan membagi gaya-gaya yang menahan kelongsoran dengan gaya-gaya yang mendbrong keloniro.un"lr."ng. Jadi kalau faktor keamanan lebih besar dari I berarti lereng tersebut aman terhadap kelo'ngsoran, akan tetapi umumnya faktor keamanan minimal lereng diambil 1,5 karena adanya ketidakpastlan dari parameter-parameter yang digunakan pada perhitungan faktor keamanan ini. Pada prinsipnya faktor keamanan lereng dihitung berdasarkan
faktor keamanan, dimana faktoi
5:J:iil:ilfl,*'ffillTi
vang 'nendorons dan minahan keruntuhan padaiiaung !"hnci. fang
berbagai metode anarisis kestablan rereng yang ilfflllt::;]"o}j-:iii,lrigl]-T..:y.1,?kT y:,:o: Hook & B;;,'i;ffiTi:iJJT ff:::::T::'l;i:::il:r"'^T:t1i,31ini ,l1oy,, Metoie 5u,-1, Metodelvi;;il"tode si.n.L,, iii;#;;;;',4;"'i;T,TJ'il:[f; rdlldLll, ualt lvlctoog XX'::t,.Y:l:l: Dari berbagai metode analisis ."ri""li kestabilan lereng ini diuraikan ::::-{:i',s^::'"::: j[;#""'il; #Ji, Tffi:ipkan berdasarkanakanbentuk anatiirs,.o".r'*u i:l:* bidans gelincir.
;il";;
t.
3
Metode keseimbangan momen. Melode ini dapat diterapkan jika bidang gelincirnya berbentuk lingkaran yang biasanya te{adi pada tanah kohesif homosen.
Gambar
I
Diagram Keseimbangan Momen Lereng
Faktor keamanan lereng (F) dihitung dengan rumus berikut: E_
c..L .r w.d
Prosiding Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian
Dimana : cu : kekuatan geser tanah pada bidang gelincrr' Lu : panjang bidang gelincir. :jari-jari bidang gelincir' W : berat tanah di atas bidang gelincir. d : lengan gaya berat tanah terhadap pusat bidang gelincir'
r
2.
Metode analisis penggelinciran translasi. Metode ini tepat digunakan untuk bidang gelincir berbentuk lurus seperti pada gambar berikut.
Gambar 2 Diagram Gaya-gaya pada Penggelinciran Translasi Faktor keamanan lereng (F) dihitung dengan rumus berikut: T
F :
---!T
Dimana : ts: kekuatan geser tanah pada bidang gelincir, dimana rr: c' + (o - u)hnA' : tegangan geser tanah pada bidang gelincir, r i(l-m) y + m y,u1l z sinB cosB Metode Irisan. Metode ini cocok untuk semua bentuk bidang gelincir.
t
3.
:
l-*
'.,. . -1 t: I
h----,- -*+-
/\
\
r-"-r')|,47
Gambar 3 Diagram Gaya-gaya pada Metode Irisan Faktor keamanan lereng (F) dihitung dengan persamaan berikut:
I (r'* o'tan$')l p: :=_=________-____
),W sina c'L,, +tanQ'IN'
atau
F:__Zr4r# Analisis evaluasi kestabilan lereng dapat pula dilakukan dengan menggunakan software slope'w (Geo-slope, 2002).
.-
184
Muhammad Suradi, Hamzah Yusuf dan Abdi Wibowo, Penerapan Sistem Manajemen Pencegahan Kelongsoran Lereng pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino Sulawesi Selatan
b,
Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis (SIG) merupakan gabungan dari tigl rrnsur pokok, yakni sistem, informasi, dan geografis. Dengan demikian pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka
jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi, dengan tambahan unsur "Geografis" atau SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur "informasi geografis". Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi, maka SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi. Jadi, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang merepresentasikan "dunia nyata" dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan sesuai kebutuhan. Data dan Sistem yang secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dapat dilihat berikut: Data Vektor dan Data Raster
Data Vektor adalah data-data yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titil'-titik, garis-garis, kurva atau poligon beserta atribut - atributnya berdasarkan sistem koordinat x dan v.
Mr
a
A
m
S€
Gambar 4 Permukaan Bumi & Layer pada Model Data Vektor Data Raster adalah data gambar yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan stmktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid yang setiap piksel memiliki ahibut tersendiri.
pen( dapr
men
Gambar 5 Permukaan Bumi dan Layar pada Model Data Raster
seca
'rt Prosidins Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian
b.
t85
Data Tematik
Data Tematik adalah data yang ditampilkan dari hasil proses analisis bcrdasarkatt tlitta ltasil lritungan tabel Maplrtfo menggunakan variabel tertentu dengan beberapa laycr yrng clidcllnisikan oleh datay'eld table yang bersangkutan. Coltoh: Peta Tematik daerah rawan longsor jalan poros Sunggurninasa-Malino
,''-
kilo(netres
Gambar 6 Peta Tematik jalan
r.
Data Atribut
Data atribut adalah keterangan dari sebuah obyek meliputi data geografis dan data adnrinistrasi yang mendeskripsikan obyek/karakteristik dasar fenomena yang bersangkutan sehingga dapat iiunggop sebagai infbnnasi mengenai obyek tersebut. Untuk keperlttan transportasi sangat dibutuhkan danmerupakan s.'mber utama khususnya yang digunakan dalam pemcliharaan. Datajunllah data atribut ili nantinya akan diintegrasikan dengan peta yang telah dibentuk. Kelengkapan jalan data atribut ,11"1,ungkinkan informasi mengenai pengelolaan dan pemeliharaan jaringan sesuai kebutuhan dan tujuan sistem yang akan diaplikasikan'
Manajemen Pencegahan dan Resiko Kelongsoran Lereng yallg Secara umum ada 2 cara pencegahan keruntuhan lereng yaitu: nrettgttrattgi gaya-gaya lercng' keruntuhan yang menahan gaya-gaya mendorong kenrntuhan lereng, dan sebaliknya menambah (b) Altematif pertama meliputi: (a) mengurangi kemiringan lereng atau membuat lereng lebih landai' mengurangi tinggi lereng, dan (c) memberi timbuuan pada kaki lereng sebagai penahan kerunttthan, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Gambar 7 Altcrnatif Pencegahan I(elongsoran Lereng Cara-cara
ini
mungkin lebih murah dalam mencegah keruntuhan lereng tetapi
penerapannya pada kondisi lereng yang sederhana dan tidak mendapatkan beban bcrat.
tcrbatas
,.l Alternatif kedua meliputi: (a) menanam pohon-pohonan yang memiliki akar-akirr yang kttat rii (c) pada lcrengl draittase (b) memberikan dapat menjalar jauh sampai kedalaman lapisan tanah keras; lereng (d) menrperkttat mimperkuat lereng ,..oiu eksternal seperti: turap, tembok penahan, dll; dan ,..uru intemal seperti grotttittg, geogrid, dll. seperti terlihat pada gambar berikut'
186
Pro
Muhammad Suradi, Hamzah Yusuf dan Abdi Wibowo, Penerapan Sistem Manajemen pencegahan Kelongsoran Lereng pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino Sulawesi Selatan
kel
dan uku
aoI
O
o
a
oE
MT
o ooo .Oa
Pipa dengan lubang -
sekelilingnya
mel
pert
rehe
Hal warl
pen(
jawi penl kabr untu
Pene
L
("J
(d) 2. a
J.
Gambar 8 Alternatif Perkuatan Lereng Cara-cara
ini dalam mencegah
A T.
keruntuhan lereng kemungkinan lebih aman dan lebih fleksibel
dan luas penerapannya karena lebih mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk berbagai kondisi dan peruntukan lereng.
Dari berbagai pilihan untuk mencegah kelongsoran lereng seperti disebutkan di
HAS
atas,
pertimbangan mendasar untuk menentukan pilihan yang diambil adalah keamanan dan efisiensi penerapannya. Secara teknis, harus dijamin bahwa pilihan yang diambil betul-betul merupakan solusi yang aman untuk mencegah kelongsoran lereng. Selanjutnya pilihan yang diambil juga membutuhkan biaya yang wajar dibandingkan dengan kegunaannya. Di Amerika Serikat, Oregon Department of Geology and Mineral Industries (DOGAMI) menerapkan suatu Program Manajemen Kelongsoran yang dinamakan Oregon's Lanclslicle Risk Management Strategt. Program ini mencakup 5 bagian yang terintegrasi yaitu: (l) Pelibatan stakeholders, (2) Identifikasi bahaya kelongsoran, (3) Penilaian resiko kelongsoran, (4) Manajemen resiko dengan menentukan prioritas resiko, (5) Pengurangan resiko. Program ini bertujuan untuk mengurangi resiko kelongsoran lereng melalui manajemen kelongsoran guna melindungi masyarakat dari bahaya keruntuhan lereng (http://Landslide Symposium Program - Bios and Abstracts, portland, Oregon 2007).
The U.S. Geological Survey menyatakan bahwa Strategi Nasional Pengurangan
5.
Bahaya
Kelongsoran mencakup instrument keilmuan, perencanaan, dan kebijakan yang berorientasi kepada berbagai aspek permasalahan untuk mengurangi secara efektif kerugian akibat kelongsoran lereng dan keruntuhan tanah lainnya (http:/fuSGS, National Landslide Hazards Mitigation Strategy, Framewoik for Loss Reduction).
Pemr
kedal
mun[
Sung; serta
Oleh
dinila penyi identi
dan k, yang Beber denga
data d Peta lr beriku
Prosiding Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian
187
Ada 9 elemen utama strategi ini yaitu: (1) Penelitian, (2) Penilaian dan pemetaan bahaya kelongsoran, (3) Monitoring waktu real, (4) Penilaian kenrgian, (5) Pengumpulan infonnasi, interpretasi, dan sosialisasi, (6) Petunjuk/manual dan pelatihan, (7) Kesadaran publik dan pendidikan, (8) Penerapan ukuran pengurangan kerugian, dan (9) Persiapan kondisi darurat, penanganan, dan pemulilian. METODE PENELITIAN Kerangka pemecahan masalah yang ditawarkan pada kegiatan
ini
adalah menerapkan dan
mengembangkan sistem manajemen pencegahan kelongsoran lereng sehingga diharapkan terjadi proses
perbaikan penanganan secara berkelanjutan. Selama ini penanganan lereng lebih banyak bersifat rehabilitasi yaitu perbaikan kondisi lereng setelah te{adi kelongsoran atau ada tanda-tanda kelongsoran. Hal ini berpotensi menimbulkan gangguan bagi kelancaran lalu lintas, kecemasan, dan korban bagi warga di sekitar lereng dan pengguna jalan.
Realisasi penyelesaian masalah dilakukan dengan memperkenalkan sistem
nrana.jenrcn
pencegahan kelongsoran lereng, sosialisasi sistem manajemen dan pelaksanaan tugas dau tanggung jawab, serta pemberian rekomendasi pencegahan kelongsoran lereng. Khalayak sasaran pertama adalah Dinas Praswil Sulawesi Selatan sebagai penanggung jawab
pengelolaan lereng jalan. Khalayak sasaran berikutnya adalah pemerintah daerah nrulai tingkat kabupaten sampai desa/kelurahan serta masyarakat sekitar lereng yang ditunjuk sebagai satuan tugas untuk memonitor dan mengevaluasi keadaan lereng, agar lereng jalan yang kuat tetap terjaga. Penerapan Ipteks ini mengikuti tahapan sbb: 1. Menentukan ruas jalan yang berlereng dengan menggunakan peta citra satelit sefta pengunrpulan data kondisi lereng secara de ia,l dengan observasi langsung di lapangan. 2. Menilai potensi kelongsoran lereng dengan menggunakan software Geo-slope/w. 3. Memetakan potensi kelongsoran lereng. 4, Pemilihan solusi yang tepat untuk mencegah kelongsoran lereng berdasarkan hasil pemetaan darr pengumpulan data lereng serta hasil penilaian potensi kelongsoran. 5. Sosialisasi sistem manajemen pencegahan kelongsoran lereng.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemetaan Lereng Jalan Rawan Longsor
Hasil uji sondir (CPT) pada 5 site yang dinilai berpotensi besar longsor menunjukkan bahwa kedalaman tanah keras rata-rata dangkal yaitu: kurang dari 2 m, sehingga jenis kelongsoran yang mungkin terjadi adalah kelongsoran dangkal memanjang (translasi). Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang evaluasi kestabilan lereng pada Jalan Poros Sungguminasa - Malino km 56 menunjukkan bahwa lereng dengan tinggi > l0 m dan kemiringan > 45' serta jenis tanah lempung atau lanau kepasiran tidak aman terhadap kelongsoran (Suradi dkk, 2007). Oleh karena itu, pada beberapa ruas lereng sepanjang jalan poros ini seperti: km 39, 43,50,56 s/d 58 dinilai memiliki potensi longsor yang sangat besar. Pemetaan lereng jalan ini menggunakan software SIG yang memungkinkan pentetaan dan penyinrpanan data secara berlapis. Pemetaan ini akan menyederhanakan masalah dan memudahkan identifikasi masalah dan solusi pencegahan kelongsoran lereng. Pemetaan ini mencakup pengelompokan potensi kelongsoran, tinggi, kemiringan, jenis tanah, dan kondisi lereng. Berhubung karena lerengjalan yang cukup panjang (sekitar 30 km) dan keadaannya yang sangat bervariasi sehingga umumnya data yang diperoleh bersifat interpretasi dan representasi. Beberapa posisi lereng yang dinilai memiliki potensi kelongsoran yang ekstrim diambil data tanahnya dengan sondir (CPT) dan bor tangan (handboring) seperti pada km 43, 44.5,50, 58, dan 59. Selebihnya data diambil dengan menilai kondisi lereng seperti kenampakan lereng berkaitan potensi kelongsoran. Peta lengkap lereng jalan sepanjang 6l km poros Sungguminasa - Malino dapat dilihat pada gambar 9 berikut.
188
Muhammad Suradi, Hwnzah
y'suf
dan Abdi wibowo, penerapan Sistem Manajemen Pencegahan Kelongsoran Lereng pada Jalan poros Sungguminasa-Malino sulawesi Selatan
Pe N
se
w{6)-r
ra
ter
Sir
de
ler
lal
ber
sel
d*Etg#__.
bal
sat
Cambar 9 Peta Lereng Jalan pcros Snngguminasa-Malino
kol
Hasil pemetaan Jalan Poros Sungguminasir - Malino berbasis SIG tersebut secara umrnr ntenggambarkan pengelompokan lereng jelan rnenjadi 4 kelornpok yaitu. a; lereng jalan ticlak berpotensi longsor (hijau), b) lereng jalan yang berpotensi kecil longsor icoklat), c) tereng jalan yang berpotensi besar longsc.r (kuning), clan rl) lereng jalan 1,ang berpotelsi sangat besar longsor (merah).
llasil identifikasi masalah
tebirrg (crrtting) clan relarif tirlak ditumburri pepohot.tnn 1,.i,g,ne,nitit] otnrl,n,rg ruat dan jauh tertan.'r di dalanr tanah' IIal ini ntentrnjukkan balrwa-dengan pcnglulian tebing unt.,k *"r"bent.k lere'g jalarr al:an melnperletnalt lereng tcrsebut, dengan kata lain-rn"ng,,tungi duk-ungan sanrping (lateral support) li'reng' apalngi kalau lcreni5nya ticlak clitrrrnbrrhi pepohcinan ukon m",-rdoronlr tcrja
:i*]t Desar.
erosi
air yang besar langsung ke clalam tanalr y,ang turut meniper.lernr,h t.r"ng jalan
clan
tersetrut.
pada sisi timbtrnan umumnya sucl,rhineiggrrnakau nln,"rini ynng cukrrp lilmt tlrn
clilakrrl
pen
dae
menunjukkan bahrva ulnurnnya lereng yang rnengalami kelongsoran pada dasarnya terjadi pada lereng yang rnemilikijenis tanah yang tidak cufup i:uat. Dari hasil observasi langsung di lapangan, diperoleh bahun secara umum tenlapat jenis 3 tanah pada lereng yang berpotensi mengalami kelongsoran vaitu: a) batuan lapuk col:lat keabu-abuan, dimana batuan ini mudah sekali terbelah-belah/teqlecah-pecalt, b) pasir kelinauan coklat kemelah-mcrahflrr, climana pasir ini mudalr tenlrai/tergeser, c) lenau kepasiran abu-abu, rlimana tanah inijuga rnudah tergeser. Umumnya kelo.ng.soran jtrga terjadi, pada sisi lereng iaian yang terbentrrk cJari pcmotongan/gllirn
Semr:ntarn lereng
me,
pen
Identifikasi Masalah dan Sorusi pencegahan Kerongsoran Lereng
peliyerapall
lap ber
relafif kuat rneskiprur tirrggi dan kenriringiinn),a rr.:latif'
Secara teoritis lereng yang titrggi clan terjal bcrpotensi besar terjaclinya kelongsoral, tetapi kenyataannl'a bcberapa lereng yang sangat ringgi
Penrilihan solusi pettcegahrrt kelonrlsoran 1..",'g berclasarkan hasil identifilasi lnlsalalr sebelrttttn)'a. Secarl: llrllttln acla 3 rekomenrleii p,,nceg;thr,i l
keh
jaw met pad
Prosiding Seminar Sehari Hasil-hasil penelitian
189
Pemilihan jenis konstruksi perkuatan berdasarkan ketersediaan material dan tenaga kerja terampil serta sesuai kebutuhan
lapangan. Beberapa pilihan konstruksi yang dapat diterapkan antara lain: bronjong,
tembok penahan, perkuatan geogrid/membrane, dan soil cement. Sistem Manajemen Pencegahan Kelongsoran Lereng
Untuk mencegah terjadinya kelongsoran lereng dibutuhkan sistem manajemen pencegahan dengan siklus pada gambar 10. Pada saat awal penerapan sistem manajemen pencegahan kelong-soran lereng ini, perlu sosialisasi kepada pihak terkait mulai penanggung jawab, pengarah, sampai pelaksana lapangan agar ada pemahaman yang sama dan komprehensif bagi pihak-pihak terkait sehingga sistem bedalan secara efektif. Selanjutnya monitoring dan evaluasi dilakukan secara regular minimal 2 kali setahun yaitu sebelum dan sesudah musim hujan dengan melibatkan pihak terkait sebagaimana ditunjukkan pada bagan organisasi. Hasil monitoring dan evaluasi ini berupa rekomendasi yang perlu ditindailanjuti oleh satuan tugas dalam bentuk proyek, seperti perencanaan dan pelaksanaan reboisasi (penghijauan)t dan konstruksi perkuatan lereng, serta penelitian-penelitian. Bagan organisasi manajemen melibatkan penanggung jawab, pengarah, dan pelaksana di
lapangan. Pada prinsipnya organisasi ini memonitor dan mengevaluasi kondisi lireng secara berkelanjutan agar lereng yang sudah cukup kuat terpelihara kondisinya, sementara lereng yang mengalami perlemahan segera diatasi agar tidak menimbulkan dampak yang serius. Dalam ttui ini
penanggung jawab adalah Dinas Prasarana Wilayah Sulawesi Selatan yang bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan kondisi lereng dan penanggulangan kelongsoran
lereng. Pengarah adalah pemerintal daerah yang memiliki lereng seperti jajaran pemerintah tingkat kabupaten, kecamatan, sampai kelurahan/desa. Sementara itu, pelaksana di lapangan merupakan satuan tugas yang diberi tanggung jawab untuk memantau dan melaporkan perkembangan kondisi lereng serta membantu memelitrari- Aan memperbaiki kondisi lereng. Bagan organisasi manajemen pencegahan kelongsoran lereng ditunjukkan pada gambar I l.
r I,LANNNG Perencanafln lllonev
danproyek pgrlnraianlereqg
A('TI
/\ I.\TINLi
Penuuusandnn tirxlak
lanjutsolusi pencegalrul
[;il;i-;;;\i
bullt-; Pelaksanaannlonev
danproyek pelkuatall
7
te,en!
ctNrHorrrfrc Identifikasi dan penilaianmasalrrh kelortgstrrltrt
Gambar 10 Siklus Manajemen Pencegahan Kelongsoran Lereng
r90
Muhammad Suradi, Hamzah Yusuf dan Abdi Wibowo, Penerapan Sistem Manajemen Pencegahan Kelongsoran Lereng pada Jalan Poros Sungguminasa-Malino Sulawesi Selatan
ler
DINAS PRASWIL I
da
Y
se
PEMERINTAH KAB.
D,
C:
D G I I
Y
SATUAN TUGAS PEMERINTAH DESA
Gambar 1l Struktur Organisai Manajemen Pencegahan Kelongsoran Penerapan manajemen pencegahan kelongsoran lereng mencakup: pemilihan satuan tugas, sosialisasi sistem manajemen, monitoring dan evaluasi, serta perencanaan dan pelaksanaan proyek penanggulangan kelongsoran ler3ng. Pemilihan satuan tugas ditujukan kepada orang yang memiliki kepedulian dan jika memungkinkan dipilih orang yang berpengaruh di lingkungan tersebut. Satuan tugas ini perlu diberi insentif agar ada motivasi dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya. Tugas utama organisasi ini adalah melakukan upaya pencegahan kelongsoran lereng dengan
H
Li
Nr
metode yang disesuaikan dengan permasalahan lereng masing-masing sebagaimana disebutkan sebelumnya. Penerapan sistem manajemen ini diharapkan terjadi pembelajaran dalam penanganan lereng secara umum dan pencegahan kelongsoran secara khusus. Jadi organisasi ini menjalankan tugas pengelolaan lereng, yaitu mengutamakan pemeliharaan kondisi lereng yang sudah cukup kuat melalui mekanisme monitoring dan evaluasi.
SI,
KESIMPULAN DAN SARAN
St
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penerapan manajemen pencegahan kelongsoran lereng - Malino sebagai berikut: Hasil pemetaan lereng jalan memperlihatkan kelompok potensi kelongsoran lereng mulai dari
pada Jalan Poros Sungguminasa
L
2.
3.
4.
yang tidak berpotensi sampai yang berpotensi sangat besar longsor dan beberapa data lainnya berkaitan dengan potensi kelongsoran, seperti: tinggi, kemiringan, jenis tanah, dan kondisi lereng. Faktor yang menonjol penyebab kelongsoran lereng adalah jenis tanah yang memiliki kekuatan geser khususnya kohesi yang rendah, seperti: batuan lapuk, kerikil, pasir, dan lanau yang lepas (tidak padat), kemudian faktor-faktor lainnya yang turut memperbesar potensi kelongsoran lereng yaitu: lereng yang tinggi, teq'al, dan tidak ditumbuhi pepohonan yang kuat. Beberapa altematif solusi pencegahan kelongsoran lereng antara lain: pemeliharaan kondisi lereng yang sudah cukup kuat, penghijauan lereng yang berpotensi longsor karena tidak ditumbuhi pepohonan, dan konstruksi perkuatan bagi lereng yang memiliki potensi besar longsor karena jenis tanahnya yang tidak memiliki kekuatan geser yang cukup. Penerapan sistem manajemen pencegahan kelongsoran lereng pada dasamya menekankan mekanisme monitoring dan evaluasi dengan memberdayakan masyarakat di sekitar lereng agar lereng yang sudah cukup aman dapat dipelihara, sementara lereng yang tidak aman terhadap bahaya kelongsoran diperbaiki kondisinya dengan penghijauan dan/atau pembangunan konstruksi penahan tanah untuk perkuatan lereng.
SI,
Yr
191
Prosiding Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian
ini Hasil penelitian ini belum memberikan gambaran detail dan teliti berkaitan dengan masalah potensi kelongsoran lereng dan penanganannya mengingat kondisi Disadari bahwa hasil penelitian
lereng yang sangat bervariasi. Oleh karena itu, disarankan agar dilakukan penelitian yang lebih detail dan akurat dengan kajian yang lebih komprehensif sehingga pencegahan kelongsoran lereng ditangani secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA Craig, R.F. 1997. Soil Mecharu'cs. Sixth Edition. London: Chapman Das, Braja
& Hall.
M. 1994. Principles of Geotechnical Engineering. Boston: PWS Publishing Company.
Geo-slope. 2002. Slope/W (Jser's guide
for
Slope Stability Analyses. Version 5. Calgary, Alberta,
Canada: Geo-slope, International Ltd'
Himpunan
Ahli Teknik Tanah Indonesia / HATTI (2005) Workshop SertiJikasi (G-l).Vol.-l &2'
Jakarta.
Landslide Symposium Program
-
Bios and Abstracts (hI@/DOGAMI ruSGS/ASCE/AEG, Portland,
Oregon, 2007).
Lillesand, Thomas M. and Ralph W. Kiefer. 1987. Remote Sensing and Image Interpretation. Second Edition. New York: John Wiley & Sons.
National Landslide Hazards Mitigation Strategy, Framework for Loss Reduction (http:/AJSGS,, 20 February 2009).
SlopeStabilisationandLandslideManagement@,20February2009) Slope Stability
.@
Suradi, Muhammad
24 Novembet 2007)
. 2007. Evaluasi
Kestabilan Lereng Jalan Poros Swrgguninasa-Malino Laporan
Penelitian PHK-A2. Makassar : Politeknik Negeri Ujung Pandang'
yusuf, Hamzah dkk. 2006. Penmnfaatan
Sistem
Informasi Geografis untuk Rute Angkutan Kampus
Unhas- Kota Makassar. Jurnal INTENSIP Vol.2. Makassar.