PENGARUH IMPLEMENTASI BASEL II TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK DI INDONESIA I GUSTI BAGUS WIRA ARYAWAN Skripsi, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, 2009
ABSTRAK Basel II merupakan kerangka permodalan yang diterapkan melalui kombinasi optimal dari 3 aktivitas utama yaitu pelaksanaan pengawasan yang efektif, disiplin pasar yang konsisten serta operasional bank berdasarkan prinsip kehati-hatian. Implementasi Basel II difokuskan pada kesesuaian antara kecukupan modal bank dikaitkan dengan elemen-elemen risiko yang dihadapi dengan memberikan insentif bagi peningkatan kemampuan manajemen risiko. Hal ini diwakili oleh ketiga pilar yaitu minimum capital requirements, supervisory review process dan market discipline. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Implementasi Basel II Terhadap Kinerja Keuangan Bank di Indonesia”. Fokus pembahasan dalam penulisan ini adalah pada Roadmap Implementasi Basel II di Indonesia khususnya pilar 1 yaitu efektif perhitungan CAR yang dilaksanakan pada triwulan kedua (Juni) tahun 2008 (Q2-2008), di mana dalam mendukung penulisan ini, penulis menggunakan rasio CAR, LDR, dan NIM sebagai variabel penelitian. Data diambil dari laporan keuangan publikasi bank konvensional berdasarkan kepemilikan, sesuai dengan rating 120 bank di Indonesia (info bank) per Desember 2007-2008 per-triwulan. Periode yang diteliti adalah periode sebelum implementasi Basel II di Indonesia yang dimulai dari triwulan pertama sampai dengan triwulan keempat tahun 2007 (Q1, Q2, Q3, Q4) ditambah dengan triwulan pertama tahun 2008 (Q5) dan periode sesudah implementasi kebijakan Basel II di Indonesia yang dimulai dari triwulan kedua tahun 2008 (Q6) sampai dengan triwulan keempat tahun 2008 (Q7, Q8). Analisis data dengan menggunakan uji Uji Independent t-Test dan Uji Paired t-Test. Kata Kunci : Implementasi Basel II, Kinerja Keuangan Bank, Uji Independent t-Test, Uji Paired t-Test 1. PENDAHULUAN Bank merupakan lembaga yang berperan menjalankan fungsi intermediasi atas arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan, dampak yang ditimbulkan akan menjalar dengan cepat sehingga akan mempengaruhi keputusan
nasabah, investor ataupun pihakpihak lainnya untuk melakukan kegiatan bisnis dengan menggunakan jasa bank. Pada akhirnya, permasalahan yang pada awalnya hanya dialami oleh suatu bank jika tidak ditangani secara tepat - akan menciptakan dampak ikutan (contangion effect) baik
1
2. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Seiring dengan perkembangan sistem keuangan yang semakin dinamis dan kompleks, volume dan jenis-jenis risiko yang dihadapi bank juga mengalami peningkatan. Bank membutuhkan teknik-teknik baru dalam menghitung kebutuhan modal yang lebih sesuai dengan profil risiko mereka (risk sensitive capital). Mengantisipasi perkembangan tersebut, Basel Committe mengeluarkan dokumen “International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards a Revised Framework” pada bulan Juni 2004 sebagai kerangka permodalan baru yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Basel II. Rezim permodalan yang baru ini dibuat berdasarkan struktur dasar Accord 88 dengan memberikan penekanan pada perhitungan modal yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive capital allocation) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas implementasi manajemen risiko di bank. Basel II merupakan kerangka permodalan yang diterapkan melalui kombinasi optimal dari 3 aktivitas utama yaitu pelaksanaan pengawasan yang efektif, disiplin pasar yang konsisten serta operasional bank berdasarkan prinsip kehati-hatian. Implementasi Basel II difokuskan pada kesesuaian antara kecukupan modal bank dikaitkan dengan e le m e n - e l e m e n r i s i k o y a n g
of Capital Measurement and Capital Standards” pada bulan Juli 1988. Dokumen ini kemudian lebih dikenal dengan”Accord 88 . Meskipun disusun sebagai suatu standar yang telah mengadopsi berbagai praktek yang telah diterapkan di berbagai negara, pada kenyataannya Accord 88 masih memiliki beberapa kelemahan. Salah satu diantaranya yaitu kategorisasi risiko yang s an g at lu as se hi n g ga tid ak mencerminkan gradasi risiko yang sebenarnya. Hampir satu dekade kemudian barulah Basel Committee on Banking Supervision berinisiatif untuk merevisi Accord 88 dengan mengeluarkan penyempurnaan melalui Market Risk Amendments pada tahun 1996 yang bertujuan untuk menyesuaikan pengaturan permodalan dengan memasukkan unsur risiko pasar yang terkait dengan ekuitas, surat hutang, suku bunga dan risiko komoditas. Amandemen tersebut merupakan introduksi awal dari pengenalan internal model dalam perhitungan permodalan bank. secara domestik maupun internasional. Menyadari pentingnya pengaturan mengenai modal bank, pada tahun 1988, Bank for International Settlements (BIS) mengeluarkan dokumen yang berjudul ”International
2
dihadapi dengan memberikan insentif bagi peningkatan kemampuan manajemen risiko. Hal ini diwakili oleh ketiga pilar yaitu
minimum capital requirements , supervisory review process dan market discipline.
Gambar 1 Struktur Basel II
dikelompokkan ke dalam salah satu tier jika memenuhi kriteria tertentu. Penetapan kriteria tersebut b er t u j u a n u n t u k m e n j a mi n konsistensi perhitungan modal yang akan mendorong penyelarasan antar bank-bank yang ak ti f s ec ar a i n t er n a s io n a l. Penetapan proporsi dan peranan masing-masing kelompok modal secara ringkas dapat digambarkan
Permodalan menurut Dokumen Accord 1988 adalah komponen modal yang terdiri dari 3 tingkatan (tier) yaitu Tier 1, Tier 2, dan Tier 3 (khusus untuk risiko pasar). Sebuah instrumen permodalan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu tier jika memenuhi kriteria tertentu. Penetapan kriteria tersebut bertujuan untuk menjamin konsistensi perhitungan modal yang akan mendorong penyelarasan antar bank-bank yang aktif secara internasional. Sebuah instrumen permodalan dapat
3
sebagai berikut. Modal Tier 1 (modal inti) modal dalam kelompok ini terdiri dari istrumen yang memiliki kapasitas terbesar untuk menyerap kerugian yang terjadi setiap saat. Modal Tier 2 (modal pelengkap) kelompok ini terdiri dari campuran instrumen ekuitas secara umum dan modal hybrid/instrumen hutang. Total Tier 2 dibatasi hingga 100% dari Tier 1 dan terbagi menjadi dua kategori yaitu Tier 2 Utama (Upper Tier 2) yang dibatasi maksimal 100% dari modal Tier 1 dan Tier 2 Pendukung (Lower Tier 2) yang dibatasi maksimal 50% dari modal Tier 1. Modal Tier 3 (modal pelengkap tambahan) ditambahkan pada tahun 1996 dan hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan modal pada risiko pasar.
rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang s aham u ntuk menin gkatkan permodalan. Rasio CAR, LDR, dan NIM sebagai variabel penelitian, CAR (Capital Adequacy Ratio) rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbul dari aktivitas yang dilakukannya. Berdasarkan Accord 88, rasio permodalan minimum untuk industri perbankan ditetapkan sebesar 8%. LDR (Loan to Deposit Ratio) rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. NIM (Net Interest Margin) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain menyebutkan penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenk o mp on en s eb ag ai beri k ut . Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku, komposisi permodalan, tren ke depan atau proyeksi KPMM, aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank, kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan),
4
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis null yang diuji adalah (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR 1, CAR 2, LDR, dan NIM antara bank-bank konvensional berdasarkan kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008, (2) Tidak terdapat Penulis menjadikan bank konvensional berdasarkan kepemilikan, sesuai dengan rating 120 bank di Indonesia (info bank) per Desember 2007-2008 sebagai objek penelitian. Penulis menjadikan bank konvensional berdasarkan kepemilikan, sesuai d e n g a n r a t i n g 1 2 0 b an k d i Indonesia (info bank) per Desember 2007-2008 sebagai objek penelitian. Rasio CAR, LDR, dan NIM sebagai variabel penelitian diambil dari laporan keuangan publikasi bank konvensional berdasarkan kepemilikan, sesuai dengan rating 120 bank di Indonesia (info bank) per Desember 2007-2008 pertriwulan. Periode yang diteliti adalah periode sebelum implementasi Basel II di Indonesia yang dimulai dari triwulan pertama sampai dengan triwulan keempat tahun 2007 (Q1, Q2, Q3, Q4) ditambah dengan triwulan pertama tahun 2008 (Q5) dan periode sesudah implementasi kebijakan Basel II di Indonesia yang dimulai dari triwulan kedua tahun 2008
perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR1, CAR 2, LDR, d an N I M a n t ar a b a n k - b a n k konvensional berdasarkan kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) sebelum dan sesudah implementasi Basel II di Indonesia. 3. METODOLOGI (Q6) sampai dengan triwulan keempat tahun 2008 (Q7, Q8). Selain itu guna melengkapi data penulis memeroleh data dari Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id dan studi pustaka di perpustakaan Universitas Gunadarma. Variabel-variabel yang akan dianalisa dalam penulisan terdiri dari CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), dan NIM (Net Interest Margin). Variabel penelitian tersebut, dihitung dengan me ng gu na kan r u mus - r umu s berdasarkan (SE BI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005) sebagai berikut.
. (1)
(2)
5
waktu dalam rangka persiapan penerapan Basel II dalam bentuk Roadmap Implementasi Basel II di Perbankan Indonesia. Penyusunan Roadmap tersebut telah mempertimbangkan kondisi perbankan dewasa ini serta target realistis yang diperkirakan dapat dicapai. Secara umum, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan yang paling sederhana yaitu Standardised Approach untuk perhitungan risiko kredit dan Basic Indicator Approach untuk perhitungan risiko operasional. Apabila pemenuhan seluruh prakondisi dan persyaratan telah memadai, bank yang telah siap dapat beralih ke pendekatan yang lebih maju setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia. Seluruh pilar dalam Basel II diharapkan dapat diterapkan sepenuhnya pada tahun 2010.
(3) Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial untuk pengujian hipotesisnya yaitu Uji Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent Sample t-Test) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan ratarata antara dua kelompok sample yang tidak berhubungan. Uji Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent Sample t-Test) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sample yang tidak berhubungan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam dokumen Basel II dinyatakan bahwa masing-masing otoritas pengawas perlu mempertimbangkan aspek prioritas dan kepentingan perekonomian mereka sebelum mengadopsi Basel II. Dalam konteks Indonesia, implementasi Basel II dapat dijadikan momen tu m u ntuk meningkatkan aspek manajemen risiko agar bank dapat mengelola bisnisnya secara sehat dan aman. Untuk menerapkan Basel II di Indonesia maka perlu disusun langkah-langkah persiapan yang terorganisir dan terjadwal dengan baik sehingga dapat dijadikan acuan dalam menilai progres persiapannya. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia telah menyusun serangkaian kegiatan dan target
6
Tabel 1 RoadMap Implementasi Basel II
7
Tabel 2 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Pemerintah
8
Tabel 3 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Swasta Nasional Non-Devisa
9
Tabel 4 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Swasta Nasional Devisa
10
Tabel 5 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Pembangunan Daerah
11
Tabel 6 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Asing
12
Tabel 7 Data Rasio CAR, LDR, dan NIM Bank Campuran
13
Keterangan: (.) CAR 1 adalah Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang tersedia untuk Risiko Kredit. (.) CAR 2 adalah Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang tersedia Risiko Pasar. persaingan antar bank akibat Pembahasan Rumusan Masalah perbedaan kemampuan dan Bagaimana gambaran umum kesiapan bank menerapkan dan implementasi Basel II di mengembangkan manajemen risiko Indonesia? beserta infrastrukturnya. Fokus implementasi Basel II Pendekatan yang standar pada di Indonesia adalah pengembangan Basel II akan dapat diterapkan bagi dan peningkatan kualitas seluruh bank di Indonesia. manajemen risiko oleh perbankan Dari hasil uji Independent nasional sesuai dengan Peraturan Sample t-Test dapat disimpulkan Bank Indonesia (PBI) No. bahwa bank yang memiliki 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 perbedaan yang signifikan terbesar tentang Penerapan Manajemen pada periode tahun 2007-2008 Risiko Bagi Bank Umum. Upaya (periode sebelum dan sesudah ini tentu tidak memilah antara bank implementasi Basel II di besar dan bank kecil karena Indonesia) untuk CAR 1 adalah budaya manajemen resiko tentu bank asing dengan bank berlaku sebagai patron umum. pembangunan daerah, bank Berdasarkan hasil survei campuran dengan bank perbankan juga menghendaki agar pembangunan daerah, bank Basel II dapat diterapkan kepada pembangunan daerah dengan bank seluruh bank untuk mengurangi asing, dan bank pembangunan dampak negatif terhadap tingkat
14
daerah dengan bank campuran. untuk CAR 2 adalah bank pemerintah dengan bank pembangunan daerah, untuk LDR adalah bank swasta nasional devisa dan bank campuran, untuk NIM adalah bank asing dengan bank swasta nasional non-devisa. Bagaimana pengaruh implementasi Basel II terhadap k in erja k eu an gan b ank di Indonesia? Basel II adalah merupakan suatu kebijakan di bidang perbankan. Sesuai dengan pengertian kebijakan (policy) dalam Kamus Akuntansi karangan Sujana Ismaya, S.E., Kebijakan adalah sikap pelaksanaan suatu pernyataan citacita, tujuan, prinsip, atau suatu maksud yang dianggap sebagai garis pedoman bertindak dalam usaha mencapai sasaran dengan jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan. Pada kedua uji tersebut, didapatkan hasil uji yang bervariasi. Ada yang menyatakan H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR 1, CAR 2, LDR, dan NIM antara bank-bank konvensional berdasarkan kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 (periode sebelum dan sesudah implementsi Basel II di Indonesia) dan ada yang menyatakan H0 ditolak yang berarti
Ha diterima. Hal ini sesuai dengan pengertian kebijakan (policy) dalam Kamus Akuntansi karangan Sujana Ismaya, S.E. Ha diterima berarti terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR 1, CAR 2, LDR, dan NIM antara bank bankbank konvensional berdasarkan kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 (periode sebelum dan sesudah implementsi Basel II di Indonesia). Untuk pernyataan H0 ditolak yang berarti Ha diterima terdapat dua pernyataan H0 ditolak secara pasti dan secara nyata (secara signifikan). H 0 ditolak secara pasti dapat diberikan untuk Sig. (2-tailed) 0,000 < P value 0,05. Probabilitas (P value) adalah peluang munculnya kejadian. Besarnya peluang melakukan kesalahan disebut taraf signifikansi (tingkat signifikansi), jadi taraf signifikansi bisa dinyatakan dengan probabilitas (nilainya sama) Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS cetakan 1. Mediakom: Yogyakarta. Jika nilai Sig. 2-tailed yang didapatkan adalah 0,000 sudah terlihat jelaslah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR 1, CAR 2, LDR, dan NIM antara bank-bank berdasarkan kelompok (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing,
15
dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 (periode sebelum dan sesudah implementsi Basel II di Indonesia) akan tetapi nilai ratarata tersebut tidak dapat digunakan u nt u k m eli h a t k o n d i si d ar i keadaaan yang sesungguhnya terjadi dan sejauh mana perbedaannya tidak dapat dilihat karena dianggap tidak ada nilainya. H0 ditolak secara nyata dapat diberikan untuk 0,000 < Sig. (2tailed) < P value 0,05. Untuk kondisi ini, nilai rata-rata variabel penelitian dapat digunakan untuk melihat kondisi dari keadaaan yang sesungguhnya terjadi dan sejauh mana perbedaannya dapat dilihat. (Budi Hermana, Dr., Ir., MM) Uji Independent Sample tTest untuk indikator CAR, hasil uji yang menunjukkan H0 diterima berarti tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata CAR antara bank-bank berdasarkan kelompok (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 disebabkan oleh data-data rasio keuangan bank yang menjadi sample tersebut rata-rata telah memenuhi ketentuan standar rasio yang telah ditentukan oleh BI sesuai dengan PBI No.6/10/PBI 2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan Standar Minimum CAR ≥ 8%. Bank-bank yang memiliki CAR yang memenuhi syarat memungkinkan bank tersebut
menyalurkan dananya ke alternatif aktiva yang beresiko rendah. Sedangkan untuk H0 ditolak secara nyata data-data rasio keuangan bank yang menjadi sample tersebut rata-rata belum memenuhi ketentuan standar rasio yang telah ditentukan oleh BI sesuai dengan PBI No.6/10/PBI 2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan Standar Minimum CAR ≥ 8%, maksimum LDR = 50%, dan minimum NIM 6% akan tetapi, masih ada nilainya yang dapat menunjukkan kondisi dari keadaaan yang sesungguhnya terjadi (dilihat dari mean). Bankbank yang mengalami masalah dalam rasio CAR agar tetap dapat memastikan bahwa bank-bank tersebut dapat menyerap kerugian yang timbul dari aktivitas yang dilakukannya maka harus memiliki modal yang mencukupi karena modal merupakan sumber daya yang sangat mahal sehingga bank harus mengelolanya se-efisien dan se-efektif mungkin. Untuk indikator LDR, hasil uji yang menunjukkan H0 diterima berarti tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata LDR antara bank-bank berdasarkan kelompok (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 disebabkan oleh data-data rasio keuangan bank yang menjadi
16
sample tersebut rata-rata telah memenuhi ketentuan standar rasio yang telah ditentukan oleh BI sesuai dengan PBI No.6/10/PBI 2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan Standar Maksimum LDR 50%. Kinerja LDR tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara bank-bank berdasarkan kelompok (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) sebelum dan sesudah implementasi Basel II di Indonesia karena masing-masing bank sudah memenuhi kriteriakriteria pada debiturnya sehingga jumlah kredit macet dapat ditekan dan bank juga sudah lebih aktif dalam menyalurkan dana yang diterima dari pihak ketiga ke sektor riil (konsumsi, invsetasi, ekspor, d an i mp o r ) s eh i n g g a d ap a t meminimalkan dana menganggur yang ada di bank dan bank tidak perlu terlalu terbebani pembayaran bunga dana pihak ketiga. Sedangkan untuk H0 ditolak secara nyata, bank-bank yang mengalami masalah dalam rasio LDR berarti memiliki rasio LDR yang tinggi karena semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Bank-bank yang mengalami masalah dalam rasio LDR agar tetap likuid maka bank harus mampu memilih dan
men ana mk an da na ny a p ad a earning assets yang produktif dengan demikian bank akan dapat memperoleh pendapatan bunga, capital gain, fee income yang dapat dipakai untuk membayar biaya bunga kepada deposannya serta membayar kembali pokok kewajibannya sekaligus jatuh tempo. Untuk indikator NIM, hasil uji yang menunjukkan H0 diterima berarti tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata NIM antara bank-bank berdasarkan kelompok (bank pemerintah, bank swasta nasional non-devisa, bank swasta nasional devisa, bank pembangunan daerah, bank asing, dan bank campuran) periode tahun 2007-2008 disebabkan oleh datadata rasio keuangan bank yang menjadi sample tersebut rata-rata telah memenuhi ketentuan standar rasio yang telah ditentukan oleh BI sesuai dengan PBI No.6/10/PBI 2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan Standar Minimum NIM 6%. Rasio NIM yang cukup tinggi dan bernilai positif dapat dikatakan bahwa bank tersebut cukup efisien dalam memperoleh pendapatan bunga bersih. Sedangkan untuk H0 ditolak secara nyata, bank-bank yang mengalami masalah dalam r asio NI M ag ar t et ap da pat memiliki sifat rentabilitas yang baik harus memiliki rasio NIM yang cukup tinggi dan bernilai positif dengan cara meningkatkan kegiatan untuk memperoleh
17
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank. Pada uji Paired Sample tTest, terlihat bahwa sumbangan implementasi Basel II terbesar terhadap perubahan CAR 1 adalah Pair 3 (CAR 1 1 (sebelum)-CAR 1 8 (sesudah)) P value (0,015 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata, terhadap perubahan CAR 2 adalah Pair 9 (CAR 2 3 (sebelum)-CAR 2 8 (sesudah)) P value (0,042 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata, terhadap perubahan LDR adalah Pair 1 (LDR 1 (sebelum)-LDR 6 (sesudah)) P value (0,001 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata. Pair 8 ( LDR 3 (s ebelum) -LDR 7 (sesudah)) P value (0,002 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata, dan terhadap perubahan NIM adalah Pair 9 (NIM 3 (sebelum)-NIM 8 (sesudah)) P value (0.001 < 0.05) maka H0 ditolak secara nyata.
pembangunan daerah, untuk LDR adalah bank swasta nasional devisa dan bank campuran, untuk NIM adalah bank asing dengan bank swasta nasional non-devisa. Sementara itu Pada uji Paired Sample t-Test, terlihat bahwa sumbangan implementasi Basel II terbesar terhadap perubahan CAR 1 adalah P air 3 (CAR 1 1 (sebelum)-CAR 1 8 (sesudah)) P value (0,015 < 0,05) maka H 0 ditolak secara nyata, terhadap perubahan CAR 2 adalah Pair 9 (CAR 2 3 (sebelum)-CAR 2 8 (sesudah)) P value (0,042 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata, terhadap perubahan LDR adalah Pair 1 (LDR 1 (sebelum)-LDR 6 (sesudah)) P value (0,001 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata. Pair 8 (LDR 3 (sebelum)-LDR 7 (sesudah)) P value (0,002 < 0,05) maka H0 ditolak secara nyata, dan terhadap perubahan NIM adalah Pair 9 (NIM 3 (sebelum)-NIM 8 (sesudah)) P value (0.001 < 0.05) maka H 0 ditolak secara nyata. Dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi Basel II di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan di Indonesia. Untuk itu, implementasi Basel II harus diusahakan seoptimal mungkin, agar tercipta kinerja keuangan bank di Indonesia yang sehat, b aik, d an dapat membantu menyokong perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil uji Independent Sample t-Test dapat disimpulkan b a h w a b an k y an g m em i l i k i perbedaan yang signifikan terbesar pada periode tahun 2007-2008 (periode sebelum dan sesudah implementasi Basel II di Indonesia) untuk CAR 1 adalah bank asing dengan bank pembangunan daerah, bank campuran dengan bank p e mb an g u n a n d ae r a h , b an k pembangunan daerah dengan bank asing, dan bank pembangunan daerah dengan bank campuran. untuk CAR 2 adalah bank pemerintah dengan bank
18
Keterbatasan Penelitian Perhitungan data rasio CAR, LDR, dan NIM sebagai variabel penelitian yang dihitung oleh penulis berdasarkan rumus dari teori yang ada ternyata memiliki sedikit perbedaan dengan rumus perhitungan yang lebih spesifik lagi dari penjabaran ketentuan yang digunakan, hal ini menyebabkan bahwa perhitungan rasio keuangan tidak mendapatkan hasil yang terbaik.
Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta. (5) Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Implementasi Basel II di Indonesia. (6) Ismaya, Sujana. 2005. Kamus Akuntansi. Pustaka Grafika. Bandung. (7) Kasmir, 2003, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. (8) Kountur Ronny. Hal 177. 2005. Statistik Praktis Pengolahan Data untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, Seri Umum No.9. LPPM: Jakarta. (9) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tan g g al 24 A pr il 20 04 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. (10) Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS cetakan 1. Mediakom: Yogyakarta. (11) Poh an, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. 2008. Seberapa Jauh Kebijakan Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. (12) Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat: Jakarta. (13) Walpole, Ronald E. hal 23 Pengantar Statistika
Saran untuk Penelitian Lanjutan P en e l i t i a n s e l a n j u t n y a diharapkan dapat melengkapi kekurangan-kekurangan atas keter batas an yang ad a pada penelitian kali ini. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendekati kondisi kinerja perbankan yang sesungguhnya perlu dilakukan penelitian hingga Roadmap Implementasi Basel II di Indonesia telah dilalui sepenuhnya. 6. DAFTAR PUSTAKA (1) Boediono dan Wayan Koster. hal 56. 2001. Statistika dan Probabilitas Edisi ke-1. Remaja Rosdakarya: Bandung. (2) Dajan, Anto. hal 252. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES: Jakarta. (3) Departemen Keuangan. 1990. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 729 Tahun 1990 tentang Perbankan. (4) Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan.
19
Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. (14) www.bi.go.id (15) www.google.com
20