PENGARUH LEVERAGE, CAPITAL EXPENDITURE, DAN WORKING CAPITAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS DENGAN PARTICIPATORY BUDGETING SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro
Disusun oleh: MOHD. NAJIBULLAH BANGUN NIM C2A009003
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
i
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: MOHD. NAJIBULLAH BANGUN
Nomor Induk Mahasiswa : C2A009003 Fakultas/Jurusan
: Ekonomika dan Bisnis
Judul Skripsi
: Pengaruh Leverage, Capital Expenditure, dan Working Capital terhadap Tingkat Profitabilitas dengan Participatory Budgeting sebagai Variabel Moderating
Dosen Pembimbing
: Erman Denny Arifianto, SE., MM.
Semarang, 16 Desember 2013 Dosen Pembimbing,
NIP. 197612052003121001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun
: MOHD. NAJIBULLAH BANGUN
Nomor Induk Mahasiswa : C2A009003 Fakultas/Jurusan
: Ekonomika dan Bisnis
Judul Skripsi
: PENGARUH
LEVERAGE,
CAPITAL
EXPENDITURE, DAN WORKING CAPITAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS DENGAN PARTICIPATORY BUDGETING SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal ................................................. 2013 Tim Penguji
1. Erman Denny Arifianto, SE., MM.
( ......................................... )
2. Drs. Prasetiono M.Si
( ......................................... )
3. Dra. Endang Tri Widyarti, MM.
( ......................................... )
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Mohd. Najibullah Bangun, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “PENGARUH LEVERAGE, CAPITAL EXPENDITURE, DAN WORKING CAPITAL TERHADAP TINGKAT
PROFITABILITAS
DENGAN
PARTICIPATORY
BUDGETING SEBAGAI VARIABEL MODERATING”, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 16 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,
Mohd. Najibullah Bangun NIM: C2A009003
iv
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari participatory budgeting terhadap profitabilitas, dan participatory budgeting dalam memediasi leverage, capital expenditure, dan working capital terhadap profitabilitas.. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pertimbangan dan peningkatan profitabilitas perusahaan di masa mendatang dalam rangka pengambilan ke kebijakan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel dari laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV dalam kurun waktu 4 tahun 2009-2012. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda dan dengan uji Sobel dengan mencari pengaruh-pengaruh dari tiap variabelnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa capital expenditure, leverage memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas, dan working capital tidak memilikipengauh positif terhadap profitabilitas. Participatory budgeting tidak dapat memediasi leverage, capital expenditure, dan working capital terhadap profitabilitas. Saran yang dapat penyusun berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah dalam rangka penelitian lanjutan yang serupa disarankan untuk mengamati variabel moderat lainnya yang digunakan untuk memediasi antara variabel dependen dengan variabel independen, dengan pemilihan sampel yang seharusnya hanya diambil oleh beberapa jenis perusahaan yang dalam jumlah banyak dari perusahaan yang serupa dengan memperbaiki kelemahan dari penelitian sebelumnya.
Kata kunci: participatory budgeting, leverage, capital expenditure, working capital, profitabilitas.
v
ABSTRACT
The purpose of the research is to examine the effect of participatory budgeting towards profitability;and participatory budgeting in mediating leverage, capital expenditure and working capital towards profitability. The research is expected to be considered and improve company’s profitability in deciding the future company’s policy. This research used samples from a four years-financial report of PT. Perkebunan Nusantara IV, in 2009-2012. The analysis of this research used linear regression and Sobel-test by looking for every variable’s effect. The result of this research shows that capital expenditure, leverage has positive effect to wards profitability, and working capital has no positive effect towards profitability. Participatory budgeting can not mediate leverage, capital expenditure, and working capital towards profitability. Related to the result of this research, the researcher suggests to observe another moderate variable which is used to observe another moderate variable used to mediate dependent and independent variable, by choosing samples that ought to take from some companies in great quantities only, from the similar company by improving the weakness of previous research. Keywords: participatory budgeting, leverage, capital expenditure, working capital, profitability.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “Salam cinta salam perjuangan, atas nama cinta kita berjuang. Hidup mahasiswa hidup rakyat Indonesia.” (Mohd. Najibullah Bangun, 2013)
“Bersama menyatukan hati, menyuarakan aspirasi, memberikan solusi. Untuk Undip dan Indonesia kita mengabdi.” (BEM KM Undip, 2013)
Persembahan: “Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua yang selama ini selalu memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, nasehat, ketulusan dan do’a yang tidak pernah putus.”
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Leverage, Capital Expenditure, dan Working Capital terhadap Tingkat Profitabilitas dengan Participatory Budgeting sebagai Variabel Moderating” Skripsi yang kami susun merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Tingkat Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Dalam menyelesaikan Skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Dr. Suharmono, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Erman Denny Arifianto, SE., MM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi Universitas Diponegoro. PT. Perkebunan Nusantara IV selaku objek penelitian Skripsi kami. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan kami, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya serta dukungan moral, spiritual dan finansial selama ini. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh mahasiswa angkatan 2009 yang telah banyak membantu dan memberi semangat kepada kami. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kami baik secara langsung maupun tidak dalam menyelesaikan skripsi ini. Kabinet BEM KM Undip 2013 yang telah berjuang bersama-sama.
Kami menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kemajuan skripsi berikutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Manajemen di Jurusan Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro. Semarang, 16 Desember 2013 Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .................................. iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................... iv PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... v ABSTRAK .................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 12 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 13 1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka. ........................................................................ 17 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 35 2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 38 2.7 Hipotesis ...................................................................................... 38 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional .......................... 42 3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 46 3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 46
ix
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 46 3.5 Metode Analisis ......................................................................... 47 BAB IV : DATA DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ..................................................... 55 4.2 Statistik Deskriptif .................................................................... 56 4.3 Analisis Inferensial ................................................................... 57 4.4 Pembahasan............................................................................... 79 BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................... 83 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 84 5.3 Saran ......................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. xv
x
DAFTAR TABEL 1. Tabel 2.1Hasil Penelitian Terdahulu ........................................... 37 2. Tabel 4.1 Perhitungan Nilai Mean, dan Standar Deviation ........ 57 3. Tabel 4.2 Hasil Uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov ..................................................................................................... 59 4. Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas………………………………. 60 5. Tabel 4.4 Uji autokorelasi……………………………………. 61 6. Tabel 4.5 Uji Heterokedasitas dengan uji Glejser ....................... 63 7. Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Bertahap variabel dependen terhadap Moderat ........................................................ 64 8. Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Bertahap variabel dependen terhadap independent .................................................. 67 9. Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Bertahap variabel moderat terhadap independent .................................................... 69 10. Tabel 4.9 Output Koefisien Determinasi variabel X (dependen) terhadap variabel M (modiator) .................................................. 70 11. Tabel 4.10 Output Koefisien Determinasi variabel X (dependen) terhadap variabel Y (independen) ............................................... 71 12. Tabel 4.11 Output Koefisien Determinasi variabel M (Mediator) terhadap variabel Y (independen) ............................................... 72 13. Tabel 4.12 Deskriptif Statistic dan Corelasi Pearson................. 73 14. Tabel 4.13 Direc and TotalEffects .............................................. 73 15. Tabel 4.14 Indirect Effect And Significance Using Normal distribution ..................................................................................................... 73 16. Tabel 4.15 Bootstrap Results For Indirect Effect ....................... 73 17. Tabel 4.16 Deskriptif Statistic dan Corelasi Pearson................. 75 18. Tabel 4.17 Direc and TotalEffects .............................................. 75 19. Tabel 4.18 Indirect Effect And Significance Using Normal distribution ..................................................................................................... 75 20. Tabel 4.19 Bootstrap Results For Indirect Effect ....................... 75 21. Tabel 4.20 Deskriptif Statistic dan Corelasi Pearson................. 77 xi
22. Tabel 4.21 Direc and TotalEffects .............................................. 77 23. Tabel 4.22 Indirect Effect And Significance Using Normal distribution ..................................................................................................... 77 24. Tabel 4.23Bootstrap Results For Indirect Effect ........................ 77
xii
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 4.1 Grafik Normal Plot ............................................................. 58 2. Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................. 63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1Kuesioner ........................................................................ 86 2. Lampiran 2Data Pengisian Kuesioner ............................................... 90 3. Lampiran 3Laporan Keuangan Perusahaan ...................................... 92 4. Lampiran 4Analisis Data................................................................... 94
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya perusahaan baik berskala besar maupun kecil menggunakan anggaran sebagai salah satu langkah awal dalam melaksanakan aktivitas bisnis. Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan dan pengendalian, tetapi juga sebagai alat koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Hansen dan Mowen, 2000). Menurut Mulyadi (1993), anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang dan ditetapkan dalam proses penyusunan program. Sedangkan menurut Gomes (1995), anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas
program
dengan
sumber-sumber
pendapatan
yang
diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Supriyono (1990) penganggaran merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang. Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk
1
2
membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Anggaran menjadi suatu hal yang paling penting untuk dibahas dalam sebuah perusahaan baik bagi perusahaan berskala besar maupun kecil. Oleh karena itu menjadi penting bagi perusahaan untuk menentukan dan memilih motode yang terbaik agar tercapai effesiensi anggaran. Proses penyusunan anggaran juga akan berpengaruh terhadap effesiensi perusahaan yang kemudian juga akan berdampak pada tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Efisiensi merupakan perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Untuk melihat pengaruh penyusunan anggaran terhadap effesinsi dan tingkat profitabilitas, perusahaan perkebunan sawit, teh, karet, dan tebu dapat menjadi studi kasusnya. Pemilihan perusahaan perkebunan sawit, teh, karet, dan tebu sebagai studi kasusnya dikarenakan perkebunan sawit, teh, karet, dan tebu memiliki potensi yang begitu besar. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada saat ini menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia. Kelapa sawit adalah berkah bagi bangsa Indonesia, karena bertahun-tahun kelapa sawit mampu memainkan
3
peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan devisa. Perannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 total devisa yang dihasilkan dari industri ini mencapai sekitar US $ 5 miliar. Sedangkan komoditas teh Indonesia merupakan negara produsen teh curah pada urutan ke lima di dunia setelah India, Cina, Sri Lanka, dan Kenya. Pada tahun 2002 total produksi teh Indonesia mencapai 172.790 ton atau 5,7 persen dari total produksi teh dunia yang mencapai 3.062.632 ton (International Tea Committee/ITC, 2003). Sebagian besar produksi teh Indonesia (65%) ditujukan untuk pasar ekspor. Volume ekspor teh Indonesia sebagian besar (94%) masih dalam bentuk teh curah. Selain sebagai produsen, Indonesia juga merupakan negara eksportir teh curah pada urutan kelima di dunia dari segi volume setelah Sri Lanka, Kenya, Cina, dan India. Perkembangan ekspor teh Indonesia terus menurun selama sembilan tahun terakhir, yaitu dari jumlah 123.900 ton pada tahun 1993 menjadi hanya 100.200 ton pada tahun 2002, atau rata-rata menurun sebesar 2,1 persen per tahun. Keadaan tersebut menyebabkan pangsa volume ekspor teh curah Indonesia di pasar dunia menurun dari 10,8 persen pada tahun 1993 menjadi hanya tujuh persen pada tahun 2002. Beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia, telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasarpasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia atau telah diambil alih
4
tersebut adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Moroko, dan Australia (ITC, 2003). Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan dan 35% pada lahan sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan usahatani tebu pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Kedepan Pemerintah juga telah mecanangkan rencana pengembangan ke provinsi lain yang cocok dan sesuai berdasarkan agroklimat dengan membuka peluang investasi pembangunan industri gula berbasis tebu yang terintegarasi di beberapa provinsi seperti Provinsi Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat. Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan telah berswasembada gula baik gula untuk konsumsi langsung maupun gula rafinasi untuk keperluan industri. Peneliti dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Aris Toharisman mengatakan, ketergantungan terhadap gula impor masih cukup besar yakni lebih dari 2,5 juta ton per tahun. Jika komoditas tebu
5
bisa menarik perhatian dan minat para petani untuk senantiasa dan setia menanam tebu, maka akan produksi dan mutu dapat dipacu. PTPN X selaku perusahaan perkebunan dengan core business gula terus melakukan terobosanterobosan baik di bidang on farm maupun di off farm. Karet merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur di daerah tropis dengan curah hujan yang cukup. Menurut asal-usulnya, tanaman KARET berasal dari Brasil dan kemudian berkembang di seluruh dunia. Namun saat ini penghasil utama karet berada di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia. Sejak pembangunan perkebunan di Indonesia dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda, karet telah dijadikan sebagai komoditas unggulan bersama tebu, kopi, teh, tembakau, kina, kapas dan rempahrempahan.
Demikian
halnya
setelah
perkebunan-perkebunan
Belanda
dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia, karet tetap menjadi salah satu komoditas primadona perkebunan. Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Menurut International Rubber Study Group (IRSG), konsumsi karet alam dunia selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Pada tahun 2004 konsumsi karet alam dunia mencapai 8,23 juta ton sedangkan produksi dunia sekitar 8,475 juta ton per tahun. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2000,
6
dimana konsumsi dunia sebanyak 7,31 juta ton dengan produksi sebanyak 6,74 juta ton. Antara konsumsi dan produksi karet dunia semakin menunjukkan adanya defisit produksi, sehingga menjadi potensi bagi Indonesia untuk pengembangan budidaya karet di masa yang akan datang. Sebagai salah satu negara penghasil karet terbesar, Indonesia memiliki peran yang besar dalam percaturan karet dunia. Bahkan Indonesia merupakan anggota konsorsium karet internasional IRCO yang turut berperan sebagai pengendali harga karet alam dunia. Selain Indonesia, anggota IRCO lainnya adalah Malaysia dan Thailand yang juga merupakan produsen utama karet alam. Selanjutnya IRCO juga berusaha menggaet Vietnam untuk memperkuat peranan IRCO dalam mengendalikan harga karet dunia. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran adalah Participatory Budgeting, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran. Dengan adanya partisipasi karyawan dalam menyusun anggaran, hal ini dapat membuat karyawan untuk lebih disiplin. Keterlibatan mereka dalam penyusunan anggaran secara tidak langsung memberikan tanggung jawab bagi mereka
untuk
mengaplikasikan
anggaran
yang
telah
disusun
dan
merealisasikannya dalam tataran praktek. Hal ini juga memicu karyawan untuk mencapai sasaran dan target yang ingin di capai perusahan karena karyawan merasa apa yang menjadi sasaran dan target itu adalah target bersama. Secara teoritis, dengan adanya kedisiplinan dari karyawan untuk
7
merealisasikan penggunaan anggaran yang telah disusun bersama oleh karyawan dan direksi akan memicu terciptanya efesiensi dalam perusahaan tersebut. Kemudian adanya efesiensi pada perushaan ini akan meningkatkat profitabilitas dari perusahaan tersebut. Aset terbesar dalam perusahaan salah satunya adalah karyawan. Keberadaan karyawan merupakan salah satu investasi terbesar dalam suatu perusahaan yang merupakan suatu modal kerja awal dalam pengoperasian sebuah perusahaan. Karyawan yang bertindak sebagai pengendali jumlah modal kerja yang lain (dana) memiliki fungsi mengatur manajemen modal kerja yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Tujuan pengelolaan manajemen modal kerja yang dilakukan karyawan ini adalah untuk mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Dengan sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian investasi marjinal
adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar, dan pengawasan terhadap arus dana dalam
aktiva
lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang,
sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.
8
Karyawan dalam suatu perusahaan memiliki peran bermacam-macam sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu tugas karyawan akuntan adalah mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan yang bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan yang kemudian disebut dengan analisa finansial (ratio). Salah satu tujuan dari analisis financial ini adalah untuk mengetahui kesehatan ekonomi suatu perusahaan. Dari adanya analisa financial ini nanti akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan keuangan yang menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angka-angka dalam laporan keuangan dan trend angka-angka dalam beberapa periode. Analisis laporan keuangan ini dilakukan dengan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu (mengevaluasi) untuk memperkirakan bagaimana kinerja perusahaan tersebut yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sehingga dari situ suatu perusahaan dapat mengambil kebijakan yang akan diterapkan untuk masa yang akan datang. Analisa rasio keuangan ini, setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat
pertanyaan
tentang
bagaimana
likuiditas
perusahaan,
apakah
manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva, bagaimana perusahaan didanai, dan apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup. Untuk mengetahui atau menjawab bagaimana perusahaan didanai dan apakah pemegang saham bisa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup, maka analisa yang akan digunakan adalah rasio solvabilitas atau disebut juga ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari
9
kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Untuk jalannya kontinuitas perusahaan, karyawan harus bisa menetukan besarnya anggaran opersional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Penentuan anggaran ini digunakan untuk mengetahui laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan. Untuk mengetahui besarnya keuntungan perusahaan, seorang karyawan harus bisa membaca dan mentukan rasio rentabilitas. Rasio ini disebut juga sebagai ratio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
atau
keuntungan,
profitabilitas
suatu
perusahaan
mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Kekayaan alam Indonesia yang begitu subur ini mampu untuk dimanfaatkan penduduk setempat sebagai mata pencaharian dan modal usaha yang paling utama. Salah satunya adalah wilayah yang dijadikan lahan perkebunan. Lahan perkebunan sawit yang begitu luas di Indonesia harusnya dapat menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi APBN dan menjadi sumber pendapatan negara yang utama. Hal ini dapat terealisasikan jika pengelolaan perkebunan sawit ini dapat dilakukan secara efesien. Dengan adanya efesiensi dalam pengelolaan perkebunan sawit maka hal ini akan meningkatkan profitabilitas dari perkebunan ini. Untuk perkebunan milik
10
Negara (PTPN) maka jelas ini akan menjadi pemasukan buat negara, sedangkan untuk perkebunan milik swasta (PTPS) pemerintah tetap mendapatkan pendapatan Negara melalui pajak penghasilan. Kemudian dalam konteks yang lebih kecil dengan adanya efesiensi pada perusahaan, maka hal ini tentunya dapat meningkatkatkan profitabilitas. Meningkatnya profitabilitas inipun tentunya akan meningkatkan value dari perusahaaan perkebunan sawit, tebu, karet, dan teh. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memperbaiki pengelolaan perusahaan dan salah satu metode yang dapat digunakan adalah melalui participatory budgeting. Saat ini luasnya lahan perkebunan sawit, teh, tebu dan karet masih belum berbanding dengan tingkat produktifitas dari perkebunan itu sendiri. Bahkan pada tahun 2004 jumlah produksi dan keuntungan keseluruhan perkebunan sawit, the, tebu dan karet yang ada di Indonesia masih lebih kecil dibanding dengan Malaysia. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang mengagetkan karena luas perkebunan sawit, the, tebu dan karet di Indonesia jauh lebih luas dibanding dengan Malaysia. Hal serupa ini dapat terjadi tentu tidak lepas dari tidak efesiennya pengelolaan lahan perkebunan sawit, the, tebu dan karet di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Al Azhar L, dkk (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah (komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating) studi empiris pada kabupaten Kuantan Singgigi.
11
Hasil penelitiannya menujukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan variabel komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh
negative,
tidak
berhasil
dalam
memoderasi
partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemda. Penelitian yang dilakukan oleh Sarjito (2007) dengan judul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah: budaya dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating, menunjukkan hasil pertama dari penelitian ini bahwa adanya pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan hasil tes kedua menunjukkan bahwa budaya organisasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dalam memoderasi penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2009) dengan judul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah dengan keadilan distributif, keadilan prosedural, dan goal commitment sebagai variabel moderating. Memberikan hasil penelitian bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah daerah. Beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh mereka berbeda dari waktu ke waktu, sehingga pada penelitian ini akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh leverage, capital
12
expenditure, dan working capital terhadap tingkat profitabilitas dengan participatory budgeting sebagai variabel moderating.
1.2 Rumusan Masalah Dari adanya kesenjangan fenomena dan penelitian terdahulu seperti yang telah dijelaskan pada paragraf diatas yaitu, partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD, dan kejelasan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD yaitu tentang. Adanya pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, dan
komitmen organisasi tidak dapat memperkuat
hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Serta tidak ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah daerah. Sedangkan pada kenyataannya faktor yang dapat memperkuat antara keputusan-keputusan dalam laporan keuangan untuk mencapai profitabilitas perusahaan adalah efisiensi dari leverage, capital expenditure, working capital. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
participatory
budgeting
berpengaruh
terhadap
tingkat
profitabilitas perusahaan kelapa sawit, teh, tebu dan karet? 2. Bagaimana pendanaan
participatory (leverage)
budgeting
dalam
berpengaruh
hubungannya
diperusahaan kelapa sawit, teh, tebu dan karet?
terhadap
dengan
tingkat
profitabilitas
13
3. Bagaimana participatory budgeting berpengaruh terhadap tingkat investasi (capital
expenditure)
dalam
hubungannya
dengan
profitabilitas
diperusahaan kelapa sawit, teh, tebu dan karet? 4. Bagaimana
participatory
budgeting
berpengaruh
terhadap
tingkat
anggaran operasional (working capital) dalam hubungannya dengan profitabilitas diperusahaan kelapa sawit, teh, tebu dan karet? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ada rumusan permasalahan diatas yang berasal dari ketidak sinkronan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2009), yaitu: 1. Untuk menguji dan memberi bukti empiris tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap tingkat profitabilitas perusahaan perkebunan kelapa sawit, teh, tebu dan karet. 2. Untuk menguji dan memberi bukti empiris tentang apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran memperkuat atau memperlemah tingkat pendanaan (leverage)
dalam hubungannya dengan profitabilitas
perusahaan perkebunan kelapa sawit, sawit, teh, tebu dan karet. 3. Untuk menguji dan memberi bukti empiris tentang apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran memperkuat atau memperlemah tingkat investasi
(capital
expenditure)
dalam
hubungannya
dengan
14
profitabilitas perusahaan perkebunan kelapa sawit, sawit, teh, tebu dan karet 4. Untuk menguji dan memberi bukti empiris tentang apakah partisipasi dalam
penyusunan
anggaran
memperkuat
atau
memperlemah
operasional (working capital) dalam hubunganya dengan profitabilitas perusahaan perkebunan kelapa sawit, sawit, teh, tebu dan karet.
1.3.2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
serta
pengetahuan
mengenai
pengaruh
partisipasi
penyusunan anggaran terhadap tingkat profitabilitas perusahaan perkebunan kelapa sawit sawit, teh, tebu dan karet. 2. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan atau media untuk lebih mengetahui pengaruh partisipasi
penysunan
anggaran
terhadap
tingkat
profitabilitas
perusahaan perkebunan kelapa sawit dan memberi masukan untuk desain sistem anggaran yang akan digunakan untuk menentukan kebijakan di perusahaan perkebunan tersebut.
15
3. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan dapat bermanfaat bagi pihak pihak lain yangakan melakukan penelitianlebih lanjut tentang masalah ini.
1.4 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori mengenai partisipasi dalam penyusunan anggaran, profitabilitas, teori profitabilitas, variabel penelitian yang mempengaruhi, literatur penelitian terdahulu yang mendukung, kerangka pemikiran yang melandasi proses penelitian, dan hipotesis penelitian yang dikemukakan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional masing-masing variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel yang dipilih, jenis dan sumber data yang digunakan, dan metode pengumpulan data.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai deskripsi obyek penelitian yang dipilih, analisis data, dan pembahasan hasil pengolahan. BAB V PENUTUP Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil analisis data dan saran- saran bagi penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Anggaran Partisipatif Menurut Mulyadi (1993) pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran juga merupakan rencana keuangan perusahaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai kinerja (Schiff dan Lewin, 1970). Anggaran adalah suatu alat untuk memotivasi kinerja para anggota organisasi. Kenis (1979) menyatakan bahwa anggaran adalah alat koordinasi dan komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dalam organisasi, dan menyatakan bahwa anggaran adalah alat untuk mendelegasikan wewenang pimpinan kepada bawahan. Anthony dan Govindarajan (2005) menjelaskan terdapat beberapa jenis anggaran yang diungkapkan, yaitu: a. Anggaran Operasi b. Anggaran Modal c. Anggaran Neraca d. Anggaran Laporan Arus Kas Menurut Siegel dan Marcony dalam Asnawi (1997), ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu: a. Penetapan Tujuan
17
18
b. Implementasi c. Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Mulyadi (1993) menyatakan bahwa anggaran adalah suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut. Dari pengertian ini, anggaran yang telah disusun memiliki peranan: a. Anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana-rencana keuangan organisasi di masa yang akan datang. b. Anggaran mengukur kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran tersebut, Argyris, (1952), dalam Riyadi, (2000), menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari agen memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi manajer dalam penentuan anggaran mendorong para manajer untuk mengidentifikasi tujuan, target, menerima anggaran secara penuh, dan melaksanakannya untuk mencapai target tersebut. Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, dimana para individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh secara
19
langsung terhadap para individu tersebut (Supomo dan Indriantoro, 1998). Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratis dan oleh karena itu tidaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana para individu, yang kinerjanyya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran. Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Top down approach (bersifat dari atas-ke-bawah) Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun. b. Bottom up approach (bersifat dari bawah-ke-atas) Anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan untuk mendapatkan pengesahan.Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. c. Kombinasi top down dan bottom up Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan.
20
Anggaran partisipatif merupakan anggaran yang dibuat oleh lebih dari seorang individu, yang menegaskan bahwa anggaran disusun dengan melibatkan banyak pihak yang berkompeten didalamnya. Partisipasi sendiri oleh Siegel dalam Aaker (1997) didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan bersama oleh dua belah pihak atau lebih yang mempunyai dampak dimasa yang akan datang bagi pembuat keputusan tersebut. Milani dalam Aaker (1997) mendefinisikan penyusunan anggaran partisipatif sebagai tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan individu dalam proses perancangan anggaran. Penelitian telah menunjukkan bahwa partisipasi anggaran (proses dimana pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besarnya anggaran) mempunyai efek positif dari motivasi manajemen untuk 2 alasan: a. Ada penerimaan yang lebih besar dari tujuan anggaran jika mereka merasa berada dalam kontrol manajer, dibandingkan dengan adanya paksaan dari luar. Hal ini menuju pada kepada tanggung jawab individu untuk mencapai tujuan. b. Hasil partisipasi pembuatan anggaran adalah pertukaran informasi yang efektif. Besar anggaran yang disetujui merupakan hasil dari keahlian dan pengetahuan pembuat anggaran, yang dekat dengan lingkungan produk/pasar.Lebih lanjut, pembuat anggaran mempunyai pengertian yang lebih untuk pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama tahap pemeriksaan dan persetujuan. Partisipasi pembuatan anggaran sangat menguntungkan untuk pemusatan tanggung jawab dalam pelaksanaan secara dinamis dan dalam lingkungan yang
21
tidak pasti karena manajer yang bertugas pada pemusatan tanggung jawab memungkinkan untuk mempunyai informasi terbaik tentang variabel yang dapat mempengaruhi pemasukan dan pengeluaran mereka. Partisipasi manajer menengah dan bawah dalam penyusunan anggaran akan memberikan manfaat, (Kren, 1992; dalam Sahara, 2005): a. Mengurangi ketimpangan informasi dalam organisasi b. Menimbulkan
komitmen
yang
lebih
besar
kepada
manajer
untuk
melaksanakan dan memenuhi anggaran, dan dapat menciptakan lingkungan yang mendorong perolehan dan penggunaan job-relevant information. Dengan manfaat tersebut anggaran partisipatif dapat memungkinkan manajemen puncak untuk memahami masalah yang dihadapi oleh karyawan dan karyawan juga lebih dapat memahami kesulitan yang dihadapi oleh manajemen puncak. Sehingga anggaran partisipatif dapat meningkatkan komitmen para karyawan untuk mencapai tujuan anggaran.
2.1.2 Teori Efesiensi Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987) yaitu efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian efisiensi menurut H. Emerson(1984) efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil
22
optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Dan menurut Soekartawi (1989), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jika : a. Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan. b. Pemasaran dapat lebih tinggi. c. Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. d. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Jadi sebenarnya pengertian efisiensi berhubungan dengan metode operasi (Method of Operation). Dengan kata lain seandainya ingin menilai apakah suatu kegiatan/operasi telah dijalankan secara efisien (berdaya guna) atau tidak, maka dapat dideteksi dengan pertanyaan : “Apakah suatu kegiatan dilaksanakan dengan cara terbaik tanpa memerlukan tambahan biaya?, Apabila pertanyaan tersebut diterapkan pada suatu kegiatan dan memperoleh jawaban “ya” maka dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan secara efisien. Jika pengertian efisiensi dijelaskan dengan konsep input/output maka, efisiensi adalah merupakan rasio dari output/input atau dapat dijabarkan kedalam bentuk formula :
E= O/I
(Permono dan Darmawan, 2000;2)
23
Keterangan: E = Efisiensi O = Jumlah Output I = Jumlah Input Jadi pengertian efisien memperhatikan segi output atau keluaran maupun segi input atau masukan. Dengan kata lain sesuatu kegiatan dikatakan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan tersebut telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan biaya (input) yang minimal diperoleh hasil (output) yang diinginkan. Namun secara konsepsi efisiensi meliputi tiga bagian pandangan yaitu : a. Efisiensi adalah rasio dari output b. Efisiensi adalah produktifitas c. Efisiensi adalah rasio dari output dengan input plus faktor kepuasan.
2.1.3 Pengertian Leverage Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut
24
harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan aset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Sebaliknya, leverage juga meningkatkan variabilitas (resiko) atau keuntungan, jika perusahaan ternyata lebih rendah dari biaya tetapnyamaka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Menurut Ridwan S. Sudjana dan Inge Barlian (2003) pengertian leverage adalah pengaruh (leverage) dihasilkan dari penggunaan hutang dengan biaya tetap untuk meningkatkan pengembalian terhadap pemegang saham. 2.1.3.1 Jenis - jenis leverage Dalam suatu perusahaan di kenal dua macam leverage, yaitu leverage operasi
(operating
leverage)
dan
leverage
keuangan
(financial
leverage).Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang di peroleh lebih besar dari pada biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian penggunaan leverage akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Dan sebaliknya leverage dapat meningkatkan risiko keuntungan. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebiih rendah dari biaya tetap maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Berikut akan dijelaskan jenis-jenis leverage ini: a. Leverage Operasi (Operating Leverage) Leverage operasi merupakan leverage yang timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biaya-biaya operasi tetap. Biaya tersebut
25
misalnya biaya penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya suransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas dan biaya manajemen. Dalam jangka panjang semua biaya bersifat variabel artinya dapat berubah sesuai dengan jumlah produk yang di hasilkan.Oleh karena itu, dalam analisis ini di asumsikan dalam jangka pendek. Biaya operasi tetap di keluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pada seluruh biaya operasi tetap dan variabel. Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan. Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak yang di peroleh. Pengaruh tersebut dapat di cari dengan menghitung besarnya tingkat leverage operasinya. b. Leverage Keuangan (Financial Leverage) Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham. Masalah leverage keuangan baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Efek yang menguntungkan dari leverage keuangan sering di sebut traiding in equity. Leverage keuangan itu merugikan apabila perusahan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang harus di bayar. Nilai leverage keuangan positif atau negatif di
26
nilai berdasarkan pengaruh leverage yang di miliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). d. Leverage Total (Total Leverage) Leverage total atau sering di sebut leverage kombinasi merupakan gabungan atau kombinasi antara leverage operasi dan leverage keuangan. Artinya kita melakukan dua langkah pengaruh perubahan penjualan terhadap EPS. Langkah pertama melihat pengaruh penjualan terhadap EBIT yang di analisis dengan DOL. Sedangkan langkah ke dua adalah pengaruh EBIT terhadap EPS yang di analisis dengan DFL. Dalam leverage total ini kita langsung melihat pengaruh perubahan penjualan terhadap EPS. Tingkat leverage total atau DTL peusahaan pada tingkat penjualan tertentu sama dengan persentase perubahan EPS yang diakibatkan persentase perubahan EPS yang di akibatkan persentase perubahan penjualan yang menyebabkan perubahan EPS tersebut.
2.1.4 Pengertian Capital Expenditure Capital Expenditure atau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan atau memperbarui aset bisnis mereka. Belanja modal biasanya memerlukan pengeluaran yang besar seperti pembelian bangunan baru dan pembaruan fasilitas yang ada. Capital Expenditure juga terkadang disebut sebagai capital expense atau capital spending dan dilaporkan pada laporan tahunan dari perusahaan sehingga pemegang saham
27
dapat dengan jelas melihat seberapa besar uang yang diinvestasikan untuk jangka panjang. Anandarajah (1998) menyatakan Capital Expenditure dalam definisi capital Expenditure is an expenditure on long-lived assets, also referred to as fixed assets or non-current physical assets. Dari deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Capital Expenditure berkaitan dengan dua unsur, yaitu : 1. Expenditure atau pengeluaran 2. Long lived assets atau aset yang memiliki masa ekonomis yang panjang Sedangkan menurut Saphiro (2005), Capital Expenditure merupakan investasi yang dikeluarkan dengan harapan akan menghasilkan aliran kas masuk di masa depan. Oleh karenanya dibutuhkan persiapan yang matang dalam merencanakan Capital Expenditure. Terkait dengan deskripsi di atas, terkadang Capital Expenditure juga dideskripsikan sebagai capital investment.
2.1.5 Pengertian Working Capital Modal kerja (disingkat WC) adalah parametrik keuangan yang merupakan likuiditas operasi yang tersedia untuk sebuah bisnis, organisasi atau badan lainnya, termasuk badan pemerintah. Seiring dengan aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, modal kerja dianggap sebagai bagian dari modal operasional. Modal kerja bersih dihitung sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Ini adalah derivasi modal kerja, yang biasa digunakan dalam teknik penilaian seperti
28
DCFs (arus kas Discounted). Jika aktiva lancar kurang dari kewajiban lancar, entitas memiliki kekurangan modal kerja, juga disebut defisit modal kerja. Sebuah perusahaan dapat diberkahi dengan aset dan profitabilitas tapi pendek likuiditas jika aset tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai. Modal kerja yang positif diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan mampu untuk melanjutkan operasi dan bahwa ia memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kedua jatuh tempo utang jangka pendek dan biaya operasional mendatang. Pengelolaan modal kerja melibatkan mengelola persediaan, piutang dan hutang, dan uang tunai Manajemen working capital (modal kerja) diyakini sangat berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Berdasarkan manajemen modal kerja ini, para analis atau investor dapat menilai kinerja suatu perusahaan efektif atau efisien dalam melakukan aktivitas operasionalnya. Jika sebuah perusahaan mempunyai kinerja yang tidak efisien, penagihan piutang tertunda atau banyaknya persediaan menumpuk di gudang, maka hal tersebut dapat terlihat pada meningkatnya jumlah modal kerja. Working capital also gives investors an idea of the company's underlying operational efficiency. Money that is tied up in inventory or money that customers still owe to the company cannot be used to pay off any ofthe company's obligations. So, if a company is not operating in the most efficient manner (slow collection), it will show up as an increase in the working capital. Net working capital is defined as the difference between current assets and current liabilities. Ross, et al. (2008).
29
Modal kerja itu sendiri terbagi dua yaitu, modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah aset lancar yang dijadikan oleh perusahaan sebagai modal untuk membiayai aktivitas operasionalnya. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2005), ada tiga kebijakan tentang modal kerja, yaitu: a. Modal kerja yang lebih dikenal dengan modal kerja kotor yaitu modal kerja yang kerja yang terdiri dari aset lancar yang digunakan dalam aktivitas operasi perusahaan. b. Modal kerja bersih yaitu selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. c. Modal kerja bersih operasional (Net Working Capital/NOWC) yaitu selisih antara aset lancar operasional dengan kewajiban lancar operasional. Pada umumnya, NOWC itu terdiri dari kas, piutang usaha, persediaan, dan hutang dagang. Konsep dasar dari modal kerja, yaitu: Modal kerja = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar Modal kerja = modal kerja bruto = aktiva tetap Rasio modal kerja = Rasio lancar Rasio cepat (Quick or acid test ratio)
30
Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, surat-surat berharga, piutang, inventori, dll. Sedangkan yang termasuk dalam kewajiban lancar adalah hutang usaha, hutang lain-lain pihak ketiga, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dll. Adapun tentang kelemahan dari modal kerja adalah kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan. Hal ini menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal kerja secara efisien. Jika modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga. Sedangkan kebaikan modal kerja adalah melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan, merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek, dan menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
2.1.5.1 Konsep Modal Kerja Berdasarkan pengertian pokok modal kerja (Working Capital) terdiri atas 2 macam, yaitu : 1. Gross Working Capital Adalah keseluruhan dari aktiva lancer.
31
2. Net Working Capital Adalah selisih antara aktiva lancer dikurangi kewajiban lancer. Namun menurut Riyanto (2001 : 57-58), Pengertian modal kerja (working capital) dapat dibagi atas 3 konsep, yaitu kuantitatif, kualitatif, dan fungsional. Konsep kuantitatif sering disebut sebagai gross working capital, karena menggambarkan keseluruhan jumlah dari aktiva lancar, dimana aktiva lancar ini sekali berputar dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Konsep kualitatif atau net working capital adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas, merupakan kelebihan aktiva lancer diatas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). Konsep Fungsional merupakan konsep yang lebih menitik beratkan fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan dan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi dan periode masa depan. 2.1.5.2 Jenis Modal Kerja
32
Jenis
jenis
modal
kerja
menurut
Riyanto
(2001:60)
a. Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara
terus
menerus
diperlukan
untuk
kelancaran
usaha.
Modal kerja permanent dapat dibedakan dalam: 1. Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. 2. Modal Kerja Normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Modal Kerja Variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dibedakan dalam: 1. Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan karena fluktuasi musim. 2. Modal Kerja Siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3. Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak. 2.1.5.3 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja. Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dua bagian pokok (Munawir 2001 : 119), yaitu:
33
1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan 2. Jumlah modal kerja yang variable yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas yang biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaliknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Disamping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanent dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Pada umunya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: a. Hasil operasi perusahaan merupakan jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan, yang dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.
34
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) surat berharga jangka pendek yang merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual yang akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan penjualan ini menyebabkan perubahan unsur modal kerja, yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. c. Penjualan aktiva tidak lancar. Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. d. Penjualan saham atau obligasi Perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, atau mengeluarkan obligasi atau benuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dari keempat sumber modal kerja tersebut juga dapat diperoleh dari pinjaman/kredit dari bank, pinjaman-pinjaman jangka pendek lainnya, serta hutang dagang yang diperoleh dari para penjual (supplier). Modal kerja akan bertambah apabila aktiva lancar bertambah yang diimbangi atau dibarengi dengan perubahan dalam sektor atau pos tidak lancar. Penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk
35
maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Misalnya penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka penggunaan aktiva lancar initidak mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama. Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja , yaitu: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplier kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisaha aktiva lancar untuk tujuan tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya. d. Adanya pembelian atau penambahan aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya. e. Pembayaran hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, hutang jangka panjang lainnya serta penarikan kembali saham perusahaan yang beredar
36
f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik untuk kepentingan pribadi (prive) atau pengambilan keuntungan pada perusahaan perseorangan dan persekutuan atau pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. g. 2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1. Purwanto (2009) Purwanto (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinrja pemerintah daerah dengan keadilan distributif, keadilan prosedural, dan goal commitment sebagai variabel moderating. Populasi penelitian ini adalah semua pejabat pengelolaan keuangan daerah yang ada di kabupaten Banjarnegara yaitu Sekertariat Daerah, Bapeda, Sekertariat Dewan, 15 Dinas Teknis dan 4 kantor di Kabupaten Banjarnegara sejumlah 130 responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Sebelum meakukan uji hipotesis, dilakukan pengujian instrumen yang meliputi uji realibilitas dan uji validitas, yang selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, kemudian dilakukan uji hipotesis melalui uji F dan uji T.Hasil menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah. Dengan adanya pengaruh menunjukkan semakin tinggi partisipasi dalam penyusunan anggaran semakin tinggi pula kinerja pengelolaan keuangan daerah.
37
2.2.2. Al Azhar L, dkk (2009) Al Azhar L, dkk (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah (komitmen
organisasi
dan
gaya
kepemimpinan
sebagai
variabel
moderating) studi empiris pada kabupaten Kuantan Singgigi. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan variabel komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh negatif, tidak berhasil dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemda. 2.2.3. Bambang Sarjito (2007) Penelitian yang dilakukan oleh Sarjito (2007) dengan judul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah: budaya
dan
komitmen
organisasi
sebagai
variabel
moderating,
menunjukkan hasil pertama dari penelitian ini bahwa adanya pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan hasil tes kedua menunjukkan bahwa budaya organisasi dan
komitmen
organisasi
berpengaruh
positif dalam
memoderasi
penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
38
Table 2.1 Hasil penelitian terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Al Azhar dkk (2009)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah (komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating) studi empiris pada kabupaten Kuantan Singgigi
Hasil penelitiannya menujukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan variabel komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh negative, tidak berhasil dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemda
Bambang Sarjito (2007)
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah: budaya dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating
hasil pertama dari penelitian ini bahwa adanya pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, sedangkan hasil tes kedua menunjukkan bahwa budaya organisasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dalam memoderasi penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial
Purwanto (2009)
Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah dengan keadilan distributif, keadilan prosedural, dan goal commitment sebagai variabel moderating.
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah daerah.
39
2.3 Kerangka Pemikiran Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh partisipasi anggaran terhadap tingkat profitabilitas dengan leverage, capital expenditure, dan working capital sebagai variabel moderating. Dalam kerangka konseptual dibawah ini dapat diuraikan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi tingkat prifitabilitas, dimana leverage, capital expenditure, dan working capital sebagai variabel moderating mempengaruhi variabel dependen dan independen. Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dituangkan sebagai berikut :
H2
Leverage
H4 Capital Expenditure
H5
Participatiry budgeting
Profitabilitas
H6 H3
Working Capital
H1
2.4 Hipotesis Menurut Nasir (1998), hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan sementara terhadap yang diteliti secara empiris. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka hipotesis yang ditemukan adalah sebagai berikut:
40
1. Pengaruh Participatory Budgeting dapat memediasi capital expenditure terhadap profitabilitas suatu perusahaan Participatory Budgeting adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun, yang mempunyai yang digunakan untuk pengadaan asset fisik sebuah perusahan guna pengoperasian sebuah perusahaan tersebut (capital expenditure). Capital
expenditure
yang
digunakan
oleh
perusahaan
untuk
memperoleh atau meningkatkan aset fisik seperti peralatan, properti, atau bangunan industri. Dalam kasus ketika belanja modal merupakan keputusan keuangan besar bagi perusahaan, pengeluaran harus diformalkan pada pemegang saham tahunan rapat atau pertemuan khusus Dewan Direksi. Dalam akuntansi, belanja modal ditambahkan ke akun aset ("dikapitalisasi"), sehingga meningkatkan dasar aset (biaya atau nilai aset disesuaikan untuk tujuan pajak). CAPEX umumnya ditemukan pada laporan arus kas di bawah "Investasi di Plant, Properti, Tetap" atau sesuatu yang serupa dalam ayat Investasi. Jadi adanya anggaran partisipatif ini berhubungan dengan capital expenditure untuk menjalankan sebuah perusahaan guna memperoleh laba perusahaan atau profitabilitas. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang kedua dalam penelitian ini adalah: H1 : Capital expenditure berpengaruh positif terhadap profitabilitas
41
H4 : Participatory Budgeting memediasi pengaruh capital expenditure terhadap profitabilitas 2. Pengaruh Participatory Budgeting dapat memediasi Leverage terhadap profitabilitas suatu perusahaan Participatory Budgeting adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun, yang digunakan untuk tingkat pendanaan sebuah perusahan guna pengoperasian sebuah perusahaan tersebut (leverage). Jadi adanya anggaran partisipan ini berhubungan dengan leverage untuk menjalankan sebuah perusahaan guna memperoleh laba perusahaan atau profitabilitas. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang kedua dalam penelitian ini adalah: H2 : Leverage berpengaruh positif terhadap profitabilitas H5: Participatory Budgeting memediasi pengaruh leverage terhadap profitabilitas 3. Pengaruh Participatory Budgeting dapat memediasi working capital dan profitabilitas suatu perusahaan Anggaran partisipan merupakan anggaran yang dibuat oleh lebih dari seorang individu, yang menegaskan bahwa anggaran disusun dengan melibatkan banyak pihak yang berkompeten didalamnya. Adanya anggaran
42
partisipan ini akan menentukan sebuah modal kerja yang akan dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancer dengan Kewajiban lancar, untuk membiayai kegiatan usaha. Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Adanya anggaran partisipan untuk penentuan besarnya modal kerja (working capital) ini nantinya akan berpengaruh pada tingkat laba perusahaan yang diperoleh, sehingga adanya anggaran partisipan untuk penentuan sebuah modal kerja akan sangat berpengaruh pada profitabilitas suatu perusahaan. Dari penjelasan tadi, maka hipotesis ketiga yang dapat diambil dari pernyataan tersebut adalah: H3 : working capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas H6: Participatory Budgeting memediasi pengaruh working capital terhadap profitabilitas
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini meliputi Anggaran Partisipatif (paticipaty budgeting), anggaran investasi (leverage), anggaran keuangan atau belanja modal (capital expenditure), dan anggaran operasional atau modal kerja (working capital) dan profitabilitas suatu perusahaan. Variabel independen itu sendiri terdiri dari leverage, capital expenditure dan working capital. Variabel moderating terdiri dari paticipaty budgeting. Sedangkan untuk variabel dependen meliputi profitabilitas suatu perusahaan.
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Leverage Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana
43
44
tersebut harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan aset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Sebaliknya, leverage juga meningkatkan variabilitas (resiko) atau keuntungan, jika perusahaan ternyata lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. 3.2.2 Belanja modal/ capital expenditure Capital Expenditure atau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan atau memperbarui aset bisnis mereka. Belanja modal biasanya memerlukan pengeluaran yang besar seperti pembelian bangunan baru dan pembaruan fasilitas yang ada. Capital Expenditure juga terkadang disebut sebagai capital expense atau capital spending dan dilaporkan pada laporan tahunan dari perusahaan sehingga pemegang saham dapat dengan jelas melihat seberapa besar uang yang diinvestasikan untuk jangka panjang. 3.2.3 Modal kerja/ working capital Working capital adalah parametrik keuangan yang merupakan likuiditas operasi yang tersedia untuk sebuah bisnis, organisasi atau badan lainnya, termasuk badan pemerintah. Seiring dengan aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, modal kerja dianggap sebagai bagian dari modal operasional. Modal kerja bersih dihitung sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Ini adalah derivasi modal kerja, yang biasa digunakan
45
dalam teknik penilaian seperti DCFs (arus kas terdiskontro). Jika aktiva lancar kurang dari kewajiban lancar, entitas memiliki kekurangan modal kerja, juga disebut defisit modal kerja. 3.2.4 Anggaran participatif/ paticipaty budgeting Participaty budgeting adalah adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran juga merupakan rencana keuangan perusahaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai kinerja 3.2.5 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998: 130). Analisis Profitabilitas merupakan analisis dalam laporan keuangan yang penting karena berhubungan dengan tingkat laba, besarnya penjualan, harga pokok penjualan, serta beban operasi dan beban non operasi, untuk menilai sumber, daya tahan (persistence), pengukuran, dan hubungan ekonomi utamanya. Penilaian ini memungkinkan untuk membedakan kinerja yang terkait dengan keputusan operasi dan kinerja yang terkait dengan keputusan pendanaan dan investasi.
46
Analisis profitabilitas perusahaan termasuk bagian yang penting dari analisis laporan keuangan. Seluruh laporan keuangan dapat digunakan untuk analisis profitabilitas, namun yang paling penting adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi melaporkan hasil operasi perusahaan selama satu periode. Tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi, yang memiliki peran penting dalam menentukan nilai, solvabilitas, dan likuiditas perusahaan. Salah satu hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas adalah pertumbuhan penjualan, karena mempunyai hubungan yang erat dan langsung dengan investasi dalam bentuk aktiva lancar. Pengelolaan modal kerja juga menyangkut administrasi aktiva lancar dan kewajiban lancar. Untuk memperjelas definisi operasional tiap-tiap variabel, maka akan disajikan definisi variabel dalam tabel berikut: No. 1.
Variabel DTAR
Formula
Skala Rasio
2.
Capital expenditure
Rasio
3.
Working capital Total Asset
Rasio
4.
Participatory budgeting
5.
ROA
Menggunakan angket
Ordinal
Rasio
47
3.3 Populasi dan sampel Populasi
menurut
Indriantoro
dan
Supomo
(2007)
adalah
sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sampel menurut Arikunto (2005)
merupakan
sebagian populasi yang diteliti dengan maksud untuk menggeneralisasikan menarik kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan PT Perkebunan Nusantara VII. Sampel dalam penelitian ini adalah data kuesioner yang dibagikan khusus kepada level middle manajemen,dan data sekunder dengan menggunakan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dari 10 unit kebelakang dari PT Perkebunan Nusantara VII dengan komoditas kelapa sawit, tebu, karet dan teh yang ada di Indonesia.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari kuesioner yang diajukan kepada karyawan PT Perkebunan Nusantara VII dengan komoditi kelapa sawit. Dan data sekunder yaitu laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun terahir dari sepuluh cabang PT Perkebunan Nusantara VII dengan komoditi kelapa sawit, teh, karet dan tebu.
48
3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mengumpulkan sumber data laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun terahir dari sepuluh cabang PT PT Perkebunan Nusantara VII dengan komoditi kelapa sawit, teh, karet dan tebu. Kemudian dilakukan pencatatan dan penghitungan. Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan kuesioner kepada karyawan PT PT Perkebunan Nusantara VII dengan komoditi kelapa sawit. teh, karet dan tebu.
3.6 Metode Analisis Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Namun sebelumnya akan dilakukan analisis deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan menggunakan
analisis sobel utuk mengetahui pengaruh mediasi dari
variabel moderatnya.
49
3.6.1 Analisis Deskriptif Menurut Ghozali (2001), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).
3.6.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Uji asumsi klasik ini terdiri atas uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
3.6.2.1 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Menurut Ghozali
50
(2001), untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut: yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
1. Nilai
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. 3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. 3.6.2.2 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2001), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu karena “gangguan”
pada
seseorang
individu
atau
kelompok
cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.
51
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yang terdiri dari: 1. Uji Durbin – Watson (DW test) Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada model variabel lag di antara variabel independen. 2. Uji Langrange Multiplier (LM test) Uji autokorelasi dengan LM test terutama digunakan untuk sampel besar di atas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW terutama bila sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu.
3.6.2.3.
Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001). Jika variance dari residual satu
52
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdeastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.6.2.4 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam mode regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2001). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik statistik.
dan uji
53
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji noremalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0
: Data residual berdistribusi normal
HA
: Data residual tidak berdistribusi normal
3.6.3 Analisis Regresi Berganda Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
54
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dgunakan model regresi sebagai berikut: Y = β0 + β1(Leverage) + β2 (Capital Expenditure) + β3 (Working Capital) + β4 (Leverage * Participatory Budgeting) + β5 (Capital Expenditure * Participatory Budgeting) + β6 ( Working Capital * Participatory Budgeting) + ε dengan keterangan: Y
: Profitabilitas
Β1- β6 : Koefisien ε
: Erorr system
3.6.4 Uji Hipotesa Uji hipotesa dilakukan dengan uji statistik-t. Uji t adalah menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabelnya. Jika t hitung lebih kecil dari t-tabel maka H1 ditolak. Sebaliknya jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka H1 diterima. Nilai t-hitung diperoleh dari nilai parameter dibagi standar errornya. Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel statiistik dengan tingkat signifikansi nilai degree of freedomnya yang sesuai.
55
3.6.5 Uji Efek Mediasi (Uji Sobel) Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening atau variabel mediasi, yaitu komitmen organisasional. Suatu variabel disebut sebagai variabel intervening jika variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Kenny, 1986, dalam Ghozali, 2009). Uji sobel dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hubungan antara budaya organisasi dan keadilan organisasi terhadap OCB melalui komitmen organisasional sebagai variabel intervening. Uji sobel untuk menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara mengalikan jalur X – M (a) dengan jalur M – Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c-c’) dimana c adalah pengaruhh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect) Sab dihitung dengan rumus dibawah ini :Sab = √ Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari koefisien dengan rumus sebagai berikut : t=
56
Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2009).