1
2
M. JAKFAR Dia datang dari ujung Barat negeri ini. Lahir di Weue – Aceh, tanggal 3 Oktober 1966. Tahun 2011 melalui pelatihan yang diadakan oleh Balai KSDA Aceh ditetapkan sebagai kader Konservasi Alam dengan Nomor Anggota 106/ Aceh/BKSDA/PL/ VIII/2011. Cagar Alam adalah kawasan konservasi alam yang pengelolaannya di sebagain besar tempat kurang berjalan dengan baik. Dalam kondisi seperti ini partisipasi masyarakat untuk mengamankan, melindungi Cagar Alam secara partisipatif sangat dibutuhkan. Sebagaimana yang terjadi di kawasan Cagar Alam Pinus Jantho di Provinsi Aceh. Partisipasi
masyarakat tidaklah semudah yang dibayangkan. Partisipasi membutuhkan pemimpin-pemimpin lokal yang peduli. Sangat beruntung Cagar Alam Jantho yang didalamnya terdapat Hutan Pinus Alam yang tersisa di negeri ini dapat diselamatkan karena adanya pemimpin lokal bernama M. Jakfar. Dia salah satu inisiator pendiri Forum Sayeung Krueng (FORSAKA) Kalok tahun 2007 yaitu forum masyarakat sekitar yang dengan kesadarannya sendiri melindungi sumber air yang berada di kawasan Cagar Alam Jantho. Berangkat dari kecintaannya terhadap alam sejak kecil, Jakfar sangat aktif mensosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian hutan untuk kepentingan bersama. Upayanya dalam meningkatkan pengetahuan tentang konservasi alam secara informal dari berbagai pihak, diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan diteruskan kepada masyarakat sekitarnya. Sebagai Sekretaris Desa, Jakfar yang bersahaja terus mengajak warga untuk menjaga lingkungan pedesaan tempat mereka tinggal yang berada didekat kawasan Cagar Alam Jantho. Untuk memenuhi kebutuhan air, Jakfar
3
bersama warga setempat yang tergabung dalam FORSAKA melakukan pipanisasi, pengukuran debit air, penanaman pohon, mengidentifikasi keanekaragaman jenis flora dan fauna, melakukan patroli rutin dalam mengamankan kawasan Cagar Alam Jantho. Upaya penyadartahuan tentang pentingnya konservasi alam kepada masyarakat yang secara sosial ekonomi kondisinya masih rendah, bukanlah hal yang mudah. Jakfar melakukannya tanpa pamrih, hanya dengan keyakinan dan kesadarannya untuk menyelamatkan kampungnya dari kemungkinan kerusakan bila tidak dilakukan upaya penyadartahuan kepada masyarakat. Dengan kebersahajaannya tanpa pikir untuk mendapat
4
penghargaan, Jakfar terus menjadi obor bagi warganya di desa Gampong Data Cut, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Dan Jakfar pun kini sering menjadi pembicara di berbagai kegiatan sosialisasi termasuk sosialisasi biogas yang selama ini sudah diterapkan di desanya, yang tidak hanya di wilayah sekitar Jantho tetapi juga sampai di Banda Aceh ibu kota Provinsi. Dengan predikat Terbaik Nasional Pertama pada Lomba Wana Lestari kategori Kader Konservasi Alam (KKA) tahun 2014, M. Jakfar tepat dijuluki “Obor Konservasi Alam dari Jantho”. Ketulusan dalam melakukan upayanya patut menjadi contoh. Dari Aceh untuk Indonesia.
DARWIS Terlahir di Dumai tanggal 7 Maret tahun 1968. Tekad yang luar biasa ketika dia mempertahankan Hutan Mangrove seluas 22 hektar dari tekanan perubahan fungsi menjadi dermaga pelabuhan kapal. Perjuangannya selama 5 tahun dengan menggalang masyarakat untuk mempertahankan hutan mangrove di pantai kota Dumai bukanlah hal yang mudah. Ancaman dan cemoohan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan dermaga tersebut didapatkannya dengan tekanan yang cukup berat. Namun Darwis terus bergerak memimpin masyarakat peduli mangrove untuk mempertahankan eksistensi
Hutan Mangrove di kota Dumai yang masih tersisa. Dumai sebagai bagian dari Provinsi Riau, salah satu provinsi terkaya sumberdaya hutan dan alamnya di masa lalu yang kini sudah berubah semakin menipis, oleh karena itu perjuangan Darwis patut dihargai. Tahun 2011 oleh Balai Besar KSDA Riau dilatih dan ditetapkan sebagai Kader Konservasi Alam dengan Nomor Anggota 430/4/BBKSDA/PL/III/2011. Jiwa militan dan kepeloporannya terus bergulir. Kiprahnya dalam membangun masyarakat yang cinta Mangrove terus berlanjut. Pemanfaatan Mangrove secara bijak dan ramah lingkungan terus digalinya untuk memastikan bahwa konservasi mangrove juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat disamping manfaat ekologi yang sangat penting. Kepemimpinannya dalam menggalang partisipasi masyarakat mengelola lingkungan tidak diragukan lagi. Darwis menginisasi pembentukan Kelompok Pencinta Alam Bahari Club yang beranggotakan masyarakat sekitar kawasan yang peduli terhadap kelestarian hutan mangrove, mendirikan “Bank Mangrove” sebagai pusat pembibitan mangrove yang semula membeli sekarang malah menjual
5
kepada pihak yang memerlukan, memperjuangkan kawasan hutan mangrove menjadi obyek wisata alam bahkan memiliki camping ground sebagai tempat pembelajaran anak-anak dan generasi muda tentang ekosistem alam dan mangrove. Dalam hal ini pemerintah daerah setempat telah menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan pariwisata. Darwis membentuk Tim Inisiatif Muda Prihatin Atas Sampah (TIMPAS) dengan tujuan mempersiapkan Sungai Dumai sebagai kawasan wisata “Sungai Legenda Putri Tujuh” yaitu dengan upaya pengendalian pencemaran limbah sampah ke Sungai Dumai, menjaga keanekaragaman hayati, mempertahankan nilai budaya lokal serta mengembangkan ekonomi alternatif berbasis lingkungan bagi masyarakat.
6
Atas segala upaya dan inisiasinya dalam menyelamatkan lingkungan dan ekosistem alam, Darwis telah mendapat beberapa penghargaan dari berbagai instasi yaitu: penghargaan Adibakti Mina Bahari Bidang Pesisir dari Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia “Kategori Mayarakat” tahun 2008, dan menjadi Juara I dalam Lomba Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) pada kegiatan Pengawasan dan Kepedulian terhadap pelestarian mangrove diperairan pantai Kota Dumai. Dengan predikat sebagai Terbaik Nasional Kedua pada Lomba Wana Lestari Kategori Kader Konservasi Alam (KKA) tahun 2014, Darwis tepat dijuluki sebagai “Pejuang Konservasi Mangrove Kota Dumai”. Jiwa militan dan kepeloporannya layak menjadi contoh generasi penerus bangsa. Dari Riau untuk Indonesia.
H.NIKOLAUST APRYDZA EKO W.R,S.STP Pemuda Bontang yang lahir 30 tahun lalu tepatnya 27 April 1984 ini bagaikan “bintang kecil” yang terus bersinar berupaya menerangi kota Bontang. Dalam kegelapan kondisi lingkungan Kalimantan Timur, dia memancarkan cahaya terang walaupun tampak masih kecil. Diawali dengan keprihatinan dan kepedulian atas kondisi hutan di Kalimantan Timur yang terus menurun kualitasnya dari tahun ke tahun, sebagai lurah di kota Bontang, pemuda ini tampil berpartisipasi aktif dalam menyelamatkan lingkungan dan alam kota Bontang sebagai tempat
lahir, besar, tinggal dan hidupnya sampai saat ini. Dia yang lahir dari seorang ibu bernama Hj. Halida dan bapak H. Zadang Randex, mendapat pendidikan yang cukup dan terakhir lulus dari Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) tahun 2006. Niko panggilannya sehari-hari, sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengawali karir dengan bekerja di Departemen Dalam Negeri RI sejak tahun 2002, dan sejak tahun 2012 memimpin kelurahan Bontang Baru di Kota Bontang. Pada tahun 2011 melalui pelatihan yang diselenggarakan Balai Taman Nasional Kutai, dia menjadi Kader Konservasi dengan Nomor Anggota: 342/23/BTNK/PL/XI/2011. Sebagai Kader Konservasi, kiprahnya dalam mengupayakan konservasi alam di kota Bontang cukup representatif mulai dari kegiatan perlindungan kawasan yang secara aktif melakukan patroli Taman Nasional Kutai, pengendalian kebakaran hutan, pengamanan sumber mata air dilakukannya sebagai bagian dari Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Dalam hal kegiatan pengawetan, lurah muda ini mengorganisir masyarakat melakukan penanaman pohon ulin
7
dan pohon bakau. Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dan non kayu juga dilakukannya bersama warga setempat membangun wisata alam mangrove yaitu Bontang Mangrove Park yang menjadi tempat rekreasi masyarakat Bontang sekaligus tempat belajar tentang hutan dan konservasi alam. Di bidang pariwisata, Lurah Bontang Baru ini mendapat predikat sebagai “Duta Wisata Kota Bontang” dan “Duta Wisata Kaltim” yang berperan aktif mengkampanyekan dan mengedukasikan pentingnya konservasi alam dalam pariwisata alam kepada para pelajar, pemuda/i maupun masyarakat umum. Dalam kepanduan, Lurah Bontang Baru ini mengaktifkan Pramuka Gugus Depan di Kelurahannya bekerjasama dengan Pramuka Saka Wana Bakti.
8
Melalui upaya-upaya yang konsisten dalam mengkampanyekan dan mengedukasi konservasi alam kepada generasi muda, semangat lurah muda ini terus bergulir menerangi masyarakat Kota Bontang dan Kalimantan Timur. Dengan predikat Terbaik Nasional Ketiga pada Lomba Wana Lestari kategori Kader Konservasi Alam (KKA) 2014, H.NIKOLAUST APRYDZA EKO W.R,S.STP tepat kita juluki sebagai “Bintang Bontang Baru” yang akan terus menerangi generasi penerus kota Bontang dan Kalimantan Timur, yang berjiwa konservasi alam. Dari Kalimantan Timur untuk Indonesia.
BINTARI RARASTIWI Sebagai seorang Corporate Social Responsibility Manager Sangri-La Hotel Jakarta, ia bertugas membuat program yang dapat memberikan sumbangsih perusahaan terhadap sekitar baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat. Namun, Disamping itu kesadaran dan kepeduliannya terhadap alam dan lingkungan yang mungkin membuatnya mampu melaksanakan program-program tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal. Lahir di Purwokerto, 26 Oktober 1970 Bintari Rarastiwi memberikan sentuhan yang berbeda dalam program
CSR yang dijalankannya yang semuanya bernuansa konservasi alam dan lingkungan, walaupun dia bekerja di kota besar metropolitan Jakarta. Apa yang telah dilakukannya membangkitkan sebuah kesadaran tersendiri bahwa sesungguhnya kampanye konservasi alam dapat juga dilakukan secara kreatif di lingkungan perkotaan. Program CSR yang telah dilakukan dapat menjadi contoh bagi jaringan Hotel Sangri-La dan juga hotel-hotel lainnya. Dengan demikian gerakan sadar konservasi alam akan berkembang semakin luas dan menjangkau semua lapisan masyarakat, terutama masyarakat modern yang dalam kehidupan sehari-harinya jauh dari suasana alami. Dalam program SCR yangn disusunnya, Bintari telah banyak melakukan sentuhan-sentuhan alami dalam kehidupan hotel yang modern yang terkait erat dengan upaya konservasi alam dan lingkungan. Kegiatan tersebut antara lain yaitu melakukan penanaman dan perawatan mangrove di TWA. Muara Angke yang melibatkan tamu dan penghuni ShangriLa Hotel Jakarta bekerjasama dengan BKSDA. Setiap peserta atau tamu yang bersedia berpartisipasi
9
menanam mangrove diberi sertifikat. Di lingkungan hotel sendiri Bintari melakukan pembuatan kompos dari limbah dapur dan limbah bunga yang terbuang di Shangri-La Hotel, pembuatan biopori, memanfaatkan halaman Hotel Sangri-La sebagai lahan tanaman herbal, menjaga kebersihan lingkungan bekerjasama dengan pihakpihak terkait untuk kebersihan saluran air disekitar Shangri-la Hotel, Pembuatan Pupuk dari sisa Kopi Tamu Hotel Shangri-La, Mensosialisasikan kepada suplier Shangri-La Hotel untuk peduli pelestarian alam dan lingkungan. Perilaku konservasi alam juga diterapkan dalam lingkup manajeman hotel, antara lain yaitu Mendukung Program Shark Fin- Tidak Menjual
10
sirip ikan hiu di Sangri-La Hotel sejak Tahun 2012, Melakukan Efisiensi proses limbah minyak goreng menjadi biodiesel, Kampanye flyers untuk customers agar tidak menggunakan Stereofoam, mengurangi proses caron footprint melalui penggantian penggunaan konsumsi mineral water dengan botol plastik menjadi fefilling mineral water dengan botol beling, dan juga pengurangan pemakaian tisu bagi tamu hotel. Dengan predikat sebagai Harapan Nasional Pertama dalam Lomba Wana Lestari kategori Kader Konservasi Alam (KKA) tahun 2014, Bintari Rarastiwi tepat dijuluki “Konservasionis Metropolitan”. Dari Jakarta untuk Indonesia.
EKO RIANTO, S. HUT Eko Rianto baru saja menamatkan pendidikan jenjang S1 nya di Jurusan Kehutana Universitas Victory Sorong, Papua Barat. Sosok yang ramah, riang dan senang bercerita ini menjadi salah satu mitra handal Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat dalam mengkampanyekan konservasi sumber daya alam hayati. Saat ini Ia menjabat sebagai sekretaris Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Provinsi Papua Barat. Selain aktif di FK3I Papua Barat, pemuda asli jawa kelahiran Sorong, 23 November 1989 ini juga banyak
aktif di organisasi kepemudaan lainnya. Beberapa organisasi yang mencatat namanya sebagai anggota adalah FK Gaul, yaitu sebuah Forum Komunikasi Gerakan Dan Aksi Untuk Lingkungan Kota Sorong, Granat (Gerakan Anti Narkotika) Kota Sorong, Karang Taruna, Remaja Islam Masjid bahkan Ia juga rutin menjadi pengajar Taman Pendidikan Al-Quran di lingkungan tempat tinggalnya. Satu misi yang mendorongnya aktif dalam semua organisasi yang diikutinya, yaitu membawa isu lingkungan dan konservasi alam agar semua lapisan masyarakat sadar dan tahu apa itu konservasi dan masyarakat sadar akan pentingnya konservasi. Materi mengenai konservasi dan sumber daya alam rutin dia berikan kepada anak-anak didiknya disela-sela kegiatannya mengajar mengaji. Selain itu Eko juga giat melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah mulai dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak hingga tingkat menengah atas. Beberapa TK ia datangi untuk mengajak guruguru berdiskusi dan memberikan materi mengenai konservasi alam. Beberapa kali juga ia menjadi salah satu pendorong atau pioneer dalam pendirian
11
siswa pecinta alam (Sispala) untuk siswa sekolah tingkat menengah. Saat ini dia sedang gencar mempromosikan TWA Sorong sebagai kawasan konservasi yang dapat dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata dan tempat penelitian. Lokasi TWA Sorong yang berada di tengah kota memiliki nilai strategis tersendiri untuk dikembangkan sebagai tujuanwisata alam dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar Kegiatan-kegiatan kampanye dan penyuluhan konservasi alam banyak dia lakukan baik secara swadana mau dengan melibatkan berbagai pihak baik pemerintahan maupun pihak swasta. Beberapa kegiatan yang tecatat yang pernah dilaksankannya antara lain yaitu Melaksanakan penyuluhan dan kampanye mengenai konservasi alam dan lingkungan kepada masyarakat umum, anak sekolah
12
dan pemerintah, Memasukan materi mengenai konservasi kepada anak-anak Taman Pendidikan Al’Quran, Melakukan pembinaan terhadap pelajar pencinta alam (PAPALA) di SMA kota Sorong, Melaksanakan kegiatan penanaman, penghijauan di lahan kritis dan lokasi sekitar mata air, Melaksanakan kegiatan bersih pantai dan pesisir, Menjadi narasumber dalam seminar dan kampanye di radio, Mengikuti kegiatan patroli kawasan konservasi bersama Balai Besar KSDA Papua Barat, Melakukan kampanye dan penyuluhan TSL yang di lindungi. Dengan predikat Harapan Nasional Kedua pemenang Lomba Wana Lestari kategori Kader Konservasi Alam (KKA) tahun 2014, Eko Rianto tepat dijuluki “Pemuda Konservasi Kota Sorong”. Dari Papua Barat untuk Indonesia.
DEDE KARNADI Berlatar belakang mantan berandalan timbul keinginan merubah pandangan masyarakat sekitar terhadap dirinya, bersama pemudapemudi Air Hitam menyatukan visi dan misi tentang upaya pelestarian lingkungan dengan membentuk sebuah kelompok yang kemudian diberi nama Kelompok Pemuda Pemudi Penggiat Alam dan Lingkunngan Hidup. Selanjutnya Dede aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan berperan sebagai koordinator humas dari kelompok tersebut. Walaupun keterlibatannya dalam upaya konservasi alam, namun Dede baru mengikuti pelatihan Kader Konservasi Alam yang
diadakan oleh balai Konservasi Sumberdaya Alam Bengkulu pada tahun 2012. Melalui pelatihan Kader Konservasi Alam tersebut Dede ditetapkan sebagai Kader Konservasi Alam dengan Nomor Anggota 212/ BKSDA-BKL-i/PL/2012. Dede memprakarsai kegiatan kelompok yang telah terbentuk ini seiring semakin berkurangnya anggota kelompok yang aktif. Saat ini Dede menjadi Kepala Desa Bumi Mekar Jaya dan menjadikannya lebih mudah untuk memberikan pengarahan dan menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan Dede antara lain yaitu : Pelestarian flora langka kantong semar, pembibitan cemara laut, waru dan ketapang, rehabilitasi Taman Wisata Alam Air Hitam dan sekitarnya sebagai habitat pendaratan dan bertelur penyu laut dan pengembangan souvenir khas sebagai penunjang kegiatan ekowista, membantu penggulangan konplik satwa liar beruang masu dengan masyarakat di Desa Sinar Laut, membantu dalam pengamanan kawasan hutan Taman Wisata Alam Air Hitam, memberikan kegiatan penyuluhan KSDAH & E di Madrasyah Ibtidaiyah (MI) Sinar Laut.
13
Dengan predikat Harapan Nasional Ketiga pada Lomba Wana Lestari kategori Kader Konservasi Alam (KKA) tahun 2014, Dede Karnadi tepat dijuluki “Pendekar Konservasi Air Hitam”. Upayanya merubah diri dengan melakukan hal-hal positif dalam konservasi alam patut dihargai. Dari Bengkulu untuk Indonesia.
14
15
16
CPA HIROSI
Pria kelahiran asli Papua ini adalah salah satu putra terbaik Papua. Disela kesibukannya mengajar antropologi di salah satu SMU di Kabupaten Sentani, Marshall Sueba masih sempat meluangkan waktunya untuk mendidik dan membina generasi muda di luar sekolah dalam wadah Club Pecinta Alam (CPA) yang bernama “Hibiscus Rosa Sinensis” disingkat Hirosi
yang didirikannya bersama teman-temannya 13 tahun yang lalu. Pada awal berdirinya CPA Hirosi hanya beranggotakan 6 orang. Nama Hirosi diambil dari singkatan nama ilmiah kembang sepatu yaitu Hibiscus rosa sinensis, melambangkan kelembutan dalam jiwa para pecinta alam yang selama ini selalu dinilai urakan dan identik dengan ketidakteraturan. Dalam kegiatannya sehari-hari CPA Hirosi bertanggung jawab mengelola lahan seluas 8 Ha yang merupakan hibah dari masyarakat adat menjadi sebuah lokasi pendidikan alam bagi anggotanya. keanggotaan CPA Hirosi terbuka buat umum mulai dari siswa SMA hingga masyarakat umum yang memiliki minat dan kepedulian terhadap lingkungan dan kegiatan kepecintaalaman. CPA Hirosi secara rutin melakukan kegiatan-kegiatan di alam bebas yaitu pendakian, lomba lintas alam, diklat dan pendidikan dasar bagi anggota baru, penanaman dan penghijauan di hutan kemiri yang menjadi base camp mereka. Hutan kemiri pada mulanya adalah lahan tidur yang kemudian oleh CPA Hirosi ditanami hingga menjadi hutan buatan dan dikembangkan menjadi lokasi wisata dan pendidikan
17
alam. Di sini dibangun sarana rekreasi berupa kolam renang, saung atau pondokan dan sekretariat. Selain aktif dikegiatan alam bebas, CPA Hirosi juga concern pada isu lingkungan dan konservasi sumber daya alam. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain yaitu rehabilitasi lahan kritis sehingga menjadi hutan dan dikelola sebagai pusat kegiatan CPA Hirosi, penanaman pohon dan penghijauan, pelepasliaran satwa, kampanye dan penyuluhan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, melakukan program daur ulang sampah, sanggar seni budaya, pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan, pendidikan lingkungan kepada remaja dan anak-anak sejak usia dini. Organisasi Club Pecinta Alam Hirosi gencar melakukan pendidikan lingkungan untuk generasi muda melalui pendidikan non formal yaitu Sekolah Alam dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sampai saat ini sekolah alam binaan CPA Hirosi memiliki anggota tetap sebanyak 150 orang yang terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu kelas pemula untuk siswa kelas 4-6 SD, kelas Larva untuk siswa kelas 7-8 SMP, kelas Kepompong untuk siswa kelas 9 SMP –
18
kelas 11 SMA, kelas Imago untuk siswa kelas 12 SMA, kelas Pemimpin dan Calon Instruktur untuk tingkat mahasiswa dan umum. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ceria bentukan CPA Hirosi didirikan pada tanggal 14 Februari 2014.
Salah satu program kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh CPA Hirosi adalah melalui program Life Skill, keterampilan berbasis lingkungan dimana CPA Hirosi melibatkan kaum perempuan yang tergabung dalam satu wadah, yaitu Komunitas Noken Papua (Konopa). Anggota Konopa mengembangkan keterampilan membuat noken sebagai tas khas masyarakat papua dan memasarkannya. Tidak hanya membuat noken, komunitas ini juga belajar membuat penangkaran/ pembibitan pohon yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan niken dan juga pemasaran produk yangn mereka hasilkan. Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, kaya akan sumber daya alam hayati dengan segala
kekhasan ekosistem dan masyarakatnya. Mimpi besar dari CPA Hirosi dan Pak Marshall khususnya adalah menjadi pelopor dan pengggerak konservasi alam di wilayah timur Indonesia. Membangun generasi muda calon pemimpin bangsa yang berwawasan konservasi alam dan lingkungan. Dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat di kelompoknya yaitu tidak merokok, tidak alkohol, tidak narkoba, minum air putih sebanyak minimal 8 gelas sehari dan melakukan aktivitas-aktivitas fisik di alam bebas, terbentuk pemuda papua yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan predikat Terbaik Nasional Pertama pada Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014, CPA Hirosi tepat dijuluki “Matahari Papua”. Dari Papua untuk Indonesia.
19
MAHAPALA UNNES Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Negeri Semarang atau yang lebih dikenal dengan nama MAHAPALA UNNES merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa dibidang bakat, minat dan kegemaran dalam kegiatan kepencitaalaman dan aktivitas di alam bebas. Mahapala Unnes yang didirikan 31 Maret 1976, aktif melakukan kegiatan-kegiatan petualangan di alam bebas dan melakukan pengabdian masyarakat. Mahapala Unnes beranggotakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang dari berbagai fakultas dan sampai dengan tahun 2014 berjumlah 107 orang. Kepengurusan Mahapala Tahun 2014 diketuai oleh Muhammad Syaefudin dengan sekretaris Anti Habibatussaumi. Kegiatan Mahapala Unnes bertujuan membentuk anggota yang mempunyai kepribadian yang berkualitas baik di dunia kepecintaalaman, konservasi lingkungan, petualangan, dan keorganisasian. Kegiatan di alam bebas yang sering dilakukan seperti mountaineering (mendaki gunung), navigasi darat, rafting (arung jeram), caving (penelusuran gua), rock climbing (panjang tebing), diving (selam) dan SAR. Salah satu prestasi yang pernah diraih Mahapala
20
Unnes dibidang kepecintaalaman adalah pendakian seven summit yaitu pendakian Mount. Aconcagua, Amerika pada tahun 2013. Dalam pendakian Mount. Aconcagua tersebut Mahapala Unnes juga mempromosikan konservasi alam Indonesia dan potensi wisata alam Indonesia yang berupa keindahan alam dan panorama yang unik dan khas. Selain itu, Mahapala Unnes juga aktif mengikuti
dan menjadi juara perlombaan-perlombaan bidang kepecintaalaman (arung jeram, panjant dinding, orienteering) dan pertemuan rutin pecinta alam seindonesia. Sebagai organisasi yang tidak hanya aktif dibidang pecinta alam, Mahapala Unnes juga aktif dan peduli dalam kegiatan lingkungan dan konservasi alam. Pada tanggal 12 Maret 2010, Universitas Negeri Semarang mendeklarasikan diri sebagai Kampus Konservasi dengan dimotori atau diprakarsai oleh Mahapala Unnes. Pendeklarasian menjadi kampus konservasi ini diawali dengan pengelolaan hutan mini kampus sebagai kawasan konservasi di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang. Hutan mini ini dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, wisata, penanaman pohon dan juga kegiatan untuk beraktivitas di alam bebas lainnya. Mahapala Unnes sering melakukan kampanye pembuatan lubang biopori sebagai upara resapan air dan telah membuat 7500 lubang biopori di lingkungan kampus.
Beberapa kegiatan lain yang telah dilakukan Mahapala Unnes dibidang lingkungan dan konservasi antara lain yaitu Melaksanakan Penanaman dalam kegiatan Youth Climate Camp, Inventarisasi tanaman dan analisis vegetasi di Wanawisata Gua Kiskendo, Inventarisasi tanaman dan analisis vegetasi di Wanawisata Gua Kiskendo. Untuk kampanye dan penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Mahapala Unnes telah mengaplikasian pendidikan cinta lingkungan di SDN. 2 Rejosari Kendal, melakukan sosialisasi pendidikan lingkungan hidup di 7 SD Kec. Gunungpati, melaksanakan kemah anak cinta lingkungan, pemasangan tong sampah di lingkungan kampus dan gerakan menanam. Dengan predikat Terbaik Nasional Kedua pada Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014, MAHAPALA UNNES tepat dijuluki “Konservasionis Kampus”. Dari Jawa Tengah untuk Indonesia.
21
MAPALA UMA MAPALA Universitas Medan Area (Mapala UMA) adalah salah satu organisasi pecinta alam dan lingkungan hidup di lingkup Kampus Universitas Medan Area yang didirikan pada 17 Desember 1998. Saat ini, Mapala UMA diketuai oleh Zul Fahmi Harahap, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian yang menjadi anggota Mapala UMA angkatan XV - Lawang Danadyaksa. Sampai saat ini, Mapala UMA memiliki 17 angkatan dengan jumlah anggota mencapai 111 orang. Dengan visi menciptakan kader lingkungan yang berpendidikan, berjiwa sosial, kreatif serta inovatif dalam menggalakkan kampanye pelestarian lingkungan alam, Mapala UMA banyak menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar kampus. Mapala UMA bekerja sama dengan pihak Yayasan Haji Agus Salim menerapkan pengelolaan hutan kampus dengan menerapkan prinsip-prinsip konservasi dimana hutan kampus tersebut dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi siswa, pelajar dan mahasiswa bahkan untuk masyarakat umum. Salah satu tujuan ditetapkannya Hutan Konservasi Kampus
22
(HKK) Universitas Medan Area ini adalah agar dapat memberikan pemahaman kepada generasi muda khususnya mahasiswa lingkup Universitas Medan Area mengenai konservasi alam hayati dan ekosistemnya dan juga mencoba membuat konsep pembelajaran mengenai konservasi yang terintegrasi kesemua aspek, yaitu pendidikan, arsitektur, sosial, ekonomi, hukum dan ekologis.
Kawasan Hutan Konservasi Kampus dibagi menjadi beberapa zona, seperti layaknya mengelola sebuah kawasan konservasi. Pembagian zona HKK ini terdiri dari zona inti, yaitu kawasan yang dapat dimanfaatkan secara terbatas yaitu untuk penelitian. Dalam zona inti terdapat jenis-jenis tanaman obat dan juga koleksi tanaman langka dan asli daerah. Yang kedua adalah zona rimba, dimana di zona ini dapat dilakukan kegiatan penanaman koleksi jenis pohon yang berasal dari dalam ataupun luar daerah. Dan yang ketiga adalah zona pemanfaatan, dimana zona ini terbuka untuk umum dan dapat dilakukan kegiatan wisata, diskusi, penelitian, pengolahan sampah kampus menjadi kompos dan kegiatan lingkungan lainnya. Selain aktif dalam kegiatan kepecinta-alaman dan kegiatan di alam bebas, Mapala UMA juga aktif dibidang lingkungan hidup dan konservasi alam. Beberapa kegiatan yang terkait dengan lingkungan yang diselenggarakan oleh Mapala UMA yaitu: membuat pembibitan dan penanaman pohon mangrove sebanyak 2.600 batang di pesisir Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, Kab. Deli Serdang, membuat rambu-rambu himbauan, tong
23
sampah, yang ditempatkan pada zona-zona kawasan hutan kampus untuk membudayakan konservasi alam, melaksanakan pemberlajaran KSDAH & E kepada para Mahasiswa UMA rutin dalam rangka peringatan Hari Konservasi Alam, melaksanakan penanaman dan pemeliharaan hutan mangrove di pesisir Belawan, dalam rangka upaya penyelamatan lingkungan hidup pesisir pantai Belawan, melaksanakan pembinaan konservasi dan lingkungan hidup kepada siswa TK, SD, SMP dan SMA serta mahasiswa, menjadi inisiator Forum Diskusi Mahasiswa Se-Sumatera Utara untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dalam penyalahgunaan kelestarian kawasan hutan kampus, Melakukan penanaman 1.000 pohon secara rutin setiap tahun di areal Aras Napal Besitang dalam rangka kegiatan
24
Inagurasi Penerimaan Anggota Baru MAPALA UMA, melaksanakan pelatihan pembuatan pupuk kompos dan tanaman organik kepada Ibu-ibu dan remaja disekitar kampus, melaksanakan pelatihan kepada ibu-ibu PKK di Aras Napal Besitang untuk memanfaatkan limbah sampah menjadi cinderamata seperti vas bunga dan keranjang buah dari kertas koran, plastik bekas dijadikan tas dan keranjang cucian. Hasil kerajinan tersebut dijual sebagai tambahan pendapatan mereka. Dengan predikat Terbaik Nasional Ketiga PADA Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014, MAPALA UMA tepat dijuluki sebagai “Pelopor Kampus Konsevasi”. Dari Sumatera untuk Indonesia.
KPL EDELWEISS Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) yang didirikan pada tahun 2005 ini beranggotakan masyarakat umum yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan konservasi alam. Beralamatkan di Kec. Pringgasela Lombok Timur, NTB. Kelompok ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berbasis lingkungan, membentuk karakter masyarakat yang berwawasan lingkungan untuk mendukung terciptanya pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistem yang lestari, selaras, serasi dan seimbang. Saat ini KPL Edelwiess diketuai oleh Roni Kurniawan, seorang guru kelahiran Selong 19 Maret 1984. KPL Edelweiss banyak melakukan kampanye dan penyuluhan di bidang lingkungan dan konservasi alam melalui media baik media cetak maupun media elektronik. Selain itu juga melakukan pembinaan dan pelatihan kepada semua pihak terutama generasi muda yang akan dibentuk menjadi seorang komunikator yang nantinya akan menjadi juru kampanye untuk lingkungan dan konservasi alam di Lombok.
Selama 9 tahun berdiri, banyak kegiatan bidang konservasi alam dan lingkungan yang telah dilakukan. Tidak hanya ke masyarakat umum, tetapi juga menggalang kerjasama dengan pihak pemerintah dan swasta. Dalam upaya menyebarluaskan mengenai konservasi alam, KPL Edelweiss menjadi penulis tetap tentang konservasi alam dan lingkungan di koran “Tera Kota” milik Pemda Kab. Lombok Timur yang terbit seminggu sekali dan disebar ke desa-desa se Kab. Lombok Timur juga mengisi acara talk show di TV swasta
25
milik Pemda NTB membahas tentang lingkungan hidup dan KSDAH & E. selain itu program Go Green School and Zone Green Area menjadi program kerja rutin dalam upaya penyadartahuan dan kampanye konservasi untuk tingkat siswa sekolah.
Mikro Organisme Lokal (MOL) Organik yang berasal dari pemanfaatan semua jenis limbah rumah tangga sebagai sisa olahan dapur, MOL organik ini adalah sebagai pupuk batang, daun dan buah untuk meningkatkan pertanian non kimia.
Dalam rangka menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan bebas sampah, KPL Edelweiss membentuk dan membina Kelompok Kerja Bank Sampah di Desa Paok Lombok, Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur dan dikelola oleh para Kader Posyandu setempat. Kelompok kerja ini bertugas memilah dan memisahkan sampah organik dan non-organik yang nantinya akan dimanfaatkan kembali. Hasil pemilahan sampah yang masih bisa dimanfaatkan langsung dimanfaatkan salah satunya untuk pot tanam pembibitan. Selain itu limbah rumah tangga juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Dalam kegiatan perlindungan dan pemanfaatan upaya yang dilakukan berupa perlindungan sumber mata air di 3 desa yaitu desa Lendang Nangka Kec. Maspagiu, Desa Jurut Kec. Pringgoseta dan Desa Priseta Kec. Priseta. Juga melakukan pembibitan dan persemaian jenis pohon kemiri, mangga, beringin, sengon, trembesi, mahoni, raju mesi, maja, nangka dan imba di desa Paok Lombok Kec. Suralaga Lombok Timur. Dalam program jangka panjang, KPL Edelweis juga melakukan ekspedisi konservasi (Study banding model pengelolaan kawasan) dan pendataan kijang Lombok di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.
Dalam upaya menjaga lingkungan yang sehat, KPL Edelweiss juga melaksanakan pembuatan Pestisida Nabati dari tumbuh-tumbuhan yang dampaknya adalah terjaganya kesuburan tanah dari unsur-unsur kimia, pembuatan Pestisida Nabati dari tumbuhtumbuhan yang dampaknya adalah Pembuatan
Dengan predikat Harapan Nasional Pertama pada Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014, KPL Edelweiss tepat dijuluki “Komunikator Konservasi”. Dari Nusa Tenggara Barat untuk Indonesia.
26
SISPALA WANA GIRI MANDALA Sispala Wana Giri Mandala merupakan sebuah organisasi kepecintaalaman di lingkup SMA Negeri 2 Mengwi Provinsi Bali. Sispala Wana Giri Mandala merupakan salah satu kegiatan ekstra kulikuler sekolah. Pembentukan Sispala Wana Giri Mandala dilatarbelakangi adanya keinginan para siswa dan guru pembina untuk memberikan contoh secara nyata kepada siswa lainnya dan kepada masyarakat secara umum untuk lebih peduli kepada lingkungan dan konservasi alam. Para anggota Sispala Wana Giri Mandala menyadari bahwa alam yang ada harus dapat dipelihara dan dijaga demi kepentingan manusia itu sendiri dan sikap seperti itulah yang akan disebar luaskan kepada siswa lainnya. Sispala Wana Giri Mandala diketuai oleh Kadek Aditya Subagya Putra dengan sekretaris Regina Elliantari dan diawasi dan dibina oleh dua orang guru pembina, yaitu Bapak I Made Raka, S. Pd, M.Fis dan Bapak I Wayan Suliarnata, S. Pd. Kedua pembina inilah yang banyak memberikan arahan dan masukan juga wawasan kepada siswa Sispala Wana Giri Mandala untuk lebih aktif dan peduli terhadap konservasi alam.
Sispala Wana Giri Mandala selama ini aktif di berbagai kegiatan lingkungan dan konservasi, antara lain melakukan Pengenalan Flora dan Fauna di TWA. Sangeh dan Taman Satwa, melakukan aksi bersih sampah , pembibitan dan penanaman di desa sekitar Sekolah, Penghijauan di TWA. Sangeh. Di lingkungan
27
sekolah sendiri Sispala Wana Giri Mandala giat melakukan Pengolahan jenis Tanaman Obat menjadi obat Tradisional dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar sekolah. Lahan-lahan tersebut ditanami berbagai jenis obat-obatan dan juga menjadi lokasi pembibitan. Selain itu Sispala Wana Giri Mandala mendaur ulang sampah dan membuat lobang biopori di lingkungan sekolah. Penanaman Mangrove dan gerakan anti sampah di Sekolah, pelepasan tukik dan aksi besih pantai menjadi agenda rutin lainnya dari Sispala Wana Giri Mandala. Selain aksi di lapangan, para anggota Sispala Wana Giri Mandara didorong untuk banyak menulis oleh para Pembina agar dapat menyampaikan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain sehingga lebih bermanfaat. Beberapa karya tulis dan makalah yang pernah dibuat oleh anggota sispala antara lain berjudul: Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Berdampak Pada Pemanasan Global, Penyebaran Hutan Mangrove Secara Umum Di Bali Serta Permasalahan Dan Upaya Penanganannya, Pembuatan Dupa, Upaya Pemanfaatan Sampah Sebagai Sumber Daya Listrik. Dengan gemar menulis diharapkan para anggota Sispala Wana Giri dapat
28
menyampaikan kampanye dan sosialisasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk tulisan yang dapat menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya konservasi. Dengan predikat Harapan Nasional Kedua pada Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014, SISPALA WANA GIRI MANDALA tepat dijuluki “Tunas Muda Konservasi’. Dari Bali untuk Indonesia.
KPA WARISAN kelahiran Sukananti, 13 Februari 1990 yang banyak memberikan ide dalam kegiatan konservasi sumber daya alam hayati.
Wahana Rimbawan Konservasi Hutan atau yang sering disebut dengan nama Warisan adalah unit kegiatan mahasiswa pecinta alam yang berada di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. KPA Warisan berdiri tanggal 16 Mei 2002 dengan inisiatif mahasiswa-mahasiswa Jurusan Kehutanan yang bertujuan untuk menerapkan dan mengembangkan konservasi sumber daya alam. Struktur organisasi Warisan untuk tahun 2013/2014 diketua oleh Porisman, seorang pemuda
Dengan latar belakang mahasiswa kehutanan, menambah semangat dan kepedulian Kelompok Pecinta Alam Warisan untuk banyak berbuat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan lingkungan secara umum. Kegiatan penelitian, survey, pengamatan banyak dilakukan di dalam dan sekitar kawasan konservasi. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain melaksanakan pengamaan hutan dataran rendah di Taba Penanjung, melakukan inventarisasi ekosistem hutan mangrove di pulau Bai, melaksanakan penanaman mangrove di TWA Pantai Panjang, eksplorasi jenis burung di hutan kampus Universitas Bengkulu, melaksanakan pengamatan satwa melata (biawak). Dengan predikat Harapan Nasional Ketiga pada Lomba Wana Lestari kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA) tahun 2014. Kelompok Pecinta Alam WARISAN tepat dijuluki “Rimbawan Muda Konservasionis”. Dari Bengkulu untuk Indonesia.
29
30