NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Hal: 150-166 )
ANALISIS NOVEL PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA KAJIAN STRUKTURAL SASTRA SAMSUL ARIFIN (0719058204) FAHRUDIN HAMDANI (0727048301) STKIP DOKTOR NUGROHO MAGETAN Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata; (2) Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kajian tekstual, objek penelitian adalah analisis structural novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata , sumber data yang dipakai adalah sumber data primer dan sumber data sekunder, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan, dan teknik analisis yang digunakan adalah teknik membaca heuristik dan hermeneustik. Secara struktural dapat disimpulkan bahwa tema dalam Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata. “Tentang perjuangan seorang wanita dalam menegakkan martabatnya dan tentang kegigihannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan di masa kecilnya hingga ia dewasa.”, alur dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas menggunakan alur maju, tokoh dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas yaitu terdiri tokoh utama (“Enong” dan Ikal) dan tokoh tambahan (A ling, Matarom, Salimah, Zinar, Detektif M.Nur, Paman Ikal, Ibu “Ikal” Ayah “Ikal”) Latar yang digunakan dalam menganalisi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata mengunakan tiga bagian yaitu latar tempat, waktu dan sosial kebudayaan. Latar tempat pengarang mengambil setting di kota Belitong yaitu di daerah Tanjong Pandan, perumahan Numpang Miskin, Toko “Zinar”, Sungai Linggang, kios ayam Giok Nio, gudang tua, warung kopi.latar waktu yaitu mulai antara 1980-an sampai 2000-an, dan latar sosial (kebudayaan Islami dan suasana lingkungan pendidikan). Kata kunci: Struktural, Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas.
Abstract This study aims to: (1) Describe the structure of the building novel Desert Months and Love in In Glasses Andrea Hirata; (2) The method used in this study using textual study, the object of study is the structural analysis of novel Desert Months and Love in In Glasses by Andrea Hirata, the data source used is the primary data source and secondary data sources, data collection techniques in this study using the techniques of literature, and analysis techniques used are heuristic techniques and hermeneustik read. Structurally, it can be concluded that a theme in Desert Months and Love in In Glasses by Andrea Hirata. "About a woman's struggle to uphold her dignity and perseverance in the face of the rigors of life in his childhood until he was an adult." Groove in the novel Desert Months and Love in In The glasses use advanced groove, a character in the novel Desert Months and Love in In The glasses are composed the main character ("Enong" and curls) and additional figures (A ling, Matarom, Salimah, Zinar, Detective M.Nur, Uncle curls, Mom "curls" Dad "curls") Background used in Padang Bulan and analyze novel Love in in Andrea Hirata glasses using three parts, namely setting the time, place and social culture. Background where the author takes place in the city that is in the area Belitong Tanjong Pandan, Numpang Poor housing, shops "Zinar" Linggang River, Jade Nio chicken stall, an old barn, stalls kopi. latar starting time between the 1980s to the 2000s, and social background (Islamic cultural and educational atmosphere). Keywords: Structural, Padang Bulan, Love in In Glass.
150 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
PENDAHULUAN Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi pada dirinya. Karena itu, karya sastra memiliki dunia yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan oleh sastrawan itu baik berupa novel, puisi, maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya. Di dalam sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif penciptanya, pengalaman kelompok masyarakat (fakta sosial). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu, pada umumnya langsung berkaitan dengan normanorma dan adat-istiadat jaman itu. Sastra yang baik tidak hanya merekam dan melukiskan kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti tustel, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya. Aspek terpenting dalam kenyatan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkan dalam karya sastra adalah masalah kemajuan manusia. Oleh karena itu, pengarang yang melukiskan kenyataan dalam keseluruhan tidak dapat mengabaikan begitu saja masalah tersebut. Pengarang harus menggambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena ia juga termasuk salah satu anggota masyarakat menurut Luxemburg (dalam Sangidu, 2004: 41). Selanjutnya karya sastra tidak saja lahir dari fenomena-fenomena kehidupan lugas, tetapi juga kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif dan fiktif, sehingga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertenden. Sastrawan ketika menciptakan karya sastranya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menciptakan pikiranpikirannya, dan kesan-kesan perasannya terhadap sesuatu. Masalah yang menarik untuk dikaji dalam novel ini antara lain sebagaiberikut. Seorang gadis kecil berusia 14 tahun, Enong namanya, yang sangat gemar pada pelajaran bahasa inggris, namun secara mendadak harus berhenti sekolah dan mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarganya karena ayahnya meninggal. Dengan menceritakan kisah Enong seperi sebuah gambaran, Andrea berhasil memperlihatkan kepada pembaca kekuatan-
Hal: 150-166 )
kekuatan besar yang tersembunyi di dalam diri manusia, kekuatan yang sering tidak disadari seseorang yang berada pada dirinya. Enong jatuh, bangun, jatuh lagi, dan bangun lagi. Kisah Enong tidak sekedar kisah sebuah keluarga yang sederhana, tentang impian seorang anak kecil, tentang keberanian menjalani hidup, dan mengisahkan seorang lelaki bernama Ikal yang menjadi berantakan karena tragedi cinta pertama. Bedasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana struktur yang membangun novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata. METODE Setiap penelitian tidak terlepas dari metode, metode penelitian adalah cara berpikir dengan menggunakan langkah-langkah sistematis dalam penelitian. Metode penelitian tidak bisa diterapkan untuk pembahasan semua objek, metode penelitian harus disesuaikan dengan objek penelitian. Metode penelitian adalah cara untuk mengungkapkan atau menganalisa suatu permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penulis memerlukan metode. Metode merupakan cara kerja yang harus ditempuh dalam suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian yang digunakan dalam peneliitian ini mengggunakan metode kajian tekstual. Sehingga penelitian ini berupaya memaparkan suatu peristiwa secara rinci, sistematis, cermat, dan faktual mengenai aspek perkembangan psikologis tokoh Enong dan Ikal yang selalu menghadapi konflik batin dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. PEMBAHASAN A. Tema Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karna sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam, tema bisa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi, yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyituasi persoalan yang muncul (Fananie, 2000: 84).
151 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan pokok dalam sebuah karya sastra yang tergambar dari unsur-unsur yang membentuknya. Tema dapat dikemukakan dengan cara menyimpulkan keseluruhan cerita. Tema dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata terdapat dua alur cerita yaitu: 1. Tentang perjuangan seorang wanita dalam menegakkan martabatnya dan tentang kegigihannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan di masa kecilnya hingga ia dewasa. 2. Tentang perjuangan cinta seorang lelaki dalam mempertahankan cinta pertamanya. Adapun tema yang pertama novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yaitu kisah tentang seorang anak kecil yang bernama Enong atau Maryamah. Enong adalah seorang anak yang crerdas dan pelajaran favoritnya adalah Bahasa Inggris. Iapun bercitacita menjadi seorang guru. Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yang cerdas. Ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam.(PB 11) Namun cita-cita itu harus kandas karena ia harus keluar dari sekolah setelah ayahnya meninggal. Sebagai anak tertua ia merasa mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya. Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja mendulang timah. Ia adalah perempuan pendulang timah yang pertama. Sedangkan Enong, bermalam-malam tak bisa tidur. Ia gamang memikirkan apa yang selalu dikatakan orang tentang anak tertua. Namun, ia bahkan tak sepenuhnya paham makna kata tanggung jawab. Ia takut membayangkan akibat dari kata itu. Apakah ia harus bekerja? Bagaimana ia akan menghidupi keluarga, seorang ibu, dan tiga orang adik? Apakah harus berhenti sekolah? Ia amat Mencintai sekolahnya. Ia bingung karena masih terlalu kecil untuk dibenturkan dengan perkara seberat itu. Sekarang ia paham mengapa waktu itu banyak pelayat memandanginya.(PB 29) Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun kebantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya bercucuran, tubuhnya berlumpur-lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ngayaknya. Sore itu,
Hal: 150-166 )
pendulang timah perempuan pertama di dunia ini, telah lahir.(PB 59) Enong kini telah menjadi wanita dewasa, namun cita-citanya untuk belajar Bahasa Inggris tak pernah surut. Iapun memutuskan untuk kursus bahasa Inggris. Pertemuan dengan Enong berlanjut dengan obrolan panjang tentang minatnya akan bahasa Inggris. Ia memperlihatkan padaku berbagai macam katalog yang didapatnya dari Tuan Pos. Aku terkesan akan semangat dan jiwa humornya. Aku diserbu energi positif perempuan itu.(PB 142). Ia sudah tak sabar ingin sampai ketempat kursus bahasa Inggris itu. Tak lama kemudian, aku melihat banyak anak muda berkumpul di depan sebuah rumah toko. Sebuah plang nama tampak disana: Trendy English Course. Solution For Your Future. Kami bergegas. (PB 159) Waktu berlalu dan usia Enong semakin bertambah. Semua adiknya telah menikah. Demi membahagiakan ibunya yang sedang sakit, iapun akhirnya menerima lamaran seorang lelaki yang bernama Matarom. Namun pernikahannya berakhir dengan perceraian. Tak seperti perkawinan ibu dan ketiga adiknya, Enong tidak beruntung. Kelakuan buruk suaminya telah tampak sejak awal perkawinan, namun ia bertahan. Seburuk apapun ia diperlakukan, ia menganggap dirinya telah mengambil keputusan dan dia ingin menjaga perasaan ibunya. Namun, pertahanan Enong berakhir ketika suatu hari datang seorang perempuan yang mengaku sebagai istri Matarom. Perempuan itu dalam keadaan hamil. Ia tidak datang dengan marah-marah karena tahu apa yang telah terjadi bukan kesalahan Enong. Enong meminta maaf dan mengatakan bahwa sepanjang hidupnya ia takpernah mengenal lelaki dan tak tahu banyak tentang Matarom. Enong mengakhiri perkawinannya secara menyedihkan. Ia minta diceraikan. (CdDG 19) Kisah rumah tangganya yang menyedihkan membuat Enong atau Maryamah ingin bertanding catur melawan Matarom di acara 17 Agustus nanti. Dengan pertandingan itu ia ingin menegakkan marabatnya sebagai perempuan yang telah diinjak-injak oleh Matarom dulu meskipun ia sama sekali tidak bisa bermain catur. Iapun meminta Ikal untuk mengajarinya bermain catur melalui temannya yang seorang Grand Master. “Boi, katamu kau punya kawan yang lihai main catur?” Aku teringat sahabatku Grand Master Ninochka Stronovsky yang dulu mengajariku
152 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
main catur untuk melawan Zinar, dan aku kalah secara tragis. “Bisakah kawanmu itu mengajariku?” “Maksud kakak?” “Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.”(CdDG 46) Semangat Maryamah untuk balajar catur sangat besar. Meski berkali-kali gagal, ia terus mencoba dan mencoba sampai akhirnya ia benar-benar bisa menguasai papan catur itu. Namun tak mudah untuk bisa ikut bertanding di acara 17 Agustus nanti. Banyak pihak yang menentang perempuan ikut pertandingan catur karena dianggap melanggar syariat Islam dan saat itu pertandingan catur dipertandingan khusus untuk laki-laki. Tapi dengan tekad dan perjuangan Ikal,Detektif M. Nur dan para pendukung Maryamah, akhirnya Maryamah bisa ikut bertanding catur dengan syarat ia harus memakai burkak saat pertandingan. “Alasanku menolak Maryamah adalah karena pertimbangan syariat. Tak perlu aku berpanjang-panjang dalih. Tak perlu kusitir ayat-ayatnya. Di dalam Islam, perempuan tak boleh berlama-lama bertatapan dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Dalam pertandingan catur, hal itu akan terjadi, dan hal itu nyata melanggar hukum agama. (CdDG 105-106) “Menurut hematku, kalau Modin ingin menghindari hukum agama dilanggar, pasang saja pembatas pada meja pertandingan! Maryamah bisa pula memakai burkak! Ia tak perlu saling pandang dengan siapapun! Mertua A Nyan namanya Toha, lelaki atau perempuan, sama saja! Tak tahukah kalian, zaman sudah berubah. Perempuan juga punya hak seperti laki-laki! Mereka mau main catur, mau manjat pohon pinang, mau manjat tiang listrik, itu urusan mereka! Itu hak mereka yang harus kita hormati!” (108 CdDG) Adapun tema yang kedua novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yaitu kisah tentang perjuangan cinta seorang lelaki yang bernama Ikal terhadap seorang perempuan Tionghoa yang bernama A Ling. Perasaan cinta Ikal kepada A Ling begitu besar meskipun perasaan itu ditentang oleh ayahnya. Hal ini yang menimbulkan dilema dalam diri Ikal. Disatu sisi ia sangat menyayangi ayahnya, disisi lain ia tidak bisa kehilangan A Ling. Kegalauan hati Ikal ditunjukkan dalam cuplikan novel ini: Berulang kali kusesali mengapa ayah musti berada ditengah pilihan yang runyam ini. Mengapa ia tak pernah mengatakan tidak padaku, mengatakan tidak untuk sesuatu yang
Hal: 150-166 )
paling kuinginkan. Sesungguhnya jiwaku tak kuat jika harus memusuhu ayahku sendiri, namun kemungkinan lain yang takk dapat kutanggungkan adalah jika harus kehilangan perempuan tionghoa itu. Ia bak sendi pada buku-buku jemmariku. Ia ak arus dalam sungaiku. Aku tak sangggup, tak sanggup. (PB 56-57) Kupandangi ayah dan Al Quran tua di atas meja disamping dipannya. Sajadah usang tergelar di lantai papan. Seuntai tasbih terkulai di atas sajadah itu. Dadaku perih. Sekian lama aku tak melihat ayah. Sungguh kusesali sikapku padanya. Cinta A Ling adalah jasad renik di seberang lautan yang selalu tampak olehku, cinta ayah sebesar lapangan sepak bola, menarinari dipelupuk mataku, seringkali tak kulihat. Tiba-tiba aku bisa memahami berada dalam posisi ayah: menjadi seorang lelaki muslim yang punya anak seorang lelaki muslim. (PB 132) Begitu besarnya cinta Ikal kepada A Ling hingga ia berusaha untuk selalu membahagiakan hati A Ling. Hal itu dapat dilihat dalam cuplikan novel berikut ini: Detektif M. Nur bertanya mengapa, kujawab: aku memerlukan pekatik itu karena ingin menghinggapkan punai dipohon kecapi dipekarangan rumah A Ling, pada hari ualang tahunnya karena A Ling sangat kagum dan telah dirundung rindu pada burung punai. Itulah hadiah ulang tahun dariku untuknya tahun ini. (PB 76) Namun kisah cinta Ikal tak semulus yang diharapkan, kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa A Ling akan dilamar oleh orang lain yaitu Zinar. Meskipun kabar itu belum tentu kebenarannya, namun hal itu mampu membuat Ikal Frustasi. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan novel berikut ini: Aku telah melalui rasa sangsi waktu Detektif M. Nur memberitahuku soal lelaki yang membonceng A Ling naik sepeda beberapa hari lalu. Sangsi itu naik kelas menjadi frustasi, lalu menjadi putus asa, dan kini aku menjadi marah. Kakiku seperti dililit tambang jangkar perahu kopra untuk datang ke kampung Numpang Miskin, dengan maksud menjumpai A Ling. (PB 113-114) Keinginan Ikal untuk menunjukkan rasa cintanya kepada A Ling begitu besar sehingga ia rela untuk melawan Zinar di semua pertandingan dalam peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan novrel berikut ini: Aku bekerja di warung kopi Paman dan fokus pada tujuanku yang sederhana, namun ambisius: mengalahkan Zinar main catur,
153 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
menunjukkan pada A Ling bahwa aku bukanlah sorang pecundang, lalu merebutnya kembali dari tangan lelaki ganteng yang tinggi itu. Inilah rencana D hidupku. Pasti dan teguh, tak bisa, sama sekali tak bisa, diganggu gugat. (PB 182) Meskipun Ikal dikalahkan dalam semua pertandingan dalam peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus oleh Zinar, namun Ikal tidak putus asa. Masih ada sebuah harapan lagi untuk mengalahkan Zinar yaitu menambah tinggi badan 4 sentimeter melalui sebuah produk yang bernama Ortoceria. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan novel berikut ini: Kudekap katalog Ortoceria!. Dadaku dipenuhi perasaan haru sekaligus melambung. Kuambil sepucuk kertas dan kutulis: Rencana F: menambah tinggi badan 4 sentimeter. Kuanggap rencana ini sebagai gagasan linear dari catur, pingpong, dan sepak bola dengan tujuan yang sederhana dan jelas: mengalahkan Zinar. Kubayangkan A Ling kembali dari Tanjung Pinang, lalu terbelalak melihat penampilan baruku yang mendebarkan. (PB 230) B. Alur (Plot) Stanton, (2007: 26) mengemukakan bahwa tema adalah rangkaian-rangkaian dalam sebuah cerita. Salah satu elemen terpenting dalam membentuk karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering pula disebut dengan istilah alur, dalam pengertiannya yang paling umum, plot atau alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita, menurut Siti Sundari, et.al, (dalam Fananie, 2000: 93). 1) Atau tahap penyituasian atau pemecahan masalah Dalam pengertian ini, elemen plot hanyalah didasarkan pada paparan mulainya peristiwa, berkembangnya peristiwa yang mengarah pada konflik yang memuncak, dan penyelesaian terhadap konflik. Dalam pembagian tersebut tampak bahwa rangkaian peristiwa yang membangun suatu plot merupakan suatu sekuen rangkaian peristiwa yang berkaitan, oleh Aristoteles diistilahkan a continious sequence of beginning, middle, and end, menurut Abrahas (dalam fananie, 2000: 93). Di bawah ini hasil analisis mengenai alur novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata sebagai berikut. 1. Tahap Penyituasian (Situation) Adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita, tahap ini adalah tahap pembukaan cerita, dan pemberian informasi awal. Tahap penyituasian dimulai ketika pengarang mulai
Hal: 150-166 )
memperkenalkan tentang awal dimulainya masalah, dalam tahap ini pengarang mulai memperkenalkan masalah cerita pada tema yang pertama yaitu ketika ayah Enong yang bernama Zamzami meninggal disaat Enong masih kecil. Hal ini yang membuat Enong harus putus sekolah dan bekerja keras untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Sampai ia beranjak dewasa, ia lebih memilih bekerja keras demi adik-adiknya daripada memikirkan dirinya sendiri. Sampai akhirnya semua adiknya mendahuluinya menikah. Demi membahagiakan hati ibunya yang sedang sakit akhirnya ia menerima pinangan seorang lelaki yang bernama Matarom. Tahap penyituasian ini bisa dilihat dalam cuplikan novel di bawah ini. Beberapa waktu kemudian, Syalimah jatuh sakit. Dokter berkata, ia sakit karena lanjut usia. Tabib berkata, ia sakit karena sudah tua. Selama ibunya sakit, Enong sering mendapati ibunya memandanginya dengan sedih. Enong tahu apa yang ingin dikatakan ibunya, namun tak sanggup terkatakan. Ia ingin melapangkan hati ibunya sementara masih ada waktu. Karena itu, ia menerima pinangan seorang lelaki bernama Matarom. Suatu keputusan yang kemudian akan disesalinya. (CdDG 19) Pengenalan masalah cerita pada tema yang kedua yaitu ketika Ikal mendapat informasi dari Detektif M. Nur bahwa A Ling dibonceng oleh seorang lelaki. Tahap penyituasian ini bisa dilihat dalam cuplikan novel di bawah ini. Selidik punya selidik, soal seorang pria menjemput A Ling itu rupanya telah beberapa kali terjadi. Informasi itu kudapat dari Detektif M. Nur. “Aku punya mata-mata di Numpang Miskin, Boi,” dengusnya. “Lelaki yang suka menjemput A Ling itu ganteng bukan main. Macam bintang pelem Hong Kong! Tinggi pula badannya. Terbantinglah kau, nges, nges.” (PB 93) 2. Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances) Pada tahap pemunculan konflik pengarang mulai memunculkan konflik yang dialami oleh masing-masing tokoh. Tahap pemunculan konflik pada tema yang pertama dimulai ketika perkawinan Enong atau Maryamah dengan Matarom berakhir dengan perceraian. Kisah perkawinannya yang menyedihkan membuat Maryamah ingin melawan Matarom bertanding catur dalam acara 17 Agustus. Tahap pemunculan konflik ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Tak seperti perkawinan ibu dan ketiga adiknya, Enong tidak beruntung. Kelakuan buruk suaminya telah tampak sejak awal perkawinan,
154 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
namun ia bertahan. Seburuk apapun ia diperlakukan, ia menganggap dirinya telah mengambil keputusan dan dia ingin menjaga perasaan ibunya. Namun, pertahanan Enong berakhir ketika suatu hari datang seorang perempuan yang mengaku sebagai istri Matarom. Perempuan itu dalam keadaan hamil. Ia tidak datang dengan marah-marah karena tahu apa yang telah terjadi bukan kesalahan Enong. Enong meminta maaf dan mengatakan bahwa sepanjang hidupnya ia takpernah mengenal lelaki dan tak tahu banyak tentang Matarom. Enong mengakhiri perkawinannya secara menyedihkan. Ia minta diceraikan. (CdDG 19) “Boi, katamu kau punya kawan yang lihai main catur?” Aku teringat sahabatku Grand Master Ninochka Stronovsky yang dulu mengajariku main catur untuk melawan Zinar, dan aku kalah secara tragis. “Bisakah kawanmu itu mengajariku?” “Maksud kakak?” “Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.”(CdDG 46) Tahap pemunculan konflik pada tema yang kedua dimulai ketika Ikal mulai mendengar kabar angin bahwa lelaki itu akan melamar A Ling. Ikal berusaha untuk menemui A Ling namun tidak bisa bahkan melalui Bibinya A Ling Ia mendengar bahwa A Ling tak berminat menemuinya lagi. Tahap pemunculan konflik ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Bagiku, waktu telah menjadi spekulasi yang mendebarkan. Akankah esok semuanya berubah. Ah, rupanya kabar A Ling akan dilamar orang lain, Detektif M. Nur mengejekku, dan permusuhanku dengan ayah gara-gara cinta yang gila itu, tak lebih dari mimpi buruk semalam. Namun, aku bangun pagi ini, dengan dada yang penuh karena semua itu bukan mimpi. Kucoba menemui A Ling. Sungguh celaka. Lewat bibinya ia bilang tak berminat berjumpa lagi denganku. Sibuk! Ketusnya. Begitu bibinya menirukannya sepersis mungkin. Aku terperanjat. Sakit hati. Hal begini tak pernah terjadi sebelumnya. Padahal, Kapal Mualim Syahbana sudah mau angkat sauh. Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, tujuannya. Sementara itu, orang yang paling ingin kuajak malah tak peduli padaku. Belum kuhitung aku sampai pecah kongsi dengan ayahku gara-gara ia. Betapa cepat situasi berubah. Betapa sial nasibku sekarang. Terkulai aku dibuatmya. (PB 100-101).
Hal: 150-166 )
3. Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action) Tahapan berikutnya adalah tahap penigkatan konflik yaitu tahap dimana konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan semakin dikembangkan intensitasnya. Peningkatan konflik dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang pertama terjadi ketika Maryamah mulai mengalahkan lawannya satu-persatu dalam pertandingan catur.. Tahap peningkatan konflik dalam novel ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Pertandingan baru berjalan beberapa langkah, namun Aziz langsung bingung melihat perwiraperwira Maryamah mengamuk seperti angin puting beliung. Ia mati kutu. Berkali-kali dia mengangkat wajahnya, berusaha melihat muka lawan di seberangnya, namun syariat tak memungkinkan itu. Selendang merah menyembunyikan kemampuan ajaib seorang perempuan miskin yang tersia-sia, yang telah dipandang sebelah mata oleh siapa saja. Sore ini ia menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Maryamah mengangkat kudanya. Raja Aziz menghembuskan napas yang terakhir. (CdDG 142-143) Sementara itu, tak seorangpun pernah menduga Maryamah dapat melaju sejauh ini. Ditelah melunturkan 8 pecatur, namun, masyarakat memperkirakan riwayatnya akan segera khatam. Dari 75 pecatur, hanya tertinggal 5. Empat dari mereka, selain Maryamah, adalah pecatur kelas kakap. Maryamah diramalakan akan menjadi juru kunci 5 besar itu, dan takkan mampu mendekati mantan suaminya, Matarom. Seperti telah terjadi dua tahun berturut-turut, proyeksi khalayak untuk final nanti tetap Matarom vs Djemalam.(CdDG 237) Peningkatan konflik pada tema yang kedua terjadi ketika Ikal ingin mengalahkan Zinar main catur. Ia ingin menunjukkan pada A Ling bahwa ia bukanlah seorang lelaki pecundang. Tahap peningkatan konflik dalam novel ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Aku bekerja di warung kopi Paman dan fokus pada tujuanku yang sederhana, namun ambisius: mengalahkan Zinar main catur, menunjukkan pada A Ling bahwa aku bukanlah sorang pecundang, lalu merebutnya kembali dari tangan lelaki ganteng yang tinggi itu. Inilah rencana D hidupku. Pasti dan teguh, tak bisa, sama sekali tak bisa, diganggu gugat. (PB 182) 4. Tahap Klimaks atau Puncak Peristiwa (Climax) Yaitu pertentangan-pertentangan yang terjadi yang dilakukan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
155 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokohtokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan sebagai penderita terjadinya konflik utama. Tahap klimaks dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang pertama terjadi pada saat Maryamah berhasil masuk final dan akan bertanding melawan Matarom. Tahap klimaks dalam novel ini dapat dilihat pada kutipan novel berikut. Maryamah dan Matarom berhadap-hadapan. Sungguh mendebarkan. Maryamah mendapat buah putih. Yang diharapkan para penganut perdukunan terkabul, yakni pada tarung papan pertama, Matarom akan memimpin tentaratentara iblisnya. Matarom tersenyum. Dapat kurasakan Maryamah sedikit banyak terkorupsi oleh sugesti. Ia berusaha menguatkan diri untuk menghadapi lawan multidimensi. Ia bukan hanya akan melawan pecatur brilian di depannya, namun juga berkelahi melawan apa yang dipercayai oleh lelaki-lelaki berpakaian serba hitam yang nanar menatapnya. (CdDG 294) Konflik semakin meningkat saat pertandingan pertama dan kedua mereka seri karena Matarom selalu menawarkan remis. Saatnya untuk pertandingan yang ketiga,pertandingan yang menentukan. Diawal pertandingan Maryamah membuat kesalahan fatal. Hal itu tidak disiasiakan oleh Matarom. Ia merencanakan kematian yang menghinakan bagi raja Maryamah. Keadaan Maryamah kritis. Kekalahan menarinari di mata kami. Alvin tampak tak tega melihat Mak Cik-nya kena bantai. Detektif M. Nur memalingkan muka. Paman berulangkali menarik napas panjang. Ia seperti ingin sekali membela Maryamah, tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Preman Cebol menunduk. Ia pasti sedang berdoa. Baru kali ini kulihat Preman Cebol berdoa. Sambil menyeringai penuh kemenangan, Matarom menghempaskan Menterinya sambal berteriak, “SEKAK!” (CdDG 299) Tahap klimaks yang paling puncak dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang pertama terjadi pada saat Maryamah berhasil menghindar dari serangan Matarom dan mulai menyusun pertahanan khasnya. Sebuah tehnik yang belum pernah dikenal oleh Matarom maupun pendukungnya. Keadaan berbalik. Teknik yang dipakai Maryamah bukanlah tandingan teknik yang dipakai Matarom. Dan saat yang dinantipun tiba, yaitu saat untuk menegakkan kembali martabat yang sudah diinjak-injak oleh Matarom dulu. Matarom menyerbu lagi dengan putus asa, namun Guioco Piano telah mencapai titik
Hal: 150-166 )
bunuhnya. Maryamah mengangkat kudanya. Ia bangkit dan menarik selendang pembatas sehingga bertatapan langsung dengan Matarom. Wajahnya bersimbah air mata. Dientakkannya kembali sang kuda sambil menjerit : sekakmat! (CdDG 302) Tahap klimaks dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang kedua terjadi pada saat Ikal memutuskan untuk bertanding melawan Zinar di semua pertandingan dalam peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus. Tahap klimaks dalam novel ini dapat dilihat pada kutipan novel berikut. Dalam keadaan berkecil hati, saat dihinggapi keraguan bahwa ide mengalahkan Zinar adalah mustahil dan lelaki yang tinggi itu akan mmembawa A Ling pergi. Sebuah tangan rasannya merogoh tenggorokanku, masuk ke dalam rongga dadaku, dan mencabut jantungku. Jika pikiran itu datang, kupelajari catur sampai pagi. (PB 190). Akhirnya, tibalah saatnya aku mendaftarkan diri pada kejuaraan catur 17 Agustus. Karena panitia kongsi Detektif M. Nur sesama penggila burung Merpati, ia dapat mengatur agar lawan pertamaku Zinar.(PB 191). Untuk pertandingan pertama Ikal mengalami kekalahan pada permainan catur saat melawan Zinar. Seperti yang tertulis dalam novel berikut. Aku terpaku. Begitu cepat semuanya berakhir. Euforia, segala teori poligon imajiner, segala sokongan seorang grand master, dan segala persiapan berminggu-minggu, terhempas hanya dalam waktu kurang dari 10 menit. Di papan tulis kulihat seorang menulis : Zinar vs Ikal, 2:0, tak berbalas. (PB 196). Ikal memutuskan untuk melawan Zinar di pertandingan berikutnya yaitu pertandingan pingpong dan sepak bola, meskipun ia tidak bisa bermain keduanya. Namun dalam pertandingan kali inipun ia juga mengalami kekalahan. Seperti yang tertulis dalam novel berikut. Aku kalah telak dan megap-megap kehabisan nafas. Segala teori matematika lirikan mata telah dihempaskan berkeping-kkeping oleh Zinar. Selain kemampuan melirik dan menoleh dengan cepat, kemampuan mengendap untuk menyelamatkan diri, tampaknya harus pula disarankan pada pelatih tim nasional pingpong. (PB 210). Tinggallah sepak bola harapanku. Karena pelatih sepak bola itu awakku, melalui jaringan nepotisme, aku masuk tim. Namun, aku hanya duduk di bangku cadangan. Sampai seluruh pertandingan sepak bola 17
156 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Agustus selesai, aku tak pernah dimainkan. Padahal, kostumku sudah mentereng. (PB 211). Konflik semakin meningkat saat Ikal mengalami kekalahan dalam semua pertandingan. Namun Ikal tidak putus asa, masih ada satu harapan lagi yaitu meninggikan badan 4 sentimeter melalui suatu produk yang bernama Ortoceria. Kudekap katalog Ortoceria!. Dadaku dipenuhi perasaan haru sekaligus melambung. Kuambil sepucuk kertas dan kutulis: Rencana F: menambah tinggi badan 4 sentimeter. Kuanggap rencana ini sebagai gagasan linear dari catur, pingpong, dan sepak bola dengan tujuan yang sederhana dan jelas: mengalahkan Zinar. Kubayangkan A Ling kembali dari Tanjung Pinang, lalu terbelalak melihat penampilan baruku yang mendebarkan. (PB 230) Tahap klimaks yang paling puncak dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang kedua terjadi saat usaha Ikal untuk menambah tinggi badan kali inipun gagal. Ia hampir saja mati tercekik oleh alat peninggi badan tersebut. Setelah merasa semua usaha untuk mencegah agar A Ling tidak dibawa pergi oleh Zinar sia-sia,, akhirnya Ikal membuat keputusan, ia akan pergi meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Jakarta. Seperti yang tertulis dalam novel berikut. Akhirnya, akhir dari semua hal yang menyakitkan itu adalah keputusan yang pahit yang harus kuambil, yaitu meninggalkan kampung dan mungkin takkan pernah kembali. Aku tak dapat tinggal disini. Aku tak dapat melihat Zinar tanpa merasa cemburu. Aku tak dapat melihat A Ling tanpa merasa patah hati. Aku tak dapat melihat ibuku tanpa merasa malu, dan aku tak dapat melihat ayahku tanpa merasa bersalah.(PB 281-282). 5. Tahap Penyelesaian (Denouement) Tahap penyelesaian adalah tahap dimana konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian dan ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar dan cerita diakhiri. Dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang pertama pengarang mengakhiri konflik yang terjadi saat Maryamah mendapati kerinduan dan menemukan penawarnya di dalam permainan catur, karena semua masalah yang dialami saat ia masih kecil sampai dewasa sudah terselesaikan dalam pertandingan catur, dan
Hal: 150-166 )
cita-citanya menjadi pengajar bahasa inggris tercapai. ……..Di papan catur, Selamot dan Maryamah mendapati kerinduan menemukan penawarnya, utang budi menemukan terima kasihnya, ketidakadilan menemukan timbangannya. Di papan catur, kedua perempuan yang kalah itu menemukan kemenangan demi kemenangan. (CdDG 285 ) Maryamah tetap menunggu penerbitan jilid selanjutnya dari Kamus Bahasa Inggris 1 Miliar Kata peninggalan ayahnya. Cita-citanya untuk mengajar bahasa Inggris tercapai dengan membuat pertemuan untuk siapa saja penggemar bahasa Inggris di kios ayam Giok Nio setiap Sabtu.(CdDG 305) Dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pada tema yang kedua pengarang mengakhiri konflik yang terjadi saat A Ling datang ke rumah Ikal menyerahkan undangan pernikahan Zinar dan menyatakan kekesallannya karena ikal mau berlayar dengn Mualim Syahbana ke Jakarta tanpa memberitahunya. Ikal tersadar bahwa tindakannya selama ini ternyata salah paham yang disebabkan informasi yang salah yang diperoleh dari Detektif M. Nur. A Ling berdiri terpaku di tengah pekarangan sambil memegangi sepedanya. Aku tak mampu berkata-kata. Kudekati ia, dan aku merasa seperti menyongsong lautan yang biru. Aku melangkah, tapi seakan tak sampai-sampai padanya. Tahu-tahu, aku telah berdiri di depannya. Jika ia menjentikku sedikit saja dengan ujung jarinya, aku pasti roboh. Ia tampak jengkel. Dengan ketus mengatakan kesal padaku karena mau berlayar dengan Mualim Syahbana ke Jakarta tanpa memberitahunya. (PB 289) Kutatap matanya, dilapisan yang terdalam, tampak oleh kupadang rumput yang terhampar. Aku menyesal. Bagaimana hal konyol bisa terjadi? Ini tak lain ulah detektif swasta tengik itu: M. Nur! Ah, hamper saja kubuat kesalahan terbesar dalam hidupku gara-gara informasi yang menyesatkan dari intel Melayu kontet itu. A Ling menyerahkan undangan untukku dan ayahku agar hadir acara perkawinan Zinar esok sore. Ia melengos, lalu berderak-derak pergi naik sepeda. Jengkelnya tak reda. (PB 290) Hari pernikahan Zinar merupakan hari kebahagiaan bagi semua orang termasuk Ikal. Dihari itu ia melihat ayahnya tersenyum pada dirinya dan A Ling, ia merasa semua permasalahan yang dihadappinya selama ini telah selesai. Disudut sana kulihat ayahku. Ia memperhatikanku dan A Ling, dan ia 157
Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
tersenyum. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang. Masa depan milik Tuhan. Tapi, saat itu aku tahu bahwa pertikaian antara aku dan Ayah telah berakhir dengan damai. (PB 299) Dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas pegarang menggunakan alur maju yaitu novel ini yang menyuguhkan kepada pembaca mulai dari awal sebelum terjadinya konflik sampai konflik berakhir. Tahap-tahap pemplotan seperti di atas dapat juga digambarkan dalam bentuk gambar diagram. Diagram struktur yang dimaksud biasanya, didasarkan pada urutan kejadian dan atau konflik secara kronologis. Jadi, diagram itu lebih mengambarkan struktur plot jenis progresif-konfensional-teoretis (Nurgiyantoro, 2007: 150) Dengan demikian, dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas menggunakan alur maju yaitu alur yang diawali dari penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, konflik mencapai klimaks, dan penyelesaian konflik secara urut dari awal hingga akhir atau alur maju. C. Penokohan (Karakter) Stanton, (2007: 33) mengemukakan bahwa karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya; “Berapa karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu. Istilah “tokoh” menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapa tokoh utama novel itu?”, atau, “Ada berapa orang jumplah pelaku novel itu?”, dan sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakrter, menunjukkan pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, menunjukkan penempatan tokohtokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1968: 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan,
Hal: 150-166 )
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokohtokoh tersebut menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). Dengan demikian character dapat berarti “pelaku cerita” dan dapat pula berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya memang suatu kepaduan yag utuh. penyebutan tokoh tertentu tak jarang lansung mengisyaratkan pada kita perwatakan yang dimilikinya. Hal itu terjadi terutama pada tokoh-tokoh cerita yang telah menjadi milik masyarakat, seperti Datuk Maringgih dengan sifat-sifat jahatnya, Tini dengan keegoisannya, Hamlit dengan keraguraguannya, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2007: 165). Tokoh-tokoh cerita dalam cerita fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tikoh dapat saja dikatregorikan kedalam beberapa jenis penamaan sekaligus, misalnya sebagai tokoh utama-prontagonis-berkembang-tipikal. (Nurgiyantoro, 2007: 176). Nurgiyantoro, (2007: 176) membagi kriteria tokoh menjadi beberapa bagian yaitu adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh prontagonis dan antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, dan tokoh tipikal dan tokoh netral. Analisis masing-masing tokoh yang ditampilkan dalam novel padang bulan karya Andrea Hirata adalah menggunakan analisis tokoh utama dan tokoh tambahan. Adapun analisis karakter masingmasing tokoh diuraikan sebagai berikut. 1. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan ia merupakan tokoh yang paling diceritakan, Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2007: 176177). Adapun tokoh utama dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas yaitu: a. Enong (Maryamah) Tokoh utama dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas adalah Enong (Maryamah) sebab tokoh Enong (Maryamah) dalam cerita memiliki intensitas yang paling tinggi dan memiliki peran penuh dari setiap peristiwa yang dipaparkan oleh pengarang. . Dalam segi fisiologis karakter Enong dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas adalah sosok perempuan perkasa, dengan lengan yang besar dan kaki yang kukuh namun memiliki sinar mata yang lembut dan wajah
158 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
yang menyenangkan. Dalam hal ini dapat ditunjukkan dalam cuplikan novel sebagai berikut. …..Kini ia duduk di depanku, sesosok perempuan perkasa, dengan lengan yang lebih besar daril lenganku. Dua orang petinju kulihat telah menguasai perempuan itu: Sugar Ray Leonard di lehernya, Thomas Hearns di bahunya. Kakinya kukuh seperti kaki rusa Thomson. Namun, sinar matanya lembut dan wajahnya seperti tak pernah punya pikiran buruk pada siapa pun. Alangkah langka kombinasi itu. (PB 142) Enong memiliki karakter secara psikologis sebagai seorang perempuan pekerja keras, rela berkorban dan penyayang terhadap adikadiknya. Dalam hal ini dapat ditunjukka dalam cuplikan novel sebagai berikut. Semuanya karena sepanjang hidup ketiga gadis kecil kakak-beradik itu telah menyaksikan bagaimana ibu dan Enong berjuang untuk mereka. Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang di perlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Dibelikannya mereka baju Lebaran, diurusnya jika sakit dan ia menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Sebab, saat menandatangani rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya. Ania dengan cepat tumbuh remaja. Perlahanlahan ia mengerti pengorbanan Enong dan merasa kasihan. Ia minta berhenti sekolah karena ingin membantu. Enong melarangnya. Suatu ketika, Enong Mengajak Ania kesebuah toko di Tanjong Pandan. Ia membelikan adik pangkuannya itu baju yang bagus. ( CdDG 1011) Berikut adalah cuplikan yang menunjukkan sikap Enong (Maryamah) dalam belajar ia pantang menyerah, walau gagal tetap mencoba lagi. Filosofi belajarnya, menantang ketidak mungkinan. SEBULAN berlalu sejak pertamakali Maryamah bisa menggerakkan buah catur, kami telah berlatih untuk game ke-658. Artinya, Maryamah telah berlatih sebanyak 658 papan, alias 658 pertandingan. Hanya itu yang bisa kukatakan untuk menggambarkan kekuatan mental perempuan itu dalam belajar. Filosofi belajarnya, “menantang semua ketidak mungkinan”, termanifestasi menjadi ideology yang sangat jelas baginya dalam menguasai sesuatu. Ia tak pernah gamang, tak pernah tanggung-tanggung. Keadaan ini membuatku berpikir bahwa ideologi adalah sesuatu yang diperlukan dalam belajar, lebih dari sebuah
Hal: 150-166 )
otoritas. Sementara itu, aku, yang selalu merasa lelah setelah belajar satu jam, patut merasa malu. Maryamah mencoba, gagal, dan mencoba lagi. Dia tak pernah jemu. Ketekunannya mengagumkan. Skor kami adalah aku:658, Maryamah:0. Game berikutnya, aku bersiul-siul dan mohon diri sebentar kedapur untuk menyeduh kopi. ( CdDG 77-78) b. Ikal Tokoh utama kedua yang berperan penting dalam cerita dan memiliki intensitas yang tinggi serta mempunyai peran penuh dari setiap peristiwa yang dipaparkan oleh pengarang adalah Ikal. Dalam segi fisiologis karakter Ikal dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas adalah seorang pemuda yang berpendidikan (sarjana), selain itu ia berambut ikal dan pendek. Dalam hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan novel sebagai berikut Dengan berat hati, kukumpulkan sertifikat, berupa-rupa ijazah, dan buku-buku kuliah untuk keperluan melamar kerja di Jakarta nanti. Inilah amunisiku untuk memerangi nasib di Jakarta. Setiap kali aku melihat koper kulit buaya dan ransel yang akan kubawa merantau, air mata rasanya mau tumpah. Aku telah menjadi narapidana bagi cinta itu.(PB 149). …..namun seandainya aku bertambah satu jinjit saja yang secara matematika ternyata seperti onak dan duri dengan 4 sentimeter, maka terbebaslah aku dari batas psikologis orang pendek yang menyiksa pria-pria kurang percaya diri di republik ini. Aku pun telah punya konsep yang jelas untuk mendefinisikan batas itu, yaitu 160 sentimeter. Jika terlaksana, aku akan terlempar kedalam lingkaran pergaulan yang lebih luas dan profesi-profesi yang hebat. (PB 229) ….Seorang ibu mengatakan bahwa ia telah kenal denganku sejak aku bayi. Katanya ia dulu suka menimang-nimangku. Katanya, rambutku telah ikal sejak aku kecil, namun ia tak pernah menduga setelah dewasa aku kena penyakit seperti itu. Disarankannya berbagai ramuan tradisional untukku. Seorang ibu yang lain membelai-belai rambutku. Kupandangi mereka dengan mata yang kuyu. (PB 259) 2. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang perannya dalam cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan hehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 2007: 176-177). Karakter masing-masing tokoh tambahan yang lain dalam dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata
159 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
dapat diketahui melalui namanya. Karena tokoh-tokoh tersebut tidak berpengaruh besar pada perjalan cerita dan hanya sebagai tokoh figuran yang hanya muncul sesekali dalam cerita. Adapun tokoh tambahan dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas diantaranya adalah. a. Detektif M.Nur ( Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin ) Detektif M. Nur adalah sahabat dekat Maryamah dan Ikal. Secara fisiologis ia seorang lelaki yang bertubuh kecil, berkulit gelap, dan berambut keriting. Namun ia adalah seorang yang ramah dan humoris. Karakter Detektif M.Nur dapat dilihat dalam cuplikan novel berikut. Mari kuceritakan sedikit soal Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin padamu, kawan. Ia seumur denganku dan adalah tetanggaku. Badannya kecil. Maka, bolehlah ia disebut kontet. Kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil. Alisnya hanya satu setengah. Maksudnya, setengah alis mata kirinya tak ada sebab terbakar ketika ia meniup karbit yang menyala di dalam meriam bambu. Sisa alis itu hanya berupa bulu yang remang-remang. Kurasa semua itu akibat kualat pada guru ngaji di masjid. (PB 49) Yang kutahu selanjutnya, sepulangku dari pengembaraan di negeri-negeri antahberantah, ia telah menjelma menjadi M.Nur, seorang detektif swasta. Pembawaannya yang ramah dan humoris, membuatnya amat popular. Ia pun melakukan penyelidikan atas kasus rumit yang menimpa Moi Kiun. (PB 50) b. Paman “Ikal” Paman “Ikal” adalah adik dari ayah Ikal. Ia adalah seorang yang cerewet dan temperamental. Ia juga tak pernah sungkan mengungkapkan perasaannya kepada orang lain, namun ia juga seorang yang amat penyayang dan juga lembut pada keluarga. Ketiga orang itu sudah belasan tahun bekerja di warung kopi Paman dan sungguh misteri yang besar bagiku mengapa mereka betah. Pamanku sangat cerewet dan temperamental. Upah, sama saja dengan bekerja di warung kopi lain…..(CdDG 38) Mengenai istri dan anak-anaknya, Paman lagi-lagi membuatku tercengang. Paman adalah seorang yang tak pernah sungkan mengungkapkan perasaannya. Kerapkali secara sangat terus terang, tanpa tedeng aling-aling, dan tak takut pada siapapun. Pada masa yang lalu, konon ia
Hal: 150-166 )
pernah memarahi bupati di depan khalayak ramai. Namun, pada istri dan anak-anaknya, ia sangat lembut. Jangankan membentak, jika bicara dengan mereka, ia selalu mengatur nada suaranya agar tidak tinggi. Kukira, dari seluruh kelakuan Paman yang eksentrik, sikapnya pada anak-istri merupakan salah satu bagian paling menarik. Pernah kutanyakan padanya, mengapa begitu. (CdDG 146) c. Zinar. Zinar secara fisiologis ia seorang lelaki yang bertubuh tinggi berwajah tampan dan juga olahragawan. Selain itu ia seorang yang ramah dan dinamis. Seketika aku terkesiap. Ya, ampun, lengkap sudah penderitaanku, Detektif M.Nur sama sekali tak berdusta. Pria di depanku ini memang ganteng bukan buatan. Wajahnya seperti bercahaya, hidungnya teguh, keningnya bagus, dan matanya teduh. Tubuhnya sangat atletis. Aku kesulitan bernapas karena diterpa sebuah pesona. Ia tersenyum dengan ramah dan mempersilahkanku duduk. (PB 123) Dari pembicaraan orang-orang di warung kopi itu, kucuri dengar bahwa Zinar berasal dari Tanjung Pinang, dan ia adalah seorang olahragawan serbabisa. Ia pemain ping pong, pemain voli, pelari, pemain sepak bola, dan pecatur. Ia adalah lelaki muda yang dinamis. Tak heran posturnya atletis dan ia tampak berada dalam kesehatan yang prima. Aku menambah lagi gula pada kopiku. Aku memang telah kalah dalam segala hal. (PB 138) d. Ibu “Ikal” Karakter Ibu “Ikal” dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas merupakan wanita yang berwatak keras dan tidak mengenal kompromi. Seperti pada kutipan berikut ini. “Lelaki muda, sehat walafiat, terang pikiran, dan punya ijazah, tidak bekerja? Sepatutnya disiram dengan kopi panas!” begitu ancaman terakhir Ibu. (CdDG 4) Yang kupunya, hanya sedikit tenaga, seorang ibu yang tak mudah berkompromi, satu sikap naturalku yang tidak mengagungagungkan gengsi…(PB 178) e. Ayah “Ikal” Karakter Ayah “Ikal” dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas merupakan seorang lelaki muslim taat, penuh cinta dan tak banyak bicara Kupandangi Ayah dan Alquran tua di atas meja di samping dipannya. Sajadah using tergelar di lantai papan. Seuntai tasbih
160 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
terkulai di atas sajadah itu. Dadaku perih. Sekian lama aku tak melihat Ayah. Sungguh kusesali sikapku padanya. Cinta A Ling adalah jasad renik di seberang lautan yang selalu tampak olehku, cinta Ayah sebesar lapangan sepak bola, menari-nari di pelupuk mataku, seringkali tak kulihat. Tiba-tiba aku bisa memahami berada dalam posisi Ayah : menjadi seorang lelaki muslim yang punya anak seorang lelaki muslim. (PB 131-132) ….Pamanku adalah adik ayahku. Jika Ayah kadang-kadang hanya bicara paling banyak 8 kalimat dalam seminggu, adiknya itu mampu bicara 80 kalimat dalam semenit…. (PB 179) f. A Ling A Ling adalah seorang wanita Tionghoa yang sangat dicintai Ikal g. Syalimah dan Zamzami Syalimah dan Zamzami adalah orang tua Maryamah h. Sirun Sirun adalah teman kerja Zamzami i. Bu Indri Bu Indri adalah guru les Bahasa Inggris Maryamah j. Ania, Lana, Ulma Ania, Lana, Ulma adalah adik-adik Maryamah k. Preman Cebol (Daud) Preman Cebol adalah seorang preman pasar yang membantu Maryamah menyelidiki diagram catur Matarom dan lawan-lawan Maryamah yang lain l. Matarom Matarom adalah mantan suami Maryamah dan juga seorang pecatur yang unggul. m. Ninochka Stronovsky Ninochka Stronovsky adalah seorang Grand Master catur tingkat dunia. Ia adalah teman Ikal sewaktu kuliah dulu dan juga guru catur Maryamah n. Giok Nio, Selamot, Chip (Syahruddin bin Salmun) Giok Nio, Selamot, Chip (Syahruddin bin Salmun) adalah teman-teman Maryamah yang mendukung dan memperjuangkan Maryamah agar bisa ikut dalam pertandingan catur o. Midah, Hasanah, Rustam Midah, Hasanah, Rustam adalah pelayan Paman Ikal di warung kopi p. Modin Modin adalah seorang pemuka agama dan juga ketua panitia pertandingan catur saat itu q. Sersan Kepala Zainuddin
Hal: 150-166 )
Sersan Kepala Zainuddin adalah seorang polisi yang jujur dan baik hati yang bertugas di kampong itu r. Alvin Alvin adalah keponakan Ikal s. Mitoha Mitoha adalah ketua club catur Di Timoer Matahari dan juga merupakan anak buah Matarom t. Aziz Tarmizi, Mas Mugi Kempot, Maksum, Syamsuri Abidin, Maulidi Djelimat, Go Kim Pho, Tarub, Patriot Trikora, Overste Djemalam. Aziz Tarmizi, Mas Mugi Kempot, Maksum, Syamsuri Abidin, Maulidi Djelimat, Go Kim Pho, Tarub, Patriot Trikora, Overste Djemalam adalah merupakan lawan-lawan aryamah dalam pertandingan catur di acara 17 Agustus. D. Latar Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadaapan dengan sebuah dunia dan kemungkinan sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat, dan waktu, sebagaimana kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain fiksi sebagai sebuah dunia, disamping membutuhkan tokoh, cerita, dan plot juga perlu latar. Stanton, (2007: 35) mengemukakan bahwa latar (setting) adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar atau setting yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa dimana peristiwa-peritiwa itu diceritakan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:216). Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca, dengan demikian, merasa dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya. (Nurgiyantoro, 2007: 216). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa latar atau setting adalah lingkungan tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita baik latar ruang, latar waktu, dan latar suasana sosial masyarakat. Dengan demikian akan dijelaskan latar yang meliputi latar tempat, waktu dan suasana sosial
161 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
masyarakat dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, yaitu, sebagai berikut. 1. Latar tempat Nurgiyantoro (2007: 227). Mengatakan bahwa latar menyarankan pada pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan namanama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata. Dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, peristiwa-peristiwa yang terjadi banyak diceritakan di kota Belitong yaitu di daerah Tanjong Pandan, perumahan Numpang Miskin, Toko “Zinar”, Sungai Linggang, kios ayam Giok Nio, gudang tua, warung kopi. Tanjong Pandan adalah tempat Enong atau Maryamah kursus Bahasa Inggris dan juga tempat Ikal berkomunikasi dengan Ninochka Stronovsky melalui internet. Latar itu dapat ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut ini. Bus meluncur. Kami melihat orang-orang melambai sampai jauh. Empat jam kemudian kami sampai di Tanjong Pandan. Yang akan kami lakukan pertama kali adalah mengantarkan Enong mendaftar ke kursus bahasa Inggris.(PB 158) …Kusampaikan pula pada Detektif soal komunikasi dengan Nochka melalui internet… Mendengar kata kode, komunikasi, dan rahasia, telinga lelaki kontet itu berdiri. Getar-getar spionase dan perdetektifan melanda dirinya. Esok, kami sepakat untuk berangkat ke warung internet di Tanjong Pandan.(PB 183) Perumahan Numpang Mskin adalah sebuah perumahan tempat tinggal A Ling. Latar itu dapat ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut ini. Beberapa hari setelah kejadian burung punai itu, aku berkunjung lagi ke Numpang Miskin, kulihat sebuah layangan ikan bulan terapungapung di atas atap rumah A Ling. Kuingat, layangan itu adalah hadiah ulang tahunku yang pertama untuknya waktu aku kelas 3 SD dulu…(PB 90) Toko “Zinar” adalah sebuah toko yang menjual gula dan tembakau. Di sana untuk pertama kalinya Ikal bertemu Zinar. Latar itu dapat ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut ini. Tahu-tahu aku telah sampai di pekarangan toko dan tertegun menatap papan nama yang agak aneh : Toko Zinar. Menjual Gula dan Tembakau. Satu kombinasi dagangan yang ganjil, bukan? Dalam pikiran sinisku, mengapa tak menjual tawas dan anak kambing sekalian?
Hal: 150-166 )
Atau, menjual ular kobra dan antenna televisi? (PB 118) “Aku Zinar,” Katanya sembari menggenggam tanganku dengan kuat. Ia member isyarat agar aku tetap duduk menunggu.(PB 124) Pinggir Sungai Linggang adalah tempat dimana Detektif M.Nur melatih burung merpatinya, tempat Ikal melamun tentang alat peninggi badannya dan tempat Enong dan beberapa penambang lainnya mendulang Timah. Latar itu dapat ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut ini. …dan Detektif M.Nur makin tergila-gila pada burung dara. Sore hari, ia melatih burungburung daranya di halaman luas gudang-gudang instalasi pertambangan timah yang telah diabaikan di pinggir Sungai Linggang. (PB 248) Maka, disinilah aku sekarang. Duduk di atas sepedaku yang tersandar pada tiang jembatan Sungai Linggang. Kubayangkan alat peninggi badan itu hanyut menuju samudra membawa impian 4 sentimeterku. (PB 268) Nun di ujung sana, di bantaran Sungai Linggang sebelah utara, Enong dan beberapa penambang lainnya mendulang timah. Mereka sesungguhnya tidak menambang, tapi mengais timah yang dulu tercecer dari alat berat dan karung timah yang bocor ketika timah itu dimuat ke kapal tongkang untuk dibawake PT Peleburan Timah di Mentok, Bangka. (PB 269) Kios ayam Giok Nio adalah tempat dimana Maryamah menceritakan tentang nasibnya yang miris. Dan di sana pula ia mengungkapkan keinginannya melawan Matarom dalam pertandingan catur. Sore itu aku berjumpa dengan Maryamah dan Selamot di kios ayam Giok Nio. Miris kami mendengar Maryamah berkisah tentang nasibnya. Benar pendapat orang-orang tua Melayu, bahwa di dunia ini tak ada masalah sepelik soal rumah tangga….(CdDG 45) “Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.” Kami terperangah. (CdDG 46) Gudang tua adalah tempat di mana Ikal mencoba alat peninggi badan yang bernama Ortoceria. Tempat itu adalah gudang-gudang tua bekas instalasi pencucian timah, persis di pinggir Sungai Linggang…(PB 250) Setelah yakin, aku berlari mengendap-endap menuju pintu gudang sambil membopong tas besar berisi kostum Ortoceria! itu. Pelan-pelan
162 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
kubuka pintunya yang tinggi, berderit-derit. (PB 251)
Warung kopi adalah tempat di mana Ikal bekerja sebagai pelayan yang mana pemiliknya adalah paman Ikal sendiri. Pekerjaan itu---menjadi pelayan di warung kopi---kembali mencampakkanku pada ironi yang baru karena pemilik warung kopi yang mau menerimaku bekerja tak lain pamanku sendiri yang terkenal nyinyir dan galak minta ampun…(PB 1 2. Latar Waktu Nurgiyantoro (2007: 230) menyatakan bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Waktu yang menjadi batasan untuk mengetahui kapan suatu peristiwa itu sedang terjadi. Latar waktu berhubungan dengan masalah-masalah terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Biasanya berhubungan dengan waktu aktual. Latar waktu dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas diperkirakan terjadi dalam masa waktu antara tahun 1980-an sampai 2000-an. Kesimpulan ini diambil dari awal cerita ketika Enong masih berusia 14 tahun. Dan di pertengahan cerita Enong sudah berusia setengah baya yang diperkirakan berusia 30-an dan dimasa itu sudah ada internet. Keberadaan internet diperkirakan mulai tahun 2000-an. Latar waktu ini dapat dilihat dalam cuplikan novel berikut ini. …Kadangkala ia menyiulkan lagu anak-anak berbahasa Inggris yang dulu pernah diajarkan Bu Nizam padanya : if you’re happy and you know it, clap your hands. Ia adalah pendulang perempuan pertama dalam sejarah penambangan timah. Usianya tak lebih dari 14 tahun. (PB 61) …Tambah aneh lagi, orang itu dipegangi seorang perempuan setengah baya, dan sepeda dituntun seorang lelaki kontet yang susah payah menahan diri agar tidak tertawa. (PB 258) Mendengar kata kode, komunikasi, dan rahasia, telinga lelaki kontet itu berdiri. Getar-getar spionase dan perdetektifan melanda dirinya. Esok, kami sepakat untuk berangkat ke warung internet di Tanjong Pandan. (PB 183) 3. Latar Sosial Nurgiyantoro (2007: 234). Menyatakan bahwa Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
Hal: 150-166 )
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas. Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas mempunyai latar sosial gabungan dari beberapa kebudayaan. Yaitu antara kebudayaan Melayu, Tionghoa, Islami, dan latar dunia pendidikan. Latar kebudayaan Melayu dapat dilihat dari cuplikan kata-kata yang menyebutkan atau menggunakan bahasa Melayu sebagai penjelas atau selingan cerita dan juga dapat di lihat dari kebiasaan orang Melayu. Hal itu dapat diketahui dari cuplikan novel berikut. “Na! Pulang juga akhirnya kau, Bujang! Kena batunya kau, ya, kudengar dari Mualim Syahbana kau mau melarikan anak perempuan orang ke Jawa! Benarkah itu?” Alisnya naik macam pedang. “Elok nian tabiatmu! Apa kau sangka cinta bisa ditanak?” (PB 130) Yahnong, singkatan untuk ayah bagi anak tertua mereka, Enong. Kebiasaan orang Melayu menyatakan sayang pada anak tertua dengan menggabungkan nama ayah dan nama anak tertua itu. (PB 2) Selain menggabungkan nama ayah dan nama anak tertua, orang Melayu udik biasa pula menamai anak dengan bunyi senada seirama. Jika nama anak tertua Murad, misalnya, tujuh orang adik dibawahnya adalah Muzir, Munaf, Munir, Muntaha, Munawaroh, Mun’im, dan Munmun. Lantaran anak sangat banyak, hal itu kerap menimbulkan kekacauan…(PB 10) Latar kebudayaan Tionghoa dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas dapat dilihat dari cuplikan kata-kata yang menyebutkan atau menggunakan bahasa Tionghoa dalam cerita dan juga kebiasaan atau tradisi orang Tionghoa. Hal itu dapat diketahui dari cuplikan novel berikut. ….Disela-sela omelan dengan kecepatan gigi empat itu kudengar beberapa kali ia menyebut moi nyin, khet fun. Aku paham kebiasaan lama orang Ho Pho menggunakan jasa moi nyin, semacam comblang untuk memasangmasangkan calon mempelai. “Ngai ini moi nyin!”
163 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Matanya merah karena menahan tangis. Drama berlangsung dengan sangat cepat. Tak perlu ia bilang, orang yang dibicarakannya itu pasti Zinar. Katanya lagi, ia tak bisa ribut-ribut berangkat ke Tanjong Pinang karena urusan moi nyin itu berdasarkan tradisi mereka haruslah rahasia sebab menyangkut kehormatan dua keluarga. (PB 290) Kebudayaan Islami dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas banyak ditunjukkan dalam berbagai kegiatan masing-masing tokoh dan dari kata-kata yang diucapkan masingmasing tokoh. Adapun kebudayaan Islami tersebut ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut. …Dari dalam rumah kudengar Ayah mengucapkan salam pada kawan- kawan kerjanya yang telah berdesakan di dalam bak truk…(PB 23) ….Ia bangkit dan beranjak menjauhi tungku tanpa merasakan kakinya menginjak lantai. Suara suaminya mengaji Alquran saban subuh telah menemaninya menghidupkan api dapur selama berbelas tahun. Syalimah duduk termangu, berkali-kali ia mengusap air matanya. (PB 29) “Tengok ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahukah kau, Bujang? Ada undang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kau pelajari di sekolahmu itu?” (PB 130) Kupandangi Ayah dan Alquran tua di atas meja di samping dipannya. Sajadah usang tergelar di lantai papan. Seuntai tasbih terkulai di atas sajadah itu. Dadaku perih. Sekian lama aku tak melihat Ayah. Sungguh kusesali sikapku padanya. (PB 131) “Alasanku menolak Maryamah adalah karena pertimbangan syariat. Tak perlu aku berpanjang-panjang dalih. Tak perlu kusitir ayat-ayatnya. Di dalam Islam, perempuan tak boleh berlama-lama bertatapan dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Dalam pertandingan catur, hal itu akan terjadi, dan hal itu nyata melanggar hukum agama. (CdDG 105-106) Kebudayaan dunia pendidikan dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas banyak ditunjukkan saat Ikal masih berhubungan dengan teman-teman kuliahnya dulu. Kebudayaan ini juga ditunjukkan saat
Hal: 150-166 )
Enong atau Maryamah tetap semangat kursus Bahasa Inggris dan ia menjadi salah satu lulusan terbaik. Hal ini ditunjukkan dalam cuplikan novel berikut ini. Namun, patung-patung itu, tak pula mampu melipur laraku. Malam menjelang. Untuk membunuh waktu, aku berangkat menuju warnet satu-satunya di kota kecil itu. Agak lambat aksesnya, tapi aku gembira dapat membuka lagi e-mail dan menerima kabar dari kawan-kawan sesama kuliah dulu. ( PB 164 ) Enong tetap teguh dengan pendiriannya untuk menguasai bahasa Inggris meski semua orang mengatakan sudah sangat terlambat untuk belajar dan tak ada gunanya pintar berbahasa Inggris. Ingin bicara dengan siapa? ( PB 233 ) Bu Indri berkali-kali memanggil Maryamah agar maju kemuka untuk menerima piagam. Maryamah bangkit dan melangkah menuju podium. Ia menerima piagam itu dengan pandangan tak percaya bahwa ia telah menjadi salah satu lulusan terpuji. Lebih istimewa lagi, Bu Indri memberi kesempatan padanya untuk berpidato. Maryamah tampak ragu. Ia tak pernah berpidato, bahkan tak pernah berbicara di depan mikrofon, tapi kemudian ia menghampiri mikrofon itu, diam sebentar, lalu berkata, “Sacrifice, honesty, freedom.” ( CdDG 34 ) Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas di atas dapat dilihat bahwa unsur yang menbangun sebuah novel saling berkaitan dan berkesinambungan antara elemen yang satu dengan elemen yang lain. dalam hal ini Fananie ( 2000: 76) menjelaskan penilaian karya sastra yang baik tidak hanya dinilai berdasarkan pada salah satu elemennya melainkan harus dilihat secara keseluruhan. Oleh karena itu, karya sastra yang hanya bagus dalam salah satu aspeknya, belum dapat dikatakan sebagai sastra yang berkualitas atau sastra yang baik, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan analisis struktural di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang membangun novel menunjukkan keterpaduan dan kebulatan yang utuh. Unsur yang satu dengan unsur yang lain saling terkait dan menjalin kesatuan yang padu. Hal ini dapat dilihat dari jalinan cerita yang merupakan hasil perpaduan antara tema, alur, penokohan, dan latar. Hubungan fungsional antar unsur satu dengan yang lain saling mendukung, hal tersebut seperti dalam hubungan antara tema dengan alur saling mempengaruhi kehidupan
164 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
tokoh-tokoh dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Dalam mengenalisis aspek kepribadian tokoh Enong (Maryamah) dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra, analisis struktural yang digunakan meliputi tema, alur, penokohan dan setting (latar) karena keempat komponen tersebut yang dirasa penting untuk mendukung analisis kepribadian tokoh Enong (Maryamah) dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.
PENUTUP Simpulan Secara struktural novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang membangun novel menunjukkan keterpaduan dan kebulatan yang utuh. Unsur yang satu dengan unsur yang lain saling terkait dan menjalin kesatuan yang padu. Hal ini dapat dilihat dari jalinan cerita yang merupakan hasil perpaduan antara tema, alur, penokohan, dan latar. Hubungan fungsional antar unsur satu dengan yang lain saling mendukung, hal tersebut seperti dalam hubungan antara tema dengan alur saling mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Tema yang diangkat dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata terdapat dua alur cerita yaitu: 1. Tentang perjuangan seorang wanita dalam menegakkan martabatnya dan tentang kegigihannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan di masa kecilnya hingga ia dewasa. 2. Tentang perjuangan cinta seorang lelaki dalam mempertahankan cinta pertamanya. Adapun tema yang pertama novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yaitu kisah tentang seorang anak kecil yang bernama Enong atau Maryamah. Enong adalah seorang anak yang cerdas dan pelajaran favoritnya adalah Bahasa Inggris. Iapun bercitacita menjadi seorang guru. Namun cita-cita itu harus kandas karena ia harus keluar dari sekolah setelah ayahnya meninggal. Sebagai anak tertua ia merasa mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya. Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja mendulang timah. Ia adalah perempuan pendulang timah yang pertama. Adapun tema yang kedua novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata
Hal: 150-166 )
yaitu kisah tentang perjuangan cinta seorang lelaki yang bernama Ikal terhadap seorang perempuan Tionghoa yang bernama A Ling. Perasaan cinta Ikal kepada A Ling begitu besar meskipun perasaan itu ditentang oleh ayahnya. Hal ini yang menimbulkan dilema dalam diri Ikal. Disatu sisi ia sangat menyayangi ayahnya, disisi lain ia tidak bisa kehilangan A Ling. Alur dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata menggunakan alur maju yaitu alur yang diawali dari penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, konflik mencapai klimaks, dan penyelesaian kkonflik secara urut. Karakter dan watak tokoh dalam segi fisiologis karakter Enong dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas adalah sosok perempuan perkasa, dengan lengan yang besar dan kaki yang kukuh namun memiliki sinar mata yang lembut dan wajah yang menyenangkan, selain itu secara psikologis sebagai seorang perempuan pekerja keras, rela berkorban dan penyayang terhadap keluarganya. Latar yang digunakan dalam menganalisi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata mengunakan tiga bagian yaitu latar tempat, waktu dan sosial kebudayaan. Latar tempat pengarang mengambil setting di kota Belitong yaitu di daerah Tanjong Pandan, perumahan Numpang Miskin, Toko “Zinar”, Sungai Linggang, kios ayam Giok Nio, gudang tua, warung kopi. Latar waktu dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas diperkirakan terjadi dalam masa waktu antara tahun 1980-an sampai 2000-an. Kesimpulan ini diambil dari awal cerita ketika Enong masih berusia 14 tahun. Dan di pertengahan cerita Enong sudah berusia setengah baya yang diperkirakan berusia 30-an dan dimasa itu sudah ada internet. Keberadaan internet diperkirakan mulai tahun 2000-an. Dan latar sosial budaya pengarang menggunakan setting kebudayaan melayu, tionghoa dan suasana kehidupan yang Islami serta suasana dunia pendidikan. Saran Saran yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca penelitian aspek kepribadian tokoh Enong dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra adalah sebagai berikut. 1. Masyarakat pembaca dan penikmat karya sastra Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan salah satu wawasan dalam memahami salah satu karya sastra, khususnya novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.
165 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO - Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Karena Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas merupakan novel psikologi pembangun jiwa yang dapat memberikan gambaran tentang bagaimana seorang wanita memperjuangkan hidup demi martabat dan harga dirinya. Serta dapat dijadikan hiburan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan kita terhadap karya sastra. 2. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, yaitu pelajaran untuk mengetahui perkembangan sastra di Indonesia, sehingga guru bahasa dan sastra Indonesia bisa menggunakan novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas sebagai media pembelajaran sastra kepada siswa dalam mengajar pelajaran tentang karya satra. 3. Bagi perpustakaan Perpustakaan adalah sebagai salah satu tempat buku ilmu pengetahuan yang banyak membutuhkan banyak dokumen-dokumen, diantaranya adalan dokumen tentang penelitian. Oleh karena itu dapat kiranya penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana menambah wawasan keilmuan dan memahami karya sastra. 4. Bagi penelitian lain Bagi penelitian lain adalah sebagai motivasi dan referensi dalam penelitian karya sastra Indonesia. Diharapkan setelah peneliti melakukan penelitian ini muncul penelitianpenelitian baru sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam kesusastraan Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyan Malang Press. Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Badudu. J. S. 1984. Sari Kasusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima. Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Fromm, Erick. 2004. Zen dan Psikoanalisis. Yogyakarta: Suwung.
Hal: 150-166 )
Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2. Bandung: Angkasa. Hirata, Andrea. 2011. Cinta di Dalam Gelas. Jakarta: PT Gramedia. Hirata, Andrea. 2011. Padang Bulan. Jakarta: PT Gramedia. Mahayana. Maman, S. 2005: 9 Jawaban Sastra Indonesia, Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publising. Moeleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Moeliono, Anton. M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: PT Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rani, Abdul., dkk. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sangidu. 2004. Penelitian sastra. Pendekatan, teori, metode, tekikdan kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM. Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Semi, Atar. M. 1993. Anatomi sastra. Padang: Angkasa Raya. Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi. Surakarta: Sebelas Maret University Press Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya. Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada Syamsuddin. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Jakarta: PT Rosda Karya dan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Yunus, Umar. 1989. Stilistik, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat
166 Volume 02, Number 02, November 2014