Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Dan Syzygium polyanthum Terhadap Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Tikus Model Hipertensi (DOCA-NaCl) Noni Dwi Fitriani, Rizki Anisa, Dini Sri Damayanti Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang E-mail:
[email protected]
Abstract. Uncontrolled chronic hypertension can cause multiple organ damage including renal so that it can affect it’s function such as secretion function. Alang-alang root (Imperata cylindrica), Sambung nyawa leaves (Gynura procumbens) and Salam leaves (Syzigium polyanthum) (IGS) have antioksidant and antihypertension effect. This research aims to prove combined IGS decocta to serum ureum and creatinine level of hypertensive rat model. Experimental laboratoric control group post test only design was used on male wistar rat that was divided in to 5 groups which are negative control (normal rats), positive control (hypertension induction), Experimental group 1 (P1) Decocted IGS 12,6 mg/rat, Experimental group 2 (P2) Decocted IGS 25,2 mg/rat and Experimental group 3 (P3) Decocted IGS 50,4 mg/rat. Serum ureum and creatinine level was measured with BioSystem reagents. The data was analized using One Way ANOVA continued with Tukey HSD. DOCA-NaCl can increase the levels of serum ureum and creatinine of rat. Supplementation with IGS decocta can reduce serum ureum and creatinine level significantly on hypertensive rat model with the dose of 50,4 mg/rat which is the most effective dose to reduce serum ureum and creatinine level. Keywords. Hypertension, Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Syzigium polyanthum, Serum Ureum, Serum Creatinine
Hipertensi dan komplikasinya masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi hipertensi berkisar 26,5 %, dimana Bangka Belitung menduduki peringkat pertama yakni (30,9 %), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).1 Kerusakan berbagai organ tubuh seperti jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah merupakan akibat dari hipertensi.2 Hipertensi dapat memicu adanya stres oksidatif, sehingga dapat menyebabkan disfungsi sel endotel secara sistemik termasuk di organ ginjal.3 Hal tersebut dapat menyebabkan vasokontriksi arteriola ginjal yang berakibat berkurangnya aliran darah menuju ginjal.2 Penurunan aliran darah menuju ginjal yang berlangsung lama dapat menimbulkan iskemia ginjal.4 Pada saat ginjal mengalami iskemia, aliran darah pada glomerulus akan
menurun dan laju filtrasi glomerulus atau GFR akan berkurang, sehingga dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Menurut Griffin et al (2008) , untuk mengetahui fungsi ginjal dapat digunakan parameter ureum kreatinin serum.5 Menurut Price, laju filtrasi glomerulus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari. 2 Pengobatan terhadap hipertensi terbagi menjadi dua yakni farmakologis dan non farmakologis. Golongan obat diuretik, ACE inhibitor, β bloker, α bloker, angiotensin receptor blocker (ARB) dapat digunakan dalam pengobatan hipertensi.2 Terapi non farmakologis yang dapat diterapkan pada penderita hipertensi diantaranya adalah perubahan gaya hidup dan terapi komplementer. Terapi komplementer diantaranya bersifat terapi pengobatan alamiah yang dapat berupa terapi herbal. Herbal yang diketahui mempunyai efek sebagai antihipertensi yaitu diantaranya Belimbing Wuluh, Ketepeng Kecil, Murbei, Pule Pandak, Sambiloto, Sambungnyowo,
Jurnal Kedokteran Komunitas
Tempuyung, Alang-alang, Boroco, daun Salam.6 Salah satu ramuan tradisional jamu yang mempunyai efek antihipertensi telah dikembangkan oleh BP2TOOT Tawangmangu sebagai jamu yang terstandarisasi yaitu gabungan Alang-Alang (Imperata cylindrica), Sambungnyowo (Gynura procumbens), dan daun Salam (Syzygium polyanthum). Ruslin et al (2013) melaporkan bahwa ekstrak methanol akar Alang-Alang (Imperata cylindrica) dengan dosis 90 mg/kg menunjukan efek yang baik sebagai antihipertensi dibanding dosis 60 mg/kgBB dengan penurunan frekuensi heart rate.7 Potensi antioksidan tanaman Imperata cylindrica ini diduga karena adanya tanin dan senyawa fenolik.6 Nugroho et al (1997) melaporkan bahwa air rebusan rimpang alangalang dapat memperbaiki kerja ginjal yang terganggu, menurunkan suhu badan akibat sakit, menanggulangi gangguan infeksi pada ginjal, serta sebagai obat diuretik.8 Air rebusan rimpang alang-alang dapat digunakan untuk obat anti hipertensi karena mempunyai efek diuretik berdasarkan laporan Wijayakusuma dan Dalimarta (1997).9 Sambung nyowo memiliki senyawa kimia seperti senyawa kaempferol, quercetin, dan rutin. Quercetin dilaporkan mempengaruhi reabsorpsi Na+ di tubulus ginjal dan memiliki efek vasodilatasi.10 Suharmiati dan Maryani (2003), menyatakan bahwa khasiat daun sambung nyawa adalah sebagai obat ginjal, antikanker, dan penurun tekanan darah.11 Daun salam mengandung senyawa eugenol.12 Menurut Lahlou et al (2004), Eugenol dari daun Salam merupakan senyawa fenolik yang telah dibuktikan mampu menyebabkan vasodilatasi (in vitro) dan mengurangi tekanan darah dan denyut jantung tikus (in vivo).13 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihipertensi dan antioksidan pada kombinasi dekokta gabungan Alang-Alang (Imperata cylindrica), Sambung nyowo (Gynura procumbens), dan daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap kadar ureum kreatinin serum tikus wistar model hipertensi melalui induksi Deoxycorticosterone acetate (DOCA) dan NaCl.
Page | 210
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian dilaksanakan secara eksperimental laboratorik menggunakan desain penelitian control group post test only secara in vivo. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Animal House FK Universitas Islam Malang dan FK Brawijaya, Lab. Terpadu FK Universitas Islam Malang, Lab. Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, dan Lab. Faal FK Universitas Brawijaya dan Lab. Sentral Rumah Sakit Saiful Anwar pada bulan Mei sampai Agustus 2014. Subjek Penelitian Hewan coba menggunakan tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) umur 2-3 bulan dan berat badan 200-300 gram. Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok secara acak, yaitu 2 kelompok kontrol (kontrol negatif dan kontrol positif) dan 3 kelompok perlakuan (perlakuan 1, 2, dan 3). Tikus diaklimatisasi selama 2 minggu. Selama aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum standar laboratorium. Kandang dibersihkan 4 hari sekali dan penimbangan berat badan dilakukan sebelum dan sesudah aklimatisasi serta setiap minggu sebelum dilakukan perlakuan. Penelitian ini telah mendapatkan Ethical clearance yang dikeluarkan pada tanggal 16 Juni 215 dengan nomor 353/EC/KEPK-PKM/06/2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Induksi Hipertensi Induksi hipertensi menggunakan Deoxycorticosterone acetat (DOCA) D700 Sigma Aldrich yang dilarutkan dalam minyak jagung. DOCA diberikan dua kali seminggu dengan dosis 10 mg/kgBB secara subkutan. Tikus juga diberikan larutan NaCl 1% ad libitum setiap hari sebagai minum tikus. Induksi hipertensi dilakukan selama 9 minggu pada Kelompok Positif, Perlakuan 1, Perlakuan 2, dan Perlakuan 3. Setelah 4 minggu induksi hipertensi, kelompok Perlakuan 1, Perlakuan 2, dan Perlakuan 3 dilanjutkan dengan pemberian herbal IGS.
Noni Dwi Fitriani, Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens
Ekstraksi Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum Simplisia yang digunakan adalah akar AlangAlang, daun Sambung Nyawa, dan daun Salam yang diperoleh dari Balai Materia Medica Batu. Simplisia diekstraksi dengan metode dekoktasi, yakni simplisia yang sudah ditimbang sesuai dosis, direbus selama 30 menit pada suhu 90ºC. Ekstrak diberikan secara sonde lambung pada kelopok perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3 dengan masing-masing dosis 12,6 mg/ekor, 24,2 mg/ekor, dan 50,4 mg/ekor. Pemberian ekstrak herbal diberikan selama 5 minggu setelah 4 minggu induksi hipertensi. Pemeriksaan Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pemeriksaan kadar menggunakan BioSystem reagents, kemudian diperiksa dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 340 nm untuk ureum dan panjang gelombang 546 nm untuk kreatinin. Analisa Data Hasil pengukuran kadar Ureum dan Kreatinin Serum dianalisa menggunakan uji statistik One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji beda Tukey HSD untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil dikatakan berbeda secara bermakna bila p<0,05. HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Penelitian ini menggunakan tikus wistar jantan umur 2-3 bulan dengan berat badan 200300 gram yang ditunjukkan dalam Tabel 1.
KN: Kontrol negatif (Tanpa induksi DOCA + NaCl dan tanpa dekokta IGS) KP: Kontrol positif (Induksi DOCA 10 mg/kgBB dan NaCl 1%) P1: Perlakuan 1 (DOCA + NaCl 1% dan IGS dosis 12,6 mg/ ekor) P2: Perlakuan 2 (DOCA + NaCl 1% dan IGS dosis 25,2 mg/ ekor) P3: Perlakuan 3 (DOCA + NaCl 1% dan IGS dosis 50,4 mg/ ekor) *Dewi (2014, in publishing) Efek Kombinasi Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Dan Syzygium polyanthum (IGS) Kadar Ureum Serum pada Tikus Induksi DOCA dan NaCl Kadar Ureum Serum tikus yang diinduksi DOCA dan NaCl setelah pemberian ekstrak kombinasi dekokta akar Alang-Alang, daun Sambung Nyawa dan daun Salam dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1 dibawah ini. Tabel 2. Rerata Kadar Ureum Serum Tikus Kelompok Perlakuan Pasca Pemberian Akar Alang-alang, Daun Sambung Nyawa dan Daun Salam No
Kelompok
N
Rerata kadar Ureum (mg/dL) ± SD
1 2 3 4 5
KN KP P1 P2 P3
4 4 4 4 4
21,6 ± 1,52d 38,82 ± 1,95a 34,4 ± 2,34b 28,25 ± 0,83c 24,35 ± 0,93d
Tabel 1. Karakteristik Sampel Kelompok BB Rerata Awal (gram) ± SD BB Rerata Akhir (gram) ± SD TD Systole Awal (mmHg)*
KN 242,2 24,11 269 ± 21,61 95/64
TD Systole Setelah Induksi Hipertensi (4 minggu) 108/74 (mmHg)*
TD Systole Akhir (mmHg)* 98/74
KP ±232 ± 4,96 264,5 37,72 107/77
P1 214 ± 21,04 ±253 ± 22,10
P2 214 19,53 237,5 17,01
P3 ± ±
225 ± 12,83 234,5 ± 5,25
111/79
102/72
112/78
149/100 150/97
150/97
155/96
158/118 131/87
125/84
114/86
Keterangan: a: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KN, P1, P2, P3 b: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KN,KP, P2, P3 c: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KN, KP, P1, P3 d: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KP, P1, P2
Keterangan:
211 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Gambar 1. Histogram Rerata Kadar Ureum Serum Tikus pada Kelompok Perlakuan Pasca Pemberian Akar Alang-alang, Daun Sambung Nyawa dan Daun Salam Tabel 2 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa kombinasi dekokta IGS dosis 12,6 mg/ekor, 25,2 mg/ekor, dan 50,4 mg/ekor mampu menurunkan kadar serum ureum tikus berturut-turut sekitar 11%, 27% dan 37% dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05). Kombinasi dekokta IGS dosis 12,6 mg/ekor berbeda signifikan dengan dosis 25,2 mg/ekor (p<0,05) dan dosis 50,4 mg/ekor (p<0,05), sedangkan kombinasi dekokta IGS dosis 25,2 mg/ekor berbeda signifikan dengan dosis 50,4 mg/ekor (p<0,05) dalam menurunkan kadar ureum serum tikus. Kombinasi dekokta IGS dosis 50,4 mg/ekor mampu menurunkan kadar ureum serum hingga tidak berbeda signifikan dengan kontrol normal (p>0,05). Efek Kombinasi Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Dan Syzygium polyanthum (IGS) terhadap Kadar Kreatinin serum Tikus Induksi DOCA dan NaCl Kadar kreatinin serum tikus yang diinduksi DOCA dan NaCl setelah pemberian kombinasi dekokta akar Alang-Alang, daun Sambung Nyawa dan daun Salam dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2 dibawah ini.
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
Gambar 2. Histogram Rerata Kadar Kreatinin Serum Tikus pada Kelompok Perlakuan Setelah Pemberian Akar Alang-alang, Daun Sambung Nyawa dan Daun Salam Keterangan: a : p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KN, P1, P2,P3 b: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KN, KP, P2, P3 c: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KP, KN, KP, P1, P3 d: p<0,05 berbeda signifikan (Uji Tukey HSD) dibanding KP, P1,P2 Tabel 3 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa kombinasi dekokta IGS dosis 12,6 mg/ekor, 25,2 mg/ekor, dan 50,4 mg/ekor mampu menurunkan kadar kreatinin serum tikus berturut-turut sekitar 11%, 22% dan 36% dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05). Kombinasi dekokta IGS dosis 12,6 mg/ekor berbeda signifikan dengan dosis 25,2 mg/ekor (p<0,05) dan dosis 50,4 mg/ekor (p<0,05), sedangkan kombinasi dekokta IGS dosis 25,2 mg/ekor berbeda signifikan dengan dosis 50,4 mg/ekor (p<0,05) dalam menurunkan kadar kreatinin serum tikus. Kombinasi dekokta dosis 50,4 mg/ekor mampu menurunkan kadar kreatinin serum hingga tidak berbeda signifikan dengan kontrol normal (p>0,05). PEMBAHASAN
Tabel 3. Rerata Kadar Kreatinin Serum Tikus Induksi DOCA-NaCl Setelah Pemberian Akar Alang-Alang, Daun Sambung Nyawa dan Daun Salam No 1 2 3
Kelompok KN KP P1
N 4 4 4
Rerata kadar Kreatinin (mg/dL) ± SD 0,21 ± 0,01d 0,36 ± 0,02a 0,32 ± 0,02b
4 5
P2 P3
4 4
0,28 ± 0,01c 0,23 ± 0,01d
Page | 212
Karakteristik Sampel Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih strain wistar (Rattus novergicus) yang berjenis kelamin jantan. Penggunaan tikus sebagai hewan coba penelitian dikarenakan tikus memiliki kemiripan struktur DNA dan kardiovaskuler dengan manusia, harga yang relatif murah, dan dapat dikembangbiakkan di laboratorium.14 Kemiripan struktur DNA tikus
Noni Dwi Fitriani, Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens
dengan manusia yaitu sekitar 90%.15 Tikus jantan dipilih karena kadar testosteronnya relatif stabil dibandingkan dengan kadar estrogen pada betina sehingga lebih baik digunakan sebagai hewan coba model hipertensi.16 Pemilihan umur 2-3 bulan dengan pertimbangan bahwa tikus sudah mencapai umur dewasa. Sedangkan berat badan tikus menggambarkan kesehatan dari hewan coba.17 Sebelum perlakuan, tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 2 minggu. Menurut Krinke (2000), adaptasi lingkungan pada tikus dapat dilakukan minimal dalam waktu 1 minggu, namun akan lebih baik jika dilakukan selama waktu 2-3 minggu.14 Pada kelompok KN (kontrol negatif) tidak dilakukan induksi DOCA-NaCl 1% dan pemberian herbal IGS, hanya pemberian pakan dan minum standard dari laboratorium. Kelompok kontrol negatif dianggap sebagai kelompok dalam keadaan normal. Sedangkan Induksi DOCA 10 mg/kgBB secara subkutan dan NaCl 1% ad libitum sebagai minuman tikus selama 9 minggu diberikan pada KP (Kelompok Positif), P1 (Perlakuan 1), P2 (Perlakuan 2), dan P3 (Perlakuan 3) dapat memicu terjadinya hipertensi pada tikus, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014, in publishing).18 Hal ini mengacu pada penelitian Badyal et al., (2013) yang membuktikan bahwa pemberian DOCA dan NaCl dapat meningkatkan tekanan darah pada tikus melalui jalur endokrin.19 Deoxycorticosterone acetate (DOCA) merupakan prekursor hormon mineralokortikoid korteks adrenal dan mempunyai kemiripan dengan aldosteron sehingga menyebabkan reabsorbsi air dan garam dari tubulus ginjal yang berujung pada peningkatan tekanan darah.19,20 NaCl dapat meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme aktivasi saraf simpatis.21 Tikus dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg.14 Pemberian kombinasi dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum (IGS) dengan perbandingan 5 : 5 : 4 mengacu pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang telah mengembangkan kombinasi herbal tersebut untuk pengobatan antihipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014, in
publishing), pemberian kombinasi dekokta IGS secara sonde lambung pada P1, P2, dan P3 selama 5 minggu, dapat menurunkan tekanan darah tikus. Pemberian dosis untuk setiap perlakuan berbeda-beda, yaitu ½ dosis (12,6 mg/ekor) pada P1, 1 dosis (25,2 mg/ekor) pada P2, dan 2 dosis (50,4 mg/ekor) pada P3, ditujukan untuk mengetahui dosis paling efektif sebagai antihipertensi.18 Teknik pemberian dengan sonde lambung dimaksudkan agar jumlah dosis yang diberikan dapat masuk secara maksimal ke dalam tikus. Sedangkan, pemilihan metode dekoktasi digunakan untuk mendapatkan kandungan kimia yang bersifat termostabil atau tidak mudah rusak oleh panas.22 Efek Induksi DOCA dan NaCl Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Induksi DOCA 10 mg/kgBB dan NaCl 1% pada kelompok kontrol positif mampu meningkatkan kadar ureum dan kreatinin serum secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif (p<0,05). Peneliti menduga hal ini disebabkan karena DOCA 10 mg/kgBB dan NaCl 1% yang diberikan selama 9 minggu menyebabkan hipertensi pada tikus dan berefek pada gangguan fungsi sekresi pada ginjal yakni peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. Induksi DOCA dan NaCl akan menyebabkan terjadinya peningkatan shear stress melebihi batas normal, gaya friksional yang berlebihan pada pembuluh darah akan merusak endotel dan ROS yang meningkat akan menyebabkan terjadinya disfungsi endotel.23 Pada keadaan disfungsi endotel, endotel banyak yang rusak bahkan terlepas dari lapisan intima. Hal tersebut menyebabkan NO tidak terbentuk sehingga terjadi peningkatan endothelin-1 di pembuluh darah.24 Penurunan sintesa Nitric Oxide (NO) menyebabkan vasokonstriksi sehingga akan meningkatkan aktivasi angiotensin II pada ReninAngiotensinAldosterone System.25 Vasokonstriksi akan mengakibatkan hipoperfusi dan peningkatan GFR di ginjal, sebagai kompensasi terjadinya hipoperfusi dan peningkatan GFR maka akan terjadi autoregulasi oleh ginjal dengan cara menurunkan GFR.26 Hipoperfusi akibat vasokontriksi mengakibatkan kadar O2 dan glukosa pada jaringan akan menurun, karena efek dari iskemia jaringan. Hal tersebut menyebabkan penurunan suplai oksigen 213 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
(hipoksia) di sel-sel glomerulus dan tubulus ginjal yang akan menyebabkan gangguan kanal Na+ dan Ca2+ sehingga menyebabkan edema kemudian nekrosis pada sel-sel dan tubulus ginjal.27 Sel-sel di tubulus akhirnya mengalami erosi dan kerusakan ini menyebabkan gangguan fungsi sekresi ginjal. Secara normal fungsi ginjal dalam pembentukan urine terdiri dari fase filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Fase filtrasi dimulai saat sejumlah darah masuk ke dalam glomerulus dan akan mengalami penyaringan di glomerulus. Bahan yang di filtrasi di antaranya air, elektrolit, ureum, kreatinin, dan asam amino. Hasil filtrasi akan dilanjutkan ke dalam tubulus ginjal untuk dilakukan reabsorbsi kembali bahan-bahan yang masih dibutuhkan seperti air, glukosa, asam amino, elektrolit dan sebagian ureum. Selanjutnya pada saat melewati tubulus distal akan terjadi sekresi dari bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh seperti kreatinin dan ion kalium. 2 Apabila terjadi kerusakan sel di daerah tubulus maka fungsi sekresi ginjal akan menurun, sehingga kadar ureum dan kreatinin dalam darah akan meningkat. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah merupakan salah satu indikator terjadinya kerusakan fungsi ginjal. Ureum merupakan hasil metabolisme protein normal Kadar ureum dalam darah bergantung pada katabolisme protein dalam hati yang diekskresikan ke dalam urin melalui ginjal. Ketika air direabsorbsi dari tubulus, konsentrasi ureum dalam lumen tubulus meningkat sehingga muncul gradien konsentrasi yang menyebabkan reabsorbsi ureum. Ureum tidak bisa memasuki tubulus sebanyak air, sehingga ureum diabsorbsi secara pasif dari tubulus. Ureum yang masih tertinggal akan masuk ke dalam urin untuk akhirnya diekskresikan. Peningkatan kadar ureum dalam plasma menandakan adanya gangguan pada fungsi ginjal salah satunya pada fungsi sekresi.27 Kreatinin merupakan suatu zat sisa metabolisme yang terbentuk dari hasil pemecahan kreatin. Kreatin disintesis di dalam hati dari metionin, glisin, dan arginin. Hasil buangan kreatin adalah kreatinin yang sangat bergantung pada filtrasi glomerulus. Kreatinin diekskresikan seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar kreatinin dalam plasma menandakan bahwa paparan DOCA-NaCl yang lama dapat menyebabkan Page | 214
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
fungsi ginjal terganggu, salah satunya pada fungsi sekresi. 27 Efek Kombinasi Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Dan Syzygium polyanthum (IGS) Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Tikus Wistar Jantan Induksi DOCA dan NaCl Perbedaan yang signifikan kadar ureum dan kreatinin pada tikus kelompok P1 (IGS dosis 12,6 mg/tikus), P2 (IGS dosis 25,2 mg/tikus) dan P3 (IGS dosis 50,4 mg/tikus) dibandingkan dengan kelompok KP (Kontrol Positif) membuktikan bahwa pemberian dekokta kombinasi IGS mampu menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model hipertensi yang diinduksi dengan DOCA dan NaCl. Hal ini dikendalikan oleh senyawa aktif dalam IGS yang memiliki efek antioksidan dan antihipertensi. Efek antioksidan dari kombinasi dekokta IGS dikendalikan oleh senyawa metabolit sekunder yang dimiliki oleh ketiga herbal, yaitu flavonoid. Flavonoid dalam herbal IGS mempunyai efek yang sama dan saling menguatkan dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum melalui beberapa mekanisme. Diantaranya flavonoid dapat bekerja secara langsung dan tidak langsung. Kerja flavonoid secara langsung akan mendonorkan ion hidrogen sehingga efek toksik dari radikal bebas dapat dinetralisir.28 sedangkan secara tidak langsung flavonoid akan meningkatkan ekspresi gen antioksidan, seperti SOD dengan cara mengaktifasi Nuclear factor erythroid 2-relates factor 2 (Nrf2).29 Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang membuktikan bahwa efek ekstrak kombinasi IGS pada serum terjadi peningkatan kadar SOD serum.30 Peningkatan SOD serta kandungan dari herbal IGS seperti flavonoid bersama-sama mampu menurunkan Radical Oxidative Species (ROS). Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa flavonoid dapat menghambat terbentuknya ROS dan melindungi sel-sel glomerulus dari kerusakan akibat stres oksidatif. 31 Penurunan ROS mengakibatkan penurunan stress oksidatif pembuluh darah sehingga disfungsi endotel yang berkelanjutan akibat hipertensi dapat teratasi.7 Terjadinya penurunan disfungsi endotel akan menurunkan ekspresi ET-1 , hal ini sesuai dengan penelitian in vivo pada tikus wistar jantan dengan induksi dan perlakuan yang sama juga telah
Noni Dwi Fitriani, Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens
membuktikan bahwa terjadi penurunan dari ekspresi ET-1 dan peningkatan kadar NO.32,33 Selain itu kandungan Quercetin dalam flavonoid pada Sambung Nyawa dan daun Salam mampu mendilatasi pembuluh darah dengan menghambat kalsium dan menurunkan ET-1 yang bekerja sebagai vasokonstriktor.34 Hipoperfusi jaringan pada ginjal tidak terjadi karena efek flavonoid tersebut sehingga hipoksia dan nekrosis pada sel-sel tubulus dan ginjal dapat teratasi yang menyebabkan fungsi pada ginjal tidak terganggu, salah satunya pada fungsi sekresi. Dimana kadar ureum dan kreatinin akan menurun dalam plasma. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang membuktikan bahwa flavonoid mampu mencegah kerusakan dari glomerulus dan menurunkan kadar ureum kreatinin plasma yang berfungsi sebagai penanda kerusakan ginjal.35 Efek antihipertensi pada akar alang-alang mampu menurunkan denyut jantung serta amplitude dari stroke volume jantung.7 Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mak-Mensah, 2010 bahwa kandungan manitol pada akar alangalang juga dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanismenya sebagai diuretik.36 Efek diuretik ini diduga mampu menurunkan kadar ET1 pembuluh darah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa kombinasi dekokta IGS dapat menurunkan ekspresi Endotelin-1 (ET-1).33 Efek diuretik juga dapat diperankan oleh kerja kuersetin yang terkandung dalam daun sambungnyawa melalui penghambatan reabsorbsi Na+.37 Daun sambungnyawa (Gynura procumbens) juga memiliki zat aktif golongan flavonoid yang disebut quercetin yang berefek sebagai vasodilator.38 Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa Kuersetin pada sambungnyawa dapat menjadi penghambat Angiotensin Converting Enzyme dan penghambat kanal Ca2+ untuk mencegah vasokontriksi.34 Sedangkan daun salam memiliki kandungan terbesar, seperti eugenol yang telah dibuktikan mampu menurunkan denyut jantung dan tekanan darah tikus secara in vivo.39 Efek antihipertensi tersebut dapat menurunkan tekanan darah pada keadaan hipertensi sehingga hal tersebut menyebabkan tidak terjadinya hipoksia dan nekrosis pada selsel glomerulus dan tubulus yang dapat mengganggu fungsi ginjal, salah satunya pada
fungsi sekresi yang ditandai dengan penurunan kadar ureum dan kreatinin serum. Pemberian kombinasi IGS pada perlakuan dengan dosis 12,6 mg/ekor/hari dan 25,2 mg/ekor/hari menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum dibandingkan dengan kontrol positif namun berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05). Hal ini diduga karena dosis pemberian yang kurang besar sehingga senyawa aktif seperti flavonoid pada herbal IGS tidak dapat memberikan efek yang optimal. Kombinasi IGS dosis 50,4 mg/ekor merupakan dosis terkuat dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum dibandingkan dengan dosis 25,2 mg/ekor dan 12,6 mg/ekor hingga tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p> 0,05). Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin tinggi efek yang dihasilkan. Hal ini diduga karena besarnya jumlah dosis yang diberikan dan kandungan zat aktif seperti flavonoid dalam ketiga herbal (Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Dan Syzygium polyanthum), memiliki efek yang saling bersinergi, sehingga pada dosis 50,4 mg/ekor/hari mampu menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum secara optimal dan dapat bekerja lebih kuat. Aktivitas farmakologi pada herbal ditentukan oleh adanya ikatan obat tersebut dengan reseptor, seperti halnya pada obat sintetik. Besarnya intensitas farmakologi yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi atau jumlah obat yang mencapai reseptor dan jenis ikatan obat dengan reseptor. Berdasarkan hal tersebut, maka peningkatan dalam pemberian dosis akan menyebabkan peningkatan efek farmakologi yang didapat.40 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa DOCA-NaCl dapat meningkatkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus. Kombinasi ekstrak akar Alang-alang (Imperata cylindrica), daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens), dan daun Salam (Syzygium polyanthum) mampu menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum pada tikus wistar hipertensi induksi DOCA dan NaCl dengan dosis 50,4 mg/ekor/hari yang paling optimal.
215 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk pengembangan lebih lanjut maka peneliti menyarankan untuk: 1. Perlu dilakukan juga studi tentang dosis toksik dari IGS yang dapat merusak ginjal sehingga ditemukan dosis terapi yang aman. 2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya sebagai indikator fungsi ginjal yang lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI; 2013 2. Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008 3. Rajendra, Bhatt S. Role of vascular oxidative stress in hypertension [Ph.D]. University of Houston; 2011 4. Robbins SL, Kumar V, Oswari J, editor. 1995. Buku ajar patologi II (Basic Pathology). Jakarta: EGC 5. Griffin KA, Kramer H, Bidani AK: Adverse renal consequences of obesity. American Journal of Physiology - Renal Physiology 2008, 294:F685F696 6. Iskandar, Yoppi. 2007. Tanaman Obat Yang Berkhasiat Sebagai Antihipertensi. Karya Ilmiah. Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi Jatinangor 7. Ruslin et al. 2013. Anti-hypertensive activity of Alang – Alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv. root methanolic extract on male Wistar rat. Int. J. Res. Pharm. Sci., 4(4), 537-542 8. Nugroho, E., I. Whendratno, Suhartanto, Modyland dan E. Kusuma. 1997. TumbuhTumbuhan Berkhasiat Obat. Semarang: Eka Offset 9. Wijayakusuma, H. dan S. Dalimarta. 1997. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya 10.Pérez-Vizcaíno F, Ibarra M, Cogolludo AL, Duarte J, Zaragozá-Arnáez F, Moreno L. 2002. Endothelium-independent vasodilator effects of the flavonoid quercetin and its methylated Page | 216
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
metabolite in rat conductance and resistance arteries. J Pharmacol Exp Ther 302(1): 66-72 11.Suharmiati, Maryani, 2003. Daun Dewa dan Sambung Nyawa, Jakarta: Agromedia Pustaka 12.S. Dalimartha. 2000. Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, T. Agriwidya, Ed.,vol.2, pp.161–165 13.S. Lahlou, L. F. L. Interaminense, P. J. C. Magalh˜ aes,J.H.Leal-Cardoso, and G. P. Duarte. 2004. Cardiovascular effects of eugenol,a phenolic compound present in many plant essential oils, in normotensive rats. Journal of Cardiovascular Pharmacology, vol.43,no.2,pp.250–257 14.Larson A.J. Symons J.D. Jalili T. (2010). Quersetin : a treatment for hypertension?-a review of efficacy and mechanisms. Journal of pharmaceuticals, 3, 237-250. 15.Mullins, L.J. Mullins J.J. 2004 Genome Biology.UK: BioMed Central Ltd 16.Rackelhoff JF. ‘Gender difference in the regulation of blood pressure’. Hypertension. 2001; 37: 1199-1208 17.Hairrudin, 2006. Pengaruh pemberian ekstrak Jinten hitam dalam mencegah stress oksidatif akibat latihan olahraga anaerobic pada tikus putih. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. 18.Dewi ANC. Efek Kombinasi dekokta Akar Alang-Alang, Daun Sambung Nyawa dan Daun Salam terhadap Tekanan Darah pada Tikus Model Hipertensi; 2014. In publishing 19.Badyal D.K., and Dadhich A.P. 2003. Animal Models of Hypertension and effect of drugs, Indian J. of Pharmacology. 20.Athiroh N, Sulistyowati E. ‘Scurrula atropurpurea increases nitric oxide and decreases malondialdehyde in hypertensive rat’. UnivMed. 2013; 32: 44-50 21.Blaustein, M.P., Leenen, F.H.H., Chen L., Golovina, V.A., Hamlyn, J.M., Pallone, T.L., Huysse, J.W.V., Zhang, J. andWier, W.G., 2012. How NaCl raises blood pressure: a new paradigm for the pathogenesis of saltdependent hypertension. Am. J. Physiol. Heart. Circ. Physiol.302:H1031–H1049, 2012 22.Handa, S.S., Khanuja S.P.S., Longo G., Rakesh D.D., 2008, Extraction Technologies for Medical and Aromatic Plants, International
Noni Dwi Fitriani, Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens
Centre for Science and High Technology, Trieste, Italy 23.Chiu, J.J., Chien, S. 2011. Effects of Disturbed Flow on Vascular Endothelium. Pathophysiological Basis and Clinical Perspectives; 91(00047): 331-331 24.Ganong WF. Edisi Bahasa Indonesia Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2001 25.Touyz, R., 2003. Recent advances in intracellular signalling in hypertension. Curr Opin Nephrol Hypertens 12: 165–74 26.Patton, KT & Thibodeau, GA 2013, Anatomy & Physiology, edk 8, Elsevier,USA 27.Guyton A.C And Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. P: 1010-1028 28.Veerappan R, Shenthilkumar R. Chrysin enhances antioxidants and oxidative stress in L-NAME-induced hypertensive rats. Int J Nutr Pharmacol Neurol Dis 2015;5:20-7 29. Shetti N, Patil, R. ‘Antioxidants: its beneficial role against health damaging free radical’. World Journal of Science and Technology. 2011; 1(11): 46-51 30. Sari NO. Efek Akar Alang-Alang, Daun Salam, dan daun Sambung Nyawa terhadap Kadar SOD dan MDA Serum pada Tikus Wistar Hipertensi. 2014. In publishing 31. Moskuag JO, Carlson H, Myhrstad M. Molucular imaging of the biological effects of quercetin and quercetin-rich foods. Mechanism of ageing and development 2004; 125: 315-324 32. Primadani, VSA. Efek Ramuan Imperata cylindrica, Gynura procumbens dan Eugenia polyantha terhadap Kadar Nitric Oxide Jaringan Arteri Ekor Tikus Model Hipertensi. Malang: Fakultas 33. Hendini, H. Efek Kombinasi Ekstrak Rimpang Imperata cylindrica, Daun Gynura procumbens, dan Daun Eugenia polyantha terhadap Jumlah Endothelin-1 Aorta Tikus Model Hipertensi. 2014. In publishing 34. Larson, A.J, Symons, J.D, Jalili, T. 2012. Therapeutic potential of Quercetin to decrease blood pressure: review of efficacy and mechanisms. American society for nutrition. 3: 39-46 35. Prahalathan, P. Kumar, S. Raja, B. 2012. Effect of Morin, a Flavonoid against DOCA-Salt Hypertensive rats: a dose dependent study.
36.
37.
38.
39.
40.
New Delhi: Department of Science and Technology New Delhi Mak-Mensah, E.E., Komlaga, G., dan Terlabi, E.O., 2010, Antihypertensive action of ethanolic extract of Imperata cylindrical leaves in animal models, Journal of Medicinal Plants Research, 4(14), 1486-149 Hoe, S.Z., Lee, C.N., Mok, S.L., Kamaruddin, M.Y., Lam, S.K. 2011. Gynura procumbens Merr. decreases blood pressure in rats by vasodilatation via inhibition of calcium channels. Malaysia: Departement of Molecular Medicine Kim, M, Lee, HJ, Wiryowidagdo, S & Kim, HK 2006, Antihypertensive effects of gynura procumbens extract in spontaneously hypertensive rats, Journal of Medicinal Food, vol. 9, no. 4, hh. 587–590. Ismail, A. Mohamed M., Sulaiman S.A., Ahmad W. (2013). Autonomic nervous system mediates the hypotensive effect of aqueous and residual methanolic extracts of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. var. polyanthum leaves in anaesthetized rats. Hindawi Publishing Corporation. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol 2013. Evans, W.E. 2006. General principles of clinical pharmacokinetics, in Burton, M.E. Shaw, L.M. Schentag J.J. Evans W.E. Applied pharmacokinetics & pharmacodynamics: Principles of therapeutic drug monitoring, 4th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins hal 3-7
217 | Page