Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA Jln. Ir. Sutami No. 36A Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 632112
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Nama/ NIM
: Nasfi Aprilia Isnaini
NIM : I8306027
Ari Oktora Yusri Eka Putri Judul Tugas Akhir
NIM : I8306041
: Pembuatan Zat Warna Alami untuk Tekstil dari Buah Mangsi
Tanggal
: 28 Oktober 2009
Dosen Pembimbing : Eny Kriswiyanti A, S.T., M.T.
Mengetahui
Surakarta, .... November 2009
Ketua Program Studi Diploma III
Dosen Pembimbing
Dwi Ardiana S, S.T., M.T. NIP. 19730131199802 2 001
Eny Kriswiyanti A, S.T., M.T. NIP. 19721126200003 2 001 Dosen Penguji I
Arif Jumari, S.T., M.T. NIP. 19650315199702 1 001 Dosen Penguji II
Wusana Agung, S.T., M.T.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
i
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
NIP. 19801005200501 1 001 KATA PENGANTAR ii kehadirat Allah SWT yang telah Puji Syukur penulis panjatkan melimpahkan rahmay dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul Pembuatan Zat Warna Alami untuk tekstil dari Buah Mangsi. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dwi Ardiana S.,S.T.,M.T., selaku ketua Program DIII Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Enny Kriswiyanti A, S.T.,M.T., selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir. 3. Semua Dosen dan Karyawan serta seluruh keluarga besar Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Orangtua dan seluruh anggota keluarga yang selalu memberikan semangat dan dorongan. 5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap agar karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Surakarta,
Agustus 2009
Penulis
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ii
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………........i LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………....ii KATA PENGANTAR …………………………………………………………...iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iv DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..vi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………vii INTISARI ………………………………………………………………………viii BAB I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B.
Perumusan Masalah ………………………………………………1
C.
Tujuan …………………………………………………………….1
D.
Manfaat …………………………………………………………...2
BAB II. LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka ………………………………………………….3 1. Zat Warna ……....………………………………………………3 2. Pewarna Sintetis Tekstil ………………………………………..3 3. Pewarna Alami Tekstil …………………………………………4 4. Buah Mangsi …………………………………………………...6 5. Metode Pengambilan Zat Warna ……………………………….8 6. Proses Pewarnaan Pada Tekstil ……………………………….10 7. Proses Pengujian Pada Tekstil ………………………………..11
B.
Kerangaka Pemikiran ……………………………………………14 1. Analisa Kadar Air …………......................…………………...14 2. Proses Pembuatan Zat Warna ...................................................14 3. Proses Pewarnaan ……………………………………………..15
BAB III. METODE A.
Alat dan Bahan …………………………………………………..16
B.
Lokasi ……………………………………………………………17
Universitas Sebelas Maret Surakarta
iii
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
C.
Cara Kerja………………………………………………………..17 1. Analisa Bahan Dasar ………………………………………..18 2. Proses Pembuatan Zat Warna ………………………………..20 3. Proses Pewarnaan pada Kain ………………………………..20 4. Pengujian Zat Warna Pada Kain …………………………….21
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil …………………………………………………………….27
B.
Pembahasan …………………………………………………......34
BAB V. PENUTUP A.
Kesimpulan ……………………………………………………...36
B.
Saran …………………………………………………………….37
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sebelas Maret Surakarta
iv
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Beberapa Tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami…..4 Tabel 2.2. Penilaian Warna Pada Standart Skala Abu –Abu …………………...11 Tabel 2.3. Penilaian Warna Pada Standart Skala Penodaan ……………………12 Tabel 2.4. Evaluasi Tahan luntur ……………………………………………….13 Tabel 4.1. Hasil Pengujian ketahanan luntur warna terhadap Pencucian ............27 Tabel 4.2. Hasil Pengujian ketahanan luntur warna terhadap Gosokan ..............28 Tabel 1.
Hasil Analisa GS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan CaO
Tabel 2.
Hasil Analisa SS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan CaO
Tabel 3.
Hasil Analisa GS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan CaO
Tabel 4.
Hasil Analisa SS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan CaO
Tabel 5.
Hasil Analisa GS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Al2(SO4)3
Tabel 6.
Hasil Analisa SS untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Al2(SO4)3
Tabel 7.
Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap Gosokan Basah
Tabel 8.
Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap Gosokan Kering
Universitas Sebelas Maret Surakarta
v
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Buah Mangsi ………………………………………………………..6 Gambar 2.2. Diagram Alir Analisa Kadar Air………………………...................14 Gambar 2.3. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan Ekstraksi secara Batch......................................................................................14 Gambar 2.4. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan Ekstraksi menggunakan Soxhlet .....................................................................15 Gambar 2.5. Diagram Alir Proses Pewarnaan …………………………………..15 Gambar 3.1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet ....................…………………....19 Gambar 3.2. Laundrymeter ……………………………………………………...23 Gambar 3.3. Crockmeter ……………………………………...............................24 Gambar 3.4. Grey Scale ………………………………………………………....25 Gambar 3.5. Stainning Scale …………………………………………………….26 Gambar 4.1. Hasil zat warna alami dengan metode ekstraksi batch dan soxhlet ..28 Gambar 4.2. Hasil pengujian zat warna alami dengan ekstraksi menggunakan soxhlet terhadap kain ........................................................................29 Gambar 4.3. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada percobaan1 (proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan CaO) ..........................................................................30 Gambar 4.4. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada percobaan2 (proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan CaO) ..........................................................................31 Gambar 4.5. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada percobaan3 (proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Al2(SO4)3 ...................................................................32 Gambar 4.6. Hasil pengujian penodaan zat warna alami terhadap kain putih dengan gosokan .............................................................................................33
Universitas Sebelas Maret Surakarta
vi
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
INTISARI
NASFI APRILIA I., ARI OKTORA YUSRI E.P.,2009, LAPORAN TUGAS AKHIR, “Pembuatan Zat Warna Alami untuk Tekstil dari Buah Mangsi “ Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Indonesia memiliki bahan zat warna dari berbagai bahan alam yang melimpah. Penggunaan zat warna alami sekarang lebih diutamakan dibanding zat warna sintetis. Karena zat warna sintetis tidak ramah lingkungan dan menyebabkan berbagai penyakit dan sudah ditinggalkan. Buah mangsi / buah tinta / tampal besi ( Phyllantus reticulatus poir ) adalah sejenis tanaman liar yang tumbuh di pekarangan daerah pinggiran pedesaan yang tersedia melimpah. Buah mangsi mengandung zat warna alami untuk tekstil. Tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan cara membuat zat warna alami secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet. Pembuatan zat warna alami dari buah mangsi dilakukan dengan metode ekstraksi secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet. Perbandingan buah mangsi dan air adalah 1 : 4. Ekstraksi secara batch dilakukan selama 2 jam, kemudian larutan ekstrak dipekatkan dengan cara evaporasi pada suhu 100 ° C. Sedangkan ekstraksi secara soxhlet dilakukan selama 5 jam 25 menit dengan 7 kali sirkulasi, larutan ekstrak dipekatkan dengan cara evaporasi pada suhu 100 ° C. Dari hasil percobaan yang dilakukan, 50 gram buah mangsi dapat menghasilkan 4,45 gram zat warna ekstraksi secara batch dan 5,56 gram zat warna ekstraksi menggunakan soxhlet. Warna dihasilkan dari proses ekstraksi buah mangsi adalah Coklat Tua. Proses pengujian zat warna terhadap kain untuk mengetahui kualitasnya. Proses pengujian ini dilakukan terhadap kain yang telah melalui proses pewarnaan dengan zat warna yang telah dibuat. Sebelum proses pewarnaan pada kain pada pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian I dilakukan proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan CaO menunjukkan nilai evaluasi kurang. Pada pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian II dilakukan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan CaO menunjukkan nilai evaluasi cukup. Sedangkan pada hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian III dilakukan proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Al2(SO4)3 menunjukkan nilai evaluasi kurang, sedangkan hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering menunjukkan nilai evaluasi baik. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi cukup tahan terhadap gosokan kering tetapi kurang tahan terhadap pencucian dan gosokan basah. Hasil terbaik ditunjukkan pada kain yang telah melalui proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan proses fiksasi menggunakan CaO.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
vii
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia memiliki bahan zat warna dari berbagai bahan alam yang melimpah. Penggunaan zat warna alami sekarang lebih diutamakan karena mudah diuraikan oleh alam dan ramah lingkungan dibanding zat warna sintetis. Buah mangsi / buah tinta / tampal besi (Phyllanthus reticulatus poir) adalah sejenis tanaman liar yang tumbuh di pekarangan daerah pinggiran pedesaan yang tersedia melimpah. Buah mangsi merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk tekstil dengan mengambil buahnya. Selain itu buah mangsi bisa dimanfaatkan untuk membuat sel surya (fotokimia), sebagai pengganti sel surya dari bahan silikon. Buah mangsi dapat juga dimanfaatkan untuk spidol white board. Oleh karena itu pewarna alami yang dihasilkan dari buah mangsi merupakan pewarna tekstil yang aman(www.tanamanobat.com).
B. PERUMUSAN MASALAH Dari Latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara membuat zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi baik secara batch maupun secara soxhlet dengan menggunakan pelarut air. 2. Bagaimana pengujian tahan luntur warna terhadap tekstil yang telah dilakukan pewarnaan dengan zat warna alami dari buah mangsi setelah dilakukan proses mordanting dengan menggunakan tawas dan NaOH, pewarnaan dan fiksasi dengan menggunakan CaO dan tawas.
C. TUJUAN 1. Menentukan cara membuat zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi baik secara batch maupun secara soxhlet dengan menggunakan pelarut air.
1 Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
2. Menguji ketahanan luntur warna terhadap tekstil yang telah dilakukan pewarnaan dengan zat warna alami dari buah mangsi setelah dilakukan proses mordanting dengan menggunakan tawas dan NaOH, pewarnaan dan fiksasi dengan menggunakan CaO dan tawas.
D. MANFAAT 1. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi serta dapat mempelajari proses ekstraksi. 2. Bagi masyarakat : Dapat memanfaatkan buah mangsi sebagai zat warna alami untuk tekstil yang tidak mempunyai nilai jual menjadi produk yang lebih berguna dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif usaha. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi. 3. Bagi Institusi dapat menambah data tentang pembuatan zat warna alami tekstil.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Zat Warna Zat warna merupakan suatu zat yang inert, yang dapat mewarnai suatu zat atau bahan lain. Bahan yang di warnai oleh zat warna antara lain logam, kayu, batu, plastic, tembok, kuli dan tekstil. Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu: pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan(tumbuhan tingkat tinggi dan jamur) atau hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon
aromatik
seperti
benzena,
naftalena
dan
antrasena(Isminingsih, 1978).
1. Pewarna Sintetis Tekstil Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Beberapa Keunggulan zat warna sintetis adalah : Lebih mudah diperoleh Ketersediaan warna terjamin Jenis warna bermacam macam, dan Lebih praktis dalam penggunaannya Kekurangan zat warna sintetis : Limbah yang dihasilkan kurang ramah terhadap lingkungan Beberapa zat warna sintesis yang membahayakan lingkungan antara lain : a. Zat Warna mordant, yaitu Alizarin, Morindin b. Zat Asam Basa naftol, yaitu Fast Black K Salt
3 Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
c. Zat Warna bejana larut, yaitu senyawa kompleks logam tembaga a. Pigmen Azina yaitu Anilin black yang diperoleh dari aniline dengan katalis garam tembaga atau vanadium. Contoh zat warna sintetis untuk tekstil antara lain kation, direk, dispersi, indigo, nitro, reaktif, belerang dan lain-lain (Ika kartika, 1986). 2. Pewarna Alami Tekstil Pewarna alami menggunakan bahan dasar yang berasal dari alam, yang mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Tumbuhantumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.1: Tabel 2.1. Beberapa tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami Nama
Warna
Bagian Tanaman
Kunyit (Kurkuma Domestica VAL)
Kuning
Rimpang
Kesumba (bixa orelana)
Merah terang
Buah
Pinang (Areca Cathecu Linn)
Merah Tua
Biji
Mengkudu (morinda Citrifelia)
Coklat
Akar
Jati (Tectona Grandis Linn)
Coklat kemerahan
Daun
Jambu biji (psidium Guajava)
Hijau kemerahan
Daun
Soga (Berberis Fortunei Lindl)
Kuning
Akar/Batang (www.flickr.com)
Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan pewarnaan tekstil.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Beberapa keunggulan Zat warna alami adalah : Zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni, warna khas dan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif Proses perlakuan awal pewarnaan dan proses pewarnaan tidak menggunakan logam berat. Ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Pewarna dan hasil proses pewarnaan dapat diuraikan oleh alam. Kekurangan Zat Warna Alami : Ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas. Warnanya cepat pudar Hanya bisa melekat pada kain yang terbuat dari serat alami. Diperlukan perawatan-perawatan khusus agar zat warna tidak cepat pudar. Oleh karena itu zat warna alami dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alami mempunyai nilai seni yang tinggi, yang mempunyai tampilan warna yang khas. Sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alami untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alami dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber pewarna alami sehingga ketersediaan zat warna alami selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alami ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
6 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
putih meninggalkan bekas berwarna. Pembuatan zat warna alami untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana (www.batikyogya.com).
3. Buah Mangsi S y n o n y m s : Phyllanthusreticulatus Poir.
Family : Euphorbiaceae
Gambar 2.1. Tanaman Buah Mangsi
Buah mangsi atau dikenal dengan nama tampal besi (Phyllanthus reticulatus Poir atau anisonema dubium BL) termasuk ke dalam famili tumbuhan Euphorbiceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah : cocarenean, wawulutan, rembilu, congcongbelut, woriintalun. Tanaman ini dapat ditemukan di seluruh daerah yang beriklim tropis (2000 m di atas permukaan air laut). Di Indonesia tanaman ini didapatkan di pekarangan atau di kebun-kebun yang tanahnya tandus biasanya hidup liar sebagai tanaman pagar, sebagian kecil hidup pada hutan. Setiap 1 tanaman buah mangsi menghasilkan ± 50 gram buah mangsi. Dalam 1 hektar tanah terdapat + 6000 pohon atau dapat menghasilkan 300 kilogram buah mangsi per bulan. Di Indonesia batang dan tangkainya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kandungan kimia untuk tanaman ini belum banyak diketahui tatapi dalam farmakologi tanaman ini memiliki sifat Tawar, kelat (astringen), netral dan sedikit beracun, melancarkan peredaran darah dan anti radang (http://www.blog.roodo.com). Deskripsi Botani Buah mangsi : a. Family
Universitas Sebelas Maret Surakarta
: Euphorbiaceae
7 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Spesies
: Phyllanthus reticulatus
Varietas
: Reticulatus
b. Termasuk tanaman Kormus (memiliki akar, batang dan daun). c. Akar (Radix)
: akar tunggang yang bercabang
d. Jenis batang (caulis) : Berkayu (lignosus) dan bentuk penampang batang bulat dan berwarna coklat keabu-abuan. e. Daun (folium)
: Daun Majemuk menyirip berseling.
Susunan tulang
: Daun bertulang menyirip (penninervis).
Ujung Daun
: tumpul (obtusus).
f. Jenis Buah (Fructus) : Buah sejati majemuk (Ø = 7 mm) Berwarna biru kehitaman, bila sudah masak daging buahnya berwarna coklat keunguan. Di dalam setiap buah terdapat ± 6 biji. g. Bersifat UniSexual
: berjenis kelamin satu (bunga jantan saja /
bunga betina saja) h. Termasuk jenis tumbuhan menahun (dapat mencapai umur tahunan) (Anonym, 2006) Tanaman Mangsi berkembang biak secara UniSexual yaitu dalam satu tanaman hanya terdapat benangsari (serbuksari) saja atau putik saja, dengan demikian proses penyerbukan dibantu oleh angin. Sifat dari serbuksari mudah beterbangan dan ringan sehingga dengan bantuan angin serbuksari dapat sampai ke putik. Buah Mangsi tergolong dalam kelas Angiospermae disebut juga dengan tanaman berbunga. Golongan tanaman berbiji tertutup, struktur bijinya tersimpan dengan aman di dalam kantong biji (ovarium). Buah Mangsi sagat toleran terhadap kondisi lingkungan yang mencekam, misalnya kekeringan (direct sunlight). Tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 - 2000 m di atas permukaan air laut. Meskipun dapat tumbuh pada temperatur antara 15 – 45 ◦C dengan curah hujan 1000 – 2000 mm / tahun. (Anonym, 2006)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
8 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
5. Metode Pengambilan Zat Warna Ekstraksi merupakan suatu metode untuk mengeluarkan komponen tertentu dari zat padat atau zat cair dengan pelarutan. Teknik Ekstraksi digolongkan menjadi dua kategori : 1. Ekstraksi Padat - Cair ( Leaching ) Ekstraksi padat cair merupakan suatu proses pemisahan atau pengambilan fraksi padat / cair dalam suatu campuran padat- padat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ini digunakan secara teknik dalam skala besar terutama bidang industri bahan alam dan makanan. Misal : Mengambil minyak dari biji – bijian Mengambil kopi dari biji kopi 2. Ekstraksi Cair - Cair Ekstraksi zat cair digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan suatu pelarut dengan cara melarutkan salah satu komponen dalam campuran itu. Ekstraksi zat cair dilakukan bila pemisahan dengan destilasi tidak efektif, atau sangat sulit, maka ekstraksi zat cair merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat yang titik didihnya berdekatan atau zat yang tidak dapat menahan suhu destilasi walaupun dalam keadaan vakum sekalipun, biasanya dipisahkan dari ketidakmurnian dengan cara ekstraksi, yang menggunakan perbedaan sifat kimia sebagai pengganti perbedaan tekanan uap. (Bernascony, dkk., 1995) Pada ekstraksi padat - cair, perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang sekuas mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi. Dalam hal ini lintasan –lintasan kapiler yang harus dilewati dengan cara difusi menjadi lebih pendek sehingga mengurangi tahanannya. Transfer
Universitas Sebelas Maret Surakarta
9 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
massa suatu zat dari dalam padatan ke cairan melalui dua tahapan pokok, yaitu : a . Difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan Semakin kecil ukuran padatan, semakin dekat jarak difusi, sehingga semakin cepat proses difusinya. b . Transfer massa dari permukaan padatan ke cairan secara konveksi karena cairan diaduk terus. ( Bernascony, dkk., 1995 ) Pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi faktor - faktor antara lain : a. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. b. Titik didih Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, maka kedua titik didih dari bahan tersebut tidak boleh saling berdekatan. c. Reaktifitas Pelarut harus bersifat inert yaitu tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen – komponen bahan ekstraksi. d. Harga pelarut harus sernurah mungkin b. Pelarut harus tersedia dalam jumlah yang besar (Bernascony, dkk., 1995) Macam - macam pelarut yang digunakan dalam ekstraksi zat warna alami: a. Air Merupakan pelarut yang paling mudah didapat dan murah. Pelarut ini bersifat netral dan tidak berbahaya. Lebih baik menggunakan aquades atau air yang telah disuling sehingga kadar mineralnya tidak ada atau sangat minim. Air memiliki kelemahan hanya pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta
10 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
proses evaporasi (penguapan) yang lebih lama karena titik didihnya lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya. b. Etanol Sering digunakan sebagai pelarut dalam praktikum karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi, bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya. Kelemahannya etanol harganya mahal c. Petrolium Eter Pelarut ini banyak digunakan dalam industri. Mempunyai sifat stabil,
selektif dalam melarutkan zat dan mudah menguap,maka
pelarut ini sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi, khususnya proses ekstraksi bunga. (Guenter, 1987) 6.
Proses Pewarnaan Pada Tekstil Proses pewarnaan tekstil secara sederhana meliputi : 1. Mordanting Proses ini merupakan perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak, minyak kanji dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan, selain itu kegunaan dari mordanting adalah sebagai jembatan antara pewarna alami dengan kain sehingga afinitas zat warna terhadap kain meningkat. 2. Pewarnaan Proses ini dilakukan dengan mencelupkan kain pada larutan zat warna. 3. Fiksasi Proses ini bertujuan untuk mengunci zat warna pada kain dan dapat dilakukan dengan menggunakan air kapur atau air tawas. 4. Pengeringan Proses ini dilakukan dengan meletakkan kain hasil proses fiksasi di tempat yang teduh, dimana tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
11 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
7. Proses Pengujian Pada Tekstil Dalam pemakaian bahan tekstil sehari hari baik ditinjau dari segi kepentingan konsumen maupun produsen tahan luntur warna mempunyai arti penting, maka untuk mengetahui kualitas ketahanan luntur warna terhadap kain dilakukan Pengujian sebagai berikut : 1. Standar Skala Abu-Abu (Grey Scale) Standar skala abu-abu digunakan untuk melihat perubahan warna pada uji tahan luntur warna. Nilai skala abu-abu menentukan tingkat perbedaan atau kekontrasan warna dari tingkat terendah sampai tertinggi.Tingkat nilai tersebut adalah 5, 4, 3, 2 dan 1. Standar skala Abu-abu terdiri dari 9 pasang lempeng standar abu-abu dan setiap pasang menunjukkan perbedaan atau kekontrasan warna yang sesuai dengan nilai tahan luntur warnanya. Standart penilaian perubahan warna pada skala abu-abu dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Penilaian Warna Pada Standart Skala Abu-abu Nilai
Tahan
Luntur Perubahan Warna (dalam suatu CD)
Warna 5
0
4-5
0,8
4
1,5
3-4
2,1
3
3,0
2-3
4,2
2
6,0
1-2
8,5
1
12,0
Keterangan : CD = Collor Difference
Universitas Sebelas Maret Surakarta
12 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
2. Standart skala Penodaan (Stainning Scale) Standart skala penodaan dipakai untuk menilai penodaan warna pada kain putih yang digunakan dalam menentukan tahan luntur warna. Seperti pada skala abu-abu, penilaian penodaan pada kain adalah 5, 4, 3, 2, dan 1 yang menyatakan perbedaan penodaan terkecil sampai terbesar. Juga berlaku nilai antara angka-angka tersebut. Standart skala penodaan terdiri dari sepasang lempeng standart putih dan delapan standart putih dan abu-abu, yang setiap pasang menunjukkan perbedaan atau kekontrasan warna yang sesuai dengan nilai penodaan warna. Penodaan warna pada kain putih di dalam uji tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan yang digambarkan oleh standart skala penodaan warna pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Penilaian warna Pada Standart Skala Penodaan Nilai Tahan Luntur Warna
Perubahan Warna (dalam suatu CD)
5
0,0
4-5
2,0
4
4,0
3-4
5,6
3
8,0
2-3
11.3
2
16,0
1-2
22,6
1
32,6
Keterangan : CD = Collor Difference Sedangkan hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap standart skala abu-abu dan standart skla penodaan dapat dilihat pada tabel 2.4.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
13 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Tabel 2.4. Evaluasi Tahan Luntur Nilai Tahan Luntur Warna
Perubahan Warna (dalam suatu CD)
5
Baik sekali
4-5
Baik
4
Baik
3-4
Cukup baik
3
Cukup
2-3
Kurang
2
Kurang
1-2
Jelek
1
Jelek
Keterangan : CD = Collor Difference (Sumber : Moerdoko, dkk., 1975)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
14 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
B. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Analisa Bahan Dasar a. Analisa Kadar Air Pengeringan dengan Oven
Buah Mangsi Basah
Uap Air
Pendinginan Dengan Desikator Penimbangan sampai berat konstan Buah Mangsi Kering Gambar 2.2. Diagram Alir Analisa Kadar Air
2. Proses Pembuatan Zat Warna a. Metode Ekstraksi Secara Batch
Buah Mangsi
Perebusan
Uap Air
Air
Ampas Penyaringan
pemekatan secara evaporasi
Ampas Buah Mangsi
Uap Air
Zat Warna Tanin Gambar 2.3. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan Ekstraksi secara batch
Universitas Sebelas Maret Surakarta
15 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
b. Metode Ekstraksi Soxhlet Ekstraksi dengan Soxhlet
Buah Mangsi Air
Ampas Buah Mangsi
Pemekatan secara Evaporasi
Uap Air
Zat Warna Tanin
Gambar 2.4. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan Ekstraksi menggunakan soxhlet
3.
Proses Pewarnaan Tepol Kain
Tawas / NaOH Air
Mordanting
Larutan Sisa
Pewarnaan
Sisa Ekstrak zat Warna
Soda Abu
Air + Ekstrak Zat Warna
Tawas / CaO
Larutan Sisa Fiksasi Fiksasi
Pengeringan
Hasil Gambar 2.5. Diagram Alir Proses Pewarnaan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
BAB III METODE
A. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan pada proses pembuatan Zat Warna alami tekstil dari buah Mangsi dan proses pewarnaan antara lain : 1. Alat yang digunakan : a. Labu leher satu 500 mL
k. Kertas Saring
b. Labu Leher tiga 500 mL
l. Corong kaca
c. Motor Pengaduk
m.Cawan Porselen
d. Pendingin Bola
n. Water bath
e. Soxhlet
o. Thermometer
f. Pemanas Mantel
p. Karet Penyumbat
g. Gelas Ukur 100 mL
q. Kompor listrik
h. Gelas Beaker
r. Timbangan Elektrik
i. Klem
s. Grinder
j. Starif
t. Pengaduk Kaca
2. Bahan yang digunakan : a. Buah Mangsi
g. Soda Api (NaOH)
b. Air
h. Kapur Tohor (CaO)
c. Tawas (Al2(SO4)3 d. Soda Abu (Na2CO3) e. Tepol f. Kain Katun Sedangkan alat dan bahan yang digunakan pada proses pengujian : 1. Alat yang digunakan : a. Laundrymeter b. Crockmeter c. Grey Scale d. Stainning Scale e. Setrika Listrik 16 Universitas Sebelas Maret Surakarta
17 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
2. Bahan yang digunakan : a. Tepol Tepol sering disebut sebagai bahan baku dari deterjen atau zat pembasah. Berupa larutan agak kental dan berwarna kekuningkuningan. Pemakaiannya sebagai pelunak serat dalam pencucian kain sebelum dicelup dan sebagai zat tambahan dalam pembuatan larutan untuk pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian. (Sewan S., 1973) b. Soda Abu c. Air
B. Lokasi Tempat pelaksanaan dan penelitian dalam proses pembuatan Zat Warna Alami untuk tekstil dari Buah Mangsi ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir. Sutami no. 36 Surakarta. Sedangkan proses pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Tekstil Akademi Teknik Warga Surakarta, Jl. Raya SoloBaki km.2, Kwarasan Solo Baru Sokoharjo.
C. Cara Kerja 1. Analisa Bahan Dasar a. Analisa Kadar Air 1. Menimbang cawan kosong 2. Menimbang 5 gram buah mangsi (x) dalam cawan kosong. 3. Mengeringkan buah mangsi ke dalam oven selama 1 jam. 4. Mendinginkan bahan dalam desikator. 5. Menimbang cawan dan bahan kering. 6. Mengulangi 3 sampai 5 hingga diperoleh berat konstan. (y) 7. Menghitung kadar air =
Universitas Sebelas Maret Surakarta
x y x 100 % x
18 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
2. Proses Pembuatan Zat Warna a. Secara Langsung dengan Perebusan (Ekstraksi Secara Batch) 1. Menimbang buah mangsi sebanyak 50 gram 2. Mendidihkan air sebanyak 200 ml. 3. Merebus buah mangsi dalam air sampai volume berkurang 1/3 dari volume awal 4. Menyaring larutan hasil perebusan. 5. Menguapkan pelarut dalam zat warna dengan cara di uapkan (evaporasi) sampai zat warna berbentuk pasta. 6. Mendinginkan zat warna dalam desikator selama 10 menit 7. Menimbang zat warna yang dihasilkan 8. Menghitung yield zat warna yang dihasilkan
berathasil x 100% beratbahan b. Ekstraksi Menggunakan Soxhlet 1. Memotong kecil-kecil buah mangsi. 2. Menimbang buah mangsi tersebut sebanyak 50 gram (x). 3. Merangkai alat percobaan seperti pada gambar 3.1. 4. Membungkus dengan kertas saring dan memasukkannya ke dalam soxhlet. 5. Memasukkan air sebanyak 200 mL ke dalam labu alas bulat. 6. Menghidupkan pemanas dan menjalankan alat soxhlet sampai tetesan uap yang diembunkan dari kolom soxhlet bening. 7. Memekatkan ekstrak dengan cara evaporasi. 8. Mendinginkan ekstrak zat warna dalam desikator. 9. Menimbang zat warna (y) gram dan menghitung kadar zat warna yang dihasilkan
berathasil x 100% beratbahan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
19 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
GAMBAR RANGKAIAN ALAT
5
1
3 4 2 6 7
2 8
9
Gambar 3. 1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet Keterangan : 1. Statif 2. Klem 3. Pendingin bola ( pendingin balik ) 4. Lubang air masuk 5. Lubang air keluar 6. Soxhlet 7. Bahan yang diekstraksi ( 50 gram buah mangsi ) 8. Labu leher satu berisi 200 mL air 9. Pemanas mantel
Universitas Sebelas Maret Surakarta
20 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
3. Proses Pewarnaan pada Kain ( Moerdoko, dkk. 1975 ) a. Proses Mordanting Untuk kain 20 gram digunakan 1mL tepol, 8 gram tawas dan 2 gram Soda Abu. 1. Melarutkan 1 mL tepol, 8 gram tawas dan 2 gram Soda Abu dalam 1 liter air di dalam gelas beaker. 2. Merebus sampai mendidih kemudian memasukkan kain ke dalam gelas beaker dan merebusnya selama 15 menit. 3. Setelah 15 menit mematikan pemanas kemudian mengangkat kain dan membilasnya dengan air bersih. 4.
Meniriskan kain kemudian mengeringkan dengan cara diangin –
anginkan. 5. Mengulangi langkah – langkah di atas dengan menggunakan larutan yang berbeda yaitu, 1 mL tepol dan 8 gram NaOH. b. Proses Pewarnaan 1. Melarutkan zat warna sebanyak 5 gram ke dalam 100 mL air 2. Memanaskan dan mengaduk larutan sampai zat warna larut. 3. Memasukkan 20 gram kain yang telah dimordanting ke dalam larutan zat warna sambil terus dibolak – balik agar merata selama 15 menit. 4. Mengangkat kain dan diangin – anginkan selama 30 menit. 5.
Pencelupan diulang seperti di atas sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
c. Proses Fiksasi 1. Membuat Larutan Fixer : Menimbang 50 gram kapur tohor (CaO), melarutkan ke dalam 1 L air. Membiarkan mengendap terlebih dahulu, kemudian mengambil larutan beningnya.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
21 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
2. Memasukkan kain yang sudah diwarnai ke dalam larutan fixer selama 10 menit, dikeringkan di tempat teduh kemudian dicuci bersih dan dikeringkan di tempat yang teduh lagi lalu disetrika 3. Mengulangi langkah di atas dengan menggunakan larutan fixer yang berbeda, yaitu melarutkan 50 gram tawas dalam 1 L air dan mengambil larutan beningnya. 4. Proses Pengujian Zat Warna Pada Kain a. Uji Ketahanan luntur warna terhadap Pencucian 1. Melarutkan 2 gram Soda Abu, 2 mL tepol dalam 1 liter air dalam gelas beaker 1000 mL. 2.
Memotong kain yang telah melalui proses pewarnaan dengan ukuran 5 x 10 cm sebanyak 5 potong.
3. Melapisi kedua sisi setiap potong kain di atas menggunakan kain putih dengan ukuran yang sama, kemudian dijahit pada sisi kanan dan sisi kirinya. 4. Memasukkan 5 kain yng sudah dijahit ke dalam masing – masing bejana laundrymeter yang sudah berisi larutan yang telah dibuat tadi sebanyak 200 mL, kemudian menutup bejana. 5. Menempatkan bejana - bejana pada tempatnya. 6. Menghidupkan power, kemudian mengatur Suhu sebesar 60 °C dan mengatur waktu selama 45 menit, kemudian mengambil bajana – bajana tersebut dan mengeluarkan kain di dalamnya. 7. Mencuci kain dengan air yang bersih kemudian melepas jahitan dan menyetrika semua kain. 8. Menganalisa kain pelapis dengan menggunakan Stainning Scale dan menganalisa kain yang telah melalui proses pewarnaan tadi dengan menggunakan Grey Scale.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
22 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
b. Uji Ketahanan luntur warna terhadap Gosokan 1. Memotong kain yang telah melalui proses pewarnaan dengan ukuran 4 x 25 cm sebanyak 5 potong (kain A) 2. Memotong kain putih dengan ukuran 8 x 8 cm sebanyak 10 potong sebagai kain penggosok (kain B) 3. Menempatkan 5 potong kain A dan 5 potong kain B kering di tempatnya masing – masing pada crockmeter. 4. Menghidupkan crockmeter dan mematikannya setelah 10 kali gosokan. 5. Menganalisa kain penggosok (kain B) dengan menggunakan Stainning Scale. 6. Mengulangi langkah – langkah di atas dengan menggunakan kain B basah.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
23 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Gambar 3.2 Laundrymeter
Universitas Sebelas Maret Surakarta
24 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Gambar 3.3. Crockmeter
Universitas Sebelas Maret Surakarta
25 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Gambar 3.4 Grey Scale ( Standar Skala Abu-abu)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
26 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Gambar 3.5 Stainning Scale (Standar Skala Penodaan)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada percobaan yang telah dilakukan metode pengambilan zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi diperoleh dengan 2 cara yaitu secara langsung dengan perebusan (ekstraksi secara batch) dan ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut air. Hasil zat warna alami diperoleh dengan memekatkan hasil ekstraksi dengan cara evaporasi. Rangkaian alat ekstraksi soxhlet dapat dilihat pada gambar 3.1. Berikut data – data selama hasil percobaan : o Berat buah Mangsi
: 50 gram
o Volume pelarut
: 200 mL
o Suhu Operasi
: 100 °C
o Yield zat warna secara batch
:
4,45 gram 50 gram
x 100 % = 8,9 %
o Yield zat warna secara soxhlet
:
5,56 gram 50 gram
x 100 % = 11,12 %
o Kadar Air dalam Bahan
:
(5,0 0,8) gram x 100 % = 84 % 5,0 gram
o Hasil Pengujian terhadap kain Tabel 4. 1. Hasil Pengujian ketahanan luntur warna terhadap Pencucian Metode
Percobaan
Grey Scale
Stainning Scale
1.Mordanting : NaOH Pencucian dengan Laundrymeter
Fiksasi
: Al2(SO4)3
27 Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
3
2-3
2-3
: CaO
3.Mordanting : Al2(SO4)3 Fiksasi
2
: CaO
2.Mordanting : Al2(SO4)3 Fiksasi
2
28 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Tabel 4. 2. Hasil Pengujian ketahanan luntur warna terhadap Gosokan Metode
Percobaan
Basah/Kering
Stainning Scale
1.Mordanting : NaOH Penodaan dengan
Fiksasi
: CaO
2.Mordanting : Al2(SO4)3
Crockmeter
Fiksasi
: CaO
3.Mordanting : Al2(SO4)3 Fiksasi
A
Basah
2-3
Kering
4-5
Basah
2-3
Kering
4-5
Basah
2-3
: Al2(SO4)3 Kering
4-5
B
Keterangan : A
: Zat warna alami dengan ekstraksi secara batch.
B
: Zat warna alami dengan ekstraksi menggunakan soxhlet.
Gambar 4. 1. Zat Warna alami dengan Metode Ekstraksi\ secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet
Universitas Sebelas Maret Surakarta
29 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
B
C
Keterangan : A
: Kain hasil setelah Pewarnaan.
B
: Kain hasil setelah mordanting, pewarnaan dan fiksasi.
C
: Kain putih sebagai pembanding.
Gambar 4. 2. Hasil Pengujian Zat Warna dari Ekstraksi Soxhlet terhadap kain
Universitas Sebelas Maret Surakarta
30 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
B
Keterangan : A : Kain yang telah diwarnai dan setelah pencucian. B : Kain putih sebagai pelapis.
Gambar 4.3. Hasil Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian pada Percobaan 1 (Proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan CaO)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
31 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
B
Keterangan
:
A : Kain yang telah diwarnai dan setelah pencucian. B : Kain putih sebagai pelapis.
Gambar 4.4. Hasil Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian pada Percobaan 2 (Proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan CaO)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
32 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
B
Keterangan : A : Kain yang telah diwarnai dan setelah pencucian. B : Kain putih sebagai pelapis.
Gambar 4.5. Hasil Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian pada Percobaan 3 (Proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Al2(SO4)3)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
33 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
B
C
Keterangan : A : Kain yang telah diwarnai B : Kain putih sebagai kain penggososk Kering C : Kain putih sebagai kain penggososk Basah.
Gambar 4.6. Hasil Pengujian Penodaan Zat Warna Terhadap Kain Putih dengan Gosokan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
34 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
B. Pembahasan Pada percobaan pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi diperoleh dengan dua cara yaitu secara langsung dengan perebusan (ekstraksi secara batch) dan ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut air. Ekstraksi secara batch dilakukan dengan merebus buah mangsi dengan pelarut air lalu dipanaskan sampai mendidih sampai 1/3 volume awal kemudian mengambil ekstraknya dengan cara menyaring dan memekatkan filtratnya dengan cara diuapkan (evaporasi). Pada ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan buah mangsi yang dibungkus dalam kertas saring kemudian di masukkan dalam soxhlet. Proses ekstraksi dihentikan apabila sudah tidak ada perpindahan massa lagi dari buah mangsi ke pelarut, hal tersebut ditunjukkan sampai tetesan air yang diembunkan dari kolom soxhlet bening. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa ketika tetesan air yang diembunkan telah bening maka semua zat warna telah terekstrak.Pada percobaan pembuatan zat warna alami ini diperlukan 7 kali sirkulasi untuk mencapai warna tetesan air yang diembunkan telah bening. Sedangkan ekstrak zat warna alami diperoleh dengan memekatkan hasil ekstraksi dengan cara evaporasi. Yield zat warna alami yang diperoleh secara batch adalah 8,9 % dari 50 gram berat basah buah mangsi sedangkan yield zat warna alami yang diperoleh dengan ekstraksi menggunakan soxhlet adalah 11,12 % dari 50 gram berat basah. Warna yang dihasilkan dari buah mangsi adalah warna “ Coklat Tua “. Untuk mengetahui kualitas zat warna alami yang diperoleh maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian yang dilakukan dengan menggunakan Laundrymeter dan pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah dan gosokan kering yang dilakukan dengan menggunakan crockmeter. Setelah pengujian ketahanan luntur zat warna terhadap pencucian selesai, selanjutnya dilakukan analisa terhadap pencucian dengan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
35 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
menggunakan Grey Scale
( GS ) dan Stainning Scale ( SS ). Nilai evaluasi
tahan luntur warna Grey Scale dan Stainning Scale menunjukkan nilai yang kurang maksimal, hal ini disebabkan karena serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air sehingga dalam keadaan basah pori – pori serat akan membuka dan sebagai sifat utama dari zat warna alami adalah tidak mempunyai gugus reaktif , dimana zat warna alami hanya menyusup pada serat kain sehingga kain yang sudah diwarnai jika dalam keadaan basah maka kemungkinan zat warna yang keluar dari mulut serat / luntur lebih besar. Setelah pengujian ketahanan luntur zat warna terhadap gosokan basah dan gosokan kering selesai, selanjutnya dilakukan analisa terhadap gosokan dengan menggunakan Staining Scale ( SS ). Nilai evaluasi tahan luntur warna Stainning Scale pada gosokan kering menunjukkan nilai yang baik, sedangkan pada gosokan basah menunjukkan nilai yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah pori-pori kain membuka sehingga ketika diberi tekanan / gosokan, zat warna keluar dari mulut serat kain. Hasil terbaik ditunjukkan pada kain yang telah melalui proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3 dan proses fiksasi menggunakan CaO.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai
berikut : 1. Pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari buah mangsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstraksi secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet. Hasil terbanyak dihasilkan dari ekstraksi menggunakan soxhlet. Ekstraksi menggunakan soxhlet : Berat buah mangsi : 50 gram Volume pelarut
: 200 ml air
Waktu proses
: 5,56 gram zat warna
2. Hasil pengujian zat warna alami paling baik adalah pada kain yang telah melalui proses mordanting menggunakan Al2(SO4)3, pewarnaan dan fiksasi menggunakan CaO dengan Nilai E luasi ” cukup ”. Proses mordating : Bahan : a. 1 ml tepol b.
2 gram Na2CO3
c. 8 gram Al2(SO4)3 d. 1 liter Air Proses Mordanting : Bahan : a. Zat warna : 5 gram b. Pelarut : 100 ml air Proses fiksasi : Bahan : a. 50 gram CaO b. 1 liter air 36 Universitas Sebelas Maret Surakarta
37 Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
B.
SARAN Dari Hasil percobaan yang dilakukan, maka kami dapat memberikan saran antara lain : 1. Perlu menambahkan zat penguat untuk zat warna pada proses pewarnaan untuk mengurangi kelunturan zat warna. 2. Zat Warna Alami dari buah mangsi hendaknya dicoba pada kain dari bahan selain kapas yaitu pada sutera.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
DAFTAR PUSTAKA Anonym, 2006, “ Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi “ FMIPA USU Semester 4, Medan. Diakses dari : e-course.usu.ac.id Bernasconi, G.,1995, ” Tegnology Kimia Bagian 2 “ PT. Pradnya Paramita : Jakarta. Guenther, E.,1987, “ Minyak Atsiri “ Jilid 1, UI Press : Jakarta. Isminingsih, 1978, “ Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman di sekitar kita untuk Pencelupan Bahan Tekstil “. Diakses dari www.batikyogya.com Moerdoko, W., 1975, “ Evaluasi Tekstil Bagian Kimia “ Institut Teknologi Tekstil : Bandung. Sewan S.,!973,“ Ekplorasi Zat Warna Alam “.Diakses dari : www.batikyogya.com www.blog.roodo.com . www.flikcr.com. www.hariankompas.com www.kapanlagi.com www.tanamanobat.com
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
A
Hasil
Pengujian
Ketahanan
luntur
warna
terhadap
Pencucian
(Loundrymeter) Tabel 1.
Hasil Analisis Grey Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan Kapur tohor (CaO)
Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 1-2 8,5 2 2 6,0 3 1-2 8,5 4 2 6,0 5 2 6,0 Jumlah 35 Rata - rata 2 7 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Grey Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 7. Dari nilai CD rata-rat tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Kurang”.
Tabel 2. Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan NaOH dan fiksasi menggunakan Kapur tohor (CaO) Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 1-2 16 2 2 22,6 3 2-3 11,3 4 2 16 5 2 16 Jumlah 81,9 Rata - rata 2 16,38 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Stainning Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 16,38. Dari nilai CD rata-rata tersebut diperoleh nilai tahan luntur melihat tabel 2.2., hasilnya “Kurang”.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 dengan
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Tabel 5. Hasil Analisis Grey Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan tawas Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan tawas Al2(SO4)3. Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 2 6,0 2 2-3 4,2 3 2-3 4,2 4 2-3 4,2 5 2 6,0 Jumlah 24,6 Rata - rata 2-3 4,92 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Grey Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 4,92. Dari nilai CD rata-rat tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2-3 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Kurang”.
Tabel 6. Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan tawas Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan tawas Al2(SO4)3. Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 2-3 11,3 2 2 16 3 2-3 11,3 4 2-3 11,3 5 2 16 Jumlah 65,9 Rata - rata 2-3 13,18 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Stainning Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 13,18. Dari nilai CD rata-rat tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2-3 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Kurang”.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Tabel 3. Hasil Analisis Grey Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan tawas Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Kapur Tohor (CaO) Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 2-3 4,2 2 3 3,0 3 3 3,0 4 2-3 4,2 5 3 3,0 Jumlah 17,4 Rata - rata 3 3,48 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Grey Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 3,48. Dari nilai CD rata-rat tersebut diperoleh nilai tahan luntur 3 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Cukup”.
Tabel 4.
Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap pencucian dengan proses mordanting menggunakan tawas Al2(SO4)3 dan fiksasi menggunakan Kapur Tohor (CaO).
Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 3 8,0 2 2-3 11,3 3 3 8,0 4 3 8,0 5 2-3 11,3 Jumlah 46,6 Rata - rata 3 9,32 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Stainning Scale untuk uji ketahanan terhadap pencucian diperoleh nilai CD rata-rata 9,32. Dari nilai CD rata-rata tersebut diperoleh nilai tahan luntur melihat tabel 2.2., hasilnya “Cukup”.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3 dengan
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
B. Hasil Pengujian Ketahanan luntur warna terhadap Gosokan (Crockmeter) Tabel 7. Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap Gosokan Basah Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 3 8 2 2 16 3 2 16 4 2 16 5 2-3 11,3 Jumlah 67,3 Rata - rata 2-3 13,46 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Stainning Scale untuk uji ketahanan terhadap gosokan basah diperoleh nilai CD rata-rata 13,46. Dari nilai CD rata-rata tersebut diperoleh nilai tahan luntur 2-3 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Kurang”.
Tabel 8.
Hasil Analisis Stainning Scale untuk pengujian terhadap Gosokan Kering
Percobaan Stainning Scale (SS) Color Difference (CD) 1 4-5 2 2 4-5 2 3 4 4 4 4-5 2 5 4-5 2 Jumlah 12 Rata - rata 4-5 2,4 Dari pengujian yang sudah dilakukan bahwa hasil analisis Stainning Scale untuk uji ketahanan terhadap gosokan basah diperoleh nilai CD rata-rata 2,4. Dari nilai CD rata-rata tersebut diperoleh nilai tahan luntur 4-5 dengan melihat tabel 2.2., hasilnya “Baik”.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Estimasi Biaya Pembuatan Zat Warna Alami untuk tekstil dari Buah Mangsi Pada skala Laboratorium a. Metode ekstraksi menggunakan sokhlet Estimasi untuk ekstraksi 50 gram buah mangsi o Harga 1 kg buah mangsi basah ( Kadar air = 84 % )=Rp. 3000,Jadi harga 50 gram buah mangsi =
50 gram x Rp.3000,- = Rp. 1000 gram
150,o Air yang dibutuhkan : Total Air yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi = 200 mL Harga 1 m3Air = 1000 liter Air Jika 3300 mL Air =
= Rp.1500,-
0,2 Liter x Rp.1500,1000 Liter
= Rp.
0,3,-
o Harga kertas saring per meter = Rp. 7000,Kertas saring yang dibutuhkan
20cm x Rp.7000,- = Rp. 1.400,100cm
o Harga 1 kwh listrik Rp.600,Daya pada Pemanas Mantel = 600 watt/h Maka, 600 watt/h = 0,6 kwh Harga 0,6 kwh listrik = 0,6 kwh x Rp.600,- = Rp. 360,Jadi jika proses Ekstraksi dilakukan selama 5 jam25menit = 5,42 jam Maka = 5,42 jam x Rp. 360,- =
Rp.
1.951,2,Biaya Produksi 1 kali proses Rp.3.501,5 Dari 50 gram buah mangsi dihasilkan zat warna sebanyak 5,56 gram Biaya produksi tiap 1 gram zat warna
=
Rp.3501,5 5,56 gram
= Rp.629,7
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Jika 1 gram zat warna dijual dengan harga Rp. 700,- maka : Total hasil penjualan dalam 1 kali ekstraksi
= 5,56 gram x Rp.
700,-
= Rp. 3.892,Jadi Keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan zat wrana alami dari buah mangsi dalam 1 kali proses produksi adalah
= Hasil Penjualan –
Biaya Produksi = Rp. 3.892 – Rp. 3.501,5 = Rp. 390,5 b. Metode ekstraksi secara batch Estimasi untuk ekstraksi 50 gram buah mangsi o Harga 1 kg buah mangsi basah ( Kadar air = 84 % )=Rp. 3000,Jadi harga 50 gram buah mangsi =
50 gram x Rp.3000,- = Rp. 1000 gram
150,o Air yang dibutuhkan : Total Air yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi = 200 mL Harga 1 m3Air = 1000 liter Air Jika 3300 mL Air =
0,2 Liter x Rp.1500,- = 1000 Liter
= Rp.1500,Rp.
0,3,-
o Harga 1 kwh listrik Rp.600,Daya pada Pemanas Mantel = 600 watt/h Maka, 600 watt/h = 0,6 kwh Harga 0,6 kwh listrik = 0,6 kwh x Rp.600,- = Rp. 360,Jadi jika proses Ekstraksi dilakukan selama 2 jam Maka = 2 jam x Rp. 360,- = Rp. 720,Biaya Produksi 1 kali proses Rp.870,3 Dari 50 gram buah mangsi dihasilkan zat warna sebanyak 4,45 gram
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami untukTekstil dari Buah Mangsi
Biaya produksi tiap 1 gram zat warna
=
Rp870,3 4,45 gram
= Rp.195,58 Jika 1 gram zat warna dijual dengan harga Rp. 200,- maka : Total hasil penjualan dalam 1 kali ekstraksi
= 4,45 gram x Rp.
250,= Rp. 1.112,5
Jadi Keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan zat wrana alami dari buah mangsi dalam 1 kali proses produksi adalah
= Hasil Penjualan – Biaya
Produksi = Rp. 1.112,5 – Rp. 870,3 = Rp. 242,2
Universitas Sebelas Maret Surakarta