ANALISIS PELAKSANAAN PENGEMBANGAN GENERAL LIFE SKILL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DI SMK N 2 SEWON BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh: Isnaini Nurwisti NIM. 10410062
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
MOTTO
“ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Qs. An-Nisa’ : 9)*
*
Departemen Agama RI, 2005, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil) hal. 78
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Almamater Tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
KATA PENGANTAR
سالَ ُم ْ َش َه ُد أَنْ َل اِلهَ اِ َل للُ َوأ ْ َ أ, َب ا ْل َعالَ ِميْه َ صالَةُ َوال َ اَل,س ْى ُل لل ِّ اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ َر ُ ش َه ُد اَنَ ُم َح َمد َر . أَ َما بَ ْع ُد, َص ْحبِ ِه اَ ْج َم ِعيْه َ َو َعلَى آلِ ِه َو، َسلِيْه َ ف ْاْلَ ْوبِيَا ِء َوا ْل ُم ْر ِ َعلَى أَش َْر Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Analisis Pelaksanaan Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Bapak Dr. Muqowim, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis.
4.
Bapak Suwadi M.Ag., M.Pd. selaku Dosen Penasehat Akademik, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis selama masa studi.
5.
Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan sumbangsih keilmuan dan senantiasa memberikan layanan terbaiknya bagi penulis.
vii
6.
Bapak Suherman, S.Pd. selaku kepala SMK N 2 Sewon Bantul yang telah memberikan izin kepada peneliti.
7.
Bapak Amin Hidayat, S.Ag. selaku guru PAI kelas XII SMK N 2 Sewon, guru dan karyawan, serta siswa-siswi kelas XII SMK N 2 Sewon yang telah membantu dalam pengumpulan data.
8.
Eko Sugiarto, suamiku tersayang, yang senantiasa membimbing dan mendampingi dengan penuh kesabaran. Juga untuk kedua buah hatiku, Gaza dan Palestine, semoga Allah mempertemukan kita di surga ya, Nak.
9.
Bapak Sanijo dan Ibu Siti Yunani, orang tuaku tercinta, berjuta terima kasih tak akan pernah cukup untuk mengganti setiap tetesan keringat dan air mata yang kalian korbankan untukku.
10. Bapak Sukardi dan Ibu Rusdiyah, mertuaku tercinta, yang senantiasa mendo’akan, memberikan dukungan baik berupa semangat dan materi. 11. Aris Setiawan, S.T., kakakku tercinta, yang tak pernah bosan memotivasi dan mengajariku arti kerja keras demi menggapai cita-cita. 12. Sahabatku di Lingkaran Cinta, sahabat sekaligus keluargaku di INTIFADHA, serta teman-teman PAI angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi, saran serta masukan dalam penyusunan skripsi. 13. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima oleh Allah Swt dan mendapatkan limpahan rahmat dan ridho-Nya. Amin Yogyakarta, 6 April 2015 Penyusun,
Isnaini Nurwisti NIM. 10410062
viii
ABSTRAK ISNAINI NURWISTI. Analisis Pelaksanaan Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa lulusan sekolah saat ini belum sesuai dengan harapan masyarakat. Banyak di antara remaja usia sekolah justru terlibat dalam kenakalan remaja dan tindakan kriminal. SMK N 2 Sewon mengembangkan general life skill dalam pembelajaran khususnya PAI sebagai upaya menanggulangi kenakalan remaja agar lulusan sekolah sesuai dengan harapan masyarakat dan tujuan pendidikan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kenakalan remaja, mengetahui pelaksanaan pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI, dan mengetahui hasil pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI terhadap penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMK N 2 Sewon. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK N 2 Sewon. Adapun metode analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, triangulasi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon dapat dikategorikan dalam kenakalan ringan, sedang, dan berat. Yang termasuk dalam kategori kenalakan ringan seperti terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan atau tidak mengumpulkan tugas, membuat keributan di kelas, dan tidak memperhatikan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kenakalan yang sedang contohnya membolos, baik tidak masuk sekolah tanpa keterangan atau pun membolos pada mata pelajaran tertentu, melihat gambar atau video porno, mencoret-coret meja dan tembok, serta merokok. Kenakalan yang berat seperti pacaran yang melampaui batas dan mabuk-mabukan. Dari ketiga kategori tersebut yang paling banyak terjadi di SMK N 2 Sewon adalah kenakalan ringan dan sedang. (2) Pelaksanaan pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI telah dapat dikembangkan seluruhnya. Kendati demikian ada beberapa kecakapan yang belum dapat dikembangkan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena metode dan media yang digunakan guru kurang bervariasi, juga karena guru kurang memberikan motivasi pada siswa. (3) Hasil dari pengembangan general life skill pada pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMK N 2 Sewon pada semester gasal 2014/2015, untuk beberapa kecakapan telah dilaksanakan dengan baik. Melalui pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI mampu memberikan bekal keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah pada siswa. Dengan bekal tersebut siswa memiliki kesadaran dan kontrol diri untuk selalu mematuhi peraturan dan norma yang ada, hati-hati dalam bertindak, dan menjauhi sikap permusuhan dengan orang lain. Sehingga siswa terhindar dari perilaku meyimpang yang tergolong dalam kenakalan remaja.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. HALAMAN SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. HALAMAN MOTTO .............................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................................ HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................... HALAMAN DAFTAR ISI....................................................................................... HALAMAN DAFTAR TABEL .............................................................................. HALAMAN DAFTAR BAGAN.............................................................................. HALAMAN DAFTAR GAMBAR .......................................................................... HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
i ii iii iv v vi vii ix x xii xiii xiv xv
BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................................... A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... D. Kajian Pustaka ...................................................................................... E. Landasan Teori ..................................................................................... F. Metode Penelitian ................................................................................. G. Sistematika Pembahasan .......................................................................
1 1 7 7 9 10 30 36
BAB II
: GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 2 SEWON BANTUL YOGYAKARTA ...................................................................................... A. Profil Sekolah ………………………………………………………... B. Letak Geografis Sekolah ....................................................................... C. Sejarah dan Perkembangan ................................................................... D. Visi dan Misi Sekolah ........................................................................... E. Struktur Organisasi ............................................................................... F. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................................... G. Keadaan Siswa ......................................................................................
37 37 38 40 42 45 58 64
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... A. Bentuk Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta .... B. Pelaksanaan Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran PAI di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta ........................................ 1. Perencanaan Pembelajaran ............................................................... 2. Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 3. Evaluasi Pembelajaran..................................................................... C. Hasil Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran PAI Terhadap Penanggulangan Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta ...............................................................................
x
68 68 74 75 78 112
114
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................... A. Kesimpulan ........................................................................................... B. Saran-saran............................................................................................ C. Kata Penutup .........................................................................................
124 124 126 127
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 128 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 130
xi
DAFTAR TABEL Tabel I
: Keadaan guru PNS SMK Negeri 2 Sewon Tahun Ajaran 2014/2015……………………………………………………...
Tabel II
: Keadaan guru Non-PNS SMK Negeri 2 Sewon Tahun Ajaran 2014/2015……………………………………...........................
Tabel III
62
: Keadaan karyawan Non-PNS SMK Negeri 2 Sewon Tahun Ajaran 2014/2015....…………………………………....
Tabel V
61
: Keadaaan karyawan PNS SMK Negeri 2 Sewon Tahun Ajaran 2014/2015………………………………………………...........
Tabel IV
59
63
: Keadaan siswa SMK Negeri 2 Sewon Tahun Ajaran 2013/2014……………………………………………………...
64
Tabel VI
: Prestasi Siswa SMK N 2 Sewon ................................................ 65
Tabel VII
: Klasifikasi Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon
73
Tabel VIII
: Daftar narasumber…………………………………………….
130
xii
DAFTAR BAGAN Bagan I
: Struktur Organisasi SMK N 2 Sewon Tahun Ajaran 2014/2015 …………………..………………………...………. 46
Bagan II
: Peta Konsep Hasil Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran PAI sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja ....................................................................................... 114
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar I
: Guru menguji hafalan siswa ......…………………………...
82
Gambar II
: Siswa dilibatkan dalam kegiatan kurban .........…………….
86
Gambar III
: Siswa presentasi di depan kelas ....……………………….... 94
Gambar 1V
: Siswa mencari informasi dari internet melalui ponsel.....….. 97
Gambar V
: Siswa memimpin diskusi kelas ……………………………. 107
Gambar VI
: Siswa menulis hasil diskusi di papan tulis ……………….... 109
Gambar VII : Siswa berdiskusi kelompok ………………………………..
xiv
111
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Daftar Narasumber Penelitian………………………..….. 130
Lampiran II
: Pedoman Pengumpulan Data……………………………. 131
Lampiran III
: Catatan Lapangan ………………………………………. 137
Lampiran IV
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran................................... 149
Lampiran V
: Kartu Bimbingan Skripsi………………………………… 152
Lampiran VI
: Bukti Seminar Proposal…………………………………. 153
Lampiran VII
: Surat Izin Penelitian Gubernur…………………………... 154
Lampiran VIII
: Surat Izin Penelitian BAPPEDA Bantul ……………..
Lampiran IX
: Sertifikat PPL 1 …………………………………………. 156
Lampiran X
: Sertifikat PPL-KKN Integratif ………………………….
Lampiran XI
: Sertifikat TOEFL ……………………………………….. 158
Lampiran XII
: Sertifikat TOAFL ……………………………………….. 159
Lampiran XIII
: Sertifikat IT ……………………………………………... 160
Lampiran XIV
: Sertifikat SOSPEM ……………………………………..
161
Lampiran XV
: Daftar Riwayat Hidup…………………………………...
162
xv
155
157
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengembangan potensi peserta didik dan pembentukan kepribadian sehingga menghasilkan output yang cakap secara intelektual dan juga mempunyai akhlak mulia sehingga bisa mengaplikasikan ilmunya secara bijak dan bermoral. Untuk itu siswa diharapkan mampu berkepribadian dan mencerminkan perilaku yang baik dalam kesehariannya. Berbagai upaya telah lama dilakukan untuk meningkatkan kualitas pedidikan di indonesia. Namun pada kenyataannya dalam dunia pendidikan masih banyak siswa yang perilakunya tidak mencerminkan layaknya mereka sebagai orang yang mengenyam pendidikan. Saat ini pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan kurang berhasil dalam membangun kepribadian atau karakter peserta didiknya agar berakhlak mulia. Terlebih dalam sekolah lanjutan di mana siswanya sedang berada dalam fase transisi. Berbagai surat kabar dan majalah memuat berita tindakan-tindakan kenakalan remaja. Bahkan yang ditayangkan di televisi banyak di antaranya sudah menjurus ke arah kejahatan dan tergolong tindak kriminal, seperti perkelahian, baik secara perorangan maupun kelompok, tawuran, pencurian bahkan terlibat narkoba dan seks bebas. Siswa SMA dalam perkembangan fisik dan psikisnya sedang berada dalam fase persiapan masa transisi menuju ke tahap dewasa. Masa SMA yang merupakan fase remaja sering dianggap sebagai fase yang tidak rapih dan
1
cenderung berperilaku merusak. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistik dan ambang menuju kedewasaan.1 Perkembangan
teknologi yang semakin canggih dengan berbagai
macam isinya termasuk yang bernuansa negatif menjadi salah satu faktor remaja berperilaku menyimpang. Jadi remaja berada dalam suatu fase di mana kondisi internal maupun eksternalnya sama-sama bergejolak. Jika tidak diarahkan dengan baik maka para remaja akan lebih cenderung berperilaku menyimpang dalam menghadapi berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Untuk bisa melewati fase tersebut agar tidak terjerumus pada perilaku menyimpang perlu adanya bimbingan dan arahan dari pihak yang berkompetensi agar kehidupan remaja bisa terarah menjadi lebih positif. Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan negara. Sehingga setiap warga negara, termasuk remaja, berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Salah satu faktor yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan di sekolah sangat berperan dalam proses perkembangan siswa remaja dalam mencapai kedewasaan, karena di sekolah mereka
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dkk. Judul asli : Developmental Psycology, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 240.
2
mendapatkan pemikiran dan pandangan yang diajarkan kepada mereka. Sekolah/madrasah merupakan lingkungan pendidikan sekunder. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SMA/MA umumnya menghabiskan waktu 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa sepertiga waktunya setiap hari dihabiskan di sekolah. Tidak mengherankan jika pengaruh pendidikan di sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar. Oleh karena itu tugas sekolah bukan hanya mencerdaskan siswanya, tetapi juga memperbaiki akhlaknya. Penyelenggaraan pendidikan harus mengupayakan terjadinya transfer of knowledge dan transfer of value secara berimbang. Namun secara umum pendidikan di Indonesia saat ini lebih menekankan pada pengetahuan teknis/ kecakapan hidup yang besifat khusus dan kurang memberikan kecakapan hidup yang bersifat generik. Hal ini disinyalir menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas lulusan yaitu berupa rendahnya daya saing lulusan serta kurang kompetitif. Hal tersebut di atas memberikan gambaran bahwa sesungguhnya kecakapan generik perlu ditingkatkan. Perlu dibangun kemampuan peserta didik dalam hal mengelola emosi, menghadapi stress, berkomunikasi, integritas/kejujuran, menerima perbedaan dan sebagainya yang mana semua itu merupakan aspek dari kecakapan generik (General Life Skill).2 Pembelajaran di sekolah seharusnya mampu mengajak siswa untuk aktif serta menggali dan mengembangkan potensi siswa sehingga siswa 2
Endang Sadbudhy Rahayu, Pengembangan Soft Skill di SMK, (Jakarta: Sekarmita, 2011),
hal. 13.
3
memiliki berbagai kecakapan yang merupakan hasil sampingan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dan inilah yang dimaksud dengan pembelajaran yang berorientasi pada Life Skill. Life skill membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar (learning how to learn), menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat (learning how to unlearn), menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan, diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkan masalah secara kreatif.3 Pada kenyataan yang ada, nilai hasil pendidikan seringkali tidak menggambarkan kemampuan peserta didik sebagai hasil pendidikan dalam kehidupan nyata. Anak yang memiliki prestasi bagus di sekolah tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana yang dialaminya dalam kehidupan, sulit bergaul di lingkungannya, bahkan telibat dalam kasus kenakalan remaja. Seperti terdapat jurang pemisah antara pendidikan dengan kehidupan nyata. Isi mata pelajaran, soal-soal latihan, ulangan, dan ujian seolah-olah terlepas dari problema kehidupan. Pengenalan life skill terhadap peserta didik bukanlah untuk mengganti kurikulum yang ada, akan tetapi untuk melakukan reorientasi kurikulum yang ada sekarang agar benar-benar merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Life skill merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum/ program pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat, dan bukan untuk mengubah
3
total
kurikulum/program
yang
ada.
Adanya
life
skill
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup,(Bandung: Alfabeta, 2004), hal 21-22.
4
mengindikasikan perlunya penyesuaian-penyesuaian kurikulum/program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi nyata masyarakat setempat.4 Secara umum pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup (life skill) bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya,
yaitu
mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara tersirat hal ini menjelaskan bahwa lembaga pendidikan diharuskan memberikan peluang yang luas dan besar kepada peserta didik untuk mendapatkan pendidikan tambahan yang berdimensi kecakapan kepada peserta didik.5 Kecakapan hidup sebagai hasil pembelajaran, terdiri atas kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill) atau kecakapan generik, dan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill). Adapun dari dua macam kecakapan hidup di atas, dalam skripsi ini penulis hanya akan membahas satu macam kecakapan hidup yaitu general life skill atau kecakapan hidup yang bersifat umum. Yang mana konsep General life skill ini sejalan dengan upaya pembentukan mental dan karakter peserta didik agar berakhlakul karimah dan mampu membentengi diri dari terjerumus pada perilaku menyimpang dan kenakalan remaja. Penelitian ini akan mengambil tempat di SMK N 2 Sewon yang beralamat di Jalan Parangtritis Km 7 Sewon Bantul Yogyakarta. Sebagai sekolah yang berbasis Life Skill, SMK N 2 Sewon memiliki visi “Unggul
4
Ibid., hal. 32. Departemen Agama RI, Pedoman Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hal. 13. 5
5
dalam menyiapkan tenaga terampil yang inovatif dan berkepribadian luhur”. Dari visi tersebut SMK N 2 Sewon ingin menyiapkan dan membekali peserta didik agar mampu mengembangkan diri, potensi, dan berakhlak mulia. Dengan demikian dalam proses pembelajarannya aspek sikap, kognitif, dan psikomotor harus dikembangkan bersama-sama. Hal ini menjadi tantangan bagi sekolah bagaimana agar dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut secara seimbang. Kenakalan yang sering dilakukan oleh siswa di sekolah ini antara lain membolos, merokok, mencoret-coret dinding maupun bangku, melihat video porno, ramai di kelas, serta yang paling parah adalah mabuk dan seks bebas. Semua kasus tersebut masih termasuk dalam kenakalan kategori ringan dan sedang, kecuali mabuk dan seks bebas. Untuk kedua kasus tersebut pihak sekolah meminta siswa yang melakukan pelanggaran untuk mengundurkan diri dari sekolah. Siswa yang mabuk merupakan angkatan pertama sekolah ini, sedangkan siswa yang terlibat seks bebas seharusnya lulus tahun 2014 ini tetapi dia mengundurkan diri di kelas XI tahun lalu.6 Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta”. General life skill perlu dikembangkan dan diperkuat dalam lingkup SMK sebagai atisipasi
6
Dikutip dari hasil wawancara dengan Bapak Damar Budianto, S.Pd . pada hari Senin tanggal 26 Mei 2014, jam 10.15 WIB
6
untuk peserta didik yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan nyata.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa saja bentuk kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta? 3. Bagaimana hasil pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI terhadap penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bentuk kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta. b. Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta.
7
c. Untuk mengetahui hasil pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI terhadap penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis: untuk menuntun guru dan calon guru serta orang tua dan calon orang tua memahami tentang eksistensi general life skill dalam konteks pengembangan akhlak dan karakter generasi mendatang. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1) Sekolah: Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengembangan pendidikan kecakapan hidup (life skill) yang baik untuk sekolah, guru, dan peserta didiknya. 2) Peserta didik: Sebagai bekal keterampilan, kemandirian, dan kecakapan hidup untuk lebih bertakwa terhadap Allah SWT serta dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, kreatif, dan aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 3) Orang tua: Sebagai panduan agar dapat diterapkan kepada anakanaknya. 4) Peneliti: Menambah wawasan dan informasi tentang pengembangan kecakapan
hidup
(life
skill)
agar
lebih
mendalami
dan
mengembangkan nilai-nilai pendidikan.
8
D. Kajian Pustaka Sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas, penelitian yang diangkat ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Pengembangan General Life Skill dalam
Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
sebagai
Upaya
Penanggulangan Kenakalan Remaja di SMK N 2 Sewon Bantul Yogyakarta” sejauh pengamatan peneliti belum ada yang meneliti. Kendati demikian, buku atau karya ilmiah yang membahas tentang Life Skill maupun kenakalan remaja sudah ada, di antaranya: Pertama, skripsi Ahmad Syaifullah yang berjudul “Pengembangan Program Life Skill Siswa MTs Negeri Sleman Kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011-2012aerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011-2012”. Di dalam skripsi tersebut membahas tentang programprogram life skill yang dilaksanakan di MTs Negeri Sleman Kota. Life Skill yang dibahas dalam skripsi ini lebih condong pada Vocational Skill dan pelaksanaannya saja. Berbeda dengan skripi tersebut, yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah General Life Skill dan bagaimana perannya dalam menanggulangi kenakalan remaja. Kedua, skripsi Mutiqotul Ummah dengan judul “ Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 5 Yogyakarta”. Skripsi tersebut membahas tentang pelaksanaan pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI di SMK N 5 Yogyakarta. Berbeda dengan skripsi tersebut, penelitian ini selain membahas pelaksanaan
9
pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI, juga akan membahas perannya dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja. Ketiga, skripsi Rohiman dengan judul “Studi Korelasi Antara Motivasi Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Jiwa Entrepreneur Siswa MAN Temanggung”. Skripsi tersebut membahas korelasi antara motivasi mengikuti program pendidikan kecakapan hidup (life skill) dengan jiwa entrepreneur siswa. Berbeda dengan skripsi tersebut, dalam penelitian ini akan meneliti bagaimana peran pengembangan General life skill dalam menanggulangi kenakalan remaja. Dari ketiga skripsi tersebut, skripsi ini memiliki perbedaan yaitu pada peran pengembangan General Life Skill dalam pembelajaran PAI yang dikaitkan dengan penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Skripsi ini merupakan bentuk pengembangan dari skripsi-skripsi sebelumnya. Karena pada skripsi sebelumnya yang menjadi pokok bahasan adalah pelaksanaan program Life Skill yang ada di sekolah khususnya vocational skill dan pelaksanaan pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI tanpa dikaitkan dengan upaya penanggulangan kenakalan remaja.
E. Landasan Teori 1. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) a. Pengertian Life Skill Dalam bahasa Inggris life berarti hidup sedangkan skill adalah kemampuan, keahlian, kecakapan, ketrampilan. Sehingga life skill dapat
10
diartikan sebagai kemampuan atau ketrampilan seseorang dalam kehidupannya. Tim
Broad-Based
Education
(dalam
Rohiman,
2004)
mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.7 Makna lain dari kecakapan hidup (life skill) adalah: 1) Pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk berfungsi dalam masyarakat 2) Kemampuan yang membuat seseorang berbeda dalam kehidupan sehari-hari (Baker, 2005) 3) Kemampuan yang berupa perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan seseorang untuk menjawab tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari secara efektif (WHO, 2003).8
b. Jenis-jenis Kecakapan Hidup Secara
garis
besar
kecakapan
hidup
(life
skill)
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill/ GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat
7
Rohiman, Studi Korelasi antara Motivasi Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Jiwa Entrepreneur Siswa MAN Temanggung . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. 8 Departemen Agama RI, Pedoman Integrasi Life Skills ...., hal. 6.
11
khusus (Spesific Life Skill/ SLS). General Life Skill mencakup personal skill, thinking skill, dan social skill. Sedangkan Spesific Life Skill mencakup academic skill dan vocational skill. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas tentang General Life Skill. Kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill/ GLS) adalah kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik yang bekerja, yang tidak bekerja dan yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan ini dibagi menjadi 3 domain, yaitu: 1) Kecakapan mengenal diri/ personal (personal skill) atau disebut juga dengan selfawareness. Personal skill atau kecakapan untuk memahami dan menguasai diri yaitu suatu kemampuan berdialog yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat mengaktualisasikan jati diri dan menemukan kepribadian dengan cara menguasai serta merawat raga dan sukma atau jasmani dan rohani. Atau dengan kata lain: a) Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara. b) Menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki. 2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) a) Kecakapan menggali dan menemukan informasi b) Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan c) Kecakapan memecahkan masalah.
12
3) Kecakapan sosial (social skill) atau kecakapan antar personal (interpersonal skill) a) Kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) b) Kecakapan bekerjasama (collaboration skill).9
c. Pendidikan Life Skill Prinsip penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dijelaskan dalam pasal 4 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, khususnya pada ayat (2) bahwa: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multi makna.” Dalam penjelasannya diterangkan bahwa: “... Pendidikan multi makna adalah proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.” Rincian dari pendidikan kecakapan hidup terdapat pada penjelasan UU Sisdiknas 2003 No. 20 pasal 26 ayat (3) yaitu: “ Pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan
personal,
kecakapan
sosial,
kecakapan
intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.” Dengan definisi tersebut, maka pendidikan kecakapan hidup harus mampu
9
merefleksikan
nilai-nilai
kehidupan
nyata
sehari-hari.
Ibid., hal.8.
13
Pendidikan perlu diupayakan relevansinya dengan nilai-nilai kehidupan nyata sehari-hari. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Ciri pembelajaran life skill adalah: 1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar, 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama, 3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama, 4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan, 5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, 6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli, 7) Terjadi proses penilaian kompetensi, dan 8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.10 Secara umum pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang.
10
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup..., hal 21.
14
Secara khusus pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup, bertujuan untuk: 1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga mereka cakap bekerja (cakap hidup) dan mampu memecahkan masalah hidup sehari-hari 2) Merancang pendidikan dan pembelajaran agar fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi kehidupannya sekarang dan di masa datang 3) Memberikan
kesempatan
pada
sekolah/
madrasah
untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan pendidikan berbasis luas, dan 4) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah/ madrasah, dan di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.11 Adapun manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik, secara umum adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara. Secara spesifik manfaat pendidikan Life Skill adalah: 1) Untuk membekali individu dengan kecakapan 2) Untuk merespon kejadian dalam hidup 3) Yang memungkinkan hidup dalam masyarakat yang interdependen
11
Departemen Agama RI, Pedoman Integrasi... hal. 12.
15
4) Yang membuat individu mandiri, produktif, mengarah pada kehidupan yang memuaskan dan memiliki kontribusi pada masyarakat 5) Yang memungkinkan individu untuk berfungsi secara efektif di dunia yang selalu berubah.12
2. Pendidikan Agama Islam a. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam Dalam rangka memahami pengertian Pendidikan Agama Islam, para ahli memberikan definisi yang beragam sesuai sudut pandang masing-masing. Zakiah Darajat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.13 Sedangkan definisi Pendidikan Agama Islam menurut E. Mulyasa adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut
12 13
Ibid., hal. 13. Zakiah Darajat, Metodologi Pengajarann Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
hal. 87.
16
agama lain dalam hubungannya dengan kurukunan anatara umat beragama hingga terwujud kasatuan dan persatuan bangsa.14 Sebagai suatu subyek pelajaran, pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing lembaga pendidikan. Namun secara umum, Abdul majid dan Dian Andayani mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut : 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di akhirat. 3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam. 14
E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 25.
17
4. Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal,
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional. 7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.15
b. Kecakapan Hidup Sebagai Tujuan Pendidikan dan Relevansinya dalam Pendidikan Agama Islam Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka secara tersirat terdapat tugas
dan fungsi
pendidikan, yaitu
mempersiapkan anak didik agar mampu: 1) Mengembangkan kehidupan secara pribadi 2) Mengembagkan kehidupan untuk bermasyarakat 15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 136.
18
3) Mengembangkan kehidupan untuk berbangsa 4) Mempersiapkan anak didik untuk mengikuti pendidika yang lebih tinggi. Dari empat tugas dan fungsi tersebut mengisyaratkan perlunya bahan ajar yang memuat keempat dimensi tujuan tersebut, yang pada intinya dapat menunjukkan ukuran kinerja secara jelas bagi peserta didik. Dalam kecakapan hidup yang bersifat general berusaha bergerak untuk mengatarkan anak didik kepada tujuan yaitu
menuju
terbentuknya kepribadian yang utuh baik dari segi individual, sosial maupun intelektual. Tujuan Pendidikan Agama Islam berorientasi pada pembentukan insan yang cerdas, yang beriman dan bertakwa, menguasai IPTEK, serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bermafaat bagi dirinya, keluargnya, agama, bangsa dan negara. Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam memiliki relevansi dengan pelaksanaan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup yaitu mengembangkan potensi manusia untuk dapat menjalani dan menghadapi kehidupan di masa mendatang dengan memiliki kepribadian yang baik dan cakap.
19
3. Remaja a. Pengertian Remaja Para ahli mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian remaja, di antaranya: Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individe berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yag lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.16 Secara singkat Dr. Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”. Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa, ialah antara 13 dan 21 tahun.17 Sri
Esti
Wuryani
Djiwandono
menggolongkan
masa
perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang secara cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubaha permulaan remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira16 17
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan..., hal. 206. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 11.
20
kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.18
b. Kenakalan Remaja 1) Pengertian Kenakala Remaja Dari segi etimologis, juvenile delinquency berarti kejahatan anak, akan tetapi pengertian ini menimbulkan konotasi yang cenderung negatif. Atas pertimbangan yang lebih moderat dan mengingat
kepentingan
subyek,
maka
beberapa
ilmuwan
memberanikan diri mengartikan juvenile delinquency menjadi kenakalan anak. Dalam konsep ini telah terjadi pergeseran aktivitas secara kualitatif, dan pergeseran subyek pun dalam perkembangan berikutnya terjadi pula. Dalam perkembangan itu,
juvenile
delinquency berarti kenakalan remaja. Pengertian ini lebih memadai untuk dibakukan sebab lebih relevan denga kondisi subyek dan kondisi aktivitasnya.19 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum.20 Hal senada juga dikemukakan oleh Sofyan
18
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hal.
93. 19
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm.1. Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, cet. Ke-13, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 209. 20
21
S. Willis yang mengemukakan bahwa kenakalan remaja adalah tindak perbuatan sebahagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya.21 2) Ciri-ciri Kenakalan Remaja Salah satu ciri kenakalan remaja adalah pelanggaran norma/ aturan yang berlaku. Kartini Kartono mengemukakan tujuh ciri remaja nakal, yaitu: a) Hampir semua anak muda jenis ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini. b) Kebanyakan dari remaja terganggu secara emosional c) Remaja kurang tersosalisasi dalam masyarakat normal sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan dan tidak bertanggung jawab secara sosial d) Remaja senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa pikir e) Pada umumnya remaja sangat impulsive dan suka meyerempet bahaya f) Remaja kurang memiliki displin dan kontrol diri g) Hati nurani kurang atau tidak lancar fungsinya.22
21
Sofyan, S. Willis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 90.
22
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta: Rajawali, 2006), hal. 19-20.
22
3) Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Ada dua bentuk kenakalan remaja, yakni kenakalan yang tidak melanggar hukum dan kenakalan yang melanggar hukum. Bentuk kenakalan tersebut dijabarkan dalam uraian di bawah ini: a) Bentuk kenakalan remaja yang bukan sebagai pelanggaran hukum, disebut Hidden Delinquency, antara lain: (1)
Berbohong
(2)
Membolos
(3)
Kabur, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua atau menentang keinginan orang tua
(4)
Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif
(5)
Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain. Misalnya: pisau, pistol, dsb.
(6)
Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk
(7)
Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan
(8)
Membaca buku-buku cabul, menonton film porno, dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan atau tidak senonoh
(9)
Turut dalam pelacuran dan melacurkan diri
(10) Berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras atau menghisap rokok dan ganja.
23
b) Kenakalan yang digolongkan sebagai pelanggaran hukum dan mengarah pada tindakan kriminal, yaitu: (1) Kejahatan-kejahatan kekerasan, seperti pembunuhan dan penganiayaan (2) Pencurian, yaitu pencurian biasa dan pencurian dengan pemberatan (3) Penggelapan (4) Penipuan (5) Pemerasan (6) Gelandangan, dan (7) Narkotika23 Tentu saja masalah ini tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain lemahnya pertahanan diri remaja, kurangnya dasar-dasar keimanan di dalam diri remaja, kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai agama, dan kurangnya pelaksanaan ajaran agama secara konsekuen. 4) Cara Mengatasi/ Pengendalian Kenakalan Remaja Dalam menghadapi remaja, ada beberapa hal yang selalu diingat yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan
23
Sudarsono, Kenakalan Remaja...., hal. 32.
24
sosial yang cepat terutama di daerah kota dan daerah yang sudah terjangkau sarana prasarana komunikasi dan perhubungan yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma. Kondisi internal dan eksternal yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan dari pada tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia. Sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi benturan antara gejolak tersebut perlu adanya penciptaan kondisi lingkungan terdekat remaja yang stabil. Adapun caranya adalah: a) Dengan menciptakan suasana lingkungan keluarga yang harmonis Keadaan keluarga yang ditandai dengan hubungan suami istri yang harmonis akan lebih menjamin remaja bisa melewati masa transisinya dengan mulus. Kondisi di rumah dengan adanya orang tua dan sanak saudara juga lebih menjamin kesejahteraan jiwa dibanding remaja yang hidup di asrama atau kost. Dengan catatan tidak membanding-bandingkan remaja dengan kakak atau adiknya karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa iri. b) Pengembangan pribadi remaja melalui pendidikan Dalam rangka pendidikan ini yang paling berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah lingkungan sekolah. Sekolah
selain
berfungsi
sebagai
sarana
pengajaran
(mencerdaskan anak didik) juga sebagai wadah transformasi norma. Peranannya tidak jauh dari peran keluarga yaitu sebagai
25
rujukan dan tempat perlindungan anak didik jika menghadapi masalah. Jika seluruh korps guru di sekolah bekerjasama dan dapat melaksanakan tugas dengan baik maka anak didik di sekolah itu yang sedang dalam fase remaja akan cenderung berkurang
kemungkinannya
untuk
melakukan
perilaku
menyimpang. c) Melibatkan remaja dalam organisasi atau perkumpulan pemuda Organisasi pemuda tidak kalah pentingnya dalam menjaga stabilitas perkembangan jiwa remaja baik itu organisasi formal maupun informal (karang taruna, kegiatan pramuka, kelompok belajar). Namun perlu diperhatikan jika organisasi yang dimasuki itu tidak stabil dan penuh gejolak maka remaja justru akan terjerumus ke dalam perilaku menyimpang seperti “geng’. d) Meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang tertentu sesuai dengan bakat masing-masing Dengan adanya kemampuan khusus (misal bidang teater, musik, olahraga, keagamaan) maka remaja bisa mengembangkan rasa percaya dirinya karena ia menjadi terpandang dan mempunyai status di mata kawan-kawannya. Ia tidak perlu bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya.24
24
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja..., hal 280-283.
26
4. Keterkaitan General Life Skill dengan Kenakalan Remaja Remaja dengan berbagai masalah yang dihadapinya tentu saja tidak muncul sengan sendirinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa remaja terjerumus ke dalam perilaku menyimpang dan kenakalan remaja. Seperti faktor pendidikan, hubungan keluarga, ekonomi, masyarakat, sosial politik dan sebagainya. Di samping itu, faktor intern dalam diri remaja seperti masih lemahnya kontrol diri, emosi yang belum stabil, dan masa transisi pencarian jati diri juga mempengaruhi pola perilaku remaja. Zakiah Daradjat menyebutkan faktor-faktor yang menonjol yang menjadi penyebab kenakalan remaja antara lain: a. Kurangnya pendidikan agama b. Kurangnya pengertian orang tua tentang pendidikan c. Kurang teraturnya pengisian waktu d. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik, dan ekomomi e. Kemerosotan moral dan mental f. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik g. Kurangnya perhatian masyarakat dan pendidikan anak25 Setelah mengetahui berbagai faktor yang menjadi penyebab timbulnya
kenakalan
remaja,
maka
perlu
dicari
solusi
dan
penanggulangannya. Lembaga pendidikan atau sekolah menjadi salah satu pihak yang berperan besar dalam membentuk karakter peserta didik.
25
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), hal. 113.
27
Terutama pada jenjang pendidikan menengah yang siswa menghabiskan waktunya 7-8 jam sehari untuk berada di sekolah. Penanaman General life skill pada siswa dapat menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menanggulangi kenakalan remaja. Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa general life skill merupakan pondasi life skills yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.26 General life skill yang terdiri dari personal skill dan sosial skill merupakan upaya untuk membekali siswa dalam menghadapi kehidupan kaitannya dengan pembentukan mental dan karakter siswa. Dengan bekal general life skill yang diperoleh siswa, diharapkan dapat menjawab kegelisahan masyarakat tentang kualitas siswa yang seringkali dianggap pintar secara akademik, namun kurang dalam akhlaknya. Dengan demikian tujuan pendidikan untuk mencetak generasi yang cakap secara intelektual dan juga mempunyai akhlak mulia dapat tercapai. Dengan memiliki kecakapan personal berupa mengenal diri (selfawareness), baik mengenal diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara, serta menyadari kelebihan dan kekurangan seorang siswa akan memiliki kesadaran tentang bagaimana perannya sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara. Dia akan memiliki control diri dan menyadari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam agama, negara, dan masyarakat. Sehingga akan tumbuh
26
Anwar, Pendidikan..., hal. 36.
28
pula rasa menghargai orang lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara, serta tumbuh rasa simpati dan empati pada orang lain. Dengan adanya rasa simpati dan empati itu maka akan tumbuh sikap saling menghormati dan menyayangi orang lain dalam diri siswa dan menghindarkan dia dari sikap saling permusuhan terhadap orang lain. Kemudian dengan memiliki kecakapan personal berupa kecakapan berpikir rasional, seorang siswa akan terbentuk mentalnya untuk selalu berpikir positif dan kreatif dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Dia mampu dan berani menghadapi persoalan yang dialaminya dan berusaha menyelesaikan persoalannya tanpa terjerumus pada hal-hal yang negatif. Sedangkan jika seorang siswa tidak memiliki kecakapan ini, dengan kecenderungan emosi dan jiwa yang masih labil maka dia bisa terjerumus pada hal-hal negatif seperti mabuk-mabukan, merokok, dan narkoba sebagai pelampiasan kegelisahannya. Sementara dengan memiliki kecakapan sosial, seorang siswa akan terampil dalam bergaul dengan orang lain, mampu bekerjasama dengan orang lain, berani mengemukakan pendapat, sekaligus juga menghargai pendapat orang lain. Selain itu dia juga akan merasa membutuhkan dan dibutuhkan orang lain karena sebagai makhluk sosial seorang manusia tidak dapat hidup sendiri. Sehingga dia akan menghormati dan menghargai keberadaan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menurunkan sikap ke-aku-annya/egonya terhadap orang lain.
29
F. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.27 Adapun metode yang digunakan adalah: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden melalui instrument pengumpulan data seperti wawancara, observasi, angket dan sebagainya.28 Penelitian lapangan ini mengambil lokasi di SMK N 2 Sewon dengan cara melakukan observasi pembelajaran, wawancara dan dokumentasi terhadap subyek penelitian. 2. Penentuan Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah benda, hal, atau orang, tempat variabel penelitian yang melekat.29 Adapun subyek tersebut terdiri dari: a. Kepala SMK N 2 Sewon Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk memperoleh gambaran umum tentang profil SMK N 2 Sewon, perkembangan sekolah hingga saat ini dan wujud dukungan
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 3. 28 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 125. 29 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 130.
30
kepala sekolah dalam menanamkan general life skill di SMK N 2 bantul. b. Waka Kurikulum SMK N 2 Sewon Melalui waka kurikulum SMK N 2 Sewon, peneliti menggali informasi tentang rancangan kurikulum SMK N 2 Sewon, konsep pengembangan life skill di sekolah, dan tujuan general life skill juga dikembangkan di sekolah selain specific life skill. c. Guru PAI SMK N 2 Sewon Peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI dan observasi parsitipatif saat melakukan proses pembalajaran. Dalam hal ini peneliti ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana proses pembelajaran PAI terjadi
mulai
dari
perencanaan,
KBM,
hingga
evaluasi
pembelajaran. Selain itu melalui guru PAI juga didapatkan informasi bagaimana general life skill dikembangkan dalam pembelajaran PAI dan perannya dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. d. Guru BK SMK N 2 Sewon Peneliti
melakukan
wawancara
dengan
guru
BK
untuk
mendapatkan informasi tentang gambaran kenakalan remaja yang terjadi di SMK N 2 Sewon dan cara penanganannya. e. Siswa-siswi SMK N 2 Sewon. Peneliti mengambil sampel siswa kelas XII program keahlian Desain Komunikasi Visual (DKV) sebanyak 20 orang sebagai subyek
31
penelitian. Melalui wawancara dengan siswa-siswi SMK N 2 Sewon peneliti menggali informasi tentang gambaran kenakalan remaja yang terjadi di SMK N 2 Sewon, serta kesan/pendapat mereka tentang pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI. Selain wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan sikap siswa selama berada di sekolah baik saat di dalam maupun di luar kelas. Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti.30 Dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring atau sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel dapat diakhiri. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupkan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hal. 300.
32
data.31 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu: a. Metode Wawancara Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul, pelaksanaan pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI dan perannya dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon Bantul dari subyek penelitian yaitu, kepala sekolah, guru PAI, guru BK, dan siswa. b. Metode Observasi Metode ini digunakan untuk mendukung atau melengkapi data yang berhasil dikumpulkan dengan metode lainnya. Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki. Penulis menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data yang terkait dengan letak dan keadaan geografis SMK N 2 Sewon Bantul dan bagaimana pelaksanaan pengembangan General Life Skill
31
Ibid., hal. 308.
33
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 2 Sewon Bantul. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku-buku, surat kabar dan lain-lainnya.32 Dalam metode ini peneliti menggunakan arsip-arsip sekolah yang diperoleh dari staf TU dan situs resmi SMK N 2 Sewon guna memberi gambaran umum tentang SMK N 2 Sewon Bantul. 4. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.33 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yakni analisis yang memberikan gambaran tentang hal-hal yang diteliti. Analisis data dilakukan melalui:
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal. 102. 33 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hal. 335.
34
a. Reduksi data Reduksi data merupakan langkah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya, serta membuang hal-hal yang tidak penting. b. Penyajian data Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalah penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. c. Triangulasi data Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, digunakan untuk pengecekkan atau pembanding terhadap data. Teknik triagulasi yang digunakan di sini adalah triangulasi berdasarkan sumber. Teknik pemeriksaan triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan sumber yaitu dengan membandingkan: 1) Data observasi dengan data hasil wawancara 2) Pendapat orang lain dengan pendapat pribadi 3) Hasil wawancara dengan isi dokumen d. Kesimpulan/verifikasi Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kedua variabel yang telah diteliti. Menarik kesimpulan dari data-data
35
yang diperoleh yang telah memenuhi syarat kredibilitas dan objektivitas dari data-data yang telah direduksi.
G. Sistematika Pembahasan Skripsi ini diharapkan dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Untuk itu, di bawah ini akan diuraikan sistematika pembahasan secara singkat sehingga dapat diperoleh gambaran tentang muatan-muatan pokok yang terdapat dalam skripsi ini. Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II, berisi tentang gambaran umum SMK N 2 Sewon Bantul yang meliputi letak geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, visi misi, struktur organisasi, keadaan siswa serta guru dan karyawan, dan sarana prasarana. Bab III, merupakan hasil penelitian yang dilakukan yakni untuk mengetahui apa saja bentuk kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon, pengembangan general life skill
dalam pembelajaran PAI di SMK N 2
Sewon Bantul, dan bagaimana hasil pengembangan general life skill dalam PAI terhadap penanggulangan kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Bab IV : bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, saransaran dan kata penutup.
36
komponen tersebut saling melengkapi dalam pelaksanaan pengembangan general life skill. Dari berbagai kecakapan yang dikembangkan guru, ada beberapa kecakapan yang belum dapat dikembangkan secara maksimal yaitu pada kecakapan menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan menjadikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sebagai modal untuk meningkatkan diri. Hal ini disebabkan karena metode dan media yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk beraktualisasi diri dan mengeksplor kelebihannya. Selain itu juga karena guru kurang memberikan motivasi pada siswa untuk memperbaiki kekurangan dan mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki oleh siswa. Kendala dari guru ini muncul karena beberapa hal yaitu: alasan waktu yang singkat sedangkan materi banyak, rumitnya persiapan untuk variasi metode dan media, serta rasa khawatir terlalu membebani siswa dengan banyak tugas. 3. Hasil dari pengembangan general life skill pada pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMK N 2 Sewon pada semester gasal 2014/2015, untuk beberapa kecakapan telah dilaksanakan dengan baik. Melalui pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI mampu memberikan bekal keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah pada siswa. Dengan bekal tersebut siswa memiliki kesadaran dan kontrol diri untuk selalu mematuhi peraturan dan norma yang ada, hati-hati dalam bertindak, dan menjauhi sikap
125
permusuhan dengan orang lain. Sehingga siswa terhindar dari perilaku meyimpang yang tergolong dalam kenakalan remaja. B. Saran-saran 1. Bagi Guru a. Selalu berupaya memaksimalkan perolehan kecakapan siswa, hendaknya mengembangkan metode dan strategi baru dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan. b. Kompetensi guru perlu ditingkatkan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga guru dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara kreatif, efektif, dan efisien. c. Selalu berupaya untuk memotivasi siswa agar siswa mampu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. d. Hendaknya guru mengarahkan keahlian siswa menciptakan karya (sesuai jurusan mereka) untuk membuat keterampilan yang mengandung pesanpesan Islami sebagai sarana dakwah sekaligus penyaluran bakat. 2. Bagi Siswa a. Siswa agar lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, jangan segan dan takut untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. b. Siswa agar lebih disiplin, patuh kepada guru, saling menghargai dan membantu teman. c. Siswa agar lebih mempraktekkan dan mengamalkan setiap ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. 126
C. Kata Penutup Puji syukur alhamdulillah, dengan rahmat dan hidayah Allah SWT., maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Itu semua atas berkat hidayah, rahmat, pertolongan dan atas izin Allah SWT. Oleh karena itu tiada kata yang pantas penulis ucapkan dengan ketulusan hati kecuali hanya memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih baik tenaga, pikiran, maupun do'a. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan siapa saja yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan pendidikan. Aamiin.
127
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung: Alfabeta, 2012. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1983. Daradjat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil. 2005. Departemen Agama RI, Pedoman Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005. Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo, 2006. Elfindri,dkk., Soft Skills untuk Pendidik, Jakarta: Badouse Media, 2011. Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dkk., Jakarta: Erlangga, 1980. Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2, Jakarta: Rajawali, 2006. Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 Mulyasa, E., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Nata,Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Prabowo, Sugeng Listyo & Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: Pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling, Malang: UIN-Maliki Press, 2010 128
Rahayu, Endang Sadbudhy & I Made Nuryata, Pengembangan Soft Skills di SMK, Jakarta: Sekarmita, 2011. Rifa’i, Aan Fauzan, KenakalanRemaja di Kalangan Santri Putra di Asrama Diponegoro Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Rohiman, Studi Korelasi antara Motivasi Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Jiwa Entrepreneur Siswa MAN Temanggung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. Sarwono, Sarlito W., Psikologi Remaja, cet. Ke-13, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Syaifullah, Ahmad, Pengembangan Program Life Skill Siswa MTs Negeri Sleman Kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. Ummah, Mutiqotul, Pengembangan General Life Skill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMKN 5 Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Wahab, Abd., Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011 Willis, Sofyan S., Remaja dan Masalahnya, Bandung: Alfabeta, 2008.
129
Tabel VIII Daftar Narasumber
Narasumber
Tugas
Damar Budianto, S.Pd.
Waka Kurikulum
Amin Hidayat, S.Ag.
Guru PAI kelas XII
Sri Mulyani, S.Pd.
Guru BK kelas XII
Nur Arifah Hanum
Petugas TU
Siswa-siswi
130
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
1.
Pedoman Dokumentasi Data yang dikumpulkan dengan metode dokumentasi adalah : a. Gambaran Umum SMK N 2 Sewon b. Struktur Organisasi SMK N 2 Sewon c. Visi dan Misi SMK N 2 Sewon d. Data Guru, Siswa, dan Karyawan SMK N 2 Sewon e. Data Sarana dan Prasarana SMK N 2 Sewon f. Data Kurikulum SMK N 2 Sewon g. Panduan Pengembangan Life Skill dari Kemendiknas h. Tata Tertib Siswa SMK N 2 Sewon i. Sanksi Pelanggaran Siswa SMK N 2 Sewon j. Tujuan Pendidikan SMK N 2 Sewon k. RPP PAI Kelas XII SMK N 2 Sewon
2.
Pedoman Observasi Data yang akan dikumpulkan dengan metode observasi adalah : a. Letak Geografis SMK N 2 Sewon b. Kegiatan Belajar Mengajar PAI di Kelas XII yang diampu oleh Bapak Amin Hidayat, S.Ag. c. Kegiatan siswa di Ruang BK/BP d. Kegiatan siswa di lingkungan SMK N 2 Sewon
131
3.
Pedoman Wawancara Beberapa informan yang diwawancarai untuk mendapatkan data yaitu : a. Kepala SMK N 2 Sewon b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK N 2 Sewon c. Guru Mata Pelajaran PAI Kelas XII SMK N 2 Sewon d. Guru BK SMK N 2 Sewon e. Siswa SMK N 2 Sewon Bantul
Pokok masalah yang digali dengan wawancara : a. Kepala Sekolah dan staf 1) Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan SMK N 2 Sewon? 2) Apa visi dan misi SMK N 2 Sewon? 3) Bagaimana perkembangan SMK N 2 Sewon hingga saat ini? 4) Bagaimana struktur organisasi SMK N 2 Sewon? 5) Bagaimana kondisi guru SMK N 2 Sewon? 6) Bagaimana keadaan karyawan SMK N 2 Sewon? 7) Bagaimana keadaan peserta didik SMK N 2 Sewon? 8) Bagaimana keadaan sarana dan prasarana SMK N 2 Sewon? 9) Bagaimana bentuk kurikulum life skill di sekolah ini? 10) Seperti apa program life skill yang ada di sekolah ini? 11) Apa wujud dukungan Bapak sebagai Kepala Sekolah dalam menanamkan general life skill di SMK N 2 Sewon Bantul?
132
b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 1) Bagaimana rancangan kurikulum di SMK N 2 Sewon? 2) Sejauh mana perkembangannya hingga saat ini? 3) Masihkah relevan dengan keadaan masyarakat sekitar? 4) Bagaimana konsep pengembangan life skill di sekolah ini? 5) Selain specific life skill, apakah general life skill juga dikembangkan? 6) Apakah general life skill dikembangkan dalam proses pembelajaran? Termasuk PAI? 7) General life skill dikembangkan melalui kurikulum terintegrasi atau hidden curriculum? 8) Apa tujuan general life skill dikembangkan di sekolah ini? 9) Bagaimana gambaran kenakalan remaja yang terjadi di sekolah ini?
c. Guru PAI 1) Persiapan apa saja yang Anda lakukan sebelum memulai pelajaran? 2) Apakah Anda menyiapkan RPP sebelum mengajar? 3) Apakah Anda menggunakan buku pegangan dalam mengajar? 4) Metode apa saja yang Anda gunakan? 5) Apakah Anda menggunakan media pembelajaran? 6) Bagaimana cara Anda memperkuat materi yang akan disampaika pada peserta didik? 7) Bagaimaa
cara
Anda
menarik
minat
peserta
didik
dalam
pembelajaran?
133
8) Bagaimana evaluasi yang Anda lakukan? 9) Kendala apa yang sering Anda hadapi ketika mengajar? 10) Bagaimana Anda mengatasi kendala tersebut? 11) Apakah dalam proses pembelajaran Anda menekankan pada keaktifan dan partisipasi siswa? 12) Apakah Anda membimbing siswa untuk memiliki keterampilan (khususnya general life skill) sebagai hasil sampingan dalam proses pembelajaran PAI? Kenapa? 13) Bagaimana strategi Anda dalam membimbing mereka untuk memiliki keterampilan tersebut sebagai hasil sampingan dalam proses pembelajaran? 14) Keterampilan apa saja yang Anda kembangkan dalam proses pembelajaran PAI? 15) Apakah dengan memberikan keterampilan itu cukup efektif untuk menanggulangi kenakalan siswa? 16) Berapa jam kah pelajaran PAI di sekolah ini? 17) Bagaimana gambaran kenakalan siswa di sekolah ini? 18) Apa saja bentuk kenakalan siswa di sekolah ini? 19) Apakah kenakalan siswa sudah menjurus pada tindakan kriminal? 20) Apa saja yang Anda lakukan sebagai guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa? 21) Bagaimana hasilnya? Apakah ada perubahan yang positif?
134
d. Guru BK 1) Bagaimana gambaran kenakalan siswa di SMK N 2 Sewon? 2) Apa saja bentuk kenakalan siswa di sekolah ini? 3) Apakah kenakalan siswa sudah ada yang menjurus pada tindakan kriminal? 4) Apa saja yang Anda lakukan sebagai guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa? 5) Berapa jam kah pelajaran BK di sekolah ini? 6) Apa yang Anda sampaikan saat di dalam kelas? 7) Bagaimana pembinaan yang dilakukan guru BK dalam mengatasi kenakalan siswa? 8) Bagaimana hasil yang didapat dalam pembinaan tersebut? 9) Apakah ada perubahan tingkah laku yang positif dari siswa setelah mendapat pembinaan? 10) Apakah Anda juga berkoordinasi dengan guru lain dalam mengatasi kenakalan siswa? 11) Menurut Anda apakah dengan pengembangan general life skill dalam pembelajaran, terutama PAI, dapat membantu menanggulangi kenakalan siswa?
e. Siswa 1) Bagaimana gambaran kenakalan siswa di sekolah ini? 2) Apa saja bentuk kenakalan siswa di sekolah ini?
135
3) Apakah kenakalan siswa sudah menjurus ke arah tindakan kriminal? 4) Upaya apa yang dilakukan guru sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa? 5) Bagaimana penanganan guru tatkala siswa dalam keadaan melakukan kesalahan? 6) Bagaimana kesan atau persepsi siswa terhadap guru BK dan PAI dalam mengatasi kenakalan siswa? 7) Apakah cara yang dilakukan guru sudah sesuai dengan keinginan siswa? 8) Setelah upaya yang dilakukan apakah ada perubahan yang positif dari siswa? 9) Bagaimana pendapat Anda mengenai pembelajaran yang dilakukan guru PAI dalam mengembangkan berbagai kecakapan siswa? 10) Apakah hal itu cukup memberi bekal untuk Anda dalam menghadapi kehidupan?
136
Catatan Lapangan I Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 15 Mei 2014 : 08.30 WIB : Ruang Tata Usaha SMK Negeri 2 Sewon : Nur Arifah Hanum
Deskripsi Data: Pagi itu dalam suasana pagi yang cerah, untuk pertama kalinya peneliti berkunjung ke SMK Negeri 2 Sewon (Unit 1). Kedatangan peneliti bermaksud meminta izin untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Sewon . Peneliti bertemu dengan pegawai TU bagian Administrasi Kepegawaian SMK Negeri 2 Sewon, sekaligus menyerahkan surat izin dan menanyakan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi jika hendak melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa syarat yang harus dipenuhi apabila ingin melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Sewon adalah dengan menyerahkan surat izin penelitian, lampiran dari Bappeda, dan tentu saja mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah. Ibu Nur Arifah menuturkan sejauh ini belum pernah ada yang melakukan penelitian dengan judul yang sama dengan yang akan peneliti teliti. Untuk mendapatkan izin peneliti diminta untuk menunggu setelah bagian TU mengkonfirmasi pada Kepala Sekolah.
Interpretasi Data: Belum pernah ada penelitian dengan judul yang sama yang pernah dilakukan sebelumnya di SMK Negeri 2 Sewon. Untuk memastikan apakah sudah mendapat izin, pihak sekolah akan menghubungi peneliti kemudian.
137
Catatan Lapangan II Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Senin, 26 Mei 2014 : 10.15 WIB : Ruang Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Sewon : Damar Budianto, S.Pd.
Deskripsi Data: Pagi itu peneliti kembali mendatangi SMK Negeri 2 Sewon setelah mendapat konfirmasi dari pihak sekolah bahwa peneliti telah diizinkan melakukan penelitian di sekolah tersebut. Kali ini peneliti berkunjung ke SMK Negeri 2 Sewon Unit 2 dan langsung ditemui oleh Wakasek Bidang Kurikulum, Bapak Damar Budianto, S.Pd. dikatenakan Kepala Sekolah sedang berhalangan. Pada wawancara kali ini peneliti bermaksud memperkenalkan diri sekaligus mencari informasi secara umum tentang SMK Negeri 2 Sewon. Dari hasil wawancara diperoleh data SMK Negeri 2 Sewon terdiri dari 3 jurusan yaitu Multimedia, Kria Tekstil, dan Desain Komunikasi Visual. Selain mengembangkan specific life skill (academic & vocational skill), SMK Negeri 2 Sewon juga mengembangkan general life skill. General life skill dikembangkan sesuai arahan dari Kemendikbud terutama dalam mata pelajaran PAI, PKn, Seni budaya, dan Penjaskes. Adapun tujuannya adalah agar siswa belajar tidak hanya pintar, tetapi harus mempunyai sikap sosial, bertuhan, beragama, dan berakhlak mulia.
Interpretasi Data: SMK Negeri 2 Sewon selain mengembangkan specific life skill juga mengembangkan general life skill dalam semua mata pelajaran, terutama dalam pelajaran PAI, PKn, Seni Budaya, dan Penjaskes. Pelaksanaannya sesuai arahan dari pusat dan sekolah bertugas untuk mengembangkannya.
138
Catatan Lapangan III Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Rabu, 28 Mei 2014 : 09.00 WIB : Ruang Guru SMK Negeri 2 Sewon : Damar Budianto, S.Pd.
Deskripsi Data: Wawancara kali ini merupakan wawancara kedua dengan Bapak Damar Budianto, S.Pd. Wawancara dilakukan untuk mendapat data mengenai gambaran umum tentang kenakalan siswa di SMK Negeri 2 Sewon dan meminta izin untuk melakukan observasi kelas pada mata pelajaran PAI. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa kenakalan siswa yang terjadi di sekolah pada umumnya masih tergolong wajar. Kenakalan yang sering dilakukan di antaranya membolos, merokok, ramai di kelas, coret-coret tembok, dan pornografi (melihat dan menyimpan video maupun gambar porno). Namun pada angkatan yang sudah lulus terakhir kemarin ada seorang siswa yang diketahui mabuk di luar lingkungan sekolah. Untuk penanganannya cukup melibatkan pihak sekolah dan wali murid tanpa perlu melibatkan pihak lain. Sementara itu untuk melakukan observasi di dalam kelas pihak sekolah memberikan izin baru bisa dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2014/2015 karena sebentar lagi siswa-siswi SMK Negeri 2 Sewon harus menghadapi Ujian Akhir Semester II.
Interpretasi Data: Kenakalan remaja yang dilakukan siswa SMK Negeri 2 Sewon masih tergolong
wajar.
Tidak
perlu
melibatkan
pihak
luar
sekolah
dalam
penanganannya. Diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dan wali murid dalam menangani siswa yang nakal.
139
Catatan Lapangan IV Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 11 September 2014 : 10.50 – 12.00 WIB : Ruang Guru SMK Negeri 2 Sewon : Amin Hidayat, S.Ag.
Deskripsi Data: Pagi itu peneliti kembali ke sekolah di tahun pelajaran baru yaitu tahun 2014/2015 untuk menemui Bapak Damar Budianto, S.Pd. Beliau menerima kehadiran peneliti dengan tangan terbuka dan memberikan izin bagi peneliti untuk mengadakan observasi kelas. Setelah itu beliau mempersilahkan peneliti untuk bertemu dengan guru PAI kelas XII yaitu Bapak Amin Hidayat, S.Ag. untuk koordinasi lebih lanjut. Peneliti bertemu dengan Bapak Amin Hidayat, S.Ag., itu adalah pertemuan pertama dengan beliau, kemudian peneliti menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Bapak Amin Hidayat, S.Ag. kemudian menyanggupi untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian di SMK Negeri 2 Sewon. Peneliti juga bertanya tentang bagaimana gambaran pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru PAI. Pada umumnya guru hanya mengembangkan acuan yang sudah ada dalam silabus. Namun dalam pelaksanaannya guru dituntut mampu memberikan teladan dan memiliki kedekatan emosional dengan siswa. Guru bukan sekedar menyuruh, namun mengajak, guru bukan sebagai orang asing bagi siswa tetapi sebagai sahabat. Di dalam pembelajaran PAI Bapak Amin Hidayat, S.Ag. lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan keleluasaan yang tetap terkontrol kepada siswa untuk mencari sumber belajar. Dalam hal ini buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
Interpretasi Data: Pengembangan general life skill dalam pembelajaran PAI dilakukan dengan mengedepankan keaktifan siswa. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator, juga dituntut harus mampu menjadi sahabat sekaligus teladan bagi siswa. 140
Catatan Lapangan V Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Observasi : Kamis, 18 September 2014 : 08.30-10.00 WIB : Ruang Kelas XII DKV SMK Negeri 2 Sewon : Amin Hidayat, S.Ag.
Deskripsi Data: Observasi ini merupakan observasi yang pertama, dengan materi “Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja ”. Pembelajaran diawali dengan mengulang materi sebelumnya, yaitu menghafal QS. Al-Mujadilah: 11 dan menjelaskan kandungannya. Semua siswa membaca ayat yang telah mereka hafal tersebut, kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk menjelaskan kandungan dari QS. Al-Mujadilah:11. Kegiatan inti dilakukan dengan melanjutkan materi yakni membaca QS. AlJumuah: 9-10, mengidentifikasi tajwid, dan menjelaskan isi kandungannya. Metode yang digunakan adalah dengan mengajak siswa untuk membaca bersama. Dalam kegiatan ini ada berbagai variasi membaca yakni dua orang, satu baris kelompok, serta seluruh siswa. Kemudia guru bersama seluruh siswa mengidentifikasi tajwid (hukum bacaan) pada ayat tersebut. Setelah itu guru meminta beberapa siswa maju ke depan untuk menjelaskan isi kandungan QS. AlJumuah: 9-10. Siswa lain diminta mengoreksi, menambahkan maupun bertanya. Dalam pembelajaran ini guru mengedepankan keaktifan siswa dengan diskusi, mengidentikasi, aktif bertanya, dan mengemukakan pendapat. Kegiatan penutup diisi dengan sesi tanya jawab antara guru dengan siswa. Kemudian guru mengkonfirmasi hasil presentasi maupun diskusi dan diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Interpretasi Data: Selama pembelajaran siswa aktif mengikuti petunjuk guru sehingga pembelajaran
berlangsung
dengan
lancar.
Siswa
terampil
berdiskusi,
mengidentifikasi, berani mengemukakan pendapat, dan menghargai pendapat orang lain. 141
Catatan Lapangan VI Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 18 September 2014 : 10.10 WIB - selesai : Ruang kelas XII DKV SMK N 2 Sewon : Nur Musyafa
Deskripsi Data: Pada waktu itu setelah peneliti melakukan observasi, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa di kelas yang sama. Peneliti mengajukan pertanyaan yang terkait dengan proses pembelajaran dan gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Hasil
wawancara
dengan
Nur
Musyafa
siswa
kelas
XII
DKV
mengungkapkan bahwa pembelajaran PAI sangat menyenangkan karena di sini guru dapat mengimbangi dan dapat berperan sebagai sahabat bagi siswa sehingga tidak terkesan menggurui. Nilai-nilai positif yang terkandung dalam general life skill
yang
disampaikan
sangat
bermanfaat
terutama
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Sementara gambaran kenakalan remaja di sekolah masih tergolong wajar dan tidak ada yang menjurus pada tindakan kriminal. Yang banyak terjadi adalah membolos, coret-coret meja dan tembok. Penanganan yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap kenakalan remaja biasanya dengan dipanggil ke BK untuk diberi pengarahan, apabila masih mengulangi lagi maka dilaporkan kepada orang tua siswa. Penanganan tersebut sudah cukup efektif karena sudah membuat siswa takut mengulangi lagi.
Interpretasi Data: Pembelajaran PAI merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena guru dapat berperan sebagai sahabat bagi siswa. Penanganan kenakalan remaja yang tergolong masih wajar dipandang cukup efektif karena sudah cukup membuat siswa jera untuk mengulangi kenakalan yang pernah dilakukan.
142
Catatan Lapangan VII Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 18 September 2014 : 10.15 WIB - selesai : Ruang kelas XII DKV SMK N 2 Sewon : Riantoro
Deskripsi Data: Pada waktu itu setelah peneliti melakukan wawancara dengan seorang siswa, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa yang lain namun masih di kelas yang sama. Peneliti mengajukan pertanyaan yang terkait dengan proses pembelajaran dan gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Hasil wawancara dengan Riantoro siswa kelas XII DKV mengungkapkan bahwa pembelajaran PAI sangat menyenangkan karena gurunya asyik dan selalu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga selalu menyisipkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam general life skill ke dalam pembelajaran sehingga membuat siswa dapat berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan. Sementara kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah masih tergolong wajar dilakukan oleh anak sekolah, yaitu membolos dan membantah ketika dinasehati guru. Penanganan yang biasa dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan diberikan pengarahan di ruang BK sebanyak 3 kali, jika masih mengulangi lagi maka orang tua akan dipanggil ke sekolah. Penanganan tersebut cukup baik karena dilakukan secara bertahap, tidak langsung memberikan hukuman kepada siswa.
Interpretasi Data: Pembelajaran PAI merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena guru selalu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Penanganan kenakalan remaja yang tergolong masih wajar dipandang cukup baik karena dilakukan dengan pengarahan secara bertahap dan tidak langsung menjatuhkan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran.
143
Catatan Lapangan VIII Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 18 September 2014 : 10.20 WIB - selesai : Ruang kelas XII DKV SMK N 2 Sewon : Herawati
Deskripsi Data: Pada waktu itu setelah peneliti melakukan wawancara dengan siswa lakilaki, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa perempuan di kelas yang sama. Peneliti mengajukan pertanyaan yang terkait dengan proses pembelajaran dan gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Hasil wawancara dengan Herawati siswa kelas XII DKV mengungkapkan bahwa
pembelajaran
PAI
menyenangkan,
serius
tapi
santai.
Dalam
mengembangkan kecakapan siswa, guru selalu mengajak dan memberi contoh yang baik, bukan hanya sekedar menyuruh. General life skill yang diberikan sangat bermanfaat untuk menjadi penyeimbang dan pengontrol vocational skill yang dipelajari di SMK. Sementara kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah masih tergolong wajar dilakukan oleh anak sekolah yaitu membolos. Penanganan yang biasa dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan diberikan pengarahan di ruang BK kemudian diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya dan ditanda tangani oleh orang tua. Guru PAI biasanya juga menasehati siswa yang nakal baik di dalam maupun di luar kelas. Penanganan tersebut dipandang kurang tegas karena masih ada siswa yang mengulangi perbuatannya, namun demikian sedikit demi sedikit ada perubahan yang lebih baik pada diri siswa.
Interpretasi Data: Pembelajaran PAI berlangsung serius tapi santai, guru juga mampu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa. Penanganan kenakalan remaja yang tergolong masih wajar dipandang kurang tegas karena masih ada siswa yang mengulangi perbuatannya.
144
Catatan Lapangan IX Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 18 September 2014 : 10.25 WIB - selesai : Ruang kelas XII DKV SMK N 2 Sewon : Putri Afifa Lutfiah
Deskripsi Data: Pada waktu itu setelah peneliti melakukan wawancara dengan seorang siswa perempuan, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa perempuan yang lain namun masih di kelas yang sama. Peneliti mengajukan pertanyaan yang terkait dengan proses pembelajaran dan gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon. Hasil wawancara dengan Putri Afifa Lutfiah siswa kelas XII DKV mengungkapkan bahwa saat pembelajaran PAI siswa selalu didorong untuk aktif. Dalam belajar guru memberi kesempatan untuk mencari sumber lain misalnya dari perpustakaan, internet, guru mata pelajaran lain, bahkan dari kejadian seharihari. Dalam mengembangkan kecakapan siswa, guru selalu memberi contoh dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Sementara kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah masih tergolong wajar yaitu membolos. Siswa yang membolos kadang masih ada di lingkungan sekolah tetapi mereka tidak mengikuti mata pelajaran tertentu. Penanganan yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan pengarahan pada siswa di ruang BK, jika masih mengulangi maka orang tua siswa dipanggil ke sekolah. Guru PAI biasanya memberi nasihat, didekati secara pribadi atau diajak sharing empat mata. Namun penanganan ini dipandang kurang tegas karena masi ada siswa yang mengulangi perbuatannya.
Interpretasi Data: Dalam pembelajaran PAI siswa didorong untuk aktif. Penanganan kenakalan remaja yang tergolong masih wajar dipandang kurang tegas karena masih ada siswa yang mengulangi perbuatannya. Namun sudah ada usaha yang baik dari guru PAI dengan melakukan pendekatan secara pribadi kepada siswa.
145
Catatan Lapangan X Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara : Kamis, 25 September 2014 : 07.45 WIB - selesai : Ruang Bimbingan dan Konseling SMK N 2 Sewon : Sri Mulyani, S.Pd.
Deskripsi Data: Wawancara kali ini merupakan wawancara yang pertama kali dengan Ibu Sri Mulyani, S.Pd. selaku guru BK kelas XII SMK N 2 Sewon. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan menyangkut gambaran kenakalan remaja di SMK N 2 Sewon dan cara penanganannya. Dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyani, S.Pd. selaku guru BK kelas XII DKV diperoleh data bahwa kenakalan yang terjadi antara kelas X, XI dan XII berbeda. Pada kelas X kenakalan yang banyak terjadi adalah membolos, di kelas XI mulai ada masalah pertemanan seperti membentuk kelompok-kelompok pertemanan dan pacaran. Sedangkan di kelas XII pada umumnya siswa sudah mulai tertata, hanya beberapa anak saja yang masih sering ribut saat pelajaran dan terlambat masuk kelas. Penanganan yang sering dilakukan adalah dengan sharing secara personal, konseling kelompok dan home visit. Sementara untuk kasus yang serius guru BK berkoordinasi dengan wali kelas, guru PAI dan orang tua siswa. Pada umumnya setelah dilakukan layanan oleh guru BK ada perubahan yang positif dalam diri siswa. Ada yang langsung berubah, ada yang setelah beberapa kali layanan baru berubah, dan ada juga yang berubah setelah naik kelas.
Interpretasi Data: Kenakalan yang terjadi antara kelas X, XI dan XII berbeda. Pada umumnya setelah naik kelas XII siswa sudah mulai tertata dan semakin sedikit melakukan kenakalan. Penanganan kenakalan remaja yang dilakukan oleh guru BK yaitu dengan sharing secara personal, konseling kelompok, dan home visit. Ada perubahan yang positif dalam diri siswa setelah dilakukan konseling oleh guru BK
146
Catatan Lapangan XI Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Observasi : Kamis, 25 September 2014 : 08.30-10.00 WIB : Ruang Kelas XII DKV SMK Negeri 2 Sewon : Amin Hidayat, S.Ag.
Deskripsi Data: Observasi ini merupakan observasi yang kedua, dengan materi “Iman Kepada Hari Akhir”. Pembelajaran diawali dengan mengulang materi sebelumnya,
yaitu
menghafal
QS.
Al-Jumuah:
9-10
dan
menjelaskan
kandungannya. Semua siswa membaca ayat yang telah mereka hafal tersebut, kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk menjelaskan isi kandungannya. Kegiatan inti dilakukan dengan melanjutkan materi yakni Iman Kepada Hari Akhir. Metode yang digunakan adalah diskusi, yaitu dengan membagi siswa menjadi empat kelompok
dengan cara berhitung. Masing-masing kelompok
diberi satu tema yang harus mereka pecahkan bersama dengan diskusi kelompok. Siswa dipersilakan mencari materi dari mana pun termasuk dari internet (melalui hp mereka) agar tidak hanya terpaku pada buku pelajaran. Setelah selesai diskusi masing-masing kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan menulis poin-poin jawabannya di papan tulis. Kelompok lain menyimak dan dipersilakan menanggapi atau pun bertanya. Dalam kegiatan ini terjadi diskusi yang sangat hidup antar kelompok. Pada kegiatan penutup guru mengapresiasi hasil presentasi siswa. Kemudian guru mengkonfirmasi hasil presentasi maupun diskusi dan diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Interpretasi Data: Metode yang digunakan dalam pembelajaran kali ini membuat siswa mandiri, mampu bekerjasama dalam tim, berani mengemukakan pendapat, mampu berkomunikasi lisan dan tertulis, serta menghargai pendapat orang lain. Guru juga mengajak siswa memanfaatkan internet (melalui hp) untuk menunjang pembelajaran. 147
Catatan Lapangan XII Metode Pengumpulan Data Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Wawancara dan Dokumentasi : Kamis, 25 September 2014 : 10.30 WIB - Selesai : Ruang TU SMK Negeri 2 Sewon : Nur Arifah Hanum
Deskripsi Data: Siang itu setelah melakukan observasi pembelajaran kemudian peneliti menemui Ibu Nur Arifah Hanum selaku pegawai tata usaha. Wawancara ini merupakan wawancara kedua dengan beliau. Tujuan kedatangan peneliti adalah untuk observasi serta mengumpulkan data profil tentang SMK N 2 Sewon. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang letak geografis, kondisi sekolah dan sarana prasarana yang mendukukng proses pembelajaran. Peneliti bertemu dengan Ibu Nur Arifah Hanum yang kemudian memberikan data profile tentang sekolah. Untuk mengetahui letak geografis sekolah, maka peneliti melakukan observasi disekitar sekolah. Dari data dokumentasi sekolah diperoleh data tentang profil sekolah yang meliputi sejarah perkembangan, keadaan guru dan karyawan, jumlah murid, serta visi dan misi sekolah. Dari hasil observasi letak geografis sekolah diperoleh data bahwa SMK N 2 Sewon terdiri dari 2 unit. Unit 1 terletak di Jalan Parangtritis Km 7 Bangi, Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Lokasinya berada sekitar 100 meter ke timur dari Jalan Parangtritis. Sedangkan unit 2 berada di Dusun Cangkringmalang Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul. Kedua lokasi tersebut cukup strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang dan mempermudah proses pembelajaran di SMK N 2 Sewon cukup memadai dan mayoritas kondisinya dalam keadaan baik.
Interpretasi Data: Lokasi SMK N 2 Sewon berada di tempat yang strategis. Sarana dan prasarana di sekolah cukup memadai dan mayoritas dalam keadaan baik. 148
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SMK N 2 Sewon
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester
: XII/1
Pertemuan Ke
:2
Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 27. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja Kompetensi Dasar
: 27.1 Membaca QS. Al-Muadalah:11 dan QS. AlJumuah:9-10
Indikator
: 1. Melafalkan perkalimat QS. Al-Mujadalah: 11 atau QS. Al-Jumuah:9-10 2. Melafalkan per ayat QS. Al-Mujadalah: 11 atau QS. AlJumuah:9-10 3. Membaca seluruh ayat QS. Al-Mujadalah: 11 atau QS. Al-Jumuah:9-10 4. Mengidentifikasi tajwid QS. Al-Mujadalah: 11 atau QS. Al-Jumuah:9-10 5. Menjelaskan isi kandungan QS. Al-Mujadalah: 11 dan QS. Al-Jumuah:9-10
Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini peserta didik dapat: 1. Membaca QS. Al-Mujadalah:11 dan QS. AlJumuah:9-10 2. Mengidentifikasi tajwid QS. Al-Mujadalah:11 dan QS. Al-Jumuah:9-10 3. Membuat contoh kalimat sesuai dengan hukum tajwid 4. Menerangkan kandungan ayat 9-10 QS. Al-Jumuah Materi Ajar
: 1. QS. Al-Mujadalah:11 2. QS. Al-Jumuah:9-10
Metode Pembelajaran : Membaca, presentasi, tanya jawab, diskusi Model Pembelajaran
: Pembelajaran langsung
149
Kegiatan Pembelajaran: Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa Bertanya keadaan peserta didik Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan dengan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Peserta didik diminta membaca ayat yang telah ditentukan sesuai kaidah bacaan yang benar 2. Elaborasi Guru mempresentasikan tentang hukum bacaan yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut Salah satu siswa maju menjelaskan kandungan QS. Al-Jumuah:9-10 3. Konfirmasi Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan bacaan dari peragaan peserta didik Guru memberi penegasan hasil presentasi dan penjelasan siswa
Penutup Mengingatkan kembali ketelitian bacaan Al-Qur’an Memberikan tugas untuk mempelajari lembar kerja siswa Menyampaikan materi pertemuan yang akan datang Mengakhiri pertemuan dengan berdoa Penilaian Hasil Belajar : Tes Lisan
150
Tes Perbuatan Sumber Belajar
: Indonesia. Departemen Agama (1996), Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra. A. Wahid Sy. (2007), Memahami Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas XII, Bandung: Armico. Margiono, dkk. (2007), Pendidikan Agama Islam Penuntun Hidup untuk SMK Kelas XII, Jakarta: Yudhistira.
Budaya dan Karakter : Kerja keras Bangsa
Mandiri
Mengetaui
Bantul, 16 Juli 2014
Kepala Sekolah
Guru Mapel PAI
H. Suherman, S.Pd.
Amin Hidayat, S.Ag.
NIP. 19541001 197903 1 006
NIP. 19730716 200710 1 001
151
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Isnaini Nurwisti
Tempat,Tanggal Lahir
: Bantul, 9 Februari 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan May Jend Soetoyo No. 152 Nyangkringan Rt 04 Bantul Yogyakarta
Hp
: +6287839600007
E-mail
:
[email protected]
Nama orang tua
:
a. Ayah : Sanijo b. Ibu
: Siti Yunani
Riwayat Pendidikan
:
a. TK ABA Mardiputra (1996-1997) b. SD Negeri 1 Bantul (1997-2003) c. SMP Negeri 1 Bantul (2003-2006) d. SMA Negeri 2 Bantul (2006-2009) e. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010-2015)
Yogyakarta, 6 April 2015
Isnaini Nurwisti
162