Nilam Widyarini Universitas Gunadarma Jakarta
Kuil dewa matahari (Apollo) di Delphi - Yunani
’Gnothi se auton’ ‘Know thyself ’ ‘Kenalilah dirimu’
Definisi :
Self merupakan suatu konstruk hipotetik (keberadaannya di luar jangkauan panca indera) yang menunjuk pada serangkaian karakteristik individu yang mencakup aspek fisik, perilaku, dan proses-proses psikologis (Calhoun & Acocella, 1990).
William James (1842-1910) menjelaskan
dualitas persepsi mengenai diri sendiri: a) Self yang terdiri dari pikiran-pikiran dan
keyakinan-keyakinan mengenai diri sendiri; oleh James disebut sebagai the “known” (yang diketahui) atau the “me” (aku yang diketahui). b) Self sebagai pemroses (processor) informasi yang aktif, disebut sebagai the ‘knower’ (yang mengetahui) atau “I” (aku yang mengetahui).
“Aku yang diketahui” disebut sebagai
konsep diri (self-concept), yaitu pengetahuan mengenai siapakah diri kita (isi dari self) ; “Aku yang mengetahui” menunjuk pada istilah kesadaran diri (self-awareness), yaitu tindakan berpikir mengenai diri sendiri. Kombinasi dari dua aspek diri ini menciptakan rasa identitas diri yang koheren (jelas, terintegrasi).
a) Fungsi Organisasional:
skema tentang diri (selfschemas) a) Fungsi Eksekutif : regulasi diri (selfregulation)
Menunjuk pada skema tentang diri (selfschemas), yaitu struktur mental yang digunakan orang untuk mengorganisasikan pengetahuannya mengenai diri sendiri, dan mempengaruhi bagaimana bagaima seseorang mencatat, memikirkan, dan mengingat dirinya sendiri.
b) Fungsi Eksekutif : Regulasi Diri (Self-Regulation) Menyerupai CEO (chief executive officer) suatu perusahaan yang meregulasi perilaku, pilihan-pilihan, dan rencana-rencana untuk masa mendatang.
Berkaitan erat dengan pengendalian diri (self-control)
Melalui introspeksi (melihat ke
dalam diri dan menguji pikiran, perasaan, motifnya sendiri.) Mengamati perilaku sendiri: memahami motivasi & emosi Melalui orang lain: perbandingan sosial; mengadopsi pandangan orang lain ”looking glass self”
Bila kita dapat melihat diri sendiri secara
utuh/jernih siapa diri kita, kita akan mampu juga melihat realitas di luar diri secara utuh/jernih Sebaliknya, bila kita tidak sungguh-sungguh mengenali diri sendiri, pemahaman kita terhadap dunia di luar akan terdistorsi (disesatkan) oleh pikiran, motif, dan emosi kita yang tidak kita sadari Konflik!
Pada umumnya kita melihat diri sendiri hanya
sepotong-sepotong, seperti rangkaian pazzel yang tidak tersusun utuh. Mengapa? Kita cenderung menghindari melihat atau merasakan bagian diri yang tidak menyenangkan, yang tidak sesuai gambaran ideal yang kita angankan Benjamin Franklin: "There are three Things extremely hard, Steel, a Diamond, and to know one's self." Padahal, penolakan terhadap bagian diri yang
manapun pasti menghasilkan emosi negatif yang akan mengganggu ketenangan hidup kita.
"I think, therefore I
am“ "Let him [the evil genius]
deceive me as much as he will, he can never cause me to be nothing so long as I shall be thinking something"
Siapa diri saya adalah apa yang saya pikirkan
Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social
psychology (6th edition). Singapore: Pearson Prentice Hall Buss, Arnold (2001). Psychological dimensions of the self. London: Sage Publications Calhoun, J.F. & Acocella, J.R. (1990). Psychology of adjustment. New York: McGraw-Hill Publishing Company Wikipedia (2012). Know thyself.
Penggunaan foto/ gambar pada presentasi ini tidak untuk
keperluan komersial melainkan semata-mata untuk keperluan belajar Terimakasih kepada semua pihak yang telah menyediakan gambar/ foto untuk kelengkapan presentasi ini Mohon ijin kepada semua pihak yang empunya gambar/ foto, kiranya Anda tidak keberatan, kami menggunakannya sebagai media belajar kami