NILAI, KEPRIBADIAN, DAN ALOKASI PENGELUARAN KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Silvia Dewi Sagita Andik NIM I24090065
ABSTRAK SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai dan kepribadian pada pengeluaran keluarga pensiun. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga usia (>55 tahun) dan telah pension dari pekerjaan utamanya. Contoh dipilih secara purposive sampling sebanyak 154 orang dengan latar belakang pekerjaan PNS(pegawai negeri sipil) dan non-PNS(BUMN, swasta, wiraswasta). Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi nilai rasa aman pada keuangan yang dimiliki contoh maka akan mengurangi pengeluaran pada proporsi pangan dan meningkatnya pengeluaran pada proporsi non pangan.Temuan lain mengindikasikan bahwa pendapatan per kapita, jumlah tanggungan keluarga, usia, dan lama pendidikan contoh memiliki hubungan dengan alokasi pengeluaran. Kata kunci:alokasi pengeluaran, kepribadian, nilai, pensiun.
ABSTRACT SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Values, Personality Trait, and Expenditure of Retirement Family. Supervised by HARTOYO. The aim of this research was to analyze the relationship between values and personality and the expenditure allocation of retirement family. Samples of this research were the family with at least one family’s member aged over 55 years old and have retired from main occupation. The samples consisted of 154 family purposived selected from the different job backgrounds (goverment employee and non-goverment employee). The results showed that the higher value on financial security, it will reduce the proportion of expenditure on food and increase the proportion of non-food. Another findings indicate that the per capita income, number of dependents, age, and level of education have relationship with expenditure allocations Keywords:allocation of expenditure, personality, retire, values.
NILAI, KEPRIBADIAN, DAN ALOKASI PENGELUARAN KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun Nama : Silvia Dewi Sagita Andik NIM : I24090065
Disetujui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, MSc Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai, Kepribadian,dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun ”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Hartoyo, MSc selaku dosen pembimbing skripsi, Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku pembimbing akademik, dan seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua oarangtua yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis, yaitu Bapak Andik Siswiyono, SH dan Ibu Subaida. Penulis juga berterima kasih kepada kakak YuwisdaMayasari Rias Andik, S.Pd. Penulis juga berterima kasih kepada teman teman seperjuangan penelitian Halisa Rohayu, Sri wahyuni, Dyah Purnamasari dan Sri Sulastri atas kerjasama selama penelitian. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman teman IKK 46, terutama Siti Holilah, Nanda Lusita, dan Tri Rahmawati. Penulis juga berterima kasih kepada sahabat tercinta Ika, Resty, Sandra, Imas, Yovita, Novi, dan Yuli. Terakhir penulis juga berterima kasih kepada Adhitya Rahmana yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam proses penelitian. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan.
Bogor, April 2014 Silvia Dewi Sagita Andik
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Teknik Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL
11
Karakteristik Contoh Dan Keluarga
11
Nilai
11
Kepribadian
13
Alokasi Pengeluaran
15
Hubungan KarakteristikContoh dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan 17 Hubungan Nilai dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non-Pangan
21
Hubungan Kepribadian dengan Proporsi Pengeluaran
17
PEMBAHASAN
24
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Variabel, Skala, dan Jenis Data Sebaran karakteristik contoh dan keluarga Sebaran contoh berdasarkan nilai dan riwayat pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan kepribadian extraversion dan riwayat pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan kepribadian agreeableness dan riwayat pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan riwayat pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat pekerjaan Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan riwayat pekerjaan Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan proporsi alokasi pengeluaran Koefisien korelasi antara nilai (LOV) dengan persentase alokasi pengeluaran Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap aspek nilai Rataan pengeluaran non pangan keluarga pada setiap aspek nilai Koefisien korelasi antara 5 dimensi kepribadian dengan proporsi alokasi Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap dimensi kepribadian Rataan pengeluaran non pangan pada setiap dimensi kepribadian
8 11 12 13 14 14 15 15 17 17 20 21 21 22 21 24
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2 Skema Penarikan Contoh
5 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap aspek nilai 2 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap dimensi kepribadian 3 Hasil uji korelasi antara nilai dengan persentase alokasi pangan dan non pangan 4 Hasil uji korelasi kepribadian dengan persentase alokasi pangan dan non pangan 5 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut aspek nilai 6 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut dimensi kepribadian
31 32 33 34 35 36
PENDAHULUAN Latar Belakang Penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik merupakan dua hal yang dialami seiring dengan bertambahnya usia. Susenas (2012) menyatakan bahwa lebih dari separuh lansia (52.1%) mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesehatan lansia di Indonesia. Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia di Indonesia masih rendah. Keluhan kesehatan ini terkadang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Hal tersebut membuat seseorang mengalami penurunan produktivitas terutama dalam kontribusi ekonomi terhadap keluarganya. Teori perkembangan menyatakan bahwa sistem keluarga akan menghadapi proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971). Keluarga usia pensiun mengalami penurunan produktivitas seperti yang dikatakan oleh Neugarten (1964) bahwa individu dari rentang umur 40-60 tahun lebih pasif dan lebih menyukai berinteraksi dengan lingkungan. Tahapan keluarga usia pensiun memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dengan tahapan keluarga yang bekerja sehingga keluarga usia pensiun harus dapat mengelola alokasi sumberdaya dengan baik. Senduk (2001) juga menyatakan bahwa mengatur keuangan tidak berarti harus hemat tetapi yang paling penting adalah mengetahui jumlah yang pantas untuk setiap pos pengeluaran dan berusaha memenuhi jumlah tersebut. Sebuah keluarga harus menyelaraskan antara pos pendapatan dan pos pengeluarannya yaitu membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan apa yang menjadi keinginan. Mc Kenna et. al (2003) menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya keluarga, faktor psikologis dan nilai yang dianut sering menjadi dasar pijakan pengambilan keputusan. Nilai dan kepribadian pada usia pensiun mempengaruhi keputusan alokasi pengeluaran keluarga. Pengelolaan keuangan keluarga usia pensiun merupakan hal yang sangat penting guna membantu kehidupan keluarga dalam menyesuaikan pos pendapatan saat ini dengan pos pengeluaran. Hal tersebut dianggap penting karena pada keluarga usia pensiun akan berbeda pengelolaan alokasi pengeluaran rumahtangga dengan masa waktu aktif bekerja. Studi tentang alokasi pengeluaran pada orang amerika yang berusia diatas 50 tahun juga menunjukkan bahwa faktor pendapatan, usia, dan asuransi perawatan jangka panjang memiliki dampak yang signifikan terhadap alokasi pengeluaran keluarga (Banerjee 2012). Selain itu, perbedaan pengeluaran pada keluarga tua tidak hanya dipengaruhi faktor pendapatan, tetapi berdasarkan status pekerjaan (Moehrle 1990). Sumberdaya keluarga meliputi alokasi waktu dan alokasi pengeluaran. Alokasi pengeluaran terdiri dari pengeluaran pangan maupun non-pangan. Pengeluaran untuk pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan berupa padi-padian, ikan, daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, minuman, makanan serta minuman jadi. Pengeluaran untuk non-pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi perumahan, bahan bakar, penerangan, air, barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama lainnya. Faktor kondisi psikologis sangat berperan penting dalam pengambilan keputsan
2 keuangan, terutama pada kondisi pendapatan yang menurun sehingga individu harus dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Salah satu persoalan yang muncul seperti penelitian di Jakarta menunjukkan para eksekutif muda yang bergaji di atas Rp 15 juta per bulan terancam miskin di masa depannya karena faktor karakter kepribadian yang tidak terencana yaitu karakter berupa gaya hidup yang boros (Saktiawan 2008). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya pendapatan tidak dapat menentukan kesejahteraan individu. Faktor perilaku individu tersebut ysang memengaruhi pengelolaan keuangannya. Faktor psikologis individu dalam pengelolaan keuangannya menyangkut bagaimana perilaku individu menggunakan pendapatannya dalam mengalokasikan pos pengeluarannya, perilaku tersebut dapat tercermin dari gaya hidupnya. Faktor gaya hidup juga mengakibatkan orang untuk terdorong membeli barang berdasarkan keinginan bukan kebutuhan, gengsi, dan harga diri. Kepribadian didefinisikan sebagai perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia yang memiliki ciri-ciri unik dan memengaruhi perilaku individu. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai salah satu variabel pembeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam berperilaku. Berdasarkan teori McCrae Costa dalam Feist (2008) menggunakan lima indikator dalam membahas kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, openess dan conscientiousness. Hasil penelitian Borghans et al.(2008) menyatakan bahwa personality traits seperti dimensi conscientiousness akan meningkat dari usia anak-anak hingga dewasa tua. Penelitian yang dilakukan oleh Duckworth dan Weir (2011) juga menyatakan bahwa dimensi kepribadian conscientiousness dan openess berhubungan dengan pengeluaran ekonomi dimana pada individu yang berada di dimensi kepribadian conscientiousness cenderung sedikit mengeluarkan uangnya dibanding individu yang berada pada dimensi kepribadian openness. Selain itu, hasil penelitian Brown & Taylor (2011) menunjukkan bahwa ciri kepribadian extraversion memiliki hubungan negatif pada kepemilikan aset keuangan serta memiliki hubungan positif pada peluang hutang. Dimensi agreeableness menyatakan bahwa tipe kepribadian ini cenderung melakukan transaksi keuangan didasarkan keinginan hati (Ika 2011). Ware (2001) juga mengatakan semua tipe kepribadian bisa menjadi dasar pijakan pengelolaan keuangan yang baik asal mereka harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Hal ini merupakan pengetahuan diri yang mengarah pada penguasaan diri. Perumusan Masalah Masalah psikologis kaitannya dengan kepribadian individu. Usia pensiun cenderung lebih mengalami depresi. Ada berbagai macam nilai yang berubah setelah memasuki tahapan usia pensiun. Nilai serta kepribadian usia pensiun akan mempengaruhi individu dalam berperilaku terutama dalam mengalokasikan sumberdaya keluarga. Tingkat penurunan pendapatan akan memengaruhi alokasi sumberdaya keluarga terutama dalam mengalokasikan pengeluaran rumah tangga. Manusia selalu berusaha memaksimalkan kepuasan (Becker 1976). Becker (1981) dan Foster (1993) menyatakan adanya keterbatasan sumberdaya membuat individu cenderung mengatur komposisi pemenuhan kebutuhannya dalam arti mengurangi
3 barang kebutuhan yang satu dengan menambahnya yang lain. Misalnya individu mengurangi konsumsi pakaian dan menambah konsumsi daging. Keluarga dengan usia pensiun akan mengalami adaptasi kembali dengan keadaan perekonomian keluarga. Individu harus menyeimbangkan aset pendapatan yang dimiliki dengan pengeluaran yang terus dilakukan selama masa hidupnya di usia pensiun. Keluarga usia pensiun harus dapat mengelola keuangannya dengan baik karena pada masa pensiun terjadi penurunan pendapatan. Pendapatan di usia pensiun harus disesuaikan dengan kebutuhan sekarang. Faktor psikologis menjadi faktor penentu seseorang dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan penjabaran di atas, maka akan diangkat beberapa permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan yang akan diangkat adalah : 1. Bagaimana nilai dan kepribadian yang dianut contoh? 2. Bagaimana alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan non-PNS? 3. Bagaimana hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga dengan nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan non-PNS?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Menganalisis hubungan nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pension Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi nilai dan kepribadian yang dianut contoh 2. Mengidentifikasi alokasi pengeluaran keluarga usiapensiun PNS dan nonPNS 3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai, kepribadian contoh, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan non-PNS.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara luas untuk kepentingan umum, diantaranya: 1. Peneliti yang ingin mengkaji tentang hubungan nilai dan kepribadian usia pensiun dengan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun 2. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran tentang keluarga usia pensiun terutama pada nilai yang dianut serta kepribadian individu usia pensiun dalam alokasi pengeluaran rumahtangga sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk dapat mengalokasikan sumberdaya keluarga dengan baik. 3. Bagi institusi, penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi tentang alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun sehingga dapat menjadi referensi penelitian berikutnya.
4 4.
Bagi pemerintah, sebagai informasi dan gambaran tentang keluarga usia pensiun sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan program pada usia pensiunan.
KERANGKA PEMIKIRAN Masa usia pensiun adalah masa yang mencemaskan bagi sebuah keluarga. Usia pensiun adalah tahapan dimana terjadi penurunan individu secara fisik serta dari segi ekonomi. Seiring menurunnya pendapatan maka keluarga usia pensiun harus dapat mengelola alokasi sumberdaya yang dimilikinya dengan baik agar kesejahteraan keluarga dapat tetap stabil. Alokasi sumberdaya terbagi menjadi alokasi aset pendapatan dan alokasi keuangan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengeluaran rumah tangga meliputi pengeluaran pangan maupun non pangan. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pola konsumsi keluarga merupakan salah satu indikator kesejahteraan. Keluarga dengan proporsi pengeluaran lebih besar untuk konsumsi pangan mengindikasikan keluarga tersebut berpendapatan rendah. Keluarga usia pensiun harus menyeimbangkan pendapatan sekarang dengan pos-pos pengeluaran kebutuhan rumah tangga. Dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki, faktor psikologis dan nilai yang dianut juga menjadi dasar individu berperilaku terutama dalam keputusan pembelian. Tahapan individu yang memasuki usia pensiun tentunya terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut di masa sekarang dengan nilai-nilai yang dianut pada tahapan sebelumnya. Dimensi yang digunakan untuk mengukur nilai yang dianut pada usia pensiun adalah harga diri, pemenuhan diri, rasa aman, dan dihormati. Nilai-nilai tersebut mendorong individu untuk merasa pantas dan layak mendapatkan yang terbaik. Hal ini kaitannya dengan kemakmuran materi yang dijadikan landasan penilaian atas segala sesuatu sehingga individu semakin banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan non pangan dan menurunkan pengeluaran untuk pangan. Selain nilai, kepribadian juga menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan alokasi pengeluaran keluarga. Kepribadian setiap individu pasti berbeda. Definisi kepribadian adalah ciri yang ada pada diri manusia yang dapat memengaruhi manusia berperilaku termasuk mengambil keputusan dalam mengalokasikan uangnya. Salah satu studi tentang kepribadian terutama pada usia dewasa tengah atau lansia ditemukan oleh McCrae et al.(1997). Mereka fokus pada 5 faktor kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, neurotiscism, openness, dan conscientiousness. Lima faktor kepribadian dapat digunakan untuk mengukur kepribadian contoh dalam mengalokasikan uang yang dimiliki di usia pensiun. Karakteristik contoh dan karakteristik keluarga berhubungan denganalokasi pengeluaran contoh (usia, lama pendidikan, riwayat pekerjaan, lama pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita keluarga). Selanjutnya karakteristik akan memengaruhi proporsi pengeluaran pangan dan non pangan keluarga usia pensiun.
5 Berdasarkan gambaran tersebut maka dapat diketahui gambaran hubungan setiap komponen terhadap alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun. Kerangka pemikiran dapat disajikan pada Gambar 1.
Input
Karakteristik Individu dan Keluarga Usia Lama pendidikan Riwayat pekerjaan Lama pernikahan Jumlah Tanggungan Keluarga Pendapatan per kapita keluarga Proses
Nilai (LOV) Rasa Aman Harga Diri Dihormati Pemenuhan Diri
Kepribadian 5 faktor kepribadian (McCrae and Costa) Extraversion Agreeableness Neurotiscism Openess Conscientiousness
Pengelolaan Sumberdaya Sekarang Alokasi Waktu Alokasi Pengeluaran -
-
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pangan Makanan pokok Sumber protein hewani Kacang-kacangan Sayuran Buah-buahan Bumbu dapur Non Pangan Kesehatan Pakaian Alas kaki Bahan bakar Lainnya
6
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara. Penelitian dilakukan di empat perumahan, yaitu perumahan Bantarjati dan perumahan Indraprasta, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor dan perumahan Taman Pagelaran dan perumahan Ciomas Permai, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa perumahan tersebut merupakan perumahan lama sehingga diharapkan terdapat banyak keluarga usia pensiun yang memiliki latar belakang pekerjaan sebelum pensiun yang beragam sesuai dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April hingga Mei 2013.
Teknik Pengambilan Contoh Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan tema “Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Penelitian payung tersebut ingin mengungkap bagaimana perilaku manajemen sumberdaya keluarga yang terkait dengan peran gender dalam mengambil keputusan, alokasi waktu dan pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan hari tua pada masa lalu, yang kemudian akan dibedakan berdasarkan tempattinggal (kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non-PNS). Dalam penelitian ini hanya terfokus pada nilai dan kepribadian berdasarkan riwayat pekerjaan (PNS dan non-PNS) yang akan dilihat hubungannya dengan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun. Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun) yang tinggal di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogoryaitu di empat perumahan yang telah ditentukan. Perumahan–perumahan yang dipilih merupakan perumahan yang sudah lama ada dan diduga terdapat banyak penduduk lanjut usia. Contoh dalam penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non-PNS (pegawai swasta, wirasasta, dan pegawai BUMN), dan sudah mengalami pensiun. Contoh penelitian berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 orang usia pensiun PNS dan 80 orang usia pensiun non-PNS. Jumlah dipilih karena memenuhi kriteria statistik n=30. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Setelah proses cleanning, contoh yang dapat digunakan dalam penelitian ini berjumlah 154 (77 orang usia pensiun PNS dan 77 orang usia pensiun non-PNS).Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
7 Provinsi Jawa Barat
Kota Bogor
Kec. Bogor Utara
Perumahan Bantarjati
n= 40 keluarga
PNS n= 20
Non-PNS n= 20
purposive
Kabupaten Bogor
Kec. Ciomas
Perumahan Indraprasta
n= 40 keluarga
PNS n= 20
Non-PNS n= 20
Perumahan Taman Pagelaran
n= 40 keluarga
PNS n= 20
Non-PNS n= 20
purposive
Perumahan Ciomas Permai
n= 40 keluarga
PNS n= 20
Non-PNS n= 20
purposive
purposive
purposive
Gambar 2 Skema Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara kepada suami atau istri yang berusia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah pensiun dari pekerjaan utamanya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga. Data sekunder yang diperoleh adalah data monografi dari Kelurahan Bantarjatidi Kota Bogor dan Kelurahan Ciomas di Kabupaten Bogor. Datayang diambil dari kelurahan tersebut adalah data jumlah keluarga yang termasuk usia pensiun. Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan karakteristik keluarga yang terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,dan lama pernikahan. Selain itu, kuesioner juga berisi tentang nilai, kepribadian dan alokasi pengeluaran. Variabel nilai LOV diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan yang terdiri dari segmen harga diri,pemenuhan diri,dihormati, dan rasa aman dengan cronbach alpha 0.728 Variabel kepribadian diukur dengan menggunakan The Big Five Factors.Model yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae terdiri dari lima dimensi yang biasa dikenal dengan nama pattern NEOCA, yaitu neuroticism, extravertion, openness of experience, conscientiousness, dan agreeabless. Lima dimensi kepribadian diukur dengan enam pertanyaan tiap dimensi(cronbach alpha 0.803) dan menggunakan skala likertdari 1-5 dengan pemberian skor pada tiap dimensi kepribadian. Pengkategorian variabel nilai dan kepribadian menggunakan tiga kelompok.Alokasi pengeluaran meliputi pangan dannon-pangan yang diacu
8 dan dimodifikasi dari Saraswati (2012). Alokasi pengeluaran pangan meliputi makanan pokok, sumber protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan bakar, dan lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak). Tabel 1 Variabel, Skala, dan Jenis Data Variabel Skala data Karateristik individu dan keluarga Jenis kelamin Nominal Usia Lama pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga Riwayat pekerjaan
Rasio Rasio Rasio Nominal
Lama pernikahan Pendapatan Nilai Rasa Aman Harga Diri Dihormati Pemenuhan Diri Kepribadian Extraversion Agreeableness Neurotiscism Openess Consticiousness Alokasi Pengeluaran Keluarga Pangan - Makanan pokok - Protein hewani - Kacang-kacangan - Sayuran - Buah-buahan - Bumbu dapur Non Pangan - Kesehatan/keindahan - Pakaian - Alas kaki - Bahan bakar - Lainnya
Rasio Rasio Ordinal
Keterangan [1] Laki-laki [2] Perempuan Tahun Tahun Orang [1] Pegawai Negeri [2] Non-PNS (Wiraswasta,pegawai BUMN) Tahun Rupiah Skor [1] Rendah (<60%) [2] Sedang (60%-80%) [3] Tinggi (>80%)
Ordinal
Skor [1] Rendah (<60%) [2] Sedang (60%-80%) [3] Tinggi (>80%)
Rasio
Rupiah
Rasio
Rupiah
Pengolahan dan Analisis Data Data yang akan diperoleh selanjutnya akan diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science (SPSS). Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif meliputi, rata-rata, standar deviasi, nilai minimum,
9 dan nilai maksimum. Alokasi pengeluaran keluarga dihitung dengan menjumlahkan pengeluaran pada alokasi pengeluaran untuk pengeluaran pangan dan non pangan. Nilai dan kepribadian yang dianut oleh contoh dihitung dengan cara melakukan penghitungan sub total per dimensi. Kemudian dilakukan transformasi nilai komposit pada masing-masing segmen nilai dan dimensi kepribadian dalam bentuk skala 0-100 dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Y=
(Skor yang dicapai −Skor terendah ) (Skor tertinggi −skor terendah )
x 100
kemudian nilai komposit dikategorikan menggunakan kategori tiga kelompok, yaitu : 1. Tinggi bila skor >80% 2. Sedang bila skor 60%-80% 3. Rendah bila skor <60% Sedangkan analisis inferensia yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antar variabel karakteristik keluarga dan contoh, nilai, kepribadian dan alokasi pengeluaran pangan dan non pangan. Uji one-way ANOVA dan uji beda t-test untuk melihat perbedaan alokasi pengeluaran pensiunan PNS dan non-PNS. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing–masing tujuan adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik contoh , karakteristik keluarga, nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran pangan dan non pangan dianalisis dengan menggunakan statstik deskriptif dan tabulasi silang. Karakteristik keluarga meliputi jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran keluarga. Karakteristik contoh meliputi usia, riwayat pekerjaan, lama pendidikan, jenis kelamin, dan lama pernikahan. Statistik deskriptif yang digunakan meliputi nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum. 2. Uji beda independent sample t-test digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai, kepribadian, serta alokasi pengeluaran pangan dan non pangan menurut riwayat pekerjaan (PNS dan Non-PNS). Uji one-way ANOVA digunakan untuk melihat perbedaan tiga kelompok alokasi pengeluaran (rendah, sedang, tinggi) pada setiap dimensi. 3. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai , kepribadian, serta alokasi pengeluaran pangan dan non pangan keluarga usia pensiun.
Definisi Operasional Keluarga usia pensiun adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya dengan suami dan atau istri termasuk ke dalam usia pensiun yaitu dengan usia diatas atau sama dengan 56 tahun yang berstatus telah pensiun dari pekerjaan utamanya. Contoh adalah suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun) dan memiliki riwayat pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dan non PNS
10 (pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN) dan telah pensiun dari pekerjaan utamanya. Karakteristik contoh dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti: nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lama pernikahan, pengeluaran. Usia adalah umur yang dimiliki contoh atau lama hidup contoh yang dinyatakan dalam tahun Lama Pendidikan adalah lama contoh menempuh pendidikan formal yang dinyataka dalam tahun Riwayat Pekerjaan adalah jenis profesi yang dilakukan oleh contoh yang dapat dibedakan menjadi PNS dan non PNS Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah dan masih dibiayai oleh kepala keluarga Pendapatan per kapita seluruh uang yang diterima keluarga selama satu bulan dibagi jumlah anggota keluarga Alokasi pengeluaran Perkapita adalah alokasi uang (rupiah) keluarga untuk pengeluaran pangan dan non pangan dibagi jumlah anggota keluarga. Nilai adalah kepercayaan atau sesuatu yang di anggap penting oleh individu atau masyarakat. Dengan nilai, masyarakat memiliki pedoman tentang apa yang dianggap baik atau benar dan buruk atau salah bagi kehidupan. Harga diri adalah ciri individu yang menghargai dirinya sendiri dan menjunjung tinggi harga dirinya melebihi apapun. Pemenuhan diri adalah ciri individu yang memperlakukan secara layak terhadap dirinya sendiri dan memiliki keyakinan bahwa memenuhi keinginan merupakan hal yang penting Rasa aman adalah ciri individu yang menunjukkan bahwa keamanan secara fisik dan keuangan merupakan hal yang penting Dihormati adalah individu merasa diperhatikn lingkungan sekitar dan mencintai pekerjaannya. Kepribadian adalah perbedaan karakteristik individu yang paling dalam pada diri manusia yang memiliki ciri-ciri unik dan memengaruhi perilaku individu. Extraversion adalah ciri individu yang bersifat sosial dan senang bersosialisasi dengan lingkungannya serta periang. Orang yang memiliki kepribadian extraversion ini di dalam pencarian informasi didorong oleh motivasi dari lingkungan eksternalnya Agreeableness adalah ciri individu cenderung mudah mempercayai siapapun, murah hati, suka menolong, dapat menerima keadaan dan baik hati. Orang dengan kecenderungan seperti ini adalah mudah simpatik sehingga memungkinkan transaksi keuangan banyak didasarkan rasa ingin menolong dan kebaikan hati. Pos pengeluaran yang tidak direncanakan sering muncul dan bukan karena prioritas anggaran yang telahdisusun tapi karena dorongan hati. Neuroticism adalah menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir, kurang bisa mengontrol emosi dan rasa tidak aman. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Openess of experience adalah ciri individu yang mudah bertoleransi. individu yang menyukai hal baru dan mencari kesenangan.
11 Conscientiousness adalah ciri individu yang tertib/teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu membuat subuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want). Transaksi pembayaran pun akan lebih terkontrol dengan baik.
HASIL Karakteristik Contoh dan Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81.82% pensiunan PNS dan 85.71% pensiunan non-PNS berjenis kelamin laki-laki. Rataan usia contoh pensiunan PNS 61.51 tahun, sedangkan usia non-PNS 60.31 tahun. Rataan lama pendidikan pensiunan PNS 13.52 tahun sedangkan pensiunan non-PNS 12.74 tahun. Berdasarkan lama pernikahan, rataan pensiunan PNS 33.96, tahun sedangkan nonPNS 32.75 tahun. Jumlah tanggungan anggota keluarga pada PNS dan non-PNS rata-rata sebanyak 3 orang.Rata-rata total pendapatan per kapita keluarga PNS (Rp1 856 521.43) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata total pendapatan per kapita keluarga non PNS (Rp1 577 296.03). Berdasarkan uji t-test, karakteristik yang terdapat perbedaan nyata antara PNS dan non-PNS adalah lama pendidikan (p<0.05). Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh dan keluarga No Karakteristikcontoh dan keluarga 1. 2. 3. 4. 5
Usia contoh (tahun) Lama pendidikan contoh (tahun) Lama pernikahan (tahun) Jumlah tanggungan keluarga (orang) Pendapatan per kapita (rupiah)
PNS Rataan±SD 61.51±4.641 13.52±2.286 33.96±8.583 2.92±1.061 1856521.43 ±926439.61
Non-PNS Total p-value Rataan±SD Rataan±SD 60.31±4.691 60.91±4.690 0.114 12.74±2.489 13.13±2.414 0.045* 32.75±6.773 33.36±7.730 0.334 3.22±1.304 3.07±1.194 0.121 1577296.03± 1716908.73 0.431 1132875.03 ±1040897.78
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05
Nilai Pada penelitian ini nilai diukur dengan LOV (List of Values) yang dikembangkan oleh Lynn R. Kahle pada tahun 1983. Nilai yang diteliti meliputi empat aspek nilai yaitu aspek harga diri, aspek pemenuhan diri, aspek rasa aman, dan aspek dihormati. Aspek harga diri menunjukkan individu menghargai dirinya sendiri dan menjunjung tinggi harga dirinya melebihi apapun. Aspek pemenuhan diri menunjukkan perilaku individu terhadap dirinya sendiri serta memperlakukan secara layak terhadap dirinya sendiri dan memiliki keyakinan bahwa memenuhi keinginan merupakan hal yang penting. Aspek rasa aman menunjukkan bahwa keamanan secara fisik dan keuangan merupakan hal yang penting. Aspek
12 dihormati menunjukkan individu merasa diperhatikan oleh lingkungan terdekatdan mencintai pekerjaannya. Pada Tabel 3, secara keseluruhan respoden memiliki skor yang tinggi untuk aspek nilai berkaitan dengan harga diri, pemenuhan diri,dan dihormati (rata-rata skor di atas 80%).Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menjunjung tinggi harga dirinya melebihi apapun. Mayoritas responden juga memperlakukan secara layak terhadap dirinya karena memiliki keyakinan bahwa memenuhi keinginan merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, mayoritas responden merasa diperhatikan oleh lingkungan terdekatnya. Mayoritas aspek rasa aman berada pada skor sedang (rata-rata di bawah 80%).Hal ini menunjukkan mayoritas responden menganggap bahwa keamanan fisik dan keuangan merupakan hal yang cukup penting. Skor nilai berkaitan dengan aspek harga diri berbeda antara kelompok PNS dan non-PNS. Kelompok PNS memiliki skor harga diri yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok non-PNS (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok PNS cenderung lebih mengutamakan harga dirinya dan menjunjung tinggi harga dirinya dibanding kelompok non-PNS. Sementara itu, skor nilai berkaitan dengan aspek pemenuhan diri, rasa aman, dan dihormati tidak berbeda antara kelompok PNS dan non-PNS (p>0.05). Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan nilai dan riwayat pekerjaan Nilai Aspek Harga Diri Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan ± SD p-value Aspek Pemenuhan Diri Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan ± SD p-value Aspek Rasa Aman Rendah (<60 %) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan ± SD p-value Aspek Dihormati Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan ± SD p-value
PNS n
%
Non-PNS n %
Total N
%
4 5.20 21 27.27 52 67.53 77 100 84.74±16.52
6 7.79 10 12.99 61 79.22 77 100 83.60±12.90 0.023*
10 6.49 31 20.13 113 73.38 154 100 84.17±14.78
3 3.90 19 24.68 55 71.42 77 100 88.96±15.96
2 2.60 27 35.06 48 62.34 77 100 86.85±14.17 0.912
5 3.25 46 29.87 103 66.88 154 100 87.91±15.08
15 19.48 29 37.66 33 42.86 77 100 76.30±21.61
21 27.27 26 33.77 30 38.96 77 100 72.24±22.45 0.452
36 23.38 55 35.71 63 40.91 154 100 74.27±22.05
2 2.60 10 12.98 65 84.42 77 100 93.67±14.14
2 2.60 18 23.38 57 74.03 77 100 90.10±13.80 0.231
4 2.60 28 18.18 122 79.22 154 100 91.88±14.04
13 Kepribadian Liberty dan Spiegler (1974) mengatakan bahwa kepribadian merupakan cara hidup atau gaya keseluruhan tingkah laku individu yang ditunjukkan dalam bentuk sikap, watak, nilai kepercayaan, motif, dan sebagainya. Umumnya definisi tersebut didasarkan oleh pandangan masing-masing ahli yang memberi rumusan. Menurut Ika (2011) kepribadian meliputi apa yang paling khas dan paling karakteristik dalam diri seseorang. Berdasarkan teori McCrae Costa dalam Feist (2008), digunakan lima indikator dalam membahas kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, openess of experience, dan conscientiousness Extraversion. Extraversion dicirikan dengan individu yang bersifat social artinya sangat menyukai berinteraksi dengan lingkungannya, periang serta akan mudah membangun hubungan sosial dengan orang lain. Orang yang memiliki kepribadian extraversion ini di dalam pencarian informasi didorong oleh motivasi dari lingkungan eksternalnya. Tabel 4 menunjukkan sebaran dimensi extraversion pada PNS dan non-PNS. Hanya 11.69 persen keluarga PNS dan 12.99 persen keluarga non-PNS yang berada pada kategori extraversion rendah. Artinya sebagian kecil pensiunan PNS dan non-PNS memiliki kecenderungan bersifat introvert. Mayoritas responden menyukai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan cenderung dalam pencarian informasi didorong oleh motivasi dari lingkungan eksternalnya. Berdasarkan uji t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian extraversion antara PNS dan non-PNS (p>0.05). Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian pekerjaan Skor Extraversion Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan ± SD p-value
PNS n
% 9 11.69 33 42.86 35 45.45 77 100 78.78±16.71
n
extraversion dan riwayat
Non-PNS % 10 12.99 42 54.55 25 32.47 77 100 75.32±13.73 0.074
Total N
% 19 12.34 75 48.70 60 38.96 154 100 77.05±15.34
Agreeableness. Skor tinggi pada agreeableness dicirikan dengan orang yang mudah simpatik sehingga memungkinkan transaksi keuangan banyak didasarkan rasa ingin menolong dan kebaikan hati. Pos pengeluaran yang tidak direncanakan sering muncul dan bukan karena prioritas anggaran yang telahdisusun tapi karena dorongan hati. Tabel 5 menunjukkan sebaran dimensi agreeableness pada PNS dan non-PNS. Hanya 5.19 persen PNS dan 10.39 persen non-PNS berada pada dimensi agreeableness kategori rendah. Artinya sebagian kecil pensiunan PNS dan non-PNS yang memiliki kecenderungan melakukan pos pengeluaran yang direncanakan sesuai anggaran yang dibuat. Berdasarkan uji t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian agreeableness antara PNS dan non-PNS (p>0.05).
14
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian agreeableness dan riwayat pekerjaan PNS
Skor Agreeableness
n
% 4 5.19 36 46.75 37 48.05 77 100 79.00±13.33
Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan±SD p-value
Non-PNS % 8 10.39 38 49.35 31 40.26 77 100 77.00±11.69 0.597
n
Total N
% 12 7.79 74 48.05 68 44.16 154 100 78.00±12.54
Neuroticism. Skor tinggi pada neuroticism dicirikan dengan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman, kurang bisa mengontrol emosi dan tidak tenang. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira, lebih tenang dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Tabel 6 menunjukkan rataan dimensi neuroticism pada PNS dan non-PNS. Hampir seluruh contoh berada pada kategori rendah baik PNS (96.10%) maupun non-PNS (98.70%). Pensiunan PNS maupun non-PNS cenderung lebih puas terhadap hidupnya serta memiliki emosi yang stabil. Berdasarkan uji t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian neuroticism antara PNS dan non-PNS (p>0.05). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat pekerjaan Skor Neuroticism Rendah (<60%) Sedang(60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan±SD p-value
PNS n
% 74 96.10 3 3.90 0 0 77 100 21.86±16.82
Non-PNS % 76 98.70 1 1.30 0 0 77 100 24.72±14.82 0.299
n
Total N
% 150 97.40 4 2.60 0 0 154 100 23.30±15.87
Openness of experience. Skor tinggi pada openness of experience dicirikan dengan individu yang menyukai hal baru dan mencari kesenangan. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang mudah bertoleransi sehingga memungkinkan seseorang menggunakan uangnya berdasarkan keinginan dan kesenangannya bukan kebutuhannya. Tabel 7 menunjukkan sebaran dimensi openess of experience pada PNS dan non-PNS. Hanya 20.78 persen pensiunan PNS dan 22.08 persen pensiunan non-PNS berada pada dimensi openess of experience kategori rendah artinya sebagian kecil contoh memiliki kepatuhan terhadap perencanaan anggaran pengeluaran. Berdasarkan uji t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian opennes of experience antara PNS dan non-PNS (p>0.05).
15 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan riwayat pekerjaan PNS
Skor Openess of experience
n 16 41 20 77
Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total rataan±SD p-value
Non-PNS n % 17 22.08 38 49.35 22 28.57 77 100 72.67±16.25 0.878
% 20.78 53.25 25.97 100 72.40±15.92
Total N % 33 21.43 79 51.30 42 27.27 154 100 72.53±16.03
Conscientiousness. Skor tinggi pada conscientiousness dicirikan dengan individu yang tertib/teratur, penuh pengendalian diri. Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want) pada saat kegiatan belanja dilakukan. Transaksi pembayaran pun akanlebih terkontrol dengan baik karena disesuaikan dengan anggaran belanja yang telah dibuat sebelumnya. Tabel 8 menunjukkan sebaran dimensi conscientiousness pada PNS dan non-PNS. Hanya 6.50 persen PNS dan 10.39 persen non-PNS berada pada kategori rendah. Artinya sebagian kecil contoh yang memiliki perilaku yang tidak cermat dalam penggunaan anggaran keuangannya. Berdasarkan uji t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian conscientiousness antara PNS dan non-PNS (p>0.05). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat pekerjaan Skor Conscientiousness Rendah (<60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%) Total Rataan±SD p-value
PNS n
% 5 6.50 28 36.36 44 57.14 77 100 81.70±16.06
n
Non-PNS % 8 10.39 33 42.86 36 46.75 77 100 79.97±14.37 0.618
Total N
% 13 8.44 61 39.61 80 51.95 154 100 80.84±15.21
Alokasi Pengeluaran Tabel 9 menunjukkan rataan alokasi pengeluaran keluarga antara pensiunan PNS dan non-PNS. Alokasi pengeluaran pangan meliputi makanan pokok, sumber protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Sedangkan alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan bakar dan lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak). Berdasarkan Tabel 9, rataan alokasi pengeluaran pangan antara pensiunan PNS dan pensiunan Non-PNS tidak berbeda jauh. Secara keseluruhan proporsi pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61 persen dan proporsi pengeluaran nonpangan sebesar 68.39 persen. Proporsi pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61 persen lebih kecil dibanding proporsi pengeluaran pangan nasional yaitu sebesar 50.66 persen sedangkan proporsi pengeluaran non-pangan sebesar 68.39 persen
16 lebih besar dibanding proporsi pengeluaran non-pangan nasional yaitu sebesar 49.34 persen (BPS 2013). Pengeluaran pangan contoh lebih kecil dibanding pengeluaran pangan nasional disebabkan oleh karakteristik contoh. Beradasarkan sebaran usia contoh, sebagian besar tergolong pada dewasa madya dan dewasa tua sehingga kebutuhan untuk pangan cenderung sedikit. Pensiunan PNS mengalokasikan pengeluaran pangan (28.71%) lebih kecil dibanding pensiunan non-PNS (34.50%). Hal ini diduga karena pendapatan pensiunan PNS lebih besar dibanding pendapatan pensiunan non-PNS. Kenaikan pendapatan akan mengurangi proporsi pengeluaran terhadap pangan. Proporsi pengeluaran pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk sumber protein hewani (10.49%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk buah-buahan (1.96%). Proporsi pengeluaran pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada pengeluaran sumber protein hewani (12.35%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil juga berada pada pengeluaran buah-buahan (2.17%). Pada proporsi pengeluaran sumber proetin PNS lebih kecil dibandingkan proporsi pengeluaran hewani nonPNS. Sedangkan pendapatan pensiunan PNS lebih besar dibanding pensiunan non-PNS. Pada proporsi pengeluaran kebutuhn pokok, proporsi pengeluaran pensiunan non-PNS lebih besar dibanding dengan proporsi pengeluaran pensiunan PNS. Hal ini diduga tingkt pendapatan pensiunan non-PNS lebih rendah dibanding pendapatan pensiunan PNS. Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk lainnya yang meliputi rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak (55.29%) sedangkan proporsi pengeluaran non pangan terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk alas kaki (0.51%). Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada pengeluaran lainnya (43.51%), sedangkan proporsi pengeluaran non pangan terkecil juga berada pada pengeluaran alas kaki (0.65%). Berdasarkan uji t-Test tidak terdapat perbedaan yang nyata antara alokasi pengeluaran pangan pensiunan PNS dan pensiunan non-PNS (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan nyata antara alokasi pengeluaran non pangan pensiunan PNS dan pensiunan non-PNS (p>0.05).
17 Tabel 9 Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan riwayat pekerjaan Alokasi Pengeluaran Per kapita keluarga
PNS(n=77) Rata-rata % (Rp/bulan)
Pangan Makanan pokok Sumberprotein hewani Kacang-kacangan Sayuran Buah-buahan Lainnya Rataan Total Pangan p-value Non-pangan Kesehatan/keindahan Pakaian Alas Kaki Bahan Bakar Lainnya Rataantotal nonpangan p-value Rataan total
Non-PNS(n=77) Rata-rata % (Rp/bulan)
81628.79 185474.89
5.47 10.49
56681.82 58435.06 35024.89 67172.08 484417.53
3.54 3.31 1.96 3.94 28.71
122497.84 14494.59 8856.28 134839.83 1094176.41
6.89 0.78 0.51 7.81 55.29
1374864.94
71.29
80738.96 159181.17
6.99 12.35
81183.87 172328.03
6.23 11.42
43477.27 4.01 50079.55 45468.61 3.89 51951.84 30140.69 2.17 32582.79 65500.00 5.11 66336.04 424506.71 34.50 454462.12 0.131
3.77 3.60 2.07 4.52 31.61
120000.43 15470.78 9160.39 177983.01 822994.63 1145609.24
9.05 1.11 0.65 11.19 43.51 65.50
0.267 100 1570115.95
1859282.47
Total (N=154) Rata-rata % (Rp/bulan)
121249.13 14982.68 9008.33 156411.42 958585.52 1260237.09
7.97 0.95 0.58 9.50 49.40 68.39
100 1714699.21
100
Hubungan Karakteristik dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Tabel 10 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan proporsi alokasi pengeluaran Variabel
1
Jumlah tanggungan keluarga
1
Lama pendidikan
.092
2
-.279 -.312
**
Lama pernikahan
-.325
**
Proporsi makanan pokok Proporsi protein hewani
Pendapatan per kapita
4
5
1 **
Usia
3
-.085 .294
1
**
-.034
-.096
.599
-.073
-.408**
-.155
-.153 **
1
**
.055
1
.312**
-.504**
.173*
.151
-.312**
.114
**
.130
*
.195
*
Proporsi kacang-kacangan
-.212
Proporsi sayuran
-.153
-.175*
.101
-.355**
.042
Proporsi buah – buahan
-.046
-.023
-.031
-.142
.037
-.161
Proporsi bumbu dapur
-.069
-.198
Proporsi kesehatan/keindahan
-.026
.002
*
-.389
**
-.172*
.023
-.312
.076
-.162*
.025
-.114
-.222**
*
Proporsi pakaian
.129
-.079
-.190
Proporsi alas kaki
.047
-.076
-.207**
-.130
-.208**
Proporsi bahan bakar
-.030
.092
.117
-.103
.101
Proporsi lainnya
.153
.208**
-.220**
.502**
-.105
18 Keterangan:
1 = Jumlah anggota keluarga 4 = pendapatan per kapita
2 = lama pendidikan 5 = lama pernikahan
3 = usia
Tabel 10 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson, jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan negatif sangat signifikan dengan usia (r=0.279, pvalue<0.01), yaitu semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin muda usia contoh. Jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan negatif dengan pendapatan per kapita (r=0.312, p-value<0.01), yaitu semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil pendapatan per kapita. Jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan negatif signifikan dengan lama pernikahan (r=0.325, p-value<0.01), yaitu semakin kecil jumlah tanggungan keluarga maka semakin lama usia pernikahan. Jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi kacang-kacangan (r=0.212, p-value<0.01). Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin sedikit pengeluaran untuk kacang - kacangan. Lama pendidikan memiliki hubungan positif signifikan dengan pendapatan per kapita (r=0.294, p-value<0.01), yaitu semakin lama pendidikan yang ditempuh maka semakin besar pendapatan per kapita. Lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi pengeluaran makanan pokok (r=0.408, pvalue<0.01), yaitu semakin lama pendidikan maka semakin sedikit pengeluaran untuk makanan pokok. Lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi kacang-kacangan (r=0.161, p-value<0.05), yaitu semakin lama pendidikan yang ditempuh maka semakin sedikit pengeluaran untuk kacangkacangan. Lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi sayuran (r=0.175, p-value<0.05), yaitu semakin lama pendidikan yang ditempuh maka semakin sedikit pengeluaran untuk sayuran. Lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi bumbu dapur (r=0.198, pvalue<0.05), yaitu semakin lama pendidikan yang ditempuh maka semakin sedikit pengeluaran untuk bumbu dapur. Lama pendidikan kaitannya dengan pendapatan, semakin lama pendidikan yang ditempuh maka individu cenderung mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatn lebih besar. Usia memiliki hubungan positif signifikan dengan lama pernikahan (=0.599, p-value<0.01), yaitu semakin lama usia contoh maka semakin lama usia pernikahan contoh. Usia memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi makanan pokok (=0.312 p-value<0.01), yaitu semakin lama usia contoh maka semakin banyak pengeluaran untuk pengeluaran makanan pokok. Usia juga memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi kacang-kacangan (=0.195, p-value<0.05), yaitu semakin lama usia contoh maka semakin besar pengeluaran untuk proporsi kacang-kacangan. Usia memiliki hubungan negatif dengan proporsi pakaian (=0.190, p-value<0.05), yaitu semakin lama usia contoh maka pengeluaran proporsi pakaian berkurang. Usia memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi alas kaki (=0.207, p-value<0.01), yaitu semakin lama usia contoh maka semakin sedikit proporsi alas kaki. Usia juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak), yaitu semakin lama usia contoh maka semakin sedikit proporsi lainnya. Pendapatan per kapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi makanan pokok (=0.504, p-value<0.01), yaitu semakin besar pendapatan
19 per kapita maka semakin sedkit proporsi pengeluaran makanan pokok. Pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan proporsi pengeluaran protein hewani (=0.207, p-value<0.01), yaitu semakin besar pendapatan maka semakin sedikit proporsi pengeluaran untuk protein hewani. Pendapatan per kapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi kacang-kacangan (=0.389, pvalue<0.01), yaitu semakin besar pendapatan per kapita maka semakin sedikit proporsi pengeluaran untuk kacang-kacangan. Pendapatan per kapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi sayuran (r=0.355,p-value<0.05), yaitu semakin besar pendapatan per kapita maka semakin sedikit pengeluaran untuk sayuran. Pendapata per kapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan propori bumbu dapur (r=0.312, p-value<0.01), yaitu semakin besar pendapatan per kapita maka semakin sedikit pengeluaran untuk bumbu dapur. Pendapatan per kapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi kesehatan (r=0.162,p-value<0.05), yaitu semakin besar pendapatan per kapita maka semakin sedikit pengeluaran untuk kesehatan. Pendapatan per kapita memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi lainnya (r=0.502,p-value<0.01), yaitu semakin besar pendapatan per kapita maka semakin besar proporsi pengeluaran lainnya. Lama pernikahan memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi makanan pokok (r=0.173,p-value<0.05), yaitu semakin lama usia pernikahan maka semakin besar pengeluaran untuk makanan pokok. Lama pernikahan juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi bumbu dapur (r=0.172,pvalue<0.05), yaitu semakin lama usia pernikahan maka semakin sedikit pengeluaran untuk bmbu dapur. Lama pernikhan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi pakaian (r=0.222,p-value<0.01), yaitu semakin lama usia pernikahan maka semakin sedikit pengeluaran untuk proporsi pakaian. Lama pernikahan juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi alas kaki (r=0.208, p-value<0.01), yaitu semakin lama usia pernikahan maka semakin sedikit pengeluaran untuk alas kaki. Hubungan Nilai Dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Tabel 11 menunjukkan hubungan nilai dengan proporsi pengeluaran pangan dan non-pangan. Berdasarkan uji korelasi pearson, pemenuhan diri memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi bahan bakar (r= 0.164, p-value<0.05), yaitu semakin tinggi skor pemenuhan diri maka semakin besar pengeluaran untuk bahan bakar. Segmen rasa aman yang berhubungan signifikan dengan proporsi pengeluaran protein hewani dan proporsi pengeluaran lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak). Rasa aman memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi pengeluaran protein hewani (r= 0.192, pvalue<0.05). Semakin tinggi skor rasa aman maka semakin sedikit pengeluaran untuk protein hewani. Rasa aman memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi lainnya (r=0.224, p-value<0.05). Semakin tinggi skor rasa aman maka pengeluaran untuk lainnya semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin merasa aman dalam keuangan maka pengeluaran untuk pangan semakin sedikit dan pengeluaran untuk non pangan semakin besar. Keamanan secara keuangan kaitannya dengan pendapatan keluarga. Sejalan dengan penelitian Munparidi (2010) yang menyatakan bahwa proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya
20 semakin besar besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakin berkurang. Sebaliknya proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga Tabel 11 Koefisien korelasi antara nilai (LOV) dengan persentase alokasi pengeluaran Variabel
1
Dimensi harga diri
1
Dimensi pemenuhan diri
.409**
2
3
1
.299
**
.335**
Dimensi dihormati
.395
**
**
Proporsi makanan pokok
.016
Proporsi protein
Dimensi rasa aman
4
1 .271**
1
-.095
-.141
-.043
.030
-.048
-.192*
.057
Proporsi kacang-kacangan
-.014
-.036
-.131
.008
Proporsi sayuran
.000
.003
-.108
-.015
Proporsi buah
-.076
.012
-.123
.137
Proporsi bumbu dapur
.008
.097
.022
.117
Proporsi kesehatan/ keindahan
.000
-.076
-.092
-.041
Proporsi pakaian
-.102
-.115
-.051
-.049
Proporsi alas kaki
-.066
-.021
-.078
-.090
*
-.135
.059
Proporsi bahan bakar Proporsi lainnya Keterangan:
.135 -.040
1 = dimensi harga diri 2 = dimensi pemenuhan diri
.599
.164 .013
.224
**
-.037
3= dimensi rasa aman 4 = dimensi dihormati
Tabel 12 menunjukkan hasil uji ANOVA dalam membandingkan proporsi pengeluaran pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap aspek nilai, serta membandingkan rataan pengeluaran pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap aspek nilai. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan nyata alokasi pengeluaran sayuran pada ketiga kelompok di aspek harga diri (α<0.05). Terdapat perbedaan rataan proporsi pengeluaran makanan pokok pada ketiga kelompok di aspek rasa aman (α<0.05). Pada dimensi dihormati terdapat perbedaan rataan proporsi pengeluaran makanan pokok pada ketiga kelompok (α<0.05).
21 Tabel 12 Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap aspek nilai Makanan pokok % Rupiah
Nilai
HargaDiri Rendah 5.88 Sedang 5.08 Tinggi 6.57 F 1.136 Sig. 0.324 PemenuhanDiri Rendah 8.37 Sedang 6.89 Tinggi 5.83 F 1.224 Sig. 0.297 RasaAman Rendah 8.14 Sedang 5.52 Tinggi 5.75 F 3.662 Sig. 0.028* Dihormati Rendah 2.63 Sedang 8.46 Tinggi 5.83 F 4.521 Sig. 0.012*
RataanPengeluaranPangan KacangSayuran kacangan % Rupiah % Rupiah
Protein Hewani % Rupiah
Buah-buahan %
Rupiah
Bumbu Dapur % Rupiah
52600 79000 84300 1.921 0.150
10.38 10.22 11.84 0.699 0.499
103300 198870 171150 1.904 0.152
5.03 3.15 3.82 1.040 0.356
44200 51700 50100 0.117 0.890
4.23 3.60 3.53 0.322 0.725
36200 70000 48400 3.068 0.049*
3.23 2.21 1.92 2.262 0.108
29800 44900 29400 2.578 0.079
4.43 3.88 4.70 0.683 0.506
44416 68024 57532 0.757 0.471
127000 83100 78100 2.391 0.095
14.21 11.09 11.43 0.407 0.666
225000 178000 167000 0.487 0.616
4.32 3.86 3.70 0.090 0.914
66200 51700 48600 0.449 0.639
3.14 3.79 3.53 0.234 0.792
46500 57200 49900 0.387 0.680
1.51 2.16 2.04 0.265 0.768
25000 35900 31500 0.393 0.676
3.58 4.18 4.72 0.563 0.571
55000 61800 68900 0.331 0.719
85000 77800 82000 0.237 0.790
12.31 12.31 10.12 1.667 0.192
169000 198000 151000 1.754 0.177
4.86 3.52 3.36 2.130 0.122
57400 48300 47400 0.694 0.501
4.13 3.56 3.31 1.094 0.337
53400 54900 48600 0.269 0.765
2.26 2.21 1.82 0.838 0.435
33500 25900 29100 0.589 0.556
4.72 4.10 4.77 0.616 0.541
61100 60400 74500 1.060 0.349
53208 95237 78875 1.897 0.154
7.61 11.17 11.60 0.589 0.556
136660 161800 175910 0.261 0.771
1.29 4.56 3.67 1.619 0.201
24333 54059 50010 0.847 0.431
0.77 4.92 3.38 6.742 0.002**
15000 66600 49800 2.613 0.077
1.13 1.73 2.17 1.058 0.350
20000 26100 34500 0.970 0.382
1.73 4.67 4.57 1.336 0.266
34400 57100 69500 1.134 0.324
Tabel 13 menunjukkan hasil uji ANOVA dalam membandingkan proporsi pengeluaran non pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap aspek nilai, serta membandingkan rataan pengeluaran non pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap aspek nilai. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan rataan pengeluaran non pangan pada ketiga kelompok di setiap aspek nilai (α>0.05). Tabel 13Rataan pengeluaran non pangan keluarga pada setiap aspek nilai AlokasiPengeluaranNonPangan Nilai
Kesehatan/ Keindahan % Rupiah
HargaDiri Rendah 9.94 Sedang 7.20 Tinggi 8.00 F 0.417 Sig. 0.659 PemenuhanDiri Rendah 5.68 Sedang 10.01 Tinggi 7.16 F 2.138 Sig. 0.121 RasaAman Rendah 8.71 Sedang 8.99 Tinggi 6.65 F 1.377 Sig. 0.256 Dihormati Rendah 5.45 Sedang 8.28 Tinggi 7.98 F 0.205 Sig. 0.815
Pakaian %
Rupiah
Alaskaki %
Rupiah
Bahanbakar %
Rupiah
lainnya %
Rupiah
127570 132130 117700 0.145 0.865
1.75 0.72 0.98 3.925 0.022
22458 13968 14599 0.776 0.462
0.73 0.52 0.58 0.323 0.724
7198 11098 10844 0.524 0.593
7.84 8.09 10.02 1.411 0.247
80628 158630 162500 0.666 0.515
46.52 55.27 48.04 1.507 0.225
553090 1177500 934400 2.306 0.103
84300 153000 109000 1.877 0.157
1.30 0.93 0.93 0.289 0.750
19900 14900 14800 0.159 0.853
0.54 0.47 0.6 0.752 0.473
8250 8019 9486 0.199 0.820
8.85 8.08 10.1 1.631 0.199
142000 136000 166000 0.311 0.733
48.45 48.48 49.85 0.069 0.933
713000 997000 953000 0.261 0.771
115000 145000 104000 1.409 0.248
0.96 1.02 0.86 0.335 0.716
13500 16400 14500 0.264 0.768
0.66 0.62 0.49 0.815 0.445
9734 10500 7329 0.875 0.419
11.34 8.78 9.05 1.935 0.148
197000 139000 149000 0.853 0.428
41.88 49.32 53.75 3.673 0.028
733000 917000 1120000 2.645 0.074
117410 117110 122320 0.018 0.982
0.77 1.01 0.93 0.118 0.888
14900 15200 14900 0.002 0.998
0.72 0.60 0.57 0.109 0.897
15216 10903 83698 0.855 0.427
6.83 9.79 9.15 0.360 0.698
154000 149000 158000 0.023 0.978
71.01 44.75 49.75 2.800 0.064
1402000 810590 978010 1.026 0.361
22 Hubungan antara Kepribadian dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non-Pangan Tabel 14 menunjukkan hubungan kepribadiandengan proporsi pengeluaran pangan dan non-pangan. Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada setiap dimensi kepribadian dengan komposisi pengeluaran. Tabel 14 Koefisien korelasi antara 5 dimensi kepribadian dengan proporsi alokasi pengeluaran Variabel Dimensi extraversion Dimensi agreeableness Dimensi neuroticism Dimensi openness Dimensi conscientiousness Proporsi makanan pokok Proporsi protein Proporsi kacang-kacangan Proporsi sayuran Proporsi buah Proporsi bumbu dapur Proporsi kesehatan/ keindahan Proporsi pakaian Proporsi alas kaki Proporsi bahan bakar Proporsi lainnya
1 1 .603** -.278** .546** .545** -.019 -.140 .004 .016 -.032 .077 -.071 .008 -.112 .056 .054
2
3
4
5
1 -.226** .482** .517** -.040 .014 -.102 .034 .103 .070 -.035 -.043 -.185 .099 -.012
1 -.229** -.270** .079 .073 -.143 -.150 -.004 .088 .093 .132 .062 -.060 -.040
1 .637** -.116 -.047 -.143 -.061 .064 -.021 -.028 .055 -.013 .053 .069
1 -.024 -.106 -.115 -.043 -.022 .084 -.119 -.005 -.088 .048 .090
Tabel 15 menunjukkan hasil uji ANOVA.dalam membandingkan rataan proporsi pengeluaran pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap dimensi kepribadian. Serta membandingkan rataan pengeluaran pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap dimensi kepribadian. Hasil uji ANOVA menunjukkanterdapat perbedaan pengeluaran protein hewani pada ketiga kelompok pada dimensi extraversion (α<0.05).
23
Tabel 15 Rataan pengeluaran pangan keluarga menurut dimensi kepribadian Kepribadian
Makanan Pokok % Rupiah
Protein Hewani % Rupiah
RataanPengeluaranPangan KacangSayuran kacangan % Rupiah % Rupiah
Buah-buahan %
Rupiah
Bumbu Dapur % Rupiah
Extraversion Rendah 5.07 Sedang 6.89 Tinggi 5.76 F 1.479 Sig. 0.231 Agreeableness Rendah 6.88 Sedang 6.52 Tinggi 5.79 F 0.488 Sig. 0.615 Neuroticism Rendah 6.20 Sedang 7.06 Tinggi 0 F 0.117 Sig. 0.733 Opennessofexperience Rendah 6.99 Sedang 6.40 Tinggi 5.30 F 1.173 Sig. 0.312 Conscientiousness Rendah 6.73 Sedang 6.26 Tinggi 6.12 F 0.089 Sig. 0.915
75800 84800 78300 0.405 0.668
14.18 11.01 11.05 1.549 0.216
278000 157000 158000 7.042 0.001**
3.22 3.66 4.08 0.453 0.636
53300 47500 52300 0.268 0.765
3.40 3.57 3.69 0.096 0.908
57000 51700 50600 0.124 0.883
2.25 1.86 2.27 0.843 0.433
45400 30300 31400 1.562 0.213
5.33 4.10 4.78 1.237 0.293
80500 57000 73500 1.993 0.140
103000 79100 79600 1.291 0.278
11.49 11.38 11.44 0.002 0.998
200000 160000 181000 0.719 0.489
3.32 4.45 3.10 2.538 0.082
54900 55300 43600 1.429 0.243
2.81 3.94 3.35 1.469 0.233
44000 56100 48800 0.579 0.562
2.14 1.72 1.99 0.885 0.415
33100 30200 35000 0.351 0.705
2.91 4.77 4.53 1.479 0.231
49900 69000 66400 0.550 0.578
82100 48600 0 1.760 0.187
11.42 11.14 0 0.006 0.941
173000 156000 0 0.061 0.805
3.82 1.80 0 1.182 0.279
50600 29600 0 0.946 0.332
3.64 2.20 0 1.162 0.283
52500 30600 0 0.793 0.375
2.09 1.31 0 0.614 0.435
32900 19600 0 0.593 0.442
4.45 7.09 0 2.266 0.134
66500 61500 0 0.029 0.866
93800 74800 83200 1.760 0.176
11.80 11.58 10.81 0.207 0.813
175000 166000 182000 0.199 0.820
4.70 3.74 3.10 1.776 0.173
62900 47300 45200 1.964 0.144
3.95 3.50 3.50 0.382 0.683
54800 49500 54300 0.200 0.819
2.18 1.86 2.35 0.950 0.389
33800 29300 37800 0.862 0.424
4.66 4.38 4.66 0.124 0.884
61400 63600 75300 0.706 0.495
88600 74700 84900 0.886 0.414
14.21 11.17 11.15 1.034 0.358
203000 150000 185000 1.497 0.227
5.35 3.75 3.52 1.384 0.254
61800 49300 48800 0.533 0.588
3.97 3.59 3.53 0.154 0.857
46200 49700 54600 0.279 0.757
1.88 2.30 1.90 0.799 0.452
26700 33200 33000 0.210 0.811
4.43 4.08 4.86 0.877 0.418
54800 53200 78200 3.596 0.030
Tabel 16 menunjukkan hasil uji ANOVA dalam membandingkan rataan proporsi pengeluaran non pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap dimensi kepribadian. Serta membandingkan rataan pengeluaran non pangan pada kelompok kategori rendah, sedang, dan tinggi di setiap dimensi kepribadian. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan pengeluaran proporsi alas kaki pada ketiga kelompok pada dimensi agreeableness (α<0.05).
24
Tabel 16 Rataan pengeluaran non pangan keluarga menurut dimensi kepribadian Kepribadian
Kesehatan % Rupiah
Alokasi Pengeluaran Non Pangan Pakaian Alas kaki Bahan bakar % Rupiah % Rupiah % Rupiah
%
Lainnya Rupiah
Extraversion Rendah 7.28 Sedang 8.86 Tinggi 7.07 F 0.864 Sig. 0.424 Agreeableness Rendah 7.73 Sedang 8.53 Tinggi 7.41 F 0.334 Sig. 0.717 Neuroticism Rendah 8.00 Sedang 6.84 Tinggi 0 F 0.077 Sig. 0.782 Openness of experience Rendah 7.01 Sedang 8.90 Tinggi 6.97 F 1.042 Sig. 0.355 Conscientiousness Rendah 8.49 Sedang 1.55 Tinggi 1.01 F 3.325 Sig. 0.039
125000 130000 109000 0.417 0.660
0.67 1.05 0.89 1.103 0.335
14000 15200 15000 0.028 0.972
0.57 0.67 0.46 1.506 0.225
11700 10200 6705 1.585 0.208
7.96 9.76 9.64 0.597 0.552
142000 148000 172000 0.249 0.780
50.03 48.54 50.26 0.117 0.889
1140000 869000 1010000 0.990 0.374
133000 125000 115000 0.146 0.864
0.88 1.08 0.80 1.337 0.266
17400 16600 12800 0.764 0.468
0.70 0.74 0.37 5.664 0.004*
14900 11100 5724 4.309 0.015
9.51 8.71 10.33 1.087 0.340
177000 134000 177000 0.761 0.469
51.58 47.98 50.05 0.332 0.725
1060000 869000 1040000 0.821 0.442
122000 93500 0 0.167 0.683
0.94 0.92 0 0.002 0.969
15100 10600 0 0.197 0.658
0.58 0.54 0 0.008 0.928
9033 8083 0 0.020 0.889
9.57 6.58 0 0.816 0.368
158000 84200 0 0.462 0.498
49.26 54.47 0 0.232 0.631
962000 822000 0 0.108 0.743
108000 129000 117000 0.324 0.724
0.84 1.01 0.90 0.343 0.710
12800 15800 15200 0.259 0.772
0.48 0.67 0.46 1.594 0.207
7803 10300 7600 0.715 0.491
10.00 9.00 10.00 0.452 0.637
154000 133000 202000 1.419 0.245
4.73 4.89 5.19 0.460 0.632
861000 919000 1110000 0.986 0.376
84900 155000 101000 3.325 0.039
0.86 1.02 0.89 0.318 0.728
13400 14200 15800 0.165 0.848
0.66 0.60 0.55 0.195 0.823
10200 7812 9732 0.409 0.665
9.99 9.39 9.49 0.046 0.955
139000 128000 181000 1.078 0.343
45.69 47.34 51.56 0.892 0.412
787000 835000 1080000 1.793 0.170
PEMBAHASAN Tahapan usia pensiun terjadi perubahan-perubahan secara psikologis pada individu. Beberapa masalah psikologis seperti kesepian. depresi. gangguan cemas. parafrenia. sindrom diagnose. dan sindrom hipokondriasis sering dialami oleh para lansia. Serta ada beberapa nilai yang dianut individu dalam menentukan perilaku juga berubah sesuai dengan tahapan usia pensiun. Nilai yang dianut saat ini juga menentukan dalam pengeluaran rumah tangga (McKennaet al. 2003).Adapun segmen nilai tersebut adalah harga diri. pemenuhan diri. rasa aman. dan dihormati. Pada segmen harga diri, contoh baik PNS maupun non-PNS berada pada kategori tinggi artinya contoh menjunjung tinggi harga dirinya walaupun kehilangan banyak uang. Pada segmen pemenuhan diri, lebih dari setengah contoh PNS dan non-PNS berada pada kategori tinggi artinya contoh memperlakukan secara layak terhadap dirinya sehingga contoh akan berusaha untuk memenuhi keinginannya. Pada segmen rasa aman, sebagian besar contoh PNS dan non-PNS berada pada kategori tinggi. Contoh merasa aman dalam masalah ekonominya yaitu kebutuhan fisik maupun keuangannya telah terpenuhi. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa manusia membutuhkan perlindungan fisik sehingga bisa aman dan nyaman. Pada segmen dihormati, sebagian besar contoh berada pada kategori tinggi artinya para contoh mencintai
25 pekerjaannya hingga usia pensiun dan merasa diperhatikan oleh lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwaaspek rasa aman yangberhubungan nyata dengan proporsi pengeluaran protein hewani dan proporsi lainnya. Aspek pemenuhan diri memiliki hubungan positif signifikan dengan proporsi bahan bakar. Aspek rasa aman memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi pengeluaran protein hewani, artinya semakin tinggi contoh memiliki rasa aman terhadap ekonominya maka kebutuhan protein hewani semakin rendah. Segmen rasa aman dengan proporsilainnya (rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak) memiliki hubungan positif signifikan artinya semakin tinggi nilai rasa aman yang dimiliki contoh maka semakin besar alokasi pengeluaran untuk rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak. Hal ini diduga bahwa jika contoh memiliki rasa aman yang tinggi terhadap ekonominya maka kebutuhan non pangan semakin tinggi sedangkan kebutuhan pangannya berkurang. Teori Engel menyatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurang. Hal ini sejalan dengan penelian Munparidi (2010) yang menyatakan bahwa proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga dan proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan nyata alokasi pengeluaran sayuran pada ketiga kelompok di aspek harga diri, terdapat perbedaan rataan proporsi pengeluaran makanan pokok pada ketiga kelompok di aspek rasa aman, dan terdapat perbedaan rataan proporsi pengeluaran makanan pokok pada dimensi dihormati. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan perencanaan keuangan. Ada lima dimensi kepribadian yang menjadi indikator dalam pembahasan penelitian ini. yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, openess of experience dan conscientiousness. Pada dimensi extraversion, proporsi terbesar contoh berada pada kategori tinggi (PNS) dan sedang (non-PNS) artinya contoh bersifat sosial yang tinggi dan suka berinteraksi dengan lingkungannya. Pada dimensi agreeableness, proporsi terbesar berada pada kategori tinggi (PNS) dan sedang (non-PNS) artinya contoh lebih sering melakukan pengeluaran keuangan berdasarkan dorongan hati/keinginan. Pada dimensi neuroticism, sebagian besar contoh baik PNS maupun non-PNS berada pada kategori rendah artinya contoh cenderung lebih puas terhadap hidupnya. Pada dimenssi openess of experience, sebagian besar contoh baik PNS maupun non-PNS berada pada kategori sedang artinya contoh mudah bertoleransi sehingga memungkinkan menggunakan uangnya untuk kesenangan bukan berdasarkan kebutuhan. Pada segmen conscientiousness, sebagian besar contoh baik PNS maupun non-PNS berada pada kategori tinggi artinya contoh memiliki perilaku yang cermat dan teliti dalam penggunaan anggarannya serta contoh umumnya melakukan pembelian barang berdasarkan anggaran belanja yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan nyata signifikan antara dimensi kepribadian dengan proporsi pengeluaran pangan dan non pangan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Duckworth & Weir
26 (2011) yang menyatakan bahwa dimensi kepribadian conscientiousness dan openess of experience berhubungan signifikan dengan pengeluaran ekonomi. Individu yang berada pada dimensi kepribadian conscientiousness cenderung sedikit mengeluarkan uangnya dibanding individu yang berada pada dimensi kepribadian openess of experience. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan pengeluaran proporsi alas kaki ketiga kelompok pada di dimensi agreeableness, terdapat perbedaan rataan pengeluaan protein hewani pada ketiga kelompok di dimensi extraversion. Kebutuhan manusia ada berbagai macam tetapi keluarga usia pensiun memiliki pendapatan yang terbatas. Akibatnya keluarga usia pensiun dihadapkan pada pilihan tertentu dimana harus dapat mengalokasikan pengeluarannya dengan baik agar semua kebutuhan terpenuhi dan memiliki kepuasan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara alokasi pengeluaran pangan dan non pangan pada kedua kelompok (PNS dan non-PNS). Mengacu pada data BPS 2013, proporsi pengeluaran pangan contoh lebih rendah dibandingkan dengan proporsi pengeluaran pangan secara nasional. Proporsi pengeluaran non pangan contoh lebih besar dibanding proporsi pengeluaran non pangan secara nasional. Proporsi pengeluaran pangan PNS lebih kecil dibandingkan proporsi pengeluaran nonPNS. Hal ini disebabkan pendapatan pensiunan PNS lebih besar dibanding pendapatan non-PNS. Tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi akan menurunkan proporsi pengeluaran pangan. Selain itu, sebaran usia contoh berada pada kategori dewasa madya dan dewasa tua sehingga kebutuhan untuk pangan akan berkurang. Proporsi pengluaran pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk sumber protein hewani sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk buah-buahan. Pada pensiunan non-PNS, proporsi pengeluaran pangan terbesar juga berada pada pengeluaran sumber protein hewani. Proporsi pengeluaran pangan terkecil berada pada pengeluaran buah-buahan. Proporsi pengeluaran kebutuhan pokok pensiunan non-PNS lebih besar dibanding pensiunan PNS disebabkan tingkat pendapatan non-PNS relatif lebih rendah. Hal ini sesuai dengan teori M. K Bennet yang menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada tingkatan pendapatan per kapita yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari hidrat arang, seperti padi-padian. Proporsi pengluaran non pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk lainnya yang meliputi rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak. Proporsi pengeluaran non pangan terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk alas kaki. Proporsi terkecil non pangan kedua berada pada pengeluaran pakaian. Pada pensiunan non-PNS. proporsi pengeluaran non pangan terbesar juga berada pada pengeluaran lainnya sedangkan proporsi pengeluaran non pangan terkecil juga berada pada pengeluaran alas kaki. Proporsi terkecil non pangan kedua berada pada pengeluaran pakaian untuk alas kaki dan pakaian berkurang dan dialokasikan pada kebutuhan lainnya seperti kebutuhan protein hewani. Berdasarkan wawancara lapang, contoh lebih sering untuk menggunakan pakaian lama daripada harus membeli pakaian baru.
27 Alokasi pengeluaran keluarga memiliki hubungan dengan karakteristik contoh. karakteristik keluarga, seperti jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan, lama pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik contoh dan keluarga memiliki hubungansignifikan dengan proporsi pengeluaran keluarga pensiunan PNS dan non-PNS. Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan sebuah keluarga. Pendapatan memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi makanan pokok, protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, dan bumbu dapur.hal inimenunjukkan bahwa semakin besar pendpatan maka kebutuhan proporsi pngan semakin sedikit. Pendapatan memiliki hubungan negatif signifikan dengan kesehatan, semakin besar pendapatan maka pengeluaran untuk kesehatan semakin berkurang. Pendapatan memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan proporsi pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan akan menaikkan kebutuhan lainnya ( non pangan). Meningkatnya pendapatan akan dialokasikan untuk proporsi pengeluaran non pangan karena kebutuhan pangan telah terpenuhi. Lama pendidikan memiliki hubungan positif signifikan dengan pendapatan. Individu yang menempuh pendidikan lebih lama dan tinggi cenderung mencari pekerjaan yang memberikan tingkat pendapatan lebih tinggi. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin menurun pendapatan keluarga. Lama pendidikan memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan proporsi makanan pokok, kacang-kacangan, sayuran, dan bumbu dapur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pendidikan seseorang maka kebutuhan pangan semakin sedikit. Variabel lama pendidikan juga memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan proporsi lainnya (rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak). Semakin lama pendidikan seseorang maka semakin besar kebutuhan rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak. Lama pendidikan kaitannya dengan pendapatan dimana individu dengan pendidikan tinggi akan mencari pekerjaan yang memberikan tingkat pendapatan lebih tinggi.Hal ini sesuai dengan penelitian Rambe et al. (2008) yang menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi alokasi pengeluaran. Usia memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan proporsi makanan pokok, kacang-kacangan.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua contoh kebutuhan untuk pangan semakin bertambah. Usia memiliki hubungan negatif dengan proporsi pakaian, alas kakai dan lainnya (rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua contoh maka semakin berkurang pengeluaran untuk non pangan. Menurut Sediaoetama (1985), kebutuhan sehari-hari dalam suatu rumah tangga tidak merata antar anggota rumah tangga. karena kebutuhan setiap anggota rumah tangga tergantung pada struktur umur mereka. Artinya, setiap anggota rumah tangga memerlukan porsi makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ditentukan berdasarkan umur dan keadaan fisik masing-masing.Pada keluarga usia pensiun dimana
28 merupakan usia yang sudah tidak produktif lagi sehingga mengalami penurunan pendapatan total keluarga. Keluarga yang relatif rendah pendapatannya biasanya akan menggunakan sebagian besar pendapatan untuk kebutuhan pangan. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa adanya keterbatasan sumberdaya membuat seseorang mengatur komposisi kebutuhannya, dalam arti mengurangi kebutuhan yang satu dan menambahnya dengan yang lain ( Becker 1981). Pada keluarga usia pensiun mengurangi kebutuhan non pangan dan menambahnya pada kebutuhan pangannya. Jumlah tanggungan keluarga juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan usia dan lama pernikahan. Semakin kecil jumlah tanggungan keluarga maka semakin tua usia contoh. Hal ini diduga pada keluarga usia pensiun akan mengalami tahapan emptyness. Jumlah tanggungan keluarga juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan proporsi kacang-kacangan. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin sedikit pengeluaran kacang-kacangan. .
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah contoh memiliki skor tinggi pada setiap aspek nilai. Artinya contoh memiliki nilai yang tinggi terhadap harga dirinya, pemenuhan kebutuhan dirinya, rasa keamanan, dan merasa dihormati lingkungan sekitarnya. Apek rasa aman yang memiliki hubungan negatif dengan proporsi protein dan memiliki hubungan positif dengan proporsi lainnya. Semakin tinggi skor rasa aman maka kebutuhan proporsi protein berkurang dan kebutuhan lainnya bertambah. Aspek pemenuhan diri memiliki hubungan positif dengan bahan bakar. Semakin tinggi pemenuhan kebutuhan contoh maka pengeluaran untuk bahan bakar semakin besar. Pada dimensi kepribadian tidak terdapat hubungan yang nyata dengan alokasi pangan dan non pangan. Variabel usia berhubungan positif dengan makanan pokok dan kacangkacangan. Variabel usia memiliki hubungan yang negatif dengan proporsi pakaian, alas kaki, dan lainnya. Variabel lama pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan proporsi makanan pokok, kacang-kacangan, sayuran, dan bumbu dapur.Lama pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan proporsi lainnya. Jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan negatif dengan proporsi kacang-kacangan. Pendapatan per kapita memiliki hubumgam negatif dengan proporsi makanan pokok, protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, bumbu dapur, kesehatan dan memiliki hubungan positif dengan proporsi lainnya.
Saran Pemerintah perlu memberikan program edukasi tentang pengelolaan keuangan keluarga perlu dilakukan pada keluarga usia pensiun. Program ini perlu dilakukan karena pada usia pensiun terjadi penurunan pendapatan sehingga keluarga harus dapat menyesuaikan pos-pos pengeluaran yang ada dengan
29 pendapatan sekarang. Semakin tinggi rasa aman yang dimiliki contoh maka proporsi protein hewani berkurang dan proporsi lainnya (rokok, transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak) meningkat.Perlu adanya jaminan sosial hari tua sebagai upaya yang baik untuk meminimalisir biaya proporsi non pangan. Perlunya mengembangkan lebih lanjut alat ukur terkain hubungan kepribadian dengan alokasi pengeluaran keluarga.
DAFTAR PUSTAKA Banerjee S. 2012. “Expenditure Pattern of Older Americans.” EBRI Issue Brief.no 368 ( Employee Benefit Research Institute.2012). Becker GS. 1976. The Economisc Approach To Human Behaviour. Chicago (US): University of Chicago press.hlm131-144 Becker GS. 1981. A treatise on the family. Cambridge (US): Harvard university press.hlm20-28 Borghans L. Duckworth AL. Heckman JJ. & Weel B. (2008). The economics and psychology of personality traits. Journal of Human Resources. 43. 972-1059. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Alokasi pengeluarankonsumsi 2013. [Internet]. [11 Februari 2014]. Diunduh dari http://www.bps.go.id. Brown S.Taylor K. 2011. Household Finances and The Big Five Personality Traits. IZA Discussions Paper. Duckworth AL. Weir D. 2011. “Personality and Response to Financial Crisis”. University of Michigan. Working Paper Duvall EM. 1971. Family Development. New York (US): J.B. Lippincott Company. Feist J & Feist GJ. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta(ID): Pustaka Pelajar. Foster EM. 1993. How should sociologist trat becker’s tratise on the family. Journal of Sociology Forum. 8(2). Ginting F. 2012. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Medan Belawa [skripsi]. Medan(ID). Universitas Sumatera Utara Ika A. 2011. Personalitytrait sebagai penentu perencanaan keuangan keluarga. Jurnal Pengembangan Humaniora. 11. 118-126. Indriani I dan Supramono. 2009. Pengaruh personalitytraits terhadap penyalahgunaan kartu kredit dengan impulsiveness sebagai variabel intervening: Studi pada Pegawai Akademik & Non Akademik YPTKSW. [Riset]. Salatiga (ID): Fakultas Ekonomi. UKSW. Liebert. Robert M.. Spiegler MD. (1974). Personality:Strategies for The Study of Man (Rev. ed.). Homewood. lllionis:The Dorsey Press McCrae RR. Costa PT. & Pressley M. 1997. Educational Psychology. New York (US): Longman. McKenna. Judy. Karen H. & Ray L. 2003. Linking psikological type to financial decision making. Journal of Financial Counseling and Planning. 14(1). Moehrl. T. 1990. “Expenditure Patterns of The Elderly: Workers and nonworkers. “ Monthly Labour Review.
30 Munparidi. 2010. Pengaruh Pendapatan Dan Ukuran Keluarga terhadap Pola Konsumsi: Studi di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah (II)3. Neugarten BL. 1964. Personality in Middle and Late Life. New York (US): Atherton. Pirog. Stephen. & James AR. 2007. Personality and credit misuse among college students: The mediating role of impulsiveness. Jurnal of Marketing Theory and Practice. 15. Rambe A. Hartoyo. & Emmy SK. 2008. Analisis alokasi pengeluaran dan tingkat kesejahteraan keluarga: Studi di Kecamatan Medan Kota. Sumatera Utara. 1(1) Rokeach. M. (1973). The Nature of Human Values. New York (US): Free Press. SaktiawanIR. 2008. Islamic Financial Planning Dialog Taktis Mensiasati Krisis.Bandung(ID):Karya Kita Sediaoetama AD. 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 110- 139 Senduk S. 2001. Mengelola Keuangan Keluarga. Seri Perencanaan Keuangan Keluarga. Jakarta (ID):PT. Elex Media Komputindo Sujanto A. Lubis H. Hadi T. 2006. Psikologi Kepribadian. Edisi 1 Cetakan 11. Jakarta (ID): Bumi Aksa Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor (ID): Ghalia Indonesia Tambunan R. 2006. Hubungan antara domain kepribadian five factor model dan nilai pada Mahasiswa Unika Atmajaya. [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Psikologi. Universitas Unika Atmajaya. Ware J. 2001. The psychology of money: An investment managers guide to beating the market. New York(US): John Wiley &Sons. Inc Yulianti T. 2011. Pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan. [Skripsi]. Bogor (ID): Program Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
31
LAMPIRAN Lampiran 1Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap aspek nilai AlokasiPengeluaranPerkapita Non-PNS Rataan RataanNon Pangan Pangan (Rp/bulan) (Rp/bulan)
PNS Nilai
Rataan Pangan (Rp/bulan)
HargaDiri Rendah 337450.00 Sedang 545440.50 Tinggi 471078.80 Rataan 451323.10 Total PemenuhanDiri Rendah 544500.00 Sedang 569530.70 Tinggi 451737.60 Rataan 521922.77 Total RasaAman Rendah 541350.00 Sedang 504602.30 Tinggi 440801.01 Rataan 495584.44 Total Dihormati Rendah 247416.67 Sedang 537841.67 Tinggi 483490.77 Rataan 422916.37 Total
RataanNon Pangan (Rp/bulan) 41.06 38.20 38.87
484400.00 882428.00 740746.60
58.94 61.80 61.13
702524.87 60.48 34.63 39.86
355861.00 1075234.00 681643.50
513204.96 913179.25 751731.57
39.52 65.37 60.14
1041533.30 862553.30 742751.00 882279.20
544250.00 435830.25 435245.83
48.67 64.41 63.04
423023.81 461891.67 428501.11
36.03 40.90 36.06
319750.00 452125.00 438069.59 403314.86
67.43 68.34 60.66
966500.00 629689.49 771628.88
33.54 38.16 40.47
838153.56 748565.06 630296.21
63.97 59.10 63.94
574625.00 699058.31 741061.45 671581.59
544375.00 502680.47 443491.71 496849.06
66.46 61.84 59.53
739004.94 35.75 39.27 37.15
314990.28 517032.75 457722.05 613047.19
789272.79
437805.53 80.80 61.59 60.57
605608.33 1054533.30 685144.58 781762.07
471775.36
726038.59 19.20 38.41 39.43
32.57 31.66 39.34
408506.95
704246.17 51.33 35.59 36.96
292530.56 488625.00 444365.30
Total(N=154) Rataan RataanNon Pangan Pangan (Rp/bulan) (Rp/bulan)
482186.90 483246.98 434651.06 466694.98
64.25 60.73 62.85
283583.33 494983.33 460780.18 413115.62
545004.16 968480.65 685144.58 712945.60 661180.50 852461.74 726636.19 746759.47 675679.26 830872.15 691013.89 732521.76 808079.15 780805.80 741906.22 776930.39
32 Lampiran 2Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap dimensi kepribadian PNS Rataan Rataan Non Pangan Pangan (Rp/bulan) (Rp/bulan)
Alokasi Pengeluaran Per kapita Non- PNS Rataan Rataan Non Pangan Pangan (Rp/bulan) (Rp/bulan)
Rataan Pangan (Rp/bulan)
Rataan Non Pangan (Rp/bulan)
Extraversion Rendah
784037.00
1071186.00
415200.00
933120.80
599618.50
1002153.40
Sedang
465865.70
791084.90
424816.70
654290.30
445341.20
722687.60
Tinggi 424864.30 Rataan 558255.67 Total Agreeableness Rendah 480500.00
664026.80
470136.70
766456.00
447500.50
715241.40
842099.23
436717.80
784622.37
497486.73
813360.80
698020.80
538041.70
1135844.00
509270.85
916932.40
Sedang
483258.30
788929.50
434353.50
653667.20
458805.90
721298.35
Tinggi Rataan Total Neuroticism Rendah
485968.90
751185.70
417353.20
711183.90
451661.05
731184.80
483242.40
746045.33
463249.47
833565.03
473245.93
789805.18
490954.70
761834.70
438619.10
728517.10
464786.90
745175.90
Sedang
323166.70
870550.00
412666.70
605500.00
367916.70
738025.00
0
0
0
0
0
Kepribadian
Total
Tinggi 0 Rataan 271373.80 Total Openess of experience Rendah 469302.10
544128.23
283761.93
444672.37
277567.87
494400.30
672515.60
493083.30
825337.20
81192.70
748926.40
Sedang
481784.10
829666.50
403332.90
577091.50
442558.50
70339.00
Tinggi 501908.30 Rataan 484331.50 Total Conscientiousness Rendah 472100.00
710541.90
456302.30
909663.30
479105.30
810102.60
737574.67
450906.17
770697.33
467618.83
754136.00
634686.70
486072.90
538175.00
479086.45
586430.85
Sedang
459242.90
780770.20
400066.20
716861.20
429654.55
748815.70
Tinggi Rataan Total
501837.50
771645.80
462693.10
778082.90
482265.30
774864.35
477726.80
729034.23
449610.73
677706.37
463668.77
703370.30
33 Lampiran 3Hasil uji korelasi antara nilai dengan persentase alokasi pangan dan non pangan Variabel Harga Diri
Harga Diri
Pemenuhan Diri
.409
**
Rasa Aman
.299
**
.335
**
Dihormati
.395
**
.599
**
Proporsi non pangan
Proporsi
Proporsi non
Pangan
pangan
1
Pemenuhan Diri
Proporsi pangan
Rasa Aman Dihormati
1 1 .271
**
1
.008
-.037
-.192
*
.055
-.008
.037
.192
*
-.055
1 -1.000
**
1
34 Lampiran 4Hasil uji korelasi kepribadian dengan persentase alokasi pangan dan non pangan Proporsi
Varabel
Proporsi
Extraversi Agreeable Neuroticis non
conscienti Openness
Pangan
on
ness
m
ousness
pangan Proporsi Pangan
1 **
1
-.054
.054
Agreeeableness
.004
-.004
.603
**
Neuroticism
.019
-.019
-.278
**
-.226
**
Openness
-.103
.103
.546
**
.482
**
-.229
**
Conscientiousness
-.075
.075
.545
**
.517
**
-.270
**
Proporsi non pangan
Extraversion
-1.000
1 1 1 1 .637
**
1
35 Lampiran 5Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut aspek nilai Nilai Harga Diri Rendah Sedang Tinggi F Sig. Pemenuhan Diri Rendah Sedang Tinggi F Sig. Rasa Aman Rendah Sedang Tinggi F Sig. Dihormati Rendah Sedang Tinggi F Sig.
PNS % pangan % non pangan
Non-PNS % pangan % non pangan
41.06 38.20 38.87 0.057 0.945
58.94 61.80 61.13 0.057 0.945
32.57 31.66 39.34 1.033 0.361
67.43 68.34 60.66 1.033 0.361
60.48 34.63 39.86 3.196 0.047
39.52 65.37 60.14 2.441 0.094
36.03 40.90 36.06 1.846 0.165
63.97 59.10 63.94 2.320 0.165
51.33 35.59 36.96 1.225 0.300
48.67 64.41 63.04 4.995 0.009
33.54 38.16 40.47 0.244 0.784
66.46 61.84 59.53 0.045 0.956
19.20 38.41 39.43 0.965 0.386
80.80 61.59 60.57 0.057 0.945
35.75 39.27 37.15 1.616 0.206
64.25 60.73 62.85 1.918 0.154
36 Lampiran 6Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut dimensi kepribadian PNS Kepribadian Extraversion Rendah Sedang Tinggi F Sig. Agreeableness Rendah Sedang Tinggi F Sig. Neuroticism Rendah Sedang Tinggi F Sig. Opennes of Experience Rendah Sedang Tinggi F Sig. Conscientiousness Rendah Sedang Tinggi F Sig.
% pangan
Non-PNS % non pangan
% pangan
% non pangan
42.26 37.06 39.02 0.057 0.945
57.74 62.94 60.98 0.057 0.945
30.79 39.37 38.02 0.926 0.401
69.21 60.63 61.98 0.926 0.401
40.77 37.99 39.28 3.196 0.047
59.23 62.01 60.71 3.196 0.047
32.14 39.92 36.98 0.275 0.760
67.86 60.08 63.02 0.275 0.760
39.19 27.07 0 1.234 0.297
60.81 72.93 0 1.234 0.297
37.58 40.53 0 1.311 0.276
62.42 59.47 0 1.311 0.276
41.10 36.74 41.40 1.646 0.200
58.90 63.26 58.6 0.057 0.945
37.40 41.14 33.41 2.632 0.079
62.6 58.86 66.59 0.926 0.401
42.66 37.04 39.41 0.207 0.813
57.34 62.96 60.59 0.207 0.813
47.46 35.82 37.29 1.225 0.300
52.54 64.18 62.71 1.225 0.300
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pamekasan pada tanggal 13 Desember 1991. Penulis adalah anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Andik Siswiyono dan Ibu Subaida. Riwayat pendidikan penulis antara lain TK Tunas Bhayangkari(1996-1997). SD Negeri Miji 1 (1997-2003). SMP Negeri 1 Mojokerto (2003-2006). Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Puri dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTMI) dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan. di antaranya staff english club HIMAIKO (2010-2012). anggota divisi sponshorsipIndonesian Ecology Expo 2011, bendahara umum Family and Consumer Day 2012, sekretaris II Masa Perkenalan Departemen (MPD) 2011. Penulis aktif di komunitas Bicara Desa (2013). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sosiologi Umum (2011-2012). Prestasi lainnya yaitu penulis pernah juara II olahraga tenis meja ESPENT (2012). penghargaan sebagai kelompok tiga besar terbaik dalam kompetisi video Gender dan Keluarga (2011).