NILAI EKONOMI KEGIATAN REHABILITASI DALAM MENGHASILKAN AIR DAN MENYERAP KARBON Di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor
ERDA SUCIYANI RUSED
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
NILAI EKONOMI KEGIATAN REHABILITASI DALAM MENGHASILKAN AIR DAN MENYERAP KARBON Di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
ERDA SUCIYANI RUSED
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Nilai Ekonomi Kegiatan Rehabilitasi Dalam Menghasilkan Air dan Menyerap Karbon di Blok S Cipendawa Mega Mendung, Bogor. Oleh: Erda Suciyani Rused Dibimbing oleh: Hendrayanto dan Bramasto Nugroho. PENDAHULUAN: Tingginya laju deforestasi yang terjadi di Indonesia akibat degradasi hutan dan lahan menyebabkan semakin meningkatnya luas lahan kritis. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sehingga diharapkan dapat mengembalikan fungsi lahan. Hasil kegiatan RHL di Blok S Cipendawa telah menghasilkan manfaat berupa manfaat nyata dan manfaat tidak nyata. Manfaat langsung dari kegiatan RHL ini yang tidak disadari oleh masyarakat adalah nilai jasa lingkungan, yaitu kemampuan pohon untuk menyerap karbondioksida dan meningkatkan hasil air. Untuk dapat mengetahui manfaat yang dihasilkan dari kegiatan RHL secara komprehensif, perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat nyata maupun manfaat tidak nyata yang dihasilkan dari kegiatan tersebut khususnya terhadap kemampuan menghasilkan air dan menyerap karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomi areal kegiatan rehabilitasi lahan dalam menghasilkan air dan menyerap karbon (di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor). METODE PENELITIAN: Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni – Juli 2008 di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa, Megamendung, Kabupaten Bogor, dengan luas sekitar 4,2 ha. Obyek dalam penelitian ini adalah lahan rehabilitasi yang didalamnya terdapat mata air dan tegakan, yaitu pohon dengan diameter > 5 cm. Sedangkan subyek penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal disekitar lahan rehabilitasi, yaitu masyarakat Kampung Bengkok. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pita ukur, haga, tally sheet, alat tulis, tongkat ukur, stopwatch, ember, kuesioner, GPS, Software Microsoft Office 2007, Arc View 3.3 + extentions, data monografi desa, dan kamera. Data yang dikumpulkan meliputi jenis, jumlah, tinggi, dan diameter setinggi dada pohon, berat jenis kayu, debit mata air, harga kayu berbagai jenis, harga air/tarif PDAM kabupaten bogor, kebutuhan air, biaya pengadaan air, penilaian masyarakat terhadap air. HASIL DAN KESIMPULAN: Nilai ekonomi total jasa lingkungan yang dihasilkan dari lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa sebesar Rp 49.121.460 /tahun. Nilai tersebut terdiri dari nilai ekonomi penyerapan karbondioksida sebesar Rp 16.270.266 /tahun, nilai ekonomi air sebesar Rp 24.483.600 /tahun, dan nilai ekonomi pencegahan erosi sebesar Rp 9.092.670 /tahun. Jika pemilik lahan ingin mengambil manfaaat langsung berupa hasil kayu, maka nilai ekonomi total untuk lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa menjadi Rp58.332.652 /tahun.
Kata Kunci: Megamendung, rehabilitasi, nilai ekonomi
Economic Value of Rehabilitation Activities in Producing Water and Sequestering Carbon in Block S, Cipendawa, Megamendung, Bogor. by: ERDA SUCIYANI RUSED, under academic supervision of HENDRAYANTO and BRAMASTO NUGROHO. INTRODUCTION. High rate of deforestation which occurs in Indonesia, accompanied by land degradation, causes the progressive increase of critical land area size. One effort to overcome this problem is by conducting forest and land rehabilitation (RHL), so that land function can be hopefully restored. Results of RHL activities in Block S, Cipendawa have produced benefits in the form of tangible and intangible benefits. Direct benefits from this RHL activity which were not realized by the people, were the values of environmental services, namely the ability of trees to absorb carbon dioxide and increase the water yield. For obtaining comprehensive information on the benefits of RHL activities, there is a need for evaluation of tangible and intangible benefits produced from such activities, particularly those related with the ability of trees to produce water and absorb carbon. The objective of this research was determining the economic value of area of land rehabilitation activities, in producing water and absorbing carbon (in block S, Cipendawa, Megamendung, Bogor). MATERIALS DAN METHOD. This research was conducted in the period between June – July 2008 in rehabilitation land of Block S, Cipendawa, Megamendung, District of Bogor, with area size of approximately 4.2 ha. Object in this research was rehabilitation land which contained water spring and stand of trees with diameter of > 5 cm. On the other hand, subject in this research were people living around the rehabilitation area, namely the community of Kampung Bengkok (Hamlet of Bengkok). Equipments used in this research comprised measurement tape, haga, tally sheet, writing materials, measurement stick, stopwatch, pail, questionnaire, GPS, software Microsoft Office 2007, software Arcview 3.3 + extensions, Software Minitab 14, data of village monography, and camera. The collected data comprised species, numbers , height, diameter at breast height, and specific gravity of trees; yield of water, price of various kinds of wood, price of water (tariff imposed by water company of Bogor district), base tariff of electricity from State Electric Power Company, the quantitative need for water, cost for water procurement, and evaluation of water by the people. RESULTS AND CONCLUSIONS. Total economic value of environmental services produced by rehabilitation land of Block S, Cipendawa was as much as Rp 49.121.460 /year. Such values consisted of economic value of carbon dioxide absorption as much as Rp 16.270.266 /year, economic value of water as much as Rp 24.483.600 /year, and economic value to avoid an erotion as much as Rp 9.092.670 /year. If the land owner wanted to obtain direct benefit in the form of wood products, the total economic value for rehabilitation land of block S, Cipendawa would be Rp 58.332.652 /year. Key words: Megamendung, rehabilitation, economic value.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi Kegiatan Rehabilitasi Dalam Menghasilkan Air dan Menyerap Karbon di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2009
Erda Suciyani Rused NRP E14204077
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Nilai
Ekonomi
Kegiatan
Rehabilitasi
Dalam
Menghasilkan Air dan Menyerap Karbon di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor Nama
: Erda Suciyani Rused
NIM
: E14204077
Menyetujui:
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Dr. Ir. Hendrayanto. M.Agr
Dr.Ir. Bramasto Nugroho, MS
NIP 131 578 788
NIP 131 671 598
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 Juni 1986 dari pasangan Eddy dan Erlin Rusmini. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Setelah lulus dari SMU Negeri 2 Tangerang tahun 2004, Penulis melanjutkan studi di Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun yang sama. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Bendahara Divisi Primata UKM UKF IPB tahun 20042005, Anggota DKM ‘Ibaadurrahman Fahutan IPB tahun 2004-2005, Bendahara Internal UKM UKF IPB tahun 2005-2006, Pengurus Himpro Tree Grower Community (TGC) Divisi Kebakaran Hutan tahun 2006-2007. Penulis juga pernah mengikuti magang di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) pada tahun 20052006. Selama mengikuti kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Baturaden, Cilacap, dan Getas, Jawa Tengah. Selain itu Penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Aneka Tambang (PT ANTAM) Cikotok, Banten dengan aspek kajian evaluasi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai Ekonomi Kegiatan Rehabilitasi dalam Menghasilkan Air dan Menyerap Karbon di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor dibimbing oleh Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr dan Dr.Ir. Bramasto Nugroho, MS.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohim, Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada sang pemimpin para nabi dan rasul, yakni Muhammad SAW, kepada seluruh keluarga serta para sahabat beliau, juga orang yang mengikuti kebaikan mereka hingga hari pembalasan. Judul penelitian ini adalah “ Nilai Ekonomi Kegiatan Rehabilitasi dalam Menyerap Karbon dan Menghasilkan Air di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomi dari areal hasil kegiatan rehabilitasi lahan yang meliputi nilai serapan karbon dan nilai air. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada stakeholders tentang nilai hutan yang sesungguhnya dan dapat memberikan masukan dalam menentukan kebijakan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengelolaan hutan secara lestari. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr.Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku Dosen Pembimbing I dan Dr.Ir.Bramasto Nugroho, MS selaku Dosen Pembimbing II. 2. Kedua orang tua dan keluarga atas segala doa dan dukungannya. 3. Bapak Bambang Istiawan, Ibu Rosita, dr. Untung, Mas Ade dan rekanrekan lainnya dari Kelompok Tani Megamendung selaku pelaksana kegiatan
rehabilitasi
lahan
atas
bantuan
yang
diberikan
dan
kebersamaannya. 4. Ibu Atikah dan rekan-rekan dari Laboratorium Pengaruh Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas bantuan serta doanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Bogor, April 2009 Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ....................................................................
1
1.1
Latar Belakang .................................................................
1
1.2
Tujuan Penelitian .............................................................
3
1.3
Manfaat Penelitian ...........................................................
3
1.4
Hipotesis ..........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
4
2.1.
Rehabiltasi Hutan dan Lahan............................................
4
2.2.
Hidrologi .........................................................................
5
2.3.
Hutan Sebagai Pengatur Tata Air .....................................
7
2.4.
Neraca Air Kawasan Hutan .............................................
8
2.5.
Erosi ................................................................................
9
2.6.
Biomassa .........................................................................
10
2.7.
Karbon ............................................................................
13
2.8.
Protokol Kyoto ................................................................
14
2.9.
Konsep Nilai Ekonomi Total ............................................
17
2.10. Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Hutan ................
18
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
22
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................
22
3.2. Bahan dan Alat ................................................................
22
3.3. Jenis Data Yang Dikumpulkan dan Sumber Data .............
22
3.4.
Penentuan Responden .....................................................
23
3.5. Penilaian Ekonomi Manfaat Rehabilitasi ..........................
23
3.5.1 Penilaian Ekonomi Penyerapan Karbondioksida .........
24
3.5.2 Penilaian Ekonomi Air ................................................
26
iii
3.5.3 Penilaian Ekonomi Pencegahan Erosi .........................
27
3.4.4 Penilaian Ekonomi Kayu.............................................
29
BAB IV KONDISI UMUM ....................................................................
30
4.1. Kondisi Geografis ............................................................
30
4.2. Letak................................................................................
30
4.3. Topografi dan Tanah ........................................................
31
4.4.
Iklim ...............................................................................
31
4.5. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi ...............................
31
4.6. Sejarah Kelompok Tani Megamendung............................
32
4.7. Tata Ruang di Lokasi Percobaan ......................................
32
4.7.1 Area Konservasi..........................................................
33
4.7.2 Area Utility .................................................................
33
4.7.3 Area Ekonomi .............................................................
33
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
34
5.1. Karakteristik Masyarakat Pengguna Air ..........................
34
5.1.1 Komposisi Umur dan Tingkat Pendidikan ...................
34
5.1.2 Mata Pencaharian........................................................
35
5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga dan Pendapatan..................
35
5.2. Penggunaan Air ...............................................................
37
5.3. Nilai Air...........................................................................
37
5.3.1 Nilai Air Berdasarkan Biaya Pengadaan ......................
37
5.3.2 Nilai Air Berdasarkan Harga Pasar..............................
40
5.4. Nilai Ekonomi Penyerapan Karbondioksida .....................
43
5.4.1 Kandungan Karbondioksida (CO2) Tegakan................
43
5.4.2 Nilai Ekonomi ............................................................
44
5.5. Nilai Ekonomi Pencegahan Erosi .....................................
45
5.5.1 Laju Erosi Lahan Rehabilitasi .....................................
45
5.5.2 Nilai Ekonomi Pencegahan Erosi ................................
48
5.6. Nilai Ekonomi Kayu ........................................................
49
5.7. Nilai Ekonomi Total ........................................................
51
BAB V
iv
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
56
6.1.
Kesimpulan ......................................................................
56
6.2.
Saran................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
58
LAMPIRAN
61
....................................................................................
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai dari komponen neraca air..................................................
9
Tabel 2. Estimasi biomassa pohon menggunakan persamaan alometrik...
25
Tabel 3. Statistik karakteristik sosial ekonomi responden ........................
36
Tabel 4. Biaya pengadaan masing-masing komponen .............................
38
Tabel 5. Nilai air berdasarkan biaya pengadaan responden ke-i ...............
39
Tabel 6. Nilai jual air berdasarkan harga pasar (tarif PDAM) responden ke-i ...........................................................................................
41
Tabel 7. Rekap nilai air ...........................................................................
42
Tabel 8. Jumlah jenis dan jumlah tiap jenis pohon dengan diameter >5 cm
43
Tabel 9. Serapan karbondioksida dalam tegakan .....................................
44
Tabel 10. Variasi harga karbon.................................................................
44
Tabel 11. Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida di Blok S Cipendawa
45
Tabel 12. Nilai faktor erosivitas (R) tahun 2002 dan 2007 ........................
46
Tabel 13. Nilai LS pada lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa ...................
46
Tabel 14. Nilai C dan P pada tipe penggunaan lahan di Blok S Cipendawa
47
Tabel 15. Rekap nilai faktor-faktor yang mempengaruhi erosi ..................
47
Tabel 16. Laju erosi di Blok S Cipendawa ................................................
48
Tabel 17. Kandungan unsur hara yang dapat ditahan pada lahan rehabilitasi
49
Tabel 18. Nilai ekonomi pencegahan erosi ................................................
49
Tabel 19. Nilai ekonomi areal rehabilitasi di Blok S Cipendawa ...............
51
Tabel 20. Rekap nilai ekonomi total areal rehabilitasi Blok S Cipendawa .
54
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Siklus hidrologi ......................................................................
7
Gambar 2. Tahapan pemilihan metode penilaian nilai guna langsung .......
19
Gambar 3. Tahapan pemilihan metode penilaian nilai guna tidak langsung, nilai pilihan, dan nilai keberadaan ...........................................
20
Gambar 4. Pengukuran debit air ...............................................................
26
Gambar 5. Kondisi awal lahan .................................................................
31
Gambar 6. Kondisi areal rehabilitasi saat ini.............................................
33
Gambar 7. Umur responden .....................................................................
34
Gambar 8. Tingkat pendidikan responden ................................................
35
Gambar 9. Mata pencaharian responden ...................................................
35
Gambar 10.Jumlah anggota keluarga responden ........................................
36
Gambar 11.Besar pendapatan responden ...................................................
36
Gambar 12.Distribusi pengguna air berdasarkan sumber ...........................
37
Gambar 13.Penyaluran air dari mata air ke rumah dengan paralon ............
38
Gambar 14.Pohon Afrika usia 5 tahun .......................................................
50
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Nilai air menurut biaya pengadaan .....................................
62
Lampiran 2.
Pengukuran debit mata air ..................................................
64
Lampiran 3.
Tarif air minum PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor .......
65
Lampiran 4.
Biaya beban tetap PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor ....
66
Lampiran 5.
Berat jenis kayu..................................................................
67
Lampiran 6.
Data Curah Hujan Bulanan tahun 1998 - 2007 ....................
68
Lampiran 7.
Prakiraan besarnya nilai K dan nilai LS (Asdak 1995)……
69
Lampiran 8.
Nilai faktor C untuk pengelolaan tanaman (Arsyad 2006)...
70
Lampiran 9.
Nilai Faktor P pada berbagai aktivitas konservasi tanah di Jawa, Abdurrahman (1984) dalam Asdak (1995) ............
71
Lampiran 10. Daftar harga kayu ...............................................................
72
Lampiran 11. Nilai ekonomi kayu ............................................................
73
Lampiran 12. Hasil Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah Lahan Rehabilitasi Blok S Cipendawa ..........................................
73
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Indonesia yang terletak di wilayah tropika memiliki hutan hujan tropis yang kaya akan sumberdaya alamnya. Selain tercatat sebagai negara yang memiliki areal hutan terluas ketiga di dunia (setelah Brasil dan Kongo), Indonesia kini juga tercatat sebagai negara dengan laju deforestasi tertinggi di dunia. Sampai dengan tahun 2004 lahan kritis di kawasan hutan mencapai 59,17 juta hektar dan lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 41,47 juta hektar. Sebagian besar dari lahan yang rusak tersebut tersebar di 282 Daerah Aliran Sungai (DAS) (Syumanda 2007). Faktor yang menyebabkan meningkatnya luas lahan kritis adalah degradasi hutan dan lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencurian kayu, perambahan hutan, kebakaran hutan, eksploitasi hutan berlebihan, dan adanya pengelolaan lahan yang tidak disertai dengan tindakan konservasi tanah dan air (Nurfatriani 2005). Faktor lain yang mendukung meningkatnya luas lahan kritis adalah kondisi alam geomorfologi (geologi, tanah, dan topografi) yang rentan terhadap banjir, tanah longsor, dan kekeringan, serta keadaan iklim yang potensial merusak lahan/tanah (Nurfatriani 2005). Pertumbuhan populasi manusia dan bentuk kegiatannya mengakibatkan perubahan dalam penggunaan lahan dan selanjutnya akan menyebabkan perubahan dalam kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan ini sering merupakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam sudah melampaui daya dukung lingkungan. Dampak yang sering terlihat adalah bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi serta terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Perubahan penggunaan lahan ini dalam jangka pendek terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan manfaat langsung yang diperoleh tetapi di sisi lain, kerusakan lingkungan dan manfaat dari perlindungan lingkungan dari kawasan lindung/berhutan yang tidak dihitung manfaat ekonominya dalam pengambilan kebijakan untuk merubah penggunaan lahan (Crook dan Clapp 1988 diacu dalam Syumanda 2007).
2
Salah satu upaya untuk mengatasi lahan kritis dan degradasi lingkungan adalah dengan melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang ditujukan untuk mengembalikan/memulihkan fungsi lahan. Kegiatan RHL baik secara vegetatif, teknis sipil, atau gabungan keduanya diharapkan akan meningkatkan fungsi lahan baik fungsi produksi, ekologi, dan sosial. Kegiatan RHL menghasilkan nilai penggunaan (use value) maupun manfaat berupa nilai non penggunaan (non use value). Kegiatan RHL di Blok S Cipendawa Megamendung telah dimulai sejak awal tahun 2002. Lahan di Blok S Cipendawa pada awalnya merupakan lahan kritis, kemudian ditanami dengan beberapa jenis pohon kehutanan dan tanaman pertanian. Setelah tahun kedua, tepatnya pada bulan November 2003 mulai muncul beberapa mata air di lahan ini. Hingga saat ini kegiatan RHL di Blok S Cipendawa Megamendung telah menunjukkan keberhasilan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan pohon yang cukup baik serta sudah terlihat kedatangan beberapa jenis satwa di areal rehabilitasi. Kegiatan RHL ini telah menghasilkan berbagai manfaat, baik manfaat nyata (tangible benefit) maupun manfaat tidak nyata (intangible benefit). Manfaatmanfaat tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh masyarakat luas. Manfaat langsung dari kegiatan RHL ini yang tidak disadari oleh masyarakat adalah nilai jasa lingkungan, yaitu kemampuan pohon untuk menyerap karbondioksida dan meningkatkan hasil air. Fungsi hutan adalah sebagai penyimpan sumber daya genetis, fungsi hidrologis yang berpengaruh terhadap daur air, yaitu terhadap hujan, peresapan, dan aliran sungai, dan menjaga keseimbangan proses fotosintetis yang menghasilkan oksigen untuk kelangsungan hidup manusia (Soemarwoto 1983 diacu dalam Syumanda 2007). Oksigen yang dihasilkan berasal dari karbondioksida yang diserap oleh pohon kemudian diolah melalui proses fotosintesis. Manfaat tangible dari sumberdaya hutan, yakni manfaat berupa hasil kayu dan non kayu dapat secara langsung dinilai oleh sistem pasar. Sedangkan manfaat intangible seperti manfaat rekreasi, jasa lingkungan, kesuburan tanah, pencegahan erosi, dan lain-lain, sampai saat ini masih sulit dinilai, dan belum memiliki pasar. Pemahaman dan pengetahuan yang masih rendah terhadap manfaat intangible
3
hutan khususnya dalam jasa lingkungan serta belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, telah mengakibatkan kurangnya pemahaman akan pentingnya fungsi hutan bagi kesejahteraan manusia. Untuk itu perlu dilakukan penilaian ekonomi terhadap hasil kegiatan RHL di Blok S Cipendawa Megamendung, khususnya terhadap kemampuan menghasilkan air dan menyerap karbon sebagai alat untuk menunjukkan secara objektif dan kuantitatif bahwa kegiatan RHL akan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi baik untuk nilai guna langsung maupun tidak langsung dan dapat menunjukkan besarnya manfaat langsung yang saat ini diterima masyarakat.
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomi areal kegiatan rehabilitasi lahan dalam menghasilkan air dan menyerap karbon (di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor).
1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengelola tentang nilai ekonomi hasil kegiatan rehabilitasi yang sesungguhnya dan dapat memberikan masukan dalam membuat keputusan pengelolaan dan menentukan kebijakan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengelolaan hutan secara lestari. Selain itu diharapkan dapat mendorong peran aktif masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan agar fungsi lahan dapat optimal.
1.4 Hipotesis Hipotesis yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah ”kegiatan rehabilitasi lahan meningkatkan nilai ekonomi dari manfaat langsung maupun tidak langsung“.
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa, Megamendung, Kabupaten Bogor, dengan luas sekitar 4,2 ha. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2008.
3.2 Bahan dan Alat Obyek dalam penelitian ini adalah lahan rehabilitasi yang didalamnya terdapat mata air dan tegakan, yaitu pohon dengan diameter > 5 cm. Sedangkan subyek penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal disekitar lahan rehabilitasi yang berbatasan langsung dan memanfaatkan sumberdaya air dari mata air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian, yaitu masyarakat Kampung Bengkok. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1.
pita ukur
8.
kuesioner
2.
alat ukur tinggi pohon (haga)
9.
GPS
3.
tally sheet
10. Software Microsoft Office 2007
4.
alat tulis
11. Arc View 3.3 + extentions
5.
tongkat ukur
12. data monografi desa
6.
stopwatch
13. kamera
7.
ember
3.3 Jenis Data Yang Dikumpulkan dan Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi data: a. Jenis, jumlah, tinggi, dan diameter setinggi dada pohon, b. Berat jenis kayu, c. Debit mata air, d. Curah hujan, e. Harga kayu berbagai jenis, f. Harga air/tarif PDAM Kabupaten Bogor, g. Kebutuhan air, biaya pengadaan air.
23
Jenis, jumlah, tinggi dan diameter setinggi dada pohon, serta debit mata air diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan. Untuk mengetahui berat kering biomassa tegakan dilakukan pengukuran jenis, jumlah, tinggi dan diameter setinggi dada pohon secara sensus dengan pohon yang memiliki diameter > 5 cm. Sedangkan harga kayu berbagai jenis dan harga air/tarif PDAM, diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada pihak dan instansi yang terkait, yaitu PD. Kayu Raja Mandiri dan PDAM Kabupaten Bogor. Data kebutuhan air dan biaya pengadaan air diperoleh melalui wawancara. Data sekunder berupa data berat jenis kayu, data curah hujan, keadaan umum lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa dan kampung Bengkok merupakan data-data penunjang dalam penelitian yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber, seperti buku, skripsi, internet dan laporan-laporan dari instansi pemerintah daerah yang terkait (Desa, Kecamatan, PDAM, dan lainnya).
3.4 Penentuan Responden Responden untuk menentukan nilai ekonomi air berdasarkan biaya pengadaan, adalah masyarakat yang berasal dari kampung yang paling dekat dan dialiri sungai yang berasal dari areal rehabilitasi, yaitu Kampung
Bengkok.
Responden berjumlah 35 orang yang dipilih secara acak (simple random sampling), yaitu dengan memilih responden secara acak dimana setiap responden memiliki peluang yang sama untuk terpilih.
3.5 Penilaian Ekonomi Manfaat Rehabilitasi Nilai ekonomi total manfaat rehabilitasi lahan dalam penelitian ini dibatasi hanya dari manfaat menghasilkan air, dan penyerapan karbondioksida; dengan demikian maka perhitungan nilai ekonomi total hasil kegiatan rehabilitasi lahan menjadi sebagai berikut: Dari perasamaan (4): NET = NPL + NPTL + NP + NE NPL yang dipertimbangkan adalah nilai kayu; dan NPTL yang dipertimbangkan adalah nilai penyerapan karbondioksida (NC), nilai air (NA), dan nilai
24
pencegahan erosi (NPe). NPL, dan NPTL lainnya serta NP dan NE tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini, sehingga NET = (NK) + (NC + NA + NPe) ……….......................…………. (5) Jika salah satu manfaat ada yang hilang karena adanya penggunaan lahan yang baru, maka manfaat total dari pemanfaatan lahan yang baru harus dikurangkan dengan manfaat yang hilang tersebut (Pearce dan Warford 1993 diacu dalam Nurfatriani 2005). Semakin bertambahnya waktu, pohon akan terus tumbuh dan biomassa akan meningkat. Jika biomassa pohon dipanen (diambil manfaatnya) maka manfaat yang lainnya menjadi hilang, kondisi areal rehabilitasi akan kembali pada kondisi sebelum dilakukan rehabilitasi, yaitu berupa semak belukar (tidak terdapat pohon), tidak ada mata air yang muncul; sehingga nilai ekonomi total lahan hasil kegiatan rehabilitasi menjadi sebagai berikut: NET
= NPL + NPTL = NK + (0) = NK ............................................................................. (6)
Apabila biomassa pohon yang ada tidak dipanen maka nilai ekonomi total adalah nilai biomassa yang didekati dari nilai serapan karbondioksida, nilai ekonomi air yang muncul sebagai mata air, dan nilai pencegahan erosi, sedangkan nilai kayu menjadi tidak ada. Persamaan nilai ekonomi total menjadi: NET
= NPL + NPTL = (0) + (NC + NA + NPe) = NC + NA + NPe........................................................... (7)
3.5.1 Penilaian ekonomi penyerapan karbondioksida Penilaian ekonomi penyerapan karbondioksida (NCO2) didekati dengan harga karbondioksida dan jumlah kandungan karbondioksida dalam tegakan dengan asumsi tidak terjadi kebocoran dalam tegakan (tidak ada pohon yang ditebang, mati, atau tumbang). Dengan menggunakan persamaan berikut: NCO2
= CO2 x hCO2
................................................................. (8)
Keterangan: NCO2
= nilai ekonomi penyerapan CO2 (Rp/ha)
CO2
= kandungan karbondioksida tegakan (tCO2/ha)
hCO2 = harga karbondioksida (Rp/tCO2)
25
Konsentrasi C dalam bahan organik umumnya ± 46 % dari biomassa (Hairiah dan Rahayu, 2007). Berdasarkan pengetahuan tersebut, kandungan karbon dalam biomassa tegakan diduga sebesar 46 % berat kering biomassa tegakan (BKT), C = BKT x 0,46
............................................................................. (9)
BKT merupakan hasil penjumlahan berat kering biomassa setiap individu penyusun tegakan (BKTi) BKT = Σ BKTi .......................................................................................(10) Berat
kering
biomassa
tegakan
dalam
penelitian
ini
hanya
memperhitungankan tegakan pohon, yaitu pohon-pohon yang berdiameter > 5 cm. Pohon dengan diameter di bawah 5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah (Hairiah dan Rahayu, 2007). BKTi diduga dengan menggunakan persamaan allometrik sebagaimana disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Estimasi biomassa pohon menggunakan persamaan allometrik Jenis pohon Pohon bercabang
Estimasi biomassa pohon (kg/pohon) BK = 0.11 ρ D2.62 2.831
Sengon
BK = 0.0272 D
Pinus
BK = 0.0417 D2.6576
Sumber Katterings, 2001 Sugiharto, 2002
Waterloo, 1995 Hairiah dan Rahayu (2007)
Keterangan: BK = berat kering biomassa pohon (kg/pohon) ρ = berat jenis (BJ) kayu (gr/cm3) D = diameter pohon setinggi dada, dbh (cm) Setelah diketahui total karbon yang tersimpan kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah karbondioksida dalam tegakan, karena harga karbon yang diperdagangkan menurut CDM adalah dalam bentuk CO2. Untuk mengetahui kandungan CO2, nilai C dikonversi ke dalam bentuk CO2 dengan mengalikan nilai C dengan faktor konversi sebesar 3,67 (Mirbach 2000 diacu dalam Handayani 2003). Nilai tersebut diperoleh dari rumus kimia C terhadap CO2, dengan bentuk matematis sebagai berikut: CO2
= C x 3,67 ............................................................................ (11)
26
Keterangan: CO2
= kandungan karbondioksida (ton/ha)
C
= kandungan karbon (ton/ha)
3.5.2 Penilaian ekonomi air Nilai ekonomi air total (NAT) yang dihasilkan dari kegiatan rehabilitasi lahan dihitung dengan persamaan: NAT = Q x NA................................................................................ (12) Keterangan: Q
= debit mata air (m3/dtk)
NA = harga/nilai air (Rp/m3)
Debit air diukur dengan menggunakan metode volumetrik, yaitu dengan menampung air yang mengalir dari mata air/saluran air dari mata air di areal rehabilitasi (Gambar 4). Debit diketahui dari volume air yang tertampung per satuan waktu penampungan. Q = V / t ………………………………………………………...... (13) Keterangan: Q
= Debit mata air (m3/dtk)
V
= Volume air ( m3)
t
= Waktu (dtk) Gambar 4b
Gambar 4a
Gambar 4a
Ember penampung
Gambar 4a. tempat pengukuran debit dalam areal penelitian; Gambar 4b. cara pengukuran debit
Gambar 4 Pengukuran debit air
27
Harga air atau nilai air persatuan penggunaan oleh masyarakat (NA) ditentukan dengan beberapa pendekatan, yaitu berdasarkan harga pasar, biaya pengadaan, dan berdasarkan kesediaan membayar (WTP). a. Nilai Air Berdasarkan Harga pasar; menggunakan Tarif air minum PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor, Tahun 2008. b. Nilai Air Berdasarkan Biaya Pengadaan Biaya pengadaan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan dan menggunakan air tersebut. Harga air per satuannya adalah total biaya-biaya yang dikeluarkan rata-rata per tahun dibagi dengan jumlah air yang digunakan dalam periode setahun, NABPi = BPi/KAi
…………………………………………............ (14)
Keterangan: NABPi = biaya/ harga pengadaan air responden ke-i (Rp/m3) BPi
= biaya pengadaan air rumah tangga ke-i (Rp/tahun)
KAi
= jumlah konsumsi air rumah tangga ke-i (m3/tahun)
3.5.3 Penilaian ekonomi pencegahan erosi Nilai ekonomi pencegahan erosi diduga dengan menggunakan pendekatan harga barang pengganti melalui harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang akibat erosi, dengan persamaan: Npe
= Hppk x Kppk
............................................................... (15)
Keterangan: Npe
= Nilai pencegahan erosi (Rp/tahun)
Hppk
= Harga pupuk (Rp/kg)
Kppk
= Kebutuhan pupuk (kg/tahun)
Pendugaan laju erosi yang terjadi di lahan rehabilitasi dihitung dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) sebagai berikut: A = R x K x L x S x C x P ............................................................... (16)
28
Keterangan: A
= banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun)
R
= faktor curah hujan dan aliran permukaan
K
= faktor erodibilitas tanah
L
= faktor panjang lereng
S
= faktor kemiringan lereng
C
= faktor vegetasi penutupan tanah dan pengelolaan tanaman
P
= faktor tindakan konservasi tanah
Pendugaan laju erosi dilakukan pada tipe penggunaan lahan berupa kebun campuran. Untuk mengetahui kemampuan lahan rehabilitasi dalam menahan laju erosi, diduga dengan mengurangi laju erosi yang terjadi pada lahan sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai dengan lahan yang telah direhabilitasi, menggunakan persamaan berikut: ∆ Erosi = Aawal – Arhblts
................................................................ (17)
Keterangan: ∆ Erosi = Kemampuan lahan rehabilitasi menahan laju erosi (ton /thn) Aawal
= Laju erosi pada awal kegiatan rehabilitasi (ton /thn)
Arhblts
= Laju erosi setelah kegiatan rehabilitasi berjalan 5 tahun (ton /thn)
Setelah diketahui kemampuan lahan rehabilitasi dalam menahan laju erosi, kemudian dilakukan pendugaan terhadap kandungan unsur hara yang hilang akibat erosi. Kandungan unsur hara yang hilang menunjukkan jumlah unsur hara yang seharusnya hilang terkikis akibat erosi, namun dapat dipertahankan dengan keberadaan lahan rehabilitasi. Kandungan unsur hara yang hilang diperoleh dengan persamaan: Khhilang
= ∆ Erosi x Khawal
................................................... (18)
Keterangan: Khhilang = Kandungan unsur hara yang hilang (ton /thn) ∆Erosi = Kemampuan lahan rehabilitasi menahan laju erosi (ton /thn) Khawal
= Kandungan unsur hara awal
29
Nilai pencegahan erosi didapatkan dengan pendekatan harga barang pengganti melalui harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang tersebut. Untuk mengetahui kebutuhan pupuk yang digunakan dengan menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang.
3.5.4 Penilaian ekonomi kayu Nilai kayu diduga dengan asumsi potensi kayu yang ada di lokasi penelitian telah masak tebang. Nilai ekonomi kayu yang dihasilkan lahan rehabilitasi tiap tahunnya diketahui dengan menghitung pertumbuhan volume rata-rata per tahun untuk sejumlah pohon yang ditanam, yaitu: NK
= R x Hk
……………………………………………….. (19)
Keterangan: NK
= Nilai ekonomi kayu (Rp/tahun)
R
= Pertumbuhan volume rata-rata per tahun (m3 / tahun)
Hk
= Harga kayu (Rp/m3)
Pertumbuhan volume rata-rata per tahun yang dihasilkan lahan rehabilitasi didapat dengan membagi potensi kayu dengan umur tegakan. Umur tegakan saat ini adalah sekitar 6 tahun, sehingga persamaan untuk mengetahui pertumbuhan volume rata-rata per tahun adalah: R
= Potensi (m3) ..................................................................... (20) 6 tahun
30
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, yang terletak di sebelah selatan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor pada 06o 41’ 52,4” LS dan 106o 55’ 12,8” BT. Kondisi alam berupa perbukitan, berada pada ketinggian 650 – 1.100 m dpl. Luas wilayah Kecamatan Megamendung adalah 4006,3 ha dengan batas wilayah kerja: 1. Sebelah Utara
: Kecamatan Ciawi
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Cisarua
3. Sebelah Barat
: Kecamatan Caringin
4. Sebelah Timur
: Kecamatan Sukaraja dan Jonggol
Kecamatan Megamendung terdiri dari 55 RW, 246 RT yang terbagi dalam 11 Desa, 27 Dusun. Desa-desa tersebut antara lain: 1. Cipayung Datar
7. Sukakarya
2. Cipayung Girang
8. Sukamahi
3. Gadog
9. Sukamaju
4. Kuta
10. Sukamanah
5. Megamendung
11. Sukaresmi
6. Sukagalih 4.2 Letak Lokasi penelitian lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa termasuk bagian dari Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Blok S Cipendawa terletak di Sub-DAS Ciliwung Hulu, berbatasan dengan DAS Cikeas di sebelah utaranya, berada pada ketinggian 709,5 – 772,85 m dpl. Lokasi penelitian dapat dicapai dari pusat kecamatan dengan kendaraan pribadi, menggunakan ojek atau berjalan kaki, dengan kondisi jalan relatif baik. Untuk memperoleh gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat pengguna air rumah tangga dilakukan wawancara terhadap responden yang berasal dari Kampung Bengkok. Kampung Bengkok termasuk bagian dari Desa Cipayung Girang, berbatasan langsung dengan lokasi rehabilitasi Blok S
31
Cipendawa, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Dengan bentang wilayah yang datar hingga berbukit, Kampung Bengkok memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap longsor ketika terjadi hujan lebat. Lokasi penelitian termasuk daerah yang memiliki ketersediaan air yang cukup baik, hal ini terlihat dari banyaknya mata air yang digunakan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. 4.3 Topografi dan Tanah Blok S Cipendawa merupakan daerah berbukit, dengan kemiringan lereng bervariasi dari 0 - 45o. Jenis tanah latosol, jenis batuan Gunung Api Muda, termasuk dalam geohidrologi akuifer setempat produktif, dan merupakan daerah resapan tak berarti. Tanah pada umumnya berpasir, sehingga ringan dalam pengerjaannya dan bersifat poros. Keadaan awal ( pada tahun 2002 ) pH tanah berkisar 2,5 - 4, pohon asli kurang dari 100 pohon, terdapat 1 buah bekas mata air yang tidak berfungsi, dan tidak ditemukan cacing tanah (Gambar 5).
Foto: Doc KTM
Gambar 5 Kondisi awal lahan 4.4 Iklim Kisaran suhu udara maksimun 31,2 0C – 33,3 0C terjadi pada siang hari, sedangkan kisaran suhu udara minimun 17,7 0C - 22,2 0C. Suhu udara relatif konstan, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi usaha pertanian. Curah hujan rata-rata 3.178,8 mm/th. 4.5 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Kehidupan sosial budaya masyarakat kecamatan Megamendung banyak dipengaruhi kebudayaan dan sosiologis masyarakat sunda. Sistem kekerabatan orang sunda yang banyak dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun berdasarkan agama Islam. Unsur adat dan agama terjalin erat menjadi kebiasaan dan kebudayaan masyarakat Megamendung. Hal ini nampak dengan
32
adanya kebiasaan gotong royong dalam pembangunan jalan dan pembagian hasil pertanian secara sukarela. Kecamatan Megamendung merupakan wilayah pertanian dan perkebunan, pariwisata, dan penyangga kawasan hutan lindung. Sebagai wilayah pertanian, selain hasil produksi padi sawah, produksi pertanian lain yang menonjol adalah palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah). Produksi sayur mayur yang menonjol adalah wortel, daun bawang, petai, sawi, kubis, kacang panjang, dan cabe. Sedangkan untuk produksi buah-buahan adalah pisang dan alpukat. Hasil pertanian yang dihasilkan kemudian dijual kepada wisatawan. Sebagai
daerah
tujuan
wisata
di
Kabupaten
Bogor,
potensi
pengembangannya banyak didukung oleh faktor geografis dan kondisi alamnya. Daya tarik kecamatan Megamendung sebagai daerah tujuan wisata adalah panorama alam yang indah dan udara yang sejuk. 4.6 Sejarah Kelompok Tani Megamendung (KTM) Diawali oleh keprihatinan yang mendalam pemilik lahan terhadap kerusakan lingkungan dan ekosistem di daerah Megamendung, Kabupaten Bogor, Bopunjur, dan tempat lain yang pernah dikunjungi, yang sebagian besar kerusakan ini disebabkan oleh perbuatan manusia. Keadaan ini memotivasi pemilik lahan, sehingga pada pertengahan 2001 sepakat untuk berbuat nyata secara swadaya membuat “Model Rehabilitasi Ekosistem” (penghijauan) yang menyeluruh sambil mencari metode yang tepat. Percobaan ini dilaksanakan secara swadaya murni, sehingga prinsip “Initiative Voluntary” dalam pengertian kebebasan berekspresi dalam melakukan percobaan tetap terpelihara dengan baik dalam rangka untuk membuat model rehabilitasi yang independen, karena pemilik lahan berkeyakinan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan percobaan ini merupakan bentuk partisipasi yang sangat kecil untuk selanjutnya dapat menjadi model dan referensi untuk perbaikan ekosistem di Indonesia ataupun negara lain di dunia. 4.7 Tata Ruang di Lokasi Percobaan Kegiatan RHL di Blok S Cipendawa Megamendung telah dimulai sejak awal tahun 2002. Lahan di Blok S Cipendawa pada awalnya merupakan lahan
33
kritis (gambar 5), kemudian ditanami dengan beberapa jenis pohon kehutanan dan tanaman pertanian. Setelah tahun kedua, tepatnya pada bulan November 2003 mulai muncul beberapa mata air di lahan ini. Hingga saat ini kegiatan RHL di Blok S Cipendawa Megamendung telah menunjukkan keberhasilan, terlihat dari pertumbuhan pohon yang cukup baik pada gambar 6.
Gambar 6 Kondisi areal rehabilitasi saat ini Melihat perkembangan yang dicapai, ditetapkan tata ruang dari lokasi percobaan KTM, yaitu: 1.
Area Konservasi Total pohon tertanam lebih kurang 15.000 pohon berumur lebih dari 3
tahun dan lebih kurang 5.000 pohon berumur kurang dari 2 tahun. Ditanam sekitar lokasi mata air utama, dan terlarang untuk melakukan kegiatan selain kegiatan konservasi. 2.
Area Utility Meliputi lokasi seluruh bangunan utility penunjang (pendopo, guest house,
rumah, mushola, kandang, dll) rasio bangunan maksimum 10% dari luas Area Utility. Total pohon keras yang telah tertanam lebih kurang 1.000 pohon berumur lebih dari 2 tahun, dan lebih kurang 1.000 pohon kurang dari 2 tahun. 3.
Area Ekonomi Merupakan areal percobaan kegiatan ekonomi dari kegiatan rehabilitasi
ekosistem. Total pohon keras yang telah tertanam lebih kurang 3.000 pohon berumur lebih dari 2 tahun dan lebih kurang 1.000 pohon berumur kurang dari 1 tahun.
34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Masyarakat Pengguna Air Karakteristik masyarakat pengguna air diwakili oleh responden terpilih sebanyak 35 responden (12,82 % dari jumlah masyarakat kampung Bengkok). Kondisi kampung Bengkok merupakan daerah yang memiliki ketersediaan air yang cukup baik, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air untuk kebutuhan rumah tangga. Pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga meliputi pemanfaatan untuk kegiatan memasak, mandi, mencuci, dan kakus. 5.1.1 Komposisi umur dan tingkat pendidikan Gambaran usia dan tingkat pendidikan dari 35 responden disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7 Umur Responden Gambar 7, menunjukkan bahwa sebagian besar (83%) responden termasuk dalam usia produktif (15-55 tahun), sisanya (17%) berusia lebih dari 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih mampu untuk bekerja. Tingkat pendidikan responden sebagain besar (57%) adalah Sekolah Dasar (SD), selebihnya adalah SMP (23%), SMA (3%), dan 17% tidak sekolah.
35
Gambar 8 Tingkat Pendidikan Responden
5.1.2 Mata pencaharian Sebagian besar responden bekerja sebagai buruh dengan persentase 40%, sebesar 23 % responden bekerja sebagai petani atau penggarap, 11 % sebagai wiraswasta dan 6 % responden bekerja di bidang lainnya seperti penjaga villa dan pensiunan. Sedangkan 20 % responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. (Gambar 9)
Gambar 9 Mata Pencaharian Responden 5.1.3 Jumlah anggota keluarga dan pendapatan Sebagian besar (40 %) responden memiliki 5-7 anggota keluarga, termasuk ke dalam keluarga sedang, 34 % responden termasuk keluarga kecil (anggota keluarga < 5 orang), dan 26 % responden termasuk keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga > 7 orang (Gambar 10).
36
Gambar 10 Jumlah Anggota Keluarga Responden Beragamnya jenis mata pencaharian berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh.
Gambar 11 menunjukkan bahwa 60 % responden memiliki
pendapatan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per bulan, sisanya (40 % responden) memiliki pendapatan kurang dari Rp 500.000 per bulan.
Gambar 11 Besar Pendapatan Responden per Bulan Statistik karakteristik responden disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Statistik Karakteristik sosial ekonomi responden Uraian
Satuan
Rata-rata
Minimum
Maksimum
524.761,9
150.000
1.000.000
Pendapatan perkapita
Rp/bulan
Jumlah anggota keluarga
Orang
6,17
3
12
Umur respoden
Tahun
46
21
97
Pendidikan responden
Skoring
1,11
0
3
37
5.2 Penggunaan Air Sumber air yang digunakan masyarakat berasal dari mata air, sumur, dan kamar mandi umum. Ada juga beberapa masyarakat yang menggunakan kombinasi dari ketiga sumber air tersebut untuk memenuhi kebutuhan air. Seperti untuk kebutuhan memasak, warga menggunakan mata air dan sumur sedangkan untuk kebutuhan mencuci, mandi, dan kakus menggunakan kamar mandi umum. Gambaran distribusi pengguna air dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Distribusi Pengguna Air Berdasarkan Sumber Berdasarkan Gambar 12, sebagian besar (60 %) responden menggunakan mata air sebagai sumber air, 34 % responden menggunakan sumur dan 6 % responden mengkombinasikan kedua sumber air untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Masyarakat yang ekonomi rumah tangganya cukup baik, mereka membuat sumur sendiri dalam rumah dan juga menggunakan mata air. Sedangkan bagi masyarakat yang ekonomi rumah tangganya kurang, mereka menggunakan kamar mandi umum untuk kegiatan mencuci, mandi dan kakus, sedangkan kebutuhan air untuk memasak didapatkan dari mata air. 5.3 Nilai Air 5.3.1 Nilai air berdasarkan biaya pengadaan Untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, masyarakat Kampung Bengkok menggunakan berbagai sumber mata air yang mereka temukan sendiri ataupun dengan membuat sumur sendiri di dalam rumah. Tergantung dari sumber air yang digunakan, biaya yang dikeluarkan pun bervariasi. Ini juga
38
dipengaruhi oleh jarak mata air, karena semakin jauh jarak mata air maka biaya pengadaan selang dan paralon yang dikeluarkan untuk menyalurkan air ke rumah akan semakin besar.
Gambar 13 Penyaluran air dari mata air ke rumah dengan paralon Biaya pengadaan air dihitung berdasarkan beberapa komponen biaya, yaitu biaya pengadaan kolam/sumur (BPk/s), biaya pengadaan mesin pompa (BPm), biaya pengadaan paralon (BPp), biaya pengadaan selang (BPs), biaya pengadaan ember/tong (BPe/t), biaya pengadaan gayung (BPg), dan
biaya
pengadaan keran (BPkr). Selain beberapa komponen pengadaan tersebut, terdapat biaya upah tenaga (BUt), yaitu biaya untuk mengganti tenaga yang digunakan untuk mengangkut air dari sumbernya. Karena terdapat beberapa responden yang tidak menggunakan selang atau paralon untuk mengalirkan air tetapi mengangkut air dari sumber untuk memenuhi kebutuhan. Biaya pengadaan masing-masing komponen disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Biaya pengadaan masing-masing komponen Biaya Pengadaan no Komponen biaya pengadaan Masa pakai Minimum Maksimum (Rp) (Rp) 1 pengadaan kolam/sumur (BPk/s) 5 tahun 258.800 591.400 2 pengadaan mesin pompa (BPm) 5 tahun 75.000 175.000 3 pengadaan paralon (BPp) 2 tahun 20.000 1.200.000 4 pengadaan selang (BPs) 1 tahun 300.000 400.000 5 pengadaan ember/tong (BPe/t) 1 tahun 7.000 300.000 6 pengadaan gayung (BPg) 1 tahun 5.000 10.000 7 pengadaan keran (BPkr) 1 tahun 5.000 10.000 8 Upah tenaga (BUt) 1 jam 1.000 1.875
39
Berdasarkan Tabel 5, biaya pengadaan tiap komponen memiliki nilai yang bervariasi, dipengaruhi oleh kualitas barang yang digunakan, ukuran, jarak mata air dengan rumah dan jumlah tiap komponen. Nilai air yang dihitung berdasarkan biaya pengadaan oleh setiap responden disajikan dalam Tabel 5 dan perhitungan rinci biaya pengadaan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 5 Nilai air berdasarkan biaya pengadaan responden ke-i No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Rata-rata Minimum Maximum
Jarak sumber (m) 3 2 3 4 2 0 0 0 200 2 0 2 25 250 0 10 2 150 150 150 150 100 50 20 100 5 200 20 100 100 5 10 10 20 200 58,43 0 250
Biaya Pengadaan (Rp/th) 121760 124500 110000 110000 131500 153140 79300 124140 605300 110000 107900 116760 70760 674140 136760 156760 151760 561760 561760 318760 371140 262000 244000 319000 324140 121760 412000 105000 555000 405000 335280 230750 230750 245000 515000 262.930,86 70.760 674.140
Konsumsi air (m3/th) 730 118,81 219 307,51 316,82 365 219 146 365 219 182,5 2.682,75 273,75 730 109,5 164,25 164,25 365 365 140,71 365 198,01 202,21 68,80 328,5 730 109,5 91,25 124,28 202,21 3.650 91,25 91,25 730 219 439,57 68,80 3.650
Nilai Air (Rp/m3) 166,79 1.047,91 502,28 357,71 415,06 419,56 362,10 850,27 1.658,36 502,28 591,23 43,52 258,48 923,48 1.248,95 954,40 923,96 1.539,07 1.539,07 2.265,41 1.016,82 1.323,15 1.206,67 4.636,46 986,73 166,79 3.762,56 1.150,68 4.465,63 2.002,87 91,86 2.528,77 2.528,77 335,62 2.351,60 1.289,28 43,52 4.636,46
40
Biaya pengadaan air di atas terkait dengan jumlah air yang digunakan. Jumlah penggunaan air oleh responden bervariasi antara 68,80 m3/tahun sampai 3.650 m3/tahun dengan rata-rata penggunaan air sebesar 439,57 m3/tahun. Didapatkan nilai air per m3 sebesar Rp 43,52/m3 hingga Rp 4.636,46 /m3 dengan rata-rata nilai air sebesar Rp 1.289,28 /m3. Berdasarkan pengukuran debit harian, dalam satu tahun lahan rehabilitasi menghasilkan debit sebesar 18.990 m3. Sehingga dapat diketahui nilai ekonomi air berdasarkan biaya pengadaan adalah sebesar Rp 24.483.600/tahun 5.3.2 Nilai air berdasarkan harga pasar Penilaian air berdasarkan harga pasar pada penelitian ini menggunakan tarif yang digunakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemerintah Kabupaten Bogor. Beban biaya yang dikenakan PDAM kepada pelanggannya bervariasi, tergantung dari Golongan Pelanggan. Tarif yang dikenakan PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor berdasarkan golongan pelanggan disajikan pada Lampiran 3. Selain biaya air berdasarkan blok pemakaian, terdapat biaya beban tetap yang dikenakan kepada pelanggan. Biaya beban tetap yaitu biaya yang dikenakan setiap bulan untuk setiap sambungan instalasi meter air pelanggan yang dipasang PDAM yang terdiri dari biaya administrasi dan biaya pemeliharaan meter. Besarnya biaya beban tetap dihitung berdasarkan kelompok golongan dan diameter air pelanggan terpasang dengan ketentuan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pemasangan instalasi meteran air pada pelanggan ditentukan langsung oleh pihak PDAM dengan didasarkan pada kelompok golongan penggunaan. Golongan pelanggan untuk Kampung Bengkok termasuk dalam Kelompok Pelanggan III A yaitu untuk pelanggan Rumah Sederhana (RS), Rumah Tingkat Sederhana dan yang sejenisnya dengan ukuran diameter meter air adalah ½ inc. Nilai air berdasarkan harga pasar dihitung dengan asumsi kualitas air yang dihasilkan oleh areal rehabilitasi di Blok S Cipendawa dapat digunakan sebagai sumber air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemerintah Kabupaten Bogor. Sehingga nilai jual air didapatkan dari tarif yang dikenakan PDAM kepada masyarakat berdasarkan jumlah air yang digunakan masyarakat tiap bulan. Nilai jual air berdasarkan harga pasar tiap responden disajikan dalam Tabel 6.
41
Tabel 6 Nilai jual air berdasarkan harga pasar ( tarif PDAM) responden ke-i konsumsi air no 1
biaya penggunaan
nama
KA KA 0 - 10 m3 11 - 20 m3 (m3/hr) (m3/bln) Upay Sumarna 2,00 60,00 16.000 29.900
biaya total
biaya > 20 m3 Rp/bln tetap 136.400 10.000 192.300
Rp/m3 3.205
2
Pandi
0,33
9,77
15.624
-
-
10.000
25.624
2.624,07
3
Tri Sutrisna
0,60
18,00
16.000
23.920
-
10.000
49.920
2.773,33
4
Pardi
0,84
25,28
16.000
29.900
18.004,8 10.000 73.904,8
2.924,03
5
Komarudin
0,87
26,04
16.000
29.900
20.596,4 10.000 76.496,4
2.937,65
6
Abdul Maluh
1,00
30,00
16.000
29.900
90.000
3.000
7
Rusdi
0,60
18,00
16.000
23.920
-
10.000
49.920
2.773,33
8
Ida
0,40
12,00
16.000
5.980
-
10.000
31.980
2.665
34.100 10.000
34.100 10.000
9
H. Palahudin
1,00
30,00
16.000
29.900
90.000
3.000
10
Asep
0,60
18,00
16.000
23.920
-
10.000
49.920
2.773,33
11
Mansur
0,50
15,00
16.000
14.950
-
10.000
40.950
2.730
12
Rojudin
7,35
220,50
16.000
29.900
13
Masgun
0,75
22,50
16.000
29.900
14
Apud
2,00
60,00
16.000
29.900
15
Empud
0,30
9,00
14.400
-
-
10.000
24.400
2.711,11
16
Titi Juariah
0,45
13,50
16.000
10.465
-
10.000
36.465
2.701,11
17
Nining
0,45
13,50
16.000
10.465
-
10.000
36.465
2.701,11
18
Heri
1,00
30,00
16.000
29.900
34.100 10.000
90.000
3.000
19
Asep Muhyan
1,00
30,00
16.000
29.900
34.100 10.000
90.000
20
Udin
0,39
11,57
16.000
4.694,3
21 Inang Sagita Jaya 1,00
30,00
16.000
29.900
683.705 10.000 739.605 8.525
10.000
64.425
136.400 10.000 192.300
-
10.000 30.694,3
34.100 10.000
90.000
3.354,22 2.863,33 3.205
3.000 2.654,07 3.000
22
Marsiah
0,54
16,28
16.000
18.777,2
-
10.000 44.777,2
2.751,29
23
Edi Soleh
0,55
16,62
16.000
19.793,8
-
10.000 45.793,8
2.755,34
24
Aat
0,19
5,66
4.800
-
-
10.000
14.800
2.617,15
25
Mamat
0,90
27,00
16.000
29.900
23.870 10.000
79.770
2.954,44
26
Siti Nur
2,00
60,00
16.000
29.900
136.400 10.000 192.300
27
Nurman
0,30
9,00
14.400
-
-
10.000
24.400
2.711,11
28
Rinati
0,25
7,50
12.000
-
-
10.000
22.000
2.933,33
29
Hawa
0,34
10,22
16.000
657,8
-
10.000 26.657,8
2.609,67
30
Rahmad
0,55
16,62
16.000
19.793,8
-
10.000 45.793,8
2.755,34
31
Hamid
10,00
300,00
16.000
29.900
32
Mulyani
0,25
7,50
12.000
-
-
10.000
22.000
2.933,33
33
Sumiyati
0,25
7,50
12.000
-
-
10.000
22.000
2.933,33
34
Mimin
2,00
60,00
16.000
29.900
35
Nuryati
0,60
18,00
16.000
23.920
1,20
36,13
rata-rata
954.800 10.000 1.010.700
136.400 10.000 192.300 -
10.000
49.920
3.205
3.369
3.205 2.773,33
113.102,35 2.888,64
minimum
0,19
5,66
14.800
2.609,67
maksimum
10,00
300,00
1.010.700
3.369,00
42
Berdasarkan hasil analisis data primer yang dilakukan, setiap bulan konsumsi air yang digunakan responden untuk memenuhi kebutuhan hidup berkisar 5,66 m3/bulan hingga 300 m3/bulan dengan rata-rata konsumsi air responden sebesar 36,13 m3/bulan. Sehingga jumlah tagihan yang harus dibayar responden berdasarkan konsumsi air satu bulan dengan tarif PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor berkisar Rp 14.800 /bulan - Rp 1.010.700 /bulan dengan ratarata tagihan sebesar Rp 113.102 /bulan. Berdasarkan tarif PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor, didapatkan nilai jual air per m3 sebesar Rp 2.614,84 /m3 hingga Rp 3.369,00 /m3 dengan rata-rata nilai jual air sebesar Rp 2.888,64 /m3. Sehingga nilai ekonomi air berdasarkan harga pasar di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa adalah Rp 54.855.678/tahun. Rekap nilai air dengan menggunakan pendekatan biaya pengadaan dan harga pasar disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rekap nilai air No 1. 2. 3.
Pendekatan Biaya Pengadaan Harga Pasar/tarif PDAM Harga Pokok Penjualan (HPP)
Rata-rata (Rp/m3) 1.289,28 2.888,64 2.099,42
Minimum (Rp/m3) 43,52 2.614,84
Maksimum (Rp/m3) 4.636,46 3.369,00 -
Penentuan nilai jual air tiap m3 berdasarkan tarif PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor dimaksudkan untuk mengetahui nilai air baku dari lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa. Nilai air baku merupakan pengurangan antara nilai jual air dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) berdasarkan tarif PDAM Kabupaten Bogor. HPP merupakan total biaya yang dikeluarkan PDAM seperti memproduksi air, pemeliharaan alat, distribusi air, dan biaya lainnya untuk sejumlah air yang dijual ke masyarakat. HPP yang digunakan PDAM Kabupaten Bogor senilai Rp 2.099,42 /m3, sehingga nilai air baku di lahan rehabilitasi adalah Rp 789,22 /m3. Berdasarkan nilai air baku tersebut, maka nilai ekonomi air di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa sebesar Rp 14.987.398 /tahun.
43
5.4 Nilai Ekonomi Penyerapan Karbondioksida 5.4.1 Kandungan karbondioksida (CO2) tegakan Dari hasil pengukuran di lapangan, terdapat 28 jenis pohon yang memiliki diameter > 5 cm. Jumlah jenis dan jumlah tiap jenis pohon disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah jenis dan jumlah tiap jenis pohon dengan diameter > 5 cm No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama spesies Agathis Alpukat Pohon kaya Belimbing Dadap pagar Jambu biji Jati Karet kerbau Kayu afrika Kayu manis Kayu putih Kepuh Kihujan Kiputri Lamtoro Mahoni Mangga Mengkudu Nangka Petai Pinus Pulai Puspa Rambutan Rengas Sengon Sirsak Sungkai
Nama Latin Agathis spp. Persea americana Mill Khaya antotheca Averrhoea carambola Erythrina variegata Linn Psidium guajava L. Tectona grandis Ficus elastic Maesopsis eminii Cinnamomum burmanii Melaleuca leucadendron L Sterculia foetida Gliricidia sepium Dacrycarpus imbricatus Blume Leucaena leucocephala Swietenia mahagoni Mangifera indica Morinda citrifolia L Artocarpus heterophyllus Parkia speciosa Hassk Pinus merkusii jungh et Alstonia scholaris R Br Schima wallichii Nephelium lapaceum Gluta renghas L Paraserianthes falcataria Annona muricata Peronema canescens Jack Total
Jumlah 52 5 14 2 15 1 689 1 147 10 1 1 4 1 13 41 2 307 18 5 90 4 4 2 2 29 1 134 1.595
44
Hasil perhitungan kandungan karbondioksida yang dapat diserap oleh tanaman disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Serapan karbondioksida dalam tegakan Kandungan dalam tegakan
BK
C (karbon)
CO2
Min Max rata-rata Min Max rata-rata Min Max rata-rata
Hasil perhitungan (ton/4,2 ha) 47,94 52,63 50,29 22,05 24,21 23,13 80,94 88,86 84.90
5.4.2 Nilai ekonomi Berdasarkan kesepakatan dunia internasional, harga karbon masih bervariasi dengan kisaran yang beragam. Seperti yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Variasi harga karbon Mekanisme
Harga (US$/tCO2e)
CDM
4 (tCER)
NSW GGAS (Australia)
6
Chicago Climate Exchange (CCX)
2.5
A/R sukarela
0,5 – 45
Pelestarian hutan sukarela
10 – 18
Sumber: IFCA 2007 Untuk mengetahui nilai ekonomi penyerapan karbondioksida di areal rehabilitasi, berdasarkan Tabel 10 harga karbon cukup beragam maka harga karbon yang digunakan adalah nilai tengah dari harga karbon yang berlaku yaitu sekitar US$ 20 /tCO2. Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida di Blok S Cipendawa disajikan pada Tabel 11.
45
Tabel 11 Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida di Blok S Cipendawa Harga Nilai penyimpanan CO2
CO2
tCO2/4,2ha
(Rp)
min
80,94
14.820.114
max
88,86
16.270.266
84,90
15.545.190
Rata-rata
Keterangan: Nilai di atas telah dikonversi kedalam rupiah. Kurs rupiah terhadap US$ pada tanggal 29 Juli 2008 jam 21.12 WIB = Rp 9.155.Dengan demikian nilai ekonomi penyerapan karbondioksida di areal rehabilitasi Blok S Cipendawa, jika karbondioksida yang dapat diserap minimal maka nilainya adalah Rp 14.820.114, sedangkan nilai serapan maksimum senilai Rp 16.270.266, dengan nilai rata-rata senilai Rp 15.545.190. Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida ini dihitung untuk biomassa yang masih utuh. Areal rehabilitasi di Blok S Cipendawa merupakan areal yang kayunya tidak ditebang sehingga diasumsikan biomassa kayu tetap berada di hutan dan tidak terjadi kebocoran karbon.
5.5 Nilai Ekonomi Pencegahan Erosi 5.5.1 Laju erosi lahan rehabilitasi Pendugaan laju erosi di lahan rehabilitasi menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Pendugaan laju erosi dilakukan pada penutupan lahan berupa kebun campuran. Untuk mengetahui kemampuan lahan rehabilitasi dalam menahan laju erosi, pendugaan laju erosi dilakukan ketika lahan belum direhabilitasi dan ketika lahan telah rehabilitasi. 1. Faktor erosivitas (R) Faktor R didapatkan dari persamaan dengan menggunakan data curah hujan rata-rata per bulan pada tahun 2002 dan 2007. Nilai R yang digunakan untuk pendugaan laju erosi merupakan penjumlahan dari nilai R tiap bulannya selama setahun. Hasil perhitungan faktor R disajikan pada Tabel 12.
46
Tabel 12 Nilai faktor erosivitas (R) tahun 2002 dan 2007 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
CH (cm) 2002 2007 63,6 39, 95 65,85 92, 79 33,7 39, 52 34,0 38, 47 3,1 11, 36 15,12 13, 01 18,59 0,82 8,14 7, 36 2, 26 6, 27 4, 62 16, 60 21, 69 23, 45 27, 53 58, 35 R total
R 2002 626,75 657,09 264,22 267,43 10,30 88,83 117,66 38,27 6,70 17,71 145,11 200,69 2.440,76
2007 333,01 1.047,60 328,14 316,34 60,22 72,41 1,69 33,37 26,83 100,86 161,36 557,45 3.039,28
2. Faktor erodibilitas (K) Berbagai tipe tanah memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi. Lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa memiliki jenis tanah latosol coklat. Nilai erodibilitas untuk tanah latosol coklat adalah 0, 23. Nilai faktor erodibilitas (K) secara lengkap disajikan pada Lampiran 7. 3. Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng (LS) Faktor LS didekati untuk mengetahui rasio antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu lahan pada panjang lereng dan kemiringan tertentu. Nilai LS pada lahan rehabilitasi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Nilai LS pada lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa areal
Kebun Campuran
Lereng (%)
LS 2002
2007
0-8
0,89
0,89
8-15
2,29
2,29
15-25
5,27
5,27
25-45
11,32
11,32
47
4. Faktor pengelolaan tanaman (C) dan konservasi tanah (P) Untuk tiap penutupan lahan memiliki nilai C dan P yang berbeda-beda. Nilai C dan P pada lahan rehabilitasi disajikan pada Tabel 14. Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan konservasi tanah (P) secara lengkap disajikan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Tabel 14 Nilai C dan P pada tipe penggunaan lahan di Blok S Cipendawa C
areal
P
2002
2007
2002
2007
0,3
0,1
0,35
0,35
Kebun Campuran
Penutupan lahan ketika belum dilakukan rehabilitasi pada kebun campuran masih berupa semak belukar dan rerumputan, sehingga memiliki nilai C sebesar 0,3. Dengan perkembangan kegiatan rehabilitasi yang cukup baik, penutupan lahan kebun campuran juga semakin baik, sehingga nilai C untuk kebun campuran pada tahun 2007 menjadi 0,1. Usaha konservasi tanah yang berbeda pada suatu lahan akan memberikan nilai P yang berbeda. Usaha konservasi tanah pada lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa dari awal kegiatan sampai saat ini menggunakan teras bangku. Kondisi teras bangku yang digunakan termasuk kategori yang kurang baik, maka nilai P pada lahan rehabilitasi adalah 0,35.
5. Laju erosi tiap tipe penutupan lahan Laju erosi yang terjadi di lahan rehabilitasi merupakan hasil perkalian dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi yaitu erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang lereng dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman (C), dan teknik konservasi tanah (P). Rekap nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Rekap nilai faktor-faktor yang mempengaruhi erosi areal
Lereng (%)
Luas (ha)
R 2002
K 2007
2002
LS
C
P
2007 2002 2007 2002 2007
2002
2007
0-8
0,7681
2440,76
3039,28 0,23
0,23
0,89
0,89
0,30
0,10
0,35
0,35
8-15
Kebun Campuran 15-25
0,357
2440,76
3039,28 0,23
0,23
2,29
2,29
0,30
0,10
0,35
0,35
1,5812
2440,76
3039,28 0,23
0,23
5,27
5,27
0,30
0,10
0,35
0,35
25-40
0,6881
2440,76
3039,28 0,23
0,23
11,32 11,32 0,30
0,10
0,35
0,35
48
Berdasarkan rekap nilai dari tabel 15, kemudian dapat diketahui nilai laju erosi yang terjadi di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa pada tipe penutupan lahan kebun campuran. Nilai laju erosi pada tipe penutupan lahan berupa kebun campuran di Blok S Cipenadawa disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Laju erosi di Blok S Cipendawa areal
Lereng (%)
Kebun Campuran
0-8 8-15 15-25 25-45
Total
Luas (ha) 0,77 0,36 1,58 0,69 3,39
A A tertimbang (ton/ha/tahun) (ton/tahun) 2002 2007 2002 2007 52,46 21,78 40,29 16,73 134,98 56,03 48,19 20,00 310,64 128,94 491,18 2 03,88 667,25 276,96 459,13 190,57 1.165,33 483,70 1.038,80 431,18
Berdasarkan Tabel 16, nilai laju erosi tertimbang dari tahun 2002 hingga tahun 2007 pada penggunaan lahan berupa kebun campuran mengalami penurunan. Pada tahun 2002 kebun campuran dengan luas 3,39 ha memiliki laju erosi sebesar 1.038,80 ton/tahun, pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 607,62 ton/tahun sehingga laju erosi menjadi 431,18 ton/tahun. Penurunan laju erosi yang terjadi menunjukkan bahwa kegiatan rehabilitasi Di Blok S Cipendawa memberikan manfaat yang baik dalam penurunan laju erosi.
5.5.1 Nilai ekonomi pencegahan erosi Nilai ekonomi pencegahan erosi merupakan nilai kemampuan lahan rehabilitasi menahan laju erosi. Besarnya kemampuan lahan rehabilitasi dalam menahan laju erosi diketahui dengan mengurangi laju erosi yang terjadi sebelum kegiatan rehabilitasi dengan laju erosi yang terjadi setelah kegiatan rehabilitasi dilakukan. Berdasarkan Tabel 16 diketahui pada tahun 2002 laju erosi yang terjadi sebesar 1.038,80 ton/ha/tahun dan pada tahun 2007 laju erosi mengalami penurunan menjadi 431,18 ton/ha/tahun. Sehingga lahan rehabilitasi memiliki kemampuan dalam menahan laju erosi sebesar 607,62 ton/ha/tahun. Berdasarkan hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah yang dilakukan oleh Dadan Mulyana pada tahun 2009, lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa pada areal kebun campuran mengandung 0,255 % unsur N; 0,000535 % unsur
49
P; dan 0,01131 % unsur K. Kandungan unsur hara yang dapat ditahan lahan rehabilitasi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Kandungan unsur hara yang dapat ditahan pada lahan rehabilitasi
Areal
Kebun Campuran
Kemampuan lahan dalam menahan laju erosi
Kandungan unsur hara awal
Kandungan unsur hara yang dapat ditahan (kg /tahun)
(ton/thn)
N (%)
P (%)
K (%)
N
P
K
607,62
0,255
0,000535
0,01131
1.549,43
3,25
68,72
Berdasarkan tabel 17, lahan rehabilitasi mampu menahan hilangnya unsur N sebesar 1.549,43 kg; unsur P sebesar 3,25 kg; dan unsur K sebesar 68,72 kg. Nilai tersebut setara dengan 3.443 kg pupuk urea (45% N); 18 kg pupuk TSP (18% P); dan 165,59 kg pupuk KCL (41,5% K). Nilai ekonomi pencegahan erosi didapatkan dengan pendekatan harga pupuk, yaitu jumlah pupuk yang setara dengan jumlah unsur hara yang dapat ditahan oleh lahan rehabilitasi dari erosi. Sehingga nilai ekonomi pencegahan erosi di lahan rehabilitasi sebesar Rp 9.092.670 /tahun. Tabel 18 Nilai ekonomi pencegahan erosi Pupuk Urea (45% N) TSP (18% P) KCl (41,5% K)
Kebutuhan pupuk Kg/tahun 3.443 18 165,59 Total
Harga (Rp/kg) 2.000 3.000 13.000
Rp/tahun 6.886.000 54.000 2.152.670 9.092.670
5.6 Nilai Ekonomi Kayu Selama lebih kurang 6 tahun kegiatan rehabilitasi ini berjalan, pertumbuhan pohon sangat bagus khususnya untuk kayu afrika. 27 pohon afrika umur 5 tahun telah ditawar Rp. 5.000.000 atau bernilai sekitar Rp. 175.000 per pohon, setara dengan Rp 137.682 /m3. Dengan potensi kayu afrika sebesar 186,84 m3, maka untuk kondisi saat ini nilai ekonomi kayu (afrika) senilai Rp25.725.000.
50
Sumber: Doc. KTM
Gambar 14. Pohon Afrika usia 5 tahun Kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa pohon yang tumbuh di areal rehabilitasi masih didominasi oleh pohon yang tergolong kecil atau belum siap untuk dijual. Hanya kayu afrika yang sudah bisa di jual, namun bukan berarti kayu dari jenis lain tidak memiliki nilai. Dengan kondisi seperti itu, maka untuk mengetahui nilai ekonomi kayu di lahan rehabilitasi dilakukan
perhitungan
pertumbuhan volume rata-rata yang dihasilkan tiap tahunnya. Dari perhitungan potensi kayu, areal rehabilitasi Blok S Cipendawa memiliki potensi kayu rata-rata sebesar 475 m3 dengan umur tegakan saat ini adalah 6 tahun. Pertumbuhan volume rata-rata yang dihasilkan lahan rehabilitasi tiap tahunnya adalah sebesar 79,17 m3. Berdasarkan harga kayu yang berlaku di masyarakat, yang disajikan pada Lampiran 10, maka nilai ekonomi kayu yang dihasilkan adalah Rp 58.332.652 / tahun.
51
5.7 Nilai Ekonomi Total Pendugaan nilai ekonomi total areal rehabilitasi dilakukan dengan menjumlahkan nilai penggunaan langsung, dalam hal ini hanya nilai ekonomi kayu atau penjumlah nilai penggunaan tidak langsung yaitu nilai ekonomi penyerapan karbondioksida, nilai ekonomi menghasilkan air bersih, nilai ekonomi pencegahan erosi. Secara ringkas, hasil perhitungan nilai ekonomi dari areal rehabilitasi Blok S Cipendawa disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Nilai ekonomi areal rehabilitasi di Blok S Cipendawa No I 1. II 1.
Nilai Ekonomi (Rp/tahun) Nilai Penggunaan Langsung Nilai Ekonomi Kayu: Berdasarkan harga pasar 58.332.652 Berdasarkan harga kayu afrika 25.725.000 Nilai Penggunaan Tidak Langsung Nilai Penyerapan Karbondioksida 14.820.114 a. CO2 min 16.270.266 b. CO2 maks Nilai Ekonomi Air Jenis Manfaat
2. a. Berdasarkan biaya pengadaan b. Berdasarkan harga pasar 3. Nilai Ekonomi Pencegahan Erosi
24.483.600 54.855.678 9.092.670
Untuk perhitungan nilai ekonomi air menggunakan dua metode perhitungan, yaitu berdasarkan biaya pengadaan dan berdasarkan harga pasar. Dari kedua metode ini memberikan nilai yang cukup beragam. Berdasarkan biaya pengadaan didapatkan nilai air rata-rata per m3 senilai Rp 1.289,28 /m3 sedangkan berdasarkan tarif PDAM, didapatkan nilai jual air rata-rata senilai Rp 2.888,64 /m3. Berdasarkan nilai tersebut, maka lahan rehabilitasi memiliki nilai ekonomi air berdasarkan biaya pengadaan sebesar Rp 24.483.600 /tahun dan nilai air berdasarkan harga pasar sebesar Rp 54.855.678 /tahun. Berdasarkan tarif PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor dapat diketahui nilai air baku dari lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa, yaitu senilai Rp 789,22 /m3 atau setara Rp 14.987.398 /tahun.
52
Nilai air berdasarkan biaya pengadaan dan harga pasar pada dasarnya hampir sama yaitu menghitung besarnya biaya pengadaan yang digunakan hingga konsumen dapat memperoleh air. Namun nilai jual air berdasarkan harga pasar atau tarif PDAM tidak hanya memperhitungkan biaya pengadaannya, tetapi juga memperhitungkan biaya lain berupa biaya pengolahan air. Oleh karena itu, nilai jual air berdasarkan tarif PDAM per m3 lebih tinggi jika dibandingkan nilai air per m3 berdasarkan biaya pengadaan. Selain itu, jarak antara konsumen dengan sumber air juga mempengaruhi, semakin jauh jaraknya maka akan semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air. Konsumen yang memperoleh air dari PDAM memiliki jarak yang bervariasi bahkan relatif jauh dari sumber, sedangkan berdasarkan biaya pengadaan, jarak antara sumber air dengan konsumen tidak jauh, yaitu di sekitar lahan rehabilitasi. Untuk mengetahui nilai air yang berada di lahan rehabilitasi adalah dengan menentukan nilai air baku, yaitu nilai air berdasarkan tarif PDAM per m3 dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) PDAM Kabupaten Bogor. Nilai air baku yang diperoleh lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai air berdasarkan biaya pengadaan dan harga pasar. Padahal adanya nilai air berdasarkan tarif PDAM adalah ketika air dapat dinikmati oleh konsumen bukan ketika masih berada di sumbernya. Karena itu, nilai ekonomi berdasarkan biaya pengadaan lebih mendekati kondisi nyata penggunaan air oleh masyarakat. Dari kedua metode penilaian tersebut, nilai air yang digunakan adalah nilai air berdasarkan biaya pengadaan. Kondisi awal areal rehabilitasi merupakan lahan kritis yang sangat memprihatinkan. Sehingga nilai ekonomi dari lahan tersebut hanya sebatas pada harga tanah, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini maka diasumsikan nilai ekonomi lahan pada kondisi awal tidak ada (NE = 0). Kemudian pada tahun 2002 lahan mulai ditanami, hingga sekarang pertumbuhan pohon sangat baik dan memberikan nilai yang positif bagi lahan. Pohon menyerap karbodioksida (CO2) dari udara yang kemudian diolah dalam proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Dari proses tersebut, pohon menghasilkan oksigen (O2) yang dilepaskan ke udara. Pertumbuhan pohon yang semakin besar akan memberikan rasa sejuk dan nyaman, karena pepohonan akan
53
menyerap radiasi surya sehingga energi yang tersisa untuk memanaskan udara di sekitarnya relatif sedikit. Nilai positif lainnya adalah akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat tanah, membantu meningkatkan kemampuan infiltrasi tanah sehingga simpanan air dalam tanah akan meningkat, dan akan membantu mengurangi erosi yang terjadi akibat hujan. Jika tegakan dipertahankan, maka nilai ekonomi total dari lahan rehabilitasi merupakan penjumlahan dari nilai guna tidak langsung yang diberikan, yaitu nilai ekonomi penyerapan karbondioksida, nilai ekonomi air, dan nilai ekonomi pencegahan erosi. Sehingga nilai ekonomi total yang dimiliki lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa sebesar Rp 49.121.460 /tahun. Nilai tersebut dapat terus meningkat jika pertumbuhan pohon tetap terjaga dengan baik dan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Seiring bertambahnya waktu, potensi pohon akan terus meningkat hingga siap untuk dijual. Ketika suatu saat kayu ditebang untuk diambil manfaat ekonominya, maka nilai guna tidak langsung seperti nilai ekonomi penyerapan karbondioksida, nilai ekonomi air, dan nilai ekonomi pencegahan erosi menjadi hilang. Hal ini disebabkan fungsi pohon untuk menyerap karbondioksida (CO2), meghasilkan oksigen (O2), mencegah erosi menjadi tidak ada, dan kemampuan infiltrasi tanah menjadi terganggu sehingga simpanan air tanah akan berkurang. Selain itu, nilai guna tidak langsung lainnya yang tidak diperhitungkan seperti nilai rekreasi, nilai keanekaragaman, kenyamanan akan ikut hilang. Selain nilai guna tidak langsung yang memberikan nilai ekonomi, lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa juga memiliki nilai ekonomi dari nilai guna langsung berupa nilai kayu. Nilai ekonomi kayu dihitung dengan pendekatan nilai kayu yang sudah memiliki nilai jual sekarang yaitu kayu afrika dan pendekatan harga pasar seluruh jenis kayu yang ada di lahan rehabilitasi. Berdasarkan harga jual kayu afrika saat ini (masih dalam tegakan), nilai kayu sebesar Rp 25.725.000. Sedangkan dengan menggunakan pendekatan harga jual kayu di pasar untuk seluruh jenis yang ada di sana nilainya Rp 58.332.652 /tahun. Jika pemilik lahan ingin mengambil nilai kayu, sesungguhnya akan menimbulkan efek negatif. Dengan adanya penebangan, akan terjadi peningkatan erosi, penyerapan karbondioksida di udara akan menurun yang akibatnya produksi
54
oksigen ke udara juga ikut turun, ditambah lagi dengan kerusakan lingkungan akibat kegiatan penebangan. Sehingga nilai kayu yang ada akan menjadi jauh lebih kecil, karena mempertimbangkan biaya kerusakan yang terjadi. Dari dua pendekatan yang dilakukan, nilai ekonomi kayu yang digunakan adalah nilai kayu berdasarkan pendekatan harga jual kayu di pasar. Jika nilai ekonomi kayu berdasarkan harga jual kayu afrika saat ini diambil, berarti hanya kayu afrika yang ditebang sedangkan kayu jenis lain tetap dipertahankan. Hal ini akan mempengaruhi nilai penyerapan karbodioksida. Akan terjadi penurunan penyerapan karbondiosida sebesar 34, 48 %, sehingga nilai ekonomi penyerapan karbondioksida akan berkurang menjadi Rp 10.185.208. Sedangkan akibat negatif yang ditimbulkan dari penebangan terhadap nilai ekonomi air dan nilai ekonomi pencegahan erosi memerlukan perhitungan lebih lanjut yang dalam penelitian ini belum dilakukan. Jika nilai ekonomi kayu yang diambil berdasarkan pendekatan harga jual kayu dipasar, berarti seluruh pohon yang ada di lahan rehabilitasi ditebang. Hal ini mengakibatkan nilai guna tidak langsung seperti nilai ekonomi penyerapan karbondioksida, nilai ekonomi air, nilai ekonomi pencegahan erosi, nilai rekreasi, nilai keanekaragaman, dan nilai guna tidak langsung lainnya menjadi hilang. Nilai kayu yang diperoleh pun menjadi lebih kecil karena dikurangi dengan kerusakan yang terjadi. Tabel 20 Rekap nilai ekonomi total areal rehabilitasi Blok S Cipendawa No
Jenis Manfaat 1.Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida
Nilai Ekonomi (Rp/thn)
I 2.Nilai ekonomi air (berdasarkan biaya pengadaan) 3.Nilai ekonomi pencegahan erosi
15.545.190 24.483.600 9.092.670
II Nilai ekonomi kayu dengan harga pasar
58.332.652
Nilai Ekonomi Total (Rp/tahun) 49.121.460
58.332.652
Nilai yang dihitung pada dasarnya belum merupakan nilai ekonomi total yang dimiliki lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa, karena nilai yang dihitung dalam penelitian ini hanya sebagian kecil dari nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Nilai guna tidak langsung yang diperoleh lahan rehabilitasi bisa lebih tinggi dari nilai yang diperoleh saat ini, karena nilai guna tidak langsung
55
lainnya belum diperhitungkan. Tapi untuk menghitung nilai guna tidak langsung lainnya masih sulit dilakukan, jika dibandingkan dengan nilai guna tidak langsung berupa nilai air, penyerapan karbondioksida, dan pencegahan erosi yang sudah memiliki pasar untuk menduganya. Berdasarkan Tabel 20, nilai guna langsung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai guna tidak langsung. Sehingga menjadi wajar bila banyak orang yang lebih memilih nilai kayu dibandingkan nilai jasa lingkungan. Karena nilai yang dapat dinikmati oleh pengelola adalah nilai kayu. Nilai air dan nilai penyerapan karbondioksida yang dihasilkan tidak dinikmati oleh pengelola. Nilai air yang dihasilkan masuk ke PDAM, sedangkan untuk memperoleh nilai penyerapan karbondiosida sangat sulit karena perdagangan karbon masih sulit direalisasikan hingga sekarang. Nilai guna tidak langsung yang lebih rendah dibanding nilai guna langsung dapat menggambarkan bahwa untuk mempertahankan keberadaan hutan masih sulit dilakukan. Karena banyak orang yang akan memilih nilai kayu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan harus mempertahankan nilai jasa lingkungannya. Walaupun ada kompensasi yang diberikan kepada pengelola untuk tetap mempertahankan tegakan sesuai dengan nilai jasa lingkungannya, pada kenyataannya nilai kayu masih lebih tinggi dibandingkan nilai jasa lingkungan yang diperoleh. Agar pohon atau tegakan dapat dipertahankan maka sebaiknya pengelola diberikan intensif sejumlah nilai guna langsung yang diperoleh atau bahkan lebih tinggi.
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Hasil kegiatan rehabilitasi lahan di Blok S Cipendawa telah memberikan berbagai manfaat, baik manfaat nyata berupa hasil kayu dan non kayu maupun manfaat tidak nyata berupa jasa lingkungan. Tanpa disadari, manfaat tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, khususnya nilai jasa lingkungan yang selama ini kurang menjadi perhatian masyarakat luas. Jika tegakan dipertahankan, nilai ekonomi total yang dihasilkan dari lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa adalah sebesar
Rp 49.121.460/tahun. Nilai
tersebut terdiri dari nilai ekonomi air, nilai ekonomi penyimpanan karbon, dan nilai ekonomi pencegahan erosi. Nilai ekonomi air dihitung dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu nilai ekonomi air berdasarkan biaya pengadaan senilai Rp 24.483.600 /tahun, dan nilai air berdasarkan harga pasar sebesar Rp 54.855.678 /tahun. Dalam penilaian ekonomi total, nilai air yang digunakan adalah nilai air berdasarkan biaya pengadaan. Nilai ekonomi penyerapan karbondioksida sebesar Rp 14.820.114 /tahun hingga Rp 16.270.266 /tahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 15.545.190 /tahun. Nilai ekonomi pencegahan erosi didapatkan nilai sebesar Rp 9.092.670 /tahun. Nilai ekonomi total yang didapat diatas, merupakan nilai guna tidak langsung atau nilai jasa lingkungan yang ingin dimanfaatkan. Namun, bila pemilik lahan ingin mengambil manfaaat langsung berupa hasil kayu, maka nilai ekonomi total untuk lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa senilai Rp 58.332.652 /tahun. Nilai tersebut berasal dari nilai ekonomi kayu, karena jika manfaat kayu yang diambil maka fungsi lahan rehabilitasi diasumsikan kembali pada kondisi awal dengan tidak ada tegakan. Sehingga fungsi lahan dalam menyerap karbondioksida, menghasilkan air, dan mencegah erosi menjadi hilang. Nilai ekonomi kayu dihitung dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan harga kayu afrika senilai Rp 25.725.000, dan nilai kayu dengan pendekatan harga pasar senilai Rp 58.332.652 /tahun Berdasarkan dua metode pendekatan untuk perhitungan nilai ekonomi
57
kayu, nilai yang digunakan untuk penilaian ekonomi total adalah nilai kayu berdasarkan pendekatan harga pasar.
6.2 Saran Besarnya nilai ekonomi jasa lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan rehabilitasi lahan dalam penelitian ini, memberikan informasi bahwa kegiatan rehabilitasi memberikan banyak keuntungan. Nilai dari jasa lingkungan akan lebih besar lagi jika penilaian dilakukan secara menyeluruh, maka sudah saatnya penilaian yang dilakukan bukan lagi hanya berorientasi pada nilai kayu saja. Namun, perlu juga mempertimbangkan nilai dari jasa hutan yang selama ini sering terabaikan. Nilai ekonomi total dari lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa yang didapat dalam penelitian ini bukanlah nilai yang sebenarnya. Masih banyak potensi yang dimiliki lahan rehabilitasi seperti tanaman obat, bibit alami, tanaman hias, rekreasi, sayuran, dan lainnya
yang belum dihitung dalam penelitian ini.
Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai potensi lain yang ada di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa untuk mengetahui nilai ekonomi total yang sebenarnya dan penelitian lanjutan mengenai nilai ekonomi kayu untuk beberapa tahun ke depan agar diketahui nilai kayu yang sebenarnya jika pohon sudah siap jual.
58
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2001. Siklus Hidrologi. http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/airsiklus.htm [6 Mei 2008]. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Bahruni. 1999. Penilaian sumberdaya hutan dan lingkungan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. USA: Department of Natural Resources and Environmental Sciences University of Illinois, Urbana. Darusman D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang – Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Penjelasannya. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/UNDANG2/uu/41_99.htm [ 1 Mei 2008]. Hadi M. 2007. Pendugaan simpanan karbon di atas permukaan lahan pada tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Blitar, Perhutani unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre- ICRAF. Handayani RR. 2003. Prospek pengelolaan hutan tanaman Pinus merkusii untuk tujuan perdagangan karbon di KPH Bogor Perum Perhutani unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Hariyadi. 2005. Kajian potensi cadangan karbon pada pertanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) dan berbagai tipe penggunaan lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, kecamatan Nanggung, kabupaten Bogor [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Haryuni PDS. 2000. Pertumbuhan stek batang Kepuh (Sterculia foetida) pada berbagai media dan dosis ZPT Rootone F [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
59
Heriyansyah I. 2004. Potensi tanaman industri dalam mensequester karbon: studi kasus di hutan tanaman Akasia dan Pinus. [IFCA] Indonesia Forest Climate Alliance. 2007. Pasar dan Skenario Kebijakan International untuk REDD. http://72.14.235.132/search?q=cache: Ia1fPnSFmnMJ:redd.pbwiki.com/f/IFCA%2520-%2520Pasar%2520 dan%2520Skenario%2520Kebijakan%2520International%2520untuk %2520REDD%2520%25205%2520Nov%252007.ppt+IFCA,ppt&hl= id&ct=clnk&cd=1&gl=id&lr=lang_id. [13 januari 2009]. Isrianto. 1997. Kajian Struktur Anatomi dan Kajian Fisik Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) [skripsi]. Bogor:Fakultas Kehutanan , Institut Pertanian Bogor. Lembaga Biologi Nasional. 1979. Kayu Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional LIPI. Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. . Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor: Balai Penelitian Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Murdiyarso D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang. Jakarta: Penerbit Kompas. Nurfatriani F. 2005. Nilai ekonomi kawasan yang direhabilitasi (hutan dan lahan) studi kasus proyek RHL Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul, Prop. DI Yogyakarta [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Priatna PAW. 2004. Potensi ekonomi pengelolaan hutan tanaman Jati (Tectona grandis Linn.f.) pada perdagangan karbon melalui mekanisme pembangunan bersih [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Roslinda E. 2002. Nilai ekonomi hutan pendidikan Gunung Walat dan kontribusinya terhadap masyarakat sekitar [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Satyarini K. 2003. Sifat-Sifat Pulp Sulfat Kayu Dadap (Erythrina variegate Linn) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Seyhan
E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Subagyo S, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sihite J. 2001. Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan dalam Perlindungan DAS: Kasus Sub-DAS Besai – DAS Tulang Bawang, Lampung.
60
Supriatna IS. 2007. Nilai ekonomi system agroforestry kebun campuran (studi kasus Desa Babakan, kecamatan Wanayasa, kabupaten Purwakarta) [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Syumanda
R. 2007. Potret Hutan Indonesia. http://www.walhi.or.id/ kampanye/hutan/shk/070528_htn_indo_cu/sia [26 Februari 2008].
61
LAMPIRAN
62
LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai Air menurut Biaya Pengadaan Biaya no
nama
1
Upay Sumarna
2
Pandi
BPk/s (Rp)
MP (thn)
258800
5
BPk/s MP BPp BPp (Rp) (Rp/bln) (thn) (Rp/bln) 4313,33
80000
2
BPs (Rp)
MP (thn)
BPs (Rp/bln)
Bpe/t (Rp)
MP (thn)
Bpe/t (Rp/bln)
3333,33
BPm (Rp) 75000
7000
1
583,33
Konsumsi air
MP BPm (thn) (Rp/bln) 5
1250,00
BPg (Rp)
MP BPg (thn) (Rp/bln)
5000
1
416,67
5000
1
416,67
BPkr (Rp)
MP (thn)
10000
1
BPkr But (Rp/bln) (Rp/j)
Wkt (mnt)
But (Rp/bln)
833,33 1875
10
9375
Jarak sumber
NA (Rp/m3)
BPAt (Rp/bln)
BPAt (Rp/thn)
KA (m3/hr)
KA (m3/thn)
(m)
10146,67
121760
2,00
730
3
166,79
10375,00
124500
0,33
118,8075
2
1047,91
3 Tri Sutrisna
40000
2
1666,67
50000
1
4166,67 175000
5
2916,67
5000
1
416,67
9166,67
110000
0,60
219
3
502,28
4
Pardi
40000
2
1666,67
50000
1
4166,67 175000
5
2916,67
5000
1
416,67
9166,67
110000
0,84
307,5125
4
357,71
5
Komarudin
14000
1
1166,67
5000
1
416,67
10958,33
131500
0,87
316,82
2
415,06
6
Abdul Maluh
295700
5
4928,33
12761,67
153140
1,00
365
0
419,56
7
Rusdi
301500
5
5025,00
6608,33
79300
0,60
219
0
362,10
8
Ida
295700
5
4928,33
40000
2
1666,67
175000
5
9
H. Palahudin
301500
5
5025,00
1000000
2
41666,67
175000
10
Asep
40000
2
1666,67
11
Mansur
304500
5
5075,00
12
Rojudin
258800
5
4313,33
13
Masgun
258800
5
4313,33
60000
20000
2
2
2500,00
833,33
14000
1
1166,67 175000
14000
1
1166,67
5
2916,67
1875 5000
1
10
9375
10000
1
833,33
5000
1
416,67
416,67
2916,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
10345,00
124140
0,40
146
0
850,27
5
2916,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
50441,67
605300
1,00
365
200
1658,36
50000
1
4166,67 175000
5
2916,67
5000
1
416,67
9166,67
110000
0,60
219
2
502,28
7000
1
583,33
5
2916,67
5000
1
416,67
8991,67
107900
0,50
182,5
0
591,23
50000
1
4166,67
5000
1
416,67
9730,00
116760
7,35
2682,75
2
43,52
14000
1
1166,67
5000
1
416,67
5896,67
70760
0,75
273,75
25
258,48
175000
14
Apud
295700
5
4928,33
1200000
2
50000,00
5000
1
416,67
10000
1
833,33
56178,33
674140
2,00
730
250
923,48
15
Empud
258800
5
4313,33
80000
2
3333,33
175000
5
2916,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
11396,67
136760
0,30
109,5
0
1248,95
16 Titi Juariah
258800
5
4313,33
120000
2
5000,00
175000
5
2916,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
13063,33
156760
0,45
164,25
10
954,40
17
Nining
258800
5
4313,33
100000
2
4166,67
175000
5
2916,67
5000
1
416,67
10000
1
833,33
12646,67
151760
0,45
164,25
2
923,96
18
Heri
258800
5
4313,33
1000000
2
41666,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
46813,33
561760
1,00
365
150
1539,07
19
Asep Muhyan
258800
5
4313,33
1000000
2
41666,67
5000
1
416,67
5000
1
416,67
46813,33
561760
1,00
365
150
1539,07
20
Udin
258800
5
4313,33
500000
2
20833,33
5000
1
416,67
5000
1
416,67
26563,33
318760
0,39
140,7075
150
2265,41
295700
5
4928,33 500000
2
20833,33
21 Inang Sagita 22
Marsiah
23
Edi Soleh
24
Aat
7000 300000
600000
2
25000,00
1
25000
1
583,33
7000
1
583,33
5000
1
416,67
30928,33
371140
1,00
365
150
1016,82
7000
1
583,33
5000
1
416,67
21833,33
262000
0,54
198,0125
100
1323,15
14000
1
1166,67
5000
1
416,67
20333,33
244000
0,55
202,21
50
1206,67
14000
1
1166,67
5000
1
416,67
26583,33
319000
0,19
68,8025
20
4636,46
1875
20
18750
63
25
Mamat
295700
5
4928,33
500000
2
20833,33
26
Siti Nur
258800
5
4313,33
40000
2
1666,67
27
Nurman
28
Rinati
29
Hawa
1000000
2
30
Rahmad
600000
31
Hamid
400000
32 33
175000 400000
416,67
10000
1
833,33
27011,67
324140
0,90
328,5
100
986,73
5000
1
416,67
10000
1
833,33
10146,67
121760
2,00
730
5
166,79
7000
1
583,33
5000
1
416,67
34333,33
412000
0,30
109,5
200
3762,56
1
8333,33
5000
1
416,67
8750,00
105000
0,25
91,25
20
1150,68
41666,67
50000
1
4166,67
5000
1
416,67
46250,00
555000
0,34
124,2825
100
4465,63
2
25000,00
100000
1
8333,33
5000
1
416,67
33750,00
405000
0,55
202,21
100
2002,87
2
16666,67
7000
1
583,33
5000
1
416,67
27940,00
335280
10,00
3650
5
91,86
Mulyani
57000
1
4750,00
5000
1
416,67
1000
15
14062,5
19229,17
230750
0,25
91,25
10
2528,77
Sumiyati
57000
1
4750,00
5000
1
416,67
1000
15
14062,5
19229,17
230750
0,25
91,25
10
2528,77
300000
1
25000,00
5
9856,67
34
Mimin
400000
2
16666,67
35
Nuryati
400000
2
16666,67
33333,33
2916,67
1
100000
591400
1
5
5000
175000
5
2916,67
1
416,67
5000
1
416,67
20416,67
245000
2,00
730
20
335,62
1
416,67
10000
1
833,33
42916,67
515000
0,60
219
200
2351,60
BPg
= biaya pengadaan gayung
BPp
= biaya pengadaan paralon
BPkr = biaya pengadaan keran
BPs
= biaya pengadaan selang
BPAt = biaya pengadaan alat total = kebutuhan air
BPm = biaya pengadaan mesin pompa
NA
= nilai air
416,67
5000
BPk/s = biaya pengadaan kolam/sumur
KA
1
5000
Keterangan:
BPe/t = biaya pengadaan ember/tong
5000
64
Lampiran 2 Pengukuran debit mata air No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Volume Air 10 11 11 11 11 11 11 10 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Rata-rata
Waktu (s) 19,29 15,72 7,56 16,32 18,47 22,74 23,85 12,61 29,24 24,48 21,21 18,27 10,64 16,55 19,58 15,86 16,55 18,08 19,81 19,82 15,97 19,24 22,5 14,96 17,23
Debit (m3/s) 0,00051840 0,00069975 0,00145503 0,00067402 0,00059556 0,00048373 0,00046122 0,00079302 0,00037620 0,00044935 0,00051862 0,00054735 0,00093985 0,00060423 0,00051073 0,00063052 0,00060423 0,00055310 0,00050480 0,00050454 0,00062617 0,00051975 0,00044444 0,00066845 0,00058038 0,00061054
Berdasarkan hasil pengukuran debit mata air di atas, diduga mata air di lahan rehabilitasi Blok S Cipendawa dalam satu tahun menghasilkan debit sebesar 18.990,14 m3
65
Lampiran 3 Tarif air minum PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor
BLOK PEMAKAIAN & BESARNYA KELOMPOK NO.
GOLONGAN
0 – 10 M3
11 – 20 M3
> 20 M3
(Rp)
(Rp)
(Rp)
970
970
970
A
1.300
1.500
2.800
B
1.300
1.500
2.800
A
1.600
2.990
3.410
B
2.030
3.270
3.840
C
1.700
3.130
3.410
A
2.560
3.550
4.120
B
2.990
3.840
4.270
C
3.560
4.130
4.550
D
6.260
6.260
6.260
E
6.260
6.260
6.260
- Universitas Indonesia
2.620
2.620
2.620
- Yayasan Anggraeni
1.870
1.870
1.870
kesepakatan
kesepakatan
Kesepakatan
PELANGGAN 1.
Kelompok I
2.
Kelompok II
3.
4.
5.
TARIF AIR /M3
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok Khusus
- Kesepakatan
Sumber:PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor
66
Lampiran 4 Biaya beban tetap PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor
BIAYA BEBAN TETAP
INSTALASI NO.
METER
Kelompok I
AIR (INC)
Kelompok II
Kelompok III
A
B
A
B
C
1.
0,50
8.000
9.000
9.000
10.000
12.500
10.000
2.
0,75
14.000
15.000
15.000
16.000
18.500
16.000
3.
1,00
18.000
19.000
19.000
20.000
22.500
20.000
4.
2,00
69.500
70.500
70.500
71.500
74.000
71.500
5.
3,00
98.000
99.000
99.000
100.000
102.500
100.000
6.
4,00
112.000
113.000
113.000
114.000
116.500
114.000
7.
6,00
187.000
188.000
188.000
189.000
191.500
189.000
8.
8,00
222.000
223.000
223.000
224.000
226.500
224.000
9.
10,00
322.000
323.000
323.000
324.000
326.500
324.000
10
12,00
627.000
628.000
628.000
629.000
631.500
629.000
INSTALASI NO.
BIAYA BEBAN TETAP
METER
Kelompok IV
Kelompok V
AIR (INC)
A
B
C
D
E
1.
0,50
15.000
16.500
17.500
22.500
25.000
2.
0,75
18.000
19.500
20.500
25.500
28.000
3.
1,00
22.000
23.500
24.500
29.500
32.000
Didasarkan
4.
2,00
73.500
75.000
76.000
81.000
83.500
pada
5.
3,00
102.000
103.500
104.500
109.500
112.000
kelompok
6.
4,00
116.000
117.500
118.500
123.500
126.000
golongan
7.
6,00
191.000
192.500
193.500
198.500
201.000
pelanggan
8.
8,00
226.000
227.500
228.500
233.500
236.000
9.
10,00
326.000
327.500
328.500
333.500
336.000
10
12,00
631.000
632.500
633.500
638.500
641.000
Sumber: PDAM Pemerintah Kabupaten Bogor
kesepakatan
67
Lampiran 5 Berat jenis kayu BJ (ρ) ρ min ρ max 0,43 0,54 0,48 0,719 0,51 0,61 0,71 0,71 0,20 0,30 0,75 0,75 0,62 0,75 0,75 0,75 0,40 0,40 0,40 0,86 0,70 0,75
Nama Spesies agathis alpukat pohon kaya belimbing dadap pagar jambu biji jati karet kerbau kayu afrika kayu manis kayu putih
Agathis spp. Persea americana Mill Khaya antotheca Averrhoea carambola Erythrina variegata Linn Psidium guajava L. Tectona grandis Ficus elastic Maesopsis eminii Cinnamomum burmanii Melaleuca leucadendron L
kepuh
Sterculia foetida
0,64
0,64
Oey Djoen Seng (1961) dalam Haryuni PDS (2000)
kihujan kiputri
Gliricidia sepium Dacrycarpus imbricatus Blume Leucaena leucocephala Swietenia mahagoni Mangifera indica Morinda citrifolia L Artocarpus heterophyllus Parkia speciosa Hassk Pinus merkusii jungh et Alstonia scholarisR Br Schima wallichii Nephelium lapaceum Gluta renghas L Paraserianthes falcataria Annona muricata Peronema canescens Jack
0,75 0,60
0,75 0,60
ICRAF ICRAF
0,45 0,56 0,67 0,67 0,55 0,45 0,40 0,27 0,62 0,91 0,59 0,24 0,40 0,52
0,55 0,72 0,67 0,67 0,71 0,45 0,75 0,49 0,79 0,91 0,84 0,49 0,40 0,73
ICRAF
lamtoro mahoni mangga mengkudu nangka petai pinus pulai puspa rambutan rengas sengon sirsak sungkai
Nama Latin
Sumber Atlas Kayu Jilid I ICRAF Hendromo&Hadjib(2001)
ICRAF Satyarini K (2003) ICRAF Atlas Kayu Jilid I ICRAF ICRAF ICRAF ICRAF
Atlas Kayu Jilid I ICRAF ICRAF Isrianto (1997) LIPI (1979) Atlas Kayu Jilid I Atlas Kayu Jilid I Atlas Kayu Jilid I ICRAF Atlas Kayu Jilid I Atlas Kayu Jilid I ICRAF Atlas Kayu Jilid I
68
Lampiran 6 Data Curah Hujan Bulanan tahun 1998 – 2007 dari Stasiun Klimatologi Citeko
Curah Hujan (mm) Bulan
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jan
302,8
466,1
448,8
553,4
636
490,7
289,6
288,6
692,7
399,5
Feb
384,8
523,7
337,8
698,5
658,5
455,7
511,1
706,18
445,1
927,9
Mar
684
210,8
293,7
498,9
337
341,7
269,4
318,4
157,3
395,2
Apr
342,6
132,4
376,1
366,9
340
265,7
354,9
125,6
308,8
384,7
Mei
249,1
281,9
246,4
281,9
31
185,5
242,3
163,6
134,5
113,6
Jun
263
110,8
116
134,1
151,2
103,2
39,8
237,6
134,5
130,1
Jul
150
79,3
220
70,3
185,9
97,0
72
140,24
13,7
8,2
Agt
103,3
77
19,2
50,7
81,4
91,4
7,6
206,1
6,6
73,6
Sep
107,5
97,7
97,7
117
22,6
148,7
154,8
202,4
20,5
62,7
Okt
215,3
307,5
219
374,2
46,2
211,5
238,6
192,3
98,4
166,0
Nov
186,3
277
337,7
439,2
216,9
303,7
187,6
263,3
158,1
234,5
Des
193,2
315,7
118,5
75,9
275,3
337,7
466,4
282,2
550,7
583,5
Total
3181,9
2879,9
2830,7
3661
2982
3032,5
2834,1
3126,5
2720,9
3479,5
69
Lampiran 7 Prakiraan besarnya nilai K dan nilai LS (Asdak 1995)
Nilai K
Nilai LS No
Kelerengan (%)
Kategori
Nilai LS
1
0-8
Datar
0,89
2
8-15
Landai
2,29
3
15-25
Curam
5,27
4
25-40
Agak Curam
11,32
5
> 40
Sangat Curam
20,70
70
Lampiran 8 Nilai faktor C untuk pengelolaan tanaman (Arsyad 2006)
71
Lampiran 9 Nilai Faktor P pada berbagai aktivitas konservasi tanah di Jawa, Abdurrahman (1984) dalam Asdak (1995)
72
Lampiran 10 Daftar harga kayu log Nama Spesies Agathis
Nama Latin Agathis spp.
Harga (Rp/m3) 900.000
Alpukat
Persea americana Mill
300.000
pohon kaya
Khaya antotheca
405.000
dadap pagar
Erythrina variegata Linn
300.000
Jati
Tectona grandis
1.300.000
kayu afrika
Maesopsis eminii
405.000
Kepuh
Sterculia foetida
300.000
Lamtoro
Leucaena leucocephala
300.000
Mahoni
Swietenia mahagoni
900.000
Mangga
Mangifera indica
300.000
Nangka
Artocarpus heterophyllus
300.000
Petai
Parkia speciosa Hassk
300.000
Pinus
Pinus merkusii jungh et
600.000
Puspa
Schima wallichii
450.000
Rambutan
Nephelium lapaceum
300.000
Rengas
Gluta renghas L
900.000
Sengon
Paraserianthes falcataria
312.000
Sirsak
Annona muricata
300.000
Sungkai
Peronema canescens Jack
900.000
Sumber: PD. Kayu Raja Mandiri, Bogor
73
Lampiran 11 Nilai Ekonomi Kayu Nama Spesies agathis alpukat pohon kaya dadap pagar jati kayu afrika kepuh lamtoro mahoni mangga nangka petai pinus puspa rambutan rengas sengon sirsak sungkai
Nama Latin Agathis spp. Persea americana Mill Khaya antotheca Erythrina variegata Linn Tectona grandis Maesopsis eminii Sterculia foetida Leucaena leucocephala Swietenia mahagoni Mangifera indica Artocarpus heterophyllus Parkia speciosa Hassk Pinus merkusii jungh et Schima wallichii Nephelium lapaceum Gluta renghas L Paraserianthes falcataria Annona muricata Peronema canescens Jack Total
Harga (Rp/m3) 900.000 300.000 405.000 300.000 1.300.000 405.000 300.000 300.000 900.000 300.000 300.000 300.000 600.000 450.000 300.000 900.000 312.000 300.000 900.000
Potensi rata-rata *
Daur 3 (tahun) Jumlah pohon Volume (m ) 52 5 14 15 689 147 1 13 41 2 18 5 90 4 2 2 29 1 134
11,34 1,41 5,91 5,44 147,25 186,84 2,67 7,33 10,56 2,62 5,47 4,73 24,52 1,30 0,33 1,18 25,43 0,15 30,51 475,00
25 25 10 10 25 15 15 15 10 25 25 25 15 15 25 15 10 15 15
Pertumbuhan volume rata-rata nilai kayu per tahun untuk sejumlah (Rp/tahun) pohon yang ditanam 1,89 1.701.000 0,24 70.500 0,99 398.925 0,91 272.000 24,54 31.904.167 31,14 12.611.700 0,45 133.500 1,22 366.500 1,76 1.584.000 0,44 131.000 0,91 273.500 0,79 236.500 4,09 2.452.000 0,22 97.500 0,06 16.500 0,20 177.000 4,24 1.322.360 0,03 7.500 5,09 4.576.500 79,17 58.332.652
74
Lampiran 12 Hasil Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah Lahan Rehabilitasi Blok S Cipendawa