INFLUENCE OF GROUP ACTIVITY THERAPY OF PERCEPTION STIMULATION TOWARDS THE ABILITY TO CONTROL HALLUCINATION ON SCHIZOPHRENIA AT GRHASIA HOSPITAL DIY PROVINCE Ni Wayan Sri Utami1, Abdul Ghofur2, Wahyu Rochdiat3 ABSTRACT Background: Hallucination is one of the mental disorder symptoms on individuals indicated by the sensory perception shift. If not treated promptly, this can cause the individual to be unproductive. One can even be a burden to family and society. Nursing treatment to cope with hallucination starts by developing trust with the patient, followed by helping the patient get familiar with and control this hallucination. One of the therapies which can be applied is group activity therapy of hallucination perception stimulation. As the result of preliminary study at Grhasia hospital DIY province at the end of November 2011, patients with hallucination were commonly given nursing intervention in the form of group activity therapy of hallucination perception stimulation Research aim: To find the influence of group activity therapy of perception stimulation towards the ability to control hallucination on schizophrenia at Grhasia hospital DIY province before and after the therapy. Research method: This research used the design of experimental research with the type of Quasi-Experimental Design with the setting of One-group pre-posttest design. This research population was 37 patients at Grhasia hospital DIY province with hallucination. Sampling technique used was patient purposive sampling who met the inclusion and exclusion sample criteria with 34 samples. Data collection tool was questionnaire. The research was done in April – July 2012. Research data analysis used Wilcoxon Signed Rank Test. Result: The ability of patients to control hallucination before therapy was generally medium. After the therapy, commonly it fell on the category of good. Result of analysis of Wilcoxon Signed Rank test yielded the value of Z = -4.583 with p-value as (p<0,05) Conclusion: The influence of group activity therapy of perception stimulation towards the ability to control hallucination on schizophrenia at Grhasia hospital DIY province before and after the therapy was evident. Keywords: group activity therapy of perception stimulation, hallucination, clients of schizophrenia
1
Student of Bachelor’s Degree of Nursing Study of Respati University of Yogyakarta Lecturer of Health Polytechnic of Yogyakarta Ministry of Health. 3 Lecturer of Respati University of Yogyakarta. 2
1
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT GRHASIA PROVINSI DIY Ni Wayan Sri Utami4, Abdul Ghofur5, Wahyu Rochdiat INTISARI Latar Belakang : Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, apabila tidak ditangani akan menyebabkan individu menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Tindakan keperawatan untuk mengatasi halusinasi dimulai menumbuhkan saling percaya dengan pasien, dilanjutkan dengan membantu pasien mengenal dan mengontrol halusinasi. Salah satu terapi yang dapat digunakan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY pada akhir November 2011, pasien yang mengalami gejala halusinasi biasanya diberi intervensi keperawatan berupa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Tujuan Penelitian : diketahuinya pengaruh pemberian TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skisofrenia di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY sebelum dan sesudah melaksanakan TAK Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental jenis Quasi-Experimental Design dengan rancangan One-group pre-posttest design. Populasi penelitian ini adalah pasien di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY yang mengalami halusinasi berjumlah 37 pasien. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2012. Analisis data penelitian menggunakan Wilcoxon Signed Rank test. Hasil: Tingkat kemampuan pasien mengontrol halusinasi sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sebagian besar dalam kategori cukup . Kemampuan pasien mengontrol halusinasi setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sebagian besar dalam kategori baik. Hasil analisis Wilcoxon Signed Rank test diperoleh nilai Z sebesar -4,583 dengan p-value sebesar (p<0,05). Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skisofrenia di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY sebelum dan sesudah melaksanakan TAK. Kata Kunci: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi, halusinasi, klien skizofrenia
4 5
Student of Bachelor’s Degree of Nursing Study of Respati University of Yogyakarta Lecturer of Health Polytechnic of Yogyakarta Ministry of Health.
2
PENDAHULUAN Saat ini kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada4. Halusinasi sebisa mungkin harus dikendalikan, apabila halusinasi ini dibiarkan halusinasi akan berdampak buruk bagi pasien dimana halusinasi akan mengakibatkan penyempitan kemampuan konsentrasi, kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dan kenyataan, kesulitan berhubungan dengan orang lain, menarik diri, perilaku kekerasan dan sangat potensial melakukan bunuh diri dan membunuh orang lain. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seorang pasien dalam mengontrol halusinasi yaitu Psikofarmaka, terapi kognitif, kesehatan fisik, aktivitas, dukungan keluarga, jaringan sosial dan dukungan sosial. Kemampuan pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi yaitu: kemampuan menghardik halusinasi, kemampuan bercakap-cakap dengan orang lain, kemampuan melakukan aktivitas terjadwal dan kemampuan meminum obat secara terjadwal4. Pada fase I halusinasi biasanya belum bisa dikendalikan karena pada fase ini pasien merasa nyaman dan senang dengan halusinasinya untuk itu pada fase ini apabila kita mengajarkan cara mengontrol halusinasi tidak akan berjalan dengan baik disini kita hanya bisa mengawasi dan mengarahkan pasien agar tidak sampai larut dalam halusinasinya dan mampu membedakan halusinasi dan kenyataan. Pada fase II dan fase III halusinasi klien harus sudah mulai dikendalikan disini bertujuan agar halusinasi tidak menjadi lebih parah dan tidak berlajut pada fase-fase berikutnya. Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan7. Terapi aktivitas kelompok memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berprilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untukmembantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Terapi aktivitas kelompok dapat dibagi menjadi empat yaitu : terapi aktifitas kelompok sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita 2.
3
Salah satu Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang digunakan untuk menangani pasien dengan halusinasi adalah TAK stimulasi persepsi halusinasi.TAK stimulasi persepsi sangat penting diberikan pada pasien yang mengalami halusinasi agarpasien bisa mengontrol halusinasinya. Pada TAK ini pasien diajarkan bagaimana cara mengontrol halusinasi yang dibagi menjadi beberapa sesi yaitu:mengenal halusinasi, menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat. Apabila pasien sudah bisa mengenali halusinasinya, menyibukkan diri dengan kegiatan, saat halusinasi datang klien mengalihkan dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan patuh minum obat, hal tersebut akan membantu pasien tidak terlalu berfokus pada halusinasinya sehingga diharapkan halusinasi tersebut bisa dikontrol. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 November 2011, pada tahun 2009 jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa secara keseluruhan yang menjalani rawat inap adalah 982 orang, sedangkan yang mengalami halusinasi sebanyak 171 orang atau 17,41%. Sedangkan jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa secara keseluruhan yang menjalani rawat inap pada tahun 2010 sebanyak 930 orang dengan jumlah laki-laki 518 orang atau 55,70% dan jumlah perempuan sebanyak 412 orang atau 44,30%. Jumlah pasien yang mengalami halusinasi 313 orang atau 33,65%. Pada tahun 2011 jumlah pasien jiwa yang mengalami gangguan jiwa secara keseluruhan adalah 983 orang jumlah pasien yang mengalami halusinasi adalah sebanyak 449 orang.Pada tahun 2011 dari keseluruhan pasien yang mengalami halusinasidi Rumah Sakit Grhasia 80-90% pasien mengalami halusinasi pendengaran, visual dan gabungan dari kedua halusinasi tersebut.Macam-macam TAK sering dilakukan di Rumah Sakit Grhasia salah satunya TAK stimulasi persepsi halusinasi yang diberikan pada pasien halusinasi. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skizofrenia di rumah sakit Grhasia Propinsi DIY”
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan desain Pre-test and Post-test Group yaitu di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimaen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut post-test. Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 01-02 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen1 Penelitian ini dilakukan pada April 2012 sampai dengan Juli 2012.Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Grhasia DIY.Jumlah populasi adalah 37 orang yaitu jumlah pasien yang menderita halusinasi yang berada di ruangan Sinta, Srikandi, Nakula dan Sahadewa, di Rumah Sakit Grhasia Propinsi DIY.
4
Jumlah sampel adalah 34 orang yang di peroreh dari metode penelitian sampel non-random, dengan jenis purposive sampling dengan criteria: a.
Kriteria inklusi: 1) Klien rawat inap di Rumah Sakit Grhasia DIY. 2) Klien yang mengalami halusinasi fase II & III 3) Klien dengan diagnose medis skizofrenia. 4) Klien yang belum lulus (sudah pernah mendapatkan TAK tetapi masih belum bisa mengontrol halusinasi, masih merasakan halusinasi) dan atau yang belum pernah di berikan TAK stimulasi persepsi halusinasi 5) Bersedia menjadi subyek penelitian.
b.
Kriteria eksklusi: 1) Klien yag mengalami sakit fisik. 2) Klien yang mengalami gangguan komunikasi verbal. 3) Klien dengan waham, isolasi sosial, perilaku kekerasan. 4) Klien dengan kategori krisis. Variabel bebas dari penelitian ini adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan mengontrol halusinasi. Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pasien mengontrol halusinasi yaitu faktor Psikofarmaka, Terapi kognitif, kesehatan fisik, Aktivitas , Dukungan keluarga, Jaringan sosial dan dukungan sosial. Pada penelitian ini digunakan beberapa alat ukur. Adapun alat ukur yang digunakan dalam mengukur pelaksanaan TAK stimulasi persepsi diukur berdasarkan formulir evaluasi Alat yang digunakan berupa check list2.Alat ukur
kemampuan mengontrol halusinasi
sebelum dan sesudah TAK, peneliti menggunakan lembar kuesioner dengan 30 item. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap yang diuraikan sebagai berikut : a.
Tahap persiapan Persiapan penelitian ini dimulai dengan peneliti mengajukan judul, persetujuan judul, penyusunan proposal.Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 29 November 2011. Pengurusan ijin penelitian, membuat kontrak dengan perawat yang akan melakukan TAK stimulasi persepsi dan mengkaji kemampuan mengontrol halusinasi, setelah itu menyamakan persepsi antara peneliti dengan perawat yang akan melakukan TAK stimulasi persepsi dan mengkaji kemampuan mengotrol halusinasi pada klien
dengan memfasilitasi panduan TAK stimulasi persepsi 2 dan lembar
kuesioner yang berjumlah 30 item. Selanjutnya peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi di ruangan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu ruangan Sinta, Srikandi, Nakula dan Sahadewa, dan menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan TAK stimulasi persepsi.
5
b.
Tahap pelaksanaan Setelah persiapan penelitian selesai, maka pelaksanaan penelitian mulai dilakukan.Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada April-Juli 2012.Pemilihan sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria, dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Grhasia DIY dengan melakukan studi dokumentasi di setiap bangsal.Subyek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian sejumlah 34 klien yang akan di bagi menjadi kelompok 5 kelompok, kelompok 1dan 2 di ruang Sinta dengan 1 perawat sebagai leader, kelompok 3 di ruang Srikandi dengan 1 perawat sebagai leader, kelompok 4 di ruang Nakula dengan 1 perawat sebagai leader, dan kelompok 5 di ruang Sahadewa dengan 1 perawat sebagai leader. Setelah dilakukan pengkajian kemampuan mengontrol halusinasi (pretest) oleh perawat dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi satu sampai dengan sesi lima yang dilakukan selang satu hari yang bertujuan agar pasien tidak bosan dengan TAK tersebut dan mampu menerapkan TAK yang sudah diajarkan oleh perawat, disini peneliti bertugas sebagai observer. Peneliti memberikan SOP kepada semua perawat yang ditunjuk sebagai leader. Tujuan diberikan SOP pada perawat saat melakukan TAK adalah agar TAK yang berjalan di masing-masing kelompok sama dan memudahkan peneliti untuk mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan TAK. Pelaksanaan TAK dilaksanakan secara berurut mulai dari kelompok 1, setelah selesai dilanjutkan ke kelompok 2, 3, 4, dan 5. Setelah selesai melakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi dilakukan lagi pengkajian kemampuan mengontrol halusinasi (post-test).Setiap kelompok membutukan waktu selama 13 hari mulai dari pretest sampai dengan posttest. Melakukan editing data yang terkumpul dan pemeriksaan kelengkapan data.
c.
Tahap penyelesaian Pembuatan laporan dilakukan setelah data diolah dan dapat disajikan dalam bentuk uraian serta penjelasan sebagai pembahasan dan dalam bentuk tabel dari berbagai aspek yang diteliti.
6
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden a.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Grhasia DIY. Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur, frekuensi paling banyak responden dengan umur 26-35 tahun sebanyak 12 orang (35,3%), dan Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
SD
6
17,6
SMP
14
41,2
SMA
14
41,2
Jumlah
34
100,0
responden paling sedikit adalah yang berusia 19-25 tahun dan >35 tahun berjumlah sama yaitu sebanyak 11 orang (32,4%). Umur
Frekuensi
Persentase (%)
19 – 25 tahun 26 – 35tahun >35 tahun
11 12 11
32,4 35,3 32,4
Jumlah
34
100,0
b.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Grhasia DIY. Tabel 2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. Frekuensi terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA dan SMP yaitu sebanyak 14 orang (41,2%). Frekuensi paling kecil adalah responden dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 6 orang (17,6%). c.
Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap di Rumah Sakit Grhasia DIY. Tabel 3 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan frekuensi rawat inap. Frekuensi terbanyak adalah responden dengan frekuensi rawat inap lebih dari satu kali yaitu sebanyak 24 orang (70,6%). Frekuensi paling kecil adalah responden dengan frekuensi rawat inap baru pertama kali yaitu sebanyak 10 orang (29,4%).
7
a.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Rumah Sakit Grhasia DIY. Tabel 4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan, frekuensi paling banyak responden dengan jenis pekerjaan sebagai buruh sebanyak 10 orang (29,4%), dan responden paling sedikit adalah jenis pekerjaan sebagai petani, seles, swasta berjumlah sama yaitu sebanyak 1 orang (2,9%).
2. Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Klien Skizofrenia Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pretest dan Postest Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Klien Skizofrenia
Frekuensi
Persentase (%)
Pertama kali Lebih dari satu kali
10 24
29,4 70,6
Jumlah
34
100,0
Frekuensi Rawat Inap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Sebelum
Sesudah
Baik Cukup Kurang
1 31 2
20 13 1
Pekerjaan Buruh IRT Jualan Bunga Pedagang Pembantu Penjaga Toko Petani Seles Swasta Tukang Kebun
Frekuensi 10 7 2 4 2 4 2 1 1 1
Jumlah
34
8
Persentase (%) 29,4 20,6 5,9 11,8 5,9 11,8 5,9 2,9 2,9 2,9 100,0
Berdasarkan Tabel 5, analisis statistik deskriptif tersebut diatas, sebelum dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi, diperoleh kemampuan mengontrol halusinasi klien yang kurang adalah 2 orang, cukup sebanyak 31 orang dan baik sebanyak 1 orang, sedangkan sesudah dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi, diperoleh kemampuan mengontrol halusinasi klien yang kurang adalah 1 orang, cukup sebanyak 13 orang dan baik sebanyak 20 orang, perubahan kemampuan mengontrol halusinasi antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dikarenakan pasien mampu dalam melakukan TAK stimulasi persepsi dengan baik dan mampu mengontrol halusinasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan mengontrol halusinasi sesudah dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi.
3. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Responden Mengontrol Halusinasi Analisis bivariat dalam penelitian ini berfungsi untuk menganalisis pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan responden mengontrol halusinasi di Rumas Sakit Grhasia DIY. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Rank Test kemampuan pasien mengontrol halusinasi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pretest dan Postest Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Klien Skizofrenia dan hasil perhitungan Uji Z (Wilcoxon Signed Rank Test Kemampuan Mengontrol Halusinasi Sebelum
Sesudah
x
SD
x
SD
1,97
0,171
2,62
0,493
Z
p
-4,583
0,001
Berdasarkan hasil uji Z pada data kemampuan mengontrol halusinasi pada saat sebelum pelaksanaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi diketahui rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi adalah 1,97, dan sesudah pelaksanaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi adalah 2,62.Hasil uji Z diperoleh nilai Z hitung sebesar -4,583 (tanda - (negatif) tidak relevan, karena hanya menunjukkan arah) dan p sebesar 0,001.Nilai p value sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), sehingga Ho ditolak, hal ini berarti bahwa adapengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY.
9
PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini subyek penelitian berjumlah 34 orang, dapat dilihat pada tabel 4.1 terdapat usia yang bervariasi dari 19 tahun sampai lebih dari 35 tahun. Dalam pengelompokan usia, sampel penelitian yang paling banyak didiapatkan adalah pada rentang usia 19-25tahun dan >35 tahun. Kelompok usia tersebut merupakan kolompok usia produktif. Gangguan jiwa merupakan gangguan penyebab utama ketidakmampuan pada kelompok usia produktif, yakni antara usia 15-44 tahun11. Tingkat usia juga mempengaruhi peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi. Menurut Rahmat (2005) pada umumnya makin tinggi usia, makin mandiri dan makin kurang kecenderungan untuk melakukan komfromitas dalam kelompok. Hal ini bisa berpengaruh dalam komunikasi individu dalam kelompok. Tingkat pendidikan responden mempengaruhi peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi.Tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA dan SMP. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam berkomunikasi yang akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan terapi kelompok. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon terhadap pernyataan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang tinggi 6. Pola komunikasi11 juga berkaitan erat dengan faktor kecerdasan seseorang. Dari data frekuensi rawat inap di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY, di dapatkan subyek penelitian yang pernah menjalani rawat inap lebih dari satu kali lebih banyak dari dari pada subjek penelitian yang menjalani rawat inap baru pertama kali.Berdasarkan data tersebut, sebagian besar klien pernah menjalani perawatan sebelumnya dan TAK stimulasi persepsi halusinasi mungkin pernah diberikan pada rawat inap sebelumnya. Jika TAK tersebut pernah diberikan, berarti klien telah mempunyai pengalaman mengikuti TAK tersebut. Belajar dari pengalaman yang terjadi dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu sendiri5. Berdasarkan hal tersebut, maka proses belajar dalam TAK stimulasi persepsi halusinasi dalam penelitian ini diperkuat oleh pengalaman klien dalam mengikuti TAK stimulasi persepsi sebelumnya, sehingga keberhasilan yang dicapai bisa sempurna.
2. Kemampuan Mengontrol Halusinasi Sebelum dan Dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Sesudah
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan, sebagian besar responden memiliki kemampuan cukup dalam mengontrol halusinasi dan setelah diberikan perlakuan kemampuan responden memiliki peningkatan menjadi baik. Ini dapat terjadi dikarenakan subyek penelitian sudah mampu mengenal halusinasi, mengenal waktu, dan situasi terjadinya halusinasi, dan mengenal perasaannya pada saat
10
terjadi halusinasi. Dari pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi, klien juga telah mampu mengenal dan memperagakan cara mengontrol dan mencegah halusinasi yaitu dengan cara menghardik, melakukan kegiatan harian yang terjadwal, melakukan percakapan dengan orang lain dan mampu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar serta mampu mengenal keuntungan minum obat dan kerugian akibat tidak patuh minum obat. Peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi dapat dikarenakan klien sudah mampu mencapai tujuan tujuan secara umum maupun tujuan khusus3.
3. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pada tabel 6 menunjukkan bahwa adanya berbedaan rata-rata sebelum dan sesudah pemberian TAK stimulasi persepsi, dimana terdapat peningkatan rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi setelah di berikan TAK stimulasi persepsi.Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY. Penelitian ini didikung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talilah (2011) dimana ada pengaruh TAK
stimulasi
persepsi terhadap
kemampuan
mengontrol halusinasi,
Suryaningsih (2007) menyatakan TAK stimulasi persepsi berpengaruh terhadap penurunan frekuensi halusinasi. Kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya berimplikasi bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan terapi untuk penanganan halusinasi pasien jiwa.Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan TAK stimulasi persepsi halusinasi bertujuan untuk membentuk kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah dengan stimulus yang diberikan kepada pasien. Salah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi sesudah diberikan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan adanya ketertarikan responden terhadap Terapi Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan, sehingga setelah dilaksananaknya TAK ini, kemampuan responden dalam mengontrol halusinasi dapat mengalami peningkatan. Pada saat sebelum dilakukannya TAK, sebagian besar responden hanya dapat mengingat dan melakukan satu atau dua cara untuk mengontrol halusinasinya. Namun setelah dilakukannya TAK, hampir seluruh responden dapat mengingatnya dan melakukan kelima cara mengontrol halusinasi. Hasil tersebut diartikan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang diterapkan pada pasien terbukti efektif meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan pada kelompok penderita berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
11
Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah: kelompok mendapatkan dukungan atau support, pendidikan, dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan dapat meningkatkan kernampuan pernecahan masalah halusinasi. Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa merupakan tindakan yang tepat daripada penggunaan individu, ini dikarenakan di dalam suatu kelompok, kelompok dapat memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama 8. Kelompok dapat membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive2. Dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terdapat tahap pengenalan halusinasi. Pasien diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang isi halusinasi, waktu terjadinya, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul sehingga pasien akan lebih mengenal dan memahami apa yang dialaminya. Pada tahap selanjutnya pasien diberikan cara-cara untuk menangani halusinasinya yaitu sesi 2 sampai 5 terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dilakukan untuk stimulasi persepsi menghardik halusinasi, stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, stimulasi persepsi mengontrol halusiansi dengan bercakap-cakap dan stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat 3. Hasil penelitian ini menyimpulkan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi berpengaruh signifikan dengan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien. Terapi ini memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara pasien dengan perawat sehingga perawat akan memahami kondisi pasien dengan lebih baik dan memberikan solusi terbaik dalam menangani halusinasinya. Terapi ini menekankan pada peningkatan kemampuan pasien mengenali halusinasi yang dialaminya. Selanjutnya diajarkan stimulasi persepsi dalam mengatasi halusinasi yang dialami. Didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Keliat dan Akemat (2005) menyebutkan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi meningkatkan pemahaman pasien terhadap halusinasi yang dialaminya. Terapi ini mampu meningkatkan kemandirian pasien dalam mengontrol halusinasinya. TAK stimulasi persepsi halusinasi, klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya 3.
12
KESIMPULAN Berdasarkan analisis data penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi dengan cara observasi pada klien skizofrenia yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Grhasia Propinsi DIY, semua pasien mampu melaksanakan TAK stimulasi persepsi sesuain dengan SOP yang disusun oleh Keliat & Akemat (2005)
2.
Tingkat kemampuan responden mengontrol halusinasi sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY, sebagian besar memiliki kemampuan cukup
3.
Tingkat kemampuan responden mengontrol halusinasi setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsidi Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY, sebagian besar memiliki kemampuan baik.
4.
Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan responden mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. 2. Keliat, B. A dan Akemat. 2004. Keperwatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC: Jakarta. 3. Keliat, B. A dan Akemat. 2005. Keperwatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC: Jakarta. 4. Keliat, B. A dan Akemat. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. EGC: Jakarta. 5. Notoatmodjo, S. 2006 . Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta. 6. Nursalam. 2003. Konsepdan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. 7. Purwaningsih, W dan Ina Karlina. 8. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Mitra Cendekia Offset: Yogyakarta. 9. Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta. 10. Talilah, R. 2011. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Bangsal Rawat Inap Abimanyu dan Arjuna RSJD. Dr. RM Soeradjarwadi Klaten . skripsi,Tidak Dipublikasikan. 11. Suryaningsih, V., 2007, Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terrhadap frekuensi halusinasi di ruang P 2A rumah sakit Grhasia propinsi DIY, skripsi,Tidak Dipublikasikan. 12. Wasniyati, A., 2003, Pengaruh terapi Kerja terhadap penurunan Frekuensi terjadinya Halusinasi pada Penderita rawat Inap di Rumah Sakit Grhasia Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah, Tidak Dipublikasikan.
13
65