ARTIKEL
Judul REPRESENTASI IDENTITAS TIONGHOA MELALUI KULINER DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS, SINGARAJA, BALI SEBAGAI SUMBER MATERI AJAR SEJARAH SMA KELAS XII JURUSAN BAHASA
Oleh NI KOMANG TRISNA SUPARWATI 0914021038
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
REPRESENTASI IDENTITAS TIONGHOA MELALUI KULINER DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS, SINGARAJA, BALI SEBAGAI SUMBER MATERI AJAR SEJARAH SMA KELAS XII JURUSAN BAHASA
Oleh
Ni Komang Trisna Suparwati 0914021038 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Email:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang representasi etnis Tionghoa di Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja, Bali melalui kuliner; (2) jenis-jenis kuliner yang merepresentasikan identitas etnis Tionghoa di Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja, Bali; dan (3) representasi identitas Tionghoa melalui kuliner di Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja, Bali yang dijabarkan dalam silabus Sejarah SMA kelas XII jurusan Bahasa sebagai sumber materi ajar Sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui langkah-langkah yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen dan studi pustaka); (4) validasi data; (5) teknik analisis data; dan (6) teknik penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang representasi identitas etnis Tionghoa di Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja, Bali dikaji dari aspek kuliner ada dua faktor yang sangat berpengaruh yaitu faktor sistem kepercayaan etnis Tionghoa dan faktor sosial budaya di wilayah tersebut. Jenis-jenis kuliner Tionghoa yang merepresentasikan identitas mereka dapat dilihat pada sajian persembahan dalam upacara-upacara besarnya serta dalam makanan-makanan sehari-hari yang dijual secara umum. Nama-nama makanan khas Tionghoa biasanya mengandung makna tersirat berdasarkan bentuk, rasa maupun tektur makanannya. Kajian kuliner Tionghoa sebagai representasi identitas etnis tersebut dapat disisipkan serta dijabarkan dalam silabus Sejarah SMA kelas XII jurusan Bahasa untuk melengkapi materi ajar yang mengalami missing link pada masa Orde Baru (Soeharto) hingga Reformasi. Kajian ini dapat disisipkan dalam materi Sejarah dalam Standar Kompetensi “Merekonstruksi Perjuangan Bangsa Sejak Orde Baru Sampai Dengan Masa Reformasi”, dengan Kompetensi Dasar “Merekonstruksi Perkembangan Masyarakat Indonesia Sejak Orde Baru Sampai Dengan Masa Reformasi”.
Kata kunci: representasi identitas etnis, kuliner Tionghoa, silabus sejarah.
ABSTRACT
This study aimed to determine (1) the representation background of Chinese ethnic at Kampung Bugis Village, Singaraja, Bali through culinary, (2) the various of cuisine that represents the Chinese ethnic identity at Kampung Bugis Village, Singaraja, Bali, and (3) representation Chinese identity through culinary at Kampung Bugis Village, Singaraja, Bali outlined in the History syllabus of XII class Language department of Senior High School as sources of history teaching materials. This study used a qualitative approach, through this measures namely: (1) determining the location of the study, (2) determination informant techniques, (3) data collection techniques (observation, interviews, documents and literature studies), (4) data validation, (5) data analysis techniques, and (6) research writing techniques. The results showed that the background representation of Chinese ethnic identity at Kampung Bugis Village, Singaraja, Bali assessed by the culinary aspect there are two factors very influence the factor of Chinese ethnic belief systems and socio-cultural factors in the region. The various of Chinese culinary who represent their identity can be seen in the grain offerings in ceremonies as well as the foods that are sold daily in general. The names of typical Chinese food usually contains the meaning implied by the shape, taste and texture of the food. Chinese culinary studies as a representation of the ethnic identity can be inserted and explained in History syllabus of XII class Language department of Senior High School to complement teaching materials that had a missing link in Orde Baru (Soeharto) until Reformasi (Reformation). This study can be inserted in the history material in the Standar Kompetensi (standard of competence) "Reconstructing the Nation Struggle since the Orde Baru until the Reformation", with Kompetensi Dasar (basic competence) "Reconstructing the development of Indonesian society since the Orde Baru until the Reformation".
Keywords: representation of ethnic identity, Chinese culinary, history syllabus.
makanan, tidak dikemas untuk keperluan
PENDAHULUAN Representasi dalam bahasa Inggris
pendidikan,
tetapi
hanya
sebatas
yaitu delegation berarti perutusan atau
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
perwakilan
manusia. Akan tetapi di sisi lain, kuliner
(Agung, tt:109 dan
499).
Representasi menunjuk baik pada proses
dapat
maupun produk dari pemaknaan suatu
pendidikan
tanda. Representasi juga bisa berarti proses
dikontrol
perubahan konsep-konsep ideologi yang
pendidikan
abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret
lingkungan masyarakat. Hal ini, senada
(http://mashimoroo.blogspot.com/
dengan pernyataan Khumaidi (1994:30)
2012/03/representasi.html).
yang menyebutkan;
Proses kaitannya
representasi dengan
sangat
identitas,
erat karena
seseorang mendapatkan identitas ketika eksistensinya dimaknai oleh orang lain (lontar.ui.ac.id/Representasi). Representasi identitas budaya suatu etnis dapat dikaji melalui salah satu unsur budayanya yaitu makanan atau kuliner. Kuliner berasal dari bahasa Inggris
mengandung
muatan
serta serta
nilai-nilai
kebudayaan diwariskan
dalam
keluarga
yang melalui serta
Kebutuhan untuk makan bukanlah satu-satunya dorongan untuk mengatasi rasa lapar, akan tetapi di samping itu ada kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi. Setiap kelompok mempunyai suatu pola tersembunyi dalam memperoleh, menggunakan dan menilai makanan yang akan merupakan ciri kebudayaan dari kelompok masing-masing. Makanan sering kali diberi nilai secara
culinary yang didefinisikan sebagai sesuatu
simbolis
yang terkait dengan masakan atau dapur
mengutarakan
(Alamsyah, 2008:1). Kuliner atau makanan
Menghidangkan makanan merupakan suatu
merupakan salah satu kebutuhan pokok
simbol
bagi manusia. Menurut Teori Kebutuhan
kekeluargaan,
Maslow;
kepercayaan.
bahwa
makanan,
minuman,
dalam
dari
agama
suatu
dan
dalam
hubungan
sosial.
suatu
persaudaraan,
penerimaan Biasanya
bahan,
dan warna,
tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit
bentuk, jenis masakan, alat, ukuran dan
merupakan kebutuhan manusia di tingkat
lain-lain adalah khas (spesifik) untuk acara-
paling
acara tertentu (Khumaidi, 1994:33).
rendah
kebutuhan
atau
fisiologis
disebut
dengan
(physiological)
(Ivancevich, dkk. 2006:148). Makanan urusan
atau
keseharian
kuliner
Selain sebagai pemuas rasa lapar dan makna simbolis suatu peristiwa dalam
merupakan
makhluk
masyarakat,
makanan
dapat
juga
hidup
menunjukkan identitas suatu masyarakat,
khususnya manusia. Pembicaraan mengenai
kelompok serta etnis tertentu. Hal ini sesuai
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 1
dengan pernyataan Khumaidi (1994:48)
kebijakan asimilasi yang ditetapkan oleh
yaitu “makanan dapat memberikan identitas
pemerintah Indonesia terutama pada rezim
suatu kelompok individu, perorangan dan
Orde Baru. Namun, dinamika tersebut tidak
masyarakat”.
menimbulkan pengaruh yang signifikan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
terhadap
bidang
kuliner,
multikultur dengan beranekaragam suku
berkembang
bangsa dan etnis yang tersebar di seluruh
perpolitikan pada saat itu.
wilayahnya.
Koentjaraningrat
Herimanto
&
Winarno,
(dalam 2012:102)
tanpa
Kuliner
yang
terusik
Tionghoa
merepresentasikan
tetap
masalah
sangat
identitas
etnis
ini.
menyatakan suku bangsa yaitu kelompok
Representasi identitas Tionghoa melalui
sosial atau kesatuan hidup manusia yang
kulinernya
memiliki sistem interaksi, yang ada karena
Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja Bali.
kontinuitas
yang
Hal ini tidak terlepas dari masih kentalnya
mempersatukan semua anggotanya serta
sistem kepercayaan yang dijalankan oleh
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
masyarakat etnis Tionghoa serta kehidupan
Narrol (dalam Kumbara, 2004:231-232)
sosial budaya yang mendukung tetap
menyatakan etnik adalah suatu kelompok
berkembangnya
masyarakat yang sebagian besar secara
wilayah ini.
dan
rasa
identitas
biologis mampu berkembang biak dan
Dari
dapat
sisi
juga
kuliner
dijumpai
Tionghoa
kepentingan
di
di
pendidikan,
bertahan, mempunyai nilai budaya sama
kajian mengenai kuliner Cina sebagai
dan sadar akan kebersamaan dalam suatu
representasi identitas etnis menjadi sangat
bentuk
jaringan
penting sebagai media integrasi yang
komunikasi dan interaksi sendiri, dan
sangat strategis untuk dimasukkan ke
menentukan sendiri ciri kelompok yang
dalam kurikulum pendidikan, terutama
diterima
kurikulum pendidikan Sejarah SMA kelas
budaya,
membentuk
kelompok
lain
dan
dapat
dibedakan dari kelompok populasi lain. Berbicara
etnis
kurikulum mata pelajaran Sejarah di SMA
Tionghoa merupakan salah satu etnis
pada jurusan ini cenderung lebih bergenre
minoritas yang dapat ditemui di berbagai
politik, sehingga fokus kajiannya tidak
wilayah di Indonesia, yang eksistensinya
ubahnya seperti di jurusan IPS maupun
cukup
dengan
IPA. Padahal, mata pelajaran Sejarah di
kulinernya. Keberadaan etnis Tionghoa di
kelas XII jurusan Bahasa harusnya lebih
Indonesia secara historis pernah mengalami
fokus mengenai perkembangan kebudayaan
suatu goncangan politik dengan adanya
suatu masyarakat yang berkembang di
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 2
diakui,
mengenai
demikian
etnis,
XII jurusan Bahasa. Hal ini, dikarenakan
juga
tengah-tengah suatu peristiwa sejarah atau
Pembelajaran
esensi
sejarah
contextual teaching and learning
perkembangan
(CTL) adalah konsep belajar yang
kebudayaan suatu masyarakat, kelompok,
membantu guru mengaitkan antara
maupun etnis yang terkait dalam peristiwa
materi pembelajaran dengan situasi
sejarah tersebut.
dunia nyata siswa, dan mendorong
dari
terhadap
sebuah
peristiwa
dinamika
kontekstual
atau
Representasi identitas etnis Tionghoa
siswa membuat hubungan antara
melalui kuliner ini sangat tepat dimasukkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan
ke dalam kurikulum jurusan Bahasa, karena
penerapannya
sebuah representasi atau proses produksi
mereka sehari-hari.
dalam
kehidupan
pemaknaan suatu objek dalam alam pikiran manusia akan mampu dikomunikasikan lebih jelas melalui bahasa.
METODE PENELITIAN
Kajian ini
Metode penelitian yang digunakan
memiliki peluang untuk disisipkan ke
adalah
dalam kurikulum Sejarah SMA kelas XII
Menurut Sukmadinata (2009:94), penelitian
jurusan Bahasa dalam Standar Kompetensi
kualitatif
“Merekonstruksi perjuangan bangsa sejak
fenomena-fenomena
Orde
pandang
Baru
sampai
dengan
masa
metode
penelitian
ditujukan
atau
untuk sosial
kualitatif.
memahami dari
perspektif
sudut
partisipan.
Reformasi”, dengan Kompetensi Dasar
Partisipan adalah orang-orang yang diajak
“Merekonstruksi
wawancara,
perkembangan
diobservasi,
diminta
masyarakat Indonesia sejak Orde Baru
memberikan data, pendapat, pemikiran,
sampai
dan
dengan
masa
Reformasi”
(Magdalia, 2003).
persepsinya.
Teknik-teknik
pendukungnya adalah (1) penentuan lokasi
Menyisipkan kajian mengenai kuliner
penelitian, (2) teknik penentuan informan
Tionghoa dengan ruang lingkup sejarah
yang
lokal ke dalam kurikulum Sejarah akan
Sampling
memberi warna baru dalam proses belajar
menggunakan teknik Snowball Sampling,
mengajar.
bersifat
(3) teknik pengumpulan data yang meliputi
kontekstual akan sangat membantu peserta
cara observasi, wawancara, studi dokumen
didik
serta
atau studi pustaka, (4) validasi data, (5)
memahami materi Sejarah. Hal ini, sesuai
analisis data, dan terakhir adalah (6)
dengan pendapat Muslich (2009:41) yang
penulisan hasil penelitian.
Kajian-kajian
lebih
mudah
yang
menyerap
menggunakan yang
teknik
Purposive
dikembangkan
dengan
menyatakan;
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 3
HASIL PENELITIAN
Bugis Bone (Kraeng). Orang-orang Bugis
Gambaran Umum Kelurahan Kampung
ini untuk pertama kali menetap di wilayah
Bugis, Singaraja, Bali
dekat Pabean Singaraja yang sebelumnya
Berdasarkan
Kampung
masih hutan belantara. Orang-orang ini
Bugis sebelumnya hanya dihuni oleh
kemudian membuat perkampungan yang
orang-orang Bugis dan keturunannya saja.
akhirnya disebut dengan Kampung Bugis.
Kapan pastinya orang Bugis mulai menetap
Istilah kampung sangat kental dengan
di Singaraja, tidak dapat dijelaskan secara
kehidupan suku Bugis di Sulawesi Selatan
pasti. Etnis Bugis adalah orang-orang laut
yang
yang suka merantau atau berniaga ke
membentuk
wilayah-wilayah seberang pulau. Orang-
menetap di suatu wilayah yang baru. Hal
orang Bugis suka berniaga ke wilayah
ini pulalah yang membuat orang-orang
Singapura untuk menjual barang-barang
Bugis ini menyebut wilayahnya dengan
hasil buminya. Etnis Bugis yang senang
sebutan Kampung Bugis yang artinya
berniaga atau disebut suku pelaut, sering
wilayah yang dihuni oleh sekelompok
melakukan perniagaan ke pulau-pulau dan
orang-orang Bugis.
transit
di
ditemuinya.
sejarahnya,
pelabuhan-pelabuhan Sehingga
akhirnya
yang ada
selalu
hidup
berkelompok
perkampungan
Kelurahan merupakan
Kampung
wilayah
dengan
dan
apabila
Bugis, banyak
beberapa orang-orang Bugis yang berlayar
keunikan. Melihat dari segi nama wilayah,
dan sampai ke Bali yaitu Singaraja yang
kelurahan ini seharusnya dihuni oleh
berlabuh dan menetap di wilayah Pabean
keturunan
Singaraja (Eks Pelabuhan Buleleng).
kenyataannya, wilayah ini terdiri dari
Orang-orang Bugis ada 2 (dua) yaitu
orang-orang
Bugis.
Tetapi
banyak etnis seperti etnis Jawa, etnis Bali,
Bugis Melayu dan Bugis Asli. Etnis Bugis
etnis
Asli ada 3 (tiga) jenis yaitu Bugis Bajao,
Bugis/Mandar dan etnis Tionghoa. Orang-
Bugis Mandar dan Bugis Bone (Kraeng).
orang
Etnis Bugis Melayu adalah orang-orang
wilayah ini, karena mulai banyaknya
Bugis yang lebih bergelut di daratan (biasa
pendatang dari luar etnis Bugis yang
disebut Ncik), sedangkan Bugis Asli adalah
menetap di wilayah ini, sehingga etnis yang
orang-orang Bugis yang hidup di laut
mendominasi saat ini adalah etnis Jawa,
(biasanya sebagai nelayan). Orang pertama
Bali dan Madura. Walaupun demikian,
yang menetap di wilayah ini adalah etnis
masih ada peninggalan dari etnis Bugis
Bugis Melayu, baru kemudian berdatangan
terdahulu yang mayoritas sebagai suku
etnis Bugis asli lainnya terutama etnis
pelaut adalah berupa rumah panggung.
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Madura,
Bugis
etnis
tidak
lagi
Arab,
etnis
mendominasi
Page 4
Rumah panggung adalah ciri khas dari
Latar Belakang Representasi Identitas
etnis Bugis di Sulawesi Selatan yang
Etnis Tionghoa di Kelurahan Kampung
dibawa ke wilayah Singaraja. Rumah
Bugis, Singaraja, Bali Melalui Kuliner
panggung yang masih terlihat jelas struktur
Representasi identitas etnis Tionghoa
bangunannya masih tersisa dua buah yaitu
di wilayah Kelurahan Kampung Bugis,
rumah milik Bapak Ari Mustafa dan milik
Singaraja dapat terlihat dari kulinernya,
Ibu Hj. Aminah Ali.
baik kuliner persembahan maupun kuliner-
Wilayah Kelurahan Kampung Bugis
kuliner khas lainnya yang dijual secara
berbatasan dengan beberapa kelurahan
umum
di
masyarakat.
lainnya yang batas wilayahnya dengan
Tionghoa di Kelurahan Kampung Bugis,
kelurahan lain sangat sulit dikenali atau
dapat merepresentasikan identitas etnis ini
tidak begitu jelas. Batas-batasnya yaitu
karena dua faktor yaitu adanya faktor
Laut Bali (Utara), Kelurahan Kampung
sistem kepercayaan yang mendarah daging
Kajanan (Selatan), Kelurahan Kampung
dari
Anyar (Barat) dan Kelurahan Kampung
pendahulunya dan faktor sosial budaya
Baru (Timur). Sedangkan jumlah penduduk
yang
Kelurahan Kampung Bugis yang tercatat
masyarakat setempat yang berpengaruh
mencapai ±3.377 orang dengan kepala
terhadap
keluarga berjumlah ±1.019 orang.
khas Tionghoa di wilayah ini.
kepercayaan
Kuliner
etnis
leluhur
berkembang
dalam
perkembangan
atau
kehidupan
kuliner-kuliner
Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah ini memiliki kepercayaan serta keyakinan
atau
Faktor Sistem Kepercayaan
agama
yang
dari
struktur
dibandingkan dengan agama-agama lain di
wilayah yang topografinya adalah pesisir
dunia bersifat sangat materialistis, dalam
pantai serta dekat dengan Eks Pelabuhan
sifat
Buleleng,
sesudah mati digambarkan sama seperti di
beranekaragam.
Dilihat
seharusnya
masyarakatnya
Menurut
Ong,
dan
agama
sikap-sikapnya.
Orang
dunia.
masyarakat keturunan Bugis yang tersisa
dimakamkan,
saat ini tidak terlalu banyak, sehingga
dibawakan uang (terbuat dari kertas),
masyarakatnya lebih banyak bergerak di
rumah (terbuat dari kayu), mobil (terbuat
bidang perdagangan dan sebagian adalah
dari karton) dan keperluan-keperluan lain
pegawai negeri maupun pegawai swasta.
di dunia dengan jumlah yang sangat
menurut Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
mati
Kehidupan
adalah mayoritas nelayan. Tetapi karena
berlebihan
yang
Cina
menurut
sekali.
saat
tradisi
Sebab
kepercayaan
pada
Cina,
semua
mereka,
ini, akan
Page 5
berwujud menjadi barang-barang pakai
jenis kehidupan yaitu alam nyata dan alam
dalam
Perayaan-
gaib atau adanya dua dunia yaitu dunia
perayaan di depan meja sembahyang nenek
manusia dan dunia roh, 2) Konghucu yaitu
moyang ditempatkan makanan-makanan,
ajaran tentang tata krama dan sopan santun
minuman dan lain-lain yang disukai oleh
dengan sesama makhluk hidup, dan 3)
almarhum pada masa hidupnya. Kebutuhan
Buddhisme yaitu ajaran yang menanamkan
material dan konsumsi diperlukan baik oleh
adanya
mereka yang masih hidup maupun yang
perbuatan
sudah mati (Onghokham, 2008: 123).
adanya balasan bagi setiap perbuatan
kehidupan
akhirat.
Pernyataan di atas sesuai dengan kondisi
masyarakat
karma
manusia
dalam
atau
setiap
kepercayaan
manusia.
yang
Adanya ajaran-ajaran tersebut di atas,
Singaraja,
menyebabkan setiap pemeluk ketiga aliran
tepatnya di Keluharan Kampung Bugis.
tersebut selalu mengadakan ritual yang
Upacara ritual keagamaan baik di rumah
menggunakan makanan sebagai media
maupun di klenteng dengan menggunakan
persembahannya baik di rumah maupun di
makanan sebagai sarana dalam suatu ritual
klenteng. Makanan persembahan
keagamaan
bertempat
tinggal
penerapannya
Tionghoa
hukum
di
kota
masih
sangat
kental
disajikan di keluarga (rumah) dengan di
bagi
keturunan
etnis
klenteng sebenarnya hampir sama, hanya
Tionghoa di wilayah ini. Klenteng
yang
yang
saja dibedakan dari jumlahnya. dimiliki
oleh
Untuk
persembahan di rumah jumlahnya genap
masyarakat etnis Tionghoa di Kelurahan
dan
untuk
persembahan
Kampung Bugis Singaraja adalah Klenteng
berjumlah ganjil.
di
klenteng
Ling Gwan Kiong yang berlokasi di Eks
Sebuah keluarga yang mempunyai
Pelabuhan Buleleng. Klenteng Ling Gwan
rumah abu atau rumah tempat menyimpan
Kiong oleh sebagian masyarakat disebut
abu-abu leluhur yang sudah meninggal
juga
wajib melakukan upacara nyolo (upacara
dengan
konco.
Klenteng
ini
merupakan rumah ibadat yang menaungi
menyembahyangi
tiga
etnis
menghaturkan beranekaragam makanan di
Tionghoa sehingga diberi nama rumah
atas altar meja abu sesuai dengan kesukaan
ibadat Tri Dharma Ling Gwan Kiong.
dari leluhur tersebut. Di atas altar abu
Menurut Hartono Herlim (65 tahun, 12 Juli
biasanya dipajang foto leluhur yang sudah
2013), tiga aliran kepercayaan tersebut
meninggal atau bisa juga cuma papan
yaitu; 1) Taoisme yaitu aliran kepercayaan
terukir nama almarhum yang terbuat dari
yang percaya bahwa di alam ini ada dua
kayu.
jenis
aliran
kepercayaan
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Upacara
abu
di
leluhur)
rumah
dengan
nyolo
ini
Page 6
dilaksanakan pada tanggal 5 April setiap
bahwa
tahunnya, di mana upacara mengenang para
kesedihan,
leluhur ini disebut dengan upacara Ceng
penghormatan
Beng. Selain itu, persembahan kepada roh
ditinggalkan.
leluhur
atau
acara
keagamaan
keluarga
sedang
atau
mengalami
sebagai
kepada
wujud
keluarga
yang
yang
menggunakan makanan khusus dilakukan
Faktor Sosial Budaya
pula pada saat Tahun Baru Cina (Imlek),
Sistem sosial-budaya adalah suatu
Cap Gomeh (setiap tanggal 15 bulan
sistem
pertama kalender Cina), upacara Rebutan
mengungkapkan segala hasil karya yang
(Xin Ti Kong), dan pada hari ulang tahun
diciptanya sebagai keseluruhan hasil dan
kematian (Co Kie). Upacara Rebutan atau
tanggapan pancainderanya (budaya) yang
Xin Ti Kong adalah upacara sembahyangan
diperoleh dan diwujudkan sebagai hasil
untuk roh-roh gentayangan bagi kerabat
dari hubungan antara manusia dalam
yang
ini
perikehidupan masyarakat (sosial) tatanan
biasanya dilakukan di rumah maupun di
sosial berkembang atas dasar tradisi, adat
klenteng bagi keluarga yang mempunyai
istiadat dan sejarah. Maka suatu tatanan
nyolo (abu leluhur).
sosial berlaku menurut suatu semangat
sudah
meninggal.
Upacara
Persembahan makanan juga dilakukan
yang
memungkinkan
manusia
zaman (Salim, 2000:296). Etnik atau suku
pada saat keluarga etnis Tionghoa dalam
merupakan
kondisi berduka atau ada keluarga yang
seseorang. Artinya, identifikasi seseorang
meninggal. Ada perbedaan jenis makanan
dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya,
yang
masa
kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya
berkabung dengan persembahan saat hari-
yang bersumber dari etnik dari mana ia
hari besar etnis Tionghoa. Makanan yang
berasal (Herimanto & Winarno, 2012:103).
dipersembahkan
dipersembahkan
saat
dalam
keluarga
etnis
identitas
sosial
budaya
Kuliner etnis Tionghoa sebagai salah
Tionghoa sedang berkabung atau ada
satu
keluarga yang meninggal yaitu menyajikan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
makanan serta buah-buahan yang berwarna
faktor sosial budaya yang berkembang di
kalem seperti putih atau hijau. Makanan
wilayah Kampung Bugis. Dilihat dari
persembahan berupa kue, buah maupun
faktor sosial, etnis Tionghoa lebih banyak
peralatan untuk menyajikannya pun harus
bergelut di bidang perdagangan namun di
berwarna
putih
luar
dilakukan
sebagai
atau rasa
hijau. turut
Hal
ini
berbela
unsur
usaha
perkembangan
kebudayaan
makanan. makanan
Tionghoa,
Sehingga Tionghoa
di
sungkawa. Kedua warna ini menunjukkan
wilayah Kampung Bugis diambil alih oleh
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 7
masyarakat non Tionghoa. Kondisi ini
Jenis-jenis
menyebabkan kuliner atau makanan khas
Merepresentasikan
Tionghoa ini mengalami perubahan tekstur
Tionghoa di Kelurahan Kampung Bugis,
makanan namun citarasanya tetap berusaha
Singaraja, Bali
dipertahankan Peluang
sesuai
ini
dengan
dimanfaatkan
aslinya.
oleh
para
Kuliner
yang
Identitas
Etnis
Ada beberapa jenis makanan yang merepresentasikan identitas etnis Tionghoa,
pedagang non Tionghoa mengingat kuliner
baik
Tionghoa ini sangat diminati oleh banyak
komersil) serta kuliner yang disajikan
kalangan
masyarakat
Kelurahan
dalam ritual persembahan kepercayaan
Kampung
Bugis
kelurahan
mereka. Kuliner mereka merupakan bentuk
lainnya yang sengaja datang ke wilayah ini.
representasi identitas keetnisan masyarakat
Kondisi sosial budaya masyarakat
Tionghoa, karena keunikan nama makanan
Kelurahan Kampung Bugis yang sangat
serta bentuknya yang menyiratkan makna
religius dan mayoritas Islam, membuat
dibaliknya. Makna-makna makanan dalam
etnis Tionghoa yang membuka usaha di
persembahan biasanya mengandung doa-
bidang makanan lebih memilih lokasi di
doa pengharapan yang diinginkan oleh si
Taman Lila yang lebih netral dan strategis,
empunya acara kepada sang pencipta.
juga
dari dari
sedangkan
perkembangan
Tionghoa
dengan
dikembangkan
oleh
label
makanan
makanan “halal”
masyarakat
non
sehari-hari
Jenis-jenis
(makanan
kuliner
yang
merepresentasikan identitas etnis Tionghoa dapat dilihat dari kuliner persembahannya
Tionghoa dengan mengganti bahan pokok
yaitu:
yang sebelumnya identik dengan daging
1) Mishoa dan telor merah yang disajikan
babi, diganti dengan daging ayam, daging
saat ulang tahun
sapi atau telor yang lebih diterima oleh
semoga panjang umur dan memperoleh
masyarakat Muslim di wilayah tersebut.
kehidupan yang sempurna;
Walaupun terjadi pengadaptasian makanan
2) Ronde
yang
disajikan hari
saat
sebagai
bayi
yang merubah tekstur serta isi makanan
berumur
tersebut, namun identitas kecinaannya tetap
laporan bahwa bayi tersebut telah
terlihat dari nama makanannya yang tetap
menjadi bagian dari keluarga.
mempertahankan nama aslinya.
42
yang bermakna
bentuk
3) Aneka kue, seperti: a) kue keranjang sebagai makanan wajib pada Tahun Baru Imlek bermakna pengharapan mendapat rezeki yang berlimpah ke depannya; b) kue ku
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
bermakna Page 8
panjang
umur;
c)
kue
mangkok
bermakna kebajikan; d) kue lapis
yung hai, fu yung tan, bihun, siomay, lumpia, dan juga cap cay.
bermakna berkah yang berlipat ganda; e) kue wajik bermakna kebahagiaan
Penjabaran Representasi Identitas Etnis
atau pemersatu hubungan keluarga; f)
Tionghoa Melalui Kuliner di Kelurahan
kue
persembahan
Kampung Bugis, Singaraja, Bali dalam
kepada dewa-dewa dan leluhur; dan g)
Silabus Sejarah SMA Kelas XII Jurusan
kue bulan/tiong ciu
Bahasa
bacang
sebagai
pia
menurut
Lilyana (2004:3) dipersembahkan pada
Silabus merupakan penjabaran lebih
bulan September sebagai peringatan
rinci
malam bulan purnama.
kompetensi dasar (SKKD) yang minimal
4) Aneka buah-buahan, seperti: a) pisang raja/mas
bermakna
standar
kompetensi
dan
memuat kompetensi dasar, materi standar,
atau
dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh
keikhlasan hati; b) jeruk bermakna
peserta didik sehubungan dengan suatu
kebahagiaan; kebajikan;
c) d)
kerelaan
dari
delima
bermakna
mata
pelajaran
srikaya
bermakna
Silabus
yang
(Mulyasa,
2010:133).
dipertimbangkan
kemuliaan dan kekayaan; e) belimbing
disisipkan
cerminan ajaran Ngo Siang (ajaran 5
identitas Tionghoa melalui kuliner adalah
Kebajikan yaitu cinta kasih, kebenaran,
silabus Sejarah SMA kelas XII jurusan
kebijaksanaan,
Bahasa.
susila
dan
dapat
dipercaya) dan Ngo Lun (ajaran 5
dengan
Berdasarkan
materi
dapat
representasi
hasil
wawancara
Hubungan); dan masih banyak buah-
dengan Ibu Sri Utami yang merupakan guru
buahan persembahan lainnya.
Sejarah SMA di SMAN 1 Sukasada,
5) Aneka
sajian
lainnya
yaitu
teh,
menyatakan
bahwa
masalah
identitas
permen, samseng dan arak, tou kie
Tionghoa pada masa Orde Baru hingga
(panjang umur), bok jie (kehidupan
Reformasi belum bisa diungkit secara
yang
terbuka karena terbatasnya sumber yang
berkembang),
(keharuman
dan
kincam
pemersatu),
dan
minyak kelapa. Selain
dari
dimiliki oleh sekolah tersebut. Di sisi lain ada
kuliner
persembahan
ketakutan
apabila
menggunakan
sumber di luar buku-buku sekolah akan
terdapat pula makanan komersial etnis
mempersulit
pemahaman
siswa
yang
Tionghoa yang merepresentasikan identitas
terkadang hanya terpaku pada sumber yang
etnis tersebut yaitu mie, bubur, bakpao, fu
dimilikinya. Padahal, materi ini seharusnya perlu dipaparkan dengan contoh kehidupan
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 9
sejarah lokal yang terkena imbas kebijakan
(Mandarin) dalam setiap makanannya serta
nasional, seperti diskriminasi yang dialami
makna dibalik makanan-makanan tersebut.
oleh etnis Tionghoa pada masa Orde Baru
Dengan demikian, kajian ini sangat relevan
hingga
dijabarkan
Reformasi
yang
mengalami
dalam
kurikulum
sebagai
asimilasi menyeluruh baik identitas nama,
sumber materi ajar Sejarah. Melalui kajian
agama
ini pula, akan memperjelas materi yang
serta
budayanya.
Dengan
menggunakan kajian kuliner, siswa akan
dibahas
lebih mengerti karena kuliner Tionghoa
program studi IPS dengan program studi
sudah cukup lumrah di masyarakat.
Bahasa.
Silabus yang dikembangkan dengan
antara
Program
menonjolkan
menambahkan atau menyisipkan kajian
dalam
identitas Tionghoa melalui kajian kuliner
program
dengan
perkembangan
mengambil
studi
kasus
di
silabus
studi
fokus
bidang studi
Sejarah
SMA
IPS
lebih
pemaparan
materi
politiknya, Bahasa budaya
sedangkan lebih
pada
dalam
suatu
Kelurahan Kampung Bugis akan dapat
peristiwa sejarah serta perkembangannya
menambah wawasan siswa yang biasanya
dalam bidang bahasa dan karya sastra.
hanya mendapatkan pengetahuan yang
DAFTAR PUSTAKA “Representasi”. 2012, 06 Maret. Tersedia dalam http://mashimoroo.blogspot.com/201 2/03/representasi.html (diunduh 9 Mei 2013, pukul 19.06 wita).
monoton
tentang
sejarah
Indonesia.
Menggunakan contoh yang umum serta mudah
dipahami,
memberikan
apalagi
contoh-contoh
dengan
berdasarkan
lingkungan nyata yang terdekat akan membuat siswa lebih kritis serta lebih terangsang untuk mempelajari pelajaran Sejarah. Mencontohkan
kehidupan
sosial
yang unik dari masyarakat Kelurahan Kampung Bugis dengan beragam etnis di dalamnya seperti Madura, Jawa, Bali, Arab, Bugis, dan Tionghoa, akan menciptakan proses
pembelajaran
yang
lebih
menyenangkan dan bersifat kontekstual. Selain itu, dengan menyisipkan kajian ini, dapat pula memberikan tambahan wawasan
Agung SK. tt. Kamus Lengkap 15 Miliard “Indonesia-Inggris, InggrisIndonesia”. Surabaya: Mitra Agung. Alamsyah, Yuyun. 2008. Bangkitnya Bisnis Kuliner Tradisional: Meraih Untung dari Bisnis Masakan Tradisional Kaki Lima sampai Restoran. Jakarta: Gramedia. Herimanto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta: Bumi Aksara. Ivancevich, John M. dkk. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
mengenai penamaan dalam bahasa Cina Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 10
Kumbara, A.A. Ngurah Anom. 2004. “Etnisitas dan Kebangkitan Kembali Politik Aliran pada Era Reformasi: Perspektif Teoritis”. Dalam Ardika dan Dharma Putra (Eds); Politik Kebudayaan dan Identitas Etnik. (hlm. 229-243). Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Udayana Balimangsi Press. Lilyana. 2004. Kue-kue Tradisional Cina. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. lontar.ui.ac.id/file-Representasimaskulinitas (diunduh 9 Mei 2013, pukul 16.09 wita). Magdalia, Alfian. Dkk. 2003. Sejarah Untuk SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa. Jakarta: Esis. Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Cetakan keempat. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muslich, Masnur. 2009. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Cetakan 5. Jakarta: PT Bumi Aksara. Onghokham. 2008. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina: Sejarah Etnis Cina di Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu. Salim, Emil. 2000. Kembali ke Jalan Lurus (Esai-Esai 1966-1999). Jakarta: Alvabet. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan kelima. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ni Komang Trisna Suparwati (09140121038)
Page 11