EFEK PELATIHAN ASUHAN BAYI BARU LAHIR, MANAJEMEN LAKTASI DAN PERAWATAN METODA KANGURU PADA KADER POSYANDU DI PUSKESMAS KECAMATAN SAWIT DAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN 2014 Ni Kadek Puspita Dewi, Evi Martha Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email:
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek pelatihan Asuhan Bayi Baru Lahir (ABBL), Manajemen Laktasi dan Perawatan Metode Kanguru pada kader posyandu di Kecamatan Sawit dan Ngemplak, Kabupaten Boyolali tahun 2014. Metode yang digunakan pra-eksperimental, variabel yang diukur pengetahuan-sikap sebelum dan sesudah pelatihan pada 40 kader. Uji statistik digunakan untuk melihat perbedaan hasil pretest dan postest. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan kader tentang ABBL, Manajemen Laktasi dan PMK (p=0,000) dan sikap PMK (p=0,0001) namun tidak terjadi perbedaan sikap yang signifikan pada ABBL (p=0,862) dan Manajemen Laktasi (p=0,065).
EFFECT OF TRAINING NEWBORN CARE, LACTATION MANAGEMENT AND KANGAROO MOTHER CARE METHOD (FMD) TO CADRE OF SAWIT DAN NGEMPLAK DISTRICT HEALTH CENTER IN CENTRAL JAVA OF BOYOLALI 2014 Absract This study aims to determine the effect of training Newborn Care, Management and Treatment Lactation Kangaroo Mother Care ( FMD ) to cadre in health center district of Sawit and Ngemplak, Boyolali 2014. The research method used is pre- experimental by measuring knowledge-attitude before and after the training for 40 person of cadre. The statistical test used to look at differences in pretest and posttest results. Results showed that there was significant difference in knowledge of Newborn Care, Management Lactation and FMD (p=0.000) and attitude FMD (p=0.0001) although no significant difference in attitudes occurred to Newborn Care (p = 0.862) and Lactation Management (p = 0.065). Keywords : Effects; Training; Kader; Lactation Management; Kangaroo Mother Care
Pendahuluan
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 tercatat Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 32 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Sedangkan AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 KH, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 KH. Penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai tahun 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, dimana angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan penyebab utama kematian neonatal yaitu sebesar 29%, sementara angka kematian BBLR di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sekitar 14%. Penatalaksanaan BBLR selalu menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan. Sebagian besar BBLR mempunyai berat lahir di atas 1500 gram dan tidak memerlukan perawatan intensif neonatus, namun bila penanganannya kurang tepat, situasinya mungkin memburuk sehingga perlu dirawat di unit perawatan intensif neonatus. Salah satu penanganan BBLR yang terbukti dapat membantu memperpanjang kehidupan neonatus adalah Perawatan Metoda Kanguru atau Kangoroo Mother Care. Lambatnya penurunan AKB ini membutuhkan penanggulangan yang adekuat yaitu diperlukan suatu akses pada seluruh bayi terhadap intervensi kunci yaitu salah satunya pemberian ASI eksklusif. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Namun pada kenyataannya cakupan pemberian ASI Eksklusif masih sangat Rendah. Pemerintah Indonesia menargetkan Cakupan ASI Eksklusif sebesar 80%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan cakupan ASI eksklusif baru mencapai 15,3% di Indonesia. Data dari profil kesehatan kabupaten/kota Jawa Tengah pada tahun 2012 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 25,6%, menurun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 45,18%. Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menunjukkan cakupan ASI Ekslusif di Kabupaten Boyolali pada tahun 2011 mencapai 39%, pada tahun 2012 mencapai 41,6% dan tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 51%. Pada dua kecamatan yang berada di kabupaten Boyolali terdata tahun 2010 Cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sawit sebanyak 64% dan kecamatan Ngemplak sebanyak 66%. Sedangkan tahun 2012 Kecamatan Sawit 30% dan Kecamatan Ngemplak 68%. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif tidak lepas dari campur tangan petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi dan pengetahuan pada ibu pasca persalinan serta bantuan kader posyandu sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan yang ada di wilayah kecamatan atau desa. Tingginya manfaat dan peran serta kader Posyandu serta besarnya potensi yang dimiliki kader posyandu dalam melakukan upaya promosi kesehatan khususnya Asuhan Bayi Baru Lahir, pemberian ASI Eksklusif dan Perawat Metoda Kanguru, maka perlu dilakukan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan sikap dalam bentuk pemberdayaan pada kader berupa pelatihan. Salah satu alasan dipilih wilayah kerja puskesmas Kecamatan Sawit dan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali sebagai tempat pengabdian masyarakat PUPT Universitas Indonesia dalam bentuk pelatihan sekaligus sebagai tempat penelitian karena di daerah ini belum pernah dilakukan pelatihan terkait topik ABBL, Manajemen Laktasi dan PMK oleh karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh wilayah setempat.
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dari pelaitihan ABBL, Manajemen Laktasi dan PMK yang diberikan terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Sawit dan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali tahun 2014. Tinjauan Pustaka Menurut Notoatmodjo (2005), dalam program komunikasi kesehatan, pelatihan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangka distribusi dan pelayanan produksi. Pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program secara keseluruhan. Pelatihan merupakan suatu bentuk proses pendidikan kesehatan melalui pelatihan kepada sasaran belajar yang akan memperoleh pengalaman sehingga dapat menyebabkan perubahan perilaku. Oleh karena pelatihan merupakan suatu metode pendidikan, maka proses pelatihan pun seirama dengan proses pendidikan atau pengajaran (Notoatmodjo, 1989). Pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan peserta yang sudah mempunyai tugas disebut dengan pelatihan In Service Training. Pelatihan ini juga diberikan kepada pegawai atau peserta yang akan dialih tugaskan atau yang akan menduduki jabatan yang lain dari pada jabatan atau pekerjaan sekarang ini. Pengetahuan merupakan hasil tahu (know), dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan yang bersifat kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan (over behaviour). Apabila tindakan didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Menurut Allport (1954), sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni (Notoadmojo, 2010): • Komponen kognitif (komponen perseptual) Yaitu bagaimana komponen yang berkaitan (kepercayaan, ide dan konsep) terhadap objek sikap dipersepsikan. • Komponen afektif (komponen emosional) Yaitu kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, dan bagaimana penilaian (faktor emosi di dalamnya) orang terhadap suatu objek. • Komponen konatif (komponen tingkah laku atau afective component) Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Pusdiknakes, 2003). Bayi Baru Lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Bayi baru lahir dengan umur 0-7 hari disebut neonatal sedangkan 7-28 hari disebut neonatal berlanjut. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan (Varney, 2004).
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan sirup. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2001). Adapun kebijakan-kebijakan yang terkait Pemberian ASI Eksklusif adalah sebagai berikut (Fikawati, 2010): • Peraturan Menteri Kesehatan No. 240/MENKES/PER/V/1985 tentang Pengganti ASI • Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 237/Menkes/SK/ IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI • Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR. Esensinya adalah sebagai berikut, (WHO, 2003.): • Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya secara berkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini. • Pemberian ASI eksklusif (idealnya). • Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah. • Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini. • Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai. • Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di ruang perawatan intensif. Penelitian yang dilakukan oleh Ariff et al (2010) di Pakistan menitik beratkan pada pengetahuan dan keterampilan tiga kelompok kader kesehatan terkait masalah-masalah kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa untuk meningkatkan pengetahuan kader diperlukan evaluasi dalam bentuk pelatihan yang dilakukan secara periodik guna mengkaji dan mengembangkan kemampuan kader dalam melakukan pelaksanaan konseling dan pelayanan kesehatan sektor publik khususnya perihal kesehatan maternal dan neonatal. Penelitian Nguah et al (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan ibu dengan bayi BBLR tentang Perawatan Metoda Kanguru masih sangat rendah di Kumasi. Setelah diperkenalkan dan dilatih tentang PMK di Ruang perawatan Ibu dan Bayi dalam waktu satu minggu masih belum menunjukkan peningktan signifikan baik dari segi praktik maupun peningkatan berat badan bayi. Pada persiapan pulang ibu bayi dibekali pengetahuan dan praktik yang memadai untuk dilakukan di rumah. Observasi dilakukan selama 6 bulan dan dilakukan kunjungan setiap minggu oleh ibu dan bayi BBLR. Hasil didapatkan bahwa pengetahuan dan praktik PMK meningkat setelah 6 bulan. Thakur et al (2011) menyatakan bahwa penelitian dengan metode demonstrasi pendidikan nutrisi terkait Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif memiliki hasil yang sangat menguntungkan dan dapat mengurangi kegagalan pertumbuhan dan kecacatan pada bayi BBLR. Penelitian ini sangat berdampak langsung di Bangladesh, dimana terdapat 37% bayi lahir dengan BBLR yang berkontribusi untuk meningkatkan beban terhadap kejadian malnutrisi pada bayi dan kecacatan. Dari hasil penelitian didapatkan setelah 2 bulan
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
dilakukan praktik IMD dan ASI Eksklusif pada bayi BBLR terbukti bahwa berat badan dan panjang badan bayi BBLR bertambah signifikan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa kelompok intervensi yang mendapatkan perlakuan pendidikan nutrisi terkait IMD dan ASI eksklusif sangat jarang ditemukan penyakit gangguan pernapasan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Edmond, dkk. (2004) menyebutkan bahwa menunda inisiasi menyusu akan meningkatkan kematian bayi. Penelitiannya melaporkan bahwa dari 10.947 bayi yang lahir antara Juli 2003–Juni 2004 dan disusui, menyusu dalam 1 jam pertama akan menurunkan angka kematian perinatal sebesar 22% dan kemungkinan kematian meningkat secara bermakna setiap hari permulaan menyusu ditangguhkan. Chomba et. al (2008) menyebutkan bahwa pelatihan Essential Newborn Care dalam aspek kebidanan bayi baru lahir (resusitasi neonatus, pemberian ASI, Perawatan Metoda Kanguru, perawatan bayi kecil dan termoregulasi) yang diberikan kepada tenaga kesehatan dan ibu dengan bayi BBLR, terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan mereka dalam menerapkan asuhan bayi baru lahir, serta membantu dalam mengurangi angka kematian bayi baru lahir di Zambia. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan melakukan pengukuran pre test pada sebelum pelatihan dan post test setelah pelatihan diberikan. Responden diberi perlakuan berupa pelatihan Asuhan Bayi Bru Lahir, Manajemen Laktasi dan Perawatan Metoda Kanguru (PMK). Pendekatan penelitian menggunakan metode kuantitatif. Sampel pada penelitian ini merupakan total populasi yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, berjumlah 40 orang, yaitu kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sawit dan Puskesmas Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali yang memenuhi kriteria inklusi (Kader posyandu yang ditunjuk mengikuti pelatihan serta bersedia menjadi responden dan mengikuti segala tahapan yang dilakukan). Uji statistik yang digunakan adalah analisis statistik uji beda menggunakan uji Wilcoxon dengan data yang tidak terdistribusi normal (Hastono, 2007). Untuk menganalisis normalitas data digunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov, data dinyatakan berdistribusi normal apabila p>0,05 (Riwikdikdo, 2012). Hasil Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Umur
> 50 tahun 6 15 ≤ 50 tahun
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
34 85 Pendidikan
Menengah 31 77,5 Rendah 9 22,5 Pekerjaan
Bekerja 8 20 Tidak Bekerja 32 80 Lama Pengabdian
> 5 tahun 28 70 ≤ 5 tahun 12 30
Jumlah kader posyandu yang menjadi sampel dari penelitian Asuhan Bayi Baru Lahir, Manajemen Laktasi dan Perawatan Metoda Kanguru (PMK) ini adalah 40 orang. Sebagian besar kader posyandu berumur ≤50 tahun (85%), memiliki pendidikan menengah keatas (77,5%), tidak bekerja (80%) dan mayoritas telah mengabdi menjadi kader posyandu selama lebih dari 5 tahun (70%). Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu tentang ABBL Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 9,65 10 1,69 6-12 Post-test 12,73 13 1,19 8-14
Nilai rata-rata pengetahuan kader posyandu terkait ABBL sebelum dilakukan intervensi adalah 9,65 dengan standar deviasi 1,69 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
adalah 12,73 dengan standar deviasi 1,19. Nilai tertinggi yang dicapai sebelum intervensi dilakukan adalah 12 dan setelah dilakukan intervensi nilai tertinggi meningkat menjadi 14. Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Manajemen Laktasi Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 1,9 2 0,74 0-3 Post-test 2,63 3 0,54 1-3
Nilai rata-rata pengetahuan kader posyandu terkait Manajemen Laktasi sebelum dilakukan intervensi adalah 1,9 dengan standar deviasi 0,74 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 2,63 dengan standar deviasi 0,54. Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu tentang PMK Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 1,68 2 0,92 0-3 Post-test 2,33 3 0,79 1-3
Nilai rata-rata pengetahuan kader posyandu terkait PMK sebelum dilakukan intervensi adalah 1,68 dengan standar deviasi 0,92 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 2,33 dengan standar deviasi 0,79. Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu tentang ABBL, Manajemen Laktasi dan PMK Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 13,23 14,00
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
2,270 8-17 Post-test 17,68 18,00 1,953 11-20
Nilai rata-rata pengetahuan kader posyandu sebelum dilakukan intervensi adalah 13,23 dengan standar deviasi 2,27 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 17,68 dengan standar deviasi 1,953. Selisih nilai rata-rata sebelum dan sesudah intervensi adalah 4,45. Tabel 6. Distribusi Sikap Kader Posyandu Tentang Asuhan Bayi Baru Lahir Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 13,13 13,5 2,98 4-16 Post-test 13,6 13,5 1,35 10-16
Nilai rata-rata sikap kader posyandu terkait ABBL sebelum dilakukan intervensi adalah 13,13 dengan standar deviasi 2,98 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 13,6 dengan standar deviasi 1,35. Tabel 7. Distribusi Sikap Kader Posyandu Tentang Manajemen Laktasi Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 12,78 13 3,12 4-16 Post-test 13,73 13 1,88 10-16
Nilai rata-rata sikap kader posyandu terkait Manajemen Laktasi sebelum dilakukan intervensi adalah 12,78 dengan standar deviasi 3,12 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 13,73 dengan standar deviasi 1,88.
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Tabel 8. Distribusi Sikap Kader Posyandu Tentang Perawatan Metoda Kanguru Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 11,40 12 2,96 4-15 Post-test 13,08 13 1,25 10-15
Nilai rata-rata sikap kader posyandu terkait Perawatan Metoda Kanguru sebelum dilakukan intervensi adalah 11,40 dengan standar deviasi 2,96 dan nilai rata-rata sesudah dilakukan intervensi adalah 13,08 dengan standar deviasi 1,25. Tabel 9. Distribusi Sikap Kader Posyandu terkait Asuhan Bayi Baru Lahir (ABBL), Manajemen Laktasi dan Perawatan Metoda Kanguru (PMK) Variabel Mean Median SD Min-Maks Pre-test 37,30 39,50 8,203 12-46 Post-test 40,40 40 3,037 33-46
Nilai rata-rata pada sikap kader posyandu dari sebelum intervensi adalah 37,30 dengan standar deviasi 8,203 dan nilai rata-rata sikap kader posyandu sesudah dilakukan intervensi yaitu 40,40 dengan standar deviasi 3,037. Dari hasil nilai rata-rata sebelum dan sesudah intervensi didapatkan selisih rata-rata sebesar 3,1. Nilai median sebelum dilakukan intervensi adalah 39,5 dan setelah intervensi mencapai 40.
Tabel 10. Efek Pelatihan Terhadap Pengetahaun Kader Posyandu Sebelum dan Sesudah Diberi Intervensi Variabel Nilai Rata-rata (Mean) Sebelum Intervensi ± SD
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Nilai Rata-rata (Mean) Sesudah Intervensi ± SD Selisih Rata-rata p-value Pengetahuan kader posyandu terhadap ABBL 9,65 ± 1,688 12,73 ± 1,198 3,08 0,000 Pengetahuan kader posyandu terhadap Manajemen Laktasi 1,90 ± 0,744 2,63 ± 0,540 0,73 0,000 Pengetahuan kader posyandu terhadap PMK 1,68 ± 0,917 2,33 ± 0,797 0,65 0,000
•
Hasil uji statistik pre test dan post test pada pengetahuan ABBL menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test. Terjadi peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 3,08 (32%) Hasil uji statistik pre test dan post test pada pengetahuan Manajemen Laktasi menggunakan uji wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test. Terjadi peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 0,73 (38,4%). Hasil uji statistik pret test dan post test pada pengetahuan PMK menggunakan uji wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,000 (p<0,05) juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test. Terjadi peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 0,65 (38,7%). Tabel 11. Efek Pelatihan Terhadap Sikap Kader Posyandu Sebelum dan Sesudah Diberi Intervensi
Variabel Nilai Rata-rata (Mean) Sebelum Intervensi ± SD Nilai Rata-rata (Mean) Sesudah Intervensi ± SD Selisih Rata-rata p-value Sikap kader posyandu terhadap ABBL 13,3 ± 2,98 13,6 ± 1,355 0,3 0,862 Sikap kader posyandu terhadap Manajemen Laktasi 12,78 ± 3,117 13,73 ± 1,881 0,95
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
0,065 Sikap kader posyandu terhadap PMK 11,40 ± 2,96 13,08 ±1,248 1,68 0,0001
Hasil uji statistik pre test dan post test pada sikap kader terhadap ABBL menggunakan uji wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,862 (p<0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Namun terjadi peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 0,3 (2,26%). Hasil uji statistik pre test dan post test pada sikap kader terhadap Manajemen Laktasi menggunakan uji wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,065 (p<0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Namun terjadi peningkatan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 0,95 (7,43%). Hasil uji statistik pre test dan post test pada sikap kader terkait PMK menggunakan uji wilcoxon dengan hasil besar nilai p = 0,0001 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Terjadi peningkatan ratarata nilai sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan peningkatan efek sebesar 1,68 (14,74%). Pembahasan Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, tidak semua variabel menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara pret test dan post test. Variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan antara pre test dan post test yaitu pengetahuan terhadap ABBL dengan p=0,000, pengetahuan terhadap manajemen laktasi dengan p=0,000, pengetahuan terhadap PMK dengan p=0,000 serta sikap terhadap PMK p=0,0001. Sedangkan Sikap terhadap ABBL dengan p=0,862 dan manajemen laktasi dengan p=0,065 menunjukkan sikap kader terhadap kedua topik terkait tidak bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Namun memiliki efek terhadap peningkatan sikap ABBL sebesar 2,26% dan 7,43% pada sikap kader terhadap Manajemen Laktasi. Hasil penelitian ini juga sejalan sengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) yang menyatakan ada perubahan yang bermakna yang terjadi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kader lansia. Pengetahuan berhubungan dengan pendidikan yang diperolehnya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya pendidikan atau pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal sejalan juga disebutkan oleh Ariff et al (2010) bahwa untuk meningkatkan pengetahuan kader diperlukan evaluasi dalam bentuk pelatihan yang dilakukan secara periodik guna mengkaji dan mengembangkan kemampuan kader dalam melakukan pelaksanaan konseling dan pelayanan kesehatan sektor publik khususnya perihal kesehatan maternal dan neonatal. Martha (2011) juga menyebutkan bahwa Sikap IMD dukun bayi setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan meningkat positif 495,18% dibandingkan sebelumnya Sikap dipengaruhi
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
oleh proses penerimaan pada tahap awal dimana para dukun bayi mendengar dan mengetahui informasi pertama kalinya, di tahap persuasion ini dukun bayi membentuk sikap yang positif terhadap IMD. Disamping itu Sikap juga dipengaruhi oleh Pelatihan dan pendampingan serta adanya kepercayaan yang menghambat pelaksanaan IMD. Chomba et. al (2008) juga menyebutkan hal yang positif dan sejalan dengan penelitian ini bahwa pelatihan Essential Newborn Care dalam aspek kebidanan dalam perawatan bayi baru lahir (resusitasi neonatus, pemberian ASI, Perawatan Metoda Kanguru, Perawatan bayi kecil dan termoregulasi) terbukti efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesehatan dan ibu bayi dengan BBLR yang dibuktikan bahwa pelatihan terkait dapat membantu dalam mengurangi angka kematian bayi baru lahir di Zambia. Penelitian lain terkait dengan pelatihan ini yaitu dikemukakan oleh Edmond, dkk. (2004) menyebutkan bahwa menunda inisiasi menyusu dini akan meningkatkan kematian bayi. Penelitiannya melaporkan bahwa dari 10.947 bayi yang lahir antara Juli 2003–Juni 2004 dan disusui, menyusu dalam 1 jam pertama akan menurunkan angka kematian perinatal sebesar 22% dan kemungkinan kematian meningkat secara bermakna setiap hari permulaan menyusu ditangguhkan. Dengan demikian jelas bahwa pelatihan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap kader posyandu guna terbentuk suatu sikap positif terhadap pesan kesehatan agar nantinya dapat terjadi perubahan perilaku sebagaimana yang diharapkan dan segala informasi kesehatan serta isu terkini dapat disampaikan kepada masyarakat luas dalam bentuk promosi kesehatan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukannya pengukuran terhadap praktik sebelum dan sesudah pelatihan, karena untuk mengukur praktik diperlukan waktu observasi yang lebih lama untuk melakukan pengukuran terhadap praktik ABBL, Manajemen Laktasi dan Perawatan Metoda Kanguru. Seperti yang dijelaskan oleh Nguah et al (2011), bahwa untuk mengukur praktik sesuai dengan hasil yang diharapkan dibutuhkan waktu observasi dan pemantauan lebih lama. Kesimpulan • Kader posyandu yang mengikuti pelatihan ABBL, Manajemen Laktasi dan Perawatan Metoda Kanguru (PMK) sebagian besar berumur ≤50 tahun dan memiliki pendidikan menengah keatas, tidak bekerja dan telah mengabdi menjadi kader posyandu selama lebih dari 5 tahun. • Terjadi peningkatan nilai pengetahuan kader posyandu sebelum pelatihan dan sesudah dilakukan pelatihan • Terjadi peningkatan sikap kader posyandu sebelum pelatihan dan sesudah dilakukan pelatihan. • Terjadi peningkatan nilai rata-rata pengetahuan kader posyandu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pelatihan yaitu sebesar 4,45 (33,64%). Pada pengetahuan ABBL terjadi peningkatan sebesar 3,08 (32%), pada pengetahuan Manajemen Laktasi 0,73 (38,4%) dan pada pengetahuan PMK 0,65 (38,7%). • Terjadi peningkatan nilai rata-rata sikap kader psyandu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi penyuluhan yaitu sebesar 3,1 (8,31%). Pada sikap kader terhadap ABBL meningkat 0,3 (2,26%), sikap kader terhadap Manajemen Laktasi meningkat 0,95 (7,43%) dan sikap kader terhadap PMK meningkat 1,68 (14,74%)
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Daftar Pustaka Ariff, Shabina et al. (2010). Evaluation of health workforce competence in maternal and neonatal issues in public health sector of Pakistan: an Assessment of their training needs: Pakistan: BioMed Central Ltd. Chomba, Elwyn et al. (2008). Effect of WHO Newborn Care Training on Neonatal Mortality by Education, (Vol.8 Number 5). Zamba: Ambulatory Pediatrics. Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelatihan Kader Posyandu. Health Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dengan Metode Kanguru..Health Technology Assessment Indonesia. (http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=27 8&Itemid=142.) Departemen Kesehatan RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Bru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Direktorat Kesehatan Anak Khusus Dinas Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012. Semarang Division of Child Health and Development. 1998. Evidence for the Ten Steps to Successful Breastfeeding. Geneva: World Health Organization WHO/CHD/98.9,dalam Varney, Helen, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC Djaja, S. (2003). Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. (Volume 331. No 3. Hal 155-165): Buletin Peneliti Kesehatan. Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk Of Neonatal Mortality. J. Pediatrics 117(3): e380-6. Fieraningtyas, Rahayuarti. (2009). Pengaruh Pelatihan Mengenai Pengisian KMS untuk Memantau Pertumbuhan Balita Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2009.Skripsi. Depok: FKM UI Green, L. W. (1980). Health Education Planning a Diagnostic Approach. California: Mayfield Publishing Company Green, L.W, & Kreuter, M.W (2005). Health Program Planning an Educational and Ecological Approach 4th Ed, Mc. Graw Hill, Boston Hastono, Sutanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan.Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2065%20ttg%20Pe mberdayaan%20Masyarakat%20Bidang%20Kesehatan.pdf diunduh tanggal 09-012015 pukul 04.05 WIB. Nastiti, Dwi, Iswarawanti. (2010). Kader Posyandu: Peranan Dan Tantangan Pemberdayaannya Dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak Di Indonesia Volume 13 No. 4: Jakarta Nguah, et al. (2011). 11:99. Perception and practice of Kangaroo Mother Care after discharge from hospital in Kumasi, Ghana: A longitudinal study. Ghana: BMC Pregnancy and Childbirth Narbuko, C. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Notoatmodjo, Soekidjo. (1984). Dasar-dasar Pendidikan dan Pelatihan.Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi..Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Martha, Evi. (2011). Model “Pelatihan Peduli Dukun Bayi” UntukMeningkatkan Potensi Sebagai Agent Of ChangePelaksanaan Inisiasi Menyusu Dinidi Kabupaten Bogor. Disertasi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universits Indonesia. Martha, Evi. dkk. (2014). Pemberdayaan Petugas Kesehatan Dan Masyarakat Bidang Kesehatan Maternal Dan Neonatal Di Kecamatan Sawit Dan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Indonesia Perinasia. (2003). Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah Dengan Perawatan Metoda Kanguru. Jakarta: Perinasia Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pratiwi, Nita. (2011). Pengaruh Pelatihan Gizi Seimbang Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2011. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Riwidikdo, H. (2012). Statistika Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015
Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia: Jakarta, Makara Kesehatan, vol. 14, no. 1, juni 2010: 17-24 Sastroasmoro, Sudigdo. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed. 4. Jakarta: Sagung Seto Sastroasmoro, Sudigdo. (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 Thakur, et al. (2011). Effect of nutrition education on exclusive breastfeeding for nutritional outcome of low birth weight babies. European Journal of Clinical Nutrition (2012) 66, 376–381. Dhaka; Bangladesh: Macmillan Publishers Limited Varney, H., Kriebs, J. (2002). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4 Vol. 2.Jakarta: EGC WHO. (2003). Kangaroo Mother Care:A practical guide. Diunduh dari http://whqlibdoc.who.int pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 05.35 WIB Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Efek Pelatihan..., Ni Kadek Puspita Dewi, FKM UI, 2015