Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto Rr. Vita Nur Latif Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan ABSTRACT Background & Methode : Related Knowledge and attitude of cadre with the Cadres Practice in Posyandu in Job distric of “Puskesmas Wonokerto” Pekalongan Regency; based on The number of Mother Mortality Rate (MMR) in Pekalongan district had 161/100.000 birth live, one of the aim “Posyandu” was to decrees MMR by the cadres practicing “posyandu”. The aim of this study was to analizy and identify the related knowledge and attitude of cadre with the cadres practice in posyandu in job distric of “Puskesmas Wonokerto” Pekalongan Regency.This study was an explanatory research using cross sectional approach, using 70 partisipant. Result : The result was showed Knowledge had related with cadres practice had related with cadres practice (p value 0.006).
( p value 0.003) and attitude
Keywords : Knowledge, attitude of cadre, Cadres Practice in Posyandu. (KMS), sistem pencatatan
PENDAHULUAN
buku register tidak
atau kurang lengkap, kader posyandu sering
Survey kesehatan daerah menunjukan
berganti-ganti tanpa diikuti dengan ”pelatihan
bahwa sebaran Angka Kematian Ibu (AKI) di
atau refreshing” sehinga kemampuan teknis gizi
Kabupaten Pekalongan menduduki posisi kedua
kader yang aktif kurang memadai, hal ini
tertinggi dengan jumlah AKI sebesar 161/100.000
mengakibatkan
kelahiran hidup. Salah satu tujuan posyandu
pertumbuhan utamanya yang dilihat dari kenaikan
adalah untuk menurunkan AKI. keberlangsungan
berat badan balita oleh kader (tampak dalam
posyandu tidak dapat dipisahkan dari peran kader
cakupan N/S masih dibawah standar 80%) tidak
dalam
studi
dapat dilakukan optimal, apabila kondisi ini
pendahuluan pada tanggal 7 sampai dengan 15
terjadi secara terus menerus maka penemuan
Juni 2010 yang dilakukan oleh peneliti dengan
kasus malnutrisi, seperti balita gizi buruk tidak
dua orang enumerator, melalui wawancara pada
dapat terlaporkan dan mendapat pendampingan
empat orang kader posyandu dan dua orang
Program Makanan Tambahan (PMT) sejak dini,
kepala desa di kecamatan Wonokerto, dan
sehingga
observasi pada posyandu wonokerto dan semonet
Sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui
ditemukan beberapa kendala yang dihadapi dalam
hubungan pengetahuan kader tentang posyandu
pelaksanaan posyandu terkait dengan kader
kader dan sikap kader terhadap pelaksanaan
diantaranya adalah kurangnya jumlah kader,
posyandu
banyak terjadi angka putus (drop out) kader,
pelaksanaan posyandu (DKK Kab. Pekalongan,
ketrampilan
2010).
pelaksanaan
pengisian
posyandu.
Hasil
Kartu Menuju Sehat
kegiatan
penanganannya
dengan
praktek
pemantauan
akan
terlambat.
kader
dalam
pengetahuan yang cukup baik yang berpraktik
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan explanatory research yang dilakukan dengan metode survey sample dengan populasi
pendekatan cross sectional,
kader
posyandu
diwilayah
kerja
Wonokerto sejumlah 207 kader, sampel sejumlah 70 orang kader. Metode pengumpulan data menggunakan
wawancara
dengan
kuesioner.
Analisis data menggunakan uji korelasi
Chi
Square.
berpraktik kurang baik yaitu sebesar 39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas wonokerto kabupaten pekalongan.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN 1.
baik sebesar 60,42%, lebih besar dari kader yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
DAN
L.Green (1991), bahwa pengetahuan yang dimiliki
Pengetahuan
seseorang merupakan salah satu faktor pencetus
Hasil penelitian didapatkan distribusi kader
(predisposing) untuk mempermudah seseorang
dengan pengetahuan kurang baik sebesar 68,6%.
bersikap dan berperilaku khusus, sejalan dengan
Berdasarkan
hasil jawaban kader mengenai
Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa
pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan,
apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebagian
bersifat lebih langgeng (long lasting), dan apabila
besar pengetahuan kader kurang baik, Sebagian
perilaku tidak didasari dengan pengetahuan tidak
kader belum mampu menjawab dengan benar
akan berlangsung langgeng. Hasil penelitian ini
pengertian posyandu, bagaimana fungsi posyandu,
juga
bentuk – bentuk kegiatan posyandu (lima
dilakukan oleh Edy sucipto mengenai berbagai
meja/lima kegiatan posyandu), dan tugas serta
faktor yang berhubungan dengan praktek kader
fungsi kader posyandu. Hasil penelitian ini
posyandu dalam penimbangan balita dan cakupan
menunjukkan
D/S di posyandu di wilayah puskesmas Geyer II
bahwa
pengetahuan
kader
sesuai
dengan
hasil
penelitian
yang
diwilayah kerja puskesmas mengenai pengertian
Kabupaten
posyandu,
kurang
menyatakan pengetahuan kader berhubungan
sehingga perlu untuk diberikan pelatihan bagi
dengan praktik penimbangan balita di posyandu
kader baru dan refreshing kader untuk kader yang
karena dengan pengetahuan yang baik akan
sudah pernah mengikuti pelatihan. Hasil uji
memotivasi kader dalam melakukan penimbangan
bivariat
balita dengan baik. Penelitian ini menunjukkan
fungsi
posyandu
mendapatkan
proporsi
masih
kader
yang
Grobogan
memiliki pengetahuan tentang pengertian, tugas,
pengetahuan
fungsi, syarat menjadi kader kurang baik, yang
dengan
berpraktik kurang baik sebesar 77,17% kader
posyandu
lebih besar dari kader yang berpraktik baik
pengetahuan
dan
sebesar 22,73%, untuk kader yang memiliki
pelaksanaan
posyandu
Tahun
berhubungan
praktik
kader
sehingga
2009,yang
secara dalam
upaya
kemampuan perlu
signifikan pelaksanaan peningkatan
kader
dalam
untuk
lebih
ditingkatkan baik melalui pelatihan bagi kader
Berdasarkan jawaban kader pada tiap item
baru dan refreshing untuk kader yang sudah
pertanyaan
mengikuti
bahwa pengetahuan kader yang kurang meliputi
pelatihan,
meskipun
pengetahuan
pengetahuan,
dapat
disimpulkan
merupakan faktor yang terbukti secara signifikan
pengertian
berhubungan
posyandu, penilaian strata posyandu melalui 35
dengan
praktik
kader
dalam
pelaksanaan posyandu, dibutuhkan dukungan dari petugas
kesehatan
pelaksanaan
dalam
posyandu,
posyandu,
lima
kegiatan
dalam
indikator, dan tugas utama kader.
pendampingan sehingga
tugas
administrasi kader terkait dengan pengisian Sistim informasi posyandu (SIP) dapat dilakukan dengan baik.
2.
Sikap kader posyandu.
tentang tugas-tugas
kader
Hasil penelitian menunjukkan kader yang bersikap
setuju
terhadap
tugas-tugas
kader
Berdasarkan jawaban kader,distribusi kader
sebanyak 60% (sejumlah 42 kader), adapun kader
dengan pengetahuan tentang pengertian, tujuan
yang bersikap tidak setuju terhadap tugas-tugas
dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima
kader sebesar 40% (sejumlah 28 kader). sebagian
kegiatan posyandu kurang baik sebesar 68,6%
besar kader menunjukkan sikap setuju terhadap
(sejumlah 48 kader), dan kategori tidak baik
pelaksanaan tugas-tugas kader, 70 kader (100%)
sebesar 31,4% (sejumlah 22 kader).
menjawab setuju pada item pernyataan bahwa
Berdasarkan hasil jawaban kader mengenai
mereka akan melaksanakan tugas dan tanggung
pengetahuan kader tentang pengertian, tujuan,
jawab mereka meskipun tidak dibayar. Dan pada
tugas dan fungsi, syarat menjadi kader, dan lima
item pernyataan mengenai tugas kader yang
kegiatan posyandu didapatkan hasil jawaban
meliputi lima meja/lima langkah 65 kader (92,9%)
didapatkan 70% kader belum mengerti pengertian
menjawab setuju. Sikap tidak setuju kader
posyandu, 60% kader belum mengerti salah satu
ditunjukkan
kegiatan posyandu adalah penyuluhan 65,7%
menjawab tidak setuju pada pernyataan yang
kader belum mengerti ada lima kegiatan dalam
menyebutkan bahwa kader merupakan tenaga
pelaksanaan
belum
profesional, oleh karena itu kader harus dibayar.
mengerti fungsi meja 1 , 65,7% kader belum
Hal ini terjadi karena menurut mereka kader
mengerti fungsi meja 2 , 67,1% kader belum
adalah pekerjaan yang berdasarkan kesukarelaan,
mengerti fungsi meja 3 , 60% kader belum
sehingga kader tidak dibayar, dan kader bekerja
mengerti fungsi meja 4 , 64,3% kader belum
dengan ikhlas.
posyandu
67,1%
kader
dari hasil penelitian 65,7% kader
mengerti fungsi meja 5 , 80% kader belum
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
mengerti penilaian strata posyandu menggunakan
kader yang bersikap setuju terhadap tugas-tugas
35 indikator , 64,3% kader belum mengerti
kader yang berpraktik baik 61,91% lebih besar
kategori strata posyandu , 65,7% kader belum
dari yang berpraktek kurang baik (38,09%) dan
mengerti tentang pengertian kader , 61,4% kader
untuk kelompok kader yang bersikap tidak setuju
belum mengerti tentang tugas utama kader
yang berpraktek kurang baik sebesar 71,43%
posyandu.
lebih besar dari yang berpraktek baik (28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan nilai p
value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf
74,3% kader tidak mencatat bulan lahir anak,
signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti
72,9% kader tidak memberi penyuluhan pada ibu
ada hubungan antara sikap kader terhadap tugas-
balita, 87,1% kader tidak memberikan penyuluhan
tugas
pada ibu hamil, 78,6% kader tidak memberi
kader
dengan
praktik
kader
dalam
pelaksanaan posyandu.
penyuluhan
untuk
ibu
menyusui
mengenai
Hasil ini sesuai dengan teori L.Green (2000),
pentingnya ASI, Iodium, dan Vitamin A. Praktik
dimana sikap merupakan salah satu predisposing
kader yang kurang baik pada kegiatan paska hari
faktor (faktor yang mempermudah) terjadinya
buka posyandu meliputi 77,1% kader tidak
perubahan perilaku pada seseorang.
Sikap
memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku
merupakan respon tertutup seseorang terhadap
bantu kader, 81,4% kader tidak mengunjungi ibu
stimulus
sudah
balita yang anak balitanya tidak hadir 2 bulan
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
berturut-turut, 78,6% kader tidak mengunjungi
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
kelompok sasaran posyandu (bayi & balita, ibu
setuju, baik-tidak baik). Sikap kader yang sudah
hamil, ibu menyusui) yang sakit, 88,6% kader
setuju
tidak mengunjungi ibu hamil dan ibu menyusui
atau
obyek
tertentu,
yang
yang berarti kader dengan sukarela
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas kader, perlu dipupuk dengan
yang belum mendapatkan kapsul iodium. Berdasarkan
paparan
diatas,
dapat
pembinaan dari faktor reinforcing (dalam hal ini
disimpulkan bahwa sebagian besar praktik kader
adalah dukungan kepala puskesmas, dukungan
pada pelaksanaan posyandu di wilayah kerja
kepala desa), dan pendampingan dari petugas
puskesmas wonokerto kurang baik, adapun
kesehatan sehingga dapat meningkatkan praktik
praktik yang kurang baik pada kegiatan pra
kader dalam pelaksanaan posyandu.
posyandu adalah tidak menyampaikan rencana kegiatan pada kantor desa dan memastikan apakah petugas lintas sektor bisa datang. Hal ini
3.
Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu Praktik kader dalam pelaksanaan posyandu di
wilayah kerja puskesmas Wonokerto, sebagian besar berpraktik kurang baik, ditunjukkan dari 67,1% kader masih kurang baik dalam praktik pelaksanaan posyandu. Praktik yang kurang pada kegiatan pra posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian
60%
kader
tidak
menyampaikan
rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas lintas sektor bisa hadir pada posyandu. Praktik kader yang kurang pada hari buka posyandu ditunjukkan dari hasil penelitian 68,6% kader tidak mengisi KMS (Kartu Menuju Sehat) secara lengkap,
dilakukan kader karena menurut kader, meskipun sudah disampaikan rencana ke kantor desa, petugas lintas sektor tidak berkunjung rutin pada posyandu dan kader sudah terbiasa melaksanakan posyandu tanpa menyampaikan rencana ke kantor desa. Praktik yang kurang baik pada hari buka posyandu adalah sebagian besar kader belum mengisi KMS secara lengkap dan kader tidak memberikan penyuluhan kesehatan pada sasaran posyandu. Kader tidak mengisi secara lengkap KMS balita terjadi pada kader baru yang belum mengikuti
pelatihan,
sehingga
ketrampilan
pengisian KMS dan SIP (Sistem Informasi Posyandu)
masih
kurang,
sedangkan
tidak
memberi penyuluhan pada pengunjung posyandu
bahwa kader yang memiliki pengetahuan baik
dikarenakan kader merasa kurang percaya diri
tentang pengertian, sasaran, kegiatan,tugas, fungsi
karena kurangnya informasi kesehatan yang
dan syarat menjadi kader dan sikap yang
mereka miliki. Untuk praktik kader yang kurang
mendukung (dalam arti kader secara ikhlas
pada paska kegiatan posyandu diantaranya adalah
melaksanakan tugas dan fungsinya), didukung
tidak memindahkan catatan pada KMS ke buku
penuh dari petugas kesehatan dalam bentuk
bantu kader dan tidak melakukan kunjungan pada
pendampingan
sasaran posyandu. Tidak melakukan kunjungan
ketrampilan administrasi dan penyuluhan akan
rumah
dikarenakan
berpraktik lebih baik dalam pelaksanaan posyandu
keterbatasan sarana alat transportasi sehingga
meliputi lima kegiatan, dan akan berpraktik lebih
kader tidak bisa melakukan kunjungan rumah
baik dalam penyuluhan maupun pengisian SIP.
pada sasaran posyandu yang harus dikunjungi
4. Analisa Bivariat a. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu.
pada
sasaran
posyandu
secara optimal. Berdasarkan analisis multivariat
ternyata
variabel yang berhubungan bermakna dengan
pelaksanaan
posyandu
dalam
praktik kader dalam pelaksanaan posyandu adalah
Hasil
variabel pengetahuan. Hasil analisis didapatkan
pengetahuan
OR pengetahuan sebesar 3.615, sehingga dapat
posyandu, tugas-tugas kader, fungsi dan
diartikan bahwa kader posyandu yang memiliki
syarat menjadi kader dengan praktik kader
pengetahuan
dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada
baik
memiliki
kemungkinan
berpraktik 3x lebih baik dalam pelaksanaan posyandu dibandingkan dengan kader posyandu yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang
analisis
hubungan
kader
tentang
antara pengertian
tabel berikut : Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas,fungsi, syarat menjadi kader dengan praktik pelaksanaan posyandu
pengertian, sasaran, kegiatan posyandu dan tugas No.
kader. Hasil ini sesuai dengan teori L.Green dalam
Pengeta huan kader
Notoatmodjo (2005), yang menyatakan perubahan perilaku
seseorang
dipengaruhi
oleh
faktor
predisposing yaitu faktor yang mempermudah
kader),
Baik
N
%
N
%
N
%
tidak baik
17
77, 27
5
22, 73
22
100
2
kurang baik
19
39, 58
29
60, 42
48
100
sasaran, kegiatan,tugas, fungsi dan syarat menjadi kader dan sikap kader terhadap tugas-tugas
Kurang baik 1
seseorang atau masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah pengetahuan kader tentang pengertian,
Total
Praktik pelaksanaan posyandu
2
X = 8.579
pvalue = 0.003
Ho = ditolak
reinforcing faktor yaitu faktor yang
memperkuat dan mendukung seseorang atau
Pada tabel 1. diatas, disajikan bahwa
masyarakat berperilaku (dalam hal ini adalah
proporsi
dukungan
petugas
tentang pengertian, tugas, fungsi, syarat menjadi
kesehatan). Dari temuan ini dapat disimpulkan
kader tidak baik, yang berpraktik kurang baik
yang
diberikan
oleh
kader
yang
memiliki
pengetahuan
sebesar 77,27% kader lebih besar dari kader yang
setuju yang berpraktik kurang baik sebesar
berpraktik baik sebesar 22,73%, untuk kader yang
71,43% lebih besar dari yang berpraktik baik
memiliki pengetahuan yang kurag baik yang
(28,57%). Adapun hasil uji chi square didapatkan
berpraktik baik sebesar 60,42%, lebih besar dari
nilai p value sebesar = 0.006 < α=0.05 pada taraf
kader yang berpraktik kurang baik yaitu sebesar
signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak, yang berarti
39,58%. Hasil uji asosiasi chi square didapatkan
ada hubungan antara sikap kader terhadap tugas-
nilai p value sebesar 0.003 < α=0.05 pada taraf
tugas
signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak yang berarti
pelaksanaan posyandu.
kader
dengan
praktik
kader
dalam
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang pengertian, tugas, fungsi dan syarat
SIMPULAN
menjadi kader dengan praktik kader dalam
Berdasarkan hasil analisis data penelitian,
pelaksanaan posyandu diwilayah kerja puskesmas
maka dapat disimpulkan sebanyak 67,1% kader
wonokerto kabupaten pekalongan.
atau sejumlah (47 kader) masih kurang baik pada
b. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu.
praktik kader dalam pelaksanaan posyandu, hanya
Hasil analisis hubungan antara sikap kader terhadap tugas kader dengan praktik kader dalam pelaksanaan posyandu disajikan pada tabel berikut : Tabel 2. Hubungan antara sikap kader terhadap tugas-tugas kader dengan praktik pelaksanaan posyandu No.
Sikap kader
Praktikpelaksanaan posyandu Kurang baik
1
2 2
Total
yang kurang optimal dalam hal penyusunan RTL (rencana
tindak
lanjut)
ketrampilan
dalam
memberikan penyuluhan, dan kunjungan ke rumah/ wawan muka untuk sasaran posyandu dikarenakan kurangnya pendampingan petugas kesehatan ketrampilan
utamanya
dalam
pembekalan
dan
penyuluhan,
administratif
waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk
Baik
melaksanakan kunjungan rumah.
%
N
%
N
Tidak setuj u
20
71,43
8
28,5 7
2 8
Setuj u
16
61,9 1
4 2
X = 7.473
kader dalam pelaksanaan posyandu, praktik kader
minimnya media suluh yang ada, keterbatasan
N
38,09
32,9% kader (23 kader) sudah baik pada praktik
2 6
pvalue =0.006
% 100
DAFTAR PUSTAKA Ismawati, Cahyo. Posyandu Yogyakarta. 2010.
100
Ho = ditolak
Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa kader yang bersikap setuju yang berpraktik baik 61.91% lebih besar dari yang berpraktik kurang baik (38,09) untuk kelompok kader yang bersikap tidak
&
Desa
Siaga.
Zulkifli. Posyandu dan Kader Kesehatan. Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat-versi HTML. Jenis berkas : PDF/Adobe Acrobat-versi HTML.www.digilib.usu.ac.id/modules.php?op= modload&name=Downloads&files=index&req =getit&lid=473 (diakses pada tanggal 10-102010). Muslimpinang. Jurnal Evaluasi Penimbangan Balita di Kota Tanjung Pinang. Tanggal 8 April 2008. Departemen Kesehatan RI. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 1999.
Sucipto, Edy. Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader Posyandu dalam Penimbangan Balita dan Cakupan D/S di Posyandu di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan. Tesis. 2009 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu.2007 Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Jawa Tengah, 2008, Panduan Penghitungan Strata Posyandu secara Kuantitatif di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008. SE Menteri Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ Tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Ridwan, dkk. Revitalisasi Posyandu Pengaruhnya terhadap Kinerja Posyandu di kabupaten Trenggamus. KMKP Universitas Gajah Mada. 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2005
Torik. Peranan Kader Posyandu dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Study kasus di kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang). Skripsi. 2005. Pratiknya, Watik. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Raja Grafindo. Jakarta. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Arikunto, Suharsimi. Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka cipta.2001. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2002. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta. 2002. Kusnanto, Hari. Metode Kualitatif dalam riset Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Brockopp, Dorothy young. Dasar-dasar keperawatan.ECG. Jakarta. 1999.
riset
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta.2007
Karsidi, Ravik. 2000. Pengembangan Instrumen dalam penelitian sosial. Makalah disampaikan dalam Latihan penelitian tingkat dasar / LPTD.
Green, L dan Marshall Kreuter. Health Promotion Planning An Educational and Environtmental Approach. 2000.
Ismawati, Cahyo, dkk. Posyandu & Desa Siaga Panduan Untuk Bidan & Kader. Yogyakarta : Muha Medika. 2010
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. 2006.
Gubernur Jawa Tengah. Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 67 tahun 2006 tentang Pedoman Operasional Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Model di Propinsi Jawa Tengah. Semarang.2006
Surat Edaran Menteri dalam negeri No. 411.3/536/SJ, tahun 1999 Yunardi. Manajemen Program Revitalisasi Posyandu di puskesmas kabupaten Bungo. Thesis. 2007.