Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
Neraca Sumberdaya Air Kota Banjarbaru-Kalimantan Selatan Jarwanto *) *) Mahasiswa Magister Teknik Geologi, UPN ”Veteran” Yogyakarta. Pengajar Jurusan Teknik Pertambangan, Akademi Teknik pembangunan Nasional, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
SARI Dilihat dari sisi geohidrologi, Wilayah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan terletak pada Sistem Cekungan airtanah Barito Meratus dengan berkembangnya sistem multi layer dengan akuifer. Neraca Air dalam siklus hidrologi mengalami perubahan menurut waktu (musim) dan tempat. Pada musim penghujan jumlah air yang masuk ke dalam sistem aliran bawah tanah relatif besar sehingga potensi air tanah tinggi, sedangkan pada musim kemarau jumlah air yang masuk ke dalam sistem air tanah relatif kecil sehingga potensi air tanah juga relatif kecil. Dalam penyusunan neraca sumberdaya air terdapat konsep daerah aliran sungai (DAS). Dalam beberapa literatur terdapat beberapa istilah lain yang ekuivalen dengan DAS diantaranya daerah pengaliran sungai (DPS), river basin, drainage basin, dan watershede. DAS adalah suatu kawasan di permukaan bumi yang mempunyai topografi cekung, sehingga apabila terjadi hujan pada kawasan tersebut, maka seluruh air yang masuk di anggap keluar pada satu keluaraan (outlet). Dalam konsep ini batuan yang menyusun kawasan ini dianggap homogen sehingga struktur akifer (aquiver) diabaikan. Dengan menggunakan asumsi air yang masuk sama dengan air yang keluar, maka sistem hidrologi DAS dianggap sebagi sistem keabuan (grey box system), yaitu air hujan di anggap sebagai input, run off dianggap sebagi output, sedangkan kotak kelabu (grey box) adalah imbangan jumlah penggunaan air dan potensi air yang diperkirakan. Kebutuhan domestik air akan mencapai angka kritis sekitar tahun 2025 dengan asumsi pertumbuhan penduduk 1,9 % untuk Kota Banjarbaru secara umum. Kondisi kritis air tersebut dapat dipercepat oleh beberapa aktifitas dibidang industri, ada empat tipe tingkatan industri yang dijadikan dasar perhitungan proyeksi kebutuhan air yaitu industri skala besar, yaitu industri dengan jumlah karyawan 2000 orang, industri skala sedang yaitu industri dengan jumlah karyawan 500 orang, industri skala kecil dengan jumlah karyawan 20 orang dan industri pariwisata dengan jumlah pengunjung 5000 orang per tahun.
1.
Pendahuluan
Sumberdaya air adalah penilaian positif suatu air untuk kehidupan manusia dan lingkungan, yang karakteristiknya dapat dihitung atau diperkirakan. Seperti sumberdaya alam lainnya sumberdaya air mempunyai kedudukan yang strategis dalam kehidupan, karena sebagian besar reaksi kimia serta metabolisme organisme dipengaruhi oleh keberadaan air. Selain penting dalam kehidupan, air juga sangat berperan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan dalam
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
mempengaruhi rona lingkungan. Dalam melakukan penilaian sumberdaya air terlebih dahulu perlu pemahaman karakteristik air terutama siklus dan dinamikanya. Air di bumi mengalami sirkulasi terus-menerus secara berkala dalam keteraturan melalui beberapa proses yaitu: penguapan, presipitasi, dan pengaliran. Siklus dimulai dari penguapan air di permukaan bumi atau di permukaan tubuh air yang lain menjadi titik-titik uap. Titik-titik uap ini karena mengalami penurunan temperatur akibat perubahan ketinggian berubah menjadi awan. Dengan adanya berbagai proses kodensasi, awan tersebut selanjutnya jatuh di permukaan bumi sebagai hujan. Ada sebagian air yang tidak sempat jatuh di permukaan bumi akibat peguapan, uap air tersebut selajutnya membentuk titik-titik uap dan kembali bersiklus. Air yang jatuh dipermukaan bumi sebagian ada yang langsung mengalir sebagai limpasan permukaan (surface run off), sebagian ada yang menjadi limpasan bawah permukaan (subsurface run off), dan sebagian menjadi aliran air tanah (ground water run off). Limpasan permukaan tersebut selanjutnya mengalir menuju ke sungai dan bermuara ke laut, saat dalam perjalanan air tersebut dapat tertahan apabila pada suatu kondisi air tersebut mengalir di daerah yang jenuh dengan air dan topografi relatif cekung. Limpasan permukaan tersebut akan tertahan menjadi deposit air permukaan (surface water storage). Limpasan bawah permukaan tersebut oleh gaya grafitasi akan bergerak kebawah menuju zona jenuh (saturated zone) dan menjadi aliran air tanah. Arah aliran air tanah tersebut dipengaruhi oleh struktur geologi dan topografi daerah secara regional, aliran air tanah ini selanjutnya bermuara di laut sungai, atau pada deposit air permukaan (Gambar 1.). Kondensation Presipitation
Infiltration
Evaporation Surface Run Off Water Storage
Percolation
Ground Water Run Off Sub Surface Run Off
Gambar 1: Model siklus air suatu satuan hidrologi Neraca Air dalam siklus hidrologi mengalami perubahan menurut waktu (musim) dan tempat. Pada musim penghujan jumlah air yang masuk ke dalam sistem aliran bawah tanah relatif besar sehingga potensi air tanah tinggi, sedangkan pada musim kemarau jumlah air yang masuk ke dalam sistem air tanah relatif kecil sehingga potensi air tanah juga relatif kecil. Selain dipengaruhi dinamika iklim, neraca sumberdaya air juga dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan alam. Jika suatu kawasan tangkapan hujan (recharge area) mengalami perubahan, misalnya
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
akibat penggundulan hutan, maka akan menyebabkan turunnya daya serap air dan meningkatkan limpasan permukaan (run off). Kondisi seperti itu dapat menyebabkan terjadinya penurunan simpanan air tanah (ground water storage) yang menyebabkan kekeringan musim kemarau, dan meningkatnya air larian di musim penghujan yang dapat menyebabkan banjir. Dalam penyusunan neraca sumberdaya air terdapat konsep daerah aliran sungai (DAS). Dalam beberapa literatur terdapat beberapa istilah lain yang ekuivalen dengan DAS diantaranya daerah pengaliran sungai (DPS), river basin, drainage basin, dan watershede. DAS adalah suatu kawasan di permukaan bumi yang mempunyai topografi cekung, sehingga apabila terjadi hujan pada kawasan tersebut, maka seluruh air yang masuk di anggap keluar pada satu keluaraan (outlet). Dalam konsep ini batuan yang menyusun kawasan ini dianggap homogen sehingga struktur akifer (aquiver) diabaikan. Dengan menggunakan asumsi air yang masuk sama dengan air yang keluar, maka sistem hidrologi DAS dianggap sebagi sistem keabuan (grey box system), yaitu air hujan di anggap sebagai input, run off dianggap sebagi output, sedangkan kotak kelabu (grey box) adalah imbangan jumlah penggunaan air dan potensi air yang diperkirakan. Dalam bahasa yang sederhana hujan yang jatuh pada suatu kawasan dikurangi penguapan seluruhnya akan keluar dengan jumlah yang sama. Jumlah air tersebut selanjutnya disebut dengan potensi, potensi tersebut selanjutnya akan mengalami pengurangan akibat aktifitas manusia pada sektor tertentu (sesuai kriteria). Setelah air dimanfaatkan ekskresi atau sisa pemakaian selanjutnya akan dibuang sebagai air yang hilang atau tidak dapat dimanfaatkan pada suatu kriteria tertentu. Sehingga meskipun air yang keluar pada outlet tetap, tetapi terjadi pengurangan potensi 2.
Metode Analisa
Dalam penyusunan neraca sumberdaya air ini dilakukan evaluasi jumlah ketersediaan air potensial yang terdapat pada wilayah penelitian, selanjutnya jumlah air yang tersedia tersebut dibandingkan dengan jumlah air yang dimanfaatkan. Dari perbandingan tersebut jika jumlah air potensial yang tersedia melebihi jumlah penggunaan air maka neraca bernilai positif, sedangkan bila jumlah persediaan air lebih kecil dibanding dengan jumlah penggunaan air maka neraca bernilai negatif. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah daerah penelitian dianggap sebagai suatu satuan daerah tangkapan hujan (DAS) yang dibatasi oleh batas administrasi, selain itu kawasan penelitian merupakan sistem hidrolis tertutup. Artinya air yang masuk pada kawasan penelitian berasal dari hujan dan tidak terjadi dinamika hidrolis ke dalam maupun luar sistem, sehingga pengurangan potensi air hanya akan terjadi akibat penguapan dan aktifitas manusia. Untuk menghitung jumlah air yang masuk ke wilayah penelitian dilakukan dengan cara menghitung jumlah air hujan yang masuk dikurangi dengan air yang keluar akibat penguapan. Pada kondisi lapangan yang nyata air yang jatuh di permukaan bumi tidak langsung masuk ke sistem air tanah yang siap dipakai, tetapi masih melewati beberapa fase, yaitu infiltrasi, perkolasi, limpasan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
permukaan dan sebagai simpanan air permukaan (surface water storage). Untuk mengurangi kesalahan perhitungan akibat fenomena hidrolis terutama akibat perubahan kapasitas simpanan maka data yang digunakan berupa data berseri selama sembilan belas tahun (1976-1995), pada rentang waktu yang panjang tersebut fenomena-fenomena hidrolis pada air tanah tersebut dapat diabaikan. Selain memanfaatkan air tanah masyarakat juga memanfaatkan air bersih dari PDAM, karena jumlah pengguna air tersebut dalam masyarakat perkotaan jumlahnya cukup besar maka jumlah produksi air bersih dimasukkan sebagai bagai bahan pertimbangan. Jumlah kebutuhan air ditentukan dari aktifitas penduduk, aktifitas penduduk yang menjadi pertimbangan adalah aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas dibidang industri. Untuk menghitung kebutuhan air oleh aktifitas hidup sehari-hari dikalikan antara jumlah penduduk dengan konstanta penggunaan air. Dari hasil beberapa penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa tingkat dan status ekonomi mempengaruhi kebutuhan air, masyarakat dengan ekonomi tinggi kuat (perkotaan) lebih banyak menggunakan air dibanding dengan masyarakat dengan ekonomi yang lemah (pedesaan). Konstanta yang digunakan diambil dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyono (2000) dalam Anonim (2000) dengan kriteria sebagai berikut: A. Masyarakat pedesaan: kebutuhan air berkisar dari 60 (liter/hari/kapita) sampai 80 (liter/hari/kapita). B. Masyarakat perkotaan (menengah) kebutuhan air berkisar dari 100 (liter/hari/kapita) sampai 150 (liter/hari/kapita). angka konstanta yang digunakan diambil yang terbesar yaitu 80 untuk kawasan pedesaan dan 150 untuk kawasan perkotaan. Dipilihnya nilai terbesar ini untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat kesalahan dalam estimasi akibat penggunaan lain yang tidak terduga. 3.
Pembahasan
3.1. Kualitas Air Dari hasil penelitian dan pengujian di lapangan diperoleh informasi bahwa ada empat sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu air tanah, air rawa, air hujan, air bersih (PDAM), dan beberapa air sungai yang masih bersih. Diantara kelima sumber air tersebut yang paling layak dikonsumsi oleh masyarakat adalah yang berasal dari PDAM. Karena secara kualitas, air tersebut sudah melewati berbagai pengujian dibawah Departemen Kesehatan, sehingga dalam bahasan ini tidak dibicarakan secara khusus masalah kualitasnya. Untuk sumber-sumber air yang lain kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan standar bakumutu yang sudah ditentukaan oleh Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-02/MENKLH/I/1988 Tanggal 19 Januari 1988, kelas kualitas air dapat dilihat pada Tabel .2.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
Tabel 1. Kualitas Air dari Berbagai Sumber Kriteria Temperatur pH DHL Kekeruhan Ca2+ Mg2+ Na+ K+ NO31SO42O2 Kesadahan sbg CaCO3 NH4+ Fe Total Mn 2+ NO 2Cl BOD
o
Satuan C
Mmhos/cm FTU ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Air Tanah 27,5 7,7 – 8,5 524 - 5940 2,5 – 6,5 36,9 - 157 27,0 - 640 0,87 – 30,0 0, - 7,2 56,0 – 397 4,2 – 8,6 -
Air Rawa 27,5 7,3 – 7,5 1400 – 2600 0,6 – 6,5 16,1 – 23,1 48,5 – 60,1 164 – 376 4,4 – 10,8 0,0 – 6,6 154 – 397 7,1 – 7,8 -
Air Sungai 27,5 7,3 2845 7 27,7 57,3 228 10,8 0 7,5 -
Air Hujan 27,5 8,1 - 8,5 38,195 - 50 0,4 – 0,8 0,0 – 6,9 0,0 – 7,9 10,0 – 14,0 0,03 – 0,11 4,7 – 8,5 0,0 – 18,1 6,9 – 7,5 -
0,00 0,00 0,0
0,00 0,00 154 – 397 0,37 – 0,61
0,0 0,00 -
0,00 0,00 0,00 – 0,79
Sumber : Data Primer yang dilakukan pada Bulan Mei 2001 Tabel 2. Kelas Air Menurut KEP-02/MENKLH/I/1988 Tanggal 19 Januari 1988 Kriteria Sifat Fisika a. Kekeruhan b. Rasa c. Bau d. DHL Kimia
Air Sungai
Air Rawa
A B A D -
B B B D SO4-
Sumber Air Air Tanah A B B D Mg+ dan SO4-
Air Hujan A A A A -
Berdasarkan pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa kualitas air yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari adalah yang berasal dari air hujan. Pencemaran yang terdapat sumber air ini relatif kecil, karena media hantar siklus hidrolisnya relatif kecil. Untuk sumber-sumber air yang lain mempunyai baku mutu B dengan faktor penghantar daya hantar listrik. Tingginya daya hantar listrik pada tubuh perairan ini dapat disebabkan oleh rembesan air laut pada masa lampau dan disebabkan keberadaan endapan gambut yang masih baru maupun gambut yang sudah terjebak oleh struktur perlapisan tanah. Berdasarkan sifat fisikanya sumber air yang berasal rawa mempunyai hambatan pada kekeruhan rasa dan bau. Kondisi ini disebabkan oleh siklus hidrolis yang relatif statis dan terbuka, sehingga waktu kontak dengan media lain relatif lebih lama. Dibanding dengan air rawa air tanah relatif lebih jernih, hal ini disebabkan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
dinamika air relatif lebih dinamis sehingga tanah sebagai media hantar lebih berfungsi sebagai penyaring daripada sebagai sumber polutan. Yang cukup unik pada kawasan ini adalah sifat fisika dari air sungai, kualitas air sungai ini ternyata lebih baik daripada air tanah maupun air rawa, ini mungkin diakibatkan debit air yang relatif tinggi, sehingga kontak air dengan media hantar sebagai sumber polutan relatif rendah. Yang perlu menjadi perhatian serius dalam penanganan sumberdaya air adalah perlindungan terhadap air sungai dan air rawa, karena kedua sumber air ini pada saat ini mempunyai kualitas air yang cukup baik, sedangkan kemungkinan terjadinya pencemaran pada kedua tubuh air ini paling besar dibandingkan yang lain. 3.2. Dinamika Air Seperti pada penjelasan dimuka neraca sumberdaya air dipengaruhi oleh dinamika iklim. Pada Bulan Oktober hingga Bulan Juni tinggi curah hujan berada di atas penguapan, yang oleh masyarakat umum disebut sebagai musim penghujan. Pada bulan-bulan ini jumlah air yang masuk pada sistem air tanah dan sistem air permukaan cukup besar sehingga terjadi peningkatan peningkatan potensi sumberdaya air, sedangkan antara Bulan Juli dan Bulan September jumlah penguapan lebih besar dibanding dengan jumlah curah hujan sehingga pada bulan-bulan itu jumlah air tanah sangat terbatas. 3.3. Pemanfaatan Sumberdaya Air Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh informasi jumlah potensi air yang tersedia yaitu sebesar 8,012,654.000.00 liter pertahun, jumlah terrsebut berasal dari curah hujan sebesar 2268 mm/tahun dikurangi penguapan sebesar 2158 mm/tahun ditambah dengan jumlah air bersih. Air bersih ini dipertimbangkan dalam perhitungan potensi air karena selain memanfaatkan air tanah penduduk juga memanfaatkan air bersih dari PAM. Jumlah kebutuhan air penduduk sebesar 6.092.996.757 liter/tahun, jumlah ini dihitung dari pemanfaatan air oleh penduduk untuk kebutuhan sehari-hari sebesar 4.274.1214.450 liter/tahun, dan aktifitas dibidang industri sebesar 1.818.872.307 liter/tahun. Berdasarkan imbangan jumlah kebutuhan dan jumlah potensi yang tersedia, maka pada daerah penelitian masih surplus air sebesar 2.250.356.243 liter/tahun (27%). 27 % 73 %
Total Penggunaan 6,092,996,757 Liter/Tahun Sisa Air yang Tersedia 2,250,356,243 Liter/Tahun
Gambar 2. Neraca Sumberdaya Air
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
3.4. Karakteristik Sumber Air Pada penjelasan terdahulu dijelaskan bahawa daerah penelitian terdapat empat sumber air yaitu air sungai, air rawa, air tanah, dan air hujan masing-masing sumber air tersebut mempunyai karakteristik menurut ruang (space) dan waktu (time). Masing-masing karaktersitik sumber mataair tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Air sungai Air sungai mempunyai karakteristik menurut orde sungai dan arah aliran sungai, pada hulu atau sungai orde 1 yang berada di sekitar Gunung Kupang dan sebelah timur Sungai rancah. Sungai ini mempunyai termasuk tipe efluent (Gambar 3) yaitu air tanah memasok aliran sungai. Pada musim kemarau sungai ini relatif kering akibat penurunan muka air tanah, bahkan ketika musim kemarau berkepanjangan beberapa anak sungainya mengalami kekeringan (interminten) morfologi sungai mempunyai tebing sungai yang terjal. Pada penggal sungai bagian tengah (sungai orde 2) sungai mulai melebar debit sungai ini cukup besar sehingga muka air sungai di atas permukaan air tanah sehingga air sungai memasuk keberadaan air tanah atau tipe sungai influent (Gambar 4). Sungai ini ditemukan pada daerah Muarasabang dan Banjarbaru, sungai yang berada di kawasan ini telah mengalami pengeruhan akibat adanya sedimen dasar dan sedimen suspensi akibat erosi tebing dan erosi permukaan lahan, beberapa lokasi yaitu di bagian selatan Kota Banjarbaru yang merupakan lahan gambut dan lahan pertanian, pengkeruhan air bukan hanya dari erosi yang sifatnya alami tetapi sebagian sudah tercemari oleh aktifitas manusia karena sungai tersebut telah melewati kawasan pemukiman. Beberapa pencemaran yang mempengaruhi kualitas air sungai ini diidentifikasi disebabkan oleh aktifitas dibidang pertambangan, penebangan hutan, dan pertanian, sedangkan yang alami disebabkan oleh adanya pengaruh jebakan air rawa yang berfungsi sebagai simpanan air permukaan (surface water storage).
Air Tanah Masuk Sistem Sungai
a a
b b
Gambar 3. Peta Kontur Sungai Efluent (a) penampang horizontal (b) penampang vertikal
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
Sungai Masuk Sistem Air Tanah
aa bb Gambar 4. Peta Kontur Sungai Influent (a) penampang horizontal (b) penampang vertikal 2. Air Rawa Air rawa dalam kajian karakteritsik hidrologi adalah jebakan air atau simpanan air permukaan (surface water storage). Air rawa ini terbentuk akibat penggenangan air sungai dan akibat topografi permukaan yang relati datar dan cekung. Air ini mempunyai kualitas air yang relatif tinggi yaitu mengandung unsur kimia SO42-, keberadaan unsur kimia tersebut disebabkan oleh adanya pembusukan organisme vegetasi yang membentuk lahan gambut. Secara geomorfik tubuh air ini berada pada satuan dengan topografi datar sehingga jika dikaitkan dengan satuan daerah aliran sungai daerah tersebut merupakan daerah rendah (low land). Kondisi ini juga menyebabkan kawasan rawa gambut berasosiasi dengan dataran banjir sungai dengan orde tinggi, akibatnya daerah ini dalam jangka waktu yang lama akan tergenang oleh air selain itu keberadaan sungai-sungai dengan orde tinggi menyebabkan tingginya potensi terjadinya pencemaran oleh air sungai. Rawa yang merupakan kawasan deposit air permukaan mempunyai kejenuhan tanah oleh air cukup tinggi. Karena dinamika air yang berada di rawa relatif statis maka kandungan kimia dan fisikanya relatif tinggi. Berdasarkan hasil pengukuran beberapa air rawa maka diketahui berat jenisnya 1,45 sedangkan untuk air tanah berat jenis 1,20. Karena perbedaan berat jenis ini maka pada bidang pertemuan antara air rawa dan air tanah terbentuk bidang batas interface, Gambar 5. Pada suatu kondisi stabil yaitu tekanan air tanah dan tekanan air rawa seimbang. Pada suatu kondisi interface ini dapat berubah yaitu apabila pemanfatan air tanah di sekitar rawa sangat besar, intrusi air rawa ini dapat dilihat dari nilai kimia
Air Tanah =1,20 Interface
Air Rawa =1,45
Gambar 5.: Model Kemungkinan Intrusi Air Rawa Terhadap Air Tanah
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
3. Air Tanah Air tanah dalam suatu siklus hidrologi adalah suatu aliran air yang berada di zona jenuh air (saturated zone) yang bergerak ke bawah mengikuti topografi regional permukaan dan juga struktur tanah akibat gaya grafitasi, air tanah tersebut akan berhenti apabila air tersebut mencapai muara tubuh air atau suatu genangan air. Karena dinamika air tanah dipengaruhi oleh topogarfi maka karakteristik air tanah dari masing-masing satuan lahan berbeda. Air tanah pada kawasan dengan topografi berbukit akan lebih dominan mensuplay aliran sungai, sehingga sungai tersebut pada musim kemarau akan kering karena air tanah yang berada di kawasan tersebut mengalami penyusutan. Konsekwensi tipe sungai ini adalah air sungai akan mempunyai potensi tercemar oleh aktifitas penduduk, karena air tanah akan masuk ke dalam air sungai. Kawasan dengan kondisi air tanah seperti ini terdapat pada kawasan sungai orde 1 dan sebagian sungai orde 2 yang meliputi Gunungkupang, Sungaingrancah, Banjarbaru, Saptamarga, Sungaitiung dan sekitar Landasanulin sebelah timur. Air tanah yang berada di kawasan dengan topografi datar akan dipengaruhi oleh aliran sungai, kondisi ini disebabkan aliran sungai dengan orde tinggi mempunyai debit yang lebih besar sehingga air sungai akan bergerak ke air tanah. Tipe air tanah ini menyebabkan mudah tercemarnya air tanah oleh aliran sungai. Penampang sungai
1
2 3
1 2
1 1
Penampang Tebing
Orde Kekeruhan Sumber Pencemaran Lokasi Tipe Sungai Bentuk Tebing
3 Tinggi Kompleks
2 1 Sedang Rendah Rumah tangga, Penambangan, Pertambangan, Rawa Pertambangan, Bagian Selatan Banjarbaru dan Sungaingrancah dan Kota Banjarbaru Muarasabang Gunungkupang Influent Influen-Efluent Efluent - Intermiten U U-V V Sumber Analisa Laboratorium dan Pengamatan di Lapangan
Gambar 6. Pengelompokan Zona Sungai Berdasarkan Orde
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
3.5. Proyeksi Ketersediaan Air Air tersedia di alam dalam jumlah terbatas, pada suatu kondisi tertentu jumlah kebutuhan air sama dengan jumlah air yang tersedia. Pada kondisi tersebut potensi air dapat dikatakan dalam kondisi kritis yaitu suatu keadaan awal dari kondisi defisit air. Perhitungan proyeksi kebutuhan air didasarkan pada peningkatan kebutuhan air oleh peningkatan jumlah penduduk dan simulasi penambahan industri skala besar sedang dan kecil. Berdasarkan grafik pada Gambar 7, kebutuhan domestik air akan mencapai angka kritis sekitar tahun 2025 dengan asumsi pertumbuhan penduduk 1,9 % untuk Kota Banjarbaru secara umum. Kondisi kritis air tersebut dapat dipercepat oleh beberapa aktifitas dibidang industri, ada empat tipe tingkatan industri yang dijadikan dasar perhitungan proyeksi kebutuhan air yaitu industri skala besar, yaitu industri dengan jumlah karyawan 2000 orang, industri skala sedang yaitu industri dengan jumlah karyawan 500 orang, industri skala kecil dengan jumlah karyawan 20 orang dan industri pariwisata dengan jumlah pengunjung 5000 orang per tahun. Industri besar dengan jumlah karyawan yang sangat besar akan sangat mempercepat habisnya penyediaan air, berdasarkan hasil perhitungan penambahan satu perusahaan skala besar dalam satu tahun akan mempercepat habisnya penyediaan air sampai 10 tahun atau tahun 2015 air sudah dalam kondisi kritis. Industri skala sedang akan mempercepat masa kritis 4 tahun atau pada tahun 2021 Kota Banjarbaru mencapai masa kritis. Industri skala kecil pengaruhnya tidak terlalu signifikan dalam mempercepat datangnya masa kritis yaitu hanya mempercepat 1 tahun atau pada tahun 2024 mencapai masa kritis. Industri pariwisata dengan jumlah pengunjung 5000 orang/tahun atau sekitar 14 orang/hari berdasarkan perhitungan tidak terlalu mempengaruhi penurunan jumlah kebutuhan air atau air mencapai masa kritis pada tahun 2025.
Titik Kritis Th 2025 Garis Kebutuhan Air
Gambar 7. Grafik Perkiraan Garis Kebutuhan Air Domestik
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
Tabel 3. Imbangan Hujan dan Penguapan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
Curah Hujan (mm) 349 279 327 250 217 125 123 75 97 157 259
Penguapan (mm) 103 100 102 105 95 109 113 127 138 118 101
Neraca Potensi (mm) 246 179 225 145 122 16 10 -52 -41 39 158
Imbangan Curah Hujan dan Penguapan 400
mm/bulan
350 Devisit
300 250 200 150
Keterangan Curah Hujan Penguapan
100 50
Surplus
Surplus
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bulan
Gambar 8. Imbangan Curah Hujan dan Penguapan 4.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa neraca sumberdaya air Kota Banjarbaru, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sumberdaya air di Kota Banjarbaru secara umum masih aman, yaitu total penggunaan air 6.092.996.757 liter/tahun atau 73%, sedangkan sisa air atau surplus 2.250.356.243 liter/tahun atau 27%. 2. Sumber air yang berada di Kota Banjarbaru mempunyai kualitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kendala bahan kimia yang perlu penanganan adalah air rawa yang mempunyai kelebihan
12
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
kandungan SO4- dan air tanah yang berada di dataran aluvial kelebihan kandungan Mg+ dan SO4-, sedangkan kendala fisikanya adalah tingginya ion-ion dalam air sungai, air rawa, dan air tanah yaitu dengan DHL lebih dari 500 mohs/cm. 3. Di Kota Banjarbaru terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada Bulan Oktober hingga Bulan Juni, maksimal terjadi pada Bulan Desember dengan surplus air 250 mm/bulan. Musim kemarau terjadi pada Bulan Juli hingga September dengan puncak pada Bulan Agustus dengan defisit air -50 mm/tahun. 4. Berdasarkan kawasan sungai daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: a) kawasan sungai orde 1, umumnya merupakan daerah dengan potensi air rendah, karena air tanah yang berada di kawasan ini relatif sedikit dan cukup dalam, b) kawasan sungai orde 2, umumnya merupakan daerah dengan potensi air sedang yaitu kebutuhan air relatif mencukupi pada musim penghujan tetapi jumlah terbatas pada musim kemarau, c) kawasan sungai orde 3 dan 4, umumnya merupakan daerah dengan potensi air tinggi tetapi kualitas air cukup rentan terhadap pencemaran. 5. Berdasarkan perhitungan matematis kebutuhan air dengan laju pertumbuhan 1,9% kawasan Kota Banjarbaru akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Pada saat itu jumlah kebutuhan air seimbang dengan jumlah ketersediaan air. Kondisi ini dapat dipercepat oleh pertumbuhan industri, untuk pertumbuhan industri besar diperkirakan krisis air dipercepat 10 tahun atau tahun 2015, untuk industri sedang tahun 2021 dan industri pariwisata 2024. Berdasarkan kesimpulan diatas maka untuk mensikapi kondisi lingkungan yang berada Kota Banjarbaru maka dapat disarankan sebagai berikut: Untuk mensikapi akan munculnya krisis air dimasa-masa mendatang perlu adanya upaya sistimatis untuk mengatur penggunaan air, diantaranya dengan mengatur laju pertumbuhan industri berat dan membuka alternatif industriindustri yang ramah lingkungan misalnya industri jasa atau industri pariwisata. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1999, Kota Banjarbaru Dalam Angka 1999, Badan Pusat Statistik Anonim, 2001, Data Skunder Kabupaten Banjar dan banjarbaru 1996-2000, Badan Pusat Statistik. Arifin,M.Z, 1996, Pemanfaatan Bahan Organik dan kapur Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering Podsolik Merah Kuning di Kalimantan Srelatan, Kalimantan Scientiae, No 41&42 Th.XIV Vol. Juni-September, Banjarmasin
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
Howard. John.A, 1996, Pengindraan Jauh Untuk Sumberdaya Hutan, Teori dan Aplikasi, Diterjemahkan oleh Tim, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Seyhan, Erisn,1997, Dasar-Dasar Hidrologi, Fundamental of Hydrology translated by Subagyo,S, edited by Prawirohatmodjo,S, Fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sikumambang at all,1994, Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung Tim, 1992, Studi Penentuan Tingkat Kekritisan Lahan dengan metode Index Bahaya Erosi di DAS Riam Kiwa Kalimantan Selatan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Tim, 2000, Materi Pelatihan, Pelatihan Metodologi Penyusunan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Daerah (NSASD), Angkatan VII, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.