Kajian LiIlgllistik, Febmari 2013,29-40 CoppigiJt@2013, Program StlidiLiIl/jlOStik SP-s U5[/ ISSN 16.934660
TahWJ ke-1O, No 1
nbbbANAL YZING TRANSLATION STRATEGIES AND READlBILITY ON TRANSLATED TEXT BERSITEGUH MENGURAI BENANG KUSUT DI SIBOLANGIT Evi Sofia Manurung Kantor Arsip Serdang Bedagai Roswita Silalahi FIB Universitas Sumatera Utara Abstract The objectives of this reserach are to either describe the translation strategies or to know and to measure the readibility of Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit text. TIle research method applied is qualitative descriptive approach and the data presentation is in embeded research. This research does not only analyze the kinds of translation strategy but also the readibility ofBersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit text. It is conducted by applying document analysis approach. The unit analysis are Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangit text consists of 161 sentences, 3.527 English words and Bersiteguh Mengurai Benang Kusut dt Sibolangit te:xt consists of 161 sentences, 3.158 Indonesian words. The findings show that there are eight translation strategies applied in this research. They are: (J) borrowing: 7,45%, (2) calque: 9,32%, (3) literal translation: 10,56%. (4) transposition: 13,04%, (5) modulation: 18,01%, (6) adaptation: 10,56%, (7) functional equivalent: 16, 77%, (8) descriptive equivalent (14,29%). Modulation strategy has the highest frequency of all. The readibility of Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit text is in difficult category text. It was found clear~v from the Fry Graphics. If the readibility number is above 11, it is a d!fficult category text, ~l they are among 9,10,11 called standard/appropriate categOlY text, below 11 is in easy category text and it will be invalid if it is in "shaded in area". Keywords: Translation Strategies, Equivalence, Readibility, Fry Graphics
PENDAHULUAN Saat ini JICA telah menelurkan sebuah buku dengan judul From the Ocean to the Mountain: Observing the Paths, Appraising the Promises (bahasa sumber) atau Dari Laut ke Gunung: Meninjau Jejak, Menakar lkrar (bahasa sasaran) yang berisi kompilasi artikel proyek-proyek CEP (Community Empowerment Program) di se]uruh Indonesia yang didasarkan pada catatancatatatn dan lesson-learned ke-16 LSM yang telah dan sedang menggarap 17 proyek CEP. Artikel-artikel CEP-flCA, salah satu diantaranya "Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangil (Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit)" juga disajikan dalam dua bahasa yakni bahasa Inggris sebagai bahasa sumber dan bahasa indonesia sebagai bahasa Sasaran. Penet:.iemahan ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan dengan harapan agar pesan atau makna yang terdapat pada artikel-artikel proyek CEP-JICA tersebut dapat menjangkau pembaca dari kalangan Pemkab Deli Serdang dan BAPEDALSU (Badan Dampak dan Lingkungan Sumatera Utara) pada khususnya" dan kalangan masyarakat Sibolangit secta masyarakat Sumatera Utara pada umumnya Dari Harapan yang dijelaskan sebelumnya" terlihatjelas bahwa keterbacaan peneIjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran sangat penting, karena tingkat keterbacaan selalu berbanding lurus dengan makna yang hendak disampaikan. Nida dan Taber (1982: 12) memberikan definisi tentang peneIjemahan "Tran~'lating consists of reproducing in the receptor language the closer natural equivalenvce of the SOi.lrce language mesage, first in term of meaning and secondly in terms of style ". Dapat dikatakan, penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya. Pada hakekatnya" bahasa yang digunakan dalam proses penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang merupakan salah satu persyaratan yang menentukan tingkat keterbacaan
Efi Sofia 1l1anuIlmg
suatu teks. Untuk itu, tingkat keterbacaan suatu teks harus sesuai dengan kemampuan membaca pembacanya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Richards et.al seperti yang dikutip oleh Nababan (2007: 19), keterbacaan merujuk pada seberapa mudah teks tuIis dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dari uraian di atas, keterbacaan itu dengan jelas menunjukkan bahwa ada dua faktor umum yang mempengaruhi keterbacaan teks, yaitu (I) unsur-unsur linguistik yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dan (2) keterampilan membaca para pembaca. Keterbacaan sebuah teks dapat diukur secara empirik, yang didasarkan pada panjang rata-rata kalimat, kompleksitas struktur kalimat, dan jumlah kata baru yang digunakan dalam teks. Katakata yang berfrekuensi pemakaian tinggi (Jazim) lebih mudah dipahami dibanding dengan katakata yang jarang dipakai atau jarang dijumpai. Demikian juga bentuk, jenis, dan makna kata, seperti kata benda abstrak, istilah, serapan, penghubung, dan kata majemuk dipertimbangkan sebagai indikator keterbacaan. PeneIjemahan Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangit menjadi Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit merupakan satu contoh penggunaan strategi peneIjemahan. Bagaimana dengan keseluruhan teks? Uraian tersebut di atas merupakan hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang strategi peneIjemahan yakni keingintahuan peneliti tentang cara menemukan pemadanan teIjemahan yang tepat dalam teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit dan mengetahui tingkat keterbacaannya. Vinay dan Darbelnet yang dikutip oleh Venuti (2008: 84-93) mengemukakan cara pemadanan dan membaginya dalam dua kategori besar yakni (1) pemadanan langsumg (direct translation) dan (2) pemadanan oblik (oblique translation) yang terdiri dari tujuh strategi berbeda. Namun, secara garis besar terdapat beberapa kemungkinan kesepadanan dalam penerjemahan, yakni (1) sepadan sekaligus berkorespondensi, (2) sepadan tapi bentuk tidak berkorespondensi, dan (3) sepadan dan makna tidak berkorespondensi karena beda cakupan makna. PeneIjemahan sebagai proses pemadanan tidaklah sesederhana definisi yang umum diterima, yakni mengungkapkan makna ke dalam bahasa lain. Menurut Nida yang dikutip Silalahi (2009: 16), proses peneIjemahan merujuk pada linguistic operation (operasi linguistik) yang dilakukan oleh penerjemah dalam mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran dan diwujudkan dalam tiga tahapan: 1) analisis teks bahasa sumber, 2) pengalihan pesan, 3) penyusunan kernbali teks bahasa sasaran. Penelitian dengan judul "Analisis Strategi Penerjemahan pada Teks Mengurai Benang Kusut di Sibo[aJ1gif' mengkaji suatu produk teIjemahan sebagai genre teks ilmiah yang berfokus pada segi cara pandang dan strategi peneIjemahan yang terdapat didalamnya. Kesepadanan yang dapat dicapai pada teks hasil terjemahan akan sangat memberi kontribusi kepada pihak NGO sebagai penelitiJpengada proyek dan masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Siobolangit sebagai penduduk dimana proyek tersebut diadakan. Pengidentifikasian teks yang terkait dengan proses penerjemahan merupakan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti. Proses peneIjemahan itll sendiri menyangkut pemilihan padanan yang paling mendekati untuk unit bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Berdasarkan pada tingkat unit bahasa yang akan diteIjemahkan, Riazi (2003) mengelompokkan pendekatan terhadap peneIjemahan menjadi (1) peneIjemahan pada tataran kata (word/or word translation), (2) penerjemahan pada tataran kalimat, dan (3) peneIjemahan konseptual (unit terjemahan bukan pada tingkatan kata atau kalimat). Setiap peneIjemah memiliki istilah tersendiri dalam menentukan suatu strategi peneIjemahan dimana hal-hal tersebut dijadikan acuan dalam melakukan proses peneIjemahan yang kemudian menghasilkan produk teIjemahan yang ideal, yakni adanya kesepadanan makna antar bahasa sumber dan bahasa sasaran. Strategi penerjemahan tersebut merupakan prosedur yang digunakan penerjemah dalam memecahkan permasalahan penerjemahan. Strategi penerjemahan sangatlah penting karena penerapan strategi peneIjemahan yang tepat, akurat, dan berterima sangat berperan dalam menentukan kualitas terjemahan. Keakuratan dalam penerapan strategi peneIjemaahn juga akan menghindari hasil terjemahan yang tidak ideal. Jika hasil terjemahan tidak ideal maka pesan dari bahasa sumber tidak tersampaikan dengan baik. Borrowing, Calque, dan Literal Translation mungkin adalah beberapa contoh strategi penerjemahan yang lazim digunakan dikarenakan strategi tersebut
30
K;yian linguistik, TallUn ke-J(J. No 1
Februari 2013
sangat sederhana ,dan'.tidak rnemerlukan proses pemikiran yang senus. Sebagai contoh, Bortus (BS) diterjernahkan rnenjadi Bonus (BT). TINJAUAN PUSTAKA Penerjemaban Larson (1984: 3) rnendetinisikanpenerjernahan sebagai pengalihan rnakna dari bahasa surnber ke dalarn bahasasasaran melalui tiga (3) langkah pendekatan, yakni: 1) rnernpelajari leksikon, struktur grarnatika1~ situasi kornunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, 2) menganalisis teks bahasa sumber untukmenernukan maknanya, dan 3) rnengungkapkan kembali makna yang sarna dengan rnenggunakan leksikon danstruktur grarnatikal yang sesuai yang sesuai dalarn, bahasa sasaraIl. Halliday (~am Steiner, 2001: 17) rnengernukakan bahwa terjernahan yang baikadaJah suatu teks yang merupakan terjernahan ekuivalen terkait dengan titur-titur: linguistik yangbemilai dalarn konteks, penerjernahan. BerdasarkanbeberapadefiIiisi rnengenai penerjemahan tersebut di, atas, terlihat· adanya kesepakatan bahwa :penerjernaban rnerupakan suatu kegiatan yang menyangkut" keterk,aitan 'antara dua.bahasa atau lebih (multilanguage) yakni. adanya transfer rnakna daribahasasumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Dalarn penerjernahan, transfer rnaknadari bahasa somber ke bahasa sasaran dibarengi " dengan keakuratan pesan, keterbacaan dan keberterimaanproduk (Nababan, 2010: 4). Penerjernahan itu sendiri juga tidak terIepas dari seni. Sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat ahli bahwa seni rnengganti bahasa ucapan atau lisan dari bahasa surnber ke dalani bahasa yang dituju. Penerjemahan dapat dikatakan seni, dikarenakan adanya hubungan yang sangat erat antara language taste (selera bahasa) penulis dengan penerjernah .. Dengan dernikian, bisa dikatakan bahwa penerjernahan adalah busana pernikiran seseorang. Apabila bU$311a.· itu baik dan dipakai sesuai dengan suasana dan keadaan, rnaka akan terlihat indah dan menarik. Dalarn penerjernahan, yang paling rnendasar adalah kemampuan berpikir dan rnernindahkan hasiJ pemikiran ke dalam ungkapanyang baik. Terlepas dari kaitan seni, penerjernahan juga rnelibatkan bidang linguistik kedua bahasa yaitu bahasa surnber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa), yang rnencakup teori rnakna (sernantik), metode, prosedur, dan teknik penerjemahan, dan bidang ilmu teks yang diterjernahkan (BeJl, 1991: 10). Dengan dernikian, penerjernahan dapat rnelibatkan beberapa pihak terkait sesuai dengan teks yang akan diterjernahkan. Hal ini disebabkan'seorang penerjernah tidak akan rnenguasai semua disiplin ilrnu yang terkait dengan penerjernahan, namun bila seorang pemijernahan menernui kesu1itan dalarn rnenerjemahkan, dia dapat berkonsultasi dengan pakar bidang iIrnu terkait. Oleb sebab ~ diperlukanstrategistrategi tertentu yang harus digunakan penerjernah' untuk rnenernukanefek padan dalam suatu hasil terjernahan. Strategi penerjernahan merupakan bagian dari proses penerjemahan yang diterapkan pada saat proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks bahasa Surnber rnaupun pada tahap pengalihan pesan (SiIaIahi, 2009: 29).
Jenis- Jenis Penerjemaban Pada urnurnnya, terjernaban dikelornpokkan da'am tiga jenisyaitu: Intralingual translation, terjernahan dalarn bahasa yang S3l1la, yaitu rnenerjernahkan teks a. surnber ke teks target dalam bahasa yanag sarna. Terjernahan seperti ini sering disebut dengan parafrase atau rnenggunakan kata-kata lain untuk menyampaikan pesan yang sarna. b. Interlingual translation, terjernahan antar bahasa yaitu rnenerjernahkan teks sumber ke teks target daIam bahasa yang berbeda. Misalnya, teks sumber adaIah bahasa Inggris rnaka teks targetnya adaJah bahasa Indonesia. c. Intersemiotic translation, teIjernahan sistern larnbang/non verbal yaitu rneneljernahkan suatu larnbang/tanda/gambar/ yang digunakan untuk rnenyarnpaikan suatu pesan den,gan katakata atau secara verbaal. Contoh: huruf "s" yang dicoret sebagai rarnbu laIu lintas diterjernahkan sebagai "dilarang berhenti" (Jakobson, 2000: 114). Larson (1984) rnembagi terjernahan menjadi dua Yflitu terjemahan yang berdasarkan rnakna (meaning-based translation) dan terjemahan yang berdasarkan bentuk (form-based translation). TeJjemahan berdasarkan makna cenderung mengkomunikasikan makna teks '
,
31
Eli Sofia ManunmK
bahasa sumber dalam bentuk bahasa sasaran yang alami, dengan demikina tetjemahan tersebut dikatakan sebagai terjemahan idiomatik. Kompleksitas Penerjemahan Selain penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, proses penetjemahan juga. memerlukari seorang penerjemah yang. handal dalam menguasai berbagai keahlian yang akanmenunjang kualitas .produktetjemahan~.· Terjemahan dapat dilakukan oleh siapa saja yangmempuilyai pengetahuan bahasa asing. Kekompleksitasan penerjemahan semakin :terlihat dengan tidak meiljadi semakin mudahnya.proses menetjemahkan suatu teks dari waktu ke waktu. Bagi para penetjemah yang paling ahli sekalipun, dalam beberapa hal, tugas itu menjadi sulit. Para penetjemah:harus gigih dan sabar dalam menerjemahkan suatu teks dan diperlukan waktu berhari-hari hanya untukmencari satu· istilah .tetjemahan yang tepat, meneliti latar· belakang bukti itu, :membaca baris per baris untuk menangkap maksud si penulis yang sebenarnya. Kesetiaan adalah satu unsur terpenting daIam menetjemahkan. DaIam melaksanakan kegiatan penerjemahan, penerjemah tidak terlepas dari permasalahanteknis. Oleh sebab itu,seorang penerjemah sangat perlu berhati-hati·dalam.penerapanberbagai teknikpenerjemahan yang pada praktikilya diterapkan secara tentatif. Selain penerapan teknik penetjemahan, penerapan pergeseran-petgeserran ( shifts) juga sering dilakukan dalam proses penetjemahan. Ekuivalensi dalam Terjemahan' Tetjemahanadalah penggantian. dari bahan tekstual dalam bahasa sumber ke·bahan tekstual yang ekuivalen dalam bahasatarget (Catforddalam Hornby 1990: 20). Dari definisi tersebut, tentulah pencapaian ekuivalensi dalam penerjemahan sangat penting. StrategiPenerjemahan Strategi penetjemahan identik dengan pengertiari metode penetjemahan yang digunakan Vinay dan Darbelnet (dalam Venuti, 2000: 84-93) danpengertian prosedur oleh Newmark (1988: 6893) yakni sUatu cara mencapai kesepadanan antara teks sumber dan teks sasaran. Dapat dikatakan, dengan menerapkan istilah strategi penetjemahan berarti menerapkan strategi pemadanan dalam proses penerjemahan. Hal inilah yang mendorong' peneliti untuk menggimakan istilah "strategipenerjemahan" dalam penelitian ini. Terkait dengan istilah strategi, Newmark (1988: 19-30) menyebutnya sebagai prosedur. :. Metode penerjemahanberkenaan . dengan keselutuhan teks sedangkan prosedur berlaku untuk kalimat dan satuan-sastuan bahasa yang lebih keeil (seperti klausa, frasa, kata). Struktur dasar terdiri atas lima tipe strategi penetjemahan: • Tipe I·. adaIah pengenalan masalah, yang diikuti oleh pemeeahan masalah secara langsung atau diikuti oleh pengenalan masalah yang sementara belum terpecahkan. • Tipe II sarna dengan Tipe I tetapi di dalamnya terdapat fase tambahan, yaitu fase pencarian 80lusi untuk memeeahkan masalah. • Tipe III juga sama dengan· Tipe 1, tetapi di dalamnya terdapat fase tambahan; yaitu pemverbalisasian masalah. • Tipe N terdiri ataS pengenalan masalah, yang diikuti oleh pemecahan masalah secara langsung atau diikuti oleh pengemilan masalah yang sementara beJum terpecahkan, dan di dalamnya terdapat fase pencarian solusi' untuk memeeahkan masalah dan fase pemverbalisasian niasalah. • Tipe V merupakan struktur belah dua. Ketika masalah yang kompleks timbul dan tidak terpecahkan padawaktu yang bersamaan, penetjemah cenderung memeeahnya menjadi . beberapa bagian dan keinudian bagian.;.bagian dari masalah tersebut dipecahkan secara berurutan. Dalam peneJitian ini, peneliti memfokuskan strategi penerjemahan terhadap pencarian padanail dan pemeriksaan padanail. Walaupun terdapat berbagai alternatif penerapan namun suatu cara pemadanan sangatditentukan oleh kedekatan tipologi bahasa serta perbedaan budaya sumber dan sasaran. Setelah mengkaji berbagai aJternatif yang teJah dikemukan oJeh berbagai
32
pendapat ahli di atas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan strategi pemadanan yang dikemukakan oleh Vinay dan Darbelnet (dalam Venuti,2000: 84-93) seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Strategi pemadanan ini dibagi dalam dua kategori besar yakni (1) pemadanan langsung (direct translation), dikatakan juga berorientasi pada bahasa sumber dan (2) pemadanan oblik (oblique translation), dikatakan juga berorientasi pada bahasa sasaran, yang terdiri dari sembilan strategi berbeda Berikut ini adalah sembilan jenis strategi pemadanan oleh Vinay dan Darbelnet yang dikutip oleh Venuti (2000: 84-93) yang diterapkan pada penelitian ini, diantaranya tiga jenis strategi pemadanan yang berorientasi pada bahasa sumber dan termasuk dalam kategori direct translation meliputi: I. BorrOlfling yaitu mengambil dan membawa item leksikal dari bahasa sumber ke dalam bahasa target tanpa modifikasi formal dan semantik. Strategi ini merupakan cara pemadanan yang paling sederhana. Borrowing yang sudah lama dan digunakan secara luas bahkan sudah tidak dianggap lagi sebagai item leksikal pinjaman tetapi sebagai bagian dari leksikon bahasa sasaran. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Menu Menu 2. Calque, semacam borrowing tertentu dimana suatu bahasa meminjam suatu bentuk ekspresi bahasa lain kemudian menerjemahkannya secara harfiah masing-masing elemennya sehingga menghasilkan lexical calque dengan mempertahankan struktur bahasa sasaran sambil memperkenalkan modus ekspresi baru seperti yang terlihat dalam peneIjemahan di bawah ini. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Interest rate Tingkat Suku Bunga 3. Literal Translation, yakni pengalihan langsung teks sumber ke dalam teks sasaran yang sepadan secara gramatikal dan idiomatik. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran I like music Saya suka musik Selanjutnya ada enam jenis strategi pemadanan berorientasi pada bahasa sasaran dan termasuk dalam kategori oblique translation meliputi: 4. Transposisi (transposition), yakni menggantikan elemen bahasa sumber dengan elemen bahasa target yang secara semantik berpadanan namun secar formal tidak berpadanan misalnya karena perubahan kelas kata, perubahan bentuk jainak ke tunggal, posisi kata sifat sampai pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Musical Instruments Alat Musik 5. Modulasi (modulation), yakni pergeseran sudut pandang atau perspektif Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran I broke my leg Kaki ku patah 6. Equivalence, yakni penggantian sebagian bahasa sumber dengan padanan fungsionalnya dalam bahasa sasaran. Dengan kata lain, suatu situasi yang sama dapat diungkapkan ke dalama dua teks dengan menggunakan metode stili stika dan struktural yang sama. Contoh klasik dari pemadanan ini adalahaa pemadanan bunyi-bunyi onomatopik seperti kukuruyuk (bunyi ayam) berpadanan dengan cock-a-dood/e-do dalam bahasa Inggris, ngeong (suara kucing) berpadanan dengan miaow, dan dor (suara senapan/pistol) berpadanan dengan bang. Strategi ini bersifat tetap atau pasti (fixed) dan termasuk dalam "phraseological repertoire" idiom, klise, peribahasa dan sejenis. 7. Adaptasi (adaptation), yakni pengupayaan padana kultural antara dua situasi tertentu. Strategi ini digunakan pada kasus pemadanan dimana situasi yang diacu oleh pesan bahasa sumber tidak dikenal/dimiliki (unknown) dalam budaya bahasa sasaran sebingga penerjemah harus menciptakan situasi yang dapat dianggap sepadan. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Dear sir Dengan hormat
33
Evi Sofia j1fanumng
8. Pemadanan Fungsional (jimctional equivalent), suatu strategi yang sangat umum digunakan dalam peneljemahan kata berkonteks budaya dengan cara menggunakan 9. kata-kata yang bebas muatan budaya (culture free word) dan terkadang dengan ungkapan spesifik barn. Cara ini menetralisir atau menggeneralisasi kata-kata bahasa sumber dan tidak jarang cara ini disertai dengan penambahan uraian khusus. Strategi ini dinilai sebagai suatu analisis komponensional budaya dan cara yang paling akurat dalam penerjemahan karena dengan dekulturalisasi kata-kata budaya strategi ini menduduki daerah pertengahan atau universal antara bahasa atau budaya bahasa sumber dengan bahasa dan budaya sasaran. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Baccalaureat French Secondary school Polish parliament Sejm Berem Balinese wine J O. Pemadanan Deskriptif (descriptive equivalent) merupakan eksplikasi, yakni pemadanan yang dilakukan dengan memberikan deskripsi dan terkadang dipadukan dengan fungsi. Misalnya: Bahasa Sumber Bahasa Sasaran The Japanese aristocracy Samurai From the eleventh to the nineteenth century METODOLOGI Pendekatan deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang sering digunakan dalam penelitian linguistik terapan. Data penelitian disajikan dalam bentuk pen~litian terpancang (embeded research), yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan min at penelitiannya. Namun dalam hal ini, peneliti tetap tidak melepaskan fokusnya dari sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan dengan bagian-bagian dari konteks secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap (HB. Sutopo, 2002: 4142). Sumber data yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah teks yang berjudul Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangit (bahasa sumber) dan Bersileguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit (bahasa sasaran) sebagai data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan diperoleh melalui studi kepustakaan, yakni dalam teks Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangit terdiri dari 161 kalimat dengan 3.527 kata Bahasa Inggris di dalarnnya; dan teks Bersileguh Mengurai Benang Kuslit di Sibolangit dalam Bahasa Indonesia yang terdiri dari 161 kalimat dengan 3.l58 kata di dalamnya. Teks yang menjadi sumber data dalam penelitian ini merupakan salah satu teks yang terdapat dalam buku kompilasi berjudul From the Ocean to the A-follntain: Observing the Paths, Appraising the Promises (bahasa sumber) atau Dari Laut Ire G,mlll1g: Meninjau Jejak, Menakar Ikrar (bahasa sasaran). Adapun infonnasi tentang buku ini adalah sebagai berikut: a. Penulis : Beni Antono dan Agus Mochammad b. Penerjemah : Ning Suprapti c. Penerbit : Japan International Cooperation Agency (nCA) Indonesia d. Tahun : 2006 e. Cetakan : I (Pertama) f Halaman : 144 halaman Pengolahan Data dilakukan dengan: a. Penyuntingan Proses penyuntingan yang dilakukan adalah berupa pemeriksaan seluruh hasil terjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Sebagai langkah awal, penyuntingan diperlukan dalam rangka pemahaman komprehensif bagi peneliti atas teks proyek sebagai data. b. Identifikasi
34
KI1jian linguistik, Tahun ke-l~ No 1
~
Febmari 2013
Identifikasi kala, /rasa, dan atau klausa produk teljemahan melalui berbagai strategi penerjemahan secara berurutan pada keseluruhan teks. Proses identifikasi tersebut akan terlihat dengan nnci dan jelas pada bagian pembahasan yaitu melaui tampilan penerjemahan teks dengan anal isis strategi penerjemahannya c. Tabulasi Kegiatan dalam pentabulasian adalah dengan menyusun dan menghitung data hasil identifikasi, yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian diadakan penghitungan dalam persentase (%). Untuk mempermudah pengidentifikasian maka tabel diformat dalam 3 (tiga kolom). Kolom pertama adalah kolom bahasa sumber (bahasa Inggris), kolom kedua sebagai kolom nomor urut frasa atau klausa baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran untuk analisis strategi penerjemahan dan kolom ketiga berisikan bahasa sasaran. Keseluruhan data dalam teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit akan ditampilkan kedalam tabel tersebut, yang kemudian ditempatkan sebagai lampiran. Hasil analisis strategi penerjemahan akan ditampilkan pada tabel distribusi frekuensi yakni membuat uraian dari suatu hasil penelitian dan menyajikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk yang bail, yakni bentuk stastistik popular yang sederhana sehingga kita dapat lebih mudah mendapat gambaran tentang situasi hasil penelitian. (Djarwanto, 1982).
PEMBAHASAN Langkah Mengukur Tingkat Keterbacaan Teks Langkah pertama: Memilih penggalan yang representatif dati wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya dengan mengambil 100 buah kata Yang dimaksudkan dengan kata adalah sekelompok lam bang yang di kiri dan kanannya berpembatas. Dengan demikian Budi, IKlP, 2000 masing-masing dianggap kata. Langkah kedua: Menghitung jumlah kalimat dari seratus buah kata hingga persepuluhan terdekat. Maksudnya, jika kata yang ke-IOO (teks sampel) tidak jatuh diujung kalimat, perhitungan kalimat tidak selalu utuh, melainkan akan ada sisa. Sisanya itu tentu berupa sejumlah kata yang merupakan bagian dati deretan kata-kata yang membentuk kalimat. Karena keharusan pengambilan sampel teks berpatokan pada angka 100, maka sisa kata yang termasuk hitungan keseratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal (persepuluhan). Langkah ketiga: Menghitungjumlah suku kata dati teks sampel hingga kata ke-l 00. Langkah keempat: Menggunakan Grafik Fry untuk menganaIisis teks bahasa Indonesia ditarnbah satu langkah, yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6 (HaJjasujana, 1996/1997:123). Langkah kelima: Plotkan angka-angka itu ke dalam Grafik Fry. Kolom tegak lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata. Basil Penelitian tentang Strategi Penelitian Jenis-jenis strategi penerjemahan yang digunakan dalam proses penerjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit adalah sebanyak 8 jenis strategi penerjemahan. Berikut adalah hasil penelitian berupa kedelapan jenis strategi penerjemahan yang diterapkan, disertai dengan pembahasannya. 1. Identifikasi Strategi Bo"owing No.2 Bahasa Sumber The splendor of the big five islands in this world is not argued so it is not a surprise if the Sumatera Eco-tounsm is discussed in the National Eco-tourism Workshop IT in Bali 1-5 July 1996 that is also denoted the establishment of Indonesia Eco-Tourism
35
Bahasa Sasaran Eloknya pulau kelima terbesar di dunia ini memang tak terbantahkan hingga tak heran jika gerakan ekowisata Sumatera segera turut digagas dalarn Workshop Ekoturisme Nasional II di Bali 1-5 Juli 1996 yang juga menandai terbentuknya
Evi Sofia Jl1amD1mg
I Masyarakat Ekowisata Indonesia (MEl)
Community (lEC)
Kata "workshop" dalam bahasa sumber diterjemahkan langsung menjadi "workshop" dalam bahasa sasaran. Hal ini menunjukkan kata "workshop" dapat menjelaskan makna/pesan dalam bahasa sasaran. 2. Identifikasi Strategi Calque No.24 Bahasa Sumber As non-profit organization initiated officially in July 1986, YES is consistent not to leave its empowerment area in Sibolangit hill.
Bahasa Sasaran Sebagai lembaga nirlaba yang didirikan secara resmi Juli tahun 1996 YES terbilang kukuh tak ingin meninggalkan wilayah pemberdayaannya di bukit Sibolangit
Strategi peneIjemahan calque diterapkan dalam meneIjemahkan "non-profit organization" menjadi "lembaga nirlabd' yang mengacu pada Yayasan Ekowisata Sumatera (YES) sebagai pusat pembelajaran alam di surnatera Utara tanpa mernfokuskan diri pada keuntungan. 3. Identifikasi Strategi Literal Translation No. 65 Bahasa Sumber BasicaHy, ecological education should touch the heart of the family
Bahasa Sasaran Pada dasarnya pendidikan lingkungan harus menjangkau jantung keluarga
Kalimat diatas merupakan contoh pengalihan Jangsung dari teks sumber ke dalam teks target. Kalimat pada bahasa sumber diterjemahkan secara literal dalam bahasa sasaran tanpa adanya perubahan sudut pandang. 4. Identifikasi Strategi Transposisi No.87 Bahasa Sumber In addition, the land will be destroyed because palm oil causes degradation of soil nutrition and can not live with other plants
Bahasa Sasaran Berikutnya, tanah akan rusak lantaran pohon sawit mendegradasi unsur hara dan tak bisa berdampingan dengan tanaman lain
Proses peneIjemahan degradation of soil nutrition menjadi mendegradasi unsur hara telah mengalami perubahan posisi kata Degradation (kata bend a) diterjemahkan menjadi Mendegradasi (kata keIja) yang artinya ialah mengalami penurunan. 5. Identifikasi Strategi Modulasi No.4 Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
For this last program, the facilitators are Jeffry Sebayang with Ramanta Tanjung, Hemi Mutia, and Afrizal Khan under the supervISIOn form entrepreneurship Laboratory Institution ClKAL ..
Untuk program terakhir ini difasilitasi oleh Jeffry Sebayang bersama Ramania Tanjung, Hemi Mutia dan Afrizal Khan, di bawah supervlsl peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara.
Secara harfiah, frasa yang bercetak tebal dari bahasa sumber di atas dapat diartikan menjadi "para fasilitator ialah", namun dalam hal ini diartikan dari perspektif yang berbeda menjadi "difasililasi" yang menimbulkan makna bahwa kalimat pada bahasa sasaran tersebut memiliki katakerja.
36
____________________________ ________2013___ &jian Linguistik, ke-IO, No 11 Februari
_____'__'_~__I=_~~_J~_._.~________~_~_w_nr~_~
TahWl
~
6. Identifikasi Strategi Adaptasi No.6 Bahasa Sumher Bahasa Sasaran The root is that the income still Penyebabnya, sumber pendapatan masih depends on one commodity, narrow bergantung pada satu komoditas, lahan farm, and low product but the rice pertanian sempit, dan hasil produksi rendah, sementara harga gabah tak menentu price is unpredictable Frasa "the root is" sebenarnya bermakna "akar" namun untuk menciptakan situasi yang dapat sepadan makna dalam bahasa sasaran, maka kata "penyebahnya" diadaptasi untuk menghasilkan pemadanan yang sesuai, 7. Identifikasi Strategi Pemadanan Fungsional No.ll Bahasa Sumber
°
Bahasa Sasaran
The rest is only waiting or selling Selebihnya "menggalas" alias menjual apa what they have to survive saja untuk bertahan hidup "The rest is only" dinetralisir menjadi "selehihnya" merupakan penjelasan bahwa ketika tidak ada hal lain yang dapat dikerjakan, satu-satu nya jalan untuk bertahan hidup adalah dengan menjual apa yang dapat menghasilkan dan dapat bertahan hidup. 8. Identifikasi Strategi Pemadanan Deskriptif No.31 Bahasa Sumber But now a big company has established , form the producer of pure sap of sugar palm trees change into a kind of wine made from fermentation ofpalm tree sap
Bahasa Sasaran Namun kini ada perubahan besar telah terjadi, dari penghasil aren murm mereka beralih ke pembuat tullk
Strategi penerjemahan pemadanan deskriptif dapat dilihat pada frasa di atas, yang secara harfiah berarti "sejenis anggur yang dibuat dari hasil fermentasi pohon palem. Strategi Penerjemahan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari keseluruhan strategi penetjemahan seperti yang diuraikan dalam teori, terdapat 8 jenis strategi penetjemahan dalam penetjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibo!angit. Kedelapan jenis strategi penerjemahan tersebut adalah 1) borrowing, 2) Calque, 3) Literal translation, 4) Transposisi, 5) Modulasi, 6) Adaptasi, 7) Pemadanan Fungsional, (8) Pemadanan Deskriptif. Frekuensi Penerapan Strategi Pcner.iemahan Strategi Penetjemahan Jumlah 12 Borrowing 15 Calque 17 Literal Translation 21 Transposisi 29 Modulasi 17 ~ Adaptasi 27 7 Pemadanan Fungsional 23 8 Pemadanan Deskri tif 2 9 163 Jumlah No.1 1 . 2 3 4 5
37
Persentase 7,45% 9,32% 10,56% 13,04% 18,01% 10,56% 16,77% 14,29% 0,00% 100010
E~i Sofia JlfanllIUng
Keterbacaan Teks Langkah pertama: Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 100 kata pertama dari paragraf ke-1 teks pada bahasa sasaran. Langkah kedua: Setelah peneliti menentukan 100 buah kata representatif, maka peneliti akan menghitung berapa banyak jumlah kalimat di dalamnya. Data di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 kalimat dalam penggalan representatif teks penelitian. Kalimat terakhir yaitu kalimat ke-5 terdiri dari 23 kata dan kata ke-IOO jatuh pada kata ke-4, kalimat itu dihitung sebagai 4/23 atau 0,21. Sehinggajumlah seluruh kalimat dari teks sampel adalah 5+ 0,17 atau 5,17 kalimat. Langkah ketiga: Peneliti menghitung banyaknya jumlah suku kata dari teks representatif hingga kata ke-1 00. Langkah keempat: Sesuai dengan konstanta yang telah dijabarkan pada bah II (Hrujasujana, 199611997:123), makajumlah suku kata yang telah diperoleh harns dikalikan 0,6. Jadi, hasilnya adalah 0,6 x 304 = 182,4 dibulatkan menjadi 182 suku kata. Langkah kelima: Kemudian peneliti memplotkan hasil penghitungan di atas ke dalam grafik Fry. Angka 5,17 diplotkan di bagian garis vertikal sedangkan angka 182 diplotkan di baagian garis horizontal. Pertemuan antara garis horizontal dan diagonal yang dihasilkan dari jumlah suku kata dan jumJah kalimat itu akan jatuh pada satu kolom tertentu, maka kolom tersebutlah yang menentukan apakah teks penelitian termasuk kategori mudah, sedang atau sulit. Tingkat Keterbacaan Dari hasil analisis di atas, terlihat jelas pada grafik bahwa titik temu antara rata-rata jumlah kalimat per 100 kata dengan rata-ratajumlah suku kata per 100 kata jatuh pada wilayah "17". Hal ini menunjukkan bahwa Teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangil merupakan teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang sui it, seperti yang dikemukakan oleh Hanik Refiani (2005: 28) bahwa kriteria tingkat keterbacaan teks yang menggunakan grafik diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) tingkatan, yaitu sulit, sesuai, mudah, dan invalid. Teks Sufit bila memiliki tingkat keterbacaan di atas 11, Teks Sesuai bila memiliki tingkat keterbacaan 9, 10, 11, dan Teks Mudah bila di bawah 9; dan invalid bila berada pada garis arsir hitam. Modulasi merupakan strategi peneIjemahan yang tertinggi frekuensi penerapannya, yakni sebesar 18,01%. Penerapan strategi modulasi yang mendominasi teks Bersitegllh Mengurai Benang Klisul dt Sibolangit sangat tepat untuk mencairkan teks pada bahasa sasaran dan menghasilkan tetjemahan yang relevan di mana strategi penetjemahan tersebut menerjemahkan dengan menggunakan sudut pandang atau perspektif sesuai dengan makna teks terkait. Dapat juga dikatakan bahwa penerapan strategi modulasi yang paling dominan digunakan dalam menerjemahkan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusul di Sibolangil juga berdampak positif pada keakuratan dan keberterimaan terjemahan karen a strategi moduJasi meneIjemahkan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan bahasa sumber. Perubahan sudut pandang tersebut bersifat leksikal dan struktural. Namun sebaliknya, rendahnya frekuensi strategi borrowing pada teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut dt Sibolangit semakin memperjeJas bahwa hanya sedikit istilah asing (bahasa inggris) yang digunakan dalam teks bahasa sumber. Strategi borrowing yang sedikit muncul dalam proses identifikasi strategi penerjemahan menciptakan teks hasil terjemahan yang baik dan akurat, karena hampir keseluruhan kata, frasa, klausa dan kalimat ditetjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) atau dengan kata lain ditemukannya padanan istilah pada bahasa sasaran. Strategi borrOWing juga meminimalis adanya tetjemahan dengan peminjaman secara murni atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi. Frekuensi Penerapan strategi Penetjemahan bahwa secara keseluruhan kedelapan strategi penetjemahan yang diterapkan dalam teks terkait berkontribusi positifterhadap tingkat keterbacaan terjemahan teks. Adapun rincian persentase frekuensi penerapan strategi penerjemahan tersebut sebagai berikut: modulasi (18,01%), pemadanan fungsional (16,77%), pemadanan deskriptif (14,29%), transposisi (13,04%), literal translation dan adaptasi (10,56%), calque (9,32%) dan borrowing (7,45%). Dapat pula disimpulkan bahwa strategi penetjemahan yang digunakan selalu berbanding lurus dengan tingkat keterbacaan. Kecenderungan dalam menerapkan strategi
38
modulasi dan membatasi penerapan strategi borrowing seperti yang teridentifikasi dalam penelitian ini, memberikan kontribusi yang positif pada kualitas terjemahan teks yang diteliti. Teks Bersiteguh Nfengurai Benang Kusut di Sibo!angit merupakan teks yang berisi tajuk proyek tentang Pendidikan Lingkungan yang Terintegravi Me/alu; Pemberdayaan Masyarakat Lokal untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Wi/ayah Tangkapan Air dan Repasts; (tata ruang) Ekosistem Sub DAS Deli untuk Pengembangan Wi/ayah Kabupaten, Bertempat di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Deli Serdang. Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit yang dikategorikan teks sulit sesuai dengan target pembacanya yakni Seluruh pegawai pada Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Deli Serdang dengan rincian: a.Tamatan D3 : 1 Orang b.Tamatan SI : 12 Orang c.Tamatan S2 : 13 Orang d.Tamatan SMAlSMK: 4 Orang (Data 2013, Oleh Ibu Eka, salah satu .PNS di Bapedda Deli Serdang). KESIMPULAN 1) Jenis strategi penerjemahan yang digunakan pada proses penerjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit berjumlah delapan, yakni: (1) borrowing: 7,45%, (2) calque: 9,32%, (3) literal translation: 10,56%, (4) transposisi: 13,04%, (5) modulasi: 18,01%, (6) Adaptasi: 10,56%, (7) pemadanan fungsional : 16,77%, (8) pemadanan deskriptif (14.29%). Dari 8 jenis strategi penetjemahan yang diaplikasikan, strategi dengan frekuensi tertinggi adalah strategi modulasi (18,01%). Strategi Modulasi yang mendominasi teks Bersiteguh Mengurai Benang KllSllt di Sibolangit terkait dengan ciri teks ilmiah populer seperti diuraikan dalam kc;yian teoretis terdahulu, yakni penggunaan bahasa ilmiah yang cenderung kaku dan terikat dengan aturan-aturan. Penerapan strategi Modulasi sangat tepat untuk mencairkan teks pada bahasa sasaran dan rei evan di mana strategi penerjemahan tersebut menerjemahkan dengan menggunakan sudut pandang atau perspektif sesuai dengan makna teks terkait. Strategi borrowing muncul sebanyak 7,45%. Hal ini menunjukkan bahwa teks Consistent in Loosening Tangled Thread in Sibolangit sebagai teks bahasa sumber merupakan teks yang berisi istilah-istilah baik berupa kata, frasa, klausa dan kalimat yang sering atau lazim digunakan, sehingga proses menerjemahkanlmenemukan padanannya ke dalam bahasa sasaran tidak mengalami kendala. Rendahnya frekuensi strategi borrowing pada teks Bersitegllh Mengurai Benang Kusllt di Sibolangit ini semakin memperjelas bahwa hanya sedikit istilah asing (bahasa inggris) yang digunakan dalam teks bahasa sumber. Frekuensi strategi borrowing yang rendah telah menciptakan teks hasil terjemahan yang baik dan akurat, karena hampir keseluruhan kata, frasa, klausa dan kalimat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). 2) Tingkat keterbacaan teks Beristeguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit berada pada level teks yang sulit. Hal ini terlihat jelas dari hasil analisis tingkat keterbacaan yang jatuh pada wilayah "17". Uraian tentang tingkat keterbacaan yang telah dijelaskan pada bab terdahulu yang menyatakan bahwa apabila hasil pengukuran tingkat keterbacaan sebuah teks di atas angka 11, berarti teks kategori sulit. "Sulit" dalam hal ini berarti standar/sesuai dengan pembaca target Yakni para Pegawai Negeri Sipil Bapedda Deli Serdang yang latar pendidikannnya adalah rata-rata S 1 dan S2.
REFERENSI Bell, T. R. 1991. Translation and Translating: theory and practice. Longman. London. Catford, J.c. 1990. A Linguistic Theory o/Translation. London Oxford University Press Larson, M. L. 1984. Meaning-Based Translation: a guide to Cross Language Equivalence. USA.
39
Evi Sofia JfanlInmg
Nababan. M. Rudolf 2007. «Pelatihan dan Penelitian Peneljemahan pada Pelatihan Pemertajaman Kemampuan Meneljemahkan", Solo. Nababan. R M. 201 O. Peneiitian Peneljemahan: Apa dan Bagaimana. Seminar Nasional Penerjemahan Solo Newmark. Peter. 1988. A Textbook ofTranslation. New York: Prentice Hall International. Nida, Eugene A. dan C.R. Taber. 1982. Language Translation and Translation. California: Stanford University Riazi. Abdolmehdi Ph.D. 2003. The I11Visible in Translation: The Role of Text Structure, dalam Translation Joumal and the Authors 2003. Volume 7, No.2, April 2003. Silalahi, R 2009. Dampak Teknik, Metode, dan Jdeologi Peneljemahan pada Kualitas Teljemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Sumatera Utara Steiner and Yallop. 2001. Exploring Translation and ~Multilingual Text Production. Beyond context. New York. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Venuti, Lawrence (Ed.). 2008. The Translation Studies Reader. N ew York: Routledge Vinay, J.P. and Darbelnet, J.2000. A Methodology for Translation. In Venuti (ed). 2000: 84-93
usn
Sumber Internet http://uniisna.wordpress.com!2010112/3 I/keterbacaan-wacana-dan-teknik-pengukurannya-2/ http://barokpolter.wordpress.comI 2012/03/I2Istrategi-penerjemahan-translation-strategy! http://septiannhw.blogspol.com/2013/05/strategi-penerjemahan.html http://bahasa.kompasiana.com/20JIliillI/pqdanan-dalam-terjemahan-II773.html http://unii<ma. wordpress.comlauthor/uniisna/page/21 URL:http://accurapidcom/joumallhtm http://ejoumal.unud.ac.id!abstrak!2%20adrean nababan uns.pdt http://suherlicentre.blogspot.com/20081'07lketerbacaan-buku-teks-pela;aran.html http://www.readabilityfonnulas.comlfiy-graph-readability-fonnula.php
40