TESTIMONIAL
“Setelah belajar di Edunesia, Frith lebih pintar matematika dan tambah semangat belajar matematikanya. Dalam berhitung Frith lebih cepat.” - Ibu Linawati, Akuntan “Wow....Dhika jadi semangat dan senang belajar dengan bimbingan bimbel Edunesia prestasi sekolahnya luaarrrrr biasa. Terimakasih Edunesia” - Ibu Kartika Adjiningsih, Dokter “Natan semakin tumbuh semangat belajar di Edunesia apalagi untuk matematika, sudah terbukti dijamin OK.” - Ibu Kristanti, Pengusaha Laundri “Setelah mengikuti bimbel Edunesia, Nur Dhafin enjoy dalam berhitung dan belajar matematika. Bahkan sudah jago ngajarin adiknya yang kelas 1 SD. Edunesia sudah terbukti membuka cara pandang anak belajar matematika. “ - Ibu Dewi Septiana, Ibu Rumah Tangga “Surya tambah semangat dalam belajar mandiri di rumah. Lebih mantap dalam belajar. Secara kesuluruhan, sih banyak kemajuannya.” - Hende Ria Istuti, Ibu Rumah Tangga
2
“Bersama Edunesia semangat anak saya seperti Sandro dan Frida semakin giat untuk belajar “ - Sri Utaminingsih, Pegawai Negeri Sipil
“Saya sangat bangga dengan Wendi, dia datang ke sekolah SMK Grafika untuk berfoto dengan siswa-siswi demi mendeklarasikan diri jadi penulis hebat” - Pristiadi Utomo, Penulis Buku Fisika SMK Erlangga. “ Buku ini buku pegangan wajib untuk para guru dan orangtau agar anaknya jadi “gila” matematika . Dengan metode yang tepat , anak-anak akan tumbuh menjadi anka yang cerdas dan cemerlang” – Purdi E. Chandra , Pendiri Primagama dan Entrepreneur University.
3
PENDAHULUAN Berawal dari banyaknya interaksi dengan para pelajar di kota Semarang, saat membimbing mereka dalam menghadapi persiapan ulangan semester dan ujian nasional. Timbul kegelisahan dalam diri saya melihat kondisi yang dialami oleh para pelajar. Di mana hampir sebagaian besar mengalami kendala dalam belajar matematika. Kegelisahan ini didukung oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia berada di peringkat ke-61 dari 65 peserta pemeringkatan. Peringkat Indonesia ini kalah dari negara tetangga ASEAN Thailand, yang menempati posisi ke-50 dalam indeks literasi matematika. Kendala pertama disebabkan faktor tenaga pendidik di sekolah yang anda menerapkan dan memfokuskan diri pada menghafal rumus dibandingkan denganpemecahan masalah yang kreatif. Metode ini tentu cenderung membosankan bagi siswa. Setelah menggeluti dunia pendidikan, seringkali para siswa takut untuk mencari solusi kreatif memecahkan soal-soal, karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru. Kedua, sudah tercipta pemikiran dalam diri siswa bahwa matematika itu pelajaran yang paling menakutkan dan menyeramkan di dunia ini. Apalagi ketika siswa mencoba untuk memahami pelajaran tersebut, tetapi tenaga pendidik tidak memberikan pujian agar siswa mampu 4
semangat untuk terus belajar. Ini menjadi mimpi buruk bagi siswa. Faktor lainnya adalah siswa itu sendiri, seringkali mereka menginginkan hal-hal yang instan. Padahal dalam belajar siswa perlu memahami step by step-nya untuk mengerjakan soal-soal. Selain faktor dalam diri siswa, orang tua juga menjadi bagian penting yang mempengaruhi anak untuk senang belajar matematika. Orang tua sebaiknya mendukung anak untuk terus tumbuh, memecahkan hal-hal yang ingin dia ketahui, memberikan percepatan yang cukup besar dalam proses pembelajarannya. Namun, di setiap faktor-faktor yang sudah dijelaskan di atas, anda harus percaya bahwa setiap individu diberikan oleh Tuhan potensi yang luar biasa, tetapi banyak yang tidak mengetahui bahwa dia memiliki potensi yang luar biasa. Dari hasil praktik di dunia pendidikan, kebanyakan siswa yang lemah dalam matematika adalah karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan metode yang benar. Ditambah lagi tidak adanya kepercayaan diri untuk belajar lebih banyak karena rasa “takut salah” yang mengakar dalam diri siswa. Takut salah menghantui hampir seluruh siswa diIndonesia, sehingga mereka menjadi tidak percaya diri. Rasa iniharus dihilangkan dalamalam bawah sadar siswa,karena ini telah merasuk ke dalam mindest siswa selama bertahun-tahun baik saat belajar di rumah, dan di sekolah. Buku “7 Rahasia Gila Matematika” bertujuan memberi masukan kepada pelaku pendidikan, orang tua, dan guru di sekolah untuk memandu siswa kecanduan matematika. Tujuan lainnya adalah membuat mereka 5
menganggap pelajaran ini begitu mudah dan menyenangkan seperti halnya bermain. Saat saya mulai terjun dalam dunia pendidikan dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di kota besar masih ada siswa yang memiliki masalah dalam belajar matematika. Perjumpaan dengan guru, orang tua, dan kepala sekolah di beberapa sekolah swasta dan negeri memberi saya gambaran bahwa mereka hampir mempunyai masalah yang sama. Seperti tingkat sekolah dasar, banyak siswa masih menggunakan jari dan mulut untuk berhitung penjumlahan. Padahal materi yang mereka pelajari sudah masuk ke materi pecahan, desimal,dan lain-lain. Setelah bertanya dengan orangtua, mereka sudah mencoba untuk mencari jalan keluar dengan memberikan siswa les tambahan selesai pulang sekolah. Namun, les tambahan tersebut tidak akan mengubah kemampuan berhitung siswa, jika kita tidak membantu memotivasi secara mental dan memberikan metode yang tepat. Harapan terbesar dalam buku ini adalah supaya menggugah orang tua dan guru untuk memberikan metode yang tepat dalam mengajarkan anak didik belajar matematika. Karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari perhitungan matematika. Seperti membeli beras, menimbang ikan, mengukur jalan, melihat waktu, dan sebagainya. Mata pelajaran lain juga tetap diperlukan untuk menambah wawasan siswa. Tetapi dasar segala ilmu pengetahuan terutama sains adalah matematika. Jika siswa mampu mengembangkan kemampuan matematikanya, maka ia akan mudah untuk mengikuti mata pelajaran lainnya. Penulis mencurahkan tenaga dan 6
pikiran untuk menulis buku ini berdasarkan pengalaman di lapangan. Tujuannya untuk menyadarkan semua lapisan masyarakat Indonesia, bahwa bukan hanya guru yang menjadi faktor utama. Namun kesadaran untuk menanamkan kecintaan pada matematika menjadi tanggung jawab bersama dari guru, orangtua, bahkan pengajar les. Semua lapisan sama-sama berkolaborasi membangun pendidikan yang bermutu tinggi untuk generasi penerus bangsa, seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi. Semoga buku ini memberikan motivasi yang kuat, untuk membantu anaknya belajar matematika dengan cepat. Selamat membaca!
7
Mengapa Harus Belajar Matematika? Saya tekankan kepada Anda, harta yang ditinggalkan tidak bermanfaat, bila Anda tidak membekali anak dengan ilmu pengetahuan. Ini sering terjadi di kehidupan masyarakat. Ada seorang anak muda yang mendapatkan warisan puluhan miliar dari orang tuanya. Ayahnya merupakan seorang saudagar kaya dan cukup dikenal dilingkungan masyarakat tempat ia bermukim. Selain menjadi pengusaha, ayahnya juga memiliki beberapa aset seperti tanah, apartemen, bahkan hotel. Semuanya mendatangkan passive income untuk keluarga mereka. Namun, tiba-tiba ayahnya meninggal dunia karena penyakit kanker. Dan akhirnya anak pertamalah yang mewarisi semua harta ayahnya. Sayangnya, si anak ini tidak dibekaliilmu pengetahuan seperti yang ayahnya miliki. Sang anaktidak dapat mengelola harta itu dan perlahan-lahan habis tanpa jejak. Sekilas cerita di atas mirip sinetron tetapi ini banyak terjadi di kehidupan masyarakat kita. Lalu apa manfaat yang bisa dipetik dari kejadian ini ? Walaupun Anda sudah memiliki kemampuan finansial yang cukup, bukan berarti anak Anda menikmatinya sampai dewasa. Berikanlah dia bekal ilmu pengetahuan melalui pendidikan fomal. Kemudian pendidikan karakter di rumah dan lingkungan sekitarnya. Perlunya kesadaran orang tua bahwa pendidikan anak yang paling utama. Jika mindset orang tua belum berubah maka buku ini tidak akan berarti bagi Anda. Buku 8
ini berisi kumpulan strategi bagaimana mempercepat anak Anda berhitung matematika . Sampai puncaknya dia “gila” matematika. Setelah orang tua mengubah cara berpikir mengenai pendidikan. Seperti kisah yang saya ceritakan sebelumnya tentang bagaimana seorang anak yang ditinggal orang tua tanpa bekal ilmu pengetahuan . Apabila orang tua sudah memiliki mindset di jalur yang benar, sekarang saya ajak untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Ada sebuah adagium yang mengatakan,” Apel jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Coba Anda renungi dalam hati apa makna adagium ini. Apakah Anda ingin anak tumbuh menjadi anak yang cerdas, rajin, disiplin, mandiri, bertanggungjawab? Sifat seorang anak kebanyakan diturunkan dari perilaku ayah atau ibunya. Orang tua sering kali memberikan pertanyaan iseng seperti ini, “Kak, lebih sayang mana papa atau mama?”. Jika dia menjawab ayah, berarti ayahlah yang banyak mempengaruhi karakter anak. Bila sebaliknya berarti ibulah yang lebih banyak mempengaruhi karakter anak. Ada juga yang menjawab dua-duanya berarti ayah dan ibu memiliki sumbangsih membentuk mindset anak. Jadi, bila Anda pernah melihat anak melakukan kesalahan yang fatal, jangan langsung memarahi anak, tetapi coba introspeksi diri dulu. Apakah Anda pernah melalukan hal yang sama di depan anak ? Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu,ada kejadian di mana sepasang kekasih membunuh mantan pacarnya. Bukankah hal ini perbuatan yang sudah di luar akal sehat? Saya mencoba untuk membaca rekam jejak laki-laki ini. Ayah pelaku ini adalah seorang dokter. Sungguh mengejutkan, sejak kecil ia terbiasa melihat ayahnya melakukan praktek aborsi. Bertahun9
tahun ini masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Secara perilaku memang tidak kelihatan. Dia sama seperti anakanak lainnya. Tetapi saat mengalami masalah yang pelik atau emosional, hal yang terjadi di alam bawah sadarnya itu munculdan menjadi bencana untuk orang lain. Contoh lain adalah kasus perilaku sodomi yang dilakukan karyawan JIS. Kejadian ini juga membuat orang tua geram. Kasus-kasus seperti ini sedang marak di Indonesia. Bukan hanya pria yang melakukan sodomi, bahkan guru wanita melakukannya di sekolah. Sebagai orang tua yang sangat mencintai ana ktentu geram dan marah mendengar kabar ini. Mengapa seorang pria mau melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu? Hasil studi merilis kebanyakan para pelaku sodomi melakukan aksi itukarena dimasa kecil dia mendapatkan perlakuaan yang sama. Saat tumbuh dewasa secara tak langsung kejadian itu bangkit kembali. Sama halnya dengan mendidik anak agar mau belajar. Bagaimana mungkin seorang anak bisa cemerlang matematika bila orang tuanya saja tidak peduli pendidikan. Berharap seratus persen kepada guru disekolah dan guru les mustahil. Guru les bisa saja membimbing anak belajar mengerjakan soal-soal matematika dari sekolah. Tetapi guru les tidak menanamkan mindest kepada anak. Intinya, jika mindset orang tua berada pada jalur yang benar, maka anak Anda akan berada di jalur yang benar pula. Bila kedua komponen ini terpenuhi, langkah selanjutnnya akan mudah dijalani untuk mengajarkan metode cepat belajar matematika.Anak andaakan kecanduan belajar matematika. Dia akan sampai tahap bahwa matematika bukan hal yang sulit lagi. Dalam 10