BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha dewasa ini persaingan dirasakan semakin ketat, apalagi pengusaha baru. Perkembangan ini dapat dilihat dari banyakya perusahaan yang didirikan. Untuk dapat berkembang dan dapat masuk dalam persaingan, maka perusahaan-perusahaan tersebut harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang terjadi pada masa sekarang ini. Hal ini menuntut para pengusaha untuk lebih jeli dalam menentukan langkah-langkah bagi usaha yang dijalankannya. Ini juga dialami bisnis eceran, setelah semua sadar bahwa sebagai perantara produsen dan konsumen dapat meraup keuntungan yang besar. Maka banyak pengusaha mengalihkan usahanya pada jasa penjualan atau eceran. Seiring dengan perkembangan tersebut di mana pendapatan penduduk mengalami peningkatan serta teknologi yang digunakan semakin canggih, maka hal tersebut akan sangat berpengaruh pada perubahan pola hidup atau pola perilaku masyarakat saat ini. Masyarakat sebagai konsumen dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin kompleks. Semua ini didukung adanya berbagai produk yang tersedia, serta berbagai produk yang tersedia, serta tempat perbelanjaan dimana barang-barang tersebut dapat tersedia atau dapat dibeli. Peningkatan daya beli masyarakat semakin kritis di dalam memilih suatu barang. Keadaan ini mendorong para
1
2
pengusaha baru untuk bersaing dengan perusahaan yang sudah ada dalam merebut konsumen. Perusahaan juga perlu menjaga hubungan yang baik dengan konsumen dengan cara meningkatkan jasa pelayanan. Oleh karena itu masing-masing perusahaan berusaha mendapatkan citra positif di kalangan konsumen, sehingga konsumen tidak akan berpindah pada perusahaan atau toko lain. Dengan semakin kritisnya kosnumen dalam memilih suatu barang dan tempat pembelanjaan, maka perusahaan akan berupaya untuk menyediakan barang selengkap mungkin, sehingga konsumen dapat memilih produk, merek, serta harga yang cocok. Sedangkan yang dimaksud dengan swalayan menurut Philip Kotler (2002 : 56) adalah operasi yang relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi, swalayan dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti, makanan, cucian, dan produk perawatan rumah tangga. Pasar swalayan memperoleh laba operasi hanya sekitar 1% dari penjualan dan 10% dari nilai bersihnya. Pasar swalayan merupakan jenis toko eceran tempat orang paling sering belanja. Jika seorang konsumen datang ke toko ingin membutuhkan suatu barang dan akhirnya mereka cepat menemukan barang tersebut dan didukung oleh tempat yang bersih dan rapi, secara tidak langsung akan mempengaruhi konsumen tersebut terpengaruh melakukan pembelian. Berdasarkan analisis Arithmatic Mean yang dilakukan oleh Novrita Andriana Fitri (1999) menyatakan bahwa desain toko mempunyai pengaruh yang positif atau signifikan terhadap perilaku konsumen.
3
Selain tata ruang yang bagus, perlu juga diperhatikan ketersediaan produk yang ada pada toko tersebut, karena harapan konsumen datang pada suatu toko dapat menemukan produk yang diinginkan, sehingga tidak menghabiskan tenaga dan waktu untuk berkeliling mencari produk di toko yang lain. Ketersediaan produk menurut kamus Bahasa Indonesia (Indrawan WS. 2000 : 275) ialah keadaan di mana suatu barang dalam kondisi masih utuh ataupun tersedia untuk dikonsumsi. Jadi suatu toko harus mampu menyakinkan produk yang dijual masih dalam keadaan utuh dan produknya banyak tersedia. Citra sendiri menurut Philip Kotler (2002 : 35) adalah seperangkat keyakinan ide dan kesan yang didapat dari seseoang, dari suatu objek yang menjadi suatu penawaran dari suatu perusahaan tersebut kepada konsumen untuk merespon permintaan konsumen. Sedangkan permintaan menurut Philip Kotler (2002 : 75) adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya (permintaan dan harapan konsumen) dari sini akan timbul suatu penawaran dari suatu perusahaan dengan memberikan citra yang positif dari kebutuhan dan sebuah permintaan dari kebutuhan konsumen itu sendiri. Dengan pernyataan di atas, penelitian ini berusaha mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang terjadi antara titik temu dan permintaan konsumen dengan desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan dengan garis keseimbangan. Semakin jauh keseimbangan yang terjadi antara
4
titik temu permintaan konsumen dengan desain ruang, keterseidaan produk dan citra perusahaan dengan garis keseimbangan maka semakin besar kerugian yang akan ditanggung perusahaan. Dengan alasan bila tingginya permintaan atas barang-barang toko tidak disertai dengan baiknya desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan, maka perusahaan tidak bisa memenuhi semua kebutuhan konsumen yang membuat keuntungan tidak maksimal. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bermaksud mengambil judul : ”PERSEPSI KONSUMEN TENTANG DESAIN
RUANG,
KETERSEDIAAN
PRODUK,
DAN
CITRA
PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI (Kasus Pada Mini Market “SEMOGA JAYA” di Krasak Bangsri Jepara)”.
1.2. Ruang Lingkup 1. Lokasi penelitianberada di mini market ”SEMOGA JAYA” Krasak Bangsri Jepara. 2. Responden adalah orang-orang yang pernah berbelanja. 3. Karakteristik konsumen yang digunakan dalam penelitian meliputi jenis kelamin, usia, status, pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan. 4. Atribut yang digunakan untuk penelitan mini market ”SEMOGA JAYA” adalah desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan.
1.3. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, perumusan masalahnya adalah :
5
1. Bagaimana pengaruh desain ruang terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara ? 2. Bagaimana pengaruh ketersediaan produk terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara? 3. Bagaimana pengaruh citra perusahaan terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara? 4. Bagaimana pengaruh antara desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan secara bersama-sama terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara ?
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh desain ruang terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. 2. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan produk terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. 3. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. 4. Untuk mengetahui pengaruh antara desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan secara bersama-sama terhadap pembelian
6
konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara.
1.5. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan berfikir terhadap kesenjangan yang terjadi dan sekaligus dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya sehingga menjadi sebuah teori yang praktis. 2. Bagi Mini Market "SEMOGA JAYA", sebagai masukan bagi mini market dan dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam mengambil kebijaksanaan oleh bagian pemasaran. 3. Bagi pihak lain, dapat membantu pihak lain dalam penyajian yang bersifat informatif untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.6. Sistematika Penelitian Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai skripsi, akan penulis jelaskan secara singkat. BAB I :
PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, ruang lingkup, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memuat tentang teori-teori yang membatasi materi yang relevan dengan topik, yaitu tentang
7
pengertian pemasaran, desain ruang, ketersediaan produk, citra perusahaan, perilaku pembelian, swalayan, kemudian diikuti penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian, antara lain variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini dibahas mengenai hasil dan pembahasan penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, penyajian analisis data dan pembahasannya. BAB V : PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan dan saran yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan pokok dalam suatu perusahaan yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, pengembangan serta untuk mendapatkan laba. Oleh karena kegiatan pemasaran tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek tetapi untuk jangka panjang, maka dari itu pemasaran harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dan beberapa definisi pemasaran, pada intinya mempunyai pengertian yang sama namun para ahli meninjau pemasaran dari segi yang berlainan. Adapun pengertian pemasaran menurut Basu Swastha DH. (2001 : 32) adalah sebagai berikut : "Suatu sistem keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial". Sedangkan menurut Philip Kotler (2002 : 8), pengertian pemasaran adalah : "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain".
9
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kegiatan pemasaran diarahkan pada penciptaan hubungan pertukaran yaitu bagaimana transaksi dimulai dan akhirnya dikonsumsikan. Adapun tujuan pemasaran adalah untuk memahami dan memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai bagi konsumen sehingga produk dan jasa tersebut terjual dengan sendirinya. 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak mungkin terlepas dari tugas seorang manajer pemasaran yang handal. Dalam hal ini manajer pemasaran bertugas memilih dan merencanakan kegiatan pemasaran agar dapat tercapai tujuan perusahaan tersebut, serta dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis yang sewaktuwaktu dapat terjadi. Untuk melakukan kegiatan pemasaran diperlukan pengkoordinasian dan pengolahan yang baik, maka dikenal istilah manajemen pemasaran. Adapun definisi manajemen pemasaran menurut Philip Kotler (2002 : 13) adalah: "Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan perusahan". Sedangkan menurut Basu Swasta dan Hani Handoko (2000 : 23) pengertian manajemen pemasaran adalah sebagai berikut : "Manajemen pemasaran adalah, penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan
10
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan". Titik berat diletakkan pada penawaran perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani pasar. Jadi manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang dan jasa, atau benda-benda lain yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan kebudayaan. 3. Konsep Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usaha perusahaan. Perusahaan yang telah menyadari pentingnya pemasaran, akan mencoba menerapkan adanya cara dan falsafah baru yang telah berkembang yang disebut konsep pemasaran. Di dalam konsep pemasaran diajarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu perusahaan dimulai dengan usaha mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan dari konsumennya. Kemudian perusahaan menyesuaikan kegiatan agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan konsumen dengan efektif.
11
Menurut Philip Kotler (2002 : 25), definisi konsep pemasaran sebagai berikut : "Konsep pemasaran memegang kunci bahwa untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dan penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dari pada saingannya". Sedangkan menurut Basu Swastha dan Irawan (2000 : 37) pengertian konsep pemasaran adalah sebagai berikut : "Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan". Konsep pemasaran bersandar pada 4 (empat) pilar utama, yaitu : 1). Pasar Sasaran Perusahaan akan berhasil baik bila dapat mendefinisikan pasar sasaran mereka dan menyiapkan program pemasaran yang sesuai. 2). Kebutuhan Pelanggan Bagi perusahaan mempertahankan pelanggan lebih penting dari pada menarik pelanggan. Kunci mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. 3). Pemasaran Terkoordinasi Perusahaan harus melakukan pemasaran internal dan eksternal. Pemasaran internal adalah tugas yang diberikan akan berhasil baik dengan mencari, mendidik dan memotivasi karyawan supaya melayani pelanggan dengan baik. Sedangkan pemasaran eksternal adalah pemasaran langsung dimana orang berada di luar perusahaan.
12
4). Keuntungan Tujuan perusahaan adalah mencapai keuntungan dengan melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga kepuasan pelanggan terpenuhi. 4. Desain Ruang Toko Pengertian desain ruang menurut Arthur Gollion & Simon Eisner (1994 : 52) merupakan penataan dari barang yang diperlihatkan kepada konsumen yang datang untuk membeli. Tata ruang toko dapat mempengaruhi reaksi konsumen dan perilaku pembelian. Misalnya penempatan barang-barang mempengaruhi arus lalu lintas suasana toko, sehingga mempengaruhi keadaan emosional pembelanja, yang kemudian mendorong untuk meningkatkan atau mengurangi belanja. Keadaan emosional terdiri dari perasaan yang dominan, yaitu kesenangan atau bergairah. Kombinasi unsur-unsur ini mempengaruhi konsumen menghabiskan lebih sedikit atau lebih banyak waktu di toko. Susunan ruang toko mempunyai pengaruh perilaku konsumen yang penting, yang dapat diikhtisarkan dalam 4 ketentuan : 1). Ruang memodifikasi dan membentuk perilaku konsumen. 2). Ruang toko mempengaruhi konsumen melalui stimulasi panca indra. 3). Toko ritel seperti lingkungan estetis lainnya, persepsi afeksi, sikap dan citra. 4). Toko-toko dapat diprogram melalui pemanfaatan ruang untuk menciptakan reaksi pelanggan yang diinginkan.
13
Desain dalam pemasaran terdiri dari desain pasar, desain produk dan desain toko. Desain pasar digunakan untuk mengatur posisi pasar yang jelas untuk menarik konsumen, apakah sebagai pesaing, pemimpin atau sebagai monopoli pasar. Desain produk termasuk dari kegiatan pengembangan produk, yang tujuannya merubah dari bentuk dan ukuran untuk menarik konsumen. Desain toko berarti bahwa sistem penataan dari barang yang diperlihatkan kepada konsumen yang datang untuk membeli. Jika seorang konsumen datang ke toko ingin membutuhkan suatu barang dan akhirnya mereka cepat menemukan barang tersebut dan didukung oleh tempat yang bersih dan rapi, serta penataan produknya sesuai dengan kelompok jenisnya secara tidak langsung akan mempengaruhi konsumen tersebut terpengaruh melakukan pembelian. Mall adalah bentuk arsitektur tempat pembeli berjalan kaki yang bebas dari arus lelu lintas kendaraan dan lainnya, lingkungan dibentuk untuk mendorong perbelanjaan dan menghibur konsumen potensial (Arthur B. Gollion & Simon Eisner, 1994 : 52). 5. Ketersediaan Produk Pengertian ketersediaan ialah menurut kamus Bahasa Indonesia (Indrawan WS, 2000 : 275) ialah keadaan di mana suatu barang dalam kondisi masih utuh ataupun tersedia untuk dikonsumsi. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Philip Kotler, 2000 :
14
448). Produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya (Basu Swastha, 1979 : 94). Produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan berkualitas sangat berpengaruh pada konsumen untuk membeli, sebab dengan produk yang dibeli tersebut konsumen berharap memperoleh kepuasan. Ibnu Khajar (2005 : 52) menyatakan bahwa produk adalah suatu objek yang dapat dilihat dan disentuh, istilah produk juga digunakan untuk jasa atau ide-ide yang tidak dapat disentuh. Penggolongan
produk menurut tujuan pemakainnya oleh si
pemakai : a. Produk konsumsi adalah produk yang dibeli untuk dikonsumsikan. Produk ini dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : 1). Produk konvenien adalah
produk yang
mudah
dipakai,
membelinya dapat di sembarang tempat dan pada setiap waktu. 2). Produk shopping adalah produk yang harus dibeli dengan mencari dahulu dan dalam membelinya harus dipertimbangkan masak-masak. 3). Produk spesial adalah produk yang mempunyai ciri khas dan hanya dapat dibeli di tempat tertentu.
15
b. Produk industri adalah poduk yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri. Produk ini digolongkan menjadi 5 (lima), yaitu: 1). Bahan baku adalah bahan yang menjadi bahan pokok untuk membuat produk lain. 2). Komponen dan barang setengah jadi adalah produk-produk yang sudah masuk dalam proses produksi dan diperlukan untuk melengkapi produk akhir. 3). Perlengkapan operasi adalah produk yang dapat digunakan untuk membantu lancarnya proses produksi maupun kegiatan-kegiatan lain di dalam perusahaan. 4). Instalasi adalah alat produksi utama dalam sebuah perusahaan yang dapat dipakai untuk jangka waktu lama (produk tahan lama). 5). Peralatan ekstra adalah alat-alat yang dipakai untuk membantu instalasi, seperti alat angkut dalam perusahaan (truk pengangkut barang), gerobak dan sebagainya. 6. Citra Perusahaan Pengertian citra merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan. Dalam hal ini citra itu sendiri abstrak tetapi dapat dirasakan dari penilaian, baik profesionalnya maupun dapat diandalkan dalam pemberian pelayanannya. Pengertian citra menurut Philip Kotler (2002 :
16
36) adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang didapat seseorang dari suatu obyek. Menurut Frank Jefknis (2002 : 47) citra dibedakan menjadi beberapa jenis : 1). Citra Bayangan Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pimpinannya, mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dengan kata lain citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. 2). Citra yang Berlaku Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan produknya. Ada kemungkinan berdasarkan pada pengalaman dan informasi yang diterima kurang baik sehingga menyebabkan citra itu tidak baik. 3). Citra yang Diharapkan Citra yang diharapkan yaitu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya yang diharapkan lebih baik dari citra yang ada. 4). Citra Perusahaan Citra perusahaan adalah citra dan suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk atau pelayanannya. Citra
17
ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang meningkatkan citra perusahaan. 5). Citra Majemuk Setiap perusahaan pasti memiliki banyak unit dan pegawai. Dalam hal ini muncul suatu citra yang belum tentu sama dengan citra yang dimiliki suatu perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing individu memiliki prilaku tersendiri. Ciri-ciri pembentukan citra menurut William J. Stanton (1991 : 45) adalah suatu program yang baik dalam perencanaan dan pengembangan yang mencakup ciri-ciri pembentukan citra yang lain untuk produknya seperti desain produk, warna, kualitas, garansi dan pelayan. Ciri-ciri pembentukan citra seperti desain produk, warna, kualitas, garansi dan pelayanan dapat didefinisikan sebagai berikut : a. Produk disain (Product desain) Desain produk yang baik dapat meningkatkan pemasaran produk dalam berbagai hal. Desain produk juga sebagai satu-satunya ciri pembeda produk. Selain pengertian di atas bahwa desain itu sendiri merupakan salah satu aspek pembentuk citra produk. b. Warna Warna sebenarnya tidak ada nilainya tetapi bermanfaat bagi penjualan. Misalnya dalam pemasaran, warna sangat penting (kapan harus mengganti warna produk dan memilih warna yang sesuai).
18
c. Kualitas Produk Kualitas produk sangat penting karena produk dengan kualitas yang baik maka konsumen akan merasa puas. d. Jaminan dan Pertanggungjawaban Produk Jaminan
produk
adalah
untuk
meyakinkan
pembeli
bahwa
perusahaan akan memberi ganti rugi apabila produknya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. e. Pelayanan Produk Kegiatan pelayanan produk sangat penting dalam manajemen, karena pelayanan ditujukan untuk memberikan kepuasan konsumen. 7. Perilaku Pembelian Konsumen Perilaku adalah tindakan yang langsung pada toko tersebut, konsumen sendiri mempunyai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan yang disebut permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian berbeda-beda untuk masing-masing pembelian. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku keputusan pembelian konsumen, yaitu : a. Faktor Lingkungan Eksternal Faktor lingkungan eksternal merupakan variabel yang berada di luar diri seseorang yang mempengaruhi terhadap perilaku pembelian konsumen. Faktor lingkungan eksternal tersebut meliputi :
19
1). Budaya Budaya mengacu pada nilai gagasan dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan menentukan asumsi dari kegiatan penting seperti apa, kapan, dimana, dan dengan siapa kita melakukan konsumsi. Oleh karena itu, budaya menentukan apa yang cocok dan selektif untuk dikerjakan oleh pemasar dalam memberikan barang dan jasa. 2). Kelas Sosial Pada pokoknya, masyarakat kita ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan (Basu Swastha, 2002 : 82), yaitu : a). Golongan atas, yang termasuk dalam kelas ini antara lain : pengusaha-pengusaha kaya dan pejabat tinggi. b). Golongan menengah, yang termasuk dalam kelas ini antara lain : karyawan instansi pemerintah, pengusaha menengah. c). Golongan rendah, yang termasuk dalam kelas ini antara lain : buruh-buruh pabrik, pegawai rendah dan pedagang kecil. 3). Pribadi Seorang konsumen, akan terpengaruh dengan tekanan yang berhubungan
erat
dengan
mereka,
mungkin
akan
dapat
menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan. Pengaruh pribadi sering memainkan pengaruh penting dalam pengambilan keputusan konsumen.
20
4). Pengaruh Keluarga Keluarga merupakan lembaga sosial yang penting. Maka dapat dikatakan bahwa keluarga seorang individu merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan pengambilan keputusan pembelian. 5). Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi konsumsinya. Manajer pemasaran berusaha untuk mengidentifikasi kelompok kerja yang memiliki perhatian di atas rata-rata terhadap suatu produk. Perusahaan dapat mengekspresikan produknya untuk kelompok kerja tertentu. 6). Keadaan Ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva hutang. b. Faktor Lingkungan Internal Faktor lingkungan internal merupakan faktor psikologis yang merupakan suatu proses yang berasal dari dalam diri seseorang dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor lingkungan internal meliputi : 1). Sumber Daya Manusia Konsumen mempunyai 3 sumber daya utama yang mereka gunakan. Dalam proses pertukaran, antara lain : ekonomi,
21
temporal dan kognitif. Melalui proses ini, pemasar memberikan barang dan jasa. Ini berarti pemasar bersaing untuk mendapatkan uang, waktu dan perhatian konsumen. Persepsi konsumen tentang sumber daya yang tersedia mempengaruhi kesediaan untuk menggunakan uang atau waktu untuk suatu produk. Jadi, ukuran kepercayaan konsumen berguna dalam meramalkan penjualan di masa depan berdasarkan kategori produk. 2). Motivasi dan Kebutuhan Kebutuhan merupakan variabel utama dari motivasi. Sedangkan motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. (Philip Kotler, 2004 : 196). 3). Pengetahuan Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku individu yang berasal dari pengalaman konsumen yang terdiri dari informasi yang disimpan dalam ingatan (James F. Engel, 2000 : 333). Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka. 4). Sikap Sikap dapat diartikan sebagai keadaan mudah terpengaruh untuk memberi tanggapan terhadap lingkungan yang membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definisi, sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang dapat dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk. (Basu Swastha & Hani Handoko,
22
2000 : 93) Jadi, sikap dapat memberi penilaian yang positif atau negatif terhadap suatu produk. Sikap dilakukan konsumen berdasar pandangan mereka terhadap produk dan proses belajar, baik dari pengalaman ataupun dari yang lain. c. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan pembelian.
Proses
tersebut
merupakan
sebuah
pendekatan
penyelesaian masalah yang terdiri dari 5 tahap yang dilalui oleh konsumen, antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi, alternatif, pembelian, dan hasil (Engel, Blackwell & Miniard, 2000 : 31). Kelima tahap itu dapat diuraikan yaitu : 1). Pengenalan Kebutuhan Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan
dan
situasi
aktual
yang
memadai
untuk
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2). Pencarian Informasi Konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan mereka. 3). Evaluasi Alternatif Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif dipilih.
23
4). Pembelian Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. 5). Hasil Konsumen
mengevaluasi
apakah
alternative
yang dipilih
memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. d. Keputusan Pembelian Konsumen Konsumen dapat mengambil keputusan kapan ia harus melakukan pembelian yang didasarkan pada : 1). Jenis Produk Kosumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu barang dengan tujuan lain. Dalam hal ini konsumen harus dapat mempertimbangkan jenis produk yang diinginkan. 2). Bentuk Produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli produk tertentu. Dalam hal ini konsumen harus mempertimbangkan jenis produk tersebut dengan produk yang lain. 3). Merek Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek apa yang harus dibeli, karena setiap merek mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
24
4). Penjual Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini, konsumen harus mengetahui dimana memilih penjual tertentu. 5). Jumlah Produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak jumlah produk yang dibeli. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. 8. Penjualan Eceran (Retailing) Definisi penjualan eceran menurut Philip Kotler (2002 : 72) adalah : “Penjaulan eceran adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan buka bisnis”. Perusahaan bisnis eceran dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe berdasarkan : a. Ukuran toko digolongkan menjadi : 1). Pengecer kecil (Small scale retailer) 2). Pengecer besar (Large scale retailer) b. Banyaknya Produk line, digolongkan menjadi : 1). Toko yang menjual berbagai macain product line 2). Toko yang menjual satu product line 3). Toko yang menjual hanya sebagian product line 4). Toko dagang sangat khusus
25
c. Letak Geografis 1). Pengecer yang ada di desa 2). Pengecer yang ada di kola 3). Pengecer yang ada di pemukiman 4). Pengecer yang ada di pusat perkotaan d. Bentuk pemilikan, digolongkan ke dalam 1). Independent store, usahanya dilakukan sendiri, pemilik sebagai pimpinannya. 2). Corporate chain store : beberapa toko dalam satu organisasi. dimiliki sekelompok orang. 3). Asosiasi toko-toko mandiri. 4). Organisasi Fanchise (waralaba). 5). Konglomerat dagang. e. Metode Operasi 1). Metode perdagangan eceran. 2). Metode non store relilting. 3). Metode penjualan tarif tenaga penjualan dan tanpa toko. f. Metode pelayanan yang diberikan 1). Self service Dasar melayani diri, sedikit pelayanan Misalnya : barang kebutuuhan sehari-hari. 2). Limited service Untuk pelayanan kredit
yang diberikan.
26
3). Full service Wiraniaga siap membantu konsumen, baik dalam memilih maupun menemukan barang yang diinginkannya. g. Kebijakan Harga 1). Discount store Untuk standar harga rendah. 2). Ware house Dapat melihat barang di showroom dan dapat melihat di gudang penyimpanan. 3). Collogue showroom Untuk prinsip pemotongan dan berlaku harga yang tinggi. 9. Swalayan Adapun penjelasan mini market atau swalayan menurut Philip Kotler (2002 : 56) adalah : “Operasi yang relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi, swalayan, dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti makanan, cucian, dan produk perawatan rumah tangga.pasar swalayan memperoleh laba operasi sekitar 10% dari penjualan dan 10% dari nilai selisihnya. Pasar swalayan atau mini market merupakan jenis toko eceran tempat paling sering orang berbelanja’’. a. Ciri-ciri Swalayan Adapun ciri-ciri swalayan adalah sebagai berikut: 1). Swalayan harus menyediakan bahan makanan dan minuman yang selengkapnya 2). Bahan pangan, daging, buah, sayur, susu, roti dan lain-lain.
27
3). Convinience goods bukan pangan-meliputi obat-obatan, alat toilet, perkakas rumah tangga, mainan dan lain-lain. 4). Harus menyelenggarakan pelayanan sendiri (Self service), terutama pada bagian bahan pangan. 5). Swalayan merupakan sebuah toko besar yang memanfaatkan jenis tertentu organisasi departemen. Sedangkan secara garis besar swalayan mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1). Persediaan barang dibagi kelompok demi kelompok. 2). Harus tertera dengan jelas dan tersedia tempat atau alat untuk mernbawa barang yang dibeli. 3). Penjaga siap, jika ditanya mengenai jenis dan tempat barang. 4). Tempat pembayaran sekaligus tempat penyerahan barang. 5). Untuk keamanan disediakan tempat penitipan barang. b. Kelebihan swalayan adalah : 1). Konsumen dapat membeli segala keperluan di satu took. 2). Biaya untuk pramuniaga dapat dikurangi karena pelayananya self service. 3). Dapat menekan biaya dan memperbesar efisiensi toko serta menambah omzet penjualan. 4). Pembeli dapat lebih bebas membeli dan memilih barang. c. Kekurangan swalayan adalah : 1). Memerlukan jumlah penduduk yang padat.
28
2). Keamanannya tidak mudah terutama untuk barang-barang kecil. 3). Menghadapi jumlah biaya yang meningkat, misalnya sewa tempat, alat perlengkapan, biaya tenaga kerja, ketersediaan produk mahal. 4). Sulit mendapatkan tenaga kerja yang kualified. d. Masalah yang dihadapi swalayan Masalah yang dihadapi swalayan adalah : 1). Menurunnya laba dan produktivitas. Pesaing terutama toko berangkai menekan ongkos dan menitikberatkan pada harga jual yang rendah melalui pengurangan pelayanan dan barang-barang dagangan dengan bermerk generik. 2). Beberapa swalayan menawarkan aneka ragam produktivitas tinggi dengan harga yang lebih tinggi. 3). Inovasi dan teknologi yang semakin banya dan cepat datangnya. 4). Berbagai persaingan dengan pertimbangan non harga. 5). Jam buka toko lebih lama. 6). Hadiah langsung dan berbagai berbentuk perangsang lainnya.
2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi pembuatan skripsi ini disajikan pada Tabel 2.1.
29
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Referensi, Nama Analisis Citra Perusahaan Dan Permintaan Konsumen Pada Mini Market "Az-Zahro" Di Bangsri (Agus Lathif, 2003)
Variabel X : Harga, mutu (kualitas), servis (pelayanan), ketersediaan produk dan fasilitas fisik
Alat Analisis Analisis Frekuensi, ChiSquare
Hasil Penelitian Terdapat perbedaan pendapat antara konsumen yang satu dengan yang lainnya.
Y : permintaan konsumen Analisis Faktor-Faktor X : Harga, faktor Chi-Square dan Yang Berhubungan pelayanan, dan Cross Tabulation Dengan Citra (Kasus Pada faktor fasilitas Mini Market ASGROSS KAMILA di Jepara) Y : citra pada mini (Syula Fardanila, 2005) market
Faktor harga, pelayanan, dan fasilitas, hubungannya dengan citra mini market ASGROSS KAMILA tidak signifikan. Faktor produk mempunyai hubungan yang signifikan dan homogen terhadap citra mini market ASGROSS KAMILA.
Sumber : Agus Lathif, 2003 dan Syula Fardanila, 2005.
2.3. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui kesenjangan antara titik temu desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan dengan pembelian konsumen terhadap produk-produk pada mini market “SEMOGA JAYA” dapat digambarkan seperti Gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Desain ruang (X1) H1 Ketersediaan produk (X2) Citra perusahaan (X3)
H2
Pembelian Konsumen (Y)
H3
Sumber : Dari beberapa konsep yang dikembangkan, 2008.
30
Keterangan : H1 : Pengaruh desain ruang terhadap Pembelian Konsumen. H2 : Pengaruh ketersediaan produk terhadap Pembelian Konsumen. H3 : Pengaruh citra perusahaan terhadap Pembelian Konsumen.
2.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Ada pengaruh positif signifikan antara desain ruang terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. H2 : Ada pengaruh positif signifikan antara ketersediaan produk terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. H3 : Ada pengaruh positif signifikan antara citra perusahaan terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara. H4 : Ada pengaruh signifikan antara desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan secara bersama-sama terhadap pembelian konsumen pada mini market "SEMOGA JAYA" di Krasak Bangsri Jepara.
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah pembelian konsumen terhadap produk-produk pada mini market "SEMOGA JAYA", dan variabel independen adalah desain ruang, ketersediaan produk dan citra perusahaan.
3.2. Definisi Operasional Variabel 1. Desain Ruang (X1) Tata ruang toko dapat mempengaruhi reaksi konsumen dan perilaku pembelian. Misalnya penempatan barang-barang mempengaruhi arus lalu lintas. Suasana toko mempengaruhi keadaan emosional pembelanja, yang kemudian mendorong untuk meningkatkan atau mengurangi belanja. Keadaan emosional terdiri dari perasaan yang dominan, yaitu kesenangan atau bergairah. Desain ruang dilihat dari indikator : a. Kemudahan menemukan barang yang dicari. b. Menarik konsumen untuk melihat produk. c. Suasana dalam ruangan bersih dan terang.
32
2. Ketersediaan Produk (X2) Ketersediaan produk yang dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen sangat berpengaruh terhadap konsumen untuk membeli, sebab dengan produk yang tersedia tersebut konsumen berharap memperoleh kepuasan. Indikator ketersediaan produk dilihat dari : a. Jenis barang lengkap. b. Barang berkualitas tinggi. c. Merek barang lengkap. 3. Citra Perusahaan (X3) Citra perusahaan adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap obyek. Sikap dan tindakan orang terhadap sesuatu obyek sangat ditentukan oleh citra obyek tersebut. Indikator citra perusahaan dilihat dari : a. Nama baik perusahaan. b. Perusahaan baik dengan lingkungan. c. Hubungan perusahaan dengan masyarakat. 4. Pembelian Konsumen (Y) Pembelian konsumen adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Indikator pembelian konsumen dilihat dari: a. Keinginan membeli produk. b. Mampu materi. c. Sedia untuk membeli.
33
3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi, dalam penelitian yang akan dilakukan mencakup konsumen yang membeli produk pada mini market "SEMOGA JAYA". 2. Sampel menurut Moh. Nazir (2003 : 271) adalah bagian dari populasi. Sampel adalah wakil dari populasi yang dipilih yang dapat mewakili sifat atau karakteristik populasi (Nur Indriantoro & Bambang Supomo, 1999). Pada penelitian ini, populasi yang diambil berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak diketahui digunakan rumus di bawah ini : n=
Z2 4 (moe) 2
Keterangan : n
: jumlah sampel
Z
: tingkat keyakinan dalam penentuan sampel, 95% = 1,96
moe = margin of error atau kesalahan maksimal yang ditoleransi, di sini ditetapkan sebesar 10% Besarnya sampel berdasarkan rumus di atas dapat dihitung sebagai berikut : n=
1, 96 2 = 96,04 (dibulatkan menjadi 96) 2 4 (0 ,1 )
Jadi berdasarkan rumus di atas dapat diambil sampel dari populasi sebanyak 96 orang atau pembeli produk pada mini market “SEMOGA JAYA” di Krasak bangsri Jepara.
34
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengam metode simple random sampling, yaitu setiap unit dalam sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih (Moh. Nazir, 2003 : 279).
3.4. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari responden dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Dalam hal ini respondennya adalah orang-orang yang pernah berbelanja di mini market “SEMOGA JAYA”. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti melalui studi pustaka yang relevan, yang mendukung data primer seperti literatur yang ada relevansinya dalam penulisan.
3.5. Metode Pengumpulan Data 1. Metode wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung. 2. Metode kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan sehingga diharapkan jawaban-jawaban tersebut dapat mengumpulkan data-data yang diinginkan.
35
3.6. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan teknik analisis data yang dilakukan melalui perhitungan angka-angka dengan menggunakan metode statistik. 1. Uji Validitas Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – k dengan alpha 0,05. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan dapat dikatakan valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal, jika jawaban seseorang terhadap kuisioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α). Suatu instrumen dapat dikatakan handal apabila memiliki koefisien keandalan (α) lebih dari 0,6.
36
2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Hal ini merupakan masalah yang sering muncul dalam ekonomi, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah : 1). Jika antar variabel bebas ada korelasi cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 2). Jika hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10%, berarti ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 95%. 3). Jika hasil perhitungan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) menunjukan ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, berarti ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model terdapat ketidak samaan varians dari residual suatu pengamatan ke suatu pengamatan yang lain. Jika varians dan residu itu sama, disebut homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya
37
adalah dengan melihat grafik Scater Plot antara nilai prediksi variabel terikat (z prediksi), dengan residualnya (s residualnya). 1). Jika ada pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. 2). Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. c. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi varianel terikat dan variabel bebas terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dilakukan dengan cara melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi
komulatif
dari
distribusi
normal.
Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk memperkirakan besarnya pengaruh perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda untuk mengetahui
38
pengaruh dari variabel desain ruang (X1), ketersediaan produk (X2) dan citra perusahaan (X3) terhadap pembelian konsumen (Y). Bentuk umum persamaan regresi berganda adalah (J. Supranto, 2000 : 190): Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana : Y
= Pembelian konsumen (variabel terikat).
X
= Variabel bebas, yaitu desain ruang (X1), ketersediaan produk (X2) dan citra perusahaan (X3)
b0 = Konstanta b
= Koefisien parameter dari masing-masing variabel bebas.
e
= Kesalahan estimasi (residual)
4. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, pengaruh secara parsial digunakan uji t dan pengaruh secara simultan menggunakan uji F. a. Uji t Uji parsial t, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap pembelian konsumen. Hipotesis statistik : -
Ho : bi = 0 artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
-
Ha : bi > 0 artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
39
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : t=
β Sb
Di mana : t
= statistik hitung
β
= koefisien regresi
Sb = standar error Kriteria pengujian hipotesis adalah : 1). Menentukan taraf kesalahan atau α = 0,05. 2). Uji t pakai satu sisi. 3). Menentukan derajat kebebasan dengan rumus : df = n – k – 1 Keterangan : n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas 1 = konstan 4). Kesimpulan : - thitung > ttabel dan probability value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. - thitung < ttabel dan probability value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
40
b. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis statistik : -
Ho : b1, b2, b3 = 0 artinya secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
-
Ha : b1, b2, b3 > 0 artinya secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian hipotesis adalah : 1). Menentukan taraf kesalahan atau α = 0,05. 2). Menentukan derajat kebebasan : df1 = k, df2 = n – k – 1 Keterangan : n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas 1 = konstan 3). Kesimpulan : - Fhitung > Ftabel dan probability value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. - Fhitung < Ftabel dan probability value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.