KATA PENGANTAR
.ﺷﻬﻴﺪﺍ ﺑﺎﷲ ﻭﻛﻔﻰ ﻛﻠﻪ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻟﻴﻈﻬﺮﻩ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺩﻳﻦ ﺑﺎﻟﻬﺪﻯ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺍﺭﺳﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﷲ ﺍﻟﺤﻤﺪ .ﺍﺟﻤﻌﻴﻦ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺍﻟﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻧﺒﻴﻨﺎ ﺣﺒﻴﺒﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ .ﺍﻣﺎﺑﻌﺪ Puji sanjung dan syukur penulis panjatkan kepada sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Shalawat serta salam sejahtera teruntuk baginda Nabi Muhammad Saw, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada umat manusia ajaran agama Islam yang terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya. Di balik terselesaikannya skripsi dalam bentuk sangat sederhana ini, ada dua pembimbing bijak yang begitu mendorong penulis untuk menyelesaikannya, juga sekaligus dosen saya, Bapak Drs. H. Danawir Ras Burhany dan Bapak Drs. Muzakkir, M.Pd.I. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada beliau atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikannya kepada penulis. Khusus kepada kedua orang tua saya, M. Jamil Mustafa dan Tawaddud AlHafidz sebagai sumber kehidupan saya, pembimbing utama hidup saya, pendidik saya, yang telah membesarkan dan mendidik saya yang memiliki peran sangat penting dan tak terhingga, sehingga rasanya ucapan terima kasih ini tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan saya. iv
Khusus kepada Fakhrurrozi Ismail, suami saya, pria muslim yang begitu ta’at dan konsisten menjalankan sholat lima waktu secara disiplin, yang menunjukkan arti cinta menurut cara Islam. Begitu banyak memberikan dorongan semangat dan inspirasi keislaman bagi saya. Dinda ucapkan syukran semoga kanda di seberang lautan sana tetap sabar menantiku. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN “Alauddin” Makassar bersama pembantu Dekan dan Staf yang telah membina dan mengembangkan Fakultas ini, di mana penulis dibekali ilmu pengetahuan yang sangat berharga dalam menapaki jalan penuh liku. Bapak Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, atas kesediaannya membimbing penyusun dalam penentuan judul skripsi ini, terima kasih kuucapkan. Para dosen dan asisten dosen yasng senantiasa membimbing, mendidik dan mendewasakan penyusun selama mengikuti pendidikan di Fakultas Tarbiyah. Rekan-rekan penulis yang ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis memohon kehadirat Allah Swt. kiranya skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis. Nopember 2003 M. Makassar, ------------------------------ Ramadhan 1424 H. Penyusun, ASIAH JAMIL NIM: 95071025 v
ABSTRAK Nama N I M Judul
: Asiah Jamil : 95071025 : "Studi Tentang Penyakit-Penyakit Hati dan Penyembuhannya Menurut Perspektif Agama Islam".
Alternatif
Skripsi ini membahas tentang “Studi Tentang Penyakit-Penyakit Hati dan Alternatif Penyembuhannya Menurut Perspektif Agama Islam. Penyakit-penyakit hati dan penawarnya adalah suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama dalam menjalin interaksi sosial. Ini sangat penting kita ketahui, bukan tidak mustahil virus-virus penyakit hati ini telah menggerogoti tanpa kita sadari. Berkaitan dengan hal tersebut penulis akan memulai mengkaji faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya penyakit hati, bagaimana konsep agama Islam tentang penyebuhan penyakit hati serta bagaimana teknik penyembuhan penyakit hati menurut Perspektif agama Islam sebagaimana penulis kemukakan dalam permasalahan, maka hipotesisnya adalah mendidik dan melatih hati dengan pengalaman dan praktek nilai-nilai ajaran Islam menjiwai dan mewarnai kepribadiannya di antaranya dengan berdzikir dan beribadah kepada Allah Swt sebagai upaya mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada-Nya serta dapat menumbuhkembangkan kualitas kehidupan seoptimal mungkin dan dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Allah Swt dan kepada sesamanya. Guna mencapai maksud pembahasan tersebut, penulis hanya menggunakan metode library research (kepustakaan) dengan menelaah sejumlah buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dengan metode tersebut pada akhirnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa apabila hati sehat maka merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan manusia (qalbun salim). vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. ABSTRAK ................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... B. Rumusan dan Batasan Masalah .......................................... C. Hipotesis ............................................................................. D. Pengertian Judul .................................................................. E. Metode Penelitian ............................................................... F. Tujuan dan Kegunaan ......................................................... G. Garis-garis Besar Isi Skripsi ............................................... BAB II. PENYAKIT HATI DAN PERMASALAHANNYA A. Pengertian dan Sebab Timbulnya Penyakit Hati ................ B. Bentuk-Bentuk Penyakit Hati ............................................. C. Dampak yang Ditimbulkan Penyakit Hati .......................... BAB III. AGAMA ISLAM A. Pengertian dan Kandungan Agama Islam .......................... B. Sumber Ajaran Agama Islam ............................................. C. Fungsi dan Peranan Agama Islam bagi Umat manusia ....... BAB IV. PERSPEKTIF AGAMA ISLAM TENTANG PENYEMBUHAN PENYAKIT HATI A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Penyakit Hati B. Konsep Agama Islam tentang Penyebuhan Penyakit Hati .. C. Teknik Penyembuhan Penyakit Hati Menurut Perspektif Agama Islam ....................................................................... BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... B. Saran-saran ......................................................................... KEPUSTAKAAN ......................................................................................... vii
i ii iii iv vi vii 1 7 8 9 11 12 12 14 21 28 35 55 61
63 72 80 89 90 91
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudari Asiah Jamil, NIM: 95071025, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Studi Tentang Penyakit-Penyakit Hati dan Alternatif Penyembuhannya Menurut Perspektif Agama Islam”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah. Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya. Nopember 2003 M. Makassar, ------------------------------ Ramadhan 1424 H. ( Drs. H. Danawir Ras Burhany ) NIP: 150 057 462 Pembimbing I
( Drs. Muzakkir, M.Pd.I) NIP: 150 243 394 Pembimbing II
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum. Nopember 2003 M. Makassar, ------------------------------ Ramadhan 1424 H. Penyusun, (Asia Jamil ) Nim: 95071025
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama rahmat bagi manusia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaannya, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu Islam mengajarkan hal-hal yang menjadikan manusia hidup sejahtera dan bahagia, di antara ajarannya itu ialah tentang kesehatan, baik kesehatan jasmaniah maupun rohaniah. Kesehatan adalah sesuatu nilai yang paling berharga yang dimiliki oleh orangorang sehat. Uang dan harta yang banyak, menjadi suatu yang tidak lagi bernilai bagi seorang yang sakit. Pepatah mengatakan, "kesehatan itu adalah mahkota di atas kepala orang-orang yang sehat, tetapi yang mengetahuinya adalah orang sakit." Sesungguhnya ajaran tentang kesehatan dalam Islam lebih jauh jangkauan dan pembahasannya dari pembahasan ilmu kesehatan.
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Yaitu jiwa, akal dan jasmani. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan. Ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam, yaitu: (1) kesehatan, yang terambil dari kata sehat, dan (2) afiat.
1
2
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata afiat dipersamakan dengan “sehat”. Afiat artinya "sehat" dan "kuat"1. Sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).2 Sehat adalah keadaan tubuh yang membuat gerak perbuatan menjadi sempurna.3 Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai "ketahanan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkannya." 4 Sebagai umat Islam, salah satu kewajibannya adalah menyeru manusia agar beriman kepada Allah. Tugas dan kewajiban yang berat ini tentunya harus benar-benar disiapkan sarana dan prasarana, fisik maupun mental. Olehnya itu diperlukan pandangan, bagaimana memandang unsur-unsur kekuatan manusia yaitu, hati (jiwa), akal dan jasmani agar dapat merupakan pondasi dalam membentuk manusia mukmin yang benar-benar dapat melakukan aktivitas dan kewajibannya. 1
Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur’an, (Cet. VI; Mizan, Bandung, 1997),
2
Ibid.
h. 181.
3
Muhammad Adz-Dzahabi, Resep Sehat Menurut Nabi Muhammad SAW, Penggubah K.H.M. Cholil Bisri, Karya Ilmu, Surabaya, h. 13. 4
Dr. M. Quraish Shihab, op. cit., h. 182.
3
Hati manusia perlu ditumbuhkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga utuh dan sehat. Unsur terpenting dalam membentuk pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama. Kepribadian (jiwa) yang di dalamnya terkandung unsur-unsur agama dan keimanan yang cukup teguh, akan mampu menghadapi permasalahan hidup dengan tenang. Maka Islam memandang perlu bahkan mengharuskan membina hati dalam ajaran agama. Setiap orang ingin mencapai kebahagiaan, ketenangan dan kesuksesan. Tiada seorang pun yang ingin susah dan gagal, namun dalam kenyataannya tidaklah semua orang dapat mencapai kebahagiaan, banyak di antara mereka yang gagal, bahkan tidak jarang di antara mereka yang terjerumus ke dalam lembah kebinasaan, karena tidak mampu menghadapi tantangan dan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Dewasa ini banyak manusia yang jauh dari agama Allah, maka sebagai dampaknya adalah kemaksiatan merajalela, kerusakan tersebar di mana-mana, dan dapat dikatakan hampir tidak ada orang yang dapat terhindar dari kemungkaran selain mereka yang dipelihara oleh Allah Swt. Jika suatu saat mereka melemah atau ingin memperoleh keuntungan dalam hal materi, maka akan ditempuhlah cara-cara yang buruk dan keji, seperti menggunjing, menghasut, mengadu domba, dan menyebarkan kerusakan. Penyakit-penyakit semacam ini telah menjadi ciri zaman kita sekarang.
4
Ada banyak penyakit fisik di dunia ini yang pada umumnya bisa disembuhkan berdasarkan ilmu kedokteran. Namun masih banyak juga yang belum bisa disebuhkan oleh dokter, yaitu penyakit hati (menyangkut kejiwaan). Dan inilah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Ada orang yang ditimpa suatu penyakit, berbagai macam cara telah ditempuh, tetapi penyakit tidak sembuh, malah makin parah. Al-Qur’an sendiri banyak berbicara tentang penyakit hati. Dalam AlQur’an tidak kurang dari sebelas kali disebut istilah fi qulubihim maradh.
.(۱۰ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ … ﻣﺮﺿﺎ ﺍﷲ ﻓﺰﺍﺩﻫﻢ ﻣﺮﺽ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻓﻰ 'Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya.… (QS. al-Baqarah (2) : 10).' 5 Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal dan hati. Sedangkan kara maradh biasanya diartikan sebagai penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, hati, bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang.". 6 Berkaitan dengan pembahasan di atas, Dr. Zakiah Darajat mengemukakan dalam buku bahwa: 5
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1971), h. 10. 6
Dr. M. Quraish Shihab, op. cit., h. 189.
5
'Tidak seorang pun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Dan semua orang akan berusaha mencarinya. Meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diingininya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan.'7 Sesungguhnya ketenangan hidup, ketenteraman dan kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh kesehatan hati. Walau bagaimanapun kondisi yang dihadapi, kalau hati seseorang itu sehat, maka insya Allah hidupnya tenang dan bahagia. Sebagaimana kehidupan para Nabi dan Rasul beserta para sahabat-sahabatnya. Mereka banyak menghadapi rintangan, hinaan, penderitaan dan siksaan dari orang-orang yang tidak senang kepada mereka, namun hidupnya selalu tenang, tenteram dan bahagia, tentu hal ini tidak terlepas dari kesehatan hati di mana mereka senantiasa konsisten mengamalkan ajaran Islam dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ketenangan dan ketenteraman hidup memang sulit dicapai karena pada dasarnya dalam diri manusia terdapat kecenderungan dua arah yaitu ke arah perbuatan fasiq dan kepada ketaqwaan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Asy-Syams (91): 8.
(۸ : )ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺗﻘﻮﺍﻫﺎ ﻓﺠﻮﺭﻫﺎ ﻟﻬﻤﻬﺎ ﻓﺎ 'Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.' (QS. Asy-Syams (91) : 8). 8 7
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Cet. XVI; Jakarta: Haji Mas Agung, 1990), h. 15.
8
Departemen Agama RI. op.cit. h. 1064.
6
Dalam tubuh manusia kedudukan hati adalah raja bagi organ tubuh manusia. Baik tidaknya seseorang ditentukan oleh hatinya.
ﺃﻻﻭﻫﻰ ٬ﻛﻠﻪ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻓﺴﺪ ﻓﺴﺪﺕ ﻭﺇﺫﺍ ٬ﻛﻠﻪ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﺻﻠﺢ ﺻﻠﺤﺖ ﺇﺫﺍ ٬ﻣﻀﻐﺔ ﻓﻯﺎﻟﺠﺴﺪ ﻭﺇﻥ …ﺃﻻ ٩ 9(ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻘﻠﺐ
'…Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan jika segumpal darah tersebut rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah tersebut adalah hati.’ (HR. Bukhari Muslim).10 Dengan dasar tersebut di atas, manusia diberi isyarat untuk mendidik diri dan orang lain menjadi manusia yang beruntung sesuai kehendak Allah Sang Pencipta, dalam hal ini mencerminkan bahwa manusia memiliki kemauan dan kebosanan untuk menentukan dirinya melalui upayanya sendiri. Olehnya itu diperlukan ajaran agama Islam dalam memelihara dan mendidik kemampuan dasar potensi yang dibawa sejak lahir. Musuh Allah syetan mengetahui dengan jelas nilai strategis hati. Syetan menginginkan hati sakit, kemudian hati, terkubur di badan (mayat hidup). Skripsi ini diharapkan dapat membantu dalam menjaga “hati” membentengi dengan benteng tangguh hingga syetan tidak bisa menyusup untuk mengacak-acak hati, semoga membantu proses mengobatan hati agar tetap jernih dan hidup, dan diharapkan dapat memperoleh keberuntungan di hari kemudian 9
Assayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Hadis Nabawi wal Hikam Muhammadiyah, Al-Qahirah, 1948M/1367H. Maktabah Muhammad Ibnu Nabhani wa Auladan, Surabaya, h. 81.. 10
h. 6.
Uwes Al-Qarni, 60 Penyakit Hati. (Cet. VI: Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
7
yang terbebas dari penyakit-penyakit tersebut, seperti bunyi firman Allah QS. Asy-Syuara’ (26) : 88-89:
(۸۸-۸٩ : )ﺍﻟﺸﻌﺮﺍء ﺳﻠﻴﻢ ﺑﻘﻠﺐ ﺍﷲ ﺍﺗﻰ ﺍﻻﻣﻦ .ﻭﻻﺑﻨﻮﻥ ﻣﺎﻝ ﻻﻳﻨﻔﻊ ﻻ ﻳﻮﻡ 'Pada hari (akhirat) harta dan anak-anak tidak berguna, (tetapi yang berguna tiada lain) kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang sehat.' (QS. Asy-Syuara (26) : 88 – 89). 11 Islam mendorong manusia agar memiliki hati yang sehat dan terbebas dari segala macam penyakit dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Allah, karena:
( ۲۸: )ﺍﻟﺮﻋﺪ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺗﻄﻤﺌﻦ ﺍﷲ ﻛﺮ ﺍﻻﺑﺬ 'Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan' (QS. Ar-Ra’d (13): 28). 12 Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka berikut ini penulis ungkap rumusan dan batasan masalahnya. B. Rumusan dan Batasan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan timbulnya penyakit hati? 2. Bagaimana konsep agama Islam tentang penyembuhan penyakit hati? 3. Bagaimana teknik penyembuhan penyakit hati menurut perspektif agama Islam? 11
Departemen Agama RI., op. cit., h. 580.
12
Ibid., h. 373.
8
C. Hipotesis Dari beberapa permasalahan di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit hati adalah dikarenakan tipisnya iman atau tidak adanya iman dengan manifestasi rasa takut, sedih, kecewa, dengki dan sebagaimana (penyebab penyakit yang sifatnya psikogen). Penyebab yang sifatnya metafisik adalah disebabkan dosa-dosa yang diperbuat manusia. 2. Konsep agama Islam tentang penyembuhan penyakit hati mereka antara lain adalah tazkiyah an-nafs (penyusucian jiwa), dimana pengertiannya meliputi tazkiyah al-qalb, tazkiyah al-fikrah, tazkiyat al-aqidah, tazkiyat al-ubudiyah, tazkiyat al-ibadah, tazkiyat al-akhlaq, bahkan tazkiyat al-sirr. Takhliyat alnafs (membersihkan dan mengosongkan jiwa dari sifat-sifat tercela) dan tahliyat al-nafs (mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji). 3. Teknik penyembuhan penyakit hati menurut perspektif agama Islam adalah sebagai berikut: a. Penyakit itu harus dikenali (diagnosis), muhasabah dan tafakkur. b. Cara penyembuhannya harus ditetapkan. Dapat dilakukan dengan mendatangi psikiater atau seorang ulama. c. Penyembuhannya harus dimulai dengan menggunakan obat-obatan yang sesuai dan bertahap.
9
d. Proses penyembuhan itu harus disertai dengan pantangan, yaitu memantang dari hal-hal yang merugikan atau sekiranya dapat memperparah penyakit. e. Proses penyembuhan itu harus dilakukan sampai sembuh. D. Pengertian Judul Untuk menghindari pemahaman yang keliru dari para pembaca tentang skripsi yang berjudul “Studi tentang Penyakit-penyakit hati dan Alternatif Penyembuhannya Menurut Perspektif Agama Islam”, maka penulis menjelaskan kata-kata yang dianggap penting dalam judul tersebut. Studi adalah kajian, telaah, penelitian, penyelidikan ilmiah.13 Penyakit menurut Ibnu Qayyim adalah keluar dari ketentuan yang dimiliki oleh manusia normal.14 Penyakit ialah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup.15 Hati adalah raja pengatur stabilitas (the central emotion) bagi seluruh anggota tubuh manusia bukanlah semata hati jasmani berupa segumpal daging; yang berbentuk bulat memanjang, berisikan rongga-rongga, dan mengandung 13
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 860. 14
Ibnu Qayyim, Ad Daa’ wad Dawaa’ (Terapi Penyakit dengan Al-Qur’an dan Sunnah), Cet. II; Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h. xv-xvi. 15
Departemen P dan K, op. cit.,h. 769.
10
darah hitam, melainkan juga sesuatu yang sangat abstrak. Ia termasuk ihwal ruhaniyah yang sulit ditembus oleh kekuatan inderawi. Ia tidak seperti hati fisik binatang dan manusia tatkala tak bernyawa. Dia adalah:
ﺑﻤﺤﻠﻪ ﺍﻟﻌﺮﺽ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﺤﻤﺎﻧﻲ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ ﻗﺎﺋﻢ ﻟﻄﻴﻒ ﺟﺴﻢ 'Jisim yang sangat halus, terletak di dalam hati yang berupa daging, seperti menempelnya sifat pada benda yang disifatinya’.16 Penyakit hati (ﻳﺾ ﻣﺮ )ﻗﻠﺐ, menurut Ibnu Mahalli Ibnu Umar adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit, kadang berpenyakit dan kadang pula hidup secara normal. Boleh jadi dekat kepada keselamatan atau mungkin lebih dekat pada kehancuran dan kerusakan.17 Perspektif ialah sudut pandangan.18 Islam, oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltout dikemukakan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkanNya kepada nabi Muhammad saw untuk diajarkan pokok-pokok dan peraturan-peraturanNya, ditugaskan-Nya, untuk menyampaikan agama tersebut kepada umat manusia dan mengajar mereka memeluknya.19 16
Uwes Al-Qorni, op.cit.
17
Ibnu Mahalli Ibnu Umar, Sucikan Hati Teguhkan Jiwa, (Cet. I; Yogyakarta: Media Insani, 2001), h. 37-38. 18 19
Departemen P dan K, op. cit., h. 675.
Prof. Dr. Mahmud Syaltout, Islam, Aqidah dan Syariah (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), h. 5.
11
E. Metode Penelitian Adapun metode yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Metode library research, yaitu metode yang dilakukan dalam rangka menghimpun data tertulis, baik yang berupa buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyusunan skripsi ini. Cara penelitian kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh kerangka berpikir sebagai tolok ukur atau dasar penguraian untuk membahas sesuatu yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. Dalam pengumpulan data ini ditempuh teknik kutipan secara langsung maupun tidak langsung. 2. Metode Pengolahan dan Analisis Data Setelah penulis mengadakan penelitian dengan jalan membaca berbagai macam buku diperpustakaan, maka penulis mengolah data dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode deduktif, yakni: Pengolahan data yang bertitik tolak pada masalah yang bersifat umum, kemudian dijabarkan dalam bentuk yang bersifat khusus. b. Metode induktif, yaitu: Menyusun dan membahas suatu masalah berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.
12
c. Metode komparatif, yaitu: Metode yang digunakan dengan dua perbandingan atau lebih, kemudian diolah sesuai dengan keyakinan penulis, sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang lebih jelas. F. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memahami atau mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit hati, merumuskan konsep agama Islam tentang penyembuhan penyakit hati, serta menawarkan formula teknik penyembuhan penyakit hati menurut perspektif agama Islam. 2. Adapun kegunaannya adalah diharapkan agar pembahasan ini dapat menjadi sumbangan motivasi bagi perbaikan akhlak, memahami lebih jauh tentang penyakit-penyakit hati agar hati menjadi bening, terutama diharapkan dapat berguna bagi penulis sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah untuk pengembangan disiplin keilmuan yang penulis geluti di Perguruan Tinggi. G. Garis-garis Besar Isi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing sebagai berikut: Bab pertama, adalah bab pendahuluan, pembahasannya meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, hipotesis, pengertian judul, metode penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan garis besar isi skripsi.
13
Bab kedua, memuat sekilas tentang penyakit hati dan permasalahannya yang dirinci menjadi tiga sub bab, yaitu pengertian dan proses timbulnya penyakit hati, bentuk-bentuk penyakit hati, serta dampak yang ditimbulkan penyakit hati. Bab ketiga, menyangkut masalah agama Islam, pembahasannya meliputi pengertian, dan kandungan agama Islam, sumber ajaran agama Islam, fungsi dan kedudukan agama Islam bagi umat manusia. Bab keempat, adalah bab yang berhubungan dengan inti pembahasan skripsi ini yang dirinci menjadi tiga sub bab, yaitu; faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit hati, konsep agama Islam tentang penyembuhan penyakit hati serta teknik penyembuhan penyakit hati menurut perspektif agama Islam. Bab kelima, adalah bab penutup, pembahasannya meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II PENYAKIT HATI DAN PERMASALAHANNYA
A. Pengertian dan Sebab Timbulnya Penyakit Hati Agar tidak mengaburkan permasalahan, maka penulis akan menjelaskan kembali tentang penyakit hati baik dari segi etimologi maupun dari segi terminologi. Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal dan hati. Sedang maradh biasa dirtikan sebagai penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang." 20 Hati memiliki dua arti, yaitu: Pertama, daging berbentuk pohon cemara yang terletak pada dada sebelah kiri. Di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. Ini adalah sumber ruh. Daging ini, dalam bentuknya seperti itu, terdapat pula pada tubuh binatang dan orang-orang yang sudah mati.21 Kedua, luthf rabbani ruhani, yang memiliki kaitan dengan daging. Luthf rabbani ini adalah mengenai Allah swt. Ia mengetahui apa yang tidak dicapai 20
Dr. M. Quraish Shihab, M. A. op. cit., h. 189.
21
Al-Ghazali, Mutiara Ihya ‘Ulumuddin, (Cet. I; Bandung, 1997), h. 195. dan lihat Sa’id Hawwa, Jalan Ruhani (Tarbiyatur Ruhaniyah), (Cet. II; Bandung: Mizan, 1995), h. 45.
14
15
khayalan pikiran. Ia merupakan hakikat manusia. Inilah yang diajak bicara.22 Terhadap makna ini ditunjukkan dengan firman Allah Swt.:
.( ٣ ٧: ﻕ ) . . . ﻗـﻠـﺐ ﻟﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻤﻦ ﻛﺮﻯ ﻟﺬ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺍﻥ 'Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.' (QS. Qaf (50): 37). 23 Kalau yang dimaksud dalam ayat ini adalah hati yang berbentuk seperti pohon cemara, maka itu terdapat pada diri setiap orang. Imam Al-Ghazali mengatakan, jika engkau telah mengetahui hal ini, maka ketahuilah bahwa kaitan luthf ini dengan daging yang berbentuk seperti pohon cemara adalah hubungan yang tidak jelas, tidak dapat dijelaskan, melainkan bergantung pada kesaksian (musyahadah) dan penyingkapan (al-‘iyan). Dapat disebutkan bahwa ia seperti raja dan dagingnya ibarat negeri atau kerajaan, karena kalau hubungannya adalah hubungan accidental (kebetulan), maka tidak sesuai dengan makna ayat:
(۲٤ : )ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ . . . ﻭﻗـﻠـﺒﻪ ﺍﻟﻤﺮء ﺑﻴـﻦ ﻳـﺤﻮﻝ ﺍﷲ ﺍﻥ . . . '…Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. (QS. Al-Anfal (8) : 24).' 24 Al-Qalbu (hati) mempunyai dua pengertian menurut buku Keajaiban Hati karya Al-Ghazali diterjemahkan Amin Noersyam:
22
Ibid.,
23
Departemen Agama RI., op. Cit., h. 854
24
Ibid., h. 264.
16
1. Al-Qalbu (hati jantung) yang berupa segumpal daging yang berbentuk bulat memanjang seperti buah sanaubar, yang terletak di pinggir dada sebelah kiri, yaitu segumpal daging yang mempunyai tugas khusus yang di dalamnya ada rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber ruh. Hati tersebut ada pada binatang, bahkan ada juga pada orang mati.25 2. Al-Qalbu (hati) yang berupa sesuatu yang halus (lathifah), besifat ketuhanan (Robbaniyah) dan kerohanian yang ada hubungannya dengan hati jasmani. Hati yang halus itulah hakikat manusia yang dapat menangkap segala rasa, mengetahui dan mengenal segala sesuatu. Hati inilah yang menjadi sasaran pembicaraan, yang akan disiksa, dicerca dan dituntut dan ia punya hubungan dengan hati jasmani. 26
Karena eratnya hubungan antara hati jasmani dan hati rohani itu, sehingga kebanyakan akal manusia menjadi bingung dalam mengetahui letak hubungannya. Hubungan kedua hati itu seperti halnya sifat dengan jisim yang disifati, atau seperti benda yang dijadikan perkakas dengan perkakasnya atau seperti orang atau benda yang telah berurat berakar pada suatu tempat dengan tempatnya. Kata 'hati' (sebagai benda) inderawi yang bertempat di dalam dada;
sedangkan Allah menisbahkan kata ‘hati’ kepada hati dalam makna berbeda yang 25
Al-Ghazali, Keajaiban Hati, (CV. Bintang Pelajar), t.th., h. 7-8.
26
Ibid., h. 8.
17
juga terdapat di dalam dada, yang erat kaitannya dengan hati inderawi (bendawi). Hati dalam pengertian yang berbeda itu adalah tempat iman dan kekufuran. Para penyair dan pujangga membicarakan masalah hati sebagai tempat rasa; baik itu rasa cinta atau rasa benci. Tak syak lagi bahwa terdapat kaitan pengertian antara hati menurut pengertian penyair dan pujangga dengan hati sebagai tempat dari kekufuran, kemunafikan, dan iman. Maksud dari kata ‘hati’ dalam Al-Qur’an dan Assunnah adalah hati yang paham dan mengetahui hakikat segala sesuatu; kadangkala dikiaskan pada hati yang terdapat dalam dada, karena hati dalam pengertian pertama, lathifah dan hati jasmani terjalin hubungan khusus. Maka, meskipun ia berhubungan erat dengan seluruh badan dan dimanfaatkan olehnya, namun ia tetap tergantung dengan perantara hati jasmani-jasmani. Jadi yang pertama sekali, lathifah berhubungan erat dengan hati-jasmani, sebagaimana hati jasmani itu merupakan tempat, kerajaan dan alamnya. Hati yang sebenarnya di sini adalah hati yang digunakan oleh manusia untuk mengendalikan perbuatan-perbuatannya sesuai dengan ajaranajaran Allah. Pembicaraan tentang hati dalam Al-Qur’an sangat banyak. Di bawah ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang hati: Hati yang buta (QS. AlHaj (22) : 46) :
(٤٦ : )ﺍﻟﺤﺞ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ ﻓﻰ ﺍﻟﺘﻰ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺗﻌﻤﻰ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻷﺑﺼﺮ ﻻﺗﻌﻤﻰ …ﻓﺎﻧﻬﺎ
18
'Karena sesungguhnya bukanlah mata hati itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada.' (QS. Al-Hajj (22) : 46). 27 Hati yang kasar: QS. Al-Hajj (22) : 53 :
(٥٣ : )ﺍﻟﺤﺞ … ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﻭﺍﻟﻘﺎﺳﻴﺔ ﻣﺮﺽ ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﻓﻰ ﻟﻠﺬﻳﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﺸﻴﻄﻦ ﻳﻠﻘﻰ ﻣﺎ ﻟﻴﺠﻌﻞ '… Agar Dia menjadikan apa yang dimaksudkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.' (QS. Al-Hajj (22) : 53). 28 Hati yang sakit: QS. Al-Baqarah (2) : 10:
(۱۰ : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺍﺓ … ﻣﺮﺿﺎ ﺍﷲ ﺩﻫﻢ ﻓﺰﺍ ﻣﺮﺽ ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﻓﻰ 'Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya … (QS. Al-baqarah (2) : 10). 29 Hati yang terkunci dan tertutup: QS. Al-Muthaffifin (83) : 14:
(۱٤ : )ﺍﻟﻤﻄﻔﻔﻴﻦ .ﻳﻜﺴﺒﻮﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﺎ ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﻋﻠﻰ ﺭﺍﻥ ﺑﻞ ﻛﻼ 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS. Al-Muthaffifin (83) : 14). 30
(٧ : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ … ﻏﺸﻮﺓ ﺍﺑﺼﺮﻫﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺳﻤﻌﻬﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﺧﺘﻢ 'Dan Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka tertutup. (QS. Al-Baqarah (2) : 7). 31 Hati orang-orang kafir cenderung pada godaan setan, dalam bentuk jin dan manusia; QS. Al-An’am (6) : 113: 27
Departemen Agama RI., op. cit., h. 519.
28
Ibid., h. 520.
29
Ibid., h. 10.
30
Ibid., h. 1036.
31
Ibid., h. 9.
19
(۱۱٣ :)ﺍﻻﻧﻌﺎﻡ ﻣﻘﺘﺮﻓﻮﻥ ﻣﺎﻫﻢ ﻓﻮﺍ ﻭﻟﻴﻘﺘﺮ ﻭﻟﻴﺮﺿﻮﻩ ﺑﺎﻻﺧﺮﺓ ﻣﻨﻮﻥ ﻻﻳﺆ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻓﺌﺪﺓ ﺍﻟﻴﻪ ﻭﻟﺘﺼﻐﻰ 'Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (QS. Al-An-am (6) : 113). 32 Hati yang memperoleh kesehatan sehingga menjadi segar dan bersih:
(۸۸-۸٩ :)ﺍﻟﺸﻌﺮﺍء ﺳﻠﻴﻢ ﺑﻘﻠﺐ ﺍﷲ ﺍﺗﻰ ﺍﻻﻣﻦ ﻭﻻﺑﻨﻮﻥ ﻣﺎﻝ ﻻﻳﻨﻔﻊ ﻳﻮﻡ
'… yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syura’ (26) : 88–89). 33
Hati mendapat ujian sebagaimana jasad, dan bisa saja ia sukses atau terjatuh:
(٣ : )ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ … ﻟﻠـﺘـﻘـﻮﻯ ﺑﻬﻢ ﻗـﻠـﻮ ﺍﷲ ﺍﻣﺘﺤﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ …ﺍﻭﻟﺌﻚ '…Mereka itulah orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa…' (QS. Al-Hujurat (49) : 3). 34 Ayat di bawah ini mengisyaratkan tentang hati yang tidak berakal tidak mau memahami, dan tidak berpikir:
(۱٧٩ : )ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ … ﺑـﻬﺎ ﻻﻳـﻔـﻘـﻬـﻮﻥ ﻗـﻠـﻮﺏ ﻟﻬﻢ … '…Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami… ' (QS. Al-A’raf (7) : 179). 35 Sebenarnya manusia mau, namun hati tidak setuju dan tidak tunduk:
(۲٤ :)ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ … ﻭﻗـﻠـﺒـﻪ ﺍﻟﻤﺮء ﺑﻴﻦ ﻳﺤﻮﻝ ﺍﷲ …ﻭﺍﻋﻠﻤﻮﺍﺍﻥ 32
Ibid., h. 206.
33
Ibid., h. 580.
34
Ibid., h. 845.
35
Ibid., h. 251-252.
20
'… Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi (mendinding) antara manusia dan hatinya … (QS. Al-Anfal (8) : 24).36 Hidayah Allah tidak akan terwujud tanpa iman kepada-Nya:
(۱۱ : )ﺍﻟﺘﻐﺎﺑﻦ … ﻗـﻠـﺒـﻪ ﻳـﻬـﺪ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﻳﺆ ﻭﻣﻦ … '… Dan barangsiapa beriman kepada Allah, Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya … (QS. At-Taghabun (64) : 11). 37 Allah mengunci mati hati pemiliknya:
(۱٦ : )ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻫﻮﺍءﻫﻢ ﻭﺍﺗﺒﻌﻮﺍ ﺑﻬﻢ ﻗﻠﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﻃﺒﻊ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻭﻟﺌﻚ ءﺍﻧﻔﺎ ﺍﻗﺎﻝ …ﻣﺎﺫ '… Apakah yang dikatakan tadi?” Mereka itulah orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.’ (QS. Muhammad (47) : 16). 38 Alam hati adalah alam yang sangat luas. Sakit dan sehatnya hati merupakan dua hal yang menentukan sejahtera tidaknya manusia di dunia dan di akhirat. Jika demikian, maka bila hati sakit pasti terjadi pergolakan yang salah, sehingga manusia gelisah dan bingung, dan itu akan menyeret pada kerugian dan kebinasaan:
(۸۸ : )ﺍﻟﻨﺴﺎء ﺳﺒﻴﻼ ﻟﻪ ﺗﺠﺪ ﻓﻠﻦ ﺍﷲ ﻳﻀﻠﻞ …ﻭﻣﻦ '… Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.' (QS. An-Nisa' (4) : 88).39
36
Ibid., h. 264.
37
Ibid., h. 941.
38
Ibid., h. 832
39
Ibid., h. 134
21
Penyempurnaan dan ‘rehabilitasi’ hati membutuhkan ilmu, amal dan ketekunan. Dengan ilmu, manusia menjadi tahu akan hakikat kesehatan. Dengan amal, dia berusaha untuk membendung dan menghentikan penyakit, lalu mengusirnya. Dan dengan ketentuan, ia melanjutkan semangat atau cita-citanya secara kontinu dalam perjalanan ruhani dan kerja zikir yang kontinu, sampai tidak seorang pun yang mempunyai persepsi bahwa tanpa ketekunan akan terdapat kesehatan qalbu. B. Bentuk-Bentuk Penyakit Hati Penyakit hati itu ada dua; Pertama, penyakit yang tidak bisa dirasakan penderitanya pada saat sekarang yaitu penyakit yang telah disebutkan sebelumnya seperti penyakit kebodohan, penyakit syubhat, penyakit ragu-ragu, dan penyakit syahwat. Penyakit jenis ini sangat menyakitkan. Namun karena hati telah rusak, maka hati tidak merasakannya, karena keindahan kebodohan dan hawa nafsu menjauhkannya hingga ia tidak bisa mengetahui rasa sakitnya. Kendati ia tidak merasakan sakitnya sekarang ini, namun pada suatu saat rasa sakit penyakit ini akan datang kepadanya, dan terjadi pada dirinya. Ia tidak merasakan rasa sakitnya pada saat sekarang, karena ia lebih sibuk dengan kebalikannya, padahal penyakit jenis ini amat membahayakan. Yang bisa mengobati penyakit jenis ini adalah para Rasul, dan pengikut-pengikutnya. Merekalah dokter-dokter ahli tentang penyakit tersebut.
22
Kedua, penyakit yang rasa sakitnya bisa dirasakan saat sekarang, seperti galau, cemas, sedih, dan emosi. Penyakit jenis ini dihilangkan dengan obat-obat alami seperti menghilangkan sebab-sebanya, atau dengan mengobatinya dengan hal-hal yang berlawanan dengan penyebab-penyebabnya. Inilah, sebagaimana hati bisa jadi jatuh sakit karena badan sakit dan sembuh karena badan sembuh, maka badan juga demikian, ia seringkali jatuh sakit karena hati menderita sakit dan sembuh jika hati sembuh dari penyakitnya. Jadi penyakit-penyakit hati yang bisa dihilangkan dengan obat-obat biasa adalah sama seperti penyakit-penyakit badan. Penyakit ini tidak menghendakinya mendapat kecelakaan dan siksa setelah kematiannya. Sedang penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan kecuali dengan obat-obat iman, itulah penyakit yang menghendaki pelakunya mendapatkan kecelakaan dan siksa yang berkepanjangan, jika ia tidak mendapatkan obat-obat yang melawan penyakit-penyakit tersebut. Jika ia menggunakan obat-obatan tersebut, ia mendapatkan kesembuhan. Oleh karena itu, dikatakan, “syufiya ghaidhuhu”. Maksudnya jika seseorang dikuasai musuh, ia menderita karenanya, dan jika ia berhasil mengalahkannya maka hatinya sembuh (lega). Allah Swt berfirman:
ﻏﻴﻆ ﻭﻳﺬﻫﺐ .ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ ﺻﺪﻭﺭﻗﻮﻡ ﻭﻳﺸﻒ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻳﻨﺼﺮﻛﻢ ﻭﻳﺨﺰﻫﻢ ﺑﺎﻳﺪﻳﻜﻢ ﺍﷲ ﻳﻌﺬﺑﻬﻢ ﻗﺎﺗﻠﻮﻫﻢ (۱٤-۱٥ : )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ … ﻳﺸﺎء ﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﻭﻳﺘﻮﺏ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ 'Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang
23
beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. At-Taubah (9) : 14 – 15). 40 Pada ayat di atas, Allah Swt. memerintahkan kaum mukminin memerangi musuh-musuhnya, dan menjelaskan kepada mereka bahwa ada enam manfaat dengan memerangi mereka. Emosi itu menyakitkan hati dan obatnya dengan menyembuhkan emosinya. Jika ia mengobatinya dengan cara yang benar, ia mendapatkan kesembuhan. Jika ia menyembuhkannya dengan kedzaliman dan kebatilan, penyakitnya semakin bertambah kendati ia mengira ia sembuh dengannya. Ia tak ubahnya seperti orang yang menderita sakit rindu kepada kekasih kemudian mengobati kerinduannya dengan memperkosa kekasihnya. Tidak diragukan lagi, bahwa tindakan konyolnya tersebut justru menambah penyakitnya dan menyebabkannya mendapat penyakit yang lebih parah daripada peyakit rindu. Begitu juga galau, cemas, dan sedih semuanya adalah penyakit hati dan obatnya adalah dengan kebalikannya, yaitu bahagia dan senang. Jika proses kesembuhannya dilakukan dengan cara yang benar, hatinya sembuh, dan sehat dari penyakitnya. Sebaliknya jika proses kesembuhan dilakukan dengan cara yang tidak benar, maka kesembuhannya bersembunyi dari dirinya, bahkan, ia mendapatkan penyakit lain yang lebih parah. 40
Ibid.,h. 280.
24
Begitulah kebodohan, ia adalah penyakit yang menyakitkan hati. Sebagian orang mengobatinya dengan ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat dan ia berkeyakinan bahwa ia telah sehat dari penyakitnya dengan ilmu-ilmu tersebut, padahal ilmuilmu tersebut justru menambah penyakitnya. Namun hatinya sibuk dengan ilmuilmu tersebut daripada mengetahui penyakit yang terpendam dalam dirinya, dikarenakan kebodohannya terhadap ilmu-ilmu ynag bermanfaat yang merupakan syarat kesehatan hatinya dan kesembuhannya. Kebodohan obatnya adalah bertanya kepada orang yang berilmu. Begitu juga orang yang ragu-ragu terhadap satu hal, hatinya sakit hingga ia mendapatkan ilmu dan keyakinan. Keyakinan itu membuat hati terasa hangat. Oleh karena itu, dikatakan kepada orang yang telah mendapatkan keyakinan, “dadanya telah sejuk dan ia telah mendapatkan kesejukan keyakinan." Selain itu, hati menjadi sempit dan sesak dengan kebodohan dan tersesat dari jalan yang benar. Ia terbuka dan lapang dengan petunjuk dan ilmu. Allah Swt berfirman:
ﺿﻴﻘﺎﺣﺮﺟﺎﻛﺎﻧﻤﺎ ﺻﺪﺭﻩ ﻳﺠﻌﻞ ﻳﻀﻠﻪ ﺍﻥ ﻳﺮﺩ ﻭﻣﻦ ﺳﻼﻡ ﻟﻼ ﺻﺪﺭﻩ ﻳﺸﺮﺡ ﻳﻬﺪﻳﻪ ﺍﻥ ﺍﷲ ﻳﺮﺩ ﻓﻤﻦ (۱۲٥ :)ﺍﻻﻧﻌﺎﻡ … ﺍﻟﺴﻤﺎء ﻓﻰ ﻳﺼﻌﺪ 'Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. (QS. Al-An’am (6) : 125).41 Maksud dari semua ialah menjelaskan, bahwa di antara penyakit-penyakit hati ada yang bisa dihilangkan dengan obat-obat biasa dan ada penyakit-penyakit 41
Ibid., h. 208.
25
yang tidak bisa disembuhkan kecuali dengan obat-obat syar’i dan imani. Hati itu mempunyai kehidupan dan kematian, penyakit dan obat. Itu semua lebih besar daripada apa yang dimiliki badan. Tinjauan Ibnu Maskawaih: Seorang dokter (tabib) yang berpengalaman tidaklah langsung saja mengobati suatu penyakit sebelum diketahuinya sebabsebab maka sampai penyakit itu menimpa si penderita. Setelah diketahuinya panas dan dinginnya, barulah dia memberikan ramuan obat (resep) yang bertujuan menangkis serangan penyakit dan selanjutnya membalas serangan dengan serangan pula. Dimulainya dengan penjagaan obat-obat lunak, sampai lebih keras dan pahit. Kadang-kadang kalau perlu diadakannya operasi.42 Hati manusia adalah kekuatan Ilahi yang berhubungan erat dengan tubuh jasmani, sehat hati sehat badan, sakit hati sakitlah badan. Kita dapat melihat setengah orang sakit badannya berubah pula akalnya. Sehingga diingkarinya otaknya, pemikirannya, khayalannya dan sekalian kekuatan hatinya. Dapat pula kita perhatikan orang-orang yang sakit hatinya baik karena sangat marah, sedih, atau karena jatuh cinta disertai rindu dendam, nampak perubahan pada jasmani. Ini penting diselidiki asal usul suatu penyakit (diagnosa) sebelum menentukan obat penyakit. Kalau asal-usul penyakit tersebut suatu pikiran yang kacau, atau karena rasa takut dan sebagainya yang semuanya itu termasuk keadaan yang menimpa 42
Prof. Dr. Hamka, Lembaga Budi, (Cet. VIII; Handayani, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 12.
26
tiba-tiba, maka obatnya pun harus yang sesuai dengan itu pula. Dan kalau asalusulnya tersebab perubahan udara badan, karena kesan luar yang menimpa, sebagai rasa lelah dan penat yang tersebab dari lemahnya hangat jantung, disertai malas, obatnya pun dengan mencari sebab itu. Muhyiddin Ibnu Arabi, beliau menghitung beberapa penyakit hati yang harus dihilangkan dari dirinya oleh orang yang ingin hidup baik di antaranya ialah: (1) Fujur, yaitu tenggelam dalam pengaruh syahwat dan nafsu, (2) Syarah, yaitu loba-tamak, (3) tabazzul, yaitu tidak tahu harga diri, (4) Safah, yaitu pantang tersinggung, (5) Kharq, yaitu suka berbicara di sekeliling kepentingan diri sendiri, (7) Khadar, yaitu curang, (8) Khianat, (9) Membuka rahasia, (10) Takabbur, (11) Khabats, yaitu berniat jahat, dan mempergunakan segala tipu daya, (12) Bakhil (kikir), (13) Jubun (pengecut), (14) Hasad (dengki), (15) Jaza', yaitu gentar seketika menghadapi kesusahan, (16) Shaghirul himmah (jiwa kecil), (17) AlJaur, yaitu keluar dari garis kesederhanaan segala tindak laku.43 Itulah tujuh belas perangai buruk (penyakit hati) yang menjadi pusat dari keburukan-keburukan yang lain, yang menjadi cacat cela bagi pribadi seseorang, menurut Ibnu Arabi. Pendapat Imam Ghazali, bahwa keseimbangan udara dalam badan adalah pangkal dari kesehatan badan. Bila tidak seimbang lagi udara badan, itulah tanda bahwa badan mulai sakit. Contoh kesehatan badan itu dapat pula diambil untuk kesehatan hati, keseimbangan dalam sikap hati adalah tanda hati yang sehat. 43
Ibid, h. 14.
27
Penyakit yang ada pada hati dapat diobati dengan memberantas segala perangai buruk dan menegakkan perangai baik, serupa juga dengan badan dalam memberantas
sakitnya
dan
mencapai
kesehatannya.
Pokoknya
ialah
keseimbangan. Suatu penyakit dapat menimpa badan karena salah memakan sesuatu makanan, atau karena perubahan udara. Pada umumnya seorang anak lahir dalam keadaan fitrah, hatinya masih putih bersih dan masih jauh dari sifat jahat. Tetapi setelah anak itu bertambah besar dan mendapat didikan atau pelajaran yang salah, maka rusaklah dia dan sangat besar kemungkinan membawanya condong kepada jalan jahat. Badan sejak permulaan lahir belumlah sekaligus sempurna, tetapi berangsur-angsur dari kurang sempurna dibentuk oleh pendidikan dan pengalaman sampai mencapai kesempurnaan. Demikian juga hati. Mulanya masih serba kekurangan, lalu diajar dan dididik dengan didikan budi pekerti dan diberi makanan ilmu pengetahuan. Dokter memberikan beberapa ajaran yang harus dipegang teguh supaya badan tetap sehat. Kalau dia jatuh sakit, dokter berusaha mencampur ramuan obat untuk menghindarkan atau menolak penyakit itu. Hati pun demikian pula. Kalau hati itu memang mendapat asuhan yang baik, wajiblah diusahakan terus menerus agar kesehatan hati itu terpelihara dan bertambah-tambah kuat. Kalau belum mencapai sempurna, hendaklah diusahakan supaya tercapai kesempurnaan itu. Sebab-sebab yang menimbulkan suatu penyakit diberantas dengan lawannya. Penyakit panas dilawan dengan obat dingin khasiatnya, dan penyakit
28
yang sifatnya sejuk diobati dengan ramuan yang berkhasiat panas. Hati pun demikian pula. Sebab-sebab yang mendatangkan suatu penyakit ke dalam hati diobati pula dengan lawannya. Penyakit bodoh dilawan dengan belajar, penyakit bakhil diobati dengan pemurah, penyakit sombong diobati dengan tawadlu. C. Dampak yang Ditimbulkan Penyakit Hati Semua orang sudah mengetahui, bahkan mungkin pernah merasakan, betapa buruknya akibat penyakit jasmani yang menimpa seseorang. Tetapi sebenarnya akibat penyakit hati lebih hebat lagi daripada itu. Sebab akibat penyakit hati amat banyak dan amat luas sekali jangkauannya. Apalagi kalau kita tinjau dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran agama Islam penyakit jasmani kalau dihadapi/ditahan dengan sabar akan memberikan pahala yang besar kepada yang menderita sakit dan yang merawatnya yaitu syurga. Karena itu, kalaupun akibat penyakit jasmani itu buruk, pada satu segi tetapi di segi lain ia membawa/memberikan keuntungan yang tak ada bandingannya di dunia ini. Tetapi bagi yang mempunyai penyakit hati, seperti yang diuraikan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang kita kemukakan pada bagian di atas, memberikan akibat yang buruk semua dan amat banyak serta luas sekali jangkauannya bagi masyarakat, bagi alam sekitar dan bagi kehidupan akhiratnya. Akibat-akibat penyakit hati itu adalah sebagai berikut:
29
1. Merongrong ketenangan: orang yang berpenyakit hati tidak akan dapat menikmati ketenangan hidup. Hal ini berarti mencelakakan dan meruntuhkan kebahagiaan. Hanya orang yang sehat hatinyalah yang dapat menikmati ketenangan dan kebahagiaan. 2. Menjauhkan diri dari Tuhan: penyakit hati dalam istilah lain disebut qabila, sifat buruk, sifat yang merusak akhlaqul karimah, akhlak yang tercela, sifatsifat dan sikap mental yang demikian itu tidak diridhai oleh Tuhan dan diperhitungkan sebagai dosa, misalnya munafiq, iri hati, sombong dan lain sebagainya. Dengan demikian memiliki sifat dan sikap tersebut berarti membuat diri dimurkai dan kian jauh dari Tuhan. 3. Melemahkan daya kerja; jika orang sehat hati dapat bekerja yang produktif dan bermutu, mencetak amal kebajikan sebanyak-banyaknya sebagai bakti terhadap Allah dan ihsan kepada sesama manusia, maka sebaliknya orang yang berpenyakit hati daya kerjanya lumpuh dan tidak sanggup melakukan sesuatu yang penting dan bernilai dalam pembangunan. 4. Menurut jasmani; psikiater dan ahli-ahli di bidang kesehatan pada umumnya sama berpendapat bahwa penyakit hati merusak pula organ-organ fisik misalnya jantung, ginjal dan lain sebagainya. Gangguan mental menyebabkan orang tidak enak makan dan tidak bisa tidur, suatu keadaan yang mengakibatkan kerusakan jasmani.
30
5. Menimbulkan psiko-neurose dan psikose: Apabila penyakit hati itu berlangsung lama (kronis) tanpa usaha pengobatan dan pencegahan, maka dapat meningkat menjadi kronis yang berbahaya bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, dengan timbulnya penyakit hati yang tersebut neurose, psikoneurose atau psikose. Pada mulanya kata neurose berarti ketidakberesan dalam susunan syaraf. Tetapi setelah ahli-ahli penyakit dan ahli-ahli psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah laku tidak dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental dimasukkan juga ke dalam istilah tadi dan menjadikan “psiko-neurose”. Apabila penyakit hati itu berat, sehingga pola tingkahnya sampai ke tahap membahayakan orang lain serta tidak memahami lagi kenyataan-kenyataan hidup, maka orang itu termasuk psikose. Inilah yang lazim disebut gila atau junun.44 Seperti telah dinyatakan di atas, bahwa penyakit hati ini merupakan dosa atau sebaliknya, dosa itu membawa penyakit hati. Memang kalau ditinjau dari segi ajaran Islam, semua macam penyakit hati yang telah kita uraian di atas, adalah tergolong dosa, bahkan merupakan dosa besar. Karena itu dapatlah ditinjau tentang akibat-akibat dosa itu. Adapun akibatakibat dosa itu menurut ajaran Islam amat banyak sekali. Tetapi di sini dikemukakan yang penting-penting, antara lain sebagai berikut: 44
Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, (Jakarta: Pn. Kalam Mulia, 1992), h. 85.
31
1. Merusak Jasmani dan Akal Kegelisahan itu dapat menyebabkan timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani yang amat berbahaya. Karena itu tidak mengherankan kalau dunia modern dipenuhi kegelisahan dan penyakit-penyakit yang amat membahayakan tersebut. Di samping itu kegelisahan menyebabkan hilangnya pertimbangan akal. Kalau pertimbangan akal sudah hilang orang akan berbuat kejam, brutal, ngawur, dan sebagainya. Karena itu kalau dunia modern dipenuhi pula oleh perbuatanperbuatan kejam, brutal, ngawur, dan perbuatan jahat lainnya tidaklah mengherankan pula. Dengan demikian berarti penyakit hati merusak jasmani dan akal manusia. Dan akibat kerusakan adalah perbuatan jahat. Dan lebih parah lagi orang mengobat kegelisahan itu dengan dosa-dosa besar pula, seperti minuman keras, judi, main perempuan dan sebagainya. 2. Merusak Iman Iman adalah rahmat Allah yang istimewa dan tertinggi nilanya, yang diberikan-Nya kepada manusia. Iman tidak dapat dinilai dengan seluruh materi yang ada dalam alam ini. Sebab iman itu kekal, sedang materi adalah fana. Yang kekal itu tidak dapat dinilai dengan fana. Tetapi karena dosa iman itu dapat hilang atau dicabut oleh Allah. Misalnya seseorang melakukan zina, mencuri dan minum minuman keras, dia bukan orang beriman lagi. Tetapi imannya hilang karena melakukan dosa. 3. Merusak hubungan dengan Allah Di atas telah kita uraikan, bahwa manusia akan ditimpa bencana di mana saja berada kecuali kalau mereka selalu mengadakan hubungan dengan Allah
32
dengan sesama manusia, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran (3) : 112 yakni:
(۱۱۲ : ﻋﻤﺮﺍﻥ )ﺍﻝ …. ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﻭﺣﺒﻞ ﺍﷲ ﻣﻦ ﺑﺤﺒﻞ ﺍﻻ ﺛـﻘـﻔﻮﺍ ﻣﺎ ﺍﻳﻦ ﻟﺔ ﺍﻟﺬ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺿﺮﺑﺖ 'Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.' (QA. Ali Imran (3) : 112). 45 Jadi apabila hubungan manusia dengan Tuhan sudah putus, maka kesengsaraan dan bencana yang akan menunggu. Tali perhubungan dengan Tuhan itu menurut ajaran agama Islam terutama adalah shalat. Tetapi apabila manusia memperbuat dosa, seperti minum minuman keras, maka sujudnya (shalatnya) itu tidak akan diterima oleh Allah selama 40 hari. Kalau Allah tidak menerima shalat kita, berarti juga Allah tidak menerima hubungan kita dengan-Nya. Apalagi kalau kita hubungkan dengan dosa yang menyebabkan hilangnya iman, maka Allah tidak akan mau berhubungan dengan orang yang tidak beriman. Dengan demikian jelaslah bahwa penyakit hati dapat merusak hubungan dengan Allah. 4. Merusak Hubungan dengan Manusia Telah kita ketahui, bahwa hubungan baik dengan sesama manusia termasuk faktor yang akan menentukan berbahagia atau sengsaranya manusia. Karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri, manusia baru dapat menjadi manusia kalau hidup di dalam masyarakat manusia. 45
Departemen Agama RI., op. cit., h. 94.
33
Oleh karena itu, dapat memutuskan hubungan manusia sebab tidak ada manusia yang senang bahkan sangat benci apabila dicela, didustai, dikhianati, hartanya dicuri, kehormatannya dilanggar dan sebagainya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. sangat mencela, bahkan si pencela itu dinyatakan sebagai orang fasiq. 5. Merusak Kebahagiaan Hidup Menurut ajaran Islam, kebahagiaan itu hanyalah akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman dan mengerjakan yang baik-baik saja. Tetapi apabila manusia mengerjakan dosa, maka kebahagiaan itu akan rusak, bahkan akan berganti menjadi kesengsaraan (azab). Sebagaimana firman Allah dalam AlQur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 81 yakni:
(۸۱ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺧﻠﺪﻭﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺭﻫﻢ ﺍﺻﺤﺐ ﻓﺎﻭﻟﺌﻚ ﺧﻄﻴﺌﺘﻪ ﺑﻪ ﻭﺃﺣﺎﻃﺖ ﺳﻴﺌﺔ ﻛﺴﺐ ﻣﻦ ﺑﻠﻰ '(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.’ (QS. Al-Baqarah (2) : 81). 46 Ayat ini tegas sekali menyatakan bahwa dosa akan menyengsarakan manusia. Dengan demikian berarti penyakit hati merusak kebahagiaan manusia. 6. Merusak Moral Manusia tidak dapat hidup secara manusia tanpa moral. Yang hidup tanpa moral itu adalah hewan, bagaimanapun juga manusia bukanlah hewan, karena itu 46
Departemen Agama RI., op. cit., h. 23.
34
kejahatan akan merusak moral. Oleh karena itu, dapatlah dipastikan bahwa penyakit hati akan merusak moral. Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa penyakit hati mengakibatkan tertutupnya hati manusia dari kebenaran, karena itu, kehidupannya akan menjadi sengsara. Dengan demikian berarti penyakit hati menyengsarakan manusia. Itulah akibat-akibat terpenting dari penyakit hati yang sungguh buruk dan luas sekali akibatnya.
BAB III AGAMA ISLAM
A. Pengertian dan Kandungan Agama Islam Perkataan agama berasal dari bahasa Sansekerta yang akar kata agama adalah gam. Dalam bahasa Belanda: ga, gaan dan dalam bahasa Inggris go, artinya pergi. Dalam agama Islam terdapat perkataan syariat dan tarikat artinya jalan. 47 Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu alDin, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tidak; gam = pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.48 Kata gam (pada agama) juga berarti “tuntunan”. Karena agama merupakan tuntunan hidup.49 Agama mengandung aturan-aturan dimana penganutnya menundukkan diri atas aturan itu. Penganut agama mengikat kebebasannya pada aturan agama, sehingga kehendaknya tunduk pada kehendak agama (kehendak Tuhan sebagai sumber agama). 47
Prof. H. Muhammad Daud Ali, S.H. Pendidikan Agama Islam, (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 35 – 36. 48
Prof. H. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Cet. VI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 12. 49
Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A, Dirasah Islamiah I, Semester I, 1995, h. 1..
35
36
Para ahli sulit mendefinisikan arti agama dalam maknanya yang hakiki. Namun sejumlah sarjana mendefinisikan agama yaitu: “Suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktek-praktek yang bertalian dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang dibolehkan dan dilarang. Kepercayaan dan praktek-praktek yang mempersatukan suatu komunitas moral. Semua mereka terpaut satu sama lain. (Durkheim).”50 Selanjutnya Yinger mendefinisikan agama sebagai: “Suatu sistem kepercayaan dan praktek dimana suatu kelompok manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia.” 51 Dari kedua definisi tersebut di atas nampak perbedaan pemaknaan terhadap agama. Durkheim menekankan makna agama pada segi peranannya sebagai pemersatu manusia dalam suatu lembaga keagamaan serta melalui ikatan moral keagamaan. Sedangkan Yinger lebih menekankan agama pada peranannya untuk memberikan jawaban terhadap kehidupan manusia di masa setelah meninggalkan dunia ini (kehidupan akhirat). Prof. Dr. Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu: a. Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. b. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. c. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. 50
Ibid..
51
Ibid..
37
d. Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. 52 Dalam istilah Al-Qur’an, agama disebut ﺍﻟﻴﻦ (agama) dan dain (utang) adalah dua kata dari akar yang sama, yang mempunyai kaitan makna yang sangat erat. Beragama berarti usaha mensyukuri anugerah-anugerah Tuhan. Dengan kata lain, membayar “utang” dan “budi baik” Tuhan kepada kita.53 Sebagaimana wahyu terakhir ketika Nabi saw wuquf (berada di Arafah) bertepatan dengan hari raya umat Yahudi dan Nasrani, pada saat umat Islam merayakan Idul Adha: Q.S. Al-Maidah (5) : 3:
(٣ : )ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ … ﺩﻳﻨﺎ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﻟﻜﻢ ﻭﺭﺿﻴﺖ ﻧﻌﻤﺘﻰ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺍﺗﻤﻤﺖ ﺩﻳﻨﻜﻢ ﻟﻜﻢ ﺍﻛﻤﻠﺖ ﺍﻟﻴﻮﻡ … '… Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telahkucukupkan kepadamu nikmat-Ku untukmu, dan telah Ku-ridhai Islam (penyerahan diri) menjadi agama untukmu…' (QS. Al-Maidah (5) : 3). 54 ""ﺍﻛﻤﻠﺖ diterjemahkan dengan "kusempurnakan" dan ""ﺍﺗﻤﻤﺖ yang diterjemahkan dengan kucukupkan,ﺍﻛﻤﻠﺖ diartikan dengan menghimpun banyak hal yang kesemuanya sempurna dalam satu wadah yang utuh." Sedangkan ﺍﺗﻤﻤﺖ diartikan dengan menghimpun banyak hal yang belum sempurna sehingga menjadi sempurna. 55
52
Prof. Dr. H. Jalaluddin, op. cit., h. 13..
53
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Lentera Hati (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h. 42..
54
Departemen Agama RI., op. cit., h. 157.
55
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. op. cit.
38
"Agama" disempurnakan, sedangkan "nikmat" dicukupkan. Ini berarti bahwa petunjuk-petunjuk agama yang beraneka ragam itu semuanya dan masingmasingnya te;ah sempurna. Jangan menduga petunjuk shalat, zakat, nikah, jual beli, dan sebagainya yang disampaikan oleh Al-Qur’an masih mempunyai kekurangan-kekurangan. Semua telah sempurna dan dihimpun dalam satu wadah yaitu ﺩﻳﻦ atau dinamai dengan agama Islam. "Nikmat" telah dicukupkan. Memang banyak nikmat Tuhan, misalnya kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keturunan, dan sebagainya. Tetapi, jangan menduga bahwa masing-masing telah sempurna. Kesemuanya ini, walaupun digabungkan, masih akan kurang. Baru sempurna apabila ia dihimpun bersama dengan apa yang turun dari langit berupa petunjuk-petunjuk Ilahi. Petunjukpetunjuk itulah ketika digabungkan dengan anugerah-anugerah semacam kesehatan, kekayaan dan sebagainya yang menjadikan nikmat-nikmat yang sempurna. Bila kita memperoleh kekayaan tanpa agama, maka betapapun banyaknya ia tetap kurang demikian pula yang lain. Sayang, kita tak mampu membayar tuntas dan sempurna, karena terlalu banyaknya anugerah tersebut, sampai-sampai kita tidak dapat lagi menghitungnya. Maka untuk menampakkan i’tikad baik kita kepada-Nya, kita datang menghadap dan menyerahkan segala apa yang kita miliki sambil berkata: "Ya Allah aku tak mampu membayar utangnya, karenanya aku datang menyerahkan wajahmu kepada-Mu. Aslamtu Wajhi ilaika. Inilah Islam, dalam arti penyerahan diri kepada
39
Allah. Syukurlah, Allah menerima pembayaran yang demikian, dan dinyatakan secara resmi penerimaan tersebut pada wahyu terakhir itu: Telah kuridhai (kuterima dengan puas dan senang) Islam (penyerahan dirimu) sebagai agama (pembayaran utang). Menurut Dr. Syeikh Mustafa Al-Ghalayaini, agama adalah penyuluh yang mengantarkan manusia ke arah kemajuan dan keluhuran serta kemuliaan. Jika agama itu benar dan diridhai oleh Allah yang Maha Esa.56 Menurut gambaran Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering "terdapat di mana-mana", dan agama berkaitan dengan usaha-usaha untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia.57 Islam berarti ketuntukan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan (kepada kehendak Allah).58
56
Dr. Syeikh Mustafa Al-Ghazalayaini, Izhatun Naasyi’in (Membentuk Akhlak) Penerjemah K.H. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Pustaka Setia, Cet. I, Bandung, 2001), h. 87. 57
Prof. Dr. H. Jalaluddin, op. cit., h. 237..
58
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., op. cit., h. 49..
40
Imam Ali mengatakan, "Islam bermakna kepasrahan dan kepasrahan berarti keyakinan.59 Menurut Hasan Al-Banna Islam adalah sebuah sistim universal yang meliputi seluruh realitas hidup. Islam mencakup negara dan tanah air atau pemerintahan dan rakyat. Islam merupakan tata moral dan kekuatan atau hak dan keadilan. Islam adalah harta benda dan materi atau kerja usaha dan kekayaan. Islam juga merupakan jihad perjuangan dan seruan dakwah atau militer dan pemikiran (strategi), sebagaimana Islam juga merupakan keyakinan (akidah), ibadah yang benar lagi lurus. 60
(۸٩ : )ﺍﻟﻨﺤﻞ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺑﺸﺮﻯ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻭﻫﺪﻯ ﺷﻴﺊ ﻟﻜﻞ ﺗﺒﻴﻨﺎ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻋﻠﻴﻚ …ﻭﻧﺰﻟﻨﺎ "… Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An. Nahl (16) : 89). 61 Kata “Islam” adalah nama dari agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw; begitulah nash-nash Al-Qur’an dan Assunnah menjelaskan. Kata “Islam” dikenakan juga sebagai sifat dari orang yang masuk Islam. Jika hati dan anggota badan manusia telah menyerahkan diri kepada Allah dalam semua
59
Murthada Muthahhari dan S.M.H. Thabathaba’i, Light Within Me (Bagian I dan II; Penerbit Islamic Seminary Publication, London), Penerjemah, M.S. Nasrullah (Cet. II, 1997), Bandung: Pustaka Hidayah dengan judul Tahap-tahap Perjalanan Spiritual¸h. 9. 60
Said Hawwa, Tarbiyatur Ruhiyah (Jalan Ruhani), (Cet. II; Darus Salam Mesir, 1983), Penerjemah Drs. Khairul Rafie M dan Ibnu Thaha Ali (Cet. II; Mizan: Bandung, 1995), h. 31. 61
Departemen Agama RI., op. cit., h. 45.
41
kewajiban (taklif) lahir ataupun batin yang telah dibebankan kepadanya, berarti dia adalah seorang muslim yang sebenarnya.
(۲۲ :)ﺍﻟﺰﻣﺮ … ﻣﻨﺮﺑﻪ ﻧﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﻓﻬﻮ ﺳﻼﻡ ﻟﻚ ﺻﺪﺭﻩ ﺍﷲ ﺷﺮﺡ ﺍﻓﻤﻦ 'Maka apabila orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapatkan cahaya dari Tuhannya …' (QS. Az-Zumar (39) : 22). 62 Namun, jika yang berserah diri itu hanyalah anggota badan tanpa hati, berarti dia adalah orang munafik selama masih tetap hidup demikian. Sebab iman itu adalah keyakinan atau kebenaran qalbu berikut ketundukan, sebagaimana juga merupakan keimanan qalbu dan pengejawantahannya yang berupa amal nyata. Iman yang demikian itulah yang disebut iman sempurna yang bersemayam dalam qalbu dan dibenarkan oleh perbuatan nyata.
ﻳﺘﻮ ﺭﺑﻬﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻳﻤﻨﺎ ﺯﺍﺩﺗﻬﻢ ﺍﻳﺘﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺗﻠﻴﺖ ﻭﺍﺫﺍ ﺑﻬﻢ ﻗﻠﻮ ﻭﺟﻠﺖ ﺍﺫﺍﺫﻛﺮﺍﷲ ﻟﺬﻳﻦ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ ﺍﻧﻤﺎ (٤ - ۲ :)ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ … ﺣﻘﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ ﻫﻢ ﺍﻭﻟﺌﻚ .ﻳﻨﻔﻘﻮﻥ ﺭﺯﻗﻨﻬﻢ ﻭﻣﻤﺎ ﺍﻟﺼﻠﻮﺓ ﻳﻘﻴﻤﻮﻥ ﺍﻟﺬﻳﻦ .ﻛﻠﻮﻥ "Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ekpada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya…” (QS. AlAnfal (8) : 2 – 4). 63
ﺍﷲ ﺳﺒﻞ ﻓﻰ ﻭﺍﻧﻔﺴﻬﻢ ﺍﻟﻬﻢ ﺑﺎﻣﻮ ﻭﺟﻬﺪﻭﺍ ﻳﺮﺗﺎﺑﻮﺍ ﻟﻢ ﺛﻢ ﻟﻪ ﻭﺭﺳﻮ ﺑﺎﷲ ﺃﻣﻨﻮﺍ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻨﻮﻥ ﺍﻟﻤﺆ ﺍﻧﻤﺎ (۱٥ :)ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ ﺍﻟﺼﺪﻗﻮﻥ ﻫﻢ ﺍﻭﻟﺌﻚ 62
Ibid., h. 749.
63
Ibid., h. 260.
42
'Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta danjiwa pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar'. (QS. Al-Hujarat (49) : 15. 64
… ﺑﻜﻢ ﻗﻠﻮ ﻓﻰ ﻳﻤﻦ ﺍﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﻭﻟﻤﺎ ﺍﺳﻠﻤﻨﺎ ﻟﻮﺍ ﻗﻮ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﺆﻣﻨﻮﺍ ﻟﻢ ﻗﻞ .ﺃﻣﻨﺎ ﻋﺮﺍﺏ ﺍﻻ ﻗﺎﻟﺖ .(۱٤ :)ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ "Orang-orang Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman katakanlah kepada mereka, kamu belum beriman, tetapi katakanlah, kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu…" (QS. Al-Hujurat (49) : 14). 65 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan iman adalah keyakinan dan ketundukan qalbu berikut amal nyata yang dilakukan oleh anggota badan sebagai pengejawantahan dari keyakinan tersebut. Jadi iman yang sempurna sama dengan Islam yang sempurna; keduanya bermakna tunggal. Sebab Islam yang sempurna adalah keyakinan atau pembenaran qalbu dan keyakinan atau pembenaran anggota badan. Tentang hal ini Al-Qur’an berkata:
(٣٦-٣٥ :)ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺑﻴﺖ ﻏﻴﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﻧﺎ ﻭﺟﺪ ﻓﻤﺎ .ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻣﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻓﺎﺧﺮﺟﻨﺎ "Lalu Kami keluarkan orang-orang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu, dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang bersreah diri." (QS. Adz-Dzariyat (51) : 35 – 36).66 Mereka itu adalah Muslim sekaligus Mukmin. Keimanan mereka adalah keislamannya itu sendiri. Mereka adalah orang-orang mukmin yang sempurna sekaligus orang-orang muslim yang sempurna, maka Islam yang sempurna adalah iman yang sempurna. 64
Ibid., h. 848
65
Ibid.,
66
Ibid., h. 860 –861.
43
Agama Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasil-Nya mula-mula di Mekkah kemudian di Medinah selama dua puluh tiga tahun. 67 Makna perkataan Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu. Manfaatnya, bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya. Kehendak Allah telah disampaikan oleh malaikat Jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya berupa wahyu. Rasul pun telah memberi penjelasan, petunjuk dengan contoh bagaimana memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah beliau. Sebagai agama wahyu terakhir, agama Islam merupakan satu sistem akidah dan syariah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Agama dari segi sumbernya dapat dibedakan atas dua, yaitu: agama samawy dan agama wadhiy. Agama samawy adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya kepada ummat tertentu. Islam adalah agama samawy terakhir yang tidak lagi ditujukan kepada bangsa/umat tertentu melainkan kepada semua umat manusia di segala zaman. Seedangkan agama wadhiy adalah agama 67
Prof. H. Mohammad Daud Ali, SH., op. cit., h. 383.
44
yang diciptakan oleh seorang tertentu, atau agama yang merupakan hasil suatu kebudayaan bangsa tertentu kemudian berkembang menjadi suatu sistem kepercayaan dan tata cara ritual tertentu. Agama seperti ini, misalnya agama Tao (dibawa oleh Taoteking), agama Budha (dibawa oleh Sidharta Budha Gautama) dan sebagainya. Dalam sistem kepercayaan, agama dibedakan atas agama politeisme dan monoteisme. Politeisme adalah kepercayaan yang meyakini banyak Tuhan atau penguasa yang menguasai alam semesta, sedangkan monoteisme adalah sistem kepercayaan yang hanya mengakui adanya Tuhan yang Esa. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang diperoleh dari Allah melalui wahyu. Al-Qur’an menyatakan bahwa Islam adalah agama yang benar di sisi Allah, ia adalah agama yang diridlai Allah. Dalam Al-Qur’an dikatakan:
(۱٩ :ﻋﻤﺮﺍﻥ )ﺍﻝ … ﺍﻻﺳﻼﻡ ﺍﷲ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻥ "Sesunghnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam … (QS. Ali Imran (3) : 19). 68
(۱۲٥ : )ﺍﻟﻨﺴﺎء … ﺣﻨﻴﻔﺎ ﻫﻴﻢ ﺍﺑﺮﺍ ﻣﻠﺔ ﻭﺍﺗﺒﻊ ﻣﺤﺴﻦ ﻭﻫﻮ ﺍﷲ ﻭﺟﻬﻪ ﺍﺳﻠﻢ ﻣﻤﻦ ﺩﻳﻨﺎ ﺍﺣﺴﻦ ﻭﻣﻦ "Siapa yang mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri (aslam) kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim (agama) yang sebenarnya … (QS. An-Niza’ (4) : 125). 69 68
Departemen Agama RI., op. cit., 78.
69
Ibid., h. 142
45
Ayat yang terakhir ini menjelaskan bahwa pada hakikatnya para Nabi itu semuanya penganut Islam (Muslim) sebagai agama yang haq di sisi Allah, misalnya dalam ayat lain dikatakan:
ﻭﻣﺎ ﺳﺒﺎﻁ ﻭﺍﻻ ﻭﻳﻌﻘﻮﺏ ﻭﺍﺳﺤﻖ ﻋﻴﻞ ﻭﺍﺳﻤﺎ ﻫﻴﻢ ﺍﺑﺮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﺰﻝ ﻭﻣﺎ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺍﻧﺰﻝ ﻭﻣﺎ ﺑﺎﷲ ﺍﻣﻨﺎ ﻗﻞ (۸٤ :ﻋﻤﺮ )ﺍﻝ ﻣﺴﻠﻤﻮﻥ ﻟﻪ ﻭﻧﺤﻦ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﺣﺪ ﺑﻴﻦ ﻻﻧﻔﺮﻕ ﺭﺑﻬﻢ ﻣﻦ ﻭﺍﻟﻨﺒﻴﻮﻥ ﻭﻋﻴﺴﻰ ﺳﻰ ﻣﻮ ﺍﻭﺗﻰ "Katakanlah: “Kami beriman (percaya) kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dananak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (QS. Ali Imran (3) : 84). 70 Dari ayat di atas menunjukkan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Tetapi dalam perkembangan agama Yahudi dan Kristen mengalami perubahan sehingga timbul perbedaan dari ketiga agama itu. Islam adalah agama Allah yangdiwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. dan ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal).71 Islam adalah agama yang paling terakhir diturunkan, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Hakikat Islam adalah penyerahan diri kepada Allah Swt, tempat menyatakan segala pujian, rasa syukur dan tempat menyerahkan segala alam perbuatan seorang muslim. Di samping itu, Islam mengajarkan tentang tata cara berhubungan dengan sesama manusia dan alam semesta. Dengan demikian 70
Ibid., h. 90..
71
Sayyid Sabiq, Aqidah Islam (Cet. X; CV. Diponegoro, Bandung, 1997), h. 15.
46
peranan Islam dalam kehidupan manusia adalah menyelaraskan hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Manusia sejak kelahirannya di permukaan bumi ini telah dibekali dengan fitrah beragama (Lihat surat Ar-Rum (3) ayat 30:
.ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺫﻟﻚ .ﺍﷲ ﻟﺨﻠﻖ ﻳﻞ ﻻﺗﺒﺪ .ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻄﺮﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻟﺘﻰ ﺍﷲ ﻓﻄﺮﺕ .ﺣﻨﻴﻔﺎ ﻟﻠﺪﻳﻦ ﻭﺟﻬﻚ ﻗﻢ ﻓﺎ (٣۰ :)ﺍﻟﺮﻭﻡ ﻻﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻛﺜﺮﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻟﻜﻦ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) firman Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitra Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum (30). 72 Dengan fitrah itu, manusia membutuhkan agama dan merindukan Zat yang menciptakan alam. Pada hakikatnya fitrah itu adalah kecondongan mencari perlindungan kepada sesuatu yang dipandangnya lebih tinggi dan lebih berkuasa dari diri manusia. Namun tanpa arahan agama, manusia menyalurkan fitrahnya pada pencarian kekuatan yang berasal dari alam itu sendiri, misalnya: pemujaan terhadap gunung, hewan, pemujaan terhadap sesama manusia (kultus individu), pemujaan terhadap kebangsaan atau ideologi yang dipandang mutlak. Karena itu, paham seperti komunisme dan paham lain yang dimutlakkan, oleh para ilmu agama digolongkan sebagai pseudo agama (agama palsu).
72
Departemen Agama RI., op. cit., h. 645.
47
Kandungan Agama Islam 1. Aqidah (keimanan/Ketuhanan) Aqidah dalam bahasa Arab menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan.73 Aqidah ialah dasar-dasar keyakinan Islam. Keyakinan itu dalam agama Islam menjadi inti agama, berarti bahwasanya agama tanpa keyakinan/ kepercayaan bukanlah agama. Jadi dalam agama Islam ada kepercayaankepercayaan yang harus diimankan oleh pemeluknya yang disertai dengan keinsyafan dan kesadaran, timbul dari hati nurani yang sebenar-benarnya. Tidak karena terpaksa. Karena memang tidak ada paksaan dalam agama Islam.
(۲٥٦ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ … ﻓﻯﺎﻟﺪﻳﻦ ﺍﻛﺮﺍﻩ ﻝ “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…” (QS. Al-Baqarah (2) : 256). 74 Kata-kata aqudah diambil dari Al-Qur’an:
(۱ :)ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ … ﺑﺎﻟﻌﻘﻮﺩ ﺍﻭﻓﻮﺍ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺂﻳﻬﺎ “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…” (Qs. AlMaidah (5) : 1). 75
(٤ : )ﺍﻟﻔﻠﻖ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﻔﺜﺖ ﺷﺮ ﻭﻣﻦ "Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul” (QS. Al-Falaq (113) : 4). 76 73
Prof. H. Moh. Daud Ali, S.H., op. cit., h. 199.
74
Departemen Agama RI., op. cit., h. 63.
75
Ibid., h. 156.
48
Aqidah-aqidah yang harus kita percayai seperti percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhirat serta qadha dan qadar (takdir). Intisari ajaran Islam adalah kepercayaan kepada keesaan Allah dan mengibadati-Nya dengan penuh keihlasan sesuai dengan apa yang digariskan dalam kitab suciNya dan sunnah Rasul-Nya. Al-Qur’an pertama-tama mengajarkan bahwa Allah sebagai pencipta manusia (seperti pada ayat pertama turun: QS. Al-‘Alaq (96): 1-5.
ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻋﻠﻢ .ﺑﺎﻟﻘﻠﻢ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺬﻯ .ﺍﻻﻛﺮﻡ ﻭﺭﺑﻚ ﺍﻗﺮﺃ .ﻋﻠﻖ ﻣﻦ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﺧﻠﻖ .ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺬﻯ ﺭﺑﻚ ﺍﻗﺮﺃﺑﺎﺳﻢ (۱ - ٥ :)ﺍﻟﻌﻠﻖ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻠﻢ “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajar (manusia) dengan merantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya …” (Q.S. Al-Alaq (69): 1-5). 77 Al-Quran mengajarkan tentang aspek ajaran ketuhanan karena merupakan landasan keberagamaan. Dengan iman kepada Allah tersebut manusia mempunyai pegangan utama dalam menjalani kehidupannya. Ajaran keimanan dalam AlQur’an, oleh Khursyid Ahmad menyimpulkan sebagai berikut: a) Allah benar-benar ada, dan manusia serta semua yang ada di dunia ini tercipta semata-mata karena kehendak-Nya. 76
Ibid., h. 1120
77
Ibid., h. 1079,
49
b) Tidak mungkin ada dua Pencipta, dan hanya Allah sajalah Zat Maha Pencipta. Segala sesuatu datang dari-Nya dan kelak akan kembali kepada-Nya. Oleh sebab itu segala ciptaan yang ada di alam ini hanyalah merupakan bukti kekuasaan dan keagungan sifat-sifat-Nya. c) Hubungan antara Allah dengan manusia ibarat majikan dengan pembantunya. Manusia merupakan bukti tertinggi eksistensi Allah. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyembah sesuatu selain-Nya akan mendapat dosa teramat besar. d) Selain tiga aspek tersebut di atas, iman kepada Allah diwujudkan dengan menerima ajaran Allah dan hal tersebut hanya mungkin terlaksana apabila manusia mempercayai Muhammad SAW. sebagai utusan Allah. e) Sebagai utusan Allah yang terakhir dan terbesar, kedatangan Muhammad SAW telah diramalkan diberitahukan oleh para Rasul sebelumnya, yakni tentang siapa kelak yang akan menerima wahyu terakhir dan yang tersempurna. f) Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang benar-benar menjadi idaman setiap manusia, utusan Allah yang sempurna dan seimbang, yang cita-cita dan tindakannya merupakan perwujudan sifat-sifat Allah yang luhur. g) Mempercayai kenabian Muhammad berarti menerima kenabian para utusan Allah (Rasul) sebelumnya.
50
h) Mempercayai beliau berarti juga percaya bahwa Al-Qur’an memuat seluruh wahyu yang menyeru manusia untuk beribadah kepada-Nya, sesuai dengan cara yang ditentukan, dengan cara mengikuti sabda, tindakan serta perkenaan Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan hadis atau sunnah. i) Percaya kepada beliau berarti juga percaya kepada malaikat-Nya, yang masing-masing memiliki tugas. Sebagaimana yang dijelaskan dalam AlQur’an.78 Apa yang ditempatkan manusia dan apa yang telah dilaksanakan olehnya dalam kehidupannya di dunia ini adalah merupakan suatu pernyataan dari kenyataan akidah atau kepercayaan. Jikalau akidah yang terpatri dalam jiwanya itu baik dan benar, maka baik dan benar pulalah jalan yang ditempuhnya serta lurus dalam mengerjakannya. Tetapi jikalau akidah itu rusak dan salah, maka jalan yang ditempuhnya pun rusak, sesat dan menyeleweng dari kebenaran. Oleh sebab itu, maka akidah tauhid dan keimanan adalah suatu hal yang mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat ditinggalkan oleh siapapun, agar supaya seseorang itu dapat mencapai kesempurnaan kepribadian dan pula merealisasikan kemanusiaannya itu sendiri. Dakwah ke arah akidah itu adalah suatu hal yang pertama kali diterapkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Itulah yang dijadikan sebagai fundamental 78
Prof. Dr. h. Moh. Natsir Mahmud, M.A, op.cit., h. 9.
51
yang terletak sebagai dasar dalam memperoleh pembangunan mental dari umat Islam yang nantinya akan mendasarkan segala sesuatunya atas landasan Islam yang murni. Bukan hanya oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sendiri hal yang sedemikian itu dilaksanakan tetapi bahkan oleh seluruh utusan Allah SWT. Sebabnya yang demikian itudibina lebih dulu ialah karena dengan meresapnya akidah itu dalam jiwa manusia, maka manusia itu akan lebih tinggi dan lebih mulia dari materi-materi keduniaan atau yang dibuat-buat oleh sesama manusia. Itulah pula yang akan dijadikan tujuan untuk mengarah ke jalan kebaikan dan keluhuran, kesucian dan kemuliaan. Apabila akidah yang benar itu sudah dapat menguasai jiwa, maka ia pun akan membuahkan segala macam sifat keutamaan bagi manusia itu sendiri. Bukan hanya keutamaan, tetapi sekaligus disertai dengan keluhuran dan ketinggian akhlak, seperti keberanian, kedermawanan, toleransi atau lapang dada, ketenangan menghadapi segala persoalan, tidak mementingkan diri sendiridan suka berkorban untuk kepentingan masyarakat. Penetapan akidah ini dalam jiwa itulah yang dapat mendidik kehidupan seseorang dan yang meninggikan nilai-nilainya, bahkan itu pula yang merupakan jalan untuk mencapai bahagia. Firman Allah dalam surat An-Nahl (16): 97:
52
“Barangsiapa yang beramal shalih, baik ia laki-laki atau perempuan dan ia beriman, maka pastilah Kami (Allah) akan memberikan kehidupan padanya dengan kehidupan yang bahagia (baik)…” (Q.S. An-Nahl (16): 97).79 Aqidah keimanan ini memberikan didikan terhadap kaum mukminin yang menyebabkan jiwa menjadi suci, bersih dan murni, dilenyapkan dari segala macam penyakit hati seperti dengki, dendam, congkak, bangga diri, kefasikan, kecurangan, penganiayaan, sewenang-wenang, keras hati, kasar, mementingkan diri sendiri dan sebagainya. Juga aqidah itu pula yang dapat membersihkan kaum mukmin itu dari kotoran didikan dan daki yang merusakkan. Serta bahayanya watak yang rendah dan juga dari kejahatan pusaka adat istiadat yang hina, memerdekakan diri dari segala macam khurafat, khayalan dan angan-angan buruk. 2. Akhlaq (Ajaran Moral) Perkataan akhlak dalam bahasa Indoensia berasal dari bahasa Arab Akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-khuluq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahanperubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk.80
79
Departemen Agama RI. op. cit., h. 417.
80
Prof. H. Moh. Daud Ali, S.H., op. cit., h. 346.
53
Secara etimologi (kebahasaan) akhlak berasal dari kata ﺧﻠﻖ “khalaqa”, berarti adat istiadat, perangai, tingkah laku, tabiat, perbuatan. Dapat digaris bawahi: “yang dimaksud akhlaq ialah sifat yang dibawa sejak lahir.” 81 Dalam pendekatan terminology, menurut Al-Ghazali akhlaq adalah : “Akhlak ialah sifat yang tertanam atau melekat dalam jiwa dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan (pemikiran dan pertimbangan tanpa diteliti).” 82 Akhlak dalam Kamus Bahasa Indonesia, ialah diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa diartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama(, terambil dari bahasa mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.” 83 Sasaran Akhlak a. Akhlak terhadap Allah (Khalik)
Titik tolak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak mampu menjangkau hakikatNya. Q.S. An-Naml (27): 93:
81
Drs. H.M. Arfah Shiddiq, M.A. dan Dra. Nurul Fuadi, M.A, Akhlaq dan Tasawuf, LDSI YBW UMI, Makassar, 1996, h. 2. 82
Dra. Ummu Kalsum, Mata Kuliah Semester VI Akhlak Tasawuf, 1998.
83
Dr. M. Quraish Shihab, M.A, op.cit, h. 253.
54
“Dan katakanlah: “segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan tuhanmu tiada lali dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. An-Naml (27): 93). 84 b. Akhlak terhadap sesama manusia “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)” (Q.S. Al-Baqarah (2): 263). 85 c. Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binantang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
“Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu” (Q.S. Az-Zukhruf (43): 13).86 3. Syari’ah (Hukum-hukum Syara’) Makna asal syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air. Menurut Mohammad Idris As-Syari’I dalam kitab Ar-Risalah Syari’at adalah peraturan 84
Departemen Agama RI. op. cit., h. 605.
85
Ibid. h. 66
86
Ibid., h. 795
55
peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia.87 Syari’ah atau syar (jalan menuju ke sumber mata air), yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan secara harfiah kata kerja syara’a berarti menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air.” Dalam pemakaiannya yang bersifat religius, kata ini mempunyai arti: “jalan kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang diungkapkan secara fungsional dan dalam makna yang konkrit yang ditujukan untuk mengarhkan kehidupan manusia.88 Dalam pengertian istilah, syariat adalah aturan-aturan yang ditetapkan Allah dalam kitab suci-Nya yang dijabarkan dalam hadis. Rasulullah tentang tata cara berkomunikasi dengan Allah (ibadah) dan tata cara mengatur pergaulan hidup manusia dalam berbagai aspeknya serta aturan yang mengatur perlakuan manusia terhadap alam sekitarnya. Memadukan antara aqidah, moralitas (akhlak) dan pelaksanaan aturanaturan syara’ (syariah) sebagai wujud kesempurnaan manusia dan disebut dengan muttaqin. B. Sumber Ajaran Agama Islam Ajaran agama Islam bersumber dari Al-Qur’an yang memuat wahyu Allah dan Al-Hadis yang memuat sunnah Rasulullah. 87
Prof. H. Moh. Daud Ali, S.H., op. cit., h. 235.
88
Prof. Dr.H.Moh. Natsir Mahmud, M.A, op. cit., h. 13.
56
1. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang tiada tandingannya (mu’jizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. penutup para Nabi dan rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril alaihis salam, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas. 89 Secara esensial Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. mengandung hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Diantara tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk menjadi hudan bagi ummat manusia dalam menata kehidupan mereka. Selain itu Al-Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW. yang mampu mengantisipasi segala persoalan apabila manusia dapat mengkaji dan meneliti secara mendalam AlQur’an sebagai kibat suci yang terjaga dan terpelihara kebenarannya sebagai petunjuk dalam memberi penyembuhan terhadap penyakit-penyakit yang bersaranng dalam dada settiap orang yang beriman, seperti dengki, sombong, iri hati, putus asa dan sebagainya. 89
Mohammad Aly Ash-Shabuny, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, (Cet. I; Beirut Libanon: Pn. Dar-Irsyad, 1970 (Pengantar Study Al-Qur’an) alih bahasa, Drs. Moh. Chudlori Umar: Drs. Moh. Matsna (Cet. I, Bandung: Pn. Al-Ma’arif, 1984, h. 18.
57
Al-Qur’an mengintrodusir dirinya sebagai al-Syifa’ yakni penyembuh dan penawar penyakit-penyakit rohani disebutkan tiga kali, yaitu: a. Surat Al-Isra (17) ayat 82 “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”(Q.S. Al-Isra’ (17): 82) 90 b. Surat Yunus (10) ayat 57: “Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus (10): 57). 91 c. Surat Fushshilat, ayat 44: “…Katakanlah! Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orangorang yang beriman …” (Q.S. Fushshilat (41): 44). 92 Kata Al-Syifa’ menurut Ash Shihab adalah sebagai kata hiasan yang menyerupai kekafiran itu dinisbahkan dengan penyakit, (Al-Qasimy, Juz x, h. 39). Sedangkan Arraz mengatakan “Ketahuilah bahwa Al-Qur’an itu adalah penyembuh penyakit rohani dan jasmani.” Selanjutnya Al-Maraghi menafsirkan 90
Departemen Agama RI. op. cit., h. 437
91
Ibid., h. 315.
92
Ibid., h. 779
58
kata Al-Syifa adalah apa-apa yang dapat menyembuhkan penyakit keraguan kefasikan dan juga sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, mengamalkan apa yang difardhukan, menghalalkan yang telah dihalalkan, mengharamkan apa yang telah diharamkan. (Al-Maraghi, juz XIII, h. 86). 93 Dari penjelasan-penjelasan ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Salah satu fungsi Al-Qur’an ialah sebagai penawar dan penyembuh bagi suatu penyakit. b Penyakit yang dapat disembuhkan oleh Al-Qur’an titik beratnya adalah penyakit-penyakit yang terdapat dalam dada (Fi Al-Shudur). c. Karena kemukjizatan Al-Qur’an, maka tidak menutup kemungkinan dapat menyembuhkan penyakit jasmaniah. d. Obyek penyembuhan hati yang tercantum dalam Al-Qur’an hanyalah orangorang yang beriman. Al-Qur’an yang sering kita peringati nuzulnya ini bertujuan antara lain: (1) Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan seru sekalian alam. (2) Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. 93
Drs. H. Ruddin Emang, M.Pd, op. cit.
59
(4) Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerjasama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (5) Untuk membasmi kemiskinan material dan spritual. (6) Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang. (7) Untuk menekan peranan ilmu dan teknologi yang sejalan dengan fitrah manusia.94 2. Al-Hadits Al-hadist adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-Qur’an di atas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh rasulullah dengan sunnah beliau Perkataan hadis menurut pengertian kebahasaan ialah berita atau sesuatu yang baru. Dalam ilmu hadis istilah tersebut berarti segala perkataan, perbuatan dan sikap diam Nabi tanda setuju (taqrir). Dalam surat an-Nahl (16) ayat 44 kalimat kedua Allah menyatakan, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu (Muhammad) menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka…”. Ada tiga peranan al-hadits disamping al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam alQur’an. Kedua, sebagai penjelasan isi al-Qur’an. Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tiak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam alQur’an. 94
Dr. M. Quraish Shihab, M.A., op. cit., h. 12-13.
60
Ada ucapan nabi yang disebut hadis Qudsi yang tidak menjadi bagian alQur’an, Allah berbicara melalui Nabi, disampaikan dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadis Qudsi berisi petunjuk tentang kehidupan, spiritual (kerohanian), tidak membahas soal-soal politik dan sosial dalam kehidupan. Isi hadis Qudsi kebanyakan tentang hubungan langsung antara manusia dan Tuhan. Jadi hadis ini mengisyaratkan perlunya dilakukan ijtihad dalam masalahmasalah yang belum ada ketentuan hukumnya yang jelas dari Qur’an dan hadits. Al-hadits atau as-sunnah adalah segala ucapan atau perkataan (perbuatan) atau perilaku, sifat-sifat, atau hal-ihwal dan penetapan Rasululah Saw. hadits merupakan dasar yang kedua dari ajaran Islam sesudah Al-Qur’an, kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti rasulullah Saw sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr (59): 7:
(۵٩ :)ﺍﻟﺤﺸﺮ .ﻓﺎﻧﺘﻬﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻧﻬﻜﻢ ﻭﻣﺎ ﻓﺨﺬﻭﻩ ﺍﺭﺳﻮﻝ ﺍﺗﻜﻢ ﻭﻣﺎ "Apa yang diberikan (diawakan) kepadamu oleh rasulullah hendaklah kau ikuti dan apa yang dilarang hendaklah kau hindari.” (QS. Al-Hasyr (59) : 7). 95 Dalam ayat lain surat At-Taqhabun (64): 12 kita diperintahkan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
(۱۲ :)ﺍﻟﺘﻐﺎﺑﻦ .ﺍﻟﻤﺒﻴﻦ ﺍﻟﺒﻠﻊ ﻟﻨﺎ ﺭﺳﻮ ﻋﻠﻰ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻟﻴﺘﻢ ﺗﻮ ﻓﺎﻥ .ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻭﺍﻃﻴﻌﻮﺍ ﺍﷲ ﻭﺍﻃﻴﻌﻮﺍ Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhynya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS. At-Taghabun (64) : 12). 96 95
Departemen Agama RI., op. cit., h. 916..
96
Ibid., h. 942
61
C. Fungsi dan Peranan Kedudukan Agama Islam bagi Umat Manusia Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dan kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain: 1. Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang.
2. Berfungsi penyelamat dunia dan akhirat 3. Berfungsi sebagai perdamaian. Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. 4. Berfungsi sebagai social control. Para penganutnya menganggap ajaran agama sebagai norma. 5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas (rasa memiliki). 6. Berfungsi transformatif; ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. 7. Berfungsi kreatif. Memotivasi dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif untuk kepentingan diri dan orang lain. 8. Berfungsi sublimatif. Mengkuduskan segala usaha manusia yang bersifat ukhrawi dan duniawi. 97
97
Prof. Dr. H. Jalaluddin, op. cit., h. 245-247.
62
Peranan Agama Islam bagi Umat manusia Nilai agama sangat mendasar untuk keselamatan dunia dan akhirat (Q.S. Al-Qashash (28): 77: hal. 623) dan (Q.S. Al-Muajadalah (58): 11: hal. 910-911). Agama bukan ciptaan tangan manusia. Orang yang beragama atau tidak, bukan berarti mengurangi kekuasaan dan kebenaran agama itu sendiri. Agama datang untuk menyempurnakan kehidupan manusia secara utuh dan tegas tidak membawa orang terombang-ambing dalam menata kehidupannya. Peran serta agama sebagai berikut: a. Untuk menyelamatkan aqidah, justru itu haram berperilaku musyrik. (Q.S. Lukman (31): 13: hal 654), Q.S. Al-Hajj (22): 31: hal 516, Q.S. Az-Zumar (39): 65-66: hal 755). b. Selanjutnya agama Islam menyelamatkan akal/kecelakaan berfikir. c. Agama Islam menyelamatkan jiwa raga sangat menjunjung tinggi dan menghormati arti sebuah nyawa manusia. (Q.S. Al-Maidah (5): 32,42). d. Peran serta agama Islam pada umat manusia bagaimana melanjutkan keturunan yang saleh dan salehah, sebagai wujud nyata melestarikan dan memakmurkan bumi dengan segala isinya. (Q.S. An-Nur (24): 32-33) e. Peran serta agama Islam pada umat manusia bagaimana mewariskan harta yang halal pada keturunan/anak. (Q.S. An-Nisa (4): 9,11).
BAB IV PERSPEKTIF AGAMA ISLAM TENTANG PENYEMBUHAN PENYAKIT HATI
A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Penyakit Hati Islam mengajarkan bahwa manusia itu pada asalnya adalah makhluk yang terbaik dan yang termulia, sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Qur’an surat At-Tin (95) : 4, yakni:
(٤ :)ﺍﻟﺘﻴﻦ ﺗﻘﻮﻳﻢ ﺍﺣﺴﻦ ﻓﻰ ﺍﻻﻧﺴﻦ ﺧﻠﻘـﻨﺎ ﻟﻘﺪ 'Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dalam sebaik-baiknya kejadian.’ (QS. At-Tin (95): 4). 98 Firman Allah dalam surat Al-Isra’ (17) : 70:
ﻛﺜﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﻭﻓﻀﻠﺘﻬﻢ ﺍﻟﻄﻴﺒﺖ ﻣﻦ ﻗﻨﻬﻢ ﻭﺭﺯ ﻭﺍﻟﺒﺤﺮ ﺍﻟﺒﺮ ﻓﻰ ﻭﺣﻤﻠﻨﻬﻢ ءﺍﺩﻡ ﺑﻨﻰ ﻣﻨﺎ ﻛﺮ ﻭﻟﻘﺪ (٧۰ :)ﺍﻻﺳﺮﺍء ﺗﻔﻀﻴﻼ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﻣﻤﻦ 'Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu Adam, Kami berikan kepada mereka kendaraan di darat dan di laut. Kami berikan kepada mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan sebenar-benarnya lebih.' (QS. Al-Isra (17): 70).99 Ayat-ayat tersebut tegas sekali menyatakan, bahwa manusia pada dasarnya adalah baik dan mulia. Yang baik dan mulia itu terutama adalah hatinya. Sebab Islam mengajarkan, bahwa hakekat dari manusia itu adalah hatinya (rohaninya). Buktinya antara lain adalah: 98
Ibid., h. 1076
99
Ibid., h. 435
63
64
1. Allah telah mengajarkan rohani manusia itu sewaktu di alam roh dahulu, yaitu sewaktu rohani tersebut belum lagi ditiupkan Allah ke dalam jasmani, untuk berdialog atau mengadakan perjanjian yang disebut dengan “ahdullah”. Allah bertanya kepada rohani itu: Bukankah aku ini Tuhannu? Rohani menjawab: Benar. Kami telah menyaksikan. Cerita ini tercantum dalam surat Al-A'raf (7): 172:
ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺑﺮﺑﻜﻢ ﺍﻟﺴﺖ ﺍﻧﻔﺴﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﺷﻬﺪﻫﻢ ﺫﺭ ﻳﺘﻬﻢ ﻇﻬﻮﺭﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﺩﻡ ﺑﻨﻲ ﻣﻦ ﺭﺑﻚ ﺍﺧﺬ ﻭﺍﺫ ( ۱٧۲ : )ﺍﻻﻋـﺮﺍﻑ .ﻏﻔﻠﻴﻦ ﻫﺬﺍ ﻋﻦ ﺍﻧﺎﻛﻨﺎ ﺍﻟﻘﻴﻤﺔ ﻳﻮﻡ ﺗﻘﻮﻟﻮﺍ ﺍﻥ ﺷﻬﺪﻧﺎ ﺑﻠﻰ 'Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab; Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).100 2. Segala sesuatu bagi manusia di dunia ini dilihat, ditentukan dan diukur Allah dari segi hatinya. Olehnya itu, sesuatu yang baik tentu mempunyai sifat dan sikap yang baik dan mulia pula. Karena itu pada dasarnya hati manusia itu baik atau sehat. Sedangkan hati yang bersifat dan bersikap buruk dinyatakan hati yang sakit. Dalam hal ini tentu ada yang menyebabkannya, sebab segala sesuatu itu terjadi karena sebab-sebab tertentu. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi (18): 84 yakni:
( ۸٤ : ﺍﻟﻜﻬﻔﻰ ) .ﺳﺒﺒﺎ ﺷﻰء ﻛﻞ ﻣﻦ ﻭءﺍﺗﻴﻨﻪ . . . 100
Ibid., h. 250
65
'. . . Dan Kami berikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu.'(QS. Al-Kahfi (18): 84). 101 Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa Allah akan memudahkan Dzul Qarnain untuk mencapai segala tujuan kerajaan dan kekuasaannya dengan jalan memberikan Dzul Qarnain sebab-sebab untuk mencapainya itu. Karena itu Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengadakan (mencari) sebab-sebab bagi adanya atau tercapainya sesuatu itu. Jadi jelaslah bahwa segala sesuatu menurut Al-Qur'an baru akan ada atau terjadi dengan sebab-sebab tertentu. Maka demikian pulalah keadaannya dengan penyakit hati itu. Ia baru akan ada atau terjadi karena sebab-sebab tertentu. Adapun yang menyebabkan adanya penyakit hati ialah: 1. Nafsu Sebelum penulis menjelaskan tentang nafsu yang menyebabkan timbulnya penyakit hati, terlebih dahulu penulis mengemukakan macam-macam nafsu yaitu: nafsu amarah, nafsu lawwamah, dan nafsu muthmainnah. Nafsu amarah yaitu nafsu yang menumbuhkan sifat dan sikap buruk dalam hati manusia serta mendorong untuk berbuat jahat. Nafsu lawwamah yaitu sudah mulai melihat dirinya sendiri dan akan dapat mengetahui tentang baik dan buruk dirinya, dan akan berusaha meninggalkan yang buruk itu untuk meraih yang baik. Dan nafsu muthmainnah yaitu nafsu yang sudah tunduk pada aturan Allah Swt. Dari ketiga macam nafsu tersebut di atas, maka yang mendorong manusia untuk berbuat jahat hanyalah nafsu amarah, sebagaimana firman Allah surat Yusuf (12): 53: 101
Ibid, h. 456
66
( ٥٣ : )ﻳ ﻮﺳﻒ . . . ﺑﺎﻟﺴﻮء ﻻﻣﺎﺭﺓ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﻥ . . . 'Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf (12): 53). 102 Dari keterangan ayat tersebut di atas, jelaslah bahwa nafsu yang menyebabkan timbulnya penyakit hati dalam diri manusia hanyalah nafsu amarah, sebab nafsu ini menumbuhkan sifat dan sikap buruk dalam hati manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat. Dari keterangan tersebut dapat kita pahami, bahwa apabila nafsu sudah dirahmati oleh Allah Swt. tidak akan mendorong manusia lagi untuk berbuat jahat atau tidak akan menumbuhkan sifat dan sikap buruk dalam diri manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa nafsu yang akan menyebabkan adanya penyakit dalam hati manusia hanyalah nafsu amarah saja. 2. Syetan Syetan dinyatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit hati adalah karena seperti keadaannya nafsu, ia mendorong manusia pula kepada berbuat jahat dan menghiasinya dengan kejahatan itu. Syetan sendiri bersumpah kepada Allah untuk melakukan hal tersebut terhadap manusia. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Hijr (15): 39:
( ٣٩ :)ﺍﻟﺤﺠﺮ .ﺍﺟﻤﻌﻴﻦ ﻭﻻﻏﻮﻳﻨﻬﻢ ﻓﻯﺎﻻﺭﺽ ﻟﻬﻢ ﻻﺯﻳﻨﻦ ﻳﺘﻨﻲ ﺑﻤﺎﺍﻏﻮ ﺭﺏ ﻗﺎﻝ
102
Ibid., h. 357
67
'Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.' (QS. Al-Hijr (15): 39). 103 Dari keterangan ayat tersebut di atas, tampak adanya aktivitas yang dilakukan oleh syetan terhadap manusia dengan tujuan mencari teman dalam kesesatan seperti membuat Adam dan Hawa menjadi sesat dari jalan (aturan) Allah di dalam syurga, yang menyebabkan mereka dimarahi Allah dan diusir dari syurga. Sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha (20): 121:
( ۱۲۱ : )ﻃﻪ .ﻓﻐﻮﻯ ﺭﺑﻪ ﺍﺩﻡ ﻭﻋﺼﻰ . . . '… Dan durhakalah Adam kepada Tuhannya, maka tersesatlah ia.' (QS. Thaha (2): 121).104 Ayat tersebut di atas, jelas sekali menyatakan bahwa karena tipu daya syetan, Adam dan Hawa (manusia) menjadi bersifat dan bersikap buruk yaitu melanggar aturan Allah Swt., yang menyebabkan mereka dimarahi dan diusirnya dari syurga. Dengan demikian, jelaslah bahwa hati manusia menurut fitrahnya bersedia untuk menerima pengaruh Malak dan syetan dengan perimbangan yang sama. Yang menyebabkan kekeliruan yang satu dari yang lainnya ialah karena menurutnya hawa nafsu dan syahwat atau berpaling dari padanya dan tidak melayaninya. 103
Ibid., h. 394.
104
Ibid., h. 490
68
Dari keterangan tersebut jelaslah, bahwa syetan dan nafsu mempunyai hubungan kerja sama yang erat untuk menyebabkan adanya (timbulnya) penyakit hati pada manusia. Bahkan setelah syetan berkuasa atas nafsunya, baru akan timbul penyakit hati itu secara nyata. 3. Karena tidak diberi santapan rohani Segala sesuatu yang ada di dalam alam ini diciptakan Allah dengan fitrah dan ciri-ciri masing-masing. Karena segala sesuatu itu diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran tertentu bagi masing-masingnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an suart Al-Furqan (25): 2 yakni:
( ۲ :)ﺍﻟـﻔـﺮﻗﺎﻥ .ﺗـﻘـﺪﻳـﺮﺍ ﻓـﻘـﺪﺭﻩ ﺷﺊ ﻛـﻞ ﻭﺧـﻠـﻖ . . . 'Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya.' (QS. Al-Furqan (25): 2).105 Dalam ayat lain Allah berfirman surat Al-Qamar (54): 49:
( ٤٩ :)ﺍﻟﻘﻤﺮ . ﺑﻘﺪﺭ ﺧﻠﻘﻨﻪ ﺷﺊ ﺍﻧﺎﻛﻞ 'Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.' (QS. Al-Qamar (54): 49).106 Jadi firman tersebut, menurut ajaran Islam, pada setiap ciptaan Allah sudah terdapat di dalamnya (inclusive) aturan-aturan yang melekat pada ciptaan tersebut yang merupakan ciri khas ciptaan yang bersangkutan, termasuk model hubungan antara satu ciptaan dengan ciptaan yang lainnya. Jadi di waktu matahari dicipta, 105
Ibid., h. 559
106
Ibid., h. 883
69
karakteristik matahari sudah pula terbawa di dalamnya, dan itu tidak akan berubah seperti yang telah menjadi kadarnya. Begitu pula sewaktu dicipta, di dalamnya sudah ada aturan berikut karakteristik bumi yang khas, yang takkan berubah, misalnya bahwa bumi itu mengitari matahari dalam waktu satu tahun dan melakukan rotasi dalam waktu satu hari. Kaidah-kaidah Allah untuk setiap ciptaan-Nya meliputi seluruh proses gerak dan eksistensinya jagad raya ini. Sunnatullah itu ada pada diri manusia, pada tanah, pada air, pada tumbuh-tumbuhan, pada hewan dan pada benda-benda langit semuanya. Dari sini kita ketahui bahwa manusia diciptakan Allah dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani diciptakan Allah dari tanah dan rohani dari Tuhan. Sesuai dengan uraian di atas, maka jasmani punya fitrah dan ciri-ciri khas tertentu, begitu juga rohani. Manusia pun mencipta sesuai dengan fitrahnya sendiri. Piring untuk tempat nasi, gelas untuk tempat minum, cangkul untuk mencangkul dan sebagainya. Masing-masing itu haruslah dipakai menurut fitrahnya itu. Kalau tidak akan membuat kacau, bahkan akan merusak. Jelaslah bahwa manusia menciptakan sesuatu pun dengan fitrahnya dan ciri-ciri khas sendiri apalagi Allah Swt. Jasmani, karena fitrahnya dari tanah, maka makanannya haruslah dari tanah pula. Karena itulah yang sesuai dengan fitrahnya. Rohani dari Tuhan, karena itu makanannya haruslah yang dari Tuhan pula.
70
Manusia tidaklah akan mengerti tentang makanan rohani itu. Sebab seperti telah diuraikan di atas, soal rohani adalah urusan Tuhan. Karena itu soal makanan rohani ini hanya Tuhan sajalah yang mengerti, maka ia haruslah mencari keterangan dari Tuhan. Tuhan yang Maha Bijaksana dan Maha Pengasih itu telah memberitahukannya kepada manusia lewat wahyu-Nya yang di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, kalau manusia ingin memberi makanan rohaninya, maka hendaklah ia mencari keterangan dalam Al-Qur’an tersebut tentang makanan rohani. Al-Qur’an menyatakan bahwa makanan rohani itu ialah “Mauidzah Tuhan” (agama Tuhan). Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Yunus (10) : 57 yakni :
(٥٧ :)ﻳﻮﻧﺲ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻭﻫﺪﻯ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ ﻓﻰ ﻟﻤﺎ ﻭﺷﻔﺎء ﺭﺑﻜﻢ ﻣﻦ ﻣﻮﻋﻈﺔ ﺗﻜﻢ ﻗﺪﺟﺎء ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﺎﻳﻬﺎ 'Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.' (QS. Yunus (10): 57). 107 Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar (39) : 22.
(۲۲ :)ﺍﻟﺰﻣﺮ … ﺭﺑﻪ ﻣﻦ ﻧﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﻓﻬﻮ ﺳﻼﻡ ﻟﻼ ﺻﺪﺭﻩ ﺍﷲ ﺷﺮﺡ ﺍﻓﻤﻦ 'Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya…. (QS. Az-Zumar (39): 22). 108 107
Ibid., 315.
108
Ibid., h. 749.
71
Ayat-ayat tersebut jelas menyatakan, bahwa agama Islam adalah untuk apa yang ada di dalam. Apa yang ada di dalam dada itu maksudnya ialah rohani. Dengan demikian berarti agama Islam adalah untuk makanan rohani. Apabila rohani tidak diberi siraman, maka Allah menjelaskan bahwa: a. Kehidupan manusia akan menjadi sempit Sebagaimana firman Allah surat Thaha (20) : 124.
(۱۲٤ : )ﻃﻪ … ﺿﻨﻜﺎ ﻣﻌﻴﺸﺔ ﻟﻪ ﻓﺎﻥ ﺫﻛﺮﻯ ﻋﻦ ﺍﻋﺮﺽ ﻭﻣﻦ
'Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.…' (QS. Thaha (20) : 124). 109
b. Manusia akan diterima dan dipimpin oleh syetan Sebagaimana firman Allah surat Az-Zukhruf (43) : 36:
(٣٦ :)ﺍﻟﺰﺧﺮﻑ ﻗﺮﻳﻦ ﻟﻪ ﻓﻬﻮ ﺷﻴﻄﻨﺎ ﻟﻪ ﻧﻘﻴﺾ ﺫﻛﺮﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ ﻳﻌﺶ ﻭﻣﻦ 'Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.' (QS. AzZukhruf (43) : 36. 110 Dalam ayat lain Allah berfirman surat Al-A’raf (7) : 27: (۲٧ : )ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ ﻣﻨﻮﻥ ﻻﻳﺆ ﻳﻦ ﻟﻠﺬ ﺍﻭﻟﻴﺎء ﺍﻟﺸﻴﻄﻴﻦ ﺟﻠﻌﻠﻨﺎ …ﺍﻧﺎ '… Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpinpemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-A’raf (7) : 27). 111 109
Ibid., h. 491
110
Ibid., h. 799.
111
Ibid., h. 224
72
Ayat tersebut jelas sekali menyatakan bahwa manusia-manusia yang tidak beriman (beragama Allah) atau rohaninya tidak diberi makan, mereka akan ditemani dan dikuasai syetan. Dengan demikian jelaslah bahwa rohani yang tidak diberi makan dengan agama Allah akan menjadi sakit. 4. Karena pengaruh lingkungan Setiap anak itu dilahirkan dalam fitrah Islam. Kalau ia nanti menjadi Yahudi, atau Nashara atau Majuzi, itu adalah karena pengaruh orang tuanya. Fitrah Islam itu adalah baik maka kalau nanti anak menjadi buruk, itu adalah karena pengaruh orang tua dan lingkungannya. Oleh karena itu, adanya penyakit hati pada seseorang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang buruk, sehingga orang itu mempunyai sifat dan sikap yang buruk karenanya. Dan lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan manusia (pergaulan), bahkan lingkungan alam. B. Konsep Agama Islam tentang Penyembuhan Penyakit Hati Suatu ketentuan ajaran Islam, bahwa setiap amal perbuatan manusia besar atau pun kecil, di bidang yang mana pun, dinilai sesuai dengan niat atau motivasinya yang terkandung di dalam hati yang melakukannya. Karena itulah sikap hidup orang-orang beragama terlatih sedemikian rupa sehingga cocok dengan gerakan amal perbuatannya yang shalih atau yang sejalan dengan ridha
73
Allah Swt walaupun perbuatan itu dirasa berat sekali karena bujukan hawa nafsunya.112 Olehnya itu pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur-unsur pokoknya terdiri dari pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin, maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia akan selalu wajar, tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum dan peraturan masyarakat di mana ia hidup. Akan tetapi orang yang dalam pertumbuhannya dulu mengalami banyak kekurangan dan ketegangan batin, maka kepribadiannya akan mengalami kegoncangan dalam menghadapi kebutuhannya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, ia akan dikendalikan oleh kepribadian yang kurang baik itu dan banyak di antara sikap dan tingkah lakunya akan merusak atau mengganggu orang lain.113 Karena penyakit hati itu adalah suatu sifat dan sikap buruk yang terdapat dalam rohani seseorang yang mendorong terhalang memperoleh keridhaan Allah Swt. 112
Boehari, Islam Mengisi Kehidupan, (Surabaya Indonesia: Pn. Al-Ikhlas, 1986), h. 27.
113
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Cet. VII; Jakarta: Pn. Gunung Agung, 1983), h. 57.
74
Allah menyatakan bahwa dalam hati manusia memang ada sikap dan sifat buruk, sifat dan sikap buruk ini memang disebutkan dalam Al-Qur’an di antaranya adalah: 1. Keluh Kesah Orang yang mengalami penyakit hati terungkap melalui sikapnya yang diliputi kegelisahan dan keluh kesah. Kegelisahan dan keluh kesah itulah yang merupakan pencerminan daripada ketidakstabilan hatinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ma’arij (70) : 19-23).
ﻋﻠﻰ ﻫﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ .ﺍﻻﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ .ﻣﻨﻮﻋﺎ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﺫﺍﻣﺴﻪ .ﺟﺰﻭﻋﺎ ﺍﻟﺸﺮ ﺍﺫﺍﻣﺴﻪ .ﻫﻠﻮﻋﺎ ﺧﻠﻖ ﺍﻻﻧﺴﻦ ﺍﻥ (۱٩-۲٣ :)ﺍﻟﻤﻌﺎﺭﺝ .ﺩﺍﺋﻤﻮﻥ ﺻﻼﺗﻬﻢ 'Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (QS. Al-Ma’arij (70): 19-23). 114 2. Prasangka Buruk Salah satu alamat daripada penyakit hati ialah prasangka buruk, antara anggapan yang buka-bukan terhadap Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab (33): 12 yakni:
(۱۲ :)ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ ﻏﺮﻭﺭﺍ ﺍﻻ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺍﷲ ﻣﺎﻭﻋﺪﻧﺎ ﻣﺮﺽ ﺑﻬﻢ ﻗﻠﻮ ﻓﻰ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻟﻤﻨﻔﻘﻮﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﺍﺫ 'Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya. (QS. Al-Ahzab (33) : 12). 115 114
Departemen Agamas RI., op.cit., h. 974.
115
Ibid., h. 668.
75
Selain prasangka buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya juga mempunyai prasangka yang buruk dan suka curiga kepada orang-orang tanpa alasan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat (49) : 12 yakni:
ﺑﻌﻀﻜﻢ ﺍﻭﻻﻳﻐﺘﺐ ﺗﺠﺴﺴﻮ ﻭﻻ ﺍﺛﻢ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﻌﺾ ﺇﻥ ﺍﻟﻈﻦ ﻣﻦ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ءﺍﻣﻨﻮﺍ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺎﻳﻬﺎ (۱۲ :)ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ …ﺑﻌﻀﺎ 'Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan jaganlah kamu sebagian yang lain menggunjing sebagian yang lain…' (QS. Al-Hujarat (49) : 12).116 3. Pencaci/Pencelah/Pemaki Mencaci atau melontarkan kata-kata kotor/kasar/tidak pantas pada orang lain. Padahal Islam memerintahkan berkata dengan kata-kata yang baik-baik dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa (4) : 5.
( ۵ :)ﺍﻟﻨﺴـﺎء .ﻗﻮﻻﻣﻌﺮﻭﻓﺎ ﻭﻗﻮﻟﻮﺍﻟﻬﻢ . . . '… Dan hendaklah kamu berkata kepada mereka dengan perkataan yang baik.' (QS. An-Nisa (4): 5).117 Dalam ayat yang lain Allah berfirman dalam surat Al-Humazah (104): 1 yakni:
( ۱ :)ﺍﻟﻬﻤﺰﺓ .ﻟﻤﺰﺓ ﻫﻤﺰﺓ ﻟﻜﻞ ﻭﻳﻞ 'Kecelakaan besarlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.' (QS. AlHumazah (104):1).118 116
Ibid., h. 847.
117
Ibid., h. 115
76
4. Putus Asa Putus asa artinya putus harapan untuk memperoleh sesuatu, setelah usaha yang gigih atau sebelum berusaha karena dirasa ada penghalang-penghalang yang akan tidak teratasi, Allah melarang manusia berputus asa karena yang berputus asa itu adalah orang-orang yang sesat. Sebagaimana firman Allah surat Al-Hijr (15): 56:
( ٥٦ :)ﺍﻟﺤﺠﺮ .ﺍﻻﺍﻟﻀﺎﻟﻮﻥ ﺭﺑﻪ ﺭﺣﻤﺔ ﻣﻦ ﻳﻘﻨﻂ ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ 'Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-Nya, kecuali orang-orang yang sesat.' َ Q.S. Al-Hijr (15). 56.' 119 Seperti telah diketahui bahwa rahmat Allah itu melimpah ruah, kenapa kita harus berputus asa. Mungkin sekarang belum giliran kita, tetapi nanti mungkin bahagian kita, karena Tuhan yang mengatur semuanya. Tugas kita hanyalah berusaha, berhasil tidaknya Tuhanlah yang menentukan, Tuhan melarang kita berputus asa. Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah kita nyatakan bahwa orangorang yang mempunyai budi pekerti yang tidak baik menurut ajaran Islam, pada hakikatnya mereka sedang menderita penyakit hati. Karena semakin buruk budi pekertinya berarti semakin parah penyakit hati yang dideritanya.
118
Ibid., h. 1101
119
Ibid., h. 395.
77
Dalam buku Islam dan Pembinaan Kepribadian yang dikarang oleh Dr. Ali Abdul Hakim Mahmud dikemukakan bahwa Islam dalam mendidik hati, memiliki berbagai pola. Pola-pola tersebut adalah: 1. Mengadakan hubungan yang langsung antara hati dan penciptaNya pada setiap saat dalam setiap perkataan, perbuatan, perasaan atau pikiran, di mana konsep hati dalam kehidupannya adalah berhubungan dengan Tuhan-Nya. Untuk merealisasikan konsep ini ditetapkan jalan yang bermacam-macam, di antaranya: a) Menanamkan kekuatan perasaan hati, agar selalu merasa adanya wujud Allah dengan jalan memikirkan kerajaan-Nya, makhluk-Nya. b) Menanamkan kekuatan perasaan hati, bahwasanya Allah selalu mewaspadai manusia dalam setiap perkataan dan perbuatannya, dalam setiap waktu dan tempat. c). Menanamkan rasa takut dan taqwa dalam setiap aspek permasalahan hidupnya. d) Menanamkan rasa cinta kepada Allah dalam hati dan selalu mencari keridhaan-Nya. e) Menanamkan rasa tentram hati, dalam setiap menghadapi ketetapan dan ketentuan (qadha dan qadhar) Allah serta rela terhadap kesusahan dan kesulitan yang Allah timpakan pada dirinya.
78
2. Menekan hati dengan menjadikan selalu berada di dalam wilayah ketaatan kepada Allah karena maksiat itu membutakan, serta harus menjadikan hati selalu berada pada tingkat kesadaran akan apa yang ada di sekitarnya karena menjadi bodoh dan buruk. Untuk membuat hati sedemikian rupa, terdapat sarananya di antaranya: a) Mengharuskan hati untuk taat dan mendekatkan diri dengan ibadat sunnat, dzikir, shalat malam, sadaqah dan sebagainya. b) Menjauhkan hati dari maksiat yang dapat membutakan pandangannya, serta menjauhkan hati dari hal yang membiasakan lalai karena kelalaian terhadap hal-hal yang mengitari manusia akan mengurangi kemampuannya dalam merenung dan berfikir. c) Memperbaharui semangat ruh dengan memikirkan hal yang ada dalam AlQur’an, tentang penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tentang kebesaran dan kebijaksanaannya Allah yang terkandung dapat diketahui dengan cara berfikir. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl (16):65.
ﻳﺴﻤﻌﻮﻥ ﻟﻘﻮﻡ ﻷﻳﺔ ﺫﻟﻚ ﻓﻰ ﺍﻥ ﻣﻮﺗﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﺍﻻﺭﺽ ﻓﺎﺣﻴﺎﺑﻪ ﻣﺎء ﺍﻟﺴﻤﺎء ﻣﻦ ﺍﻧﺰﻝ ﻭﺍﷲ (٦٥ :)ﺍﻟﻨﺤﻞ 'Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan pelajaran.’ (QS. An-Nahl (14) : 65). 120 120
Ibid., h. 411
79
d) Menyeru hati agar merenung, melihat dan memikirkan tentang makhluk Allah Swt. Yang penting adalah memikirkan manusia baik hati, badan, akal dan anggota tubuh lainnya. e) Mengarahkan hati kepada ilmu Allah yang menyeluruh dan mencakup apa yang ada di alam, baik itu alam ghaib maupun alam nyata, karena hal itu akan mengisi hati dengan ketakjuban, sehingga tumbuh keimanan dan menyerahkan diri kepada Allah. 3. Mendidik hati dengan ibadah. Ibadah kepada Allah merupakan washilah terbesar dalam mendidik hati karena ibadah adalah puncak merasa rendah diri di hadapan Allah dan ibadah itu hanya dimiliki oleh-Nya sendiri. Oleh sebab itu, Dia berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ (17) : 23 berbunyi:
(۲٣ :)ﺍﻻﺳﺮﺍء … ﺍﺣﺴﻨﺎ ﻟﺪﻳﻦ ﻭﺑﺎﻟﻮ ﺍﻳﺎﻩ ﺇﻻ ﺍﻻﺗﻌﺒﺪﻭﺍ ﺭﺑﻚ ﻭﻗﻀﻰ 'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …’ (QS. Al-Isra (17) : 23). 121 Ibadah yang dapat mendidik hati itu ada dua macam: yaitu : Pertama : Ibadah wajib, seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Kedua
: Ibadah dalam arti luas, yakni setiap perbuatan yang dilakukan manusia atau ditinggalkannya, bukan setiap perasaan yang dimiliki untuk menerima sesuatu sebagai badah kepada Allah atau setiap
121
Ibid., h 427.
80
perasaan yang ditolaknya sebagai ibadat kepada Allah pula. Selagi niat orang-orang yang berbuat itu demi mencari ridha Allah, maka setiap perkara kebiasaan (adat istiadat) dengan diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah termasuk ibadah yang berpahala bagi pelakunya dan hatinya terdirik dengan pendidikan yang baik. C. Teknik Penyembuhan Penyakit Hati Menurut Perspektif Agama Islam Seperti juga ilmu kedokteran, Al-Qur’an mengenal dua jenis terapi, yaitu yang sifatnya preventif atau pencegahan dan yang sifatnya kuratif atau penyembuhan. 1. Terapi Pencegahan (Preventif) Penyakit yang menimpa kebanyakan manusia, yaitu penyakit hati, seperti kedengkian, iri hati, dan dendam, kemunafikan, kekafiran dan kefasikan. Sebelum manusia terserang penyakit-penyakit tersebut, perlu adanya terapi pencegahan agar tidak terserang penyakit-penyakit hati tersebut. Pencegahan penyakitpenyakit yang sifatnya batiniyah tersebut, Al-Qur’an mengajarkan dengan cara shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Orang-orang yang melakukannya dengan baik dan benar, akan terlatih dalam hal pengendalian diri sehingga tidak mudah emosi. Sebagaimana telah diteliti oleh ilmu kedokteran, emosi menimbulkan berbagai macam penyakit yang berbahaya bagi manusia. Firman Allah dalam AlQur’an:
81
(٤٥ :)ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ … ﻭﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺍﻟﻔﺤﺸﺎء ﻋﻦ ﺗﻨﻬﻰ ﺍﻟﺼﻠﻮﺓ …ﺇﻥ '… Dan kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar…. (QS. Al-Ankabut (28): 45). 122 Puasa merupakan salah satu bentuk ajakan Al-Qur’an dalam pengendalian diri, sekaligus terapi pencegahan agar tidak terserang berbagai macam penyakit hati. Apabila seseorang memahami pengetahuan di balik berpuasa itu, maka berpuasa akan baik bagi kesehatan seseorang, apakah itu kesehatan jasmani ataupun rohani. Dalam berpuasa seseorang dilatih dalam pengendalian diri, tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, akan tetapi yang lebih penting adalah mengendalikan nafsu angkara murka. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
(۱۸٣ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺗﺘﻘﻮﻥ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻗﺒﻠﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺐ ﻛﻤﺎ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺍﻛﺘﺐ ﺍﻣﻨﻮ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺎﻳﻬﺎ 'Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.' (QS. Al-Baqarah (2) : 183). 123 Puasa mengandung pesan agar seseorang menghindari perilaku yang tidak sehat, termasuk perilaku yang didorong oleh emosi. Karena pada hakikatnya puasa adalah pembersihan dan pelatihan jiwa. Jika seseorang melakukan puasa dengan baik dan benar, maka kesehatannya akan makin baik, demikian juga kesehatan mentalnya. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
122
Departemen Agama RI., op. cit., h. 635.
123
Ibid., h. 44
82
ﺑﻜﻢ ﺍﷲ ﻳﺮﻳﺪ .ﺍﺧﺮ ﺍﻳﺎﻡ ﻣﻦ ﻓﻌﺪﺓ ﺳﻔﺮ ﺍﻭﻋﻠﻰ ﻣﺮﻳﻀﺎ ﻛﺎﻥ ﻭﻣﻦ ﻓﻠﻴﺼﻤﻪ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻣﻨﻜﻢ ﺷﻬﺪ ﻓﻤﻦ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺗﺸﻜﺮﻭﻥ ﻭﻟﻌﻠﻜﻢ ﻛﻢ ﻣﺎﻫﺪ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﺍﷲ ﻭﻟﺘﻜﺒﺮ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﻭﻟﺘﻜﻤﻠﻮﺍ ﺍﻟﻌﺴﺮ ﺑﻜﻢ ﻳﺮﻳﺪ ﻭﻻ ﺍﻟﻴﺴﺮ (۱۸٥ '… Barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah kamu berpusa pada bulan itu (bulan Ramadhan). Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghedaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesusahan bagimu. Dan hendaknya kamu mencukupi bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.' (QS. AlBaqarah (2) : 185). 124 Hendaknya manusia bersyukur, dengan adanya kewajiban berpuasa. Mengapa bersyukur?. Karena Allah sudah memberikan petunjuk kepada umatNya, suatu terapi pencegahan penyakit, baik penyakit jasmani/rohani melalui ajaran Al-Qur’an. Zakat, termasuk salah satu tindakan preventif dalam menghindar dari serangan penyakit hati. Karena sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, pada hakikatnya membayar zakat adalah pembersihan diri. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
(۱۰٣ :)ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ … ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺻﻞ ﺑﻬﺎ ﻭﺗﺰﻛﻴﻬﻢ ﺗﻄﻬﺮﻫﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﺍﻣﻮﺍﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﺧﺬ 'Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk pembersihan mereka dan menghapus kesalahan mereka.…' (QS. At-Taubah (9) : 103). 125 Terapi pencegahan penyakit yang bersifat metafisik adalah dengan jalan menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Swt. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an: 124
Ibid., h. 45.
125
Ibid., 297-298.
83
(٣۱ :)ﺍﻟﻨﺴﺎء ﻛﺮﻳﻤﺎ ﺧﻼ ﻣﺪ ﺧﻠﻜﻢ ﻭﻧﺪ ﺗﻜﻢ ﺳﻴﺌﺎ ﻋﻨﻜﻢ ﻧﻜﻔﺮ ﻋﻨﻪ ﻣﺎﺗﻨﻬﻮﻥ ﻛﺒﺎﺋﺮ ﺗﺠﺘﻨﺒﻮﺍ ﺍﻥ 'Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosadosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).' (QS. An-Nisa (4) : 31). 126 Kesemuanya ini dapat dilakukan dengan memperbanyak dzikir, agar terus mengingat Allah sehingga dapat melupakan segala perbuatan yang menjurus ke arah dosa besar. 2. Terapi Pengobatan Terapi ini ditujukan kepada manusia yang sakit agar segera pulih kembali kesehatannya. Penyebab penyakit yang sifatnya fisik paling baik diserahkan ahlinya, yaitu dokter. Sejak zaman dahulu sudah ada ahli-ahli pengobatan secara psikis menyangkut keikhlasan si penderita. Artinya penyakit yang dideritanya itu dianggap sebagai cobaan dari Allah untuk meningkatkan kadar keimanannya. Sedangkan penyakit yang bersifat batiniyah, yakni yang menyangkut penyakit hati, terapi pengobatan yang paling baik adalah dengan jalan taubat. Jika seseorang mendapat penyakit yang disebabkan oleh dosa-dosa yang diperbuatnya, maka ia harus bertaubat. Itulah salah satu pengobatan Allah bagi mereka yang mendapat penyakit yang bersifat metafisik. Jalan keluar bagi orang yang berdosa hanya bertaubat. Secara bahasa, taubat artinya “kembali”. Dalam hal ini kembali ke jalan yang benar yang diridhoi
126
Ibid., h. 122
84
Allah. Taubat berhubungan dengan keimanan seseorang, karena menghentikan perbuatan jahat tanpa iman bukan taubat, tetapi hanya kapok saja. Perlu diketahui bahwa Allah Swt, memerintahkan hambaNya agar ikhlas dalam bertaubat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
(۸ :)ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ …. ﻧﺼﻮﺣﺎ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﷲ ﺇﻟﻰ ﺗﻮﺑﻮﺍ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺎﻳﻬﺎ 'Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya …’ (QS. At-Tahrim (66) : 8). 127 Dalam ayat tersebut dinyatakan, hendaknya manusia bertaubat kepada Allah, bukan bertaubat karena takut akibatnya. Artinya, yang dicari adalah ridho Allah Swt. Ada tiga macam taubat. 1. Taubat awam, adalah taubat yang disebabkan oleh dosa-dosa yang tampak seperti mencuri, membunuh, dan lain-lain yang dikerjakan oleh jasmani. 2. Taubat khowas, adalah taubat yang disebabkan oleh dosa-dosa batin, misalnya dendam, takabur, benci dan sebagainya, termasuk perbuatan yang sifatnya syirik (menyekutukan Allah), munafik, kufur dan murtad. 3. Taubat khowashul khowas, adalah taubat yang disebabkan karena lalai kepada Allah. 128 Taubat mempunyai dasar hukum, yaitu sifatnya wajib dan individual, tidak dapat dibebankan kepada orang lain. Beberapa firman Allah yang menganjurkan umat-Nya agar bertaubat, adalah sebagai berikut: 127
Ibid., h. 952.
128
Maemunah Hasan, Al-Qur’an dan Pengobatan Jiwa, (Cet. I. Yogyakarta: Bintang Cemerlang 2001), h. 42.
85
(٣۱ :)ﺍﻟﻨﻮﺭ ﺗﻔﻠﺤﻮﻥ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ ﺍﻳﻬﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺍﷲ ﺍﻟﻰ …ﻭﺗﻮﺑﻮﺍ '…Dan bertabautlah kepada Allah, wahai semua orang yang beriman, agar kalia beruntung.' (QS. An-Nur (24) : 31). 129 (۱۱ :)ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ ﺍﻟﻈﻠﻤﻮﻥ ﻫﻢ ﻓﺎﻭﻟﺌﻚ ﻳﺘﺐ ﻟﻢ ﻭﻣﻦ … '…Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang aniaya.' (QS. Al-Hujurat (49) : 11). 130 Adapun hikmah dari pada orang bertaubat adalah: 1. Dicintai Allah, artinya akrab dan dekat dengan Allah, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an:
(۲۲۲ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ .ﺍﻟﻤﺘﻄﻬﺮﻳﻦ ﻭﻳﺤﺐ ﺍﻟﺘﻮﺍﺑﻴﻦ ﻳﺤﺐ ﺍﷲ ﺍﻥ . . .
'Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.' (QS. Al-Baqarah (2): 222). 131
2. Muflik, artinya mendapat keberuntungan dan selalu mendapat hidayah dari Allah Swt. Firman Allah dalam Al-Qur'an:
(۵ :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ .ﺍﻟﻤﻔﻠﺤﻮﻥ ﻫﻢ ﻭﺍﻭﻟﺌﻚ ﺭﺑﻬﻢ ﻣﻦ ﻋﻠﻯﻬﺪﻯ ﺍﻭﻟﺌﻚ 'Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Allah, dan merekalah orang-orang yang beruntung.' (QS. Al-Baqarah (2): 5). 132 129
Ibid., h. 548.
130
Ibid., h. 847.
131
Ibid., h. 54
132
Ibid., h. 9
86
3. Masuk surga, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
ﺟﻨﺖ ﻭﻳﺪﺧﻠﻜﻢ ﺗﻜﻢ ﺳﻴﺌﺎ ﻳﻜﻔﺮﻋﻨﻜﻢ ﺍﻥ ﻋﺴﻯﺮﺑﻜﻢ .ﻧﺼﻮﺣـﺎ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻣﻨﻮﺍﺗﻮﺑﻮﺍﺍﻟﻯﺎﷲ ﻳﺄﻳﻬﺎﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻳﺪﻳﻬﻢ ﺑﻴﻦ ﻳﺴﻌﻰ ﻧﻮﺭﻫﻢ ﺍﻣﻨﻮﺍﻣﻌﻪ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻻﻳﺨﺰﻯﺎﷲ ﻳﻮﻡ ﺗﺤﺘﻬﺎﺍﻻﻧﻬﺮ ﻣﻦ ﺗﺠﺮﻱ (۸ :)ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ .ﻗﺪﻳﺮ ﺷﻲء ﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻚ .ﻭﺍﻏﻔﺮﻟﻨﺎ ﻧﻮﺭﻧﺎ ﻟﻨﺎ ﺭﺑﻨﺎﺍﺗﻤﻢ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻭﺑﺎﻳﻤﺎﻧﻬﻢ 'Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Tuhan Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.' (QS. At-Tahrim (66): 8).'133 Adapun taubat dilaksanakan: 1. Niat, yaitu bertekat bulat untuk tidak berbuat maksiat lagi, tidak lagi melawan kehendak Allah, tidak lagi melanggar hukum Allah. 2. Menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukannya. 3. Sungguh-sungguh tidak berbuat lagi, yang berarti niatnya memang sungguhsungguh dilaksanakan, tidak hanya sekedar berniat saja. 4. Bila menyangkut berbuat dosa kepada sesama manusia, maka ia harus minta maaf dan memulihkan kembali hak-hak yang telah dirampasnya. Sebagaimana para ulama menyebutkan beberapa rincian mengenai syaratsyarat taubat hakiki (taubat nashuha), yaitu: 1 . Berniat meninggalkan dosa yang telah dikerjakan serta menyadari akan bahayanya. 133
Ibid., h. 951
87
2. Merasa betapa buruk dosa yang telah dikerjakan serta menyadari akan bahayanya. 3. Hendaklah segera melakukan taubat, sebab pada hakikatnya memperlambat taubat adalah juga merupakan dosa yang perlu ditaubati. 4. Menunaikan perintah Allah yang dahulu ditinggalkan. 5. Mengintrospeksi diri, apakah dalam taubat yang sudah dijalani masih terdapat kekurangan. 6. Menjauhi tempat kemaksiatan apabila keberadaannya di tempat tersebut akan menyebabkan terseret lagi ke dalam dosa. 7. Menjauhi orang-orang yang biasa mendorong diri untuk berbuat kemaksiatan. 8. Menyingkirkan benda-benda haram yang dimiliki. 9. Hendaklah memilih orang-orang shaleh sebagai teman, yang dapat membantu meluruskan perjalanan hidup. 10. Hendaklah dipulihkan kondisi tubuh yang dahulu sering diracuni dengan makanan dan minuman haram, dengan demikian kembalilah kekuatan untuk beribadat kepada Allah. 11. Hendaklah taubat itu dilaksanakan sebelum ajal sampai di kerongkongan atau sebelum matahari tenggelam di ufuk Timur.134 Adapun bagaimana seseorang harus menjaga/membersihkan dari kotoran rohani, yakni salah satunya dengan cara bertaubat. Hal ini disebabkan karena 134
Maemunah Hasan, op. cit., h. 49.
88
orang yang kotor rohaninya ialah orang yang terjerumus ke dalam perbuatan dosa, masyarakat dan sebagainya yang terlarang oleh ajaran agama. Bagaimana cara membersihkan diri dari kotoran rohani, yang harus dilakukan pertama adalah meninggalkan semua perbuatan dosa. Ada dua hal yang patut dikerjakan: 1. Perbuatan yang dilakukan oleh hati (amalul qalbi), yaitu menyesal dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa yang telah ditinggalkan karena didorong oleh rasa takut kepada Allah. 2. Perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan (amalul jawarih), yaitu dengan melakukan berbagai macam kebajikan, diantaranya menjalankan shalat taubat. Dengan demikian jelaslah ajaran Al-Qur'an, bahwa “seseorang yang bersih (selalu menjaga kebersihan), suci, lahir dan batin akan teratur pola pikirnya dan terarah sikap mentalnya.
89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar uraian-uraian yang penulis telah kemukakan yang menyangkut tentang Studi Penyakit-Penyakit Hati dan Alternatif Penyembuhannya Menurut Perspektif Agama Islam. Maka selanjutnya penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyebab timbulnya penyakit hati adalah dikarenakan nafsu amarah yaitu nafsu yang menimbulkan sikap buruk dalam hati, disebabkan syetan yang selalu mendorong manusia berbuat jahat, karena tidak diberi santapan rohani, karena pengaruh lingkungan, dan lain-lain. 2. Konsep Agama Islam tentang penyembuhan penyakit-penyakit hati adalah mengadakan hubungan langsung antara hati dan pencipta-Nya pada setiap saat, dalam setiap perkataan, perbuatan, perasaan atau pikiran, di mana konsep hati dalam kehidupannya adalah berhubungan dengan Tuhan-Nya, Menekan hati dengan menjadikan selalu berada di dalam wilayah ketaatan kepada Allah karena maksiat itu membutakan, serta harus menjadikan hati selalu berada pada tingkat kesadaran akan apa yang ada di sekitarnya karena menjadi bodoh dan buruk, mendidik hati dengan ibadah. Ibadah kepada Allah merupakan washilah terbesar dalam mendidik hati. 89
90
3. Taknik penyembuhan penyakit hati ada dua jenis terapi, yaitu terapi pencegahan (preventif), dengan cara shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Yang kedua terapi pengobatan, yaitu dengan jalan taubat. B. Saran-saran 1. Disarankan kepada kaum Muslimin agar senantiasa menjauhkan diri dari penyakit hati yang mana dapat membuat seseorang berbuat tidak sesuai dengan kehendak yang telah digariskan dalam Islam. 2. Disarankan kepada kaum Muslimin agar senantiasa menjaga kesehatannya dalam hal ini hatinya agar terhindar dari perbuatan yang keji dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan jalan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 3. Disarankan kepada keluarga yang mempunyai anak, agar sekiranya anak tersebut dididik dengan baik agar supaya mereka terhindar dari sifat yang keji dan mungkar yang dapat merusak hati mereka.
91
DAFTAR PUSTAKA Adz-Dzahabi, Muhammad, Resep Sehat Menurut Nabi Muhammad SAW, Penggubah K.H.M. Cholil Bisri, Karya Ilmu, Surabaya. Al-Ghazali, Keajaiban Hati, CV. Bintang Pelajar. Al-Ghazali, Mutiara Ihya ‘Ulumuddin, Cet. I; Bandung, 1997 Al-Hasyimi, Assayyid Ahmad , Mukhtarul Hadis Nabawi wal Hikam Muhammadiyah, Al-Qahirah, 1948M/1367H. Maktabah Muhammad Ibnu Nabhani wa Auladan, Surabaya. Al-Qorni, Uwes, 60 Penyakit Hati, Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Boehari, Islam Mengisi Kehidupan, Surabaya Indonesia: Pn. Al-Ikhlas, 1986. Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, Cet. XVI; Jakarta: Haji Mas Agung, 1990. Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Cet. VII; Jakarta: Pn. Gunung Agung, 1983. Daud Ali, H. Muhammad, Prof. S.H. Pendidikan Agama Islam, Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1997.. Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Hamka, Prof. Dr. Lembaga Panjimas, 1983.
Budi, Cet. VIII; Handayani, Jakarta: Pustaka
Hasan, Maemunah Al-Qur’an dan Pengobatan Jiwa, Cet. I. Yogyakarta: Bintang Cemerlang 2001. Ibnu Umar, Ibnu Mahalli, Sucikan Hati Teguhkan Jiwa, Cet. I; Yogyakarta: Media Insani, 2001. Muthahhari, Murtadha dan S.M.H. Thabarhaba’I, Light Within Me (Bagian I dan II, Penerbit Islamic Seminary Publication, London), Penerjemah M.S. Nasrullah (Cet. II, 1997), Bandung: Pustaka : Hiyadah dengan judul Tahap-tahap Perjalanan Spiritual. 91
92
Qayyim, Ibnu, Ad Daa’ wad Dawaa’ Terapi Penyakit dengan Al-Qur’an dan Sunnah), Cet. II; Jakarta: Pustaka Amani, 1999. Quraish Shihab, Dr. M.A., Wawasan Al-Qur’an, Cet. VI; Mizan, Bandung, 1997 Syaltout, Prof. Dr. Mahmud , Islam, Aqidah dan Syariah Jakarta: Pustaka Amani, 1985. Zaini, Syahminan, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Jakarta: Pn. Kalam Mulia, 1992
93
Jalaluddin H, Psikologi Agama, Cet. VI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Mahmud , Moh. Natsir, Dirasah Islamiah I, Semester I, 1995. Shihab, Quraish,. Lentera Hati, Cet. I; Bandung: Mizan, 1994. Al-Ghazalayaini, Syeikh Mustafa, Izhatun Naasyi’in (Membentuk Akhlak) Penerjemah K.H. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Pustaka Setia, Cet. I, Bandung, 2001. Hawwa, Said, Tarbiyatur Ruhiyah (Jalan Ruhani), Cet. II; Darus Salam Mesir, 1983, Penerjemah Drs. Khairul Rafie M dan Ibnu Thaha Ali, Cet. II; Mizan: Bandung, 1995. Sabiq, Sayyid, Aqidah Islam, Cet. X; CV. Diponegoro, Bandung, 1997. Shiddiq, Arfah,. Dan Nurul Fuadi, Akhlaq dan Tasawuf, LDSI YBW UMI, Makassar, 1996. Kalsum, Ummu, Mata Kuliah Semester VI Akhlak Tasawuf, 1998. Ash-Shabuny, Mohammad Aly, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Cet. I; Beirut Libanon: Pn. DarIrsyad, 1970 (Pengantar Study Al-Qur’an) alih bahasa, Drs. Moh. Chudlori Umar: Drs. Moh. Matsna Cet. I, Bandung: Pn. Al-Ma’arif, 1984.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………… i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………………………………… ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………………… iii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………………………………………… iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………… v DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………… vii ABSTRAK ……………………………………………………………………………………………………………………… viii BAB
BAB
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………… A. Latar Belakang …………………………………………………………………… B. Rumusan dan Batasan Masalah ………………………………… C. Hipotesis ……………………………………………………………………………… D. Pengertian Judul …………………………………………………………… E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… F. Metode Penelitian ………………………………………………………… G. Tujuan dan Kegunaan …………………………………………………… H. Garis Besar Isi Skripsi ………………………………………… II. TINJAUAN A. Wanita B. Wanita C. Wanita
1-21 1 8 9 11 13 17 20 20
UMUM TENTANG WANITA ………………………………… 22-34 pada Masa Sebelum Islam ……………………… 22 pada Masa Perkembangan Islam ………… 27 di Dunia Barat ………………………………………………… 32
BAB III. EMANSIPASI WANITA DAN WANITA KARIR …………………… 35-48 A. Lahirnya Konsep Emansipasi Wanita ……………… 35 B. Tinjauan Umum tentang Wanita Karir ……………… 40 C. Hubungan Emansipasi Wanita dengan Wanita Karir ……………………………………………………………………………………… 43 BAB
IV. WANITA KARIR DAN ISLAM …………………………………………………… 49-69 A. Kedudukan Wanita dalam Islam …………………………… 49 B. Hak-Hak Wanita dalam Islam ………………………………… 56 C. Wanita Karir dalam Perspektif Budaya Islam 63
BAB
V. PENUTUP ………………………………………………………………………………………………… 70-73 A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 70 B. Saran-saran ……………………………………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………………………………………
75
1
2
ABSTRAK
Nama Penyusun NIM Judul Skripsi
: ST. Asni. N : 95 01 0130 : Wanita Karir (Suatu Tinjauan Budaya Islam)
Skripsi ini bersifat penelitian kepustakaan, dengan pokok masalahnya: Bagaimana kedudukan wanita dalam Islam? Bagaimana relevansi konsep emansipasi wanita dengan kehadiran wanita karir? Serta bagaimana kedudukan wanita karir dalam perspektif budaya Islam? Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur, mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari penguburan hidup mulia. Relevansi konsep emansipasi wanita dengan ini merupakan produk Barat yang bermotif politik sekaligus ingin melepaskan kaum wanita dari sistem perbudakan, dapat dikatakan bahwa paradigma emansipasi wanita memberikan spirit atau inspirasi bagi lahirnya wanita-wanita karir di pelosok dunia ini. Kedudukan wanita karir dalam tinjauan budaya Islam bernilai positif selama karir tidak melunturkan fitrah kewanitaannya, sopan, selama mereka memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan beberapa metode seperti metode pendekatan, historis, antroplogis, qur’ani. Metode pengumpulan data: library research dengan menggunakan dua teknik kutipan yakni kutipan langsung dan tidak langsung. Metode pengolahan dan analisis data, induktif, deduktif dan komparatif. Kesimpulan dari skripsi ini ialah Islam memandang wanita karir dalam sudut pandang keimanan, sebagai individu anggota masyarakat ang dikaitkan dengan individu yang lain dengan ikatan akidah.
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Modernisasi
adalah
suatu
pemberontakan
militan
terhadap agama dan semua nilai spiritual yang ada, bibir pemberontakan
ini
dimulai
pada
zaman
ranaisance
Eropa,
terutama sekali dalam filsafat Machiavelli. Modernisasi ini muncul
dengan
komunisme,
beberapa
sosilisme,
lebel
fasisme,
yang
berbeda,
nazisme,
seperti
zionisme
dan
nasionalisme. Sementara itu modernisasi dalam Islam tidak menghendaki
segala
bentuk
pemberontakan,
kekerasan,
dan
hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama, tetapi pada prinsipnya menghendaki kemajuan di segala bidang tanpa ada pelanggaran terhadap nilai-nilai Islam.1 Semua ditandai
ideologi
dengan
dari
lebel-lebel
pemujaan
atau
modern
tersebut,
penyembahan
terhadap
manusia. Penyembahan atau pemujaan tersebut lebih sering 1
Fazlur Rahman Anshari, at. al., Islam dan Peradaban Modern (Bandung: Risalah 1986), h. 32.
4
muncul dengan topeng ilmu pengetahuan dan teknologi. Orangorang
modern
pengetahuan
meyakini akan
bahwa
kemajuan
menganugerahkan
di
kepada
bidang mereka
ilmu semua
kekuasaan ketuhanan. Salah satu tujuan utama dari ideologi-ideologi modern itu adalah memperlemah hubungan kekeluargaan dan kehidupan rumah tangga sebanyak mungkin. Sesungguhnya Karl Marx dalam manifesto
politiknya
menganjurkan
penghancuran
keluarga
secara keseluruhan. Sasaran ini tentunya telah mencapai hasil yang sangat baik di Sovyet Rusia dan Cina Komunis. Di negara non-komunis prosesnya lebih halus tetapi efektif. Senjata
yang
paling
utama
untuk
menghancurkan
keluarga
menurut Karl Marx adalah 1) industrialisasi, 2) urbanisasi, dan 3) emansipasi wanita.2 Ketiga
bidang
tersebut
dilaksanakan
secara
bergandengan (serentak). Industrialiasasi dengan judul upah tinggi dan keuntungan material lainnya merangsang banyak orang untuk tunduk kepadanya, tidak terkecuali masyarakat yang terintegrasi dengan baik menuju kota-kota besar yang tersamar. Dengan industrialisasi, keluarga berakhir dengan menjadi unit ekonomi tersendiri. Sebagai akibatnya, sang bapak
menghabiskan
sebagian
waktunya
2
Ibid., h. 36.
jauh
dari
rumah
5
(keluarga).
Dan
sang
isteri
mencari
kesibukan
di
luar
karena tugas rumah tangga banyak diselesaikan oleh alatalat
rumah
Semuanya
tangga
serba
elektronik
sibuk,
(mesin/teknologi
sehingga
anak-anak
yang
modern). menjadi
amanat dari Allah Swt. diterlantarkan. Motif kemajuan yang benuansa ilmu pengetahuan dan teknologi
modern
sebagaimana
dijelaskan
di
atas,
tidak
terlepas dari peran serta kaum wanita profesional yang selalu memperjuangkan emansipasi wanita. Dalam hal ini, kaum wanita selalu berusaha untuk membesarkan diri dari konsep-konsep kuno yang menganggap wanita sebagai kaum yang lemah dalam segala hal. Secara historis konsep emansipasi wanita merupakan produk Barat yang mempunyai tendensi lain yang berpijak pada politik ekonomi materil. Konsep dasar dari emansipasi wanita ini (yang merupakan produk Barat) tidak mengutamakan kestabilan
sosial,
keluarga
dan
masyarakat
umum.
Akan
tetapi sasaran utamanya adalah materi. Hasil yang dicapai oleh konsep emansipasi wanita ini sangat pesat, yaitu dengan munculnya beberapa tokoh-tokoh wanita yang mengambil alih pucuk pimpinan (aktivitas) dalam berbagai sektor atau bidang. Ternyata kebebasan bagi kaum wanita ini untuk meniti masa depan yang cerah menjadi motivasi sekaligus mediator untuk berkarya sebagaimana kaum
6
laki-laki itu sendiri. Sehingga di tengah-tengah masyarakat modern seperti sekarang ini lahirlah wanita-wanita yang menamakan dirinya sebagai wanita karir. Dalam perspektif Islam, kehadiran wanita karir ini menimbulkan
polemik.
Dalam
hal
ini,
masih
membutuhkan
analisis yang mendalam untuk mengetahui eksistensi wanita karir dalam perspektif budaya Islam. Islam telah memberikan hak
dan
kebebasan
pada
kaum
wanita
untuk
aktif
dalam
berbagai hal sebagaimana laki-laki situ sendiri.3 Kedudukan
perempuan
dalam
pandangan
ajaran
agama
Islam tidak sebagaimana diduga dan dipraktekkan sementara masyarakat. perhatian
Ajaran yang
Islam
sangat
pada
besar
hakikatnya
serta
kedudukan
memberikan terhormat
kepada perempuan. Yang membedakan laki-laki dan perempuan dalam Islam hanya taqwanya kepada allah Swt., sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujrat (49): 13, sebagai berikut:
ﺍﻛﺮﻣﻜﻢ ﺍﻥ ﻓﻮﺍ ﻟﺘﻌﺎﺭ ﻭﻗﺒﺎﺋﻞ ﺷﻌﻮﺑﺎ ﻭﺟﻌﻠﻨﻜﻢ ﻭﺍﻧﺜﻰ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻨﻜﻢ ﺍﻧﺎ ﻳﺎﻳﻬﺎﺍﻟﻨﺎﺱ ﺧﺒﻴﺮ ﻋﻠﻴﻢ ﺍﻥ ﺍﺗﻘﻜﻢ ﺍﷲ ﻋﻨﺪ Terjemahnya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang 3
Ibid., h. 37
7
paling bertaqwa di antara kamu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.4 Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan laki-laki dengan perempuan dan mengikis pandangan yang
menyatakan
bahwa
antara
keduanya
ada
perbedaan.
Perbedaan kemudian ada sekaligus menentukan seseorang pada pososi tinggi atau rendah terletak pada kualitas nilai pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Dalam
ayat
dan
surat
lain
Allah
Swt.
telah
menjelaskan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum wanita menurut
pandangan
seringkali
ajaran
dikemukakan
Islam.
oleh
para
Salah
satu
pemikir
ayat
Islam
yang dalam
kaitannya dengan hak-hak politik kaum wanita adalah yang tertera dalam QS. At-Taubah (9) : 71, sebagai berikut :
ﻭﻳﻨﻬﻮﻥ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻳﺎﻣﺮﻭﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻭﻟﻴﺎء ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﺆﻣـﻨﻮﻥ ﺍﻭﻟﺌﻚ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺍﷲ ﻭﻳﻄﻴﻌﻮﻥ ﺍﻟﺰﻛﻮﺓ ﻭﻳﺆﺗﻮﻥ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻳﻘﻴﻤﻮﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺣﻜﻴﻢ ﻋﺰﻳﺰ ﺍﷲ ﺇﻥ ﺍﷲ ﺣﻤﻬﻢ ﺳﻴﺮ Terjemahnya: Dan orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan 4
Departemen Agama RI., Al-Qur’an (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 847.
dan
Terjemahnya
8
shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.5 Secara umum ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan kerja sama antara laki-laki dan perempuan
dalam
berbagai
bidang
kehidupan.
Hal
ini
dilukiskan dengan kalimat menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Begitu pula dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, peran wanita dan laki-laki sangat diperlukan (wajib), dan tidak ada perbedaan di antara keduanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: (ﺍ ﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﺭﻭﻩ )ﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻣﺴﻠﻤﺔ ﻣﺴﻠﻢ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻃﻠﺐ Artinya : Menuntut ilmu diwajibkan muslimah (H.R.Bukhari).6
atas
setiap
muslim
dan
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati martabatnya dari keburukan dan kehinaan, serta dari perlakuan yang buruk
kedudukan yang terhormat
dan mulia. Namun demikian kedudukan wanita telah terevolusi oleh derasnya arus informasi global yang seakan menuntut 5
Ibid.
6
Lihat Ir. Ika Rochdjatun, Sastra Hidayat, Ilmu Pengetahuan Modern Agama Islam (Malang: Avecenna, 1982), h.20.
9
wanita berperan ganda. Di satu sisi mereka harus konsekuen dengan garis fitra kewanitaannya dan di sisi lain status sosial dan tuntutan ekonomi memacu mereka bekerja di luar rumah. Emansisipasi, begitulah istilah populernya. Dunia kerja bukanlah gaya hidup baru bagi wanita yang hidup di abad ke-20 dan ke-21 ini. Bursa tenaga kerja di berbagai sedikit
sektor pula
telah
di
dimasuki
antara
mereka
kaum
wanita
dan
yang
menduduki
tidak jabatan
penting dengan membawahi ribuan pekerja pria dan wanita. Sosialisasi acapkali fitrah
yang
menimbulkan kewanitaan
demikian
rupa
gesekan-gesekan
yang
esensial.
di
tempat
yang
kerja
melunturkan
Pelecehan
seksual,
perselingkuhan, dan kehancuran rumah tangga adalah beberapa kasus yang sering dihadapi pekerja wanita yang senantiasa tidak
memihak,
mengkebiri,
dan
kadang
menghancurkan
fitrahnya. Sebagai implikasi dari perluasan wilayah kerja wanita yang tidak hanya terbatas pada lingkup domestik, tetapi juga di dunia publik, maka tentu akan membawa suatu perubahan, apakah itu bersifat negatif atau positif. Berdasarkan
alasan
di
atas,
maka
penulis
sangat
tertarik unuk mengkaji secara ilmiah. Selain itu, karena tulisan-tulisan yang ada tentang masalah ini belum ada yang
10
terperinci
secara
detil.
Oleh
karena
itu,
penulis
mengajukan masalah ini untuk dikaji secara ilmiah dengan judul Wanita Karir (Suatu Tinjauan Budaya Islam). B. Rumusan Masalah Masalah wanita karir merupakan topik yang mengundang berbagai
perdebatan
(terutama
di
kalangan
intelektual
Islam) dan sampai sekarang masih terus berlangsung. Orangorang yang menyeru kaum wanita untuk keluar dari rumahnya dan menyamakan kedudukan dengan kaum pria dalam lapangan pekerjaan, adalah mereka yang telah melihat apa yang telah direalisasikan oleh dunia Barat. Dalam hal ini, mereka ingin
menirunya,
bahkan
menyatakan
sebagai
tuntutan
peradaban dan kebudayaan.7 Tentu
saja
persoalan
ini
sangatlah
dilematis
dan
memerlukan kecermatan untuk mewaspadai nilai-nilai budaya yang tidak relevan dengan budaya Islam. Oleh karena itu, penulis akan membatasi kajian ini pada skop tinjauan budaya Islam dalam melihat fenomena-fenomena di sekitar wanita karir dewasa ini. Adapun masalah yang lainnya (seperti konsep
wanita
Jahiliyah,
Barat
dan
emansipasi)
hanya
7
Muhammad Albar, Wanita dalam Timbangan Islam (Jakarta: Pustaka Azza, 1998), h ix.
11
merupakan
pengantar
agar
tulisan
ini
terlihat
lebih
bernuansa pada kajian sejarah budaya. Hal ini dimaksudkan, agar dengan cara demikian lebih mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan karena sifatnya lebih sistematis. Dalam upaya mengungkapkan masalah wanita karir dalam tulisan budaya Islam, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dikaji secara ilmiah, sebagai berikut : 1. Bagaimana kedudukan wanita dalam Islam ? 2. Bagaimana relevansi konsep emansipasi wanita dengan kehadiran wanita karir ? 3. Bagaimana kedudukan wanita karir
dalam perspektif
budaya Islam ? C. Hipotesis Dalam
sub
bahasan
ini,
penulis
mencoba
untuk
menyajikan suatu hipotesis sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang dikemukaan di atas, sebagai berikut : 1. Kedudukan wanita dalam Islam ialah menghormati wanita dengan
penghormatan
yang
sangat
luhur,
mengangkat
martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari penguburan hidup-hidup dan perlakuan buruk kedudukan yang terhormat dan mulia, sebab wanita itu selaku ibu, di bawah kakinya terletak syurga, wanita itu selaku isteri yang harus diperlakukan dengan kelembutan dan kehalusan, wanita
12
itu selaku anak perempuan, di mana orang mengayomi seorang anak perempuan akan bersama Rasulullah saw.8 2. Emansipasai
adalah
pembebasan
dari
perbudakan;
persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti
persamaan
hak
antara
kaum
wanita
dengan
kaum
pria).9 Konsep ini merupakan produk Barat yang bermotif politik sekaligus ingin melepaskan kaum wanita dari sistem perbudakan. Akhirnya, dapatlah dikatakan bahwa paradigma emansipasi wanita memberikan spirit atau inspirasi bagi lahirnya wanita-wanita karir di pelosok dunia ini. 3. Kalau kita kembali menulusuri sejarah perkembangan Islam,
khususnya
keterlibatan
perempuan
dalam
berbagai
aktifitas, bekerja dalam berbagai bidang di dalam ataupun di luar rumah, baik secara mandiri ataupun bersama dengan orang lain dengan lembaga swasta ataupun pemerintah. Selama pekerjaan
tersebut
dilakukan
dalam
suasana
terhormat,
sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak negatif yang ditimbulkannya maupun
terhadap
diri
dan
lingkungan.
Pekerjaan
dan
aktifitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi 8
Muhammad Albar, op.cit., h. 16.
9
Pius A. Partanto, Trisno Yuwono, Kamus Kecil Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola, 1994), h 146.
13
cukup beragam, ada yang terlibat dalam peperangan, seperti Ummu Samalah (istri Nabi), Shafiyah, Laila dan sebagainya. Sebagian
di
antara
bekerja
sebagai
perias
pengantin,
seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias Shafiyah bin Hujay (istri Nabi saw) juga ada yang menjadi perawat atau bidan dan sebagainya. D. Pengertian Judul Untuk yang
keliru
mencegah
timbulnya
mengenai
judul
pemahaman ini,
maka
dan
penafsiran
penulis
akan
memberikan batasan-batasan pengertian sebagai berikut : 1. Wanita Wanita adalah kata halus bahasa Indonesia untuk kata ‘perempuan’ dalam bahasa Melayu. Kaum feminis Indonesia tidak suka menggunakannya, mereka lebih suka menggunakan kata ‘perempuan’. Tapi William Shakespeare sang punjangga Inggris itu telah berkata: what is in a name? Apapun namanya, yang dimaksud dengan wanita atau perempuan, ya sama saja yaitu jenis makhluk manusia yang paling berjasa bagi spesiesnya secara biologis.10 Dalam pengertian lain
10
Fatima Mernissi, Pustaka, 1994), h. v.
Wanita
di
dalam
Islam
(Bandung:
14
dikatakan bahwa wanita adalah perempuan dewasa.11 Maksudnya wanita adalah perempuan bebas dari sifat kekanak-kanakan dan mempunyai pemikiran yang logis. 2. Karir Karir adalah perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam kehidupan, dan dapat dilihat dari segi pekerjaan atau jabatan.
Jadi
wanita
karier
itu
adalah
wanita
yang
berkecimpung di berbagai jenis kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya).12 3. Tinjauan Tinjauan adalah kata dasarnya ‘tinjau’ yang artinya melihat sesuatu dari jauh.13 Namun yang dimaksudkan di sini tinjauan
adalah
melihat,
mengamati
suatu
fakta
dengan
menggunakan suatu konsep. 4. Budaya Islam Budaya adalah akal budi, pikiran.14 Dalam bahasa Arab budaya
ini
disebut
dengan
istilah
al-tsaqafah.15
Yang
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988).
Kamus
Besar
12
Lihat Pius A. Partanto, Trisno Yuwono, Kamus Kecil Bahasa Indonesia (Surabaya: Aloka, 1994), h. 239. 13
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 951.
14
Ibid., h. 130.
15
merupakan bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Jadi budaya Islam adalah pikiran yang bernuansa Islami.
Ditinjau
dari
dimensi
wujudnya,
kebudayaan
itu
memiliki tiga wujud, yaitu: 1) wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia, 2) wujud sebagai suatu kompleks kegiatan atau aktivitas, dan 3) wujud sebagai benda.16 Dengan mengandung
demikian makna
secara
tentang
keseluruhan
realitas
wanita
judul
ini
karir
yang
ditinjau dari segi budaya Islam. Kadangkala juga penulis nantinya menggunakan studi atau tinjauan komparasi untuk melihat sekelumit fenomena di seputar wanita karir dengan berbagai problemanya, tetapi tetap konsisten dengan budaya Islam. E. Tinjauan Pustaka Tinjauan
pustaka
yang
dimaksud
dalam
skripsi
ini
adalah bertujuan memberikan penjelasan bahwa masalah yang akan dibahas atau diteliti mempunyai relevensi, baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung, tetapi ada 15
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1. 16
Mattulada, Sketsa Pemikiran tentang Kebudayaan, Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup (Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1997), h. 7.
16
keterkaitan di dalamnya. Di samping itu pula, hal ini akan memberikan gambaran bahwa pengertian pokok masalah yang akan disusun belum pernah ditulis oleh yang lainnya dalam bentuk skripsi. Beberapa buku yang penulis kumpulkan yang berkaitan dengan masalah pokok dalam pembahasan ini antara lain : 1. Wanita Karis dalam Timbangan Islam oleh Dr. Muhammad Albar, Jakarta: Pustaka Azza, 1998, yang membahas tentang kodrat kewanitaan, emansipasi dan pelecehan seksual yang sering dialami oleh kaum perempuan. Buku ini terdiri dari tujuh pasal, yang di dalamnya memuat tentang kedudukan wanita mulai pada masa pra-Islam sampai pada keterlibatan wanita dalam berbagai aktivitas dalam era persaingan global dewasa ini. 2. Wanita
di
dalam
Islam,
karya
Fatimah
Mernissi,
Bandung: Pustaka, 1994. Fatimah Menissi menulis buku ini dengan menggunakan studi-studi kitab kuning untuk menguat kabut yang menutupi fungsi kontekstual perintah sekitar jilbab dan hijab, adalah suatu upaya dekonstruksi Islami dan upaya-upaya negatif kaum modernis Islam dan upaya-upaya konservatif kaum fundamentalis dan tradisionalis Islam yang marak akhir-akhir ini.
17
3. Wanita dan Media, yang diedit oleh Idi Subandy-Hanif Suranto, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Buku ini mengulas tentang konstruksi ideologi gender dalam ruang publik
Orde
bagaimana
Baru
citra
sekaligus atau
bertujuan
informasi
untuk
tentang
menunjukkan
wanita
seperti
ditampakkan oleh media selama ini, baik citra yang positif maupun yang negatif. 4. Wanita
dalam
Sains,
karya
Vivian
Gornick
yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ny. Amsyati Susilaradeya-Sumakno Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988. Buku ini berisi tentang keikutsertaan dan prestasi kaum intelektual
wanita
dalam
kancah
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu, buku ini juga berisi tentang pengalaman emosional dan profesional para wanita yang berjuang untuk memperoleh kesempatan dan pengakuan di dunia penelitian ilmiah. 5. Membumikan Al-Qur’an, oleh Dr. M. Quraish Shihab, Bandung: Mizan, 1994. Pada bagian kedua bab II dari buku ini membahas masalah kedudukan perempuan dalam al-Qur’an dan
kualitas
pembahasannya
pribadi sangat
muslimah.
menarik,
Dalam
karena
sub
hak-hak
bab
ini
perempuan
dalam Islam dijelaskan secara sistematis serta memberikan
18
gambaran bagaimana sebenarnya wanita karir itu bertindak (action). 6. Jalan Baru Islam yang diedit oleh Mark R. Woodward, Bandung: Mizan, 1998. Dalam buku ini terdapat tulisan yang membahas masalah wanita seperti Islam dan perempuan, peran perempuan dalam program hotel, dan perkembangan Islam dalam perspektif gender di Minangkabau. 7. Hijab:
Gaya
Hidup
Wanita
ISlam,
oleh
Murthadha
Muthahhari, Bandung: Mizan, 1988. Buku ini mengulas tentang gaya
hidup
wanita
dalam
berbagai
masalah,
termasuk
di
dalamnya mengenai pergaulan pria dan wanita, penampilan wanita, partisipasi wanita dalam pertemuan-pertemuan umum. 8. Analisis Wanita dalam Bimbingan Islam, karya Drs. M. Thalib, Surabaya: al-Ikhlas, 1987. Buku ini berisi tentang tugas dan tanggung jawab seorang wanita yang sangat besar, serta pembinaan hidup yang bersifat Islami. Dari buku inilah hingga penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul skripsi ini, lebih jauh tentang wanita karir dalam tinjauan budaya Islam. Karena di dalam bukubuku tersebut menjelaskan tentang argumen dari para pakar atau intelektual yang berkaitan langsung dengan masalah wanita karir yang ditinjau dari berbagai dimensi.
19
Selain
literatur-literatur
utama
di
atas,
penulis
juga menggunakan beberapa pustaka lainnya yang nilainya tidak berhubungan langsung dengan masalah tersebut, tetapi punya relevansi untuk dijadikan sebagai suatu pengantar. Di antaranya: Sejarah Peradaban Islam karya Drs. Badri Yatim, M.A. 1997, Sketsa Pemikiran tentang Kebudayaan, Kemanusiaan dan
Lingkungan
Hidup
oleh
Mattulada
(1997),
Islam
dan
Peradaban Barat Modern oleh Dr. Faslur Rahman Anshari, dkk (1973) dan Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam karya Ir. H. Ika Rochdjatun Sastra Hidayat (1982). F. Metode Penelitian Kebutuhan akan suatu metodologi akan semakin terasa apabila diperhatikan bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta pelbagai perspektif yang inheren, maka
setiap
gejala
sejarah
budaya
tampak
sebagai
kompleksitas yang mencakup pelbagai aspek atau dimensi. Agar penggarapan suatu data itu mampu menganalisis pelbagai fakta
dengan
berbagai
unsur
dimensinya,
maka
sangat
diperlukan alat-alat analisis. Alat analisis itu menurut Kuntowijoyo disebut metodologi (science of methods).17
17
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), h. xii.
20
Jadi pada dasarnya metodologi adalah cara memandang, mengumpulkan,
menganalisis
(interpretasi)
suatu
gejala,
data, dan fakta untuk disusun dalam suatu bentuk tulisan yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu, dalam penyusunan skripsi
ini
penulis
akan
menggunakan
beberapa
metode
sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Salah satu upaya penulis dalam mengamati berbagai hal (faktual atau teoretis) yang berhubungan dengan pembahasan ini. Dalam hal ini penulis melakukan metode pendekatan ini melalui tiga perspektif, yaitu : a. Pendekatan
historis,
dimaksudkan
untuk
mengamati data
yang ada dengan memperhatikan fenomena yang terjadi, di samping
itu
juga
melihat
sifat
kausalitas
yang
ada
(hubungan sebab akibat). b. Pendekatan
antropologis,
dimaksudkan
sebagai
suatu
pendekatan yang dilakukan dengan melihat persoalan dari aspek manusia yang dipandang sebagai subyek sekaligus obyek pembahasan. c. Pendekatan pedoman
Islam
Qur’ani yang
yaitu
bagaimana
melahirkan
budaya
masalah tersebut (keberadaan wanita karir). 2. Metode Pengumpulan Data
Alquran Islam
sebagai memandang
21
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), atau penelitian kepustakaan dengan cara membaca, menganalisis dan mengutip dari buku, majalah, artikel dan gambar lain yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas. Herman Warsito, mengartikan library research yaitu “pengumpulan data yang dilakukan dari berbagai literatur baik dari perpustakaan maupun dari tempat lain”.18 Dalam library research ini, penulis menggunakan dua teknik kutipan, yaitu : a. Kutipan langsung yaitu kutipan yang persis seperti katakata yang digunakan dalam bahasa asli.19 b. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan tidak menurut katakata tetapi menurut pokok pikiran dan atau semangatnya dan dinyatakan dalam kata-kata sendiri.20 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data a. Induktif, yaitu digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat khusus, lalu menarik kesimpulan yang bersifat umum. 18
Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Cet. III; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 10. 19
Sutrisno Hadi, Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis I (Cet. VII; Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 6. 20
Ibid.
22
b. Deduktif, yaitu digunakan untuk mengolah data dan fakta yang bersifat umum, lalu menarik kesimpulan yang bersifat khusus. c. Komparatif, yaitu digunakan untuk membandingkan antara beberapa data, kemudian menarik kesimpulan atau memperkuat salah satunya.21 G. Tujuan dan Kegunaan Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dengan benar, memahami dengan baik akan esensi, substansi, dan eksistensi wanita karir dalam perspektif budaya Islam. 2. Untuk memberikan informasi yang akurat tentang awal lahirnya konsep emansipasi wanita yang melahirkan wanitawanita karir dalam era persaingan bebas ini. Sedangkan kegunaannya adalah : 1. Untuk kepentingan ilmiah, sebagai sarana kelengkapan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu budaya Islam pada khususnya,
yang
dapat
dijadikan
sebagai
pelengkap
perpustakaan. 2. Untuk
kegunaan
praktis,
diharapkan
mampu
menjadi
solusi atau alternatif yang dapat memberikan nuansa baru dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dna beragama sehingga 21
P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 63.
23
perikehidupan umat dapat berjalan secara sehat, serasi, dan seimbang (antara perempuan dan laki-laki). H. Garis Besar Isi Skripsi Untuk memudahkan tentang isi skripsi ini, maka penulis mamaparkan garis besarnya sebagai berikut: Bagian awal pembahasan memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah,
hipotesis,
pengertian
judul,
tinjauan
pustaka, metode penelitian, tujuan dan kegunaan dan diakhiri dengan garis besar isi skripsi yang terangkum dalam bab pendahuluan. Pada bab II yaitu tinjauan umum tentang wanita, terdiri dari
wanita
pada
masa
sebelum
Islam,
wanita
pada
masa
perkembangan Islam dan wanita di dunia Barat. Selanjutnya dibahas emansipasi wanita dan wanita karir, yang terdiri dari:
lahirnya
konsep
emansipasi
wanita,
tinjauan
umum
tentang wanita karir dan hubungan emansipasi wanita dengan wanita karir yang terangkum dalam bab III. Pada bab IV membahas wanita karir dan Islam, mencakup kedudukan wanita dalam Islam, hak-hak wanita dalam Islam, dan wanita karir dalam perspektif budaya Islam.
24
Akhirnya skripsi ini memuat beberapa kesimpulan yang dilengkapi dengan saran-saran penelitian sebagai pembahasan penutup.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANITA
A. Wanita Pada Masa Sebelum Islam Kedudukan
wanita
pada
masa
sebelum
Islam
sangat
rendah dan hina dina, mereka dianggap sebagai manusia tidak mempunyai roh, atau dengan kata lain hanya mempunyai roh yang sangat hina. Bahkan wanita waktu itu dianggap sebagai pangkal keburukan dan bencana.1 Oleh karena itu, wanita bagi bangsa India, tidak mempunyai hak dalam bentuk apapun, wanita hanyalah sebagai pelayan bagi suami dan ayahnya. Wanita tidak mempunyai hak dan
kebebasan
berhak
untuk
memiliki
suaminya
atau
menggunakan
semua
yang
ayahnya
atau
hartanya,
dimilikinya anak
bahkan
kembali
laki-lakinya.
tidak kepada
Kemudian
apabila suaminya meninggal maka ia akan dibakar hidup-hidup dan dikubur bersama suaminya. Kejahatan yang sangat keji ini terus berlanjut hingga masuknya penjajahan Britania ke India,
saat
itu
diterapkan
undang-undang
yang
melarang
pembakaran wanita hidup-hidup. Namun demikian, masih saja
1
Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam (Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), h. 1. 22
23
ada pembakaran istri ketika suaminya meninggal dari waktu ke waktu hingga abad dua puluh ini.2 Demikian juga kedudukan wanita bagi bangsa Yunani dan Romawi,
tidak
berhak
memerintahkan
atau
melarang,
dan
statusnya tidak lebih dari barang dagangan, tidak berhak mewarisi, memiliki dan menggunakan harta. Sedangkan kaum Yahudi menempatkan wanita dalam kedudukan pelayan, bahkan ayahnya berhak untuk menjualnya, dan dalam hal ini wanita tidak punya pilihan. Wanita tidak bisa mewarisi apapun kecuali jika ayahnya tidak mempunyai anak laki-laki. Dalam perjanjian lama (Taurat yang diperbaharui) bahwa wanita mewarisi selama ada pria di dalam keluarga. Bahkan dirinya sendiri
termasuk
yang
diwariskan
seperti
barang,
jika
suaminya meninggal maka akan diwarisi oleh wali suaminya yang
terdekat.
Bagi
kaum
Yahudi
dan
Nasrani,
wanita
dianggap sebagai pangkal kejahatan, sumber kesalahan dan dosa. Wanita itu najis, khususnya pada saat sedang haid, dan barangsiapa yang menyentuhnya, maka ia akan menjadi najis selama tujuh hari. Wanita bagi mereka adalah penyebab keluarnya Adam dari Surga, sebab wanitalah yang mengajaknya memakan
buah
pohon
yang
terlarang.
Oleh
karena
itu,
wanitalah sebagai penyebab laknat abadi yang ditimpahkan 2
Ibid.
24
kepada Adam dan semua keturunannya, maka semua keturunan dilumuti dengan aib kesalahan. Dalam hal ini tidak bisa diselamatkan
kecuali
percaya
kepada
Isa
al-Masih
sang
penebus dosa dan Tuhan anak Allah.3 Oleh sebagai
karena
pelengkap
itu,
wanita
dari
kaum
pada
masa
laki-laki,
lalu
hanyalah
mereka
tidak
mendapat penghargaan karena dialah yang dianggap sebagai sumber malapetaka yang terjadi pada masa lalu, yang harus juga dirasakan oleh kaum laki-laki, sehingga kaum perempuan tidak pernah mendapat penghargaan sama sekali dari kaum laki-laki. Kaum wanita di Eropa dan di dunia seluruhnya telah
dipandang
sebagai
sesuatu
yang
tidak
perlu
diperhitungkan. Para cerdik dan filosof telah saling adu argumentasi mengenai wanita. Oleh karena ingin diselesaikan masalah tersebut yang selama ini dianggap sebagai sumber kesalahan
yang
akhirnya
hanya
dianggap
sebagai
boneka,
kalaupun mereka memiliki roh akan tetapi roh itu hanya roh jahat. Sampai melewati masa yang relatif singkat ketika kaum wanita menempati titik pusat kemasyarakatan, di kekaisaran Yunani maupun Romawi, keadaannya tetap tidak berubah, sebab kedudukan wanita pada 3
Ibid., h. 2
saat
itu
tidak
merupakan
suatu
25
penulisan
terhadap
kaum
wanita
seluruhnya,
namun
hanya
dimiliki segelintir wanita karena kualitas pribadinya, atau hanya dimiliki oleh wanita yang penampilannya memikat di kota-kota
besar.
Mereka
tidak
lebih
dari
pada
alat
penghibur dan pemuas bagi yang kaya sebagai pemuas hawa nafsu. Semua itu tidak merupakan penulisan terhadap kaum wanita sebagai makhluk manusia dan tidak terlepas dari nafsu syahwat yang dibawanya bagi kaum laki-laki. Kedudukan yang
demikian
itu
tetap
tidak
berubah
selama
zaman
perbudakan dan feodalisme di Eropa berkembang terus. Dalam kebodohan
itu,
diperdayakan
dengan
berbagai
bentuk
kemewahan dan janji-janji dan terkadang ia hidup seperti binatang yang hanya makan, minum, mengandung, melahirkan dan bekerja siang malam. Hingga timbul revolusi industri, wanita harus menerima penderitaan yang mungkin paling buruk sepanjang
sejarahnya.
Karena
sepenjang
zamannya,
Eropa
telah memperlihatkan wataknya yang keras, watak yang tidak bermurah
dan
sukarela
tanpa
mengharapkan
manfaat
dan
imbalan.4 Namun situasi perekonomian di zaman perbudakan dan feodalisme bersama dengan corak lingkungan pertanian yang 4
Muhammad Qutub, Citra Wanita Surabaya: Bangkulu Indah, 1987), h. 7.
Dalam
Islam
(Cet.I;
26
ada telah membuat laki-laki dapat membantu kaum wanita. Hal ini
mendorong
laki-laki
dan
wanita
dengan
muda
untuk
mendapat jalan pintas dan kesenangan kalaupun pada pemuasan seksual atau jalan terlarang akibatnya hasrat dan membangun suatu
keluarga
suci
sama
sekali
merosok
atau
tertunda
sampai sekian lama. Biarkan kaum wanita dan anak-anak itu lemah, mereka tetap tidak mendapatkan belas kasihan dan sesuatu yang dapat mencegah mereka dari penderitaan dan penghisapan
yang
hati)lah
yang
demikian
masih
sangat
dapat ada
keji
itu.
mencegah orang
hanya
semua
sadar,
dhamir
itu.
(suara
Kendati
hatinya
pun
bergejolak
menentang kezaliman yang diderita kelompok manusia yang lemah itu, mereka bangkit membendung perlakuan yang tidak adil terhadap anak-anak, hanya sekedar anak-anak tidak kaum wanita. Sedangkan kaum wanita tidak demikian halnya, mereka tetap
menanggung
menguntungkan
itu.
penderitaan akibatnya
yang
mereka
sangat
terpaksa
tidak
menghidupi
dirinya dengan meleburkan diri dengan kerja berat yang memeras tenaga walaupun dengan upah yang sangat mencekik, jauh lebih rendah dari upah yang diterima bagi kaum lakilaki.
27
B. Wanita pada Masa Perkembangan Islam Pada
masa
Jahiliyah,
betapa
sedih
dan
murkanya
seseorang pria bila mendengar kabar istrinya melahirkan seorang anak wanita. Karena kaum wanita dahulu dianggap sebagai barang yang diperjualbelikan di pasar, dan bila sang suami menjelang meninggal, maka isteri harus menunggu di
samping
suaminya
terus-menerus
sampai
ia
menemui
ajalnya. Bahkan dahulu orang beranggapan bahwa wanita itu roh jahat yang harus dihina dan dilecehkan.5 Karena itu, Islam datang ke dunia salah satu di antaranya tujuannya adalah mengembalikan kehormatan, harga diri dan hak-hak kaum wanita pada masa hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tatkala menjadi seorang isteri. Hingga masa seorang isteri ke tingkat kemulian yang sangat
istimewa.
memperlakukan sayang,
Islam
wanita
sebagaimana
menganjurkan
dengan
penuh
sabda
Rasullah
agar
kelembutan saw,
kaum
pria
dan
kasih
dalam
haji
wada’nya:
…ﺧﺮﺍ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﺻﻮﺍ …ﺍﺳﺘﻮ “… perlakukan wanita dengan baik…” 6 5
Maisar Yasin, Wanita Karir Dalam Perbincangan (Cet.1; Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 15. 6
Ibid.
28
Dari kepada
kita
bunyi semua
hadis untuk
di
atas,
memberikan
memperlakukan
kaum
penjelasan wanita
itu
sebagaimana layaknya, memberikan penghargaan seperti orang lain. Oleh karena, wanita patut diberikan kesempatan untuk berkarir. Apabila di era globalisasi ini, seringkali kita mendengar teriakan seorang wanita yang menuntut hak-haknya. Mereka yang mendengarnya banyak yang mempercayainya ajakan tersebut. Walhasil, apa yang telah disumbangkan Islam untuk kemuliaan setiap wanita akhirnya terlupakan, dan menganggap Islam sebagai agama yang kurang memberikan keadilan dan kesamaan. Oleh karena itu, cobalah anda renungkan. Benarkah Islam tidak memberikan persamaan antara kaum pria dan kaum wanita?
Cobalah
lihat
dalam
penciptaan
jasmaniah,
sebagaimana yang telah difirmankan Allah swt. dalam QS. alNisa (4):1, yang berbunyi:
ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻭﺑﺚ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺧﻠﻖ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻧﻔﺲ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻜﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﺭﺑﻜﻢ ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﺎﻳﻬﺎ .ﺭﻗﻴﺒﺎ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻪ ﺍﻥ ﻭﺍﻻﺭﺣﺎﻡ ﺑﻪ ﻟﻮﻥ ﺗﺴﺎء ﺍﻟﺬﻱ ﺍﷲ ﻭﺍﺗﻘﻮ ﻭﻧﺴﺎء ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺭﺟﺎﻻ Terjemahnya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan
29
silaturahmi. Sesungguhnya menguasai kamu.7
Allah
selalu
menjaga
dan
Dari ayat tersebut di atas, menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena Allah menciptakan hanya satu yakni manusia, berarti tidak ada perbedaan, yang membedakan hanyalah taqwanya kepada Allah swt. Oleh karena itu, di dalam Islam tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Jadi keikutsertaan dalam prestasi
sebagai
kaum
intelektual
wanita
dalam
kanca
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia saat ini tidaklah diraih melalui jalan yang mudah, melainkan melalui suatu jalan panjang penuh perjuangan. Bukan saja bahwa kaum wanita harus membuktikan dirinya sama cerdas dan sama
terampil
dengan
kaum
prianya,
tetapi
harus
juga
dibuktikan bahwa wanita itu pun mampu menjalankan fungsinya sebagai ibu dan isteri yang baik. Kedua kombinasi prestasi ini tidak pernah mudah, dan sampai kini masih merupakan kunci keberhasilan kaum wanita yang ingin dikatakan sukses dalam kehidupannya. Hari demi hari kita temui makin banyak wanita terjun langsung
di
dunia
ilmu
pengetahuan,
dunia
intelektual
terutama di lingkungan kampus universitas, namun kita dapat 7
Departemen Aama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 113.
30
melihat lebih banyak profesor pria dibandingkan profesor wanita
begitulah
pula
berbagai
keilmuan.
tersebut
di
atas
dengan
doktor
Mengingat adalah
bahwa
pengakuan
dan
magister
dari
semua
bentuk
gelar
resmi
oleh
prestasi
seseorang di bidang keilmuan. Maka seolah-olah memang benar bahwa peran wanita dalam ilmu pengetahuan masih jauh dari memuaskan. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa semakin banyak wanita berprofesi sebagai pemikir, peneliti maupun pakar yang bekerja di laboratorium dan di pusat riset. Pada gilirannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, saya yakin bahwa mereka pun akan mendapatkan pengakuan masyarakat akan prestasinya dalam bidang ilmu pengetahuan masing-masing. Terlebih lagi saat perkembangan ilmu pengetahuan abad ini lebih cenderung kepada pengembangan ilmu dasar dan ilmu kehidupan.
Jadi
kesempatan
bagi
ilmuan
wanita
untuk
berpartisipasi menjadi lebih besar lagi. Oleh karena itu, di dalam kerangka seperti inilah tidak terjadi perbedaan sengit yang berkaitan dengan hak wanita untuk belajar dan bekerja, kita tidak temukan pendapat yang berbeda, yang berkaitan
dengan
pengembangan
ilmu
pengetahuan
dari
kalangan fukaqah menurut hukum syari’atnya. Akan tetapi yang
terjadi
karena
ada
dua
hal:
pertama,
pembagian
pekerjaan antara wanita dan laki-laki di dalam masyarakat.
31
Kedua,
sesuatu
yang
terjadi
karena
adanya
belajar
dan
bekerja yang mencampurkan laki-laki dan perempuan.8 Berdasarkan perbedaan yang mendasar dalam peranan dan tujuan mereka, maka laki-laki dan wanita berbeda pula dalam watak ataupun susunan jasmaniah sesuai dengan peranannya masing-masing dalam kehidupan, yang kemungkinannya menempuh sesuai
dengan
kodrat.
Peranan
khusus
bagi
kaum
wanita
seperti mengandung, menyusui, justru diperlengkapi dengan unsur-unsur
emosional
dan
intelektual
tertentu
sehingga
membuatnya siap menghadapi tugas yang besar dan sulit itu, “keibuan”. dengan
Sedangkan
peranan
laki-laki
kehidupan
dilain
yang
lain,
pihak, dan
dibebani seharusnya
diperlengkapi secara berbeda dari kaum wanita. Karena itu harus terlibat langsung dalam aktivitas kehidupan di luar seperti menghadapi binatang-binatang buas di bumi, membuat perundang-undangan dan hukum ekonomi dan lain sebagainya, ia harus mencari nafkah, melindungi dirinya, keluarganya dan anak-anaknya dari segala bentuk gangguan.9 Tugas-tugas di
atas
tidak
memerlukan
peranan
perasaan
yang
keras,
bahkan tidak banyak memberikan keuntungan. Oleh karena itu, 8
Hibbah Rauf Izzat, Wanita dan Politik Pandangan Islam (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 21. 9
Muhammad Qutub, op.cit., h. 20-21.
32
unsur-unsur intelektual, psikologi, emosional, syaraf dan fisik wanita itu, semuanya saling menyempurnakan, seimbang dan
harmonis.
Sekarang
setelah
kita
tinjau
hakikat
perbedaan antara laki-laki dan wanita maka marilah kita kembali pada pokok permasalahan antara laki-laki dan wanita dalam Islam. Keistimewaan Islam ialah bahwa ia merupakan suatu sistem kehidupan yang aktual, selalu sesuai dengan fitrah manusia,
tidak
berlawanan
atau
menyimpang
dari
watak-
wataknya. Islam menyuruh umat memelihara dan mengembangkan fitrahnya
sampai
mencapai
tingkat
yang
dicita-citakan.
Namun dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan ini. Islam tidak menghendaki manusia berubah kodrat dan fitrahnya. Karena akan menimbulkan akibat baru bagi kemanusiaan. Islam lebih percaya bahwa kebaikan, kemanusiaan yang utuh lebih tepat dicapai dengan usaha yang seiring dengan fitrahnya, yaitu setelah diasuh dan dibina sehingga terangkat pada taraf paling mulia dan baik. C. Wanita di Dunia Barat Kedudukan
wanita
dalam
pandangan
Nasrani
yang
menganggapnya pangkal kehinaan dan sumber keburukan, di mana Hawa yang dianggap telah membujuk Adam untuk memakan buah
pohon
terlarang,
maka
dialah
yang
telah
membawa
33
manusia kepada semua penderitaannya, dan dia pula yang telah mengeluarkan Adam dari syurga, sehingga anak yang terlahir
akan
disertai
dengan
laknat
kesalahan
pertama
syaitan itu sendiri. Bahkan pada zaman Persia yang dianggap sebagai zaman wanita, yaitu zaman di mana kaum Nasrani Eropa berperang dengan kaum muslimin dalam perang Salib, saat
itu
mereka
membinasakan
bagian
dari
moral
kaum
muslimin dan penghormatan mereka terhadap wanita, sehingga masa itu menjadi zaman Kuda, bukan lagi zaman wanita.10 Pada tahun 1790, seorang wanita dijual di pasar Inggris karena berhutang untuk biaya hidupnya terhadap gereja yang pernah menampungnya. mempunyai
Pada
hak
tahun
dalam
1882,
wanita
kepemilikan,
dinyatakan
pendidikan
tidak
wanita
pun
menjadi celaan hingga pertengahan abad ke-19 kemudian pada abad ke-20 upah pekerja wanita di sebagian besar lapangan kerja adalah setengah upah pekerja pria. Berdasarkan dengan upah
tenaga
kerja
wanita
yang
sangat
minim
dan
tidak
mencukupi kebutuhan pokok untuk melanggengkan hidup yang serba terbatas dengan terpaksa melakuan atau memenuhi dan tunduk melayani apa kehendaki majikannya yang berbeda jenis karena
penolakan
pelarangan
terhadapnya
mendapatkan
berarti
mendapatkan
10
Muhammad Albar, op.cit., h. 14.
pemecatan
pemasukan
dari
dan satu-
34
satunya sumber penghidupan. Atau jika ia beruntung tidak dipecat oleh majikannya maka ia dikurangi upahnya yang berakibat pada tambahnya kemiskinan. Apalagi dalam keadaan seperti ini akan lebih sulit mencari pekerjaan lain yang terpampang di depannya hanyalah menjual diri kepangkuan makelar seks apalagi kalau ia memiliki wajah yang cantik.11
11
Ibid., h. 15.
BAB III EMANSIPASI DAN WANITA KARIR
A. Lahirnya Konsep Emansipasi Wanita Gerakan emansipasi secara terbuka dan terarah, lahir pada awal abad XX. Propaganda gerakan ini agak aneh justru datang
dari
kalangan
kaum
laki-laki,
kalangan wanita.1
orang saja
dari
emansipasi
tampil
dalam
terdapat
Pada
bentuk
beberapa
awalnya
seruan,
gerakan
pentingnya
pendidikan akademis bagi kaum wanita. Slogan maupun jargon politik
yang
dimunculkan,
simpati
masyarakat,
karena
cukup
manis
aktivitasnya
dan
mengandung
mengarah
kepada
peningkatan kecerdasan serta keleluasaan generasi baru yang lebih cakap dan berkualitas. Akan tetapi dikemudian hari, setelah pintu pendidikan akademis terbuka lebar bagi kaum wanita, gerakan ini mulai menyodorkan tipu daya baru, melalui isu emansipasi wanita, kebebasan dan persamaan derajat serta peningkatan karir bagi kaum wanita di segala bidang. Isu-isu yang mereka lontarkan
memang
membangkitkan
spektakuler,
semangat
menarik
pemberontakan
bagi
simpati kaum
dan Hawa.
1
Muhammad Thalib, Solusi Islam Terhadap Dilema Wanita Karir (Cet. I; Yogyakarta: Wihdah Press, 1999) h. 11. 35
36
Bahkan,
kaum
Hawa
merasakan
munculnya
semangat
baru
bagaikan hembusan angin syurgawi bagi masa depan mereka, sekiranya emansipasi benar-benar terwujud secara nyata.2 Di secara
antara cerdik,
dalih melalui
yang
dengan
beberapa
sengaja publisitas
diintrodusir oleh
para
propagandis emansipasi, dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Wanita yang tinggal di rumah adalah wanita yang terpasung eksistensinya dan hak hidupnya. 2. Tidak menunjang usaha produktivitas masyarakat dan peningkatan pertmbuhan ekonomi negara, bahkan menjadi beban dan benalu dalam pembangunan kesejahteraan sosial. 3. Dengan hanya sebagai ibu rumah tangga, wanita kehilangan semangat partisipasi dalam setiap gerak dan langkah pembangunan bangsa dan negara. 4. Wanita yang tinggal di rumah menjadi beban keluarga, baik secara ekonomis maupun moral, sehingga hal tersebut menimbulkan kesempatan pada pihak laki-laki untuk melakukan penindasan dan kesewenangan. Karena wanita selalu merasa lemah membela haknya sendiri, maka akhirnya wanita dengan terpaksa bersikap pasrah terhadap segala hal yang menimpanya, menjadikan wanita sebagai pihak yang selalu bergantung pada belas kasih laki-laki, sehingga wanita tidak mempunyai keinginan ataupun kemauan bebas, melainkan selalu tunduk di bawah perintah dan tekanan lakilaki. Akibatnya kemandirian sikap dan pandangan, dan selalu membeo kepada apa saja kehendak laki-laki. 5. Wanita secara intelektual tidak berbeda dengan lakilaki. 3 2
Ibid., h. 12.
37
Oleh karena itu, lahirnya konsep emansipasi wanita, bukan karena kemauannya untuk dipersamakan dengan laki-laki atau ingin menyaingi laki-laki. Akan tetapi hanya ingin melepaskan diri dari tekanan-tekanan atau perbudakan bagi kaum laki-laki, dan juga ingin bebas untuk menentuan sikap dan beraktivitas seperti laki-laki. Sehubungan mengembalikan
hal
di
atas,
Islam
kehormatan,
harga
diri
datang dan
ke
dunia
hak-hak
kaum
wanita pada setiap masa hidupnya, mulai dari masa kanakkanak,
remaja,
dewasa
tatkala
menjadi
seorang
isteri,
hingga masa menjadi nenek. Bahkan Islam mengangkat derajat wanita
ketingkat
mengajurkan
agar
kemuliaan kaum
yang
pria
sangat
istimewa.
memperlakukan
wanita
Islam dengan
penuh kelembutan dan kasih sayang. Bukankah Islam telah menyamakan
hak-hak
kaum
pria
dan
wanita
itu.
Allah
berfirman dalam QS. al-Baqarah (2) : 228.
… ﺩﺭﺟﺔ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﻭﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺍﻟﺬﻯﻌﻠﻴﻬﻦ ﻣﺜﻞ …ﻭﻟﻬﻦ Terjemahnya: … dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkat kelebihan dari pada isterinya ….4 3
Ibid.
4
Departemen Agama RI., Al-Qur’an (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 55.
dan
Terjemahnya
38
Jadi antara laki-laki dan perempuan itu sama, tidak ada perbedaan antara hak, namun yang membedakannya yakni kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, lahirnya emansipasi wanita dapat berubah kehidupannya dari segala penghinaan dan ketidakadilan yang selama ini melanda kaum wanita. Bahkan kelahiran emansipasi itu membuat wanita di
dunia
ini
merasa
mendapat
penghormatan
bukan
lagi
penghinaan. Dan masih sering kita dapati pelecehan-elecehan bagi kaum wanita, karena sebagian kaum laki-laki sering mempermainkan wanita itu sendiri. Dalam
sejarah
manusia
pada
umumnya
lebih
mudah
dijumpai lelaki yang suka menggoda atau mengganggu wanita ketimbang yang tidak. Ini bukan berarti manusia menelusuri sejarah
yang
normal.
Ini
merupakan
gambaran
dari
kesenjangan kedudukan dan kekuasan sosial potilik ekonomi budaya di antara dan kelompok yang berbeda jenis kelamin. Ini tidak terjadi hanya dalam masyarakat kini, atau pada bangsa tertentu, atau golongan masyarakat tertentu saja. Citra masyarakat terhadap wanita masih dominasi polapola
yang
lama,
sehingga
kaum
prialah
yang
cenderung
memperoleh kesempatan yang lebih besar, sedangkan wanita hanya difungsikan pada urusan tradisional semata. Beneria
39
(1979) menandai beberapa ciri khusus dari pekerjaan yang biasa ditakuti wanita, yakni: 1. Sesuai dan dapat dikombinasikan dengan kegiatan reproduksi dan khususnya kegiatan pemeliharaan anak, 2. Pada posisi sub ordinat terhadap pekerjaan pria dan juga terhadap hubungan hierarki berdasarkan umur; dan 3. Merupakan perpajangan dari kegiatan wanita di sektor domestik.5 Beneria sedikit banyak mengakui bahwa untuk menduduki profesi
sebagai
pemimpin,
peluang
wanita
lebih
kecil.
Faktor penyebabnya bukan karena ketidakmampuan, melainkan karena kurang diberikannya kesempatan kepada wanita. “Sudah banyak
wanita
yang
pintar,
tetapi
sering
ditekan
oleh
bapak-bapak.” 6 Justru itu, pada tingkat sosial, gerakan emansipasi ini diwarnai oleh tuntutan persamaan hak, agar para perempuan dapat menyamai pria dalam bentuk sosial, ekonomi dan kekuatan politik. Jadi kelahiran emansipasi wanita itu, dapat merubah posisi wanita dari tempat yang sangat rendah ke tempat yang lebih baik dan terhormat.
5
Yasraf Amir Piling, Wanita dan Media, Konstruksi Ideologi Gender Dalam Ruang Publik Orde Baru (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), h. 81. 6
Ibid.
40
B. Tinjauan Umum Tentang Wanita Karir
Selain
wanita
karir,
istilah
baru
yang
sering
digunakan untuk menyebut wanita yang bekerja di luar rumah mencari nafkah, adalah wanita profesional. Ada juga orang yang
menyebutnya,
sebagai
makhluk
jenis
ketiga.
Mereka
disebut demikian, karena sehari-harinya mereka lebih suka berjejal di lapangan kerja, yang senantiasa menjadi tugas laki-laki, daripada tetap pada fitrah kewanitaannya. Mereka berlagak dan bergerak-gerik menyerupai laki-laki.7 Keterlibatan
“makhluk
jenis
ketiga”
ini
di
dalam
kompetensi dunia kerja, bermula di Eropa Barat pada akhir abad XIX dan permulaan abad XX. Motivasi utama munculnya kelompok ini, adalah akibat kelebihan populasi wanita dan pelanggaran atas hak-hak asasi mereka. Ciri-ciri wanita karir atau wanita profesional di Barat menurut seorang penulis Inggris adalah sebagai berikut: 1. Tidak suka berumah tangga. 2. Tidak suka berfungsi sebagai ibu. 3. Emosinya berbeda dengan wanita non-karir. 4. Menjadi manusia melankolis.8
7
Muhammad Thalib, op.cit., h. 16.
8
Ibid.
41
Pada gilirannya para wanita profesional ini, disadari ataupun
tidak,
ada
kemelut
berkepanjangan
di
tenaga
masyarakat. Mereka kini, harus tampil bekerja keras untuk dapat
memenuhi
jarang,
mereka
kebutuhan mau
kesehariannya.
tidak
mau,
Bahkan
memposisikan
tidak
diri
pada
barisan konfrontasi dengan kaum laki-laki, khususnya dalam usaha mendapatkan lapangan kerja. Kaum wanita kini harus ke luar rumah dan berjuang sekuat daya, bersaing dengan kaum laki-laki di bursa tenaga kerja untuk mencari sesuap nasi, sebagaimana kemudian,
halnya wanita
kaum
laki-laki.
terpaksa
menerima
Dilema
yang
beban
ganda,
muncul yaitu
mencari nafkah keluarga dan mengurus rumah tangga. Dengan berdesakannya kaum wanita menyerbu lapangan kerja di luar rumah, maka kaum wanita berhadapan dengan persaingan yang hebat. Hal ini kemudian menciptakan pengangguran besarbesaran
di
kalangan
laki-laki.
Akibat
selanjutnya,
mekanisme kerja dan tanggung jawab amanah dalam kehidupan keluarga dan masyarakat menjadi kian semraut. Pada menjadi
saat
tulang
kaum
laki-laki,
punggung
keluarga
yang dan
pada
gilirannya
pengaman
tatanan
sosial menjadi penganggur, karena kekurangan lapangan kerja bagi mereka, maka potensi kaum laki-laki menjadi sia-sia dan terabaikan. Hal ini menimbulkan problema sosial yang
42
parah, seperti merajalelanya perzinaan dan kriminalitas. Oleh karena laki-laki yang sudah dewasa, dengan tuntutan kebutuhan biologis yang mendesak, tidak dapat menyalurkan melalui lembaga penikahan. Laki-laki merasa takut untuk menikah karena belum punya pekerjaan tetap dan khawatir tidak bisa menghidupi rumah tangganya misalnya, maka jalan pintasnya adalah perzinahan, menyalurkan desakan syahwatnya kepada pelacur, sehingga bisnis prostitusi pun kita subur dan menjadi profesi yang menjanjikan harapan material. Sebaliknya
wanita
karir
yang
juga
terdesak
oleh
tuntutan biologisnya enggan untuk menikah dengan laki-laki penganggur,
lalu
mengambil
jalan
pintas
yang
resiko
materialnya dirasa lebih kecil, berupa semen leven atau kumpul
kebo.
Prinsip
kehidupan
semen
leven
ini
adalah
adanya rasa saling untuk membutuhkan untuk saling memenuhi hajat seksual, tampa harus terikat tanggung jawab apapun. Sebagian
wanita
karir
yang
mengikuti
prinsip
kehidupan seperti tersebut di atas merasa, bahwa dengan prilaku
demikian
berarti
mereka
telah
dapat
memberikan
ekistensi dirinya, dan kedudukannya sama dengan kaum lakilaki.
43
C. Hubungan Emansipasi dan Wanita Karir Globalisasi
informasi
merupakan
salah
satu bentuk
indikatorinisasi yang cukup efektif dan berjangkauan luas. Informasi sekarang
mengenai ini,
emansipasi
mendapatkan
wanita
porsi
di
era
publikasi
informasi
politis
dan
bisnis secara besar-besaran dan sistimatis. Sebab, sebagian masyarakat, emansipasi wanita dipandang sebagai makhraja (solusi/jalan keluar) bagi tuntutan keadilan gender dan kesetaraan antara kamu pria dan kaum wanita. Oleh karena itu, segala hal yang dicurigai sebagai penghalang emansipasi, divonis telah melakukan diskriminasi gender,
dan
banyak
didugat
oleh
mereka
yang
menolak
keterlibatan agama dalam isu-isu politik, demokrasi, hak asasi dan emansipasi. Bahkan ada yang menghujat, bahwa Islam telah mengekang kemajuan dan kebebasan kaum wanita. Dan ironisnya, perlawanan ini justru datang dari orangorang yang menyatakan diri sebagai muslim. Isu emansipasi di era reformasi, menjadi kian marak dan mendapat sambutan hangat
khususnya
dari
secara
beramai-ramai
kalangan menjadi
wanita,
pengikut
sehingga faham
baru
mereka yang
mereka anggap memberikan kebebasan penuh pada fikiran dan sepak terjang mereka.9 9
Ibid., h. 36.
44
Paham baru ini disebut feminisme, yang sebenarnya hanya menawarkan hal-hal yang bersifat fatamorgana, yang belum disadari mudharat (akibat buruknya) oleh kaum wanita. Dalam feminisme ini terkandung misi pembebasan kaum wanita tanpa
batas,
sehingga
telah
melepaskan
wanita
dari
fitrahnya. Paham ini telah merombak struktur berfikir dan format dari kiprah wanita. Dari sosok yang keibuan menjadi figur yang tidak jelas, apakah ia wanita atau pria, atau wanita-pria sekaligus. Semengat emansipasi telah membuat wanita
menjadi
penuntut
kebebasan
dalam
segala
aspek
kehidupan. Atas nama kesetaraan, kaum wanita berfikir, jika kaum pria mampu melakukan suatu hal, mengapa kaum wanita tidak?
Dengan
demikian
kaum
wanita
pun
menuntut
agar
diberikan hal yang sama dan setara dalam memimpin sebuah negara.10 Sehubungan pidatonya
pada
hal tahun
di
atas,
1987
dalam
Grobachev
suatu
kesempatan
mengatakan
tentang
keterlibatan wanita di luar urusan keluarga : Kita dapat mampu mencurahkan perhatian kepada hak-hak khusus wanita dan kebutuhan wanita untuk melaksanakan peranannya sebagai ibu, pengurus rumah tangga dan pendidik yang sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. Karena pembangunan, produksi dan kegiatan sosial, maka 10
Ibid.
45
ia tidak lagi mempunyai waktu untuk melaksanakan kewajiban sehari-harinya di rumah, mendidik anak-anak dan menciptakan suasana tenang dalam keluarga. Kita telah dapat melihat, bahwa sebagian besar dari problem tingkah laku anak-anak dan pemuda pada pokoknya, disebabkan oleh hubungan keluarga yang tidak harmonis Hal ini bertentangan dengan keinginan kita yang baik untuk mewujudkan emansipasi penuh di segala hal. Pada masa ini kita harus bisa mulai mengatasi problem ini. Sekarang kita sedang melakukan diskusi, baik dalam surat kabar, organisasi sosial, di tempat kerja dan di rumah mengenai apa yang seharunya kita kerjakan supaya wanita bisa memperoleh jalan yang mudah untuk kembali kepada misi kewanitaannya.11 Perkembangan
teknologi
dan
industrialisasi
Barat
tidak dapat dipungkiri telah membawa pengaruh amat besar terhadap sikap dan prilaku kaum wanita di sana. Mereka tidak lagi menerima keadaan seperti apa adanya. Sebaliknya, mereka merasa tidak puas dengan status quo yang dimiliki, dan
menunjukkan
tuntutan
ketidakpuasan
persamaan
hak.
itu
Mereka
melalui
proses
berangan-angan,
dan guna
menegaskan eksistensi kewanitaannya mereka harus menuntut haknya yang terabaikan dan menentang dominasi kaum pria dalam segala bentuknya.12 Pada akhirnya, mereka ikut terjung ke rimba belantara kehidupan, keluar meninggalkan rumah untuk bekerja mencari 11
Ibid., h. 38.
12
Ibid., h. 75.
46
nafkah.
Dengan
adanya
kesibukan
di
luar
rumah,
ikatan
keluarga menjadi renggang. Sebelum itu, wanita bergantung pada anggota keluarga laki-laki, tetapi kemudian terpaksa harus mandiri dan mencari pekerjaan di luar rumah. Kondisi yang
demikian
itu
pada
gilirannya
melahirkan
berbagai
gagasan. Gagasan tersebut adalah perlunya memberi ruang gerak
yang
lebih
bebas
kepada
wanita
serta
menegaskan
eksistensi diri dan posisi wanita dalam peradaban dunia modern.
Ide-ide
kemudian
ini
menjalar
berpengaruh
serta
diikuti
pada oleh
masyarakat masyarakat
Barat, lain,
selanjutnya menyusup ke tengah-tengah masyarakat Arab dan umat Islam.13 Filsafat Barat yang mengirim wanita keluar rumahnya bersaing dengan laki-laki untuk mencari lapangan kerja, telah menyebabkan munculnya gaya hidup baru pada wanita yang kemudian dikenal dengan sebutan wanita karir atau wanita profesional. Bagi wanita karir, hidup ini dinilai berharga dan mencapai harkat kemanusiaan, apabila mereka dapat mewujudkan hal-hal berikut : 1. Keadilan gender, artinya setara dengan laki-laki dalam perilaku maupun kemampuan diri, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin. 13
Ibid, h. 76.
47
2. Kebebasan, lebih menyukai kerja di luar rumah daripada sibuk di rumah mengurusi dapur dan mengasuh anak-anak. 3. Hidup mandiri lebih disukai daripada menjadi isteri atau ibu rumah tangga.14 Kondisi
masyarakat
Barat,
di
mana
kaum
wanitanya
telah mencapai kebebasan dan keadilan hidup seperti yang mereka pahami, ternyata menimbulkan keluhan justru dari tokoh pemikir wanita sendiri. Mustafa al-Sibai dalam bukunya al-Mar’ah Baina alFiqhi wa al-Qunun, mengutip ucapan seorang tokoh Barat bernama Goul Simun: “Kaum wanita dewasa ini sudah menjadi semacam mesin (robot)
yang
kantornya.
dipekerjakan
Memang
mereka
oleh
pemerintah
mendapatkan
di
imbalan
kantorbeberapa
dolar, tetapi tidak seimbang dengan terlantarnya urusan keluarga yang mereka tinggalkan. Memang para suami dapat memperoleh keuntungan dari isterinya yang bekerja, namun lapangan
kerja
bagi
laki-laki
sendiri
sempit karena diserbu oleh perempuan.15
14
Ibid., h. 105.
15
Ibid., h. 106.
akhirnya
menjadi
48
Realita kehidupan seperti ini, bertentangan dengan keinginan untuk membangun keluarga ideal yang harmonis dan sejahtera, yang didambakan oleh semua orang. Islam sengaja menentang gaya hidup masyarakat modern yang kian jauh dari nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
BAB IV WANITA KARIR DAN ISLAM
A. Kedudukan Wanita dalam Islam Pada awal Islam, kaum wanita tidak memainkan peran dalam
urusan-urusan
masyarakat,
meskipun
dengan
adanya
semua hak yang telah diberikan Islam kepada kaum lelaki. Ketika para sahabat Nabi saw. bermusyawarah di antara mereka sesudah Nabi saw. wafat untuk menentukan penggantinya di sebuah tempat pertemuan yang dikenal sebagai Tsaqifah Bani Sa’idah,
tak
seorang
pun
wanita
yang
dilaporkan
telah
berperan serta.1 Kami tidak punya bukti tentang persentase mereka
dalam
pemilihan
ketiga
orang
khalifah
ortodoks
berikutnya. Dalam seluruh sejarah Islam tidak ada sebutan tentang persentase atau peran serta wanita di sisi kaum lelaki mengarahkan persoalan-persoalan negara, baik dalam pengambilan
keputusan
politik
atau
pun
perencanaan
strategis. Nabi Muhammad saw. seorang tokoh historis yang paling terkenal dalam sejarah kita. Kita memiliki informasi yang melimpah
mengenai
beliau,
ciri-ciri
mengenai
bagaimana
1
Fatimah Menissi, Wanita di dalam Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka, 1994), h. 5. 49
50
memimpin ekspedisi-ekspedisi, tetapi juga sejumlah besar paparan
tentang
kehidupan
isteri-isterinya,
pribadinya,
percekcokan
rumah
prilaku
terhadap
tangganya,
makanan
kesukaannya, hal-hal yang membuatnya tertawa, marah dan sebagainya. Tidaklah mungkin untuk mendistorsi kepribadiannya di sebuah negara muslim, di mana pendidikan agama dimulai seorang
sejak ahli
Muhammad
taman muslim
saw.
kehidupan
kanak-kanak. telah
telah
publik
mempu
Sekalipun mengatakan
mengecualikan
dan
menempatkan
kaum mereka
demikian, bahwa
Nabi
wanita
dari
hanya
dalam
lingkungan rumah tangga. Namun demikian, bukan berarti kaum wanita tidak punya hak sama sekali, akan tetapi hak mereka lebih kecil dari pada
kaum
laki-laki,
dan
juga
kaum
wanita
dapat
juga
memberikan spirit bagi kaum pria yang akan melakukan suatu pekerjaan dan apa saja yang akan dilakukan suaminya, yang penting
aktivitasnya
tidak
melanggar
ketentuan
agama.
Seperti halnya selama periode misi kenabiannya, baik di Mekkah
maupun
kedudukan
di
yang
Madinah,
terhormat
Nabi bagi
Muhammad kaum
saw.
wanita
di
memberi dalam
kehidupan kemasyarakat. Muhammad berusia 40 tahun ketika pertama kali diangkap menjadi Rasul tahun 610 M”2 dan adalah 2
Ibid., 129.
51
tangan Khadijah yang memberinya kehangatan dan ketenangan. Terdapat banyak riwayat yang menceritakan ketakutan yang diderita pertama,
Rasulullah dan
beliaulah, butuhkan.
selama
semuanya
Rasulullah Ketika
masa
sepakat
bahwa
memperoleh
puncak
turunnya
masa
wahyu-wahyu
dari
rumah
tangga
kekuatan
yang
beliau
mencekam
belau,
takut
Rasulullah bukannya pergi mencari kaum laki-laki, tetapi justru berlari menemui seorang perempuan Khadijah isteri tercinta, untuk menuangkan rasa takut yang diderita. Dengan demikian, wanita juga ditempatkan dalam posisi yang baik bagi Nabi pada saat itu, dalam arti mereka dapat memberikan dorongan bagi kaum laki-laki. Walaupun mereka tidak terlibat langsung dalam suatu peristiwa atau masalah yang dihadapi oleh Nabi. Namun mereka punya hak untuk bekerja dan membantu bagi kamum laki-laki demi kelangsungan hidupnya.
Hal
ini
dibenarkan
oleh
Islam
sebagaimana
mestinya, Islam tidak melarang kaum wanita bekerja di luar rumah pada saat-saat yang sangat membutuhkan pelayanannya, baik
untuk
kepentingan
masyarakat
maupun
kepentingan
dirinya sendiri. Dalam
kepentingan-kepentingan
ini,
pelayan
mereka
harus dipersamakan atau diperlakukan seperti tugas-tugas kaum
laki-laki
dalam
peperangan
dan
sebagainya.
Jika
52
seorang
wanita
tidak
punya
seorang
laki-laki
sebagai
penanggung jawab penghidupannya, maka tidak ada halangan baginya ke luar rumah untuk bekerja karena hendak mempertahankan hidupnya. Semua itu karena ada kepentingan-kepentingan mendesak atau
darurat.
Dalam
keadaan
demikian
untuk bekerja. Namun secara asasi
Islam
membenarkan
Islam tidak membenarkan
hal tersebut seperti yang terlihat di negara-negara Barat dan negara-negara komunis. Kebodohan ini tidak diakui oleh Islam sebab kegiatan wanita di luar rumah tangga membuat mereka lepas dari tugas utamanya dalam rumah tangga dan akan lebih banyak menimbulkan masalah-masalah psikologis, sosial yang buruk. Oleh karena itu, wanita dilarang ke luar rumah kalau mereka meninggalkan tugas utamanya dan melanggar aturanaturan
keagamaan
dengan
kata
lain
melanggar
susila,
sehingga dapat merusak citra kewanitaannya. Dalam keadaan demikian
itu,
wanita
akan
menjadi
umpan
empuk
untuk
dinikmati oleh kaum laki-laki yang kelaparan dalam menjadi budak yang harus mengabdi sebagai pemuas seksual, kemudian pada
akhirnya
kabut
hitam
menyelimuti
generasi
demi
generasi. Sehingga Islam sama sekali tidak menerima keadaan semacam
itu,
karena
apabila
menerimanya
berarti
53
menghancurkan keistimewaanya sendiri, yaitu pandangan bahwa kemanusiaan
merupakan
suatu
eksistensi
utuh
yang
tidak
putus dalam suatu generasi umat manusia. Namun bila keadaan sangat mendesak sekali, dapatlah anak itu diserahkan untuk diasuh oleh orang lain yang benar-benar mampu memberikan didikan yang baik. Tanpa keadaan yang demikian, tindakan itu hanyalah kegilaan yang tidak diterima oleh akan sehat. Barangkali
orang-orang
dimaklumi,
karena
latar
geografis,
politik
masyarakat
dunia
dan
Timur
Barat
belakang ekonomi yang
dalam
hal
kehidupan mereka,
mayoritas
ini
dapat
historis,
akan
tetapi
beragama
Islam
tentunya berbeda pandangan dengan orang Barat. Hal ini menimbulkan masalah dan berbagai macam interpretasi yang berbeda-beda tentang wanita yang bekerja di luar rumah. Islam
sangat
memperhatikan
fitrah
kemanusiaan
dan
tuntutan-tuntutan masyarakat sekaligus. Maka ketika Islam memberikan tugas utama kepada wanita, sangat disesuaikan dengan
fitrahnya
dengan
seluruh
potensi
yang
ada
pada
dirinya, laki-laki dibebani menyediakan kebutuhan-kebutuhan kaum wanita, sehingga hatinya terhindar dari kekhawatiran hidup dan seluruh usaha, kemampuan lebih banyak ditujukan pada pembinaan generasi manusia yang mulia. Di samping itu pula, laki-laki memberikan penghormatan setinggi-tingginya
54
kepada
mereka,
sebagaimana
ketika
seorang
laki-laki
bertanya kepada Rasulullah saw:
ﻣﻦ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻣﻚ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻣﻚ ﻓﻘﻮﻝ ﺻﺤﺎﺑﺘﻰ ﺑﺤﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻭﻟﻰ ﻣﻦ (ﺍﻟﺒﺨﺎﺭ )ﺭﻭﺍﻩ .ﺍﺑﻮﻙ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻻﻣﻚ Artinya: Siapakah yang paling utama menerima perlakuan baikku? Beliau menjawab: Ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: kemudian Ibumu. Ia bertanya lagi; kemudian siapa? Beliau menjawab: kemudian Ibumu. Ia bertanya pula; kemudian siapa? Beliau menjawab; kemudian ayahmu.3 Dengan
demikian,
wanita
itu
punya
kedudukan
yang
sangat agung di mata orang Islam, karena ajaran orang Islam memang menempatkan ke tempat yang sangat terhormat. Oleh karena itu, wanita perlu dihormati seperti halnya dengan kaum
lak-laki.
Namun
wanita
mendambakan
rasa
saling
menghormati dan saling kasih di antara mereka sendiri dan kaum laki-laki. Islam
diwajibkan
kaum
laki-laki
berjalan
di
atas
jalan Allah tanpa putus sedikitpun, sedangkan kaum wanita bekerja sebaik-baiknya mendidik anak-anak mereka mengurusi tugas-tugas rumah tangga. Dengan demikian antara suami dan 3
Muhammad Qutub, Citra Wanita Surabaya: Bengkul Indah, 1978), h. 50.
Dalam
Islam
(Cet.
I;
55
isteri
terbentang
tujuan
luhur
dalam
kehidupan
yang
terhormat, terangkat jauh dari kehidupan yang serba darurat dan dikuasai oleh nafsuh belaka. Itulah sistem Islam berdasarkan Al-Qur’an dan haditshdaits
Rasulullah
manusia
saw.
meningkatkan
yang
moral,
seluruhnya mendidik
dan
menyuruh mengayom
ummat jiwa
mereka secara baik, mengendalikan hawa nafsu, memelihara keadilan, saling menghormati, dan saling kasih di antara mereka. Barangkali masih ada orang menganggap bahwa tradisitradisi kitalah yang menyebabkan kaum wanita terbelakang, statis, bodoh, sempit wawasan dan hidup bagai hewan. Tentu saja
tidak
demikian,
sebab
tradisi-tradisi
lampau
kita
tidak melarang untuk menuntut ilmu, bekerja dan bergaul bersama
masyarakat.
Untuk
itu
Islam
telah
merumuskan
berbagai jalan yang intinya adalah mengikat seorang mukmin dengan ikatan yang sempurna, dengan keyakinan terhadap hari akhirat dan takut kepada “Allah Subhanuhu Wata’ala yang senantiasa mengawasinya,”
4
baik yang tersembunyi maupun yang
terang-terangan. Rasa takut kepada Allah inilah yang selalu 4
Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam (Cet. I; Jakata: Pustaka Azzam, 1998), h. 163.
56
menjadi pengawas atas semua perilakunya, semua gerakan dan diamnya.
Kendati demikian, jika wanita keluar rumah hendaknya menampakkan
busana
Islam,
dan
hendaknya
pula
tidak
menampakkan perhiasannya kecuali yang tampak darinya, tidak menggunakan tidak
wangi-wangian
saat
berlenggok-lenggok
berbicara.
Dalam
mereka
dalam
berjalan
keluar
berjalan
hendaknya
rumah
serta
dengan
dan
dalam
sopan
dan
tenang. Oleh karena itu, Islam tidak melarang wanita ke luar rumah
untuk
memenuhi
keperluan-keperluannya
yang
memang
perlu, dengan syarat harus menggunakan busana Islami yang berperilaku
islami,
memanjangkan lehernya,
pakaian,
berjalan
menundukkan mengenakan dengan
kepala
atau
hijab
hingga
sopan
dan
pandangan, dada
tenang
dan
serta
merendahkan suara saat berbicara agar tidak menimbulkan keinginan orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit. B. Hak-Hak Dalam Islam Islam
menghormati
wanita
dengan
penghormatan
yang
sangat luhur, mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan, penguburan hidup-hidup, perlakuan buruk serta kedudukan
yang
terhormat
dan
mulia.
Sebab
wanita
itu
57
sebagai ibu, di bawah kakinya terletak syurga, wanita itu sebagai isteri yang harus diperlakukan dengan kelembutan dan kehalusan, wanita itu selaku anak perempuan memerlukan pengayoman seperti anak laki-laki. Seorang wanita mukminah yang teguh dalam ketaatannya, Allah telah menyediakan baginya apa yang telah disediakanNya bagi kaum mukminin, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal ini. Firman Allah dalam QS. an-Nahl (16) : 97:
؟ … ﻃﻴﺒﺔ ﺣﻴﻮﺓ ﻓﻠﻨﺤﻴﻴﻨﻪ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻫﻮ ﺍﻭﻧﻨﺜﻰ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺻﺎﻟﺤﺎ ﻋﻤﻞ ﻣﻦ Terjemahnya: Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik lakilaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik …5 Dari ayat di atas, telah memberikan penjelasan kepada kita tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu tentunya dalam hal-hal tertentu yang hanya menyangkut masalah amalan-amalan. Akan tetapi di sisi lain ada perbedaan mengenai tanggung jawab keluarga dan anakanaknya. 5
Departemen Agama RI., Al-Qur’an (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 417.
dan
Terjemahnya
58
Mengenai konsep hak, dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam segala sesuatu, wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan mempunyai kewajiban seperti pria.
Kemudian,
derajat,
yaitu
bahwa
laki-laki
sebagai
pemimpin
dilebihkan yang
dengan
telah
satu
ditetapkan
dengan fitrahnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. anNisa’ (4) : 34, sebagai berikut:
ﺍﻧﻔﻘﻮ ﻭﺑﻤﺎ ﺑﻌﺾ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺍﷲ ﻓﻀﻞ ﺑﻤﺎ ﺍﻟﻨﺴﺎء ﻋﻠﻰ ﻣﻮﻥ ﻗﻮﺍ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ … ﺍﻣﻮﺍﻟﻬﻢ ﺍﻣﻦ Terjemahnya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.6 Dalam
hal
ini
bukan
berarti
keluar
dari
konsep
persamaan yang telah disamakan dalam hak dan kewajiban, sebab tambahan hak diimbangi dengan tambahan serupa dengan kewajiban, demikian persamaan yang bijaksana. Konsep nasabnya atau keturunan, dasarnya ada di dalam Alquran yang mulia, yaitu menghormati ibu, melindungi anakanak
perempuan
dari
perlakuan
jahat
terhadap
kehidupan
mereka dan menjaukan diri dari kebencian akan kelahiran dan 6
Ibid. h. 123.
59
pendidikan
mereka.
Demikian
juga
sang
isteri
dalam
perkawinan, yaitu memberikan status dan tempat di dalam rumah, sehingga tidak dibolehkan menempatkan isteri di luar tempat mereka, dan tidak boleh laki-laki (suami) menyuruh atau memaksakan isterinya melakukan sesuatu dengan lakilaki lain. Islam telah menempatkan ibu pada kedudukan yang tiada taranya, di mana dinyataan bahwa syurga berada di bawah telapak kaki ibu, maka anak harus tunduk ke bawah telapak itu agar bisa sampai ke syurga. Islam
pun
menyatakan
bahwa
menyakiti
orang
tua
termasuk dosa besar, Allah menjadikannya sebagai dosa yang siksaannya di dunia di samping juga di akhirat kelak yang melakukannya. Lain dari itu, tentang ibu ada perhatian tersendiri dalam Islam, sebagaimana diisyaratkan langsung atas firman Allah dalam QS. al-Ahqaf (46) : 15 :
ﻭﺣﻤﻠﻪ ﻛﺮﻫﺎ ﻭﻭﺿﻌﺘﻪ ﺍﻣﺔﻛﺮﻫﺎ ﺣﻤﻠﺘﻪ ﺍﺣﺴﺎﻧﺎ ﺑﻮﺍﻟﺪﻳﻪ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻭﻭﺻﻴﻨﺎ … ﺳﻨﺔ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﻭﺑﻠﻎ ﺍﺷﺪﻩ ﺑﻠﻎ ﺍﺫﺍ ﺣﺘﻯﺎ ﺷﻬﺮﺍ ﺗﻠﺜﻮﻥ ﻭﻓﺼﻠﻪ Terjemahnya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
60
payah (pula), mengandungnya sampai menyapinya adalah tiga puluh bulan.7 Ringkas kata bahwa kedudukan ibu dalam Islam sangat tinggi, tidak disertai oleh isteri dan tidak pula anak. Seorang harus tunduk kepada ibunya dan tabah terhadap bila ibunya
sedang
kemarahan
itu
dalam
keadaan
jarang
terjadi
marah. pada
Kendati seorang
sebenarnya ibu
karena
wataknya yang halus, dan mereka betapa lembut dan sayangnya terhadap
anaknya,
bahkan
sebaliknya
sang
ibulah
yang
kerapkali tabah menghadapi anak-anaknya dari sikap maupun perkataan mereka serta selalu memaafkan sebelum anak-anak itu minta maaf kepadanya. Oleh berbuat
karena
keji
itu,
kepada
Islam
kedua
melarang
orang
keras
tuanya,
dan
untuk
bahkan
Islam
memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah berfirman dalam QS. Lukman (31) : 14.
ﺍﻥ ﻋﺎﻣﻴﻦ ﻓﻰ ﻭﻓﺼﻠﻪ ﻭﻫﻦ ﻋﻠﻰ ﻭﻫﻨﺎ ﺍﻣﻪ ﺣﻤﻠﺘﻪ ﻟﺪﻳﻪ ﺑﻮﺍ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻭﻭﺻﻴﻨﺎ .ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ ﺍﻳﻰ ﻟﺪﻳﻚ ﻭﻟﻮﺍ ﺍﺷﻜﺮﻳﻰ Terjemahnya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
7
Ibid., h. 824.
61
dalam keadaan lemah yang menyapihnya dalam dua tahun.8
bertambah-tambah,
dan
Dari ayat di atas, telah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita masing-masing bukan untuk menghinanya atau diterlantarkan ketika ia sudah membutuhkan uluran tangan kita, tetapi untuk diperhatikan kehidupannya. Wanita,
baik
sebagai
ibu,
isteri,
anak
perempuan
ataupun saudara perempuan masing-masing mempunyai hak-hak tertentu di samping kewajiban-kewajiban. Firman Allah dalam QS. al-Baqarah (2) : 228.
… ﺩﺭﺟﺔ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺓﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﺑﻠﻤﻌﺮﻑ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻣﺜﻞ ﻭﻟﻬﻦ Terjemahnya: Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. 9 Menurut Tafsir Depag. RI, bahwa suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya, hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga lihat ayat
8
Ibid., h. 654.
9
Ibid., h. 55.
surah an-Nisa’.
62
Wanita mempunyai kedudukan yang mulia dan tinggi, wanita selaku isteri, Allah menjadikannya sebagai salah satu tanda di antara tanda ciptaan-Nya di mana pada wanita Allah menciptakan rasa tentram, kasih dan sayang. Allah swt. berfirman dalam QS. ar-Rum (30) : 21.
ﻣﻮﺩﺓ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻭﺟﻌﻞ ﺍﻟﻴﻬﺎ ﻟﺘﺴﻜﻨﻮﺍ ﺍﺯﻭﺍﺟﺎ ﺍﻧﻔﺴﻜﻢ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻜﻢ ﺍﻥ ﺍﻳﺘﻪ ﻭﻣﻦ .ﻳﻔﻜﺮﻭﻥ ﻟﻘﻮﻡ ﺫﻟﻚ ﻻﻳﺖ ﻓﻰ ﺍﻥ ﻭﺭﺣﻤﺔ Terjemahnya: Dan tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya rasa kasih dan sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.10 Jika hak-hak wanita merupakan masalah bagi sebagian kaum lelaki muslim modern, hal ini bukanlah karena Alquran ataupun hadis, bukan pula karena tradisi Islam, melainkan semata-mata
karena
hak-hal
tersebut
bertentangan
dengan
kepentingan kaum elit lelaki. Kelompok elit tersebut sedang berusaha
meyakinkan
kita
bahwa
pandangan
mereka
yang
egoistis, sangat subyektif dan picik tentang kebudayaan dan masyarakat, memiliki landasan yang sakral. Tetapi jika satu hal yang diyakini oleh kaum lelaki dan wanita akhir abad ke 10
Ibid, h.644,
63
20 yang memiliki kesadaran dan pemahaman sejarah, maka adalah
bahwa
mendukung
Islam
egoisme
tidaklah dan
dikirim
kepicikan.
dari
Islam
itu
langit
untuk
datang
untuk
mendukung di Padang Pasir Arab, untuk membakar semangat mereka untuk mengejar tujuan-tujuan spiritual yang luhur serta persamaan bagi semua orang, meskipun dengan adanya kemikinan
dan
pertentangan
dengan kaum berkuasa. Bagi itu,
demokrasi
bukanlah
sehari-hari
bagi
kaum
lemah
kaum muslimin generasi pertama suatu
hal
yang
tak
biasa,
“Demokrasi adalah makanan sehari-hari mereka serta umpan mereka
yang
mengagumkan,
baik
di
saat
tidur
maupun
bangun.”11 Dengan demikian, demokrasi bagi umat Islam itu suatu hal yang biasa saja baik di kalangan lelaki maupun di kalangan wanita. Oleh karena itu, hak antara wanita dan lawan jenisnya sama saja, bukan suatu hal yang harus dipertentangkan terus menerus yang sampai titik penyelesaiannya tidak ditemukan. C. Wanita Karir Dalam Perspektif Budaya Islam Islam memandang wanita dari sudut pandang keimanan, sebagai
individu
anggota
ummat
yang
11
Fatimah Marnissi, op.cit. h. xxi.
dikaitkan
dengan
64
individu yang lain dengan ikatan akidah. Yang dimaksud ikatan
akidah
gerakan aktivitas
ini
politik ummat
adalah
yang dengan
“sebuah
berperan tujuan
ikatan
sebagai
yang
motor
mewujudkan
membantu penggerak
syariat
yang
menjadi hukum ummat.”12 Akan tetapi setelah melihat tanggung jawab politiknya pada
peringkat
ummat,
tidak
ditemukan
perhatian
yang
memadai untuk itu. Dalam hal ini sebagian orang beranggapan bahwa wanita tidak mempunyai keahlian untuk ikut dalam kegiatan politik, sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa wanita memiliki keahlian untuk itu. Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hak-hak yang mesti diperoleh wanita di bawah naungan Islam, sebenarnya hal itu mengadopsi pembagian sosial di dalam kerja, atau dengan kata lain, sesungguhnya bidang yang patut diterjuni oleh wanita dalam keluarga dan pada saat yang sama lelaki dapat memikul tanggung jawab ekonomi dan politik. Walaupun ada ketetapan yang menyatakan demikian bahwa wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki yang pada dasarnya merupakan pandangan Islam sesungguhnya kecenderungan
yang
berlaku
adalah
pengutamaan
terhadap
12
Hibbah Rauf Izzat, Wanita dan Politik Pandangan Islam (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 78.
65
konsep
yang
tidak
melibatkan
wanita
di
dalam
kegiatan
politik. Oleh
sebab
itu,
sesungguhnya
persoalan
kompetensi
wanita dalam urusan politik di bawah naungan realitas, pemikiran
ini
menjadi
suatu
persoalan
yang
lazim
diperbincangkan sebelum wanita itu terjun ke kancah politik dalam umat. Dalam hal ini kompetensi yang diperoleh ketika wanita memiliki kesadaran politik yang sangat didambakan oleh Islam agar mereka dapat bangkit mengembang tanggung jawab
politik
dan
sosialnya.
Tanggung
jawab
yang
dilaksanakan dalam konteks sosial yang boleh jadi menjadi halangan atau dorongan bagi praktek tersebut, yakni konteks sosial
yang
menjadi
tempat
tinggal
kaum
muslim
dengan
berbagai macam dimensinya agar wanita memiliki kemungkinan berpartisipasi dalam gerakan politik umat. Kalau
dalam
pandangan
Islam
wanita
memiliki,
kompetsisi politik pada berbagai bentuk, hal ini memerlukan suatu
tingkat
pendidikan
tertentu
dan
kepedualiannya
terhadap masalah-masalah umum yang dipahami, dia ikuti dan dia
ketahui
kesalaan
dan
kebenarannya.
Kondisi
kaum
muslimin bisa menyempit dan meluas dalam benak manusia sesuai tingkat pendidikan dan wawasannya. Dalam hal ini, wanita sama dengan laki-laki, dari segi medan yang hendak
66
menjadi tempat dia berperan untuk memelihara dan bangkitkan masyarakatnya. Perilaku
wanita
tidak
mungkin
dipahami
secara
terpisah dari sistem sosial bagi masyarakat apapun karena sesungguhnya gerakan politik bagi wanita menurut pandangan Islam tidak terpisah dari gerakan sosial, dan pemahaman terhadap sesuatu yang terakhir ini merupakan pintu utama untuk memahami aktivitas politik wanita dalam masyarakat Islam. Perlu dicatat disini bahwa kesadaran politik merupakan salah satu penentu praktek politik yang tidak dapat dikaitkan dengan pendidikan secara langsung. Sebabnya ialah tidak ada hubungan yang pasti antara buta huruf dengan politik.13 Ketetlibatan wanita di dalam kegiatan politik, yang terbatas pada keahlian dan tingkat kesadarannya, berkaitan dengan konteks sosial yang ada padanya. Hal ini karena gerakan wanita pada kebanyakan masyarakat ditentukan oleh tradisi dan adat istiadat yang dapat menggalakkan atau menghalangi kegiatannya dalam bidang politik. Penetapan syariat Islam telah memperdulikan masalah tradisi
sosial,
sesuai
dengan
bahkan keadaan
13
Ibid., h. 91.
mengikutinya zaman
selama
dengan
mengubahnya
tidak
bertentangan
67
dengan dasar akidah. Inilah yang menjadikan adat istiadat, menurut pandangan para ahli ushul sebagai salah satu dalil agama, karena mereka menganggapnya sebagai salah satu dalil hukum agama dengan syarat bahwa hal itu tidak bertentangan dengan nash dan diakui semua orang. Sebagai agama, Islam mencakup segala bidang ilmiah dan alamiah umat Islam agar segalanya merupakan kesatuan yang paling melengkapi sehingga Islam berbentuk pakaian yang menutupi seluruh tubuh manusia. Pakaian di dalam Islam berfungsi menutupi segala yang tidak layak ditunjukkan dan dilihat,
serta
memalukan diperagakan. yang
dan
yang
segala
Dengan
sebaliknya
merusak yang
demikian,
yakni
segala
pandangan menusuk yang yang
hidup
manusia,
perasaan
diperbolehkan baik,
jika adalah
berguna
dan
membersihkan jiwa raga, meninggikan perasaan dan segala yang meliputi cinta, karsa dan karya. Karena itu : Kebudayaan Islam membayangkan budi pekerti Islami, yang jauh dari hawa nafsu, angkara murka, jauh dari pemborosan tenaga dan harta, jauh dari kecongkakan dan sifat-sifat keji lagi membayakan.14 Oleh sebab itu, budaya berarti menyajikan pikiran yang segar, akal budi yang halus dan perasaan yang murni. 14
Fuad Moh. Fachuruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. Vii.
68
Memang demikialah berfikir jujur, berakal budi halus dan perasaan yang suci murni hingga manusia merupakan makhluk sosial
yang
pandai
bergaul
dan
memberi
faedah
bagi
masyarakat hidupnya. Karena itu kebudayaan Islam adalah moral hidup yang bermoril, melahirkan sikap yang memimpin alam pikiran manusia yang segar dengan karya yang menonjol dengan
kebaikan,
teratur
dan
terarah
untuk
menimbulkan
rencana kreatif konstruktif yang efektif dan efesien, yang menampakkan kesucian Islam dalam membina makhluk insani. Dengan demikian wanita karir dalam pandangan Islam tidak dilarang sepanjang tidak melanggar norma-norma agama dan mereka bekerja sesuai dengan tata aturan Islami yang bermoril dan juga dapat menjaga kesucian dirinya dari fitrah yang
menimpahnya,
sehingga
mereka
dapat
mengembangkan
aktivitasnya di luar rumah sebagai wanita karir. Wanita
karir
di
dalam
bekerja
sering
mendapat
rintangan dan tantangan dari lawan jenisnya karena kerap kali dijadikan sebagai obyek dari keberhasilan dalam suatu usaha
yang
perusahaan.
dapat Sehingga
menguntungkan wanita
di
baik
dalam
pribadi masyarakat
maupun sangat
rusak apabila bekerja di luar, baik di instansi pemerintah maupun swasta. Kalaupun demikian bukan berarti wanita tidak
69
bisa bekerja, akan tetapi mereka dapat menjaga diri jangan sampai dijadikan sebagai obyek dari keberhasilan tersebut. Olehnya itu wanita karir senantiasa membenahi diri demi untuk pengembangan yang semakin hari semakin kuat arus yang dihadapinya. Demikian pula laki-laki pentingnya untuk selalu membenahi diri karena di era globalisasi ini pesat dengan persaingan yang kuat.
BAB V P E N U T U P
A. Kesimpulan Setelah
penulis
menguraikan
tentang
Wanita
Karir
(Suatu Tinjauan Budaya Islam), mulai dari awal sampai akhir bab keempat. Maka bab kelima ini penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Kedudukan wanita dalam kehidupan umat sebelum Islam sangat rendah dan hina, mereka tidak menganggapnya sebagai manusia yang mempunyai roh atau hanya menganggap dari roh yang hina. Bagi mereka, wanita adalah pangkal keburukan dan sumber bencana. Pada masa itu wanita tidak mempunyai hak apapun dan tidak mewarisi apapun, bahkan wanita dianggap sebagai aib yang bisa merendahkan martabat keluarga. 2. Wanita pada masa Jahiliyah tidak mempunyai martabat hanya dianggap sebagai sumber dari malapetaka yang memunyai nilai yang sangat rendah bahkan lebih rendah dari hewan. 3. Emansipasi
adalah
pembebasan
dari
perbudakan,
persamaan hak dalam berabgai aspek kehidupan masyarakat (seperti
persamaan
hak
antara
kaum
wanita
dengan
kaum
pria). Konsep ini merupakan produk Barat yang bermotif politis sekaligus ingin melepaskan kaum wanita dari sistem 70
perbudakan.
Akhirnya,
dapat
dikatakan
bahwa
paradigma
emansipasi wanita memberikan spirit atau inspirasi bagi lahirnya wanita-wanita karir di pelosok dunia ini. 4. Kalau
kita
telusuri
sejarah
perkembangan
Islam,
khususnya keterlibatan perempuan dalam soal-soal politik praktis,
maka
kita
akan
menemukan
sederetan
nama-nama
wanita seperti Ummu Hani (yang dibenarkan sikapnya oleh Nabi
Muhammad
saw.
ketika
memberikan
jaminan
keamanan
kepada orang musyrik), Ummu Samah, Laila al-Gaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah, dan lain-lain tercatat sebagai tokoh-tokoh wanita yang terlibat dalam peperangan. Selain itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin seperti Ummu Salim binti Malhan, ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya. Dari berasums
uraian
bahwa
contoh
tersebut,
keterlibatan
kaum
maka
dapatlah
wanita
dalam
kita
berbagai
macam aktivitas dewasa ini merupakan hal yang mulia dalam tatanan
budaya
Islam.
Hal
ini
berarti
bahwa
kedudukan
wanita karir dalam tinjauan budaya Islam bernilai positif selama
karirnya
tidak
melunturkan
fitrah
kewanitaannya,
sopan, selama mereka memelihara agamanya serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. v
5. Wanita karir dalam budaya Islam tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam selama mereka dapat menjaga diri dari fitrah dan juga dapat bekerja sesuai dengan tatanan Islam yang bermoril serta menjaga kesucian dirinya. B. Saran-Saran Setelah diperoleh hasil dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam rangka penulisan wanita karir dalam tinjauan budaya Islam dapat dijadikan sebagai bahan pikiran untuk mengetahui bagaimana wanita dalam bekerja di luar rumah. 2. Wanita karir adalah suatu wanita yang selalu ingin mengembangkan diri dan keluarga, sehingga tidak menjadi beban di dalam keluarga dan masyarakat. Namun wanita karir seringkali mendapat suatu tantangan di dalam masyarakat sehingga
kadang-kadang
mereka
merasa
dimarginalkan
oleh
lawan jenisnya. 3. Islam
memandang
wanita
karir
dalam
sudut
pandang
keimanan sebagai individu anggota masyarakat yang dikaitkan dengan individu yang lain dengan ikatan akidah. Akan tetapi setelah melihat tanggung jawab politiknya pada peringkat umat, tidak ditemukan yang cukup memadai. Dalam hal ini sebagian orang beranggapan bahwa wanita tidak mempunyai keahlian untuk ikut serta dalam kegiatan politik, sedangkan sebagian
yang
lain
mengatakan
keahlian untuk itu. v
bahwa
wanita
memiliki
DAFTAR
Akbar
PUSTAKA
Muhammad, Wanita Karir dalam Jakarta: Pustaka Azzat, 1998.
Timbangan
Islam.
Anshari, Fazlur Rahman, dkk., Islam dan Peradaban Barat Modern. Bandung: Risalah, 1986. Ali, H. Abdullah Muhammad, Rumah Tangga Muslim (Wanita, Keluarga di Bawah Naungan Al-Qur’an) Surabaya: Bungkul Indah, 1994. Asysyal, Jabir, Al-Qur’an Bercerita Soal Wanita, Jakarta: 1994. Al-Hadad
Al-Thahir, Wanita Syari’at Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
dan
Masyarakat,
Bagdad, Abdurrahman, Emansipasi dalam Islam Suatu Tinjauan Syari’at Islam tentang Kehidupan Wanita, Jakarta, 1997. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989. --------, Motivasi Peranan Wanita Menurut Islam, Jakarta, 1982. Fachruddin, Fuad Muh., Perkembangan Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Kebudayaan
Islam,
Gornick, Vivian, Wanita dalam Sains, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988. Hadi,
Sutrisno, Bimbingan Menulis Skripsi, Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Tesis
I,
Hidayat, Ika Rochjatun Sastra, Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama Islam, Jakarta, 1982. Ibrahim, Idi Subandy, Hanif Suranto, Ed., Wanita dan Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987. Joko,
P., Metode Penelitian dalam Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
v
Teori
dan
Praktek,
Kafie,
Jalaluddin, Kebahagiaan Menurut Surabaya: Bina Ilmu, 1983.
Pandangan
Islam,
Kartono Kartini, Psikologi Wanita Gogis Remaja dan Wanita Dewasa, Bandung, 1997. Kuntowijoyo, Metode 1994.
Sejarah,
Muthahhari, Murthada, Hijab, Bandung: Mizan, 1988.
Yogyakarta:
Tiara
Gaya
Wanita
Hidup
Wacana, Islam,
Mattulada, Sketsa Pemikiran Tentang Kebudayaan, Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1997. Mernissi Fatimah, Wanita di Dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1994. Partanto, Pius, A., Trisno Juwano, Kamus Indonesia. Surabaya: Arkola, 1994.
Kecil
Bahasa
Piling, Yasraf Amir, Wanita dan Media, Konstruksi Idiologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Qutub Muhammad, Citra Wanita Dalam Islam, Surabaya:Bungkul Inda, 1987. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998. Thalib Muhammad, Solusi Islam Terhadap Dilema Wanita Karir, Yogyakarta: Wihdah Press, 1999. Woodward, Mark. R. Ed. Jalan Baru Islam, Bandung: Mizan, 1998. Warsito Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995. Yasin, Maisar, Wanita Karir dalam Perbincangan, Jakarta: Gema Insani Prese, 1997. Yatim
Badri, Sejarah Peradaban Grafindo Persada, 1997.
Islam,
Jakarta:
Raja
Yakan, Fathi, Sifat dan Sikap Seorang Muslim, Surabaya: Bina Ilmu, 1982. v
RIWAYAT HIDUP
ST. Asni. N lahir di Kabupaten Pappolo (Bone) pada tanggal 09 Februari 1976, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Muh. Nawir K dan ibu bernama Suhera. Pada usia 7 (tujuh) tahun penulis masuk di Madrasah Ibtidaiyah Pappolo-Bone, tamat tahun 1983 tahun 1989, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Watampone, tamat pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Watampone dan tamat pada tahun 1995. Kemudian pada tahun 1995, penulis berhasil dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri yakni di Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang pada Pogram Strata Satu
(S.1) pada Fakultas
Adab Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam dan selesai pada tahun 2001.
v
v