NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PEMBERIAN PELATIHAN PDPS (PERSONAL DEVELOPMENT PLANNING SYSTEM) TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA PELAJAR
Oleh: DWI HASTUTI QUROTUL UYUN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI & ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
1
2
PENGANTAR Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas SDM di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1995 dicanangkanlah Gerakan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto. Salah satu aspek disiplin kerja adalah disiplin waktu. Pemanfaatan waktu yang ideal adalah efisiensi waktu dalam unjuk kerja (kinerja) pelaksanaan tugas. Upaya yang ditempuh untuk menanamkan disiplin dilaksanakan bersamaan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya ini lebih banyak bersitumpu pada dunia pendidikan, sehingga tuntutan dan tanggung jawabnya begitu besar. Pendidikan merupakan upaya dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau peranannya dimasa yang akan datang. Peran pendidikan dalam pembangunan sangat penting dalam rangka upaya penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu berkompetisi dalam tatanan kehidupan global serta menghadapi persaingan dimasa depan. Seseorang dikatakan memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kreativitas maupun etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sikap disiplin merupakan sikap yang harus ditingkatkan, karena memberi manfaat dan sumbangan yang besar, apalagi pada negara yang masih berkembang, seperti Indonesia. Menurut Indaryani dan Milwardani (dalam Ghufron, 2003), disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi adalah indikator sumber daya manusia yang berkualitas dan pondasi yang amat menentukan.
3
Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa penelitian atas perilaku tidak disiplin waktu yang dalam literatur ilmiah psikologi disebut dengan prokrastinasi, didapatkan data dari hasil penelitian Harriot dan Ferrari (dalam Knaus, 2002) bahwa sebanyak 60% mahasiswa mengalami prokrastinasi yang tergolong cukup serius
dan
membutuhkan
bantuan
untuk
mengatasi
prokrastinasi
yang
dialaminya tersebut. Aitken (dalam Ferrari dkk, 1995) menambahkan bahwa lebih dari
25%
mahasiswa
mengungkapkan
bahwa
prokrastinasi
merupakan
permasalahan utama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ellis dan Knauss (dalam Ferrari dkk, 1995), bahwa sebanyak 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Begitupun halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (dalam Ferrari dkk, 1995), sebanyak 16% mahasiswa dilaporkan melakukan prokrastinasi saat sedang mengerjakan tugas akhir, 30% mahasiswa melakukan
prokrastinasi
saat
sedang
membaca
tugas
mingguan,
28%
mahasiswa saat akan belajar menghadapi ujian, 23% saat menghadiri pertemuan untuk mengerjakan tugas, dan 11% mahasiswa yang melakukan prokrastinasi saat mengerjakan tugas administratif lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan (dalam Ghufron, 2003), pada sebagian remaja SMU/MA dan yang sederajat di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan remaja dalam menghadapi tugas-tugas mereka. Secara umum, pelajar yang memiliki tingkat inteligensi tinggi menyakini bahwa sekolah merupakan sarana yang cukup mudah bagi mereka untuk mengalami prokrastinasi, namun juga merupakan sarana yang cukup mudah untuk mereka mencapai tingkat atau level yang telah
4
ditentukan (dalam http://lilt.ilstu.edu/rlbroad/teaching/studentpubs/NeglectedR/ parrott.pdf. 18/05/07). Ditegaskan kembali oleh Tedjasaputra (dalam Ghufron, 2003) dibandingkan tugas sekolah seperti pekerjaan rumah (PR) dan buku-buku sekolah, televisi memiliki daya tarik yang lebih besar bagi anak. Perhatian anak akan lebih terpusat pada menyaksikan acara di televisi daripada belajar, sehingga tugas sekolah menjadi tertunda bahkan menjadi terbengkalai dan anak merasa bosan untuk belajar. Komputer dan video game adalah pesona yang begitu besar selain televisi, bagi anak yang mempengaruhi jadwal kehidupan anak sehari-hari. Biasanya anak menjadi malas belajar, sulit makan dan tidur tidak pada waktunya. Monks, dkk (dalam Ghufron, 2003) berpendapat bahwa pada remaja terjadi krisis yang nampak paling jelas pada penggunaan waktu luang yang sering disebut sebagai waktu pribadi orang (remaja) itu sendiri. Hal yang dapat dicatat adalah bahwa para remaja mengalami lebih banyak kesukaran dalam “memanfaatkan” waktu luangnya. Demikian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik pada remaja merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab munculnya sikap prokrastinasi pada diri seseorang antara lain manajemen waktu yang buruk, tugas yang overload
pada
mengerjakan
waktu-waktu
tugas,
tertentu,
kecemasan
kesulitan
tentang
tugas
berkonsentrasi yang
diberikan
dalam dan
ketidakmampuan untuk membuat skala prioritas (dalam http://cyberwoman. cbn.net.id. 13/09/06).
5
Menurut Solomon & Rothblum (dalam Ferrari dkk, 2005), prokrastinasi adalah
suatu
kecenderungan
untuk
menunda
dalam
memulai
maupun
menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuanpertemuan. Pandangan Dewey (dalam Knaus, 2005), seorang guru dan psikolog, bahwa orang yang melakukan penundaan biasanya setelah menetapkan suatu maksud atau tujuan, akan menunggu pencapaian tujuan tersebut secara pasif sehingga tercapainya tujuan tersebut dan individu tersebut tidak terlibat dalam proses kerja menuju tercapainya tujuan. Ia berpendapat, cara mengatasi kebiasaan menunda adalah dengan melibatkan diri secara aktif pada proses pengalaman dan pencapaian. Hampir senada dengan yang diutarakan oleh Dewey, James (dalam Knaus, 2005) seorang guru dan psikolog, menyatakan bahwa kebiasaan menunda dapat dihilangkan dengan memperkokoh kemampuan seseorang untuk membuat pilihan yang cocok (diperoleh melalui pendidikan) dan dengan mengatur pilihan tersebut. Ditambahkan menyempurnakan
pula
oleh
Kelly
(dalam
teknik
anti
penundaan
Knaus,
yang
2005)
merupakan
yang
telah
bagian
dari
psychodrama therapy dari J.L Moreno menyatakan bahwa cara efektif untuk memecahkan masalah penundaan adalah dengan menulis autobiografi dengan judul “Bagaimana Menemukan dan Mengubah Penundaan Mental.” Setelah menemukan penghalang-penghalang tersebut, gunakan sketsa itu untuk
6
membentuk gambaran baru tentang diri kita, dan mengganti penghalang tersebut dengan tindakan-tindakan yang berguna. Knaus (2005) pun mengatakan bahwa satu langkah yang penting dalam menyelesaikan
masalah
penundaan
adalah
mengembangkan
kemampuan
observasi diri. Observasi diri meliputi belajar untuk menjadi sadar diri secara objektif, misalnya apa yang Anda nilai, pikir, rasa dan kerjakan. Oleh karena itu, diperkenalkanlah Personal Development Planning System (PDPS) atau yang juga biasa dikenal dengan PDP (Personal Development Planning) yang isinya hampir mirip dengan observasi dan refleksi terhadap diri individu yang melakukannya. Seperti yang dilakukan oleh University of Bath pada tanggal 3 Oktober 2005 (dalam
http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/news/launch1005.htm.
08/01/07),
pihak Universitas menawarkan suatu sistem baru untuk memberikan kesempatan dan membangkitkan motivasi bagi para siswanya dengan meluncurkan PDP sistem web-based. PDP atau Personal Development Planning adalah suatu proses dari pihak universitas yang menawarkan kesempatan bagi para siswanya untuk menjabarkan berbagai ‘pengalaman’yang mereka alami selama duduk di bangku kuliah. Sistem web-based yang dikembangkan oleh pihak University of Bath telah secara rinci dirancang untuk membuat para mahasiswanya lebih mudah dalam membuat rincian apapun, mulai dari minat atau hobi berolahraga hingga yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat, baik pengalaman kerja atau prestasi akademik yang mereka dapatkan dari kampus. Para mahasiswanya juga dapat melihat keterampilan utama apa saja dari aktivitas atau pengalaman lainnya yang telah mereka lakukan, sehingga dapat
7
memantau
kemajuan
sekaligus
dapat
mengembangkan
rencana
untuk
melakukan tindakan lainnya. Untuk mendukung ini, sistem menyertakan bimbingan atau semacam sumber daya, link dan peluang lainnya yang telah ditawarkan oleh pihak universitas. Sistem student-directed, rahasia dan dapat digunakan untuk meningkatkan prospek karier siswanya dengan memfasilitasi proses yang telah dijabarkan oleh siswa sebelumnya. PDPS bukan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dengan gelar yang spesifik, namun juga telah dirancang untuk para siswa tanpa tergantung dengan status
studi
mereka,
kondisi
personal,
dan
lain
sebagainya
(dalam
http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/students/index.htm#top. 08/01/07.). The Dearing Report 1997 (dalam http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/ news/launch1005.htm. 08/01/07), menggambarkan bahwa PDP sebagai suatu sistem yang tersusun dan mendukung setiap proses yang dikerjakan oleh tiaptiap individu untuk menjabarkan pengalaman mereka sendiri, prestasi dan untuk merencanakan untuk kehidupan personal mereka, baik di bidang pendidikan maupun pengembangan karier. Sebagaimana dilansir oleh sumber dari www.postgrad.ed.ac.uk yang menyatakan bahwa Personal Development Planning merupakan suatu proses yang meliputi gambaran kritis (critical reflection), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan kegiatan evaluasi (evaluating activities). Secara garis besar, di dalam PDPS, mencakup beberapa hal diantaranya: (a) Planning, membuat target dan bagaimana individu dapat mencapainya, (b) Action, menggunakan proses kebutuhan untuk mencapai target yang telah ditentukan. (c) Recording, menyediakan dasar-dasar keterangan untuk belajar
8
dan
prestasi yang dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan, (d)
Review, membuat catatan mengenai data-data, (e) Evaluasi, melakukan penilaian kritis dan membuat gambaran apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaikinya dan (f) Using knowlegde gained, untuk merencanakan
kegiatan
untuk
masa
depan,
merubah
pemikiran,
mengkomunikasikan proses belajar yang dilakukan dan prestasi yang telah dicapai pada orang lain. Pencatatan dari PDPS yang bersifat lebih terstruktur, berkelanjutan ditambah dengan dikelola dan dikontrol sendiri manajemennya, individu yang bersangkutan merasa lebih nyaman, bebas namun tetap menjalankan aktivitas sesuai dengan perencanaan yang telah dibuatnya terlebih dulu sehingga dengan diajarkannya pembuatan goal-setting yang merupakan intervensi dasar dari perilaku prokrastinasi yang muncul (dalam Ferrari dkk, 1995), individu dapat memanage waktu dan membuat skala prioritas di mana merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi prokrastinasi, sehingga diharapkan perilaku prokrastinasi akademik tidak muncul atau bahkan dapat mengurangi sikap prokrastinasi yang telah ada pada diri individu.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada pelajar sebelum mengikuti pelatihan PDPS (skor pre-test) dengan sesudah mengikuti pelatihan PDPS (skor post-test). Dengan asumsi bahwa prokrastinasi pada saat post-test lebih rendah dibandingkan dengan pada saat pre-test.
9
METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah pelajar yang duduk di bangku kelas 1 SMU Muhammadiyah Pakem dengan kisaran umur antara 15-17 tahun. Subjek penelitian sebagian besar tinggal di panti asuhan atau pondok pesantren atau tidak
tinggal
bersama
dengan
orangtua
kandung.
Subjek
yang
akan
diikutsertakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu kelas yang berjumlah 35 orang. Oleh karena itu, peneliti tidak membagi penelitian eksperimen ini menjadi dua kelompok, namun hanya satu kelompok saja yaitu kelompok eksperimen.
RANCANGAN EKSPERIMEN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan The One Group Pre-Test Post-Test Design, desain di mana melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan diberikan hanya pada satu kelompok eksperimen dan tidak ada kelompok kontrol. Rancangan eksperimen tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1 Rancangan Eksperimen The One Group Pre-Test Post-Test Design. Pretest Kelompok Eksperimen :
Treatment
Posttest
x
T2
T1
Keterangan : T1
: Pengukuran Sebelum diberi perlakuan.
x
: Perlakuan yang diberikan.
T2
: Pengukuran Sesudah diberi perlakuan.
10
Subjek penelitian hanya terdiri dari satu kelompok, yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini diberikan pre-test beberapa hari sebelum diadakan pelatihan, sehingga perlakuan pada kelompok eksperimen diberikan selama empat minggu dengan ketentuan diadakan satu kali pertemuan tiap minggunya, hingga memakan waktu setidaknya empat minggu. Kemudian kelompok eksperimen juga akan diberikan post-test beberapa hari setelah pelatihan dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan Personal Development Planning System (PDPS) terhadap prokrastinasi akademik.
Metodologi Analisis Data Kelompok eksperimen akan diberikan Skala Prokrastinasi Akademik sebagai pre-test untuk mengetahui prokrastinasi akademik yang dialami pada pelajar. Selanjutnya kelompok eksperimen ini akan diberikan perlakuan selama 4 minggu berupa pelatihan Personal Development Planning System. Setelah perlakuan selesai
diberikan,
kelompok
eksperimen
kembali
akan
diberikan
Skala
Prokrastinasi Akademik sebagai post-test untuk mengetahui prokrastinasi akademik yang dialami pada masing-masing subjek setelah diberi perlakuan. Angka yang dipakai untuk perhitungan adalah selisih skor antara posttest dengan pretest untuk kelompok eksperimen. Data yang didapat dari kedua kelompok akan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Uji-t (Paired Sample Test). Analisis data memakai komputer SPSS versi 15.0 for Windows.
11
Pelaksanaan Eksperimen Pelatihan PDPS (Personal Development Planning System) ini dilaksanakan selama empat minggu (dengan ketentuan 1 kali pertemuan untuk tiap minggunya) dengan materi yang disusun berdasarkan konsep PDPS dengan sistem
web-based
(http://spider.ukc.ac.uk/PDP/sitefiles/Keynote_PDPsitefiles/
skills_intro.htm. 08/01/07). Materi pelatihan akan diberikan dalam bentuk buku. Pada saat dilakukannya pelatihan, buku panduan yang akan mengungkap Personal Development Planning System individu berisi cakupan PDPS secara garis besarnya, antara lain planning, action, recording, review, evaluasi, dan using knowlegde gained. Berikut adalah jadwal alokasi pelatihan PDPS : Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tanggal No. Tahap Materi Pelaksanaan 1. 31 Januari 2007 Critical a. SLTP vs SMU dan Reflection Paradigma Baru dan pemaknaan b. Kunci Keterampilan c. Tentang Saya Recording a. Prestasiku b. Ekskul 2. 7 Februari 2007 Review a. Kunci Pokok Untuk Peningkatan b. Kunci kekuatan Evaluasi a. Tujuan Akademik b. Saya Action 3.
14 Februari 2007
Planning
Waktu
Pelaksana
20 menit 10 menit Take Home 10 menit 10 menit 10 menit
Trainer & Co-trainer Trainer Co-trainer Trainer Trainer Trainer
5 menit 10 menit Take Home
Trainer Trainer Co-trainer
a. Perencanaan Akademik a. Tujuan Personal
10 menit
Trainer
10 menit
b. Perencanaan Personal
15 menit
Trainer & Co-trainer Trainer & Co-trainer
12
Using a. Games Knowledge Semut Gained pemaknaan b. AMBAK pemaknaan 4.
21 Februari 2007
Using Knowledge Gained PENUTUP
Gajahdan dan
15 menit
Trainer
Take Home
Trainer & Co-trainer Trainer & Co-trainer Trainer & Co-trainer
Role Play: Perahu
30 menit
Evaluasi dari keseluruhan tahapan pelatihan
100 menit
Hasil Penelitian 1. Hasil Analisa Data Secara Umum Jumlah subjek penelitian yang mengikuti pelatihan ini adalah sebanyak 24 orang. Sebelumnya, peneliti tidak melakukan seleksi namun langsung mengambil siswa dalam satu kelas saja tanpa dirandom dan langsung dijadikan satu kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen ini akan mengalami dua kali pengukuran yaitu pre-test Skala Prokrastinasi Akademik dan post-test Skala Prokrastinasi Akademik setelah mendapatkan perlakuan pelatihan Personal Development Planning System. Tabel 2 Deskripsi Rerata Subjek Penelitian Kelompok
Jumlah Subjek
Eksperimen
24
Rerata Pretest Prokrastinasi Akademik 52.79
Rerata Posttest Prokrastinasi Akademik 54.92
Analisa data pada kelompok eksperimen menunjukkan adanya perubahan rerata nilai prokrastinasi akademik sebelum dan setelah diberi pelatihan. Tabel tersebut memperlihatkan peningkatan rerata prokrastinasi akademik pada saat pre-test dan post-test untuk kelompok eksperimen. Tes signifikansi diperlukan
13
untuk melihat apakah kenaikan rata-rata tersebut cukup besar perbedaannya, hingga perbedaan tersebut meyakinkan. Ada dua cara pengujian signifikansi berdasarkan terpenuhinya syarat uji asumsi, yaitu uji signifikansi parametrik dan nonparametrik. Pengujian parametrik dapat dilakukan bila syarat uji asumsi terpenuhi.
2. Hasil Uji Asumsi Uji asumsi normalitas ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
di
mana
dalam
tabel
tersebut
terlihat
dari
signifikansinya yang lebih dari 0,05 (P-value > 0,05). Untuk sebelum pelatihan, P-value yang didapatkan sebesar 0.934, di mana 0.934 > ? = 0.05, yang berarti bahwa populasi data berdistribusi normal. Begitu juga untuk P-value yang didapatkan sesudah pelatihan, yaitu sebesar 0.790 > ?
= 0.05, yang berarti
bahwa populasi data berdistribusi normal.
3. Hasil Uji Hipotesis Hipotesis nihil yang diajukan adalah tidak ada pengaruh pelatihan Personal Development Planning System terhadap prokrastinasi akademik pada pelajar. Uji hipotesis yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan adalah Paired Sample Test. Paired Sample Test adalah analisis perbandingan atau uji-t untuk dua sampel yang berpasangan. Dua sampel yang berpasangan diartikan sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua kali pengukuran yang berbeda (Santoso, 2002). Uji perbedaan dilakukan pada selisih skor pre-test dan post-test kelompok eksperimen.
14
Hasil analisis untuk selisih skor pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen adalah didapatkannya nilai p sebesar 0,055 untuk siginifikansi OneTailed (p=0,055; p>0.05) yang artinya bahwa hipotesis penelitian ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pelatihan Personal Development Planning System (PDPS) terhadap prokrastinasi akademik pada pelajar. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empirik apakah ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada pelajar sebelum mengikuti pelatihan PDPS (skor pre-test) dengan sesudah mengikuti pelatihan PDPS (skor post-test). Hipotesis penelitian yang berbunyi: perbedaan tingkat prokrastinasi akademik pada pelajar sebelum mengikuti pelatihan PDPS (skor pre-test) dengan sesudah mengikuti pelatihan PDPS (skor post-test) ditolak, artinya bahwa tidak ada pengaruh pelatihan Personal Development Planning System (PDPS) terhadap prokrastinasi akademik pada pelajar. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara kuantitatif, pelatihan PDPS (Personal Development Planning System) belum mampu mempengaruhi prokrastinasi akademik yang dialami oleh pelajar. Namun secara kualitatif dan perilaku, terlihat bahwa pelatihan PDPS ini dapat berpengaruh pada peningkatan motivasi belajar pada subjek penelitian, yaitu pelajar kelas 1 SMU Muhammadiyah Pakem Yogyakarta.
15
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan beberapa alasan sebagai berikut : 1. Bagi subjek penelitian. Para remaja atau pelajar diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan kecakapan serta pengetahuannya berkaitan dengan tugas. Selain itu, juga diperlukan kesadaran serta kecakapan para siswa untuk me-manage waktu serta perencanaan hidupnya sebaik mungkin agar dapat mengetahui mana yang lebih ‘primer’atau harus dikerjakan terlebih dulu dan mana yang bersifat ‘sekunder’, sehingga pencapaian tujuan yang diinginkan dapat maksimal. Remaja atau pelajar hendaknya mulai mempertimbangkan kembali strategi dan prioritas pemilahan peran, keputusan, tingkah laku dan tanggung jawab pribadinya secara lebih proporsional. 2. Bagi masyarakat. Dengan ditunjukkannya hasil penelitian kali ini, hendaknya masyarakat mulai sadar untuk saling berbenah diri mencari solusi yang lebih tepat dalam rangka pencegahan dan pengurangan prokrastinasi akademik yang dialami oleh para pelajar, khususnya remaja. Karena bagaimana pun perlu adanya intervensi lebih lanjut mengenai penanggulangan prokrastinasi, baik dari sisi penciptaan lingkungan fisik dan non-fisik (mentalitas) yang lebih baik sejak dini agar tecipta diri manusia Indonesia yang sehat, baik ditinjau dari fisik maupun psikologis dan tentunya berkualitas. 3. Bagi pihak sekolah, disarankan untuk lebih memperhatikan bagaimana menerapkan teknik disiplin yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak didiknya agar dapat menjadikan perilaku prokrastinasi akademik pada siswanya menjadi rendah atau bahkan untuk mencegah agar tidak terjadi prokrastinasi
16
akademik pada anak didiknya. Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pertimbangan bagi pihak pendidik yang akan memberikan perlakuan (treatment) dalam upaya pengurangan atau pencegahan perilaku prokrastinasi akademik kepada anak didiknya. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai prokrastinasi akademik, hendaknya lebih mengembangkan atau menguji kembali Skala Prokrastinasi Akademik agar lebih sesuai dengan jenis-jenis tugas akademik di tempat penelitian dikarenakan penelitian ini hanya dilakukan disatu sekolah dan satu kelas, sehingga masih banyak ketidaksempurnaan untuk dipergunakan di sekolah lainnya yang mungkin memiliki kultur yang berbeda dengan tempat penelitian yang peneliti laksanakan penelitian. Selain itu, diperlukannya data tambahan berupa data kualitatif seperti observasi atau wawancara yang lebih mendalam lagi agar didapat data atau keterangan yang lebih banyak dan tentunya mendukung pada hasil penelitian yang berupa data kuantitatif. Juga disarankan untuk memperbaiki metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, terutama mengenai waktu pelatihan dan tenggat waktu pelaksanaan post-test, serta dapat pula diupayakan untuk melibatkan orangtua, guru dan tokoh masyarakat dalam pelatihan yang diadakan. Begitu juga dengan penggunaan sampel penelitian, supaya lebih dikembangkan, misalnya dengan memperhatikan jenis kelaminnya. Di samping itu, perlu juga sampel dan populasinya dapat diperluas, supaya hasilnya dapat digeneralisasikan lebih luas lagi. Untuk peneliti yang akan menggunakan PDPS, hendaknya terlebih dulu melakukan pre-eliminer untuk konsep pemberian PDPS itu sendiri dengan tujuan agar peserta atau subjek penelitian lebih mudah mengerti dan memahami makna
17
ataupun kalimat yang tertera pada konsep, sehingga tidak menimbulkan ambigu pada pandangan subjek.
18
DAFTAR PUSTAKA Andayani, B & Koentjoro. 2004. Psikologi Keluarga, Peran Ayah Menuju Coparenting. Sepanjang: CV. Citra Media. Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Charlton, R. 2002. Personal Development Plans (PDPs). http://careerfocus. bmj.com/cgi/content/full/325/7358/S36. 08/01/07. Ekowarni, E. 1993. Kenakalan Remaja; Suatu Tinjauan Psikologi Perkembangan. Buletin Psikologi. No. 2, halaman 24-27. Elsya. 2005. Pekerjaan Rumah, Motivator atau Beban?. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0205/27/hikmah/lainnya03.htm. 27/03/07. Ferrari, J. R., Johnson, J. L. & McCown, W. G. 1995. Procrastination And Task Avoidance Theory, Research, And Treatment. New York: Plenum Publications. Ghufron, M. N. 2003. Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik. http://www.damandiri.or.id. 08/07/05. Graaff, Rick de & Schoonenboom, J. 2002. Supporting Students Personal Development Planning. http://www.edusite.nl/uk_studytrip2002/glasgow/ 10611. 27/03/07. Knaus, W. 2002. The Procrastination Workbook. Oakland: New Harbinger Publications, Inc. Knaus, W. J. 2005. Lakukan Sekarang Mengatasi Kebiasaan Menunda. Semarang: Dahara Prize. Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Onwuegbuzie, A. J. & Jiao, Q. G. 2000. I’ ll Go Yo The Library Later : The Relationship Between Academic Procrastination And Library Anxiety. http://www.ala.org/ala/acrl/acrlpubs/crljournal/backissues2000b/january00/ onwuegbuzie.pdf. 18/05/07
19
Parrot. _____. Procrastinating Students: What Can Teachers Do?. http://lilt.ilstu.edu/rlbroad/teaching/studentpubs/NeglectedR/parrott.pdf. 18/05/07 Rizvi, A., Prawitasari, J. E. & Soetjipto, H. P. 1997. Pusat Kendali Dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Psikologika. Nomor 3 Tahun I–1997 halaman 51-66. Santoso, S. 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Gramedia. Sinambela, F. C. 1994. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Yang Ibunya Bekerja Dan Remaja Yang Ibunya Tidak Bekerja Dan Remaja Yang Ibunya Tidak Bekerja Di SMPK Santo Yosef Surabaya. Anima, Indonesian Psychological Journal. Volume IX. No. 37, Oktober-Desember 1994, halaman 18-34. Suyanti, V. E., Setiasih & Mangunhardjana, A. 2002. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosional Literacy Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja. Anima, Indonesian Psychological Journal. Volume 17, No. 3, 243-256. Umayya, S. H. 2006. Hubungan antara Emotion Focused Coping Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Varnava, T. 2005. PDP Update: Policy and Practice. http://www.ukcle.ac.uk. 14/09/06. _____. 2002. Personal Development Planner. http://spider.ukc.ac.uk/PDP/ sitefiles/Keynote_PDPsitefiles/skills_intro.htm. 08/01/07. _____. 2004. Briefing on Employability and Progress Files/Personal Development Planning. www.postgrad.ed.ac.uk. 13/09/06. _____. 2005. Personal Development Planning Is Here!. http://www.bath.ac.uk/ internal/pdp/news/launch1005.htm. 08/01/07. _____. 2005. Personal Development Planning Information For http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/staff/index.htm. 08/01/07.
Staff.
20
_____. 2005. Personal Development Planning Information For Students. http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/students/index.htm#top. 08/01/07. _____. 2006. 3 Langkah Mudah Membasmi Prokrastinasi. http://cyberwoman. cbn.net.id. 13/09/06. _____. 2007. Procrastination. http://en.wikipedia.org/wiki/Procrastination. 18/05/07. _____. _____. Policy Statement On A Progress File For Higher Education. www.qaa.ac.uk/academicinfrastructure/progressFiles/archive/policystateme nt/default.asp. 27/03/07. _____. _____. The Web-Based PDP System. http://www.bath.ac.uk/internal/pdp/ pdf/chart.pdf. 08/01/07.