At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
230
Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
Nadrah Abstrak: Case study in language eduation research can be studied in qualitative and quantitative research. Qualitative research in case study aspect of language eduation research involves language skills, grammar, literature, and its learning. Learning characteristic by using case study emphasizes situtional analysis, relationship between analysis and action, students involvement, modern of teachers’ role, and balance between institution target and learning proses. The achievement goal by applying case method is to combine theories and practice in learning proses, make the students be able to communicatie from the source of case study, be able to transfer managerial wisdow and sense of judgemen in classroom, understand learning pratice effisienly, improve studets’ communication, train students to think constructively, support students to have evaluation and csynthesis. Kata Kunci: case study, language education research. A. Pendahuluan Pelaksanakan proses pendidikan yang berkualitas memerlukan keputusankeputusan profesional. Keputusan tersebut sangat penting sebab akan berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap siswa, orang tua siswa, dan masyarakat. Keputusan tersebut dapat berupa diantaranya penerapan kurikulum, model, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Hasil penelitian DeRita dan Weaver (1991) memutuskan bahwa guru dapat memberikaan strategi drama untuk meningkatkan motivasi membaca siswa. Di samping itu, orang tua hendaknya memberikan fasilitas memadai serta model yang mendukung peningkatan motivasi membaca siswa. Selain itu, masyarakat sekitar sangat efektif dalam memberikan suasana kondusif bagi peningkatan motivasi membaca siswa dengan didirikannya rumah baca atau sanggar baca. Sebagian besar pendidik membuat keputusan berdasarkan pada beberapa sumber, misalnya pengalaman pribadi, pendapat ahli, pendapat umum, intuisi, dan akal sehatnya untuk memutuskan sesuatu. Berbagai sumber tersebut dapat saja digunakan dalam membuat keputusan, tetapi keputusan yang diambil berdasarkan penelitian ilmiah studi kasus adalah salah satu kebijakan yang paling tepat. Lingkungan
230
masyarakat,
kelompok
profesional,
organisasi
masyarakat,
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
231
memerlukan studi khusus untuk menentukan kebijakan dalam kegiatannya. Valencia & Wixson (2000) menjelaskan berbagai kemungkinan penelitian sekait dengan hal tersebut, di antaranya perilaku berbahasa siswa, deskripsi prestasi berbahasa siswa, dan penelaahan pokok-pokok bahasan bahasa. B. Pengertian Studi Kasus Creswell (1998) menjelaskan bahwa suatu penelitian dapat disebut sebagai penelitian studi kasus apabila proses penelitiannya dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Heigham dan Croker, 2009), yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran yang dapat diambil. Banyak penelitian yang telah mengikuti struktur tersebut tetapi tidak layak disebut sebagai penelitian studi kasus karena tidak dilakukan secara menyeluruh dan mendalam. Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya hanya menggunakan jenis sumber data yang terbatas, tidak menggunakan berbagai sumber data seperti yang disyaratkan dalam penelitian studi kasus sehingga hasilnya tidak mampu mengangkat dan menjelaskan substansi dari kasus yang diteliti secara fundamental dan menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dan kecermatan untuk mencantumkan kata ‘studi kasus’ pada judul suatu penelitian, khususnya penelitian kualitatif. Menurut Yin (2003), kasus sebagai objek penelitian dalam penelitian studi kasus digunakan untuk memberikan contoh pelajaran dari adanya suatu perlakuan dalam konteks tertentu. Kasus yang dipilih dalam penelitian studi kasus harus dapat menunjukkan terjadinya perubahan atau perbedaan yang diakibatkan oleh adanya perilaku terhadap konteks yang diteliti. Menurutnya, penelitian studi kasus pada awalnya bertujuan untuk mengambil lesson learned yang terdapat di balik perubahan yang ada, tetapi banyak penelitian studi kasus yang ternyata mampu menunjukkan adanya perbedaan yang dapat mematahkan teori-teori yang telah mapan, atau menghasilkan teori dan kebenaran yang baru. Dari sifat kasusnya yang kontemporer, dapat disimpulkan bahwa penelitian studi kasus cenderung bersifat memperbaiki atau memperbaharui teori. Dengan kata lain, penelitian studi kasus berupaya mengangkat teori-teori kotemporer
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
232
(contemporary theories). Penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian grounded theory, phenomenology, dan ethnography yang bertujuan meneliti dan mengangkat teori-teori mapan atau definitif yang terkandung pada objek yang diteliti. (Meyer dalam Wahyono, 2009). Ketiga jenis penelitian tersebut berupaya mengangkat teori secara langsung dari data temuan di lapangan (firsthand data) dan cenderung menghindari pengaruh dari teori yang telah ada. Sementara itu, penelitian studi kasus menggunakan teori yang sudah ada sebagai acuan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori yang ada tersebut. Posisi teori yang dibangun dalam penelitian studi kasus dapat sekadar bersifat memperbaiki, melengkapi, atau menyempurnakan teori yang ada berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta terkini. Seperti halnya Stake (1995) dan Creswell (1998), Yin (2003) berpendapat bahwa penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta di balik kasus yang diteliti. Keragaman sumber data dimaksudkan untuk mencapai validitas dan reliabilitas data, sehingga hasil penelitian dapat diyakini kebenarannya. Fakta dicapai melalui pengkajian keterhubungan bukti-bukti dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu dokumen, rekaman, observasi, wawancara terbuka, wawancara terfokus, wawancara terstruktur, dan survey lapangan. Di samping fakta yang mendukung proposisi, fakta yang bertentangan terhadap proposisi juga diperhatikan, untuk menghasilkan keseimbangan analisis, sehingga objektivitas hasil penelitian terjaga. Meskipun tampaknya berbeda, pengertian tersebut pada dasarnya menuju pada satu pemahaman yang sama. Penjelasannya tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi. Kelompok pengertian yang pertama memulai penjelasan dari adanya objek penelitian, yang disebut sebagai kasus, yang membutuhkan jenis penelitian kualitatif tertentu, dengan metode penelitian yang khusus, yaitu metode penelitian studi kasus. Sementara itu, kelompok yang kedua memandang penelitian studi kasus sebagai salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk meneliti suatu objek yang layak disebut sebagai kasus. Kedua kelompok pendapat ini memiliki kesamaan pemahaman, yaitu menempatkan penelitian studi kasus sebagai jenis penelitian tersendiri, sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif.
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
233
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting. Studi kasus dalam pendidikan bahasa adalah bentuk penelitian pendidikan bahasa yang mendalam tentang suatu aspek pendidikan bahasa, termasuk lingkungan pendidikan bahasa dan manusia yang terlihat dalam pendidikan bahasa di dalamnya (Nunan, 1992). Oleh karena beberapa klasifikasi “kasus” sebagai objek studi (Stake, 1955) dan “kasus” lainnya dianggap sebagai suatu metodologi (Yin, 1994) maka penjelasan studi kasus merupakan studi yang mendetail yang dapat menggunakan banyak sumber data untuk menjelaskan sebuah variabel atau hal yang diteliti. Kasus bisa dipilih karena keunikannya atau kasus bisa digunakan untuk mengilustrasikan suatu isu. Fokus penelitian dapat berupa satu entitas (penelitian di suatu tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat/multi-site). Penelitian ini mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan interpretasi atau pembuktian penelitian terhadap kasus. Studi kasus dalam pendidikan bahasa dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, lingkungan hidup manusia, serta lembaga sosial yang terkait dengan pendidikan bahasa. Studi kasus dalam pendidikan bahasa dapat difokuskan pada perkembangan sesuatu di bidang pendidikan bahasa. Misalnya, pengaruh didirikannya pondok baca di daerah pedesaan; studi longitudinal tentang perkembangan kemampuan linguistik anak. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaransasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
234
C. Tujuan Penelitian Pembelajaran Bahasa Penelitian merupakan art and science guna mencari jawaban terhadap permasalahan (Yoseph dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2006:2). Karena merupakan seni dan ilmiah, penelitian memberikan ruang-ruang yang akan mengakomodasikan adanya perbedaan tentang konsep penelitian. Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan bertujuan mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik discovery atau invention. Discovery diartikan sebagai hasil penemuan yang sebetulnya memang sudah ada. Invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta. Secara umum tujuan kegiatan penelitian adalah menjelaskan dunia di sekitar kita melalui upaya yang sistematis (Kamil, 1995). Berdasar
pada
rumusan
tersebut,
tujuan
penelitian
pendidikan/
pembelajaran bahasa adalah upaya yang sistematis untuk menjelaskan, memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah-masalah pendidikan/pembelajaran bahasa. Secara rinci tujuan penelitian pendidikan/pengajaran bahasa adalah sebagai berikut: a. menemukan dan mengembangkan teori, model, atau strategi baru dalam pendidi- kan/pembelajaran bahasa; b. menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan teori, model, strategi pendi- dikan/pengajaran bahasa dalam memecahkan masalah pendidikan/pembelajaran bahasa; c. mendeskripsikan dan menjelaskan keadaan atau hubungan berbagai isu atau pikiran yang terkait dengan masalah bahasa. d. memecahkan masalah pendidikan/pembelajaran bahasa; e.
menemukan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
masalah
pendidikan/pembelajaran bahasa; f. membuat keputusan atau kebijakan mengenai pendidikan/pembelajaran
bahasa. Masalah pendidikan/pembelajaran
bahasa
mencakup masalah-masalah linnguistik atau kebahasaan dan keterampilan berbahasa.
Masalah
pendidikan/pembelajaran
linguistik
yang
menjadi
fokus
penelitian
bahasa di
antaranya adalah fenomena-fenomena
linguistik yang terkait dengan penutur bahasa dan penggunaan bahasa. Masalah lain yang berhubungan dengan penelitian/pembelajaran bahasa ialah bagaimana mengidentifikasi sifat-sifat bahasa serta model-model pengembangannya. Adapun
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
235
masalah keterampilan berbahasa yang menjadi fokus penelitian bahasa mencakup keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Penelitian membaca didasari dan dipengaruhi oleh penelitian-penelitian psikologi. Pada awal abad ke-20 sampai tahun 1960-an, penelitian difokuskan pada bagian-bagian keterampilan membaca. Selanjutnya, penelitian membaca menghasilkan pemikiran yang sistematis tentang belajar membaca (Kamil, 1995). Penelitian murni tentang membaca berupaya menjelaskan peristiwa-peristiwa membaca yang ada di sekitar kita dan berupaya untuk mengembangkan pengetahuan tentang membaca yang berpengaruh pada penemuan teori membaca. Selanjutnya, teori yang telah dirumuskan diharapkan dapat menjelaskan berbagai permasalahan membaca. Misalnya, dengan teori tersebut kita dapat menjawab apakah membaca itu, siapakah yang melakukan kegiatan membaca, serta kapan, bagaimana, mengapa, di mana peristiwa membaca terjadi. Dari berbagai penelitian,
teori-teori
membaca
semakin
lengkap.
Teori
ini
kemudian
dikembangkan dalam penelitian membaca terapan untuk menjelaskan berbagai peristiwa membaca yang ada di sekitar kita dan memecahkan permasalahan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Dari waktu ke waktu permasalahan membaca lebih banyak berupa isu tentang membaca terapan karena adanya kebutuhan dan keinginan berupa penerapan teori membaca dalam kegiatan pendidikan, pengajaran, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, masih banyak teori membaca yang tidak dapat memecahkan permasalahan pendidikan dan pengajaran membaca. Hal ini menyebabkan pentingnya pemberian informasi secara terus-menerus dari pendidik dan pengajar tentang permasalahan yang ditemukannya. Hasil penelitian membaca seharusnya dapat diaplikasikan dalam setting yang tepat. Hasil penelitian yang baik dapat menjadi umpan balik bagi kerangka kerja atau model kegiatan yang sedang berlangsung. Ruang lingkup penelitian membaca terapan meliputi evaluasi program membaca individual atau kelompok, metode, teknik, atau strategi pembelajaran membaca, serta model-model pembelajaran membaca. Untuk menentukan variabel dan metodo1ogi dilakukan berdasarkan titik pandang permasalahan membaca serta teori membaca. Penelitian membaca di satu sisi, sebenarnya, tidak terlampau berbeda dengan penelitian menulis. Permasalahan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
236
penelitian menulis diarahkan pada peningkatan pemahaman dan kemampuan menulis serta penjelasan proses menulis. Akhir-akhir ini penelitian menulis lebih holistik cakupannya (Shaughnessy, 1977). Selanjutnya, penelitian menulis berkembang ke arah pengkajian bagian bagian dan proses menulis (Hayes and Flower, 1980). Baik penelitian bidang membaca maupun penelitian bidang menulis banyak dipengaruhi model dan teori membaca dan menulis. Ada tiga model yang mempengaruhi penelitian membaca dan menulis, yaitu: a. model bottom-up atau model keterampilan, dengan tokoh penelitian membacanya adalah Cough, Alford, Holley-Wilcox (1972) dan tokoh penelitian menulis dengan model ini adalah Warriner dan Griffith (1977); b. model top-down atau holistik, dengan tokoh penelitian membacanya adalah Goodman Smith (1971) dan tokoh penelitian menulis dengan model ini adalah Britton (1970); c. model interaktif atau keseimbangan, dengan tokoh penelitian membacanya adalah Rummelhart (1977) dan tokoh penelitian menulis melalui model ini adalah Hayes dan Flower (1980). Penelitian kontemporer dalam membaca dan menulis banyak dipengaruhi oleh psikologi kognitif, psikologi sosial, linguistik, antropologi, teori belajar, ilmu komputer, dan praktik pendidikan. Beberapa penelitian membaca dan menulis bertujuan memahami sifat-sifat dasar dan teori-teori proses membaca. Upayaupaya itu termasuk menghasilkan model-model dan teori-teori proses membaca, misalnya, penelitian yang banyak dihasilkan oleh Singer & Ruddeil (1976), Carver (1977-1975). Tujuan lain penelitian membaca dan menulis adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan membaca dan menulis, baik di dalam kelas maupun pada seting lainnya. Penelitian pendidikan berbicara dan mendengarkan pada umumnya bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah peningkatan kemampuan berbicara dan
mendengarkan
mendengarkan.
serta
Melalui
mengatasi
penelitian
masalah
kesulitan
berbicara
dan
eksperimen,
kesulitan
berbicara
dan
mendengarkan dapat dilakukan dengan mengkaji atau menelaah faktor-faktor sebab-akibat kesulitan berbicara dan mendengarkan. Salah satu contoh penelitiannya ialah tentang melihat pengaruh model pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara; melihat pengaruh suatu terapi terhadap
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
237
perilaku seseorang yang mengalami kesulitan berbicara. Pertanyaan penelitian yang muncul adalah apakah suatu model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berbicara? Apakah terapi menyebabkan perubahan dalam perilaku berbicara? Adakah pengaruh keter- lambatan simakan terhadap kemampuan berbicara? Ada empat karakterisik penelitian eksperimen dalam bidang berbicara dan mendengarkan, yaitu sebagai berikut. (1) Eksperimen diawali dengan maksud, tujuan, pertanyaan, atau hipotesis tentang masalah atau perilaku khusus tentang berbicara atau mendengarkan. (2) Eksperimen dapat mengontrol berbagai variabel yang diperkirakan menyebabkan perilaku khusus mengenai berbicara atau mendengarkan. (3) Penelitian eksperimen dapat dirancang secara sistematis untuk memberikani perlakuan terhadap kelompok yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian
lain
dalam
bidang
berbicara
dan
mendengarkan
bertujuan
mendeskripsikan perbedaan kemampuan berbicara dan mendengarkan dua kelompok subjek penelitian, menggambarkan kecenderungan perkembangan kemampuan berbicara dan mendengarkan dan menggambarkan hubungan antara kemampuan mendengarkan dan berbicara. Pada penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap kondisi-kondisi yang sedang diteliti. Ada empat tipe penelitian deskriptif dalam bidang ini, yaitu: (1) komparasi, (2) perkembangan, (3) hubungan, dan (4) survei. Penelitian kesejarahan dapat pula dilakukan untuk membuat generalisasi mengenai hubungan di masa lain tentang faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam berbicara atau mendengarkan serta implikasinya pada kemampuan mendengarkan dan berbicara pada saat ini. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah merekam atau mencatat gambaran peristiwa masa lalu yang terkait dengan kemampuan seseorang dalam berbicara dan mendengarkan. Kemudian peneliti menganalisisnya serta mensintesiskannya ke dalam materi yang sedang diteliti, yaitu yang berkenaan dengan masalah kesulitan berbicara dan mendengarkan.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
238
D. Sifat Penelitian Pendidikan Bahasa Karena
kegiatan
penelitian
dipandang
sebagai
metode
ilmiah,
karakteristik atau sifat metodologi penelitian pendidikan bahasa sama dengan bidang-bidang lainnya. Menurut Tuckman (1982), Nunan (1992), McMillan & Schumacher (2003), Sukardi (2003) sifat metodologi penelitian pendidikan bahasa adalah sebagai berikut. a. Bertujuan Penelitian mutlak memiliki tujuan yang dapat memberikan arah dan target yang hendak dicapai. Tujuan ini dapat dipakai sebagai tolok ukur dan penilaian ketercapaian hasil penelitian.b. Sistematis Penelitian merupakan proses yang terstruktur sehingga diperlukan langkahlangkah yang tepat untuk melaksanakannya. Pelaksanaan penelitian yang baik dilakukan secara terencana dan sistematis sejak tahap awal ditentukannya permasalahan penelitian sampai dengan penarikan simpulan hasil penelitian. Sistematika permasalahan tersebut dituangkan ke dalam langkah-langkah proses penelitan. Langkah-langkah dalam proses penelitian akan bergantung pada pendekat-an/metode yang digunakan dalam sebuah penelitian. Penelitian positivistik kuantitatif tentu akan berbeda sistematikanya dengan pendekatan naturalistik/kualitatif. c. Objektif Objektivitas mengacu kepada kualitas data yang dihasilkan oleh prosedur yang dapat mengontrol subjektivitas. Penelitian itu ada objek yang diteliti. Untuk dapat memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah, sebuah penelitian, benar-benar memerlukan data dan objek yang diteliti.. Karena objek tersebut dapat diindera manusia, semua pihak akan memberikan persepsi yang sama terhadap objek itu. Akan tetapi, karena keterbatasan kemampuan indera manusia dalam melakukan pengamatan, peneliti dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti instrumen penelitian. Instrumen ini harus melalui uji validitas dan reliabilitasnya agar lebih akurat. d. Logis. Penelitian dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, yaitu dengan urutan atau proses berpikir yang logis, sehingga validitas internalnya secara relatif dapat dipenuhi. Dengan demikian, simpulan dan generalisasi akan mudah dicek kembali oleh peneliti maupun oleh pihak lain. Peneliti dapat melakukan penelitian melalui langkah-langkah logis, baik secara deduktif maupun induktif. Secara deduktif, peneliti melakukan penelitian dari suatu pernyataan umum ke simpulan khusus. Sebaliknya, penelitian dapat
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
239
dilakukan secara induktif, yaitu bila peneliti mencapai suatu simpulan dengan mengamati kasus tertentu kemudian membentuk generalisasi. Simpulannya terbatas pada kasus yang diamati. e. Empiris Penelitian berkenaan dengan dunia empiris/nyata yang dapat diindera oleh pancaindera manusia yang bersifat objektif. Karakteristik sebuah penelitian dilihat melalui pendekatan yang empiris. Bagi peneliti, bukti adalah data, yaitu hasil-hasil nyata yang diperoleh melalui penafsiran dan penyimpulan dari suatu penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). f. Reduktif Bila sebuah penelitian menggunakan prosedur yang analitis untuk menda-patkan data, sebenarnya peneliti telah mereduksi berbagai kebingungan tentang suatu fenomena atau masalah. Fenomena itu semula tidak dimengerti dan membingungkan. Akan tetapi, dengan penelitian yang tepat, fenomena atau kejadian itu dapat diketahui maknanya. Proses reduksi sebenarnya merupakan bagian dari usaha menerjemahkan realitas menjadi kenyataan yang bersifat konseptual sehingga dapat digunakan untuk memahami hubungan kejadian yang satu dan kejadian lainnya. g. Replicable dan Transmitable Suatu penelitian kuantitatif pada umumnya dapat diulangi oleh peneliti lain untuk mengecek kebenarannya. Agar dapat diulang dengan mudah, laporan penelitian harus dibuat secara sistematis dan jelas, mulai dan kejelasan variabel, populasi dan sampel, prosedur mendapatkan sampel, instrumen, uji hipotesis, data yang dihasilkan, analisis hasil, sampai pada simpulan dan saran yang diajukan. Selama itu, penelitian pendidikan bahasa harus bersifat transmitable, artinya penelitian harus mampu memecahkan masalah-masalah sehingga dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan (Sugiyono, 1994).h. Penjelasan Singkat Penelitian berusaha menjelaskan hubungan yang ada terhadap fenomena-fenomena tertentu yang dapat mengurangi realitas yang kompleks menjadi penjelasan yang sederhana (McMillan & Schumacher, 2003). i. Simpulan Bersyarat Hasil penelitian pendidikan, khususnya pendidikan bahasa merupakan sebuah simpulan yang bersyarat atau tidak mutlak. Kesalahpahaman yang sering muncul, yaitu bahwa hasil penelitian adalah mutlak dan simpulannya bersih dari kekeliruan. Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan aspek tinjauan, yaitu berdasarkan tujuan, jenis data, metode, dan pemanfaatan. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
240
Penelitian Pendidikan Penelitian Dasar
Peneilitan Terapan
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Eksperimental
Noneksperemental
Interaktif
Noninteraktif
Eksperemen
Deskriptif
Ethnografik
Analisis Konsep
Eksperimen
Komparatif
Fenomenologi
Analisis Historis
Kuasi
Korelasional
Studi Kasus
Subjek Tunggal
Survei
Grounded Theory
Ex post facto
Studi Kritis Pemanfaatan
Kebijakan/Evaluasi/R&D/Pemecahan/Masalah Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak langsung memperhatikan kegunaan praktis. Penelitian terapan bertujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan
dalam
memecahkan
masalah-masalah
praktis
sehingga
dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, baik secara individual maupun kelompok (Gay dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2006:20-21). Penelitian berdasarkan jenis data dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Proses penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang bersifat logico-hipothetico-verifikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai objek empiris dan bersifat linier. Penelitian kuantitatif menyajikan hasil-hasil statistik yang diawali oleh angka-angka, sedangkan
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
241
penelitian kualitatif menyajikan data yang dinarasikan dengan kata-kata, skema, dan gambar. Penelitian
berdasarkan
aspek
metode
dapat
dilihat
dari
pengelompokkan penelitian kualitatif dan kuantitaif. Penelitian kuantitafif dibedakan menjadi penelitian ekperemental dan nonekspremental, sedangkan penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi penelitian interaktif dan noninteraktif (Syamsuddin dan Damaianti, 2006:22-30). Penelitian eksperemental terdiri atas jenis penelitian ekperemen, ekperemen kuasi, dan subjek tunggal. Penelitian nonekperemen terdiri atas penelitian deskriptif, komparatif, korelasional, survei, dan ex post facto. Penelitian kualitatif interaktif adalah suatu studi mendalam yang menggunakan teknik tatap muka untuk mengumpulkan data dari orang-orang yang ada di dalam seting penelitian tersebut. Para peneliti interaktif menjelaskan konteks studi, mengilustrasikan perspektif-perspektif yang berbeda atas fenomena, dan merevisi pertanyaan-pertanyaan secara berkelanjutan dari pengalaman mereka di dalam bidang tersebut. Adapun penelitian interaktif, yaitu ethnografi, fenomenologik, studi kasus, grounded theory, dan studi kritis. Pengajaran dan pembelajaran bahasa merupakan bidang dari linguis terapan. Ciri yang menonjol dari linguistik terapan adalah kepraktisannya mengacu pada konsumen atau pemakai bahasa (Alwasilah, 2009:48-54). Adapun beberapa kajian lingusitik terapan, antara lain : (1) Linguistik klinis, yang memanfaatkan temuan-temuan linguistik untuk mengkaji persoalan medis, seperti kelainan berbahasa dalam bentuk kecelakaan otak dan tunarungu. (2) Linguistik edukasional, yang mengkaji bahasa untuk kepentingan kependidikan, khususnya yang terkait dengan bahasa daerah. Wilayah kajian meliputi pengajaran dan kesulitan siswa dalam membaca dan menulis atau kurikulum bahasa. (3) Leksikografi, yakni profesi yang memanfaatkan temuan-temuan dan metodologi linguistik untuk menggeluti seni dan praktik penyusunan kamus. (4) Terjemahan, yakni segala sesuatu –linguis maupun nonlinguis- yang berkaitan dengan pengalihbahasaan makna yang melibatkan dua bahasa. (5) Pengajaran dan pembelajaran bahasa. Adapun bidang penerapan linguistik, yaitu (1) metodologi pengajaran, pembelajaran dan tes bahasa kesatu dan kedua. (2) Pendidikan multikultural dalam masyarakat. (3) Teknologi pengajaran bahasa. (4) Problem
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
242
bahasa dan individu (pemerolehan bahasa dan disfungsi bahasa). (5) Problem bahasa dan masyarakat (perencanaan bahasa dan pembakuan bahasa). (6) Teori dan praktik penerjemahan. (7) Analisis dan interpretasi wacana lisan dan tertulis (termasuk stilistika, puisi, dan pragmatik). (8) Studi bahasa dan kaitanya dengan sistem semiotik lain (termasuk film dan teater, tari, kode, pakaian, ornamen, mitologi, dan foklor). Kepraktisan linguistik terapan terlihaat dari pertanyaannya, yaitu mengajar apa, kapan mengajarnya, dan berapa banyak yang diajarkannya. Seperti tabel berikut linguistik terapan sebagai mediator antara pemerintah dan guru bahasa di lapangan Tabel Hierarki Perencanaan Pengajaran Bahasa Hirerki Tingkat 1. Politik
Pelaku Pemerintah
Isu-isu yang dihadapi Apakah perlu diajarkan, bahasa apa, dan untuk siapa. Apa yang diajarkan kapan dan berapa banyak Bagaimana mengajarkannya
Tingkat 2. Linguitik Linguistik dan Sosiolinguistik terapan Tingkat 3 Guru kelas Psikolinguistik dan Pedagogi Ada tiga jenis sains terapan, khususnya yang berkaitan dengan linguistik, yaitu (1) Metode dan hasil dari satu cabang sains digunakan untuk mengembangkan cabang ilmu lain, misalnya dari cabang linguistik dikembangkan model kajian filologi dan stilistika. (2) Metode dan hasil dari satu cabang sains digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis seperti pengajaran bahasa. (3) Penerapan atau aplikasi itu sendiri, seperti halnya yang dilakukan guru dalam kelas, atau penerjemah dalam melakukan terjemahannya. Guru dengan kata lain merupakan ujung tombak atau yang melaksanakan kajian-kajian linguis terapan. Prinsip-prinsip penerapan linguistik dalam bagaan merikut ini sesungguhnya merupakan pengembangan prinsip-prinsip keilmuan linguistik. Diagram Linguistik Terapan Linguistik Murni
Ahli Teori
Linguistik Terapan
Mediator
Pengajaran Bahasa, dll.
Praktisi
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
243
E. Jenis dan Implementasi Studi Kasus Pendekatan studi kasus dalam penelitian sering diletakkan pada penelitian kulitatif (Bigdan dan Biklen, 1982; Burges, 1985). Sependapat dengan pemahaman di atas Vredenbergt (1978); Ary dan Razavieh (1985) menjelaskan sifat studi kasus sebagai suatu pendekatan yang bertujuan untuk memepertahankan keutuhan objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuan dari studi kasus adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus berupa suatu penelitian eksploratif dan deskriptif (Arikunto, 1989). Studi kasus yang bersifat eksploratif dan deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan ”apa”, sedangkan yangbersifat eksplanatoris digunakan untuk menjawab ”bagaimana” dan ”mengapa”. Namun demikian, jika dibandingkan dengan metode-metode lainstudi kasus pada dasarnya lebih banyak berurusan dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana. Studi kasus juga merupakan ciri penelitian yang lebih mudah dibandingkan studi lainnya, yaitu studi multi situs atau studi muklti subjek (Bogdan dan Biklen, 1982). Studi kasus kualitatif memiliki beberapa jenis, masing-masing memerlukan pertimbangan khusus untuk menetapkan apakah suatu masalah dapat diteliti dan prosedur apa yang akan digunakan. Jenis studi kasus menurut Bogdan dan Biklen (1982) diklarifikasikan sebagai berikut. 1) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini kurang memungkinkan untuk diselenggarakan karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal. 2) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan, sedngkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu atau beberapa segi organisasinya. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah. 3) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama.
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
244
F. Implementasi Penelitian Studi Kasus Di dalam mengimplementasikan pendekatan studi kasus Bogdan dan Biklen (1982) memberikan petunjuk desain yang disajikan dalam bentuk cerobong. Cerobong ini melukiskan proses penelitian yang berawal dari eksplorasi yang bersifat luas dan dalam, kemudian berlanjut dengan aktivitas pengumpulan dan analisis data yang lebih menyempit dan terarah pada suatu topik tertentu. Bentuk ini merupakan langkah sistematis penelitian, mula-mula peneliti menjajaki tempat dan orang yang dapat dijadikan sumber data atau subjek penelitian, mencari lokasi yang dipandang sesuai dengan maksud pengkajian, dan selanjutnya mengembangkan jaringan yang lebih luas untuk menemukan kemungkinan sumber data, seperti cerobong Owens (1987) sebagai berikut.
General Outline of Plan for a Naturalistic Study T1
T I m
Broad question-gathering of general information and data
T2
T3
Checking-looking for verivication
Testing-probing
e
T4 Confirming
Tx
Penggunaan bentuk cerobong dalam penelitian kasus, mengisyaratkan peneliti untuk berusaha memeroleh perian dan eksplanasi yang dapat membantu mengonstruksi dan mengklasifikasi kenyataan-kenyataan dan mengintegrasikan data ke dalam seperangkat konstruk teoretik (Owens, 1987). Apabila peneliti di lapangan mendapatkan berbagai kekurangan pengetahuan tentang apa yang diteliti, peneliti disarankan untuk membentuk konstruk-konstruk teoretik (DiCaprio,
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
245
1974). Konstruk-konstruk teoretik itu disusun berdasarkan postulat yang bersifat pembuktian sediri selama hal itu dianggap relevan dan sesuai dengan situasi kondisi di lapangan. Selanjutnya Kadir (1992) memberikan garis besar tahapan dalam melakukan studi kasus, yaitu (1) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan dan bukan secara rambang. (2) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analsis dokumentasi. (3) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat memulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengkalsifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. (4) Perbaikan: meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. (5) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas sehingga memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Adapun petunjuk menggunakan studi kasus, yaitu menentukan cakupan dan sifat kajian, memilih studi kasus (sifat dan pendekatan resmi), memperoleh kerja sama, membina hubungan kerja sama yang efektif dengan mereka yang akan diteliti, dan tidak mengganggu keobjektifan kerja (Syamsuddin dan Damaianti, 2006:187-188). G. Kesimpulan Studi kasus dalam penelitian pendidikan bahasa dapat dikaji dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif pada aspek studi kasus penelitian pendidikan bahasa terdapat dalam keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra serta pembelajarannya. Karakteristik pembelejaran dengan metode kasus, yaitu menekankan pada analisis situasional, pentingnya menghubungkan antara analisis dan tindakan, perlunya keterlibatan mahasiswa, peran pengajar yang tidak tradisional, dan suatu keseimbangan antara sasaran-sasaran substansi dan proses pembelajaran.Tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran dengan menggunakan metode kasus adalah memungkinkan menggabungkan teori dan praktik
dalam
proses
pembelajaran,
memungkinkan
mahasiswa
belajar
pengalaman dari tangan pertama dari pelaku kasusnya, memungkinkan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
246
mentransfer managerial wisdow ke dalam ruang kelas, memungkinkan mahasiswa mengembangkan sense of judgement mereka, memahami praktik pembelajaran sesungguhnya dengan cara yang efisien, meningkatkan komunikasi mahasiswa, melatih mahasiswa berpikir secara konstruktif, dan mendorong mahasiswa mempunyai kemampuan sintesa dan evaluasi. Penulis; Nadrah, M.Pd adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu Daftar Pustaka Ary, D. Jacobs. et.al.1977. Introduction to Reseach in Education. New York: Holt Rinehart & Winston. Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1982. Methods of Social Research Boston: Allyn and Bacon, Inc. Cresswell, J.W.1998. Research Design:Qualitative & Quantitative Approaches. London: SAGE Publicational. Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications, Inc. Creswell, J.W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall. Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. 1993. How to Design Evaluate Reseach in Education. New York: McGraw Hill. Furchan, Arief (Terj.). 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Guba, Egon G. & Lincoln, Yvonna S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Heigham, J. & Croker, R.A. 2009. Qualitative Research in Applied Linguistics A Practical Introduction. Great Britain: Palgrave MacMillan. Kirk, J. & Miller, M.I. 1986. Reability and Validity in Qualitative Research, Vol.1, Beverly Hills: Sage Publication.
Nadrah, Studi Kasus Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
247
Lincoln, Yvonna S. & Guba, Egon G. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage Publications. McMillan, J. & Schumacer, S. 2001. Reseach in Education. New York: Longman. Stake, R.E. 1995. The Art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Surachmad, W. 1982. PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya Syamsuddin A.R. & Damaianti, V.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya. Wahyono, H. 2009. “Penelitian Studi Kasus”. http://penelitianstudikasus. blogspot.com/. Bengkulu, 2 Agustus 2012. Yin, R.K. 2003. Case Study Research: Design and Methods (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.