126
At-Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa
Nadrah Abstract : Curriculum 2013 is based on competence curriculum without ignoring attitude, knowledge, and skills (affective, cognitive, and psikomotor) that should be studied by the students for schools, class, and course. Core competence is designed in four integrated groups are religious, social, knowledge, application of knowledge attitudes. Those four groups are as reference from basic competence and must be developed in learning activity integratedly. Competence which is related to religious and social attitudes is developed through indirect teaching, that is when the students learn about knowledge and implication of knowledge. Core competence should describes balance quality between hard skills and soft skills in learning English for listening, speaking, reading, and writing skills whereas language aspect is written as hidden kurikulum. Kata Kunci: perspektif kurikulum; pengajaran bahasa A. Pendahuluan Pro kontra terhadap kebijakan Kurikulum 2013 saat menjadi suatu pembicaraan yang hangat dalam dunia pendidikan, masyarakat, pemerintahan, maupun akademisi. Kondisi ini disebabkan oleh seringnya pergantian kurikulum di Indonesia tanpa mempertimbangkan keberhasilan dan kebijakan kurikulum yang telah dirancang sebelumnya. Namun, apapun alasan tersebut kebijakan pemerintah patut kita beri apresiasi dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apapun bentuk pergantian kurikulum tetap mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 33) Hal yang paling mendasar berpengaruh terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 ini adalah guru bidang studi. Guru bidang studi perlu lebih banyak belajar 126
Nadrah, Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa
127
dan mengkaji substansi Kurikulum 2013 karena di tangan merekalah ujung tombak keberhasilan kurikulum yang akan diimplementasikan di kelas. Kebijakan pemerintah untuk menerapkan pelatihan guru master teacher dalam mempersiapan penerapan Kurikulum 2013 bukanlah satu-satunya cara yang ampuh dalam mempersiapan guru yang handal. Guru bisa menggali dan mendalami informasi itu secara mandiri dan berkelanjutan terhadap kurikulum yang akan diterapkan, misalnya mengikuti sosialisasi, mengakses informasi melalui internet, kegiatan temu ilmiah, maupun dalam aktivitas organisasi guru lainnya tidak terkecuali dalam hal ini guru bahasa Inggris. Apabila kita melihat ke belakang bahwa pada prinsipnya Kurikulum 2013 merupakan gagasan dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (Nuh, 2013). Untuk itu, yang perlu kita cermati dalam kurikulum ini adalah pengembangan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang nantinya akan bermuara pada bidang studi. Oleh karena itu, penulis mencoba menguraikan beberapa kasus kompetensi inti dan kompetensi dasar pada jenjang sekolah mengah dalam bidang pengajaran bahasa Inggris. Dewasa ini, para ahli pengajaran bahasa asing/Inggris di berbagai negara telah sepakat bahwa tujuan utama pembelajaran suatu bahasa asing/Inggris adalah sebagai upaya mengembangkan kompetensi komunikasi (Hadley, 2001:32). Kompetensi komunikasi yang dirujuk oleh praktisi pengajaran bahasa meliputi kompetensi tata bahasa, kompetensi soisolinguistik, kopetensi wacana, dan kompetensi strategi (Canale dan Swain, 1980:26). Savignon (1991:28) menegaskan bahwa dalam belajar bahasa asing siswa perlu mempelajari dan mempraktikkan empat kemampuan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk mewujudkan hal tersebut, proses belajar mengajar pada kurikulum 2013 dimulai dari pengamatan, menanyakan, mengolah, menalar, menyajikan materi, menyimpulkan materi dan terakhir siswa diharapkan mampu menciptakan pemikiran sendiri terkait materi yang dibahas. Pembelajaran juga tidak hanya berlangsung di ruang kelas saja tetapi bisa di lingkungan sekolah atau lingkungan
128
At-Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
sekitar. Para guru juga bukan lagi satu-satunya sumber belajar melainkan para murid atau siswa bisa belajar dari lingkungan ataupun pemanfaatan internet. Elemen penilaian juga tidak hanya dari hasil tugas atau ujian, tetapi lebih pada penilain berbasis kompetensi. Kecenderungan kompetensi inti tersebut akan berhasil dan dapat diimplementasikan jika guru berkomitmen menerapkan pembelajaran berbasis penilaian sebagai suatu proses penilaian autentik agar pembelajaran bahasa Inggris dapat berhasil dengan baik dalam setiap jenjangnya. Substansi dari tulisan, simakan, berbicara, dan bacaan siswa secara terintegrasi bermuara pada kompensi inti tersebut dengan tidak mengabaikan aspek kebahasaannnya. Melalui tulisan, pembicaraan, membaca, dan menyimak siswa, siswa mampu mengaplikasikan nilai-nilai spiritual yang akan menjadikan tulisan tersebut lebih akurat dan berkarakter terhadap dasar gagasan atau ide bahasa yang dikembangkannya. Kondisi
ini
tidak
hanya
sekadar
kemampuan
berkomunikasi,
tetapi
terimplementasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa nantinya mampu menerapkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan bermasyarakat dan berbahasa dengan lebih baik sebagai makhlus sosial. B. Pengajaran Bahasa dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 ini disajikan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar (KIKD). Dalam setiap penyajian kompetensi inti dan kompetensi dasar, keterampilan berbahasa tidak terlihat dengan jelas apakah aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berbeda pada kurikulum sebelumnya/KTSP setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar disajikan secara stitematis sesuai dengan bidang keterampilan berbahasa serta hubungan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar linier atau danya kesesuaian. Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
Nadrah, Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa
129
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills (KD, 2013: 5 dan 7). Kompetensi inti ini ada dan sama pada semua jenjang pendidikan sehingga perlu ketelitian dan keluwesa guru dalam pengembangan pengajaran bahasa. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
130
At-Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau nondisiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme. Beberapa catatan penulis dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar dari setiap jenjang pendidikan sekolah menengah pertama hingga sekola menganah atas memiliki kesamaan antara kompetensi inti dan kompetensi dasarnya, seperti dalam table di bahawa ini. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Dasar Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional.
Apabila dicermati dari kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam tabel di atas menunjukkan bahwa aspek sikap keagamaan secara eksplisit perlu dinyatakan dalam pengajaran bahasa Inggris. Kompetensi dasar tersebut harus dapat diukur dalam pengajaran bahasa Inggris dalam bentuk mensyukuri kesempatan. Mensyukuri kesempatan dapat dikembangkan dalam beberapa indikator, seperti siswa mampu menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar baik dalam keterampilan menulis, menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam keterampilan menulis, misalnya siswa mampu mengungkapkan ide secara sistematis, pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan lain-lain. Dalam keterampilan membaca, misalnya mampu memahami informasi secara logis dan benar, mampu menemukan ide pokok, pesan, dan lain-lain. Dalam berbicara, mampu berkomunikasi secara sederhana, ketepatan pemilihan kata, ketepatan pengucapan, dan lain-lain. Dalam keterampilan menyimak, misalnya mampu menangkap informasi secara jelas, mampu menemukan kesalahan pengucapan penggunaan bahasa, dan lain-lain.
Nadrah, Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa
131
Penjabaran kompetensi dasar tersebut perlu disosialisaikan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan memperhatikan alokasi waktu dan perkembangan siswa/tingkat pendidikan. Hal itu dapat dilakukan dalam suatu organisasi kelompok guru bidang studi atau MGMP agar apa yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 ini menjadi acuan bersama sehingga memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Cara kita mensyukri nikmat telah dijelaskan dalam Q.S Al Kautsar:1-2 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. Itu artinya nikmat dan syukur itu harus ada keseimbangan sehingga diperlukan niat dan keikhlasan dalam mejalankannya. Begitu juga dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa asing siswa perlu mempunyai niat dan keikhlasan dalam pemakaian bahasa sehingga guru dalam hal ini sebagai fasilitator dapat memberikan kenyamanan sebaik mungkin dalam pembelajaran bahasa yang diberikan kepada siswa. Hal itu akan terlihat dalam pengungkapan atau bahasa lisan yang digunakan siswa sehingga akan terlihat dalam perilaku berbahasa Inggris. Ketiga ranah inilah yang perlu guru kembangkan dalam mengukur kemampuan berbahasa dalam mensyukuri kesempatan, yaitu keikhasan niat, lisan, dan perbuatan/perilaku berbahasa siswa. Kompetensi Inti 2. Menghargai dan menghayati
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai perilaku santun dan peduli
perilaku jujur, disiplin,
dalam melaksanakan komunikasi antar
tanggungjawab, peduli
pribadi dengan guru dan teman.
(toleransi, gotong royong),
1.2 Menghargai perilaku jujur, disiplin,
santun, percaya diri, dalam
percaya diri, dan bertanggung jawab
berinteraksi secara efektif
dalam melaksanakan komunikasi
dengan lingkungan sosial dan
transaksional dengan guru dan teman.
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
1.3 Menghargai perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar kelas IX di atas merupakan dasar dalam pengembangan pengajaran keterampilan berbicara. Kompetensi dasar diatas lebih mengimplementasikan pada aspek kecerdasan spiritual. Untuk mengukur
132
At-Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
kemampuan tersebut, tidak semata-mata aspek evaluasi hasil belajar semata tetapi peru adanya observasi dalam penilaian proses atau penilaian autentik agar perilaku siswa dapat diukur dengan baik. Nilai spiritual yang bisa dikembangkan, yaitu shiddiq (kejujuran kepada diri sendiri, kepada Allah, orang lain, menyebarkan salam), istigamah (konsisten atau taat asas; teguh pendirian dalam mempunyai tujuan, kreatif, menghargai waktu, dan sabar), fathanah (kemahiran atau penguasaan), amanah (rasa yang ingin menunjukkan hasil yang optimal, memiliki nilai, hidup sebagai sebuah proses), dan tablig (kebutuhan dirinya pada orang lain) (Thontowi, 2013). Kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 ini sangat kuat memunculkan karakter dalam hal ini kecerdasan spiritual. Penulis memandang kecerdasan spiritual ini peru diimplementasikan dalam pengajaran bahasa karena lebih terarah dan dapat diukur dengan landasan yang kuat dalam pengajaran bahasa terutama pendidikan yang di bawah naungan pendidikan tinggi agama Islam. Menurut penulis karakter itu akan muncul dan terealisasi dalam kehidupan dengan baik apabila ada kesinergian nilai-nilai spiritual dalam masayrakat dengan yang ada dalam satuan pendidikan atau sekolah. Perumusan yang kuat dan keterlibatan masyarakat sangat dituntut dalam pengimplementasiannya. Kompetensi Inti 4. Mengolah, menalar,
Kompetensi Dasar 4.1 Menangkap gagasan utama sebuah discussion text
dan menyaji dalam
dan mengajukan solusi untuk mengatasi
ranah konkret dan
permasalahan yang terkait dengan lingkungan alam
ranah abstrak terkait
dalam bentuk discussion text
dengan
4.2 Menghasilkan discussion text yang koheren dalam
pengembangan dari
mengajukan solusi untuk mengantisipasi dan
yang dipelajarinya di
mengatasi permasalahan yang terkait dengan
sekolah secara
lingkungan sosial
mandiri, bertindak
4.3 Menangkap makna dan menghasilkan description
secara efektif dan
text yang koheren dalam menyajikan informasi
kreatif, serta mampu
yang terkaitdengan sejarah, seni budaya, dan
menggunakan metoda
pariwisata Indonesia untuk diperkenalkan di dunia
Nadrah, Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa
sesuai kaidah keilmuan
133
internasional 4.4 Menangkap makna dan menghasilkan procedure text yang koheren dalam menyajikan informasi yang terkait dengan sejarah, seni budaya, dan pariwisata Indonesia untuk diperkenalkan di dunia internasional 4.5 Menangkap makna dan menghasilkan narrative text yang koheren dalam menyajikan informasi yang terkait dengan sejarah, seni budaya, dan pariwisata Indonesia untuk diperkenalkan di dunia internasional
Kompetensi inti dan kompetensi dasar Kelas XI pada mata pelajaran wajib Bahasa Inggris menunjukkan bahwa kompetensinya lebih kepada keterampilan berbahasa, sedangkan aspek kebahasaannya terintegrasi dalam kompetensi dasar tersebut. Guru dalam hal ini harus lebih teliti dan proporsional dalam memasukkan aspek kebahasaan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa siswa dan juga aspek non kebahasaannya, yaitu aspek perilaku dan sikap berbahasa. Kompetensi di atas lebih kepada peningkatan keterampilan membaca dan menulis siswa. Secara sistematikanya kompetensi dasar tersebut diawali dengan membaca. Dari hasil bacaan nantinya siswa mampu menungkan idenya dalam bentuk tulisan. Namun, yang perlu dicermati sudah sistematis C. Penutup Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan tidak mengabaikan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan pengetahuan. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
134
At-Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan dan penerapan pengetahuan. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills dalam pengajaran bahasa Inggris
baik keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis, sedangkan aspek kebahasaan disajikan secara hidden kurikulum. Penulis ; Nadrah, M.Pd adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Canale, M. & Swain, M. (1980). Theoretical Bases of Communicative Approaches to Second Language Teaching and Testing. Applied Linguistics 1, 1-47. Hadley, Alice Omaggio. (2001). Teaching Language in Context. USA: Heinle and Heinle. Kemendikbud. 2013. Pedoman Pembeian Bantuan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 2013. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 2013. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Nuh, Mohammad. 2013. “Kurikulum Pendidikan 2013, Apa yang Baru?” http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbudkurikulum2013. Bengkulu, 20 Maret 2013. Savignon, Sandra. (1991). Communicative Language Teaching: State of the Art. TESOL Quarterly 25, 261-275. Thontowi, Ahmad. 2013. “Hakikat Kecerdasan Spiritual”. Balai Diklat Keagamaan Palembang.