Vol. 22 No. 2, Juli 2014 1
Dari Redaksi
Daftar Isi
Salam redaksi, Indahnya alam Indonesia, menyejukkan jiwa. Namun sayangnya , keindahan itu selalu diiringi kerusakan yang membuat merana. Ibarat dua sisi mata uang, indah dan punah bak sepasang kata yang tidak dapat terpisahkan. Potret tersebut juga tersajikan pada tulisantulisan edisi kali ini.
Fokus Lahan Basah Restorasi dan Pelestarian Ekosistem Mangrove di Taman Nasional Kutai
3
Konservasi Lahan Basah Perlindungan Pesisir Berbasis Mangrove dan Peran Aktif Masyarakat di Desa Timbulsloko, Demak
4
Berita Umum Lahan Basah Keindahan dan Kerusakan Kawasan Ekosistem Mangrove Segara Anakan
6
Gerakan Pelestarian Pantai Kawasan Taman Wisata Teluk TOUTEFA
8
Pemanfaatan Gulma Air untuk Pakan Ikan
10
MAIGHIAN (Toona sureni), Kayu Perahu Nomor Satu Orang Waropen - Bagian 1 12
Mudah-mudahan informasi dan data yang tersaji ini, bisa menjadi pengetahuan dan motivasi untuk kita terus berfikir dan berkarya bagi pulihnya alam lingkungan dari segala kerusakan.
Flora & Fauna Lahan Basah Budidaya Ikan Gabus (Chana striata), Manipulasi Lingkungan Kolam untuk Usaha
14
TIGARON (Crataeva adansonii) Tumbuhan Lahan Basah, Bahan Jaruk Tigaron
16
Bertepatan dengan bulkan Ramadhan - bulan pengendalian diri yang penuh maghfiroh ini, mari kita bersihkan pikiran, hati dan raga kita, agar hasil karya nyata juga bersih dari segala kerusakan.
Dokumentasi Perpustakaan 19
Selamat membaca. Segenap anggota redaksi dan seluruh staff Wetlands International Indonesia UCAPAN mengucapkan selamat TERIMA KASIH UNDANGAN Idul FitriDAN 1435 H DEWANREDAKSI: REDAKSI: DEWAN
Kami haturkan terima Mohon Maaf Lahirkasih dan penghargaan setinggitingginya kepada seluruh penulis yang telah secara sukarela & Batin berbagi pengetahuan dan pengalaman berharganya untuk dimuat pada majalah ini.
: Pimpinan PimpinanRedaksi Redaksi: Direktur Program WIIP Direktur Program WII Anggota Redaksi: Anggota Redaksi: Triana Triana Ita Sualia RagilSatriyo SatriyoGumilang Gumilang Ragil “Artikel yang ditulis oleh para penulis, “Artikel yang ditulis oleh para penulis, sepenuhnya merupakan opini yang sepenuhnya merupakan opini yang bersangkutan dan Redaksi tidak bertanggung bersangkutan dan Redaksi tidak bertanggung jawab terhadap isinya” jawab terhadap isinya”
2 Warta Konservasi Lahan Basah
Ditjen.PHKA PHKA Ditjen.
Kami juga mengundang semua pihak yang berminat untuk menyumbangkan bahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, gambar dan foto-foto terkait lahan basah, untuk Untuk informasi lebih lanjut, dimuat pada majalah ini. Tulisan sudah dalam bentuk soft silahkan hubungi: , jenis huruf Arial 10, spasi 1,5 maksimal 4 halaman A4 copy Triana (sudah berikut foto-foto). Divisi Publikasi Bahan-bahan dan Informasitersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada: Wetlands International Triana - Divisi Publikasi dan Informasi Indonesia Wetlands International Indonesia e-mail:
[email protected] Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161 tel: (0251) 8312189 fax./tel.: (0251) 8325755 e-mail:
[email protected]
Flora & Fauna Lahan Basah
TIGARON (Crataeva adansonii)
Tumbuhan Lahan Basah, Bahan Jaruk Tigaron Mochamad Arief Soendjoto* , Maulana Khalid Riefani** , Ahmad Ready***
T
Daunnya bertangkai dan susunannya tidak lengkap. Stipula berlekatan menjadi satu dan terdapat di ketiak daun. Helaian daun melebar di bagian tengah dengan perbandingan panjang dan lebar (2.5 – 3 : 1). Helaian memanjang dengan pangkal dan ujung daun meruncing. Urat daun berbentuk jala. Tulangtulang cabang dekat tepi daun membengkok ke atas dan bertemu
ar
1.
jo to )
b m
Tigaron termasuk tumbuhan berkayu, mengeras, menahun, dan membentuk pohon (Gambar 1). Potongan melintang batangnya membundar. Batang tumbuh tegak lurus vertikal. Percabangan sukar ditentukan, tetapi mengarah ke tegak sampai terkulai. Akarnya termasuk akar tunggang.
dengan 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benangbenang sari dan 1 lingkaran daundaun buah. Ga
igaron adalah nama daerah untuk tumbuhan yang bernama ilmiah Crataeva adansonii (Capparaceae). Dalam bahasa Jawa (halus), ron berarti daun. Apakah tigaron berarti tiga daun belum diketahui dengan pasti. Yang pasti, tumbuhan ini berdaun majemuk; pada satu tangkai terdapat tiga helai daun. Dalam bahasa Inggris, tigaron disebut Three-leaf Caper.
Po nd hon oe S f Tigaro e i n (Foto: M. Ar
dengan tulang cabang yang ada diatasnya. Tepi daun rata. Daging daun tipis lunak. Daunnya termasuk daun majemuk menjari dengan tiga anak daun. Tangkai daun bundar berongga dengan warna hijau bernoktah putih menyerupai lentisel. Pada setiap buku ranting hanya terdapat satu tangkai daun dan letaknya tersebar. Letak daun pada ranting mempunyai rumus 3/8 dengan sudut divergensi 1350. Tigaron termasuk tumbuhan berbunga banyak. Bunga berada pada ujung ranting dan termasuk bunga majemuk tak berbatas. Tangkai bunga tidak bercabang-cabang, sehingga bunga (bertangkai atau tidak) langsung terdapat pada ibu tangkainya dan termasuk dalam tipe tandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkainya). Bunganya lengkap dan sempurna
Berdasarkan alat kelamin, bunganya termasuk kelompok bunga banci atau berkelamin dua. Bunga jantan dan bunga betina ada pada satu individu, sehingga termasuk berumah satu. Kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah terletak berhadapan atau tumpang tindih. Buah tigaron termasuk dalam kelompok buah telanjang atau buah sejati. Buah berdaging dan termasuk buah buni. Saat buahnya membesar dan masak, daun berguguran hingga pohon tanpa daun sama sekali. Pada saat seperti ini, orang mengira pohon tigaron mati. Bagi orang Banjar (etnis di Kalimantan Selatan), tigaron termasuk tumbuhan bermanfaat. Bunganya dimanfaatkan sebagai bahan utama jaruk tigaron; jaruk (bahasa Banjar) berarti awetan. Rasa jaruk tigaron asam, tetapi menyegarkan. Makanan ini enak disantap bersama dengan nasi panas/hangat, sambal terasi, dan ikan kering. .....bersambung ke hal 19
16 Warta Konservasi Lahan Basah Bunga Tigaron (Foto: M. Arief Soendjoto)
Daun Tigaron (Foto: M. Arief Soendjoto)
Buah Tigaron (Foto: M. Arief Soendjoto)
Dokumentasi Perpustakaan
Anonim. Mengenal Lebih Dekat Ekoteknologi sebagai Pengendalian Pencemaran Air Peringkat II Apresiasi Karya Ilmiah Litbang Departemen PU. Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum, 2007, xix + 70 pp. Faisal, T.M. Struktur Komunitas Udang (Kelas Crustacea, Sub Ordo Natantia) di Ekosistem Mangrove Teluk Awur Jepara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, 2009, xiii + 75 pp. Kahono, S., M. Amir, P. Aswari and {et.al}. Serangga Tamana Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. JICA dan PHKA, s.a, xi + 207 pp.
Kardono, P. Hermana, N. Zuliasri dan {et.al}. Data Bencana Indonesia Tahun 2009. Badan Nasional Penaggulangan Bencana, 2009, xxxiv + 257 pp.
Schaik, C.V. Di Antara Orangutan Kera Merah dan Bangkitnya Kebudayaan Manusia. Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo, 2006, xv + 266 pp.
Maclvor, A. T. Spencer, I. Moller and M. Spalding Storm Surge Reduction by Mangroves. Natural Coastal Protection Series Report.2 Cambridge Coastal Research Unit Working Papaer 41. TNC and Wetlands International, 2012, 35 pp.
Sualia, I.dan Triana Jasa Lingkungan Ekosistem mangrove. Wetlands International, 2013, 24 pp.
Pytri, M.R., S. Hadi, D.E.D. Setyo dan F. Suciaty Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ISO 2008 Bandung 11 November 2008. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia, 2009, xvii + 251 pp.
Weimin, M.,C.V. Mohan, W. Ellis and B. Davy Adoption of Aquaculture Assessment Tools for Improving the Planning and Management of Aquaculture in Asia and The Pacific. FAO, 2013, ix + 136 pp.
Flora & Fauna Lahan Basah ..... sambungan dari halaman 16
Tigaron (Crataeva adansonii), Tumbuhan Lahan Basah .....
Pencelupan diduga juga bermanfaat untuk menghilangkan bau langu (bahasa Jawa) atau mahung (bahasa
to) djo
en So
m
Ga
Karena mudah luruh, bunga biasanya tidak dicuci sebelum atau setelah dipisahkan dari daun. Untuk mematikan kuman dan sekaligus melemaskan jaringan bunga agar tidak luruh, bunga dicelupkan dalam air mendidih sekitar 3 menit. Lama pencelupan ini biasanya ditandai dengan pemudaran/pemucatan warna bunga atau perubahan warna air dari bening ke kuning kehijauan.
Mahyudin dan istrinya (pembuat jaruk tigaron) cukup cerdas menyiasati rasa pahit ini. Penduduk Desa Panjaratan, Kabupaten Tanah Laut ini menaburi rendaman bunga tigaron dengan nasi dingin, sebelum rendaman itu didiamkan minimal 3 hari dan jaruk tigaron kemudian bisa disantap. Cara ini memang mengubah warna air rendaman menjadi kemerahan, tetapi terbukti menghilangkan rasa pahit dan membuat orang tanpa ragu menikmati dengan lahap jaruk tigaron sebagai “teman” makan nasi.
Sayangnya jaruk tigaron (Gambar 2) tidak bisa disantap setiap waktu. Makanan ini hadir hanya sekali setahun sesuai dengan masa (akhir) pembungaan, yaitu sekitar Pebruari – Maret. ••
ie f
Pembuatannya cukup mudah. Petik bunga dari pohon dengan menyertakan daun. Cara ini tidak hanya memudahkan dan mempercepat pemetikan, tetapi juga mengurangi peluruhan bagianbagian bunga (seperti mahkota, benang sari).
Banjar), menghilangkan getah, atau mengurangi kadar senyawa yang dikandung oleh bunga atau tangkainya dan mungkin berbahaya. Jaruk tigaron sering terasa pahit, ketika disantap atau dimakan. Beberapa penyantap kadang merasa pusing, setelah menyantap makanan ini. Walaupun demikian, tidak ada kasus yang menunjukkan bahwa penyantap jaruk tigaron menderita sakit.
Ar
Harganya cukup murah. Bunga yang belum dijaruk (diawetkan) hanya Rp. 2.500,- per ikat, sedangkan yang sudah dijaruk Rp. 3.000,-. Satu ikat berisi 10 tangkai bunga.
ba
r2
. Jar
u k T i g ar o n s i a p s a n t a
p
to (Fo
:M
.
*Fakultas Kehutanan, Univ. Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad Yani Km 36 Banjarbaru Email:
[email protected] ** Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univ. Lambung Mangkurat, Jalan Hasan Basry Banjarmasin *** Pascasarjana Pendidikan Biologi, Univ. Lambung Mangkurat, Jalan Hasan Basry Banjarmasin
Vol. 22 No. 2, Juli 2014 19
20 Warta Konservasi Lahan Basah