ISSN: 2088-6217
N DAN BISNIS
SAFUL AMRI
STRATEGI PEIIJIASARAN PRODUK tuODAL NIIKRO UNIT LAYANAN Ivl0DAL MIKR0 (ULa[rlM)WILAYAH NAD DI KOTA BANDAACEH
M.BAKRI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAI|'JAN
PIPLN (PERSERo) WTLAYAH NAD Dr KoTA BANDA ACEH
SARBOINI
ANALISIS FAKTOR.FAKTOR YANG MEIIIIPENGARU
H
I KEPUASAN
PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN ACCES NETlIllORK OPERATION DI PROPINSIACEH
BADARUDDIN
HUBUNGAN GAYA KEPEIIIIIIPINAN DENGAN fuIOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAiIIIAT KUTA I4ALAKA KABUPATEN ACEH BESAR
SYAIFUDDIN YANA
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN PELUANG USAHA STUDI KASUS PADA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI KABUPATEN SIIvIEULU
DITERBITKAN OLEH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
STRATEGI PEMASARAN PRODUK MODAL MIKRO UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULaMM) SYARIAH PT. PNM (Persero) CABANG BANDA ACEH SAIFUL AMRI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) PT PNM (persero) dalam mengelola pelayanan modal usaha bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Banyaknya persaingan tidak menjadikan ULaMM PT. PNM (persero) kehilangan pangsa pasarnya, namun dengan strategi pemasaran yang diterapkan dan pelayanan yang maksimal banyak nasabah yang menjadi mitra kerja sama dalam permodalan dengan ULaMM PT. PNM (persero). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan ULaMM PT. PNM (persero) dengan pelayanan maksimal dan hubungan baik serta memberikan berbagai solusi yang dihadapi masyarakat dalam memperoleh modal usaha di ULaMM PT. PNM (persero) sangat unik dan lain dari lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Pelayanan yang diberikan mulai dari mendatangi langsung calon nasabah hingga sampai pengurusan sertifikat hak milik tanah sehingga kredit modal usaha untuk nasabah bisa dicairkan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan analisa bahwa pelayanan yang optimal serta pemberian solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang ingin memperoleh pinjaman modal usaha di ULaMM PT. PNM (persero) merupakn strategi yang sangat baik dan sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam pengurusan kebutuhan modal usaha. Kata Kunci: Strategi Pemasaran produk, modal mikro, dan unit layanan mikro menengah
PENDAHULUAN Pada awalnya perkembangan perbankan di Indonesia tumbuh dengan pesat. Perkembangan ini dimulai sejak dikeluarkannya undang-undang perbankan No. 14/1967 tentang pokok-pokok perbankan, disusul dengan paket kebijaksanaan dibidang moneter dan lembaga keuangan. Intinya memberikan keleluasaan lembaga perbankan menjadi seimbang dan menjurus kepada persaingan yang sehat. Berbagai kebijakan diregulasi dan debirokratisasi terus digulirkan demi penyempurnaan peraturan yang telah ada, sehingga dikeluarkan paket Januari 1990 (Pakja) yang bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim persaingan secara sehat dalam mengumpulkan dana, menyalurkan dana serta dalam meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta maupun perorangan untuk menyimpan dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme system pembayaran bagi semua sector perekonomian. Lembaga keungan non bank merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang pemberian modal bagi masyarakat untuk usaha produktif terutama usaha mikro, kecil dan menengah. Dengan memberikan kredit modal usaha, bank dan lembaga keuangan non bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Bank dan Lembaga keuangan non bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian alat tukar dan pembayaran. Dalam kondisi sekarang ini, sektor perbankan dan lembaga keuangan non bank sangat dituntut untuk berperan aktif dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kehidupan masyarakat dengan menyalurkan modal guna membangun usaha. Berbagai usaha dilakukan pihak lembaga keuangan dalam memasarkan produknya dan dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang ditawarkan untuk masyarakat guna menjadi nasabahnya. Persaingan produk perbankan dewasa ini sangat ketat dengan tumbuhnya lembaga-lembaga keuangan non bank yang menyalurkan kredit terhadap usaha mikro makin banyak dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya produk-produk perbankan yang berlomba-lomba merambah sector mikro. Dengan adanya perkembangan ini semua, maka bermunculan bank-bank swarta baru dan lembaga keuangan yang mengeluarkan produk untuk usaha mikro. Dengan persaingan yang makin ketat, produk yang ditawarkan untuk usaha mikro juga sangat beragam, mulai dari pinjaman dengan proses yang sangat cepat dan mudah, kredit dengan bunga yang rendah, hingga kepada kredit tanpa agunan. Salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang pemberian modal usaha untuk usaha mikro adalah ULaMM syariah Unit Ulee Kareng (Unit Layanan Modal Mikro) syariah. ULaMM syariah Unit Ulee Kareng merupakan unit perusahaan PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) persero yang mengelola modal pemerintah dan disalurkan dalam bentuk kredit baik bagi lembaga perbankan, koperasi, Baitul Qirad maupun langsung kepada masyarakat pemilik usaha. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji fenomena ini dan menyajikannya dalam tulisan ilmiah yang berjudul : “Strategi Pemasaran Produk Modal Mikro Unit Layanan Modal Mikro (UlaMM) syariah PT. PNM (persero) Cabang Banda Aceh”
Rumusan Masalah. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. strategi apa yang diterapkan ULaMM syariah Unit Ulee Kareng PT. PNM (persero). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi dan kiat-kiat yang digunakan ULaMM syariah Unit Ulee Kareng dalam pelayanan dan pemasaran produk modal mikro dengan banyaknya persaingan dengan lembaga keuangan lainnya.
LANDASAN TEORITIS Pengertian Strategi Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung kepada seberapa baik perusahaan mampu merumuskan strategi yang sesuai dengan situasi lingkungan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan juga sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan serta memilih sasaran perusahaan sesuai dengan peluang yang ada. Kotler (1995 : 92), menjelaskan tentang strategi pemasaran sebagai berikut : “Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran dalam sebuah pasar sasaran. Strategi pemasaran mengandung keputusan tentang pengeluaran perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran”. Gultinan dan Paul (1992: 23) mendefinisikan strategi perusahaan adalah “Rencana-rencana jangka panjang yang dirancang untuk berbagai bisnis yang seharusnya dimasuki perusahaan. Strategi ini mendefinisikan pasar-pasar yang akan dilayani (mendefinisikan dalam bentuk kebutuhan pelanggan atau kedua-duanya) serta lini produk atau jasa yang akan dihasilkan berdasarkan penilaian terhadap lingkungan sumber daya sasaran perusahaan”. Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai hasil usaha yang maksimal dari aktifitas yang dijalankan dan menekan biaya operasional se-efesien mungkin, sehingga akan mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan profit. Strategi pemasaran merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang keberhasilan suatu perusahaan dalam meraih keuntungan yang lebih besar. Untuk mencapai tujuan pemasaran dalam suatu perusahaan, strategi yang digunakan adalah : 1. Strategi Produk. Produk secara luas mencakup segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau ada keinginan pasar yang bersangkutan, jadi perusahaan harus menyusun strategi sebaik mungkin agar produk tersebut diterima dengan baik dipasar. 2. Strategi Harga Agar dapat sukses memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kualitas penjualan. Selain itu, harga secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produk. Oleh karena itu penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Swastha dan sukotjo (1993:211) mendefinisikan harga adalah “sejumlah uang (ditambah beberapa barang atau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanan”. 3. Strategi Distribusi Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusah memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan). Dalam pelaksanaan aktifitas-aktifitas distribusi, perusahaan kerap kali harus bekerja sama dengan perantara dan saluran distribusi untuk menawarkan produknya ke pasar. Strategi distribusi berkenaan dengan penentuan dan manajemen saluran distribusi yang dipergunakan oleh produsen untuk memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk tersebut dapat sampai ditangan konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu yang diperlukan dan ditempat yang tepat. 4. Strategi Promosi Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya. Pada hakekatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, pelaksanaan dan pengendalian komunikasi persuasif dengan pelanggan. Strategi promosi ini biasanya untuk menentukan proporsi personal selling, iklan dan promosi penjualan. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran dapat dikatakan dasar yang mempengaruhi suatu kegiatan atau usaha pemasaran dari suatu perusahaan dalam berbagai konsidi persaingan dan lingkungan yang saling berubah. Pada perusahaan yang menjual
produk maka strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan adalah strategi pemasaran produk, sedangkan untuk perusahaan jasa, maka menggunakan strategi pemasaran jasa. Assauri (1987: 154) menegaskan “Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk dapat mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan”. Marwan (1991: 30) menyatakan bahwa “strategi pemasaran adalah wujud rencana yang terarah dibidang pemasaran, untuk memperoleh hasil yang optimal”. Kotler (1997 : 56) lebih menegaskan bahwa “strategi pemasaran adalah logika pemasaran yang dilakukan dengan harapan unit bisnis akan mencapai sasaran-sasaran pemasaran”. Dalam mengembangkan strategi pemasaran seorang manejer atau pimpinan menghadapi sejumlah keputusan, yaitu antara lain : 1. Memilih pasar yang dituju (target market). Satu dari sejumlah faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran adalah peranan perusahaan dan besarnya perusahaan dalam industrinya. Strategi pemasaran apa saja yang sesuai untuk perusahaan akan tergantung apakah perusahaan merupakan pemimpin, penantang, pengikut atau penggarap peluang pasar. Agar sukses dipasar yang penuh tantangan dewasa ini, perusahaan harus menetapkan nasabah ditengah, merebut nasabah dari tangan pesaing dengan menyerahkan nilai yang lebih besar. Tetapi sebelum dapat memuaskan konsumen, sebuah perusahaan mula-mula harus dapat memahami kebutuhan dan keinginan mereka, jadi pemasaran yang mantap memerlukan anaslisa konsumen secara hati-hati. Perusahaan mengetahui bahwa mereka tidak dapat memuaskan konsumen dengan cara yang sama. Ada terlalu banyak konsumen dengan kebutuhan yang berbeda dan perusahaan dalam posisi yang lebih baik melayani segmen pasar tertentu. Oleh karena nya perusahaan harus mendesain strategi untuk melayani segmen yang dipilihnya lebih baik ketimbang para pesaingnya dengan tetap menghasilkan laba. 2. Penetapan produk di pasaran (Product Positioning). Pada suatu perusahaan telah mengambil keputusan untuk memasuki segmen tertentu, maka perusahaan tersebut harus mengetahui cara memasukinya, untuk itu harus mengetahui cara memasukinya, untuk itu harus diketahui strategi penempatan produk. Menurut Kotler (1997 : 59) menyatakan sebagai berikut: “ Penempatan produk (product Positioning) adalah suatu tindakan merencanakan produk dan bauran pemasaran agar tercipta suatu kesan tertentu didalam ingatan konsumen”. Dari penjelasan diatas, maka diketahui bahwa produk potensial harus mampu menciptakan daya tarik terhadap konsumen agar konsumen mengingat terhadap produk tersebut dan harus mengembangkan semua unsur 4P yang dilakukan secara benar dari awal sehingga ciri produk tersebut mampu mengingat dengan kuat terhadap target pasar tertentu. Mengembangkan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dalam bauran pemasaran ada beberapa faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Faktor ini sering disebut dengan Marketing Mix yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam bersaing mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Swastha dan Sukotjo (1993 : 193) mendefinisikan Imarketing MixI sebagai berikut: “Marketing mix adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi dan distribusi”. Sedangkan menurut Kotler (1997 : 62) menyatakan “bahwa pemasaran atau marketing mix mempunyai empat unsur yaitu produk, price, place, promotion”. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa marketing mix atau pemasaran produk adalah sebagai suatu strategi pemasaran yang terdiri dari beberapa variabel: 1. Strategi Produk Strategi produk yang meliputi banyak unsur yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan sejak dari desain, warna, kemasan, bentuk yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan dan dikonsumsi. Produk tersebut dapat berupa barang atau jasa atau sebuah ide. Keputusan-keputusan tentang variabel-variabel produk atau aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengannya adalahsangat penting karena semua itu terlibat secara langsung dengan upaya menciptakan produk-produk yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan. Menurut Ronald (1996 : 4) menyatakan sebagai berikut: “produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar untuk perolehan, penggunaan atau konsumsi yang bisa memuaskan sesuatu keinginan dan kebutuhan”. Didalam mempertahankan kelompok produk yang baik dan membawa perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, maka manejer perusahaan harus melakukan berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan produk, antara lain: a. Mengembangkan produk b. Memodifikasikan produk-produk yang sudah ada c. Menghapus produk yang tidak dibutuhkan Produk ini mempunyai peranan sangat penting dalam melakukan keberhasilan perusahaan dalam memasarkan hasil produksinya. Selanjutnya setiap perusahaan juga harus mengetahui daur hidup produknya karena hal ini mempunyai pengaruh terhadap laju perkembangan penjualan produk perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.
3.
4.
Strategi harga Strategi harga yang perlu diperhatikan untuk menempatkan harga suatu produk, berbagai pertanyaan harus dijawab, mulai dari penentuan harga produk baru sampai kepada penentuan kembali harga produk lama. Menurut Kotler (1997 : 62) “harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya”. Dari definisi diatas jelaslah bahwa harga dari suatu produksi tidak hanya didasarkan pada fisik produksi saja, tetapi juga termasuk servis atau pelayanan yang menyertainya. Didalam menempatkan suatu produk sering dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Swastha dan Sukatjo (1993 : 195) menyebutkan bahwa ada beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan, antara lain: a. Laba maksimum b. Volume penjualan c. Penguasaan pasar d. Kembalinya modal yang tertanam Dengan menetapkan harga jual, penentuan strategi harga merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Harus diakui bahwa jarang suatu perusahaan hanya mengejar suatu tujuan tunggal, pada umumnya sasaran-sasaran itu adalah suatu kombinasi. Dalam strategi pemasaran harga bagi produknya haruslah mengacu pada unsur-unsur biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan produk sampai ke konsumen. Biaya ini terdiri dari biaya produksi dan biaya pemasaran. Strategi Distribusi Dalam strategi pemasaran, ada suatu strategi yang digunakan yaitu strategi saluran distribusi yang sering juga disebut dengan saluran pemasaran. Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen ke konsumen. Kebijaksanaan distribusi harus mendapat perhatian agar perusahaan mendapat kepastian bahwa barang dan jasa yang dihasilkan dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan tepat waktu. Konsep saluran distribusi berorientasi pada keputusan-keputusan tentang adanya suatu strategi. Strategi itu sendiri mempunyai suatu rencana umum atau menyeluruh sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan dalam kegiatan saluran. Dalam hal ini strategi mempunyai hubungan yang erat untuk mengatur fisik maupun nonfisik dari pada saluran. Dalam mendistribusi hasil produksi suatu perusahaan ada kalanya dibutuhkan perantara pemasaran diantaranya perantara pedagang dan perantara tenaga pemasaran. Istilah pedagang digunakan disini untuk memberi gambaran bahwa usaha mempunyai hubungan yang erat dengan pemilik barang, sedangkan tenaga pemasaran yang menjembatani antara perusahaan dengan konsumen. Strategi Promosi Strategi promosi merupakan salah satu variabel didalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Kegiatan ini merupakan salah satu faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Kegiatan produksi dapat dilaksanakan melalui periklanan, personal selling, sales promotion dan publisitas. Semua ini dikenal dengan promotian mix. Menurut Kotler (1997 : 70) menyebutkan bahwa “ promosi adalah arus informasi atau persuasi suatu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam kegiatan pemasaran”. Sedangkan Sutojo (1989 : 12) memberikan pengertian promosi sebagai “kegiatan memperkenalkan produk, meyakinkan dan mempertimbangkan kembali manfaat produk kepada pembeli”. Dari definisi diatas dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa promosi merupakan usaha memberikan informasi dan memperkenalkan barang (produk) kepada konsumen juga dapat mempertimbangkan kembali manfaat dari produk tersebut.
Pengertian Lembaga Keuangan dan Bank Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk aset keuangan (financial assets) atau tagihan (claims) seperti saham dan obligasi. “Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya adalah pinjam meminjam uang, sehingga berarti lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya berdagang uang (Veithzal Rivai, et al.)” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa : Lembaga keuangan adalah suatu lembaga dalam operasi sehari-harinya menjalankan jasa dibidang keuangan, yaitu berupa perantara (Intermediasi) dari pihak yang surplus (kelebihan uang) dan pihak yang defisit (kekurangan uang) kepada sektor rumah tangga, sektor swasta, maupun sektor pemerintah. Suyatno (1994 : 1) mengutip pendapat Stuart yang mendifinisikan Bank sebagai berikut : “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral”. Menurut Abdurrahman mengatakan bahwa “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain”. Sedangkan undang-undang no. 10 tahun 1997 mengatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian jasa Pada hakekatnya jasa merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada orang lain atau perusahaan lain, dimana untuk jasa yang diberikan tersebut seseorang atau orang lain atau perusahaan lain yang menerima jasa mendapat kepuasan. Untuk lebih jelasnya diuraikan beberapa pendapat ahli: Kotler (1991 : 452) mendifinisikan jasa sebagai berikut: “ Jasa adalah setiap kegiatan atau menfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan sesuatu. Proses produksinya mungkin atau mungkin juga tidak dikaitkan kepemilikan dengan suatu produk fisik”. Menurut Stanton (1991 : 220) berpendapat bahwa: “jasa adalah kegiatan yang diidentifikasikan secara tersendiri yang pada hakikatnya bersifat tak berlaba (intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain”. Untuk menghasilkan jasa, mungkin perlu atau mungkin juga tidak diperlukan benda nyata (tangible) akan tetapi, sekalipun penggunaan benda itu perlu namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda tersebut. Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan : 1. Jasa merupakan suatu abstrak (intangible) tetapi hasilnya dapat dirasakan dalam bentuk kepuasan. 2. Dalam masalah jasa, peran perantara (midleman) kurang berarti karena tidak ada jarak antara si penjual jasa dengan sipemakai jasa. Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan kebutuhan. Produk-produk yang dipasar meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat organisasi (Kotler : 1997 : 52). Umar (1997 : 209) menyatakan : “sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi sesuatu keinginan atau kebutuhan. Disamping barang yang berbentuk fisik, yang termasuk dalam produk adalah jasa atau layanan”. Sejalan dengan dua definisi diatas, Kotler dan Amstrong (1997 : 274) mendefinisikan bahwa: “produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dan jika didefinisikan secara luar produk meliputi objek secara fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, gagasan atau bauran dari semua wujud diatas”. Dari tiga definisi diatas dijelaskan bahwa produk lebih dari sekedar sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen dalam pemasaran produk biasa didefinisikan sebagai sesuatu ide atau gagasan yang dapat mengkombinasikan kepada konsumen bahwa yang ingin mereka beli bukan sesuatu produk akan tetapi adalah solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Atribut Produk Dalam mengembangkan suatu produk mencakup penetapan manfaat yang akan disampaikan produk. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan oleh atribut produk. Kotler dan Amstrong (1997 : 279) atribut produk terbagi: 1. Mutu produk 2. Sifat-sifat produk 3. Rancangan produk Ad. 1. Mutu produk Mutu produk ialah kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya termasuk keawetan, ketetapan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut bernilai yang lain. Mutu ialah salah satu alat penting bagi pemasar untuk menentukan posisi. Mutu mempunyai dua dimensi yaitu tingkat konsisten ketika mengembangkan suatu produk, pemasar mula-mula harus memilih tingkat mutu yang akan mendukung posisi dipasar. Walaupun beberapa atribut ini dapat diukur dari segi persepsi pembeli. Karena perusahaan memilih tingkat mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat mutu produk pesaing. Ad. 2. Sifat-sifat Produk Sifat ialah alat bersaing untuk membedakan produk perusahaan dari produk pesaing. Suatu produk dapat ditawarkan dengan berbagai sifat. Sebuah model “polos” produk tanpa tambahan apapun merupakan titik awal dan perusahaan dapat menciptakan model dari tingkat yang lebih tinggi dengan menambah beberapa sifat. Ad. 3. Rancangan Produk Rancangan ialah proses merancang gaya dan fungsi produk menciptakan produk yang menarik, mudah, aman dan tidak mahal untuk dipergunakan dan diservis serta sederhana dan ekonomis untuk dibuat dan didistribusikan, sehingga rancangan dapat menjadi salah satu senjata yang amat ampuh dalam senjata pemasaran perusahaan. Analisa SWOT Analisa SWOT dilakukan dalam rangka menentukan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut dapat dipertimbangkan dalam analisis SWOT (strengths, opportunities, weaknesses, threats).
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS EFAS
Strengths (S) Menentukan faktor-faktor kekuatan internal Strategi SO Opportunities (O) strategi yang Menentukan faktor-faktor Ciptakan menggunakan kekuatan untuk peluang eksternal memanfaatkan peluang Threats (T) Strategi ST Menentukan ancaman eksternal Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Sumber : Kotler dan Amstrong (1997 : 109)
Weaknesses (W) Menentukan faktor-faktor kelemahan internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sedangkan alat yang akan digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini akan menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis. a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya dalam memasarkan produk-produk. b. Strategi ST Strategi ini adalah dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul dalam pemasaran. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada dalam memasarkan produk dan saluran distribusi. d. Strategi WT Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan perusahaan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman semaksimal mungkin.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data primer dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penelitian dilakukan secara langsung pada ULaMM syariah Unit Ulee Kareng PT. PNM (persero). Tehnik Pengumpulan Data Metode penelitian yang penulis terapkan dalam menyusun skripsi ini menggunakan 2 (dua) metode penelitian, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan dengan cara membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang langsung kelapangan, yang dalam hal ini adalah pada ULaMM PT. PNM (perssero) cabang Banda Aceh dengan cara mengadakan : a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat penelitian dengan cara mengumpulkan dokumentasi perusahaan dan brosur-brosur serta jurnal-jurnal lainnya. b. Interview, yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung dalam bentuk tanya jawabdengan pihak-pihak terkait yang berwenang dalam memberi data yang dibutuhkan sesuai dengan arah dalam penulisan skripsi ini. Metode Analisa Data Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh dikumpulkan dalan bab hasil penelitian. Kemudian dianalisis dengan pendapat para ahli dengan menggunakan SWOT (Strengths, Opportunities, Weakness and Treat) untuk memperoleh kesimpulan dari hasil pembahasan disertai dengan pendapat para ahli sebagai landasan teoritis, kemudian dalam penelitian ini juga digunakan analisis MATRIK ANSOFF. Tabel 2. Keputusan Strategi Produk (ANSOFF MATRIK) PRODUK P Pasar Sekarang Strategi Penetrasi Pasar Strategi Pengembangan A Produk S Pasar Baru Strategi Pengembangan Pasar Strategi Diversifikasi A Sumber : Kotler dan Amstrong (1997 : 167)
R
HASIL PENELITIAN Segmentasi Target Pasar ULaMM syariah Unit Ulee Kareng Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai minat tertentu terhadap tawaran suatu produk yang mempunyai potensial melakukan pembelian. Dalam hal ini ULaMM syariah Unit Ulee Kareng menetapkan beberapa target pasar sasaran yaitu : a. Para pengusaha yang memiliki bisnis dibagian perdagangan, industri, jasa dan lain-lain dengan tingkat perputaran modal harian. b. Para pengusaha baru yang belum memiliki akses ke perbankan. c. Para pengusaha yang memiliki jaminan tanah tetapi belum mempunyai setifikat hak milik akan dibantu dalam pengurusannya. Didalam menjual produk, haruslah diperhatikan pasar potensial. Untuk menciptakan pasar potensial, maka perusahaan harus melakukan survey pasar potensial. Perusahaan harus memberi rangsangan seperti melakukan prospek pasar, menyebarkan brosur, membuat iklan di media cetak maupun elektronik serta penyebaran informasi melalui kerabat tentang produk yang ditawarkan perusahaan dengan tujuan untuk mencari nasabah yang akan berminat untuk meminjam modal. Kiat Menarik Minat Nasabah Kiat meningkatkan nasabah pada ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng PT. PNM cabang Banda Aceh dapatlah dilihat dari penerapan kebijakan bauran pemasaran yaitu produk, harga, saluran distribusi promosi yang digunakan sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai. Strategi bauran pemasaran ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng terbukti telah mampu menarik minat nasabah untuk menjadi nasabah kredit modal usaha. Strategi bauran pemasaran jasa keuangan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng meliputi : 1. Produk Fasilitas yang disediakan oleh ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng diantaranya memberi kredit modal usaha bagi masyarakat, selain Jasa Manajemen dan penempatan modal pada lembaga keuangan seperti koperasi, BPR dan Baitul Qirad oleh induk ULaMM sendiri yaitu PT. PNM (persero). 2. Harga Dalam menerapkan kiat harga pada produk yang ditawarkan, ULaMM syariah Unit Ulee Kareng menerapkan tingkat margin yang kompetitif dimana dalam penerapannya tetap mengikuti tingkat suku bunga BI dan tingkat bunga dari lembaga keuangan lain dan perbankan. 3. Distribusi Kiat yang digunakan dalam distribusi suatu produk bertujuan untuk mempermudah para nasabah untuk mendapatkan jasa pembiayaan modal usaha. Pelayanan langsung dan pemberian solusi bagi calon nasabah yang mengalami kendala dalam pemenuhan dokumen dan pembuatan sertifikat hak milik agar dapat memenuhi persyaratan dalam pengurusan modal usaha. Dalam pemenuhan dokumen, ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng tidak sulit dan berusaha mencarikan solusi bagi yang mengalami kendala dalam pengurusannya. 4. Promosi Pelaksanaan program promosi ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng meliputi : • Menyebarkan brosur dengan memberikan informasi yang singkat dan jelas dan mudah dimengerti oleh para calon nasabah. • Mengiklankan di media massa untuk pengenalan pasar yang lebih luas. • Mencarikan solusi dan menjaga hubungan baik bagi calon nasabah dengan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengurusan modal usaha. • Menjemput angsuran baik bulanan, mingguan bahkan harian bagi nasabah untuk memberikan kemudahan dalam memaksimalkan pelayanan. • Menginformasikan melalui nasabah yang sudah meminjam untuk direkomendasikan kawan atau rekan kerja untuk calon nasabah baru yang mempunyai usaha. • Untuk menghadapi persaingan dengan perbankan dan lembaga keuangan lain dalam menjaring calon nasabah. Bentuk Pengembangan dan Pengenalan Produk Untuk merealisasikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan promosi ini maka ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dalam menerapkan strategi promosinya sedemikian rupa tidak lain untuk mengkomunikasikan semua produk dan jasa kepada calon nasabah menjabarkan dalam berbagai sasaran promosi yang strategi yang terdiri dari : a. Penjualan Jasa Secara Langsung Strategi ini merupakan strategi yang sangat efektif diterapkan oleh ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng karena dengan komunikasi langsung antara karyawan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dengan nasabah sehingga dapat membantu pemahaman nasabah tentang produk dan prosedur di ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng untuk memperoleh pinjaman modal usaha, serta dapat mengetahui secara langsung kendala dan kemampuan calon nasabah dalam hal mengangsur kembali. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, usaha-usaha yang dilakukan oleh marketing ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng adalah berusaha meyakinkan calon nasabah dan membina hubungan baik
serta mencarikan solusi jika mengalami kendala dalam hal pemenuhan dokumen pengurusan modal usaha. b. Periklanan dan Brosur ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dalam usahanya menjangkau dan menguasai pasar khususnya wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar menggunakan periklanan publik seperti koran lokal, spanduk, brosur dan kartu nama. Pemberian informasi melalu kerabat dan rekomendasi dari lembaga keuangan lain dan perbankan juga merupakan usaha promosi ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dalam menjaring calon nasabah. Rekomendasi dari nasabah yang telah meminjam juga sangat efektif dalam menjaring calon nasabah. c. Strategi Publisitas Strategi ini dilakukan oleh PNM dalam hal publisitas bagi PNM sendiri dan juga ULaMM Syariah dengan menjadi sponsor pada acara-acara sosial seperti khitanan massal dan pengobatan massa yang dilakukan secara berkala. d. Strategi Promosi Melalui Nasabah Exiting Strategi ini dilakukan oleh ULaMM Syariah untuk mendapatkan calon nasabah yang bagus dan berkarakter yang baik dari nasabah yang telah meminjam dengan asumsi dari segi karakter dan kemampuan usaha sudah sedikit banyak mendapat rekomendasi bagus dari nasabah yang telah meminjam. Strategi Perluasan Pasar ULaMM Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan mikro yang mempunyai tujuan utama untuk memberikan pinjaman modal usaha bagi masyarakat berusaha untuk menjangkau setiap lapisan masyarakat yang mempunyai usaha namun terkendala kecukupan modal untuk dapat mengembangkan usahanya, berusaha memperluas pasar sasaran hingga ke pedesaan dengan radius jangkauan hingga 25 km dari kantor unit. Hal ini dilakukan untuk dapat memperluas pasar sasaran dengan pertimbangan daerah pedesaan dan pasar tradisional pada umumnya belum tersentuh oleh lembaga perbankan maupun lembaga keuangan lain. Pinjaman yang diberikan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng berfariasi diantaranya pinjaman dengan nilai Rp. 5.000.000, - Rp. 10.000.000 dengan maksimal jangka waktu 1 tahun, pinjaman dengan nilai Rp. 11.000.000, - Rp. 25.000.000, dengan jangka waktu maksimal 2 tahun, dan pinjaman dengan nilai Rp. 26.000.000, -Rp. 200.000.000, dengan jangka waktu maksimal 3 tahun. Nilai margin yang ditetapkan berfariasi sesuai dengan suku bunga Bank Indonesia dan keputusan komite Pembiayaan Usaha Mikro Pusat.
PEMBAHASAN Analisa Kinerja Lembaga Keuangan ULaMM syariah Unit Ulee Kareng Analisa kinerja ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng merupakan suatu tindakan awal untuk melakukan atau menentukan kiat atau strategi ULaMM syariah dalam usaha menempatkan ULaMM Syariah pada posisi yang mampu bersaing dengan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Secara umum analisa tenaga kerja dalam sebuah lembaga dapat dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang juga dipengaruhi oleh marketing mix yaitu produk, harga, distribusi dan promosi yang semuanya merupakan faktor internal dari lembaga tersebut. Analisa kekuatan dan kelemahan ini dilakukan secara simultan sehingga akan terbentuk suatu gambaran pemikiran atau evaluasi terperinci terhadap segala aspek operasional lembaga. Analisa Kekuatan ULaMM syariah Unit Ulee Kareng Analisa kekuatan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng terletak pada kepemilikan lembaga yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kepemilikan modal yang besar dan manajemen yang selalu terkontrol baik oleh pusat, cabang maupun pengawasan internal dan external seperti KPK. Bentuk pembiayaan yang menganut sistim syariah yang sesuai dengan karakteristik masyarakat Aceh. Sistim kerja yang disiplin dan penggunaan teknologi internet yang langsung terhubung dengan kantor pusat sehingga memudahkan dalam pengawasan baik secara sistem maupun kesalahan yang terjadi oleh tenaga kerja sehingga dapat segera diperbaiki khususnya sistem akuntansi. Pelayanan terhadap masyarakat yang baik dan pemberian solusi bagi calon nasabah maupun nasabah yang mengalami kendala dalam pengurusan administrasi dalam pengurusan untuk memperoleh modal usaha di ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng serta pelayanan jemput angsuran bagi nasabah yang ingin angsurannya dijemput di tempat usaha sehingga nasabah tidak terganggu dengan aktifitas usaha. Menjalin hubungan baik dengan nasabah dan calon nasabah sehingga terbentuk suatu hubungan emosional yang bersifat kekeluargaan sehingga nasabah merasa memiliki terhadap lembaga dan terbentuk suatu loyalitas terhadap UlaMM Syariah Unit Ulee Kareng. Promosi yang gencar dengan penyebaran brosur dan kartu nama serta periklanan di koran dan spanduk hingga ke pelosok desa sehingga nasabah mengetahui produk yang kita miliki dan tawarkan kepada calon nasabah. Analisa Kelemahan ULaMM syariah Unit Ulee Kareng Letak kantor ULaMM Syariah unit Ulee Kareng yang kurang strategis karena tidak berada pada jalan utama sehingga menyulitkan bagi calon nasabah dan masyarakat umum untuk mencari dan mengetahui
keberadaan ULaMM Syariah unit Ulee Kareng. Tenaga pemasaran yang dimiliki sangat terbatas yaitu 1 (satu) orang sehingga proses penyebaran informasi dan prospek pasar sasaran terbatas. Perbedaan margin dengan kompetitor yang yang signifikan berupakan kendala paling besar dalam penjualan produk bagi calon nasabah. Bertambahnya kompetitor pembiayaan untuk usaha mikro dengan tingkat margin yang lebih kecil memerlukan suatu kebijakan dari pusat untuk dapat menyaingi kompetitor yang semakin banyak. Analisa Peluang ULaMM syariah Unit Ulee Kareng Dengan berjalannya waktu, ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng sudah banyak menyebarkan informasi pembiayaan untuk usaha mikro hingga ke pelosok desa baik melalui brosur, koran, kerabat maupun nasabah ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng yang sudah meminjam merupakan peluang yang sangat besar dalam upaya memaksimalkan pencairan dan pencapaian target pembiayaan. Kepercayaan masyarakat terhadap ULaMM Syariah Unit Ulee kareng meningkat pesat dengan tingkat pembiayaan meningkat tajam dari perbandingan bulan sebelumnya. Pelayanan yang dilakukan tenaga kerja sangat maksimal sehingga calon nasabah merasa nyaman untuk bekerja sama dalam pembiayaan modal usaha. Analisa Ancaman ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng Melihat perkembangan perekonomian di Aceh khususnya dan peluang usaha yang semakin besar serta keinginan berusaha bagi masyarakat semakin meningkat, lembaga keuangan perbankan sudah lama melirik pembiayaan untuk usaha mikro. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah unit-unit perbankan yang semakin banyak dan masuknya beberapa lembaga perbankan nasional yang melayani pembiayaan pada usaha mikro. Hal ini merupakan ancaman paling besar bagi ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dengan semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dalam pembiayaan yang sama dengan tingkat suku bunga atau margin yang berbeda. Selain hal tersebut diatas, krisis ekonomi juga merupakan ancaman tersendiri bagi ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng. Dari uraian diatas, untuk mempermudah penilaian dan evaluasi dari pada posisi ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng yang dimiliki saat ini antara lain dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Analisa SWOT pada UlaMM Syariah Unit Ulee STRENGTH WEEKNES KEKUATAN KELEMAHAN 1. Kepemilikan lembaga 1. Letak kantor yang yang merupakan Badan kurang strategis. Usaha Milik Negara. 2. Tenaga pemasaran 2. Menganut sistim syariah yang terbatas. 3. Disiplin dan 3. Perbedaan margin pengawasan yang atau suku bunga bagus. dengan kompetitor. 4. Pelayanan yang baik dan 4. semakin banyak menjalin hubungan kompetitor yang emosional dengan melakukan nasabah. pembiayaan usaha 5. Promosi yang gencar mikro. dan prospek langsung ke pasar.
Kareng OPPORTUNITY THREATS PELUANG ANCAMA 1. Masyarakat sudah 1.Persaingan yang mengenal UlaMM semakin ketat. syariah Unit Ulee Kareng secara 2. Krisis ekonomi. luas. 2. Kepercayaan masyarakat terhadap UlaMM syariah meningkat. 3. dengan pelayanan maksimal dapat memberikan kenyamanan bagi nasabah.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng memiliki kekuatan, kelemahan dan ancaman sehingga perlu memiliki kiat-kiat tertentu sehingga tujuan lembaga yaitu untuk meningkatkan jumlah nasabah dan target penyaluran pembiayaan modal usaha dapat terealisasi. Kekuatan-kekuatan lembaga seperti kepemilikan badan usaha, pelayanan dan hubungan emosional dengan nasabah serta prospek pasar sasaran yang gencar harus secara terus menerus ditingkatkan dan dipertahankan guna meningkatkan jumlah nasabah dan mempertahankan nasabah yang sudah ada. Peluang ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng sangat besar untuk meningkatkan jumalah nasabah dengan prospek pasar yang masih sangat luas dan dengan pelayanan yang baik. Kepercayaan terhadap lembaga terus tumbuh seiring dengan berjalannya waktu dan pengenalan produk yang gencar. Ancaman terhadap persaingan usaha semakin besar dengan masuknya beberapa lembaga perbankan nasional dan semakin banyaknya perbankan yang mulai melirik usaha mikro sebagai target pembiayaan. Persaingan produk yang sejenis dengan tingkat suku bunga yang berbeda merupakan ancaman terbesar dalam menarik minat nasabah untuk meminjam. Untuk menghadapi ancaman tersebut, maka diperlukan strategi yang baik agar dapat meminimalkan ancaman baik dengan kemudahan dalam memperoleh pinjaman maupun dengan tingkat suku bunga yang kompetitif dan pelayanan yang baik.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini bahwa ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dalam usaha meningkatkan jumlah nasabah pembiayaan dan pencapapaian target penyaluran modal usaha mikro melakukan terobosan-terobosan pemasaran yang cukup agresif, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dalam upaya meningkatkan penyaluran pembiayaan bagi usaha mikro, ULaMM Syariah PT. PNM (persero) melakukan terobosan-terobosan pemasaran semaksimal mungkin dengan cara melakukan prospek langsung ke pasar-pasar sasaran. 2. Peran marketing dalam melakukan pemasaran produk yang ditawarkan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng yang merupakan ujung tombak bagi tercapainya target pembiayaan. Pendekatan emosional dan penjelasan terhadap produk yang mudah dimengerti oleh calon nasabah merupakan cara pemasaran yang baik dan efektif dalam menyaring calon nasabah. 3. Penyebaran brosur-brosur tentang produk yang ditawarkan yang menjelaskan tentang tata cara dan syarat dalam memperoleh modal usaha merupakan rutinitas bagi marketing pembiayaan sebagai usaha untuk memperoleh calon nasabah. 4. Upaya lain yang dilakukan ULaMM Syariah Unit Ulee kareng dengan mengiklankan produk di media massa lokal untuk penyebaran informasi dan pengenalan lembaga bagi masyarakat seluasluasnya. 5. Membina hubungan dengan lembaga lain seperti koperasi, Baitul Qirad, BPR dalam hal pemberian informasi calon nasabah sebagai upaya pemasaran antar lembaga. 6. Rekomendasi dari nasabah existing tentang produk modal usaha mikro dari ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng dalam penyebaran informasi produk.
SARAN-SARAN Saran sebagai pertimbangan demi kemajuan ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng kedepan diantaranya: 1. Dalam melakukan pemasaran produk modal mikro ULaMM Syariah Unit Ulee Kareng hendaknya menambah tenaga marketing untuk guna efisiensi dan efektif dalam pemasaran dan pencapaian target. 2. Memilih lokasi kantor yang strategis dan mudah dilihat dan dicari calon nasabah guna memberitahukan keberadaan ULaMM Syariah Unit Ulee kareng yang lokasi sekarang terletak tidak strategis. 3. Melakukan sosialisasi pada masyarakat baik secara media massa maupun media radio tentang produk yang ditawarkan ULaMM Syariah Unit Ulee kareng guna pengenalan lembaga secara merata. 4. Prosedur persyaratan yang mudah sehingga tidak memunculkan kesan dipersulit dalam memperoleh modal usaha. 5. Penetapan margin atau harga jual yang lebih kecil atau sama dengan lembaga lain atau perbankan mengingat calon nasabah akan memperhitungkan selisih margin dari lembaga lain atau pesaing. 6. Perluasan pasar dengan memperluas radius kilometer dari kantor ULaMM yang saat ini ditetapkan 25 km dan dengan jarak lokasi jaminan yang bisa lebih longgar supaya calon nasabah yang berlokasi jaminan yang jauh juga bisa memperoleh modal usaha.
DAFTAR PUSTAKA Kotler. Philip (1992-1994). Manajemen Pemasaran, Analisa Perencanaan dan Pengendalian. Edisi Kelima Jilid II. Erlangga, Jakarta Gulitinan, J dan Gordon W. Paul (1992). Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa : Agus Maulana, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip (1997). Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta. Nangoi, Ronald (1996). Menentukan Strategi Pemasaran Dalam Menghadapi Persaingan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ronald, (1996). Strategi Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sinungan, Muchdarsyah (1994). Strategi Manajemen Bank. PT. Rineja, Jakarta. Stanton, William J (1995). Prinsip Pemasaran. Edisi VII, Erlangga, Jakarta. Suyatno, Thomas dkk (1994). Kelembagaan Perbankan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1997.
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH NAD DI KOTA BANDA ACEH M. BAKRI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh. Pengukuran indikator variabel – variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala likert (dengan menggunakan 5 skala) yaitu dimulai dari sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1 sampai dengan sangat setuju (SS) dengan skor 5. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Adjusted R Square 0,155 (15,5%). Sedangkan sisanya (100% - 15,5% = 84,5%) dipengaruhi oleh faktor lain. Analisa of variance (anova mengidentifikasikan bahwa F hitung 12,774 > F table 3,99 dan probabilitas 0,000 < 0,05 dengan demikian model regresi layak digunakan mempredeksi disiplin kerja. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa t hitung untuk pengawasan 3,574 dengan siqhifikan t = 0,000 dan t table adalah 1,99 karena t hitung > t table (3,574 > 1,99) dan siqnifikan t < α (0,000 < 0,05), maka tolak Ho (terima H1) dan hasil uji hipotesis ternyata menunjukkan ada pengaruh yang siqnifikan dari pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan PT. PLN (persero). Kata Kunci: Pengaruh pengawasan, dan disiplin kerja karyawan
PENDAHULUAN Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang sangat penting, karena satu tujuan dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan berhasil atau tidak bergantung dari faktor manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Untuk memperoleh kemajuan mencapai tujuan yang telah di tetapkan, pimpinan perlu menggerakkan serta memantau pegawainya agar dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan diarahkan untuk meningkatkan mutu kerja pegawai. Perusahaan yang di kelola dengan baik akan memberi hasil yang baik, banyak pendapat mengatakan bila perusahaan dikelola dengan menerapkan disiplin yang tinggi, diyakini akan memberikan hasil yang maksimal (Yusri : 2008). Namun pada kenyataannya banyak perusahaan semakin lesu dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Seperti yang terjadi pada industry perkayuan di Kalimantan timur dan samarinda, satu persatu perusahaan gulung tikar dan akibatnya karyawan terpaksa di PHK (Putus Hubungan Kerja). Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Pemkot Samarinda permasalah yang dihadapi industri perkayuaan di Kalimantan Timur (KALTIM) sudah tidak bisa diandalkan lagi, hal tersebut dikarenakan terlalu banyak kendala yang dihadapi perusahaan. Antara lain, terjadinya pelanggaran disiplin kerja, efesiensi tenaga kerja, dan masalah pengupahan. Penyelesaian permasalahan yang terjadi di perusahaan bukanlah hal yang mudah, akibat PHK banyak karyawan yang akan memunculkan aksi unjuk rasa terhadap perusahaan. Karyawan akan menuntut hak mereka pada perusahaan sesuai dengan kewajiban yang telah mereka penuhi untuk perusahaan. Oleh karena itu, dalam menjalankan kegiatan perusahaan perlu adanya komitmen yang kuat antara pengusaha dan pekerja mengenai hak dan kewajiban. Kewajiban karyawan adalah melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh perusahaan yang harus dilaksanakan dengan disiplin sesuai dengan kesepakatan baik tertulis maupun lisan. Perusahaan harus memenuhi hak setiap karyawan, seperti gaji, jaminan kesehatan, penghargaan. Tidak hanya itu, perusahaan harus memperhatikan sistem pengawasan, pengarahan dan perhatian atasan pada karyawan saat karyawan melaksanakan pekerjaan (Yusri : 2008). Karena, salah satu kebutuhan karyawan dalam bekerja adalah kebutuhan akan perhatian dari pimpinan. Dengan kata lain karyawan mengharapkan pimpinan melakukan pengawasan itu secara teratur dan sesuai dengan peraturan perusahaan/organisasi sehingga tujuan akan tercapai, selain itu karyawan akan semangat dan bergairah dalam bekerja bila pimpinan yang dijadikan panutan memberikan contoh yang baik. Perusahaan Listrik Negara Persero wilayah Nanggroe Aceh Darussalam perusahaan penyediaan energy listrik bagi masyarakat (konsumen). Nanggroe Aceh Darussalam pada saat ini dimana propinsi NAD merupakan wilayah penguasaan PT. PLN (persero) sebagai wilayah lainnya di Indonesia, karyawan PT. PLN (persero) NAD yang professional dan bermotifasi tinggi akan dapat memberikan pelayanan dan melakukan manajemen perusahaan secara baik sehingga pelayanan PT. PLN (persero) NAD dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Alasan, mengapa penulis tertarik meneliti kepuasan kerja karyawan PT. PLN (persero) NAD dikarenakan melihat kinerja yang dihasilkan oleh karyawan PT. PLN (persero) selama dua sampai tiga tahun terakhir dirasa sangat tidak menunjukkan kepuasan bagi masyarakat. Pemadaman listrik yang rutin, pembayaran rekening listrik yang tidak jelas, itu dapat ditunjukkan langsung dengan pengalaman penulis sendiri dalam pelayanan yang diberikan oleh karyawan PT. PLN (persero). Yaitu pada saat pembayaran rekening listrik, iuran yang penulis bayar tidak sesuai dengan penggunaan energi listrik kepuasan dari setiap individu didalam suatu organisasi agar membawa oragnissai mencapai goal (tujuan) yang telah ditetapkan. Hasil wawancara peneliti pada sebagian karyawan, jika dilihat dari absensi dapat dikatakan karyawan PT. PLN (persero) sangat disiplin karena kehadiran karyawan diperusahaan tanpa keterangan sangat rendah. Namun, ada karyawan yang lain mengatakan ada masalah yang dihadapi dimana masih banyak karyawan yang melalaikan jam kerja, khususnya setelah jam istirahat siang. Ketika pimpinan melakukan pengawasan, hanya beberapa karyawan yang telah kembali ketempat kerja mereka masing-masing. Sedangkan setelah jam istirahat siang hanya terdapat sedikit waktu
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, akibatnya hasil kerja karyawan harus diulang karena tidak memenui standar harus dilanjutkan pada keesokan harinya. Identifikasi Masalah Permasalahan merupakan bagian dari suatu kegiatan yang berupa pertanyaan yang nantinya di peroleh jawaban setelah penelitian selesai dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang , maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh Pengawasan terhadap Didiplin Kerja Karyawan PT.PLN (persero) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh. 2. Berapa besar pengaruh Pengawsan terhadap Disisplin Kerja Karyawan PT. PLN (pesero) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan hal pokok yang harus ada terlebih dahulu sebelum seseorang melaksanakan kegiatan penelitian. Karena dengan merumuskan tujuan diharapkan dapat memberikan arah yang jelas bagi peneliti dalam melangkah. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan PT. PLN (persero) pada unit kerja Wilayah NAD di kota Banda Aceh. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan PT. PLN (persero) pada unit kerja Wilayah NAD di kota Banda Aceh.
LANDASAN TEORI Pengertian Pengawasan Berbagai fungsi manjemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga akan mampu mewujudkan berbagai tujuan organisasi atau perusahaan. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang khususnya berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya. Pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut (Schermerhorn dalam Ernie, dkk 2005 : 317). Teori lain bahwa pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan (Masry 2004 : 61). Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi, hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, system, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh manajer. Pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang 2007 : 13). Tujuan Pengawasan Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan. Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakn untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang (Manullang 2004 : 173). Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan secara umum adalah menciptakan suatu efesiensi dan efektivitas dalam setiap kegiatan dan berusaha agar apa yang direncanakan dapat menjadi kenyataan. Prinsip-prinsip Pengawasan Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yag diharapkan, maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan. menurut Ulbert Silalahi (2002 : 178) prinsip-prinsip pengawasan adalah : 1) Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan. 2) Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan pekerjaan secara objektif. 3) Pengawasan bukan semata-semata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau menemukan kelemahan dalam peleksanaan pekerjaan. 4) Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan. 5) Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efesiensi (hasil guna). 6) Pengawasan harus fleksibel.
7) 8) 9)
Pengawasan harus berorentasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan (Plan and Objektive Oriented). Pengawasan dilakukan terutama di tempat-tempat strategis atau kegiatan yang sangat menentukan atau control by exection. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan (Corrective Action).
Cara Pengawasan Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta ditangan pimpinan yang bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta menurut Manullang ( 2004 : 178-180 ) yaitu : 1. Pengawasan melalui peninjauan pribadi Peninjauan pribadi ( personal inspection, personal observation ) adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, Sehingga dapat dilihat pelaksanaa pekerjaan. Cara pengawasan ini mangandung segi kelemahan, bila timbul wasangka dari bawahan. Cara seperti ini member kesan kepada bawahan bahwa mereka diamati secara keras dan kuat sekai. Sebagai alas an karena dengan cara ini kontak langsung antara atasan dengan bawahan dapat dipererat. 2. Pengawasan melalui laporan lisan Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang dapat memberikan gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang dengan cara ini kedua belah pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat menanyakan lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan. 3. Pengawasan melalui laporan tertulis Laporan tertulis (written report) merupakan suatu pertanggung jawaban kepada atasan kepadanya. Dengan laporan tertulis yang diberikan oleh bawahan, maka atasan dapat membaca apakah bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan diselegasikan kepadanya. 4. Pengawasan melalui laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus Pengawasan yang berdasarkan kekecualian atau control by exception adalah suatu system pengawasan dimana pengawasan itu di tunjukkan kepada soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa yang istimewa. Standar Pengawasan Sebelum kegiatan pengawasan itu dilakukan perlu ditentukan standar atau ukuran pengawasan. Manullang (2004 : 186-187) menggolongkan jenis-jenis standar pengawasan ke dalam tiga golongan besar, yaitu : 1. Standar dalam bentuk fisik ( physical standar ), adalah semua standar yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dan bersifat nyata tidak dalam bentuk uang. 2. Standar dalam bentuk uang, adalah semua standar yang diperlukan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dalam jumlah uang. 3. Standar Intangible, adalah standar yang biasa digunakan untuk mengukur atau menilai kegiatan bawahan diukur baik dengan bentuk fisik mauun dalam bentuk uang. Misalnya untuk mengukur kegiatan bagian atau kepala bagian hubungan kemasyarakatan atau mengukur sikap pegawai terhadap perusahaan. Langkah-langkah dalam Pengawasan Langkah-langkah yang dilakukan selama proses pengawasan adalah sebagai berikut : 1) Penetapan Standar : Tujuan yang ingin dicapai organisasi bisnis atau perusahaan harus ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat perencanaan dibuat. 2) Penilaian kerja : Upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan tujuan dalam standar yang telah ditetapkan semula. 3) Tindakan koreksi : Tindakan yang dilakukan perusahaan apabila perusahaan mengalami masalah dan mencari jawaban mengapa masalah tersebut terjadi. Pengertian Disiplin Kata disiplin berasal dari bahas latin “discipline” yang berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengenbangan tabiat”. Hal ini menekankan pada bantuan pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku (sinaruya 2007 : 15) Pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara koperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya (Sondang P. Siagian, 2003 : 305). Sedangkan pendapat Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 291) disiplin kerja dapat didefenisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan
yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien. Adapun indikator disiplin kerja adalah sebagai berikut : 1. Tujuan dan Kemampuan Tujuan dan kemampuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai, hal ini berarti bahwa tujuan yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. 2. Teladan Pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan panutan dan teladan oleh para pegawainya. Pimpinan harus member contoh, berdisiplinan yang baik, jujur, adil, serta sesuai kata dan perbuatannya. 3. Balas Jasa Gaji dan kesejahteraan mempengaruhi disiplin pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap perusahaan atau pekerjaannya. 4. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan kerja pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa minta diperlakukan sama dengan yang lain. 5. Waskat Pengawasan melekat (waskat) adalah tindakan yang paling efektif untuk mencegah atau mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, mendapatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali system kerja yang efektif untuk terwujudnya tujuan perusahaan. 6. Sanksi Hukuman Dengan sanksi yang semakin berat, pegawai takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang serta menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan. 7. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi disiplin pegawai. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya. Dengan kata lain ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap pegawai yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan. 8. Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai akan menciptakan disiplin yang baik pada suatu perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa “kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti pegawai sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Tujuan Disiplin Kerja Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 292) secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain : 1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenaga kerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang belaku baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakn perintah manjemen dengan baik. 2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. 3) Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaiksebaiknya. 4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi. 5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jenis-jenis Disiplin Kerja T. Hani Handoko dalam Susilo Martoyo (2002: 144) mengolongkan jenis-jenis disiplin antara lain : 1. Disiplin Preventif Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standard dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah di tumbuhkannya “self discipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk hukuman dan tindakan pendisiplinan (disciplinary action), yang wujudnya berupa “peringatan” atau pun berupa “schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali. Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno (2003: 50-51), menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu : 1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM. 2.
Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan dispiliner, antara lain peringatan, skors, dan pemecatan. 3. Disiplin Progesif Disiplin progesif adalah tindakan dispilner berulangkali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.
Pendekatan Disiplin Kerja Ada tiga pendekatan disiplin menurut A. A Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 130) yaitu : 1. Pendekatan disiplin modern Pendekatan disiplin modern yaitu menemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi : a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik. b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukuman yang berlaku. c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya. d. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin. 2.
Pendekatan Disiplin dengan Tradisi Pendekatan disiplin dengan tardisi, yaitu pendekatan dengan cara memberi hukuman. Pendekatan ini berasumsi : a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan. b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggaran. c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggaran maupun kepada pegawai lainnya. d. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras. e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang lebih berat. 3. Pendekatan Disiplin Bertujuan Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi : a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai. b. Disipln bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembetulan perilaku. c. Disiplin ditujukan untuk perbuatan perilaku yang lebih baik. d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap peraturannya. Tingkat dan Sanksi Disiplin Kerja Sasaran utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik para karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan oleh Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 293-294) terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan. 1. Sanksi Disiplin Berat Sanksi disiplin berat terdiri dari : a) Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan yang diberikan sebelumnya. b) Pembebesan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga kerja biasa bagi yang memegang jabatan. c) Pemutusan Hubungan Pekerjaan (PHK) dengan hormat dengan permintaan sendiri tenaga kerja yang bersangkutan. d) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan tidak hormat sebagai tenaga kerja di organisasi atau perusahaan. 2. Sanksi Disiplin sedang a) Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang sebagaimana tenaga kerja lainnya. b) Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasa diberikan. c) Penundaan program promosi tenaga kerja yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi. 3. Sanksi Disiplin Ringan a) Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. b) Teguran tertulis. c) Pernyataan tidak puas secara tertulis. Dalam penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada pegawai yang melanggar hendaknya dipertimbangkan secara cermat, teliti, dan seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan dan perilaku yang diperbuat. Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima dengan rasa keadilan. Kepada pegawainya yang pernah diberikan sanksi disiplin dan mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.
Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Banyak hal yang dapat mempengaruhi sikap pegawai terutama sikap disiplin kerja pegawai dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab yang diberikan atasan kepada masing-masing pegawai. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja pegawai adalah bagaiman pengawasan yang dilakukan atasan terhadap pegawai yang ada dalm organisasi. Pimpinan yang menganalisa terlebih dahulu tentang kebutuhan pegawai, dan apa yang dapat meningkatkan disiplin dalam bekerja. Oleh karena itu, pengawasan harus filakukan secara efektif, karena dapat merangsang kedisplinan kerja pegawai. Melalui pengawasan, pegawai merasa medapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dari atasannya, sehingga dengan sendirinya pegawai berusaha untuk memberikan yang terbaik kepad perusahaan tempatnya bekerja (Reksohadiprojo dalam Yogi 2001 : 5). Kerangka Pemikiran Karyawan dapat menjalankan semua aktifitas perusahaan sesuai dengan apa yang direncanakan, untuk itu diperlukan suatu sikap disiplin yang tinggi dari masing-masing induvidu. Karena karyawan merupakan manusia biasa yang pasti pernah melakukan kekhilafan, kesalahan maupun penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga pengawasan harus dilakukan secara efektif guna mencegah timbulnya berbagai jenis dan bentuk penyimpangan atau penyelewengan baik disengaja maupun tidak disengaja yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pengawasan mutlak diselenggarakan oleh semua yang menduduki jabatan manjerial mulai manajer tingkat puncak hingga manajer tingkat rendah yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan tehnis yang diselenggarakan oleh semua tugas operasional. Pengawasan yang baik sangat diperlukan dalam membentuk disiplin kerja karyawan, melalui disiplin yang tinggi karyawan dapat bekerja maksimal dan pencapaian hasil kerja tepat pada waktu yang telah ditentukan (Siagian, dkk 2001 : 3). Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut ( Schmerhorn dalam Ernie, dkk 2005 : 4). Disiplin dalam suatu pekerjaan merupakan kehendak dan kesediaan karyawan untuk memenuhi dan mentaati segala peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Disiplin kerja yang dimaksud tidak akan terbentuk dengan sendirinya tanpa disertai upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau pemimpin. Salah satu upaya untuk meningkatkan disiplin kerja adalah dengan melakukan pengawasan (Yogi, 2001 : 4). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja dapat terlaksana dengan pengawasan yang baik dan kesediaan karyawan untuk dapat memenuhi dan mentaati segala ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan tersebut, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Secara skematis bahwa berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka model penelitian di buat sebagai berikut :
X
Hipotesa
Y
Gambar 1. Model Penelitian Dimana : X = Pengawasan (Independent Variabel) Y= Disiplin Kerja (Dependent Variabel) Hipotesis Hipotesis berasal dari bahas Yunani yang terdiri dari atas akar kata “hypo” (Kurang Dari) dan “thesis” (Pendapat). Dengan demikian hipotesis dapat didefinisikan sebagai pendapat, jawaban atau dugaan yang bersifat sementara dari suatu persoalan yang diajukan yang sebenarnya masih perlu dibuktikan lebih lanjut (Muhammad Teguh 2005 : 58).
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data dan keterangan - keterangan untuk menyelesaikan skripsi ini penulis meneliti langsung pada lokasi penelitian yaitu Kantor PT. PLN (persero) Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang berpusat dikota Banda Aceh. Objek Penelitian Adapun yang menjadi objeknya yaitu karyawan-karyawan pada PT. PLN (pesero) Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. Sedangkan data sekunder penulis peroleh melalui dokumentasi terutama pada perpustakaan Wilayah di Lamnyong Banda Aceh dan Karya-karya ilmiah lain yang berhubungan dengan judul enelitian yang dilakukan.
Populasi Populasi adalah keseuruhan subjek penelitian yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu dan berfungsi sebagai subjek yang dikenai suatu penelitian. Dalam pengumpulan data primer dalam penulisan melalui wawancara kepada responden. Dengan demikian responden dalam penelitian adalah seluruh karyawan beserta pimpinan PT. PLN (persero) Banda Aceh. Adapun jumlah karyawan seluruhnya 65 orang. Defenisi Operasional Variabel Variable yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah variable yang terkandung dalam hipotesis. Maka variable tersebut lebih dulu didefenisikan dan membuat indikator-indikatornya agar memudahkan dalam pembuatan kuesioner penelitian sebagai berikut : a. Pengawasan (Variabel Independent / X) Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sogiyono, 2004 : 33). variabel bebas ini adalah pengawasan. Karena pengawasan merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen, maka variable bebas dalam penelitian ini tidak dapat dipecah-pecah lagi kedalam sub variable. Sehingga penelitian ini hanya menggunakan satu variable (tunggal). Pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah di tetapkan tersebut (Schrmerhorn dalam Ernie, dkk 2005 : 317). b. Disiplin Kerja (Variabel Dependent / Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004 : 33). Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (Y) adalah disipin kerja pegawai. Disiplin kerja sebagai sikap mental pegawai untuk mematuhi peraturan atau kebijaksanaan yang ditetapkan perusahaan atau oranisasi yang bersangkutan (Anwar, 2000 : 224). Indicator-indikator dari disiplin kerja sebagai berikut: a) Tujuan dan Kemampuan b) Teladan pimpinan c) Balas jasa d) Keadilan e) Waskat f) Sanksi hukum g) Ketegasan h) Hubungan manusia Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket / Kuesioner Tehnik yang menggunakan angket atau kusioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat member respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini, responden diminta untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan identitas diri, dan pertanyaan yang berkaitan dengan judul penelitian. b. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden secara sitematis sesuai dengan tujuan penelitian. c. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literature terkait dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini seperti majalah dan internet. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan data sehingga dapat diketahui gambaran umum kantor yang sedang diteliti. b. Metode Analisis Kuantitatif Didalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan memakai metode analisis statistik regresi sederhana. Dalam regresi, diteliti apakah dua variable itu berpengaruh. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Y=a+bX+e Dimana :
Y = Disiplin Kerja X = Pengawasan a = Nilai intercept (konstanta) b = Koefisien regresi e = Jumlah Error
Pengukuran Variabel Pengukuran indikator variabel – variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2004 : 102).
Pengujian variabel – variabel yang diteliti, pada setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiyono, 2004 : 104). Skala likert menggunakan lima tingkatan jawaban, yaitu : a) Sangat Setuju (SS) : Skor 5 b) Setuju (S) : Skor 4 c) Kurang Setuju (KS) : Skor 3 d) Tidak Setuju (TS) : Skor 2 e) Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 1 Pengujian Hipotesis 1. Uji Signifikan Individual (Uji-t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah : “Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan pada PT. PLN (PESERO) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh”. Dengan tingkat kepercayaan 95% (confidence interval) dan 5% (Test Of Level). Dua ketentuan pengujian hipotesis sebagai berikut: • Ho : β = 0; Artinya tidak terdapat pengaruh yang siqnifikan antara pengawasan (Variabel Independent) terhadap disiplin kerja karyawan (Variabel Dependent). • Hi : β ≠ 0; Artinya terdapat pengaruh yang siqnifikan antara pengawasan (Variabel Independent) terhadap disiplin kerja karyawan (Variabel Dependent). Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (dua sisi) dan df (derajat kebebasan) = n-2 atau 65-2 = 63, dengan kriteria koefisien pengembalian keputusan sebagai berikut : • Terima Ho (tolak H1) bila t hitung < t table atau sig t > α • Tolak Ho (terima H1) bila t hitung < t table atau sig t > α 2. Koefisien Determinan ( R2) Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain koefisien determinan digunakannya untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas yang diteliti yaitu pengawasan (X) terhadap disiplin kerja (Y) sebagai variabel terikat. Semakin besar nilai koefesien determinasi, semakin baik kemampuan variabel (X) menerangkan variabel (Y). untuk keperluan analisis dan pengujian hipotesis, data diolah secara statistic
PEMBAHASAN Penyajian Data Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan, penulis menggunakan angket sebagai alat atau instrument kemudian diolah dan dianalisis. Untuk mempermudah penulisan dalam penganalisaan tersebut, maka penulis membuat urutan-urutan pengolahan data sebagai berikut : a. Mengumpulkan tentang pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. Kuisoner yang disebarkan sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 65 orang yang ada pada PT. PLN (persero) Wilayah NAD di kota Banda Aceh, yaitu : • Bagian Perencanaan : 16 • Bagian Keuangan : 12 • Bagian SDM dan ADM : 25 • Bagian Niaga :5 • Bagian Tehnik :7 b. Penarikan sampel dilakukan secara acak, untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. Jumlah seluruh pernyataan adalah 20 item, yang terdiri dari 10 item Variabel Independent ( pengawasan ) dan 10 item Variabel Dependent ( disiplin kerja ). Tiap pertanyaan disediakan alternative jawaban yang skornya sebagai berikut : • Pilihan SS (Sangat Setuju) : 5 Skor • Pilihan S (Setuju) : 4 Skor • Pilihan KS (Kurang Setuju) : 3 Skor • Pilihan TS (Tidak Setuju) : 2 Skor • Pilihan STS (Sangat Tidak Setuju) : 1 Skor c. Mentabulasikan jawaban responden, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data. d. Menghitung koefesien regresi antara pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. e. Mencari hubungan pengaruh pengawasan terhadap disiplin karyawan dengan menggunakan uji-t. Setelah kuisioner disebarkan dan di isi oleh responden, maka penulis mentabulasikan data (terlampir) tiap pertanyaan melalui langkah-langkah diatas.
Karakteristik Responden Tabel 1. Karekteristik Responden Berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja Jumlah Karyawan Perencanaan 16 Keuangan 12 SDM dan ADM 25 Niaga 5 Tehnik 7 Total 65
Pesentase 24,6% 18,5% 38,5% 7,7% 10,8% 100%
Tabel 1 menjelaskan bahwa karyawan pada bagian SDM dan ADM lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah karyawan pada bagian lainnya. Hal tersebut dikarenakan, pada bagian SDM dan ADM pekerjaan karyawan adalah mendengar dan mendata apa masalah dan kendala dari masyarakat yang memakai listrik karena pekerjaan itu tidak mudah. Diperlukan ketelitian mendata, kesabaran pada konsumen jika ada yang complain. Oleh karena itu PT. PLN menempatkan karyawan lebih banyak pada bagian SDM dan ADM, agar semua rencana yang telah ditetapkan berjalan sebagaimana mestinya. Tabel 2. Karektiristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase 20-29 Tahun 23 35,4% 30-39 Tahun 15 23,1% 40-49 Tahun 19 29,2% > 50 Tahun 8 12,3% Total 65 100% Tabel 2 menjelaskan bahwa mayoritas karyawan PT. PLN (persero) berusia berkisar antara 20-29 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT. PLN (persero) lebih banyak mempekerjakan karyawan yang berusia muda. Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki 39 Wanita 26 Total 65
Persentase 60,0% 40,0% 100%
Tabel 3 menjelaskan bahwa karyawan yang berjenis laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan karyawan yang berjenis kelamin wanita. Karena tenaga dan keahlian tenaga kerja laki-laki banyak dibutuhkan. Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Jumlah 0-2 Tahun 12 3-4 Tahun 20 5-6 Tahun 10 > 7 Tahun 23 Total 65
Persentase 18,5% 30,8% 15,4% 35,4% 100%
Tabel 4 menjelaskan karakteristik responden berdasarkan lamamya karyawan bekerja diperusahaan, dari table diatas terlihat jumlah karyawan yang telah lama bekerja di perusahaan dengan persentase tertinggi adalah karyawan yang masa kerja selama > 7 tahun. Semakin lama karyawan bekerja dalam suatu perusahaan, maka karyawan akan semakin menguasai dan mengerti tentang pekerjaan maupun peraturan yang ada di perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan semakin baik, hal tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan. Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah SLTA 9 Diploma 12 Sarjana 37 Pasca Sarjana 7 Total 65
Persentase 13,8% 18,5% 56,9% 10,8% 100%
Tabel 5 menjelaskan mayoritas latar belakang pendidikan terakhir karyawan pada PT. PLN (persero) adalah Sarjana (S1) sebanyak 37 orang sedangkan karyawan yang pendidikan terakhir Pasca Sarjana hanya sebanyak 7 orang. Dengan berdasarkan pada jawaban responden yang terdiri dari 65 (enam puluh lima) orang, maka didapat skor pernyataan dari angketbyang disajikan baik variabel Independent (Pengawasan) maupun Variabel Dependent (Disilin Kerja).
Tabel 6. Karakteristik Responden tentang Variabel Pengawasan (X) Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SS F 20 19 22 22 14 18 15 28 10 21
% 30,8 29,2 33,8 33,8 21,5 27,7 23,1 43,1 15,4 32,3
S F 25 30 33 32 34 31 36 27 26 29
KS % 38,5 46,2 50,8 49,2 52,3 47,7 55,4 41,5 40,0 44,6
F 17 11 9 10 14 14 9 10 21 12
TS
% 26,2 16,5 13,8 15,4 21,5 20,0 13,8 15,4 32,3 18,5
F 3 5 1 1 3 3 5 0 8 3
% 4,6 7,7 1.5 1,5 4.6 4,6 7,7 0 12,3 4,6
F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
STS % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total F % 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa : 1. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, ketika sedang mengawas mandor sering mengingatkan bahwa kinerja karyawan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, dengan alasan responden pada saat karyawan sedang bekerja dan mandor melalukan pengawasan. 2. Dari 65 responden banyak yang menjawab setuju, bahwa kinerja karyawan di perusahan selalu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, namun masih ada karyawan yang menjawab kinerja mereka terkadang tidak sesuai dengan standar yang ada. 3. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, karena mandor/pimpinan sering mengatkan bahwa kinerja karywan sangat memuaskan. 4. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, apabila kinerja karyawan diperusahaan yang belum memenuhi standar maka pekerjaan tersebut harus diulang kembali, hal tersebut menunjukkan pada bagian manpun karyawan ditempatkan, maka setiap karyawan harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya 5. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, mandor/pimpinan rutin melakukan pengawasan sebanyak 2-3 kali dalam satu hari, hal tersebut menunjukkan pengawasan di perusahaan dilakukan dengan ketat, untuk menghindari terjadinya kesalahan dan meninjau kinerja karyawan agar sesuai dengan apa yang diharapkan. 6. Dari 65 responden menjawab setuju, apabila mandor /pimpinan melakukan pengawasan lebih dari 3 kali dalam sehari, dengan semakin seringnya mandor mengunjungi tempat kerja karyawan, maka akan mempermudah karyawn untuk bertanya tentang kendala dan bagaimana seharusnya mereka dalam menyelesaikan pekerjaan yang agak rumit. 7. Dari 65 responden menjawab setuju, karena responden mengatakan pada saat melakukan pengawasan mandor/pimpinan sering bertanya masalah apa yang dihadapi karyawan ketika sedang bekerja, terutama pada karyawan yang kinerjanya tidak memenuhi standar yag telah ditetapkan. 8. Dari 65 responden mayoritas menjawab sangat setuju, responden beralasan bahwa ketika sedang melakukan pengawasan dan pada saat karyawan mengalami masalah mandor/pimpinan berusaha membantu karyawan memecahkan masalah dengan cara mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang mandor/pimpinan hanya menyampaikan saja apa yang harus dilakukan tanpa praktek langsung untuk membantu karyawan dalam menyelesaikan masalah tersebut, sehingga karyawan tetap mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang belum benar-benar mereka pahami. 9. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju apabila mandor sering memberikan pengarhan kepada karyawan, karena dapat menjalin hubungan yang erat antara mandor/pimpinan dengan karyawan. 10. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju apabila karyawan ditegur oleh mandor/pimpinan. Hal ini bertujuan agar tercapainya standar mutu perusahan. Tabel 7. Jawaban Responden Tentang Variabel Disiplin Kerja Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
SS F 10 15 14 17 18 20 9 21 25 17
% 15,4 23,1 21,5 26,2 27,7 30,8 13,8 32,2 38,5 26,2
S F 31 27 35 27 27 26 33 27 22 33
KS % 47,7 41,5 53,8 41,5 41,5 40,0 50,8 41,5 33,8 50,8
F 21 17 12 18 18 16 14 15 17 15
% 32,3 26,2 18,5 27,7 27,7 24,6 21,5 23,1 26,2 23,1
TS F 3 6 4 3 2 3 9 2 1 0
% 4,6 9,2 6,2 4,6 3,1 4,6 13,8 3,1 1,5 0
STS F % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total F % 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100 65 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa : 1. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, karena dengan disiplin yang tinggi karyawan akan lebih serius dalam menjalankan tugasnya masng-masing. 2. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, bahwa setia pimpinan harus memiliki ketegasan guna mendapatkan hasil yang baik bagi terciptanya kedisiplinan karyawan.
3.
Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, bahwa mereka patuh pada apa yang disampaikan oleh atasan. Hal tersebut menunjukkan tingginya tingkat disiplin karyawan pada apa yang disampaikan oleh atasan, terutama dalam memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahan. 4. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, bahwa mereka memahami peraturan kerja yang ada diperusahaan. Karena pada saat masuk di perusahaan bahkan pada saat sedang bekerja atasan sering memberitahukan pada karyawan hal-hal apa saja yang harus dilakukan selama bekerja di perusahaan tersebut. 5. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, bahwa karyawan menerima pada pengawasan yang berlaku diperusahaan, apabila kinerja mereka tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan maka karyawan harus mengulang kembali pekerjaan tersebut demi mencapai standar yang telah ditetapkan. 6. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, bahwa karyawan serius dalam menyelesaikan ekerjaan dan mematuhi semua peraturan yang berlaku. Dari jawaban responden kita dapat melihat bahwa karyawan mengharapkan perhatian khusus dari perusahaan. 7. Dari 65 responden menjawab setuju, bahwa karyawan menjalankan kewajiban dengan baik dikarenakan pimpinan yang baik pula. Namun masih ada karyawan yang mengatakan bahwa mereka belum menjalankan kewajiban dengan baik, karena kinerja mereka terkadang tidak sesuai dengan standar. 8. Dari 65 responden mayoritas menjawab setuju, karena karyawan perlu perlakuan yang adil agar tidak terjadi kecemburuan social demi terciptanya kedisiplinan yang tinggi pada perusahaan tersebut. 9. Dari 65 responden mayoritas menjawab sangat setuju, dengan adanya pimpinan yang tegas berarti akan memperkecil masalah karyawan yang sering melalaikan jam kerjanya. 10. Dari 65 responden menjawab setuju, dikarenakan dengan adanya kerja sama antar karyawan akan terwujudnya hubungan kerja yang baik dalam perusahaan. Uji Validitas dan Reabilitas Intstrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah kuisioner layak digunakan sebagai instrument penelitian atau tidak. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian. Reliable artinya data yang diperoleh melalui kuesiner hasilnya konsisten bila digunakan untuk peneliti lain. Berdasarkan hasil angket diatas, maka untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pernyataan dalam mendifinisikan suatu variabel diperlukan validitas. Validitas suatu pernyataan dicari dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson terlihat pada table Item Total Statistic yang disajikan sebagai berikut : R=
୬∑ଡ଼ଢ଼ି∑ଡ଼.∑ଢ଼ ඥ୬∑ଡ଼ଶିሺ∑ଡ଼ሻଶ.୬∑ଢ଼ଶିሺ∑ଢ଼ሻଶ
Uji Validitas Pengujian validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software. Tabel 8. Pengawasan (Independent) Item-Total Statistics
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Scale Mean if Item Deleted 34,5333 35,0000 34,6667 34,8000 34,5333 34,6000 34,8000 34,9333 34,8667 34,6667
Scale Variance if Item Deleted 25,981 23,571 23,238 26,457 26,695 25,114 26,171 23,210 24,552 27,524
Corrected Item-Total Correlation ,371 ,525 ,626 ,377 ,389 ,557 ,707 ,619 ,532 ,342
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,811 ,795 ,781 ,809 ,808 ,791 ,787 ,782 ,793 ,811
Tabel 9. Disiplin Kerja Item-Total Statistics
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
Scale Mean if Item Deleted 33,1333 33,7333 33,6000 32,9333 33,4000 33,2000 33,1333 33,3333 33,2667 33,2667
Scale Variance if Item Deleted 26,838 28,495 26,543 26,638 26,686 25,457 27,552 26,952 28,352 27,210
Corrected Item-Total Correlation ,728 ,453 ,600 ,548 ,658 ,888 ,627 ,561 ,471 ,721
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,866 ,885 ,875 ,880 ,870 ,854 ,873 ,878 ,884 ,867
Untuk melihat validitas maka kolom yang dilihat adalah Correted Item-Total Correlation. Apabila nilainya melebihi 0,232, maka instrumen-instrumen dalam penelitian dinyatakan valid. dapat dilihat bahwa nilai pada Correted Item-Total Correlation lebih besar (>) dari r table, sehingga dapat dinyatakan dua puluh butir instrument dalam penelitian ini valid ataupun sah. 2. Uji Reabilitas (Kehandalan) Setelah dilakukan ujivaliditas maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas instrument. Instrumen dapat dikatkan reliabel ( kehandalan ) bila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Situmoran, et.al, 2008 : 40). Berdasarkan hasil angket diatas maka untuk mengetahui kestabilan dan konsisten responden dalam menjawab butir-butir berkaitan dengan suatu daftar (konstruk) pertanyaan yang disusun dalam suatu bentuk kuisioner maka diperlukan Uji Reliabilitas (Kehandalan). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s alpha (>) dari 0,60. Tabel 10. Reliability Pengawasan Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,814
N of Items 10
Tabel 11. Reliability Disiplin Kerja Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,885
N of Items 10
Pada Tabel 10 dan Tabel 11 diatas Cronbach Alpha sebesar 0,814 dan 0,885 > 0,60 sehingga hal ini menyatakan bahwa semua pertanyaan yang telah disajikan pada responden teruji kehandalannya atau dapat dikatakan reliabel. Analisis dan Evaluasi Dari hasil semua jawaban responden diatas untuk mengetahui besar hubungan atau seberapa jauh pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. Adapun output yang dihasilkan sebagai berikut: Tabel 12. Deskripsi Statistik Descriptive Statistics Mean 4,5277 3,9985
Y X
a. b.
Std. Deviation ,34889 ,38426
N 65 65
Pada Tabel 12 di atas, bahwa rata-rata pengawasan dengan jumlah data responden 65 orang adalah sebesar 4,5277 dengan standar deviasi 0,34889. Pada Tabel 12 di atas, bahwa rata-rata disiplin kerja dengan jumlah data responden 65 orang adalah 3,9985 dengan standar deviasi 0,38426.
1. Determinan (R2) Determinan (R2) pada intinya mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas yaitu variabel Pengawasan (X), terhadap variasi naik turunnya variabel terikat atau Disiplin Kerja (Y) secara bersama-sama, dimana 0≤R2≤1 Tabel 13. Determinan Model Summary Model 1
R ,411a
R Square ,169
Adjusted R Square ,155
Std. Error of the Estimate ,32064
a. Predictors: (Constant), Pengawasan
a.
b.
Berdasarkan Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa angka Adjusted R Square 0,155. Adjusted R Square dapat disebut koefesien determinasi yang dalam hal ini berarti 15,5% dari disiplin kerja karyawan dipengaruhi oleh pengawasan. Sedangkan sisanya (100% - 15,5% = 84,5%) dipengaruhi oleh faktor lain. R Square berkisar 0 sampai 1 dengan catatan semakin kecil angka R Square semakin lemah pengaruh kedua variabel. Berdasarkan Tabel 13 diatas menunjukkan besar nilai Standart Error of Estimate adalah 0,32064 satuan yang dipakai adalah variabel Dependent (Disiplin Kerja). Pada analisi sebelumnya (perhatikan table Descriptive
Statistic/Tabel 12) bahwa standar deviasi 0,38426. Oleh karena lebih kecil dari standar deviasi Disiplin Kerja, maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai predictor disiplin kerja dari pada rata-rata disiplin kerja itu sendiri. Tabel 14. (Uji F) ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1,313 6,477 7,790
df 1 63 64
Mean Square 1,313 ,103
F 12,774
Sig. ,001a
a. Predictors: (Constant), Pengawasan b. Dependent Variable: Kedisiplinan
Berdasarkan Tabel 14 bahwa F hitung 12,774 sedangkan F table adalah 3,99 dengan signifikan 0,000. Oleh karena 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 regresi layak dipakai untuk memprediksikan Disiplin Kerja Karyawan. 2. Uji “t” Uji t dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara persial. Tabel 15. Uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant) Pengawasan
Unstandardized Coefficients B Std. Error 3,037 ,419 ,373 ,104
Standardized Coefficients Beta ,411
t 7,249 3,574
Sig. ,000 ,001
a. Dependent Variable: Kedisiplinan
Berdasarkan Tabel 15 diatas menggambarkan persamaan regresi berikut : Y = 3.037 + 0.373X Y = Disiplin Kerja X = Pengawasan • Konstanta sebesar 3,3037 menyatakan bahwa jika ada Pengawasan maka Disiplin Kerja Karyawan 3,037. • Koefesien regresi sebesar 0,373 menyatakan bahwa penambahan Pengawasan akan meningkatkan Disiplin Kerja sebesar 0,373. Tetapi sebaliknya setiap pengurangan 1 pengawasan akan mengurangkan Disiplin Kerja Karyawan sebesar 0,373. Oleh karena itu dinyatakan arah hubungan yang searah yaitu penurunan atau peningkatan terhadap Disiplin Kerja Karyawan. • Standardized Coefficients (Beta) sebesar 0,411 jika dibandingkan dengan Standard Deviation sebelumnya 0,34889. Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah : “ Pengawasan berpengaruh positif dan siqnifikan terhadap Disiplin Kerja Karyawan pada PT. PLN (persero) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh. Dengan tingkat kepercayaan (Confidence interval) atau level pengujian hipotesis 5%. Dua ketentuan pengujian hipotesis sebagai berikut : • Ho : β = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang siqnifikan antara Pengawasan (Variabel Independent) terhadap Disiplin Kerja Karyawan (Variabel Dependent). • H1 : β ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh yang siqnifikan antara Pengawasan (Variabel Independent) terhadap Disiplin Kerja Karyawan (Variabel Dependent). Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (dau sisi) dan df (derajat kebebasan) = n-2 atau 65-2, dengan criteria koefesien pengambilan keputusan sebagai berikut : • Terima Ho (tolak H1) bila t hitung < t table atau sig t > α • Terima Ho (terima H1) bila t hitung < t table atau sig t > α Dengan melihat tabel 15 diatas menunjukkan bahwa t hitung untuk pengawasan 3,574 dengan siqnifikan t = 0,000 dan t table adalah 1,99 karena t hitung > t table (3,574 > 1,99) dan siqnifikan t < α (0,000 < 0,05), maka tolak Ho (terima H1) dan hasil uji hipotesis ternyata menunjukkan ada pengaruh yang siqnifikan dari Pengawasan terhadap Disiplin Kerja Karyawan PT. PLN (persero). Dari hasil penelitian tersebut bahwa pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan mutlak diselenggarakan oleh semua yang menduduki jabatan manjerial tingkat puncak hingga pada manjerial tingkat bawah yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis. Pengawasan yang baik sangat perlu dalam membentuk disiplin kerja karyawan PT. PLN (persero) Wilayah NAD di Kota Banda Aceh.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Diketahui bahwa Adjusted R Square 0,155 . Adjusted R Square dapat disebut koefesien determinasi yang dalam hal ini berarti 15,5% dari disiplin kerja karyawan dipengaruhi oleh pengawasan. Sedangkan sisanya (100% 15,5% = 84,5%) dipengaruhi oleh faktor lain. R square berkisar sampai 1 dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah pengaruh kedua variabel. 2) Analisa of variance (anova mengidentifikasikan bahwa F hitung 12,774 > F table 3,99 dan probabilitas 0,000 < 0,05 dengan demikian model regresi layak digunakan mempredeksi disiplin kerja. 3) Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa t hitung untuk pengawasan 3,574 dengan siqhifikan t = 0,000 dan t table adalah 1,99 karena t hitung > t table (3,574 > 1,99) dan siqnifikan t < α (0,000 < 0,05), maka tolak Ho (terima H1) dan hasil uji hipotesis ternyata menunjukkan ada pengaruh yang siqnifikan dari pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan PT. PLN (persero).
SARAN Berdasarkan hasi penelitian ini, peulis memberikan sara atau masukan sebagai berikut : 1. Pengawasan yang dilakukan perusahaan sangat mempengaruhi disiplin karyawan dalam bekerja. Namun pengawasan pada karyawan harus lebih ditingkatkan unutk mencegah terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang tidak diharapkan. 2. Pada karyawan PT. PLN (persero) yang kerjanya tidak memenuhi standar harus diberikan sanksi, yaitu mengulang kembali pekerjaan mereka hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan demi mencapai tujuan perusahaan. 3. Dari jawaban responden menyatakan setuju sikap loyalitas terhadap perusahaan sebanyak 78,33% dapat membantu tujuan perusahaan dan pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja sebesar 15,5%, perlu meningkatkan kesejahteraan karyawan agar kinerja karyawan semakin baik dalam pencapaian tujuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, Malayu 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara. Idris, Mahyudin 2007. Hubungan Pengawasan terhadap Efesiensi Kerja Karyawan pada CV. Asuransi Kredit Indonesia (Askrido) Cabang Medan. Medan : Program Strata Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara. Masry, S. Marigan 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta, Ghalia Indonesia. Usman, Husnani 2001. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung, CV. Mandar Maju. Sastro, Hadiwiryo dan Siswanto 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta, Bumi Aksara. Sugiyono 2004. Metode Penelitian. Bandung, Cetakan Kedua, CV. Alfabeta. Sinuriya, Julius 2007. Pengaruh Disiplin Kerja Pegawai pada Hukum Militer I/Bukit Barisan ( KUMDAM I/BB ). Medan : Program Strata Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara. Supranto, Johanes 2001. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global. Jakarta, Edisi pertama, Salemba Empat. Sule, T. Ernie dan Saefullah K. 2005. Pengantar Manajemen. Kencana, Jakarta. Yogi,
S. Jefriandi 2001. Analisis http://one.indoskripsi.com.
Kontribusi
Pengawasan
terhadap
Yusri 2008, Komitmen dan Disiplin Kuat, Kinerja akan Meningkat. www.google.com.
Peningkatan
Disiplin
Kerja.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN ACCES NETWORK OPERATION DI PROPINSI ACEH SARBOINI ABSTRAK Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation, dan mengetahui pengaruh signifikan secara bersama-sama keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara, menyebarkan kuesioner kepada responden dan menelaah dokumentasi pada objek penelitian tersebut. Sedangkan jawaban responden dengan menggunakan Skala Likert dengan rentangan skor nilai 1 (satu) menunjukkan sangat tidak memuaskan/sangat tidak setuju sampai dengan skor 5 (lima) sangat memuaskan/sangat setuju. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu dengan software SPSS versi 15.0. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwaTingkat kepuasan pelanggan Acces Network Operation yang diukur berdasarkan layanan petugas mudah dan cepat, kecepatan penanganan keluhan, dan biaya pemasangan terjangkau berada dalam kategori tingkat kepuasan sedang, sedangkan kemudahan pemasangan jaringan baru berada dalam kategori tingkat kepuasan rendah. Secara bersama-sama atau simultan seluruh variabel, yaitu faktor keandalan (reliability) (X1), faktor ketanggapan (responsiveness) (X2), faktor keyakinan (assurance) (X3), faktor empati (emphaty) (X4), dan faktor berwujud (tangible) (X5) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. Secara parsial faktor ketanggapan (responsiveness) (X2), faktor keyakinan (assurance) (X3), faktor empati (emphaty) (X4), dan faktor berwujud (tangible) (X5) berpengaruh nyata dan positif terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. Kata Kunci: Kepuasan pelanggan, pelayanan acces network operation,reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible.
PENDAHULUAN Pembangunan yang sedang dilaksanakan di Negara Republik Indonesia saat ini akan mengakibatkan tuntunan tugas bagi semua pihak yang turut serta dalam proses pembangunan yang terus meningkat dan semakin berat. Pembangunan yang meliputi segala bidang, menghendaki partisifasi aktif semua pihak untuk menunjang jalannya roda pembangunan. Untuk meningkatkan pembangunan, banyak perusahaan swasta yang telah mengambil perannya didalam pembangunan dewasa ini. Diantaranya perusahaan swasta yang telah mengembangkan diri dalam bidang pelayanan yaitu perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi. Kegiatan pemasaran pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memperbesar peran perusahaan dipasar. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila suatu perusahaan dapat menarik pelanggannya. Penarikan pelanggan hanya mungkin dilakukan apabila perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya melalui produk yang dihasilkan atau dipasarkan (Sofyan Assauri, 2003:120). Dalam sebuah pasar jarang didapati suatu perusahaan yang tidak mempunyai saingan, untuk itu setiap perusahaan perlu menggunakan dan meraih setiap kesempatan atau peluang yang ada, sehingga posisi perusahaan dipasar dapat dipertahankan dan sekaligis ditingkatkan. Untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada maka perlu digunakan strategi pemasaran. Kepuasan pelangan sangat ditentukan oleh mutu barang atau jasa serta pelayanan yang diberikan kepada pelanggan hingga jaminan mutu menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan yang saat ini dijadikan sebagai tolak ukur keunggulan daya saing perusahaan. Strategi pemasaran diperlukan sebagai pendekatan perusahaan dalam usaha menjamin produknya dapat berperan sebagaimana diharapkan dengan mempertimbangkan pengaruh lingkungan pemasaran yang merupakan faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pemasaran akan memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan perusahan dalam menggunakan setiap peluang yang ada dalam pasar. Pemahaman terhadap prilaku membeli (buying behavior) dari pasar yang dituju merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran, apabila kita melihat dari konsep pemasaran. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai minat tertentu terhadap tawaran suatu produk atau jasa tetapi mereka belum melakukan tindakan pembelian. Konsumen potensial perlu dipertimbangkan dan dipelajari karena konsumen potensial ini dapat membuat berkembangnya suatu perusahaan jika perusahaan dapat mengikuti pekembangannya atau kecenderungannya. Dalam kenyataan jumlah permintaan baik keseluruhan tidaklah tetap sehingga peramalan terhadap pasar potensial merupakan faktor dalam keberhasilan perusahaan. Perusahaan menyesuaikan bagaimana keinginan dan pendapatan konsumen agar dapat membeli produk atau jasa perusahaan. Luasnya pasar biasanya mempunyai 3 (tiga) karakter, yaitu minat terhadap barang (interest), pendapatan (income) dan jangkauan (accers). Apabila konsumen mempunyai minat terhadap tawaran tertentu dan mempunyai jangkauan terhadap pasar tersebut maka mereka inilah yang dikategorikan konsumen potensial. Acces Network Operation merupakan salah satu pilar bisnis dari PT. Telkom yang berada di Provinsi Aceh, sedang berupaya meningkatkan daya saingnya dengan perusahaan lainnya dalam upaya merebut pangsa pasar sebesarbesarnya. Persaingan didalam dunia telekomunikasi yang semakin ketat pada saat ini. Keluhan-keluhan terhadap pelayanan Acces Network Operation, baik dari pelanggan maupun calon pelanggannya yang menyebabkan pelanggan menjadi kurang puas, antara lain kecepatan penanganan keluhan pelanggan, costomer servise yang belum bisa melayani pelanggan dengan baik, lokasi pembayaran, serta pemasangan jaringan baru sehingga membutuhkan waktu lebih dari yang diharapkan oleh pelanggan. Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan tidak
puas menjadi pelanggan yang puas. Proses penanganan keluhan yang efektif mulai identifikasi disertai dengan penentuan sumber yang menyebabkan pelanggan tidak puas dan mengeluh. Menurut Tjiptono (1997:138) paling tidak ada empat aspek untuk menangani keluhan, yaitu (1) empati terhadap pelanggan yang marah; (2) kecepatan dalam penanganan keluhan; (3) kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan atau keluhan; (4) kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan. Dalam upaya mendukung pelayanannya, Acces Network Operation mempunyai beberapa cabang yang menyebar di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, Acces Network Operation juga semakin meningkat. Oleh karena itu, Acces Network Operation harus mampu menjaga kualitas pelayanan dengan baik. Dengan demikian, kualitas pelayanan Acces Network Operation yang menyangkut keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) (Supranto, 1997:231) diharapkan secara bertahap dapat ditingkatkan sesuai dengan misi utamanya, yaitu untuk memenuhi keinginan serta memberikan rasa kepuasan terhadap pelanggan. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation? 2. Adakah pengaruh signifikan secara bersama-sama keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes),keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation? 3. Bagaimanakah pengaruh keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) secara parsial terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara bersama-sama keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. 3. Untuk mengetahui pengaruh keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) secara parsial terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation.
STUDI KEPUSTAKAAN Pengertian Kepuasan Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Sedangkan Kotler ( 2003:61 ) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan, yaitu adanya perbandingan antara harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan pelanggan. Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing. Pengertian Pelanggan Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan produk. Dalam perusahaan yang bergerak dibidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Pandangan tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok. Pelanggan dan pemasok dalam konsep tradisional ini adalah orang yang berada di luar perusahaan atau disebut pelanggan dan pemasok eksternal. Tepatkah pengertian pelanggan seperti ini dalam kaitannya dengan kualitas?. Apakah perhatian terhadap yang diinginkan pelanggan da pemasok eksternal akan memberikan jaminan perusahaan akan menghasilkan produk yang berkualitas?. Konsep pelanggan dan pemasok sebenarnya tidak hanya dilihat dari luar perusahaan. Ada pelanggan dan pemasok yang selama ini terlupakan oleh pelaku bisnis, yaitu pelanggan dan pemasok yang berada didalam perusahaan atau disebut pelanggan dan pemasok internal. Misalnya, terdapat proses tranformasi yang melalui proses 1, proses 2 hingga proses 3 yang masing-masing memiliki inputproses- output (I-P-O). Output proses 2 akan diserahkan dan menjadi input proses 3 yang akan melakukan proses berikutnya. Disamping pelanggan internal dan eksternal, masih terdapat pihak lain yang terlibat sebelum produk dikirim ke pelanggan eksternal. Pihak lain tersebut adalah distributor atau disebut sebagai pelanggan perantara yang melakukan kegiatan distribusi produk dari perusahaan ke pelanggan eksternal. Kepuasan pelanggan eksternal dipengaruhi pula oleh kualitas pelayanan purna jual. Uraian tersebut, menyimpulkan bahwa pemasok dan pelanggan adalah setiap orang atau badan yang datang dari dalam perusahaan mauapun yang datang dari luar perusahaan. Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis pelanggan yaitu: 1. Pelanggan internal (internal customer) adalah setiap orang yang ikut menangani proses pembuatan maupun penyediaan produk didalam perusahaan atau organisasi.
2.
3.
Pelanggan perantara (intermediate customer) adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagi perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini bukan sebagai pemakai akhir. Pelanggan eksternal (external customer) adalah pembeli atau pemakai akhir, yang disebut sebagai pelanggan yang nyata (real customer ).
Pengertian Kepuasan Pelanggan Apa sebenarnya kepuasan pelanggan itu? Untuk mendefinisikan kepuasan pelanggan sebenarnya tidaklah mudah, karena pelanggan memiliki berbagai macam karakteristik, baik pengetahuan, kelas sosial, pengalaman, pendapatan maupun harapan. Misalnya, seorang pelanggan baru ingin mencoba masakan tertentu dari sebuah restoran. Sebelum melakukan pembelian, pelanggan baru tersebut pasti memiliki harapan bahwa dia akan dilayani secara baik, pelayannya ramah, cepat tanggap, dan masakan yang ingin dicobanya enak. Jika harapan pelanggan ini sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan melebihi harapannya sudah dapat dipastikan pelanggan tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang dialami dan dirasakan pelanggan tidak sesuai dengan harapannya, missal pelayanannya tidak ramah, tidak tanggap dan masakannya tidak enak, sudah dapat dipastikan pelanggan tidak merasa puas. Dari contoh diatas, kepuasan pelanggan dapat diketahui setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa pelayanan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan (Zulian Yamit, 2005:78). Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan. Kepuasan pelanggan dapat membentuk persepsi dan selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di mata pelanggannya. Mengukur Kepuasan Pelanggan Bagaimana mengukur kepuasan pelanggan ?. Diatas tadi disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Bagaimana mengetahui hasil yang dirasakan pelanggan melebihi atau kurang dari harapan yang dinginkan?. mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain: a. Sistem pengaduan Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan saran, keluhan dan bentuk ketidak puasan lainnya dengan cara menyediakan kotak saran. Setiap saran dan keluhan yang masuk harus menjadi perhatian bagi perusahaan, sebab saran dan keluhan itu pada umumnya dilandasi oleh pengalaman mereka dan hal ini sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap perusahaan. b. Survey pelanggan Survey pelanggan merupakan cara yang umum digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan misalnya, melalui surat pos, telepon, atau wawancara secara langsung. c. Panel pelanggan Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan mengundang pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain. Dari pelanggan yang setia akan diperoleh informasi tingkat kepuasan yang mereka rasakan dan dari pelanggan yang telah berhenti membeli, perusahaan akan memperoleh informasi mengapa hal itu dapat terjadi. Apabila pelanggan yang telah berhenti membeli (customer loss rate) ini meningkat hal ini menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggan. Implikasi dari pengukuran kepuasan pelanggan tersebut adalah pelanggan dilibatkan dalam pemgembangan produk atau jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal ini berbeda dengan pelanggan dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem. Tujuan untuk melibatkan pelanggan dalam pengembangan produk dan jasa adalah agar perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan, bahkan jika mungkin melebihi harapan pelanggan. Persepsi yang akurat mengenai harapan pelanggan merupakan hal yang perlu, namun tidak cukup untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Perusahaan harus mewujudkan harapan pelanggan ke dalam desain dan standar kepuasan pelanggan. Desain dan standar kepuasan pelanggan dikembangkan atas dasr harapan konsumen dan prioritasnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Dalam kaitannya dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan mengatakan bahwa ketidakpuasan pelanggan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan perusahaan, misalnya karyawan yang kasar, jam karet, kesalahan pencatatan transaksi. Sebaliknya, faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca, gangguan pada infrastruktur umum, aktivitas kriminal, dan masalah pribadi pelanggan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hal terjadi ketidakpuasan antara lain: 1. Ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan pelanggan, yaitu: Tidak melakukan apa-apa, pelanggan yang tidak puas tidak melakukan komplain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan lagi; 2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak, yaitu: a. Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan,
b. c. d. e. f. g.
Tingkat ketidakpuasan pelanggan, Manfaat yang diperoleh, Pengetahuan dan pengalaman, Sikap pelanggan terhadap keluhan, Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kepuasan pelanggan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pelayanan. Menurut Moenir (1998:197), agar layanan dapat memuaskan orang atau sekelompok orang yang dilayani, ada empat persyaratan pokok, yaitu: 1. Tingkah laku yang sopan, 2. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan, 3. Waktu penyampaian yang tepat, dan 4. Keramahtamahan. Faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya dengan kepuasan di antaranya faktor kesadaran para pejabat atau petugas yang berkecimpung dalam pelayanan umum, faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan, faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan, faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, faktor keterampilan petugas, dan faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka untuk kepentingan penelitian ini dapat ditetapkan faktor-faktor yang ada relevansinya dengan penelitian ini dan disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu 1. Faktor keandalan (reliability), 2. Faktor ketanggapan (responsivenes), 3. Faktor keyakinan (assurance), 4. Faktor empati (emphaty), dan 5. Faktor berwujud (tangible). Pengertian Kualitas Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat internasional. Deming mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Crosby mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Juran mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jika dilihat dari sudut pandang produsen. Sedangkan secara obyektif kualitas menurut Juran adalah suatu standar khusus dimana kemampuannya (availability), kinerja (performanc), kendalannya (reliability), kemudahan pemeliharaan (maintainability) dan karakteristiknya dapat diukur. membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang digunakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas. kualitas totalitas dari karakteristik suatu produk (barang dan atau jasa) yang menunjang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan. Kualitas seringkali diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau kesesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan. Perusahaan jasa dan pelayanan lebih menekankan pada kualitas proses, karena konsumen biasanya terlibat langsung dalam proses tersebut. Sedangkan perusahaan yang menghasilkan produk lebih menekankan pada hasil, karena konsumen umumnya tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Untuk itu diperlukan sistem manajemen kualitas yang dapat memberikan jaminan kepada pihak konsumen bahwa produk tersebut dihasilkan oleh proses yang berkualitas. lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu : 1. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataanpernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank) dan tempat berbelanja yang nyaman (mall). Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas. 2. Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. 3. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen
4.
5.
yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai ” affordableexcellence ”. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli.
Dimensi Kualitas Kualitas produk harus dibedakan antara produk manufaktur atau barang (good) dengan produk layanan (service) karena keduanya memilki banyak perbedaan. Menyediakan produk layanan (jasa) berbeda dengan menghasilkan produk manufaktur dalam beberapa cara. Perbedaan tersebut memiliki implikasi penting dalam manajemen kualitas. Perbedaan antara produk manufaktur dengan produk layanan adalah : 1. Kebutuhan konsumen dan standar kinerja sering kali sulit diidentifikasi dan diukur, sebab masing-masing konsumen mendefinisikan kualitas sesuai keinginan mereka dan berbeda satu sama lain. 2. Produksi layanan memerlukan tingkatan ”customization atau individual customer” yang lebih tinggi dibanding manufaktur. Dalam manufaktur sasarannya adalah keseragaman. Dokter, ahli hukum, personal penjualan asuransi, dan pelayanan restoran, harus menyesuaikan layanan mereka terhadap konsumen individual. 3. Output sistem layanan tidak terwujud, sedangkan manufaktur berwujud. Kualitas produk manufaktur dapat diukur berdasar spesifikasi desain, sedangkan kualitas layanan pengukurannya subyektif menurut pandangan konsumen, dikaitkan dengan harapan dan pengalaman mereka. Produk manufaktur jika rusak dapat ditukar atau diganti, sedangkan produk layanan harus diikuti dengan permohononan maaf dan reparasi. 4. Produk layanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersama-sama, sedangkan produk manufaktur diproduksi sebelum dikonsumsi. Produk layanan tidak bisa disimpan atau diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen. 5. Konsumen seringkali terlibat dalam proses layanan dan hadir ketika layanan dibentuk, sedangkan produk manufaktur dibentuk diluar keterlibatan langsung dari konsumen. Misalnya konsuman restoran layanan cepat menempatkan ordernya sendiri atau mengambil makanan sendiri , membawa makanan sendiri kemeja, dan diharapakan membersihkan meja ketika setelah makan. 6. Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan manufaktur lebih banyak padat modal. Kualitas interaksi antara produsen dan konsumen merupakan faktor vital dalam penciptaan layanan. Misalnya kualitas layanan kesehatan tergantung interaksi pasien, perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain. Di sini perilaku dan moral pekerja merupakan hal yang kritis dalam menyediakan kualitas layanan. 7. Banyak organisasi layanan harus menangani sangat banyak transaksi konsumen. Misalnya pada hari-hari tertentu, sebuah bank mungkin harus memproses jutaan transaksi pelanggan pada berbagai kantor cabang dan mesin bank atau barangkali Perusahaan jasa kiriman harus menangani jutaan paket kiriman diseluruh dunia. Lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah : 1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan telah yang dijanjikan. 2. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan. 4. Empathy, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan. 5. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan pelayanannya berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan kurang atau sama dari harapannya, maka pelanggan akan mengatakan pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan. Pengertian Jasa Pelayanan Meskipun terjadi beberapa perbedaan terhadap pengertian jasa pelayanan dan secara terus menerus perbedaan tersebut akan mengganggu, beberapa karakteristik jasa pelayanan berikut ini akan memberikan jawaban yang lebih mantap terhadap pengertian jasa pelayanan. Karakteristik jasa pelayanan tersebut adalah :
1.
Tidak dapat diraba (intangibility). Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat disentuh atau tidak dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengan sesuatu secara fisik, seperti pesawat udara, kursi dan meja dan peralatan makan direstoran, tempat tidur pasien di rumah sakit. Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen membeli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba. Hal ini banyak terdapat pada biro perjalanan atau biro travel dan tidak terdapat pada pesawat terbang maupun kursi, meja dan peralatan makan, bukan terletak pada tempat tidur di rumah sakit, tetapi lebih pada nilai. Oleh karena itu, jasa atau pelayanan yang terbaik menjadi penyebab khusus yang secara alami disediakan. 2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory). Salah satu cirri khusus dari jasa adalah tidak dapat disimpan. Misalnya, ketika kita menginginkan jasa tukang potong rambut, maka apabila pemotongan rambut telah dilakukan tidak dapat sebagiannya disimpan untuk besok. Ketika kita menginap di hotel tidak dapat dilakukan untuk setengah malam dan setengahnya dilanjutkan lagi besok, jika hal ini dilakukan konsumen tetap dihitung menginap dua hari. 3. Produksi dan Konsumsi secara bersama. Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi. Misalnya, tempat praktek dokter, restoran, pengurusan asuransi mobil dan lain sebagainya. 4. Memasukinya lebih mudah. Mendirikan usaha dibidang jasa membutuhkan investasi yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia, tidak membutuhkan teknologi tinggi. Untuk kebanyakan usaha jasa hambatan untuk memasukinya lebih rendah. 5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar. Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti: teknologi, peraturan pemerintah dan kenaikan harga energi. Sektor jasa keuangan merupakan contoh yang paling banyak dipengaruhi oleh peraturan dan perundangundangan pemerintah, dan teknologi komputer dengan kasus mellinium bug pada abad dua satu. Karakteristik jasa pelayanan tersebut di atas akan menentukan definisi kualitas jasa pelayanan dan model kualitas jasa pelayanan. Mendefinisikan kualitas jasa pelayanan membutuhkan pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu seperti: pemasaran, psikologi, dan strategi bisnis. Olsen dan Wiyckoff (2005 : 22 ) melakukan pengamatan atas jasa pelayanan dan mendefinisikan jasa pelayanan adalah sekelompok manfaat yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun inplisit atas kemudahan untuk mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Olsen dan Wyckoff juga memasukkan atribut yang dapat diraba (tangible) dan yang tidak dapat diraba (intangible). Definisi secara umum dari kualitas jasa pelayanan ini adalah dapat dilihat dari perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas jasa pelayanan. Pengertian Kualitas Jasa Pelayanan Kualitas jasa pelayanan sangat dipengaruhi oleh harapan konsumen. Harapan konsumen dapat bervariasi dari konsumen satu dengan konsumen lain walaupun pelayanan yang diberikan konsisten. Kualitas mungkin dapat dilihat sebagai suatu kelemahan kalau konsumen mempunyai harapan yang terlalu tinggi, walaupun dengan suatu pelayanan yang baik. Kualitas layanan sebagai tingkat kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen, sedangkan menurut Parasuraman, et al. Kaulitas layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan , maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Kualitas layanan meliputi : 1. Kualitas fungsi, yang menekankan bagaimana layanan dilaksanakan, terdiri dari : dimensi kontak dengan konsumen, sikap dan perilaku, hubungan internal, penampilan, kemudahan akses, dan service mindedness. 2. Kualitas teknis dengan kualitas output yang dirasakan konsumen, meliputi harga, ketepatan waktu, kecepatan layanan, dan estetika output. 3. Reputasi perusahaan, yang dicerminkan oleh citra perusahaan dan reputasi di mata konsumen. Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan pelayanan yang dapat memenuhi keinginan konsumen/pelanggan yang diberikan oleh suatu organisasi. Kualitas pelayanan diukur dengan lima indikator pelayanan (keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan bukti fisik). Hipotesis Hipotesis merupakan suatu anggapan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dalam suatu penelitian, berdasarkan phenomena diatas, maka diduga bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama faktor keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Acces Network Operation berlokasi di Jl. Cut Nyak Dhien No. 493 Aceh Besar. Objek Penelitian Objek penelitian hanya dibatasi pada pelanggan atau pengguna Acces Network Operation yang menyangkut kualitas pelayanan, seperti keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible).
Populasi dan Sampel Meskipun populasi termasuk dalam populasi tak terhingga, dalam pelaksanaan penelitian tidak perlu untuk melibatkan semua populasi. Dengan pertimbangan akademik dan nonakademik, populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut dengan sampel. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka untuk menentukan ukuran sampel: n=
N 1 + N e2
=
52.502 = 100 1 + 52.502(0.1) 2
sampel
Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi, yaitu (10%) Jumlah responden yang ditentukan sebanyak 100 responden. Penentuan sampel menggunakan nonprobability sampling, yaitu dengan cara aksidental sampling, artinya penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui yang tergolong dalam desa/kelurahan terpilih akan dijadikan responden. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam membahas permasalahan ini dilakukan pengumpulan data melalui: 1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan objek penelitian. 2. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi sample penelitian ini. 3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat semua arsip dan catatan penting lainnya yang berhubungan denga objek penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis data menurut sifatnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut . 1. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau numerik, yaitu data jumlah pelanggan, data perkembangan pelanggan, dan data jumlah pegawai Acces Network Operation. 2. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kategori atau bukan angka, yaitu jawaban responden sangat memuaskan. Jenis data menurut sumbernya ada dua jenis, yaitu sebagai berikut. 3. Data primer adalah data yang bersumber pada hasil wawancara terstruktur terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini menyangkut tentang tingkat kepuasan pelanggan, kecepatan pelayanan, sikap petugas, dan kecepatan penangan keluhan. 4. Data sekunder adalah data yang berasal dari beberapa instansi yang berkedudukan sebagai penyebar informasi, yaitu data jumlah penduduk Kota Banda Aceh, data jumlah pegawai, jumlah pelanggan, dan perkembangan pelanggan Acces Network Operation. Teknik Analisis Data Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation adalah: Skor Rata-Rata dan Standar Deviasi Skor rata-rata dan standar deviasi dengan rumus: n
__
Skor rata-rata
X=
∑ Xi i =1
n
Keterangan: __
X Xi
=
Skor rata-rata
=
Skor tiap-tiap sampel
n
=
Jumlah sampel __ Xi − X ∑ i =1 n −1 n
Standar Deviasi S = Keterangan: S= Standar deviasi N = Jumlah sampel
2
__
X= Xi =
Nilai skor rata-rata Skor tiap-tiap sampel
Untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan akan digunakan (Kuncoro, 2003:182): I ≥ X + SD = dikategorikan Tinggi X ≤ I < X + SD = dikategorikan Sedang X – SD ≤ I < X = dikategorikan Rendah I < X – SD = dikategorikan Sangat Rendah Keterangan : I = Nilai indikator X = Rata-rata SD = Standar Deviasi Berdasarkan Skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiono 1999:86). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert dengan rentangan skor nilai satu yang menunjukkan sangat tidak memuaskan atau sangat tidak setuju sampai dengan nilai 5 yang menunjukkan tanggapan responden sangat memuaskan atau sangat setuju. Regresi Linier Berganda Untuk menganalisis pengaruh keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) secara bersama-sama dan secara parsial terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation digunakan Model regresi linier berganda: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + E Keterangan: Y : Kepuasan pelanggan X1 : Reliability (kehandalan) X2 : Responsiveness (ketanggapan) : Assurance (keyakinan) X3 X4 : Empathy (empati) : Tangible (berwujud) X5 b0 : Konstanta (intersept) : Koefisien regresi (besarnya pengaruh) b1,b2,b3,b4,b5 E : Faktor pengganggu, yaitu variabel lain yang tidak masuk kedalam model, tetapi ikut mempengaruhi kepuasan pelanggan. Uji Statistik a. Uji F (F-test) Untuk mengetahui makna nilai F-test tersebut akan dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansi (sig.F) dengan tingkat signifikansi (α= 5 %). Apabila sig. F ≤ 0.05 atau apabila Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol ditolak artinya variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. b.
Uji t (t-test) Untuk mengetahui signifikan tidaknya variabel yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation secara parsial (individu) digunakan uji t (t-test) .
Definisi Operasional Variabel Semua variabel utama yang digunakan diukur dengan Skala Likert dan dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan layanan petugas mudah dan cepat, Kecepatan Penanganan Keluhan, dan kemudahan pemasangan jaringan baru. 2. Keandalan (Reliability) diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan keberadaan petugas mutu dan cara petugas memperlakukan anda cenderung baik, pemasangann dilaksanakan dengan cepat dan tepat, dan pelayanan tidak membedakan pelanggan satu dengan lainnya. 3. Ketanggapan (Responsivenes) diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan pelayanan dilakukan ketika anda datang, petugas tanggap terhadap masalah yang anda dihadapi, petugas cepat melayani permohonan jaringan baru. 4. Keyakinan (Assurance) diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan, petugas dalam memberikan pelayanan selalu melaksanakan secara tuntas dan menyeluruh, petugas mampu memberikan penjelasan/berkomunikasi dengan baik. 5. Empati (Emphaty) diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan petugas bersikap penuh perhatian dalam memberikan pelayanan, petugas memberikan rasa adil kepada setiap pelanggan, dan petugas berpenampilan baik dalam memberikan pelayanan.
6.
Berwujud (Tangible) diukur berdasarkan penilaian pelanggan (responden) terhadap kemampuan Acces Network Operation yang berkaitan dengan ruang pelayanan memadai dan nyaman, Peralatan dan perlengkapan pelayanan memadai dan baik, serta prosedur pelayanan sama bagi semua pihak.
Pengujian Hipotesis Dari pokok permasalahan, dan kajian teori dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan faktor keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) secara terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan faktor keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) secara terhadap kepuasan pelanggan Acces Networrk Operation.
HASIL PENELITIAN Uji Validitas Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji Pearson product-momen coefisient of correlation dengan bantuan SPSS versi 15.0. berdasarkan output computer (lampiran output SPSS) seluruh pertanyaan dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikan dibawah 5%. Sedangkan jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang diperoleh masing-masing pertanyaan harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment dimana hasilnya menunjukan bahwa semua pertanyaan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas 0,195 (lihat tabel nilai kritis korelasi r Product Moment untuk n = 100 pada lampiran output SPSS), sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah signifikan dan memiliki validasi konstrak. Tabel 1. Hasil Uji Validitas Masing-Masing Variabel No
Kode pertanyaan
Koefisien Korelasi
1 2 3 4 8 9 10 14 15 16 18 19 20 22 23 24 25 26 27
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3
0.334 0.326 0.300 0.354 0.518 0.334 0.326 0.334 0.326 0.465 0.437 0.616 0.508 0.438 0.334 0.326 0.353 0.342 0.580
Nilai Kritis 5% (n = 100) 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195 0.195
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan Acces Network Operation memperlihatkan bahwa dari 5 (lima) faktor yang menjadi variabel dalam penilaian kepuasan terlihat bahwa secara keseluruhan tingkat kehandalan telah mumenuhi syarat baik menurut Nunnally (1976:67) maupun Malhotra (1996:305). Untuk lebih jelas besarnya nilai alpha pada masing-masing variabel diperlihatkan pada tabel berikut ini: Tabel 2. Pengujian Reliabilitas Tiap Variabel Penelitian No Variabel Item Variabel Nilai Alpha Kehandalan 1 Reliability (X1) 3 0.667 Handal 2 Responsivenes (X2) 3 0.650 Handal 3 Assurance (X3) 3 0.618 Handal 4 Emphaty (X4) 3 0.632 Handal 5 Tangibel (X5) 3 0.665 Handal 6 Kepuasan Pelanggan (Y) 4 0.651 Handal Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Dari hasil pengujian reliabilitas sebagaimana yang terangkum dalam tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel yang diteliti mempunyai nilai koefisien reliabilitas lebih besar dari 0.6. Hal ini berarti instrumen pertanyaan dari tiap-tiap varibel penelitian adalah reliabel (handal), sehingga butir-butir pertanyaan yang tersusun dalam angket dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Hasil Pengujian Deskriptif Deskriptif Profil Responden Dalam penelitian ini karakteristik responden dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Adapun jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 100 responden pengguna Acces Network Operation. Mengenai karakteristik seluruh pelanggan Acces Network Operation dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Distribusi Profil Responden No
Uraian
1
Jenis Kelamin * Laki-laki * Perempuan Usia * < 15 Tahun * 15 - 20 Tahun * 21 - 30 Tahun * 31 - 40 Tahun * 41 - 50 Tahun * > 50 Tahun Pendidikan * SLTP * SLTA * Diploma * Sarjana * Lain-lain Pekerjaan * TNI/Polri * PNS * Guru * Swasta * Buruh * Pelajar
2
3
4
Frekwensi (orang)
Persentase (%)
44 56
44.0 56.0
8 22 12 31 14 13
8.0 22.0 12.0 31.0 14.0 13.0
8 41 18 28 5
8.0 41.0 18.0 28.0 5.0
10 26 29 9 5 21
10.0 26.0 29.0 9.0 5.0 21.0
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan table diatas, responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 44 orang dan perempuan berjumlah 56 orang, dan berdasarkan usia, responden yang berusia < 15 tahun berjumlah 8 orang, usia 15-20 tahun berjumlah 22 orang, usia 21-30 tahun berjumlah 12 orang, usia 31-40 tahun berjumlah 31 orang, usia 41-50 tahun berjumlah 14 orang dan usia > 50 tahun berjumlah 13 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan responden dengan pendidikan SLTP berjumlah 8 orang, pendidikan SLTA berjumlah 41 orang, pendidikan Diploma berjumlah 18 orang, pendidikan Sarjana berjumlah 28 orang, dan berpendidikan lain-lain berjumlah 5 orang. Berdasarkan pekerjaan, responden yang pekerjaannya TNI/Polri berjumlah 10 orang, pekerjaan PNS berjumlah 26 orang, pekerjaan guru berjumlah 29 orang, pekerjaan swasta berjumlah 9 orang, pekerjaan buruh berjumlah 5 orang, dan pelajar berjumlah 5 orang. Deskriptif Variabel Reliability (Keandalan) Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Reliability (Keandalan) No 1
Uraian
Keberadaan petugas mutu dan cara petugas memperlakukan anda cenderung baik. 2 Transaksi dilaksanakan dengan cepat dan tepat. 3 Pelayanan tidak membedakan pelanggan satu dengan lainnya. Rerata
STS 0
TS 5.0
0 0
0 0
% Jumlah Responden N S SS 13.0 63.0 19.0 10.0 11.0
64.0 66.0
26.0 23.0
Mean 3.96 4.16 4.12 4,08
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui gambaran tentang keberadaan petugas mutu dan cara petugas memperlakukan anda cenderung baik. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 5.0% responden menjawab tidak setuju, 13.0% responden menyatakan netral, 63.0% responden menyatakan setuju, 19.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan sudah mencerminkan keinginan pelanggan. Dilihat dari transaksi dilaksanakan dengan cepat dan tepat,10.0% responden menyatakan netral, 64.0% responden menyatakan setuju, 26.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa kegiatan pelayanan sudah dapat menepati waktu yang telah ditetapkan. Pelayanan tidak membedakan pelanggan satu dengan lainnya, 11.0% responden atau pelanggan menunjukan netral, 66.0% menunjukkan setuju, kemudian 23.0% responden menjawab sangat setuju. Ini menunjukan bahwa perlakuan pelayanan sudah baik. Dari hasil pernyataan responden terhadap variabel reliability (keandalan) diperoleh rerata sebesar 4.08 ini menunjukan bahwa variabel keandalalan pelayanan Acces Network Operation sudah baik.
Deskripsi Variabel Responsivenes (Ketanggapan) Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Responsivenes (Ketanggapan) No
Uraian 0 0
% Jumlah Responden N S SS 10.0 64.0 26.0 11.0 66.0 23.0
Mean 4.16 4.12
2.0
21.0
3.93
STS 1 2
Pelayanan dilakukan ketika anda datang. 0 Pelayan tanggap terhadap masalah yang anda 0 dihadapi. Petugas cepat melayani permohonan jaringan 0 baru. Rerata
3
TS
59.0
18.0
4,07
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui gambaran tentang pelayanan dilakukan ketika anda datang, dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 10.0% responden menjawab netral, 64.0% responden menyatakan setuju, dan 26.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan sudah mencerminkan keinginan pelanggan. Dilihat dari pelayan tanggap terhadap masalah yang anda dihadapi, 11.0% responden menyatakan netral, 66.0% responden menyatakan setuju, 23.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa pelayan sudah tanggap terhadap masalah pelanggan. Petugas cepat melayani permohonan jaringan baru, 2.0% responden menunjukan kurang setuju, 21.0% menunjukkan netral, 59.0% responden menjawab setuju, 18.0% responden menjawab sangat setuju. Ini menunjukan bahwa kecepatan pelayanan pembuatan buku baru sudah baik. Dari hasil pernyataan responden terhadap variabel responsivenes (ketanggapan) diperoleh rerata sebesar 4.07 ini menunjukan bahwa variabel responsivenes pelayanan Acces Network Operation sudah baik. Deskripsi Variabel Keyakinan (Assurance) Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Keyakinan (Assurance) No 1 2
3
Uraian Petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan. Petugas dalam memberikan pelayanan selalu melaksanakan secara tuntas dan menyeluruh. Petugas mampu memberikan penjelasan /berkomunikasi dengan baik. Rerata
% Jumlah Responden N S 27.0 61.0
STS 0
TS 4.0
0
6.0
16.0
0
4.0
16.0
SS 8.0
Mean 3.73
56.0
22.0
3.94
61.0
19.0
3.95 3.87
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui gambaran tentang petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan, dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 4.0% responden menjawab tidak setuju, 27.0% responden menyatakan netral, 61.0% responden menyatakan setuju, dan 8.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa dari jawaban responden petugas sudah maksimal melaksanakan penanganan yang berkaitan dengan keluhan. Dilihat dari petugas dalam memberikan pelayanan selalu melaksanakan secara tuntas dan menyeluruh, 6.0% responden menjawab tidak setuju, 16.0% responden menyatakan netral, 56.0% responden menyatakan setuju, dan 22.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berati bahwa kecepat tanggapan petugas dalam melayani pelanggan sudah baik sehingga akan berpengaruh terhadap kepuasan yang diterimanya. Petugas mampu memberikan penjelasan/berkomunikasi dengan baik, 4.0% responden menunjukan tidak setuju, 16.0% menunjukkan netral, 61.0% responden menjawab setuju, 19.0% responden menjawab sangat setuju. Ini berati bahwa dalam berkomunikasi dengan pelanggan sudsah baik. Dari hasil pernyataan responden terhadap variabel assurance (keyakinan) diperoleh rerata sebesar 3.87 ini menunjukan bahwa variabel assurance dalam pelayanan Acces Network Operation sudah baik. Deskripsi Variabel Emphaty (Empati) Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Emphaty (Empati) No Uraian TS 0
% Jumlah Responden N S SS 20.0 56.0 24.0
Mean Petugas bersikap penuh perhatian dalam 4.04 memberikan pelayanan. 2 Petugas memberikan rasa adil kepada 0 0 10.0 34.0 26.0 4.16 setiap pelanggan. 3 Petugas berpenampilan baik dalam 0 0 11.0 66.0 23.0 4.12 memberikan pelayanan. Rerata 4,10 Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden terhadap petugas bersikap penuh perhatian dalam memberikan pelayanan, 20.0% responden menyatakan netral, 56.0% responden menyatakan setuju, dan 24.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini membuktikan bahwa petugas bersikap penuh perhatian dalam pelayanan sudah baik. 1
STS 0
Kemudian petugas memberikan rasa adil kepada setiap pelanggan, 10.0% responden menyatakan netral, 34.0% responden menyatakan setuju, dan 26.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa petugas sudah adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Mengenai Petugas berpenampilan baik dalam memberikan pelayanan, 11.0% responden yang menyatakan netral, 66.0% responden menyatakan setuju, dan 23.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini membuktikan bahwa penanpilan petugas dalam pelayanan sudah baik. Dari hasil pernyataan responden terhadap variabel emphaty (empati) diperoleh rerata sebesar 4.10 ini menunjukan bahwa variabel emphaty dalam pelayanan Acces Network Operation sudah baik. Deskripsi Variabel Tangibel (Berwujud) Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Tangibel (Berwujud) No Uraian % Jumlah Responden STS TS N S SS Mean 1 Ruang pelayanan memadai dan nyaman. 0 0 12.0 63.0 25.0 4.13 2 Peralatan dan perlengkapan pelayanan 0 0 13.0 65.0 22.0 4.09 memadai dan baik. 3 Prosedur pelayanan sama bagi semua 0 5.0 13.0 57.0 25.0 4.02 pihak. Rerata 4,08 Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden terhadap ruang pelayanan memadai dan nyaman, 12.0% menyatakan netral, 63.0% responden menyatakan setuju, 25.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa ruang tempat pelayanan sudah sangat memadai sehingga memberikan rasa nyaman kepada pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan. Berdasarkan peralatan dan perlengkapan pelayanan memadai dan baik, 13.0% responden menyatakan netral, 65.0% responden menyatakan setuju, dan 22.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa peralatan yang disediakan sudah memadai. Sementara jawaban responden terhadap prosedur pelayanan sama bagi semua pihak itu, 5,0% responden menunjukkan tidak setuju, 13.0% responden menyatakan netral, 57.0% responden menyatakan setuju, dan 25.0% responden menyatakan sangat setuju. Ini berarti bahwa pelayanan sama bagi semua pihak. Dari hasil pernyataan responden terhadap variabel tangibel diperoleh rerata sebesar 4.08 ini menunjukan bahwa variabel tangibel dalam pelayanan Acces Network Operation sudah baik. Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Pelanggan No Uraian TP 0 0 0 0
% Jumlah Responden KP P SP 10.0 64.0 26.0 11.0 66.0 23.0 16.0 70.0 14.0 10.0 61.0 29.0
Mean Layanan petugas mudah dan cepat. 4.16 Kecepatan penanganan keluhan. 4.12 Kemudahan pemasangan jaringan baru. 3.98 Biaya pemasangan terjangkau. 4.19 Rerata 4,11 Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2009 Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan terhadap layanan petugas mudah dan cepat Acces Network Operation memperlihatkan adanya variasi. Hal ini tercermin dari hasil jawaban 100 responden pelanggan yang diteliti, yaitu 64.0% responden menyatakan puas dengan pelayanan, 26.0% responden menyatakan sangat puas. Ini berarti bahwa layanan petugas mudah dan cepat, sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan harapan perusahaan. Selanjutnya untuk melihat tingkat kepuasan terhadap kecepatan penanganan keluhan, 11.0% responden menyatakan puas, 23.0% responden menyatakan sangat puas, sedangkan hanya 11.0% responden menyatakan tidak. Ini berarti bahwa kecepatan penanganan keluhan sudah baik. Lebih lanjut untuk mengetahui tingkat kepuasan terhadap pemasangan jaringan baru, 70.0 persen responden menyatakan puas, 14.0% responden menyatakan sangat puas, sedangkan 10.0% responden menyatakan tidak puas. Ini berarti bahwa pemasangan jaringan baru sudah baik. Mengenai tingkat kepuasan pelanggan terhadap biaya pemasangan terjangkau, 61.0% responden menyatakan puas, 29.0% menyatakan sangat puas dengan biaya yang terjangkau, hanya 10.0% responden menyatakan kurang puas. Ini berarti biaya pemasangan sangat terjangkau oleh pelanggan. Dari hasil pernyataan responden terhadap tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan Acces Network Operation sudah baik dengan rerata sebesar 4.11. 1 2 3 4
SP 0 0 0 0
Tingkat Kepuasan Pelanggan Acces Network Operation Berdasarkan jawaban responden diperoleh rata-rata tingkat kepuasan ( ̅ ) dari layanan petugas mudah dan cepat, kecepatan penanganan keluhan, kemudahan pemasangan jaringan baru, dan biaya pemasangan terjangkau sebesar 4.11, standar deviasi (SD) sebesar 0.58, kemudian nilai indikator (I) dari tiap-tiap faktor, yaitu untuk layanan petugas mudah dan cepat sebesar 4.16, kecepatan penanganan keluhan sebesar 4.12, kemudahan pemasangan jaringan baru 3.98, dan biaya pemasangan terjangkau sebesar 4.19. Berdasarkan kategori tingkat kepuasan pelanggan yang diukur dari layanan petugas mudah dan cepat diperoleh 4,11 ≤ 4,16 ≤ 4,11 + 0.58 atau X ≤ I ≤ X+ SD sehingga skor tersebut berada dalam kategori tingkat kepuasan sedang. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan Acces Network Operation dari layanan petugas mudah dan cepat sudah baik. Demikian juga halnya dengan tingkat kepuasan pelanggan Acces Network Operation yang diukur dari kecepatan penanganan keluhan diperoleh 4,11 ≤ 4,12 ≤ 4,11 + 0.58 atau X ≤ I ≤ X+ SD. Skor tersebut berada dalam kategori tingkat kepuasan sedang. Kemudian tingkat kepuasan pelanggan yang diukur dari kemudahan pemasangan jaringan baru diperoleh 4,11-0,58 ≤ 3,98 ≤ 4,11 atau X - SD ≤ I ≤ X. Skor tersebut berada dalam kategori tingkat kepuasan rendah. Ini berarti bahwa kualitas pelayanan dari kemudahan pemasangan jaringan baru dirasakan masih sulit. Tingkat kepuasan pelanggan yang diukur dari biaya pemasangan terjangkau diperoleh 4,11 ≤ 4,19 ≤ 4,11 + 0.58 atau X ≤ I ≤ X+ SD. Skor tersebut berada dalam kategori tingkat kepuasan sedang. Ini berarti bahwa kualitas pelayanan Acces Network Operation dari biaya pemasangan sudah terjangkau oleh pelanggan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan pelanggan Acces Network Operation sudah cukup memuaskan pelanggan. Ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan yang diberikan oleh Acces Network Operation yang menyangkut keempat aspek yang telah diuraikan sebelumnya sudah cukup memuaskan dan pelayanannya terus ditingkatkan lagi sehingga tingkat kepuasan pelanggan yang diterima selanjutnya bisa lebih optimal.
PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Acces Network Operation Analisis terhadap faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan variabel yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dalam penelitian ini yang merupakan variable bebas adalah keandalan (reliability) (X1), ketanggapan (responsiveness) (X2), keyakinan (assurance) (X3), empati (emphaty) (X4), dan berwujud (tangible) (X5). Sebaliknya variabel terikatnya adalah kepuasan pelanggan (Y) Acces Network Operation. Adapun hasil yang diolah dengan bantuan komputer (Program SPSS Ver. 15), seperti tabel berikut ini: Tabel 10. Hasil Pengujian Regresi Dimensi Konstanta X1- Reliability X2- Responsivennes X3- Assurance X4- Emphaty X5- Tangibels Korelasi Ganda (R) Koef. Determinasi (R2) Ftest Fhitung Probabilitas
Koef. Reg 2.272 0.262 0.302 0.165 0.258 0.180 0.857 0.735 52.104 2.311 0.000
thitung 2.412 2.253 2.347 3.076 2.224 2.112
ttabel 1.986 1.986 1.986 1.986 1.986 1.986
P 0.018 0.027 0.021 0.003 0.029 0.037
Sumber : Pengolahan data primer, 2009 Kemampuan variabel-variebel pelayanan mempengaruhi kepuasan pelanggan secara parsial dijelaskan melalui persamaan regresi yang diperoleh, dari tabel diatas dapat disusun persamaan regresi yang diperoleh: Y = 2.272 + 0.262x1 + 0.302x2 + 0.165x3 + 0.258x4 + 0.180x5 +E Persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengaruh Secara Parsial a. Pengaruh Reliability Variabel Reliability memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0.262, artinya jika kualitas pelayanan dimensi Reliability meningkat 1 skor menyebabkan kepuasan pelanggan meningkat sebesar 0.262 skor. Evaluasi terhadap pengaruh variabel Reliability dilakukan melalui thitung, nilai thitung dimensi Reliability sebesar 2.253 lebih besar dari ttabel sebesar 1.986. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan berdasarkan probablilitas (p), nilai p_value sebesar 0.027 lebih kecil dari 0.05, berarti pengaruhnya signifikan. b.
Pengaruh Responsiveness Variabel Responsiveness memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0.302, berarti jika peningkatan pelayanan dalam variabel Responsiveness sebesar 1 skor maka dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 0.302 skor. Evaluasi terhadap signifikansinya dilakukan melalui thitung, nilai thitung variabel Responsiveness sebesar 2.347 lebih besar dari ttabel sebesar 1.986. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan berdasarkan probablilitas (p), nilai p_value sebesar 0.021 lebih kecil dari 0.05, berarti pengaruhnya signifikan. c.
Pengaruh Assurance Variabel Assurance memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0.165, berarti jika peningkatan pelayanan dalam variabel Assurance sebesar 1 skor maka dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 0.165 skor. Evaluasi terhadap signifikasinya dilakukan melalui thitung, nilai thitung variabel Assurance sebesar 3.076 lebih besar dari ttabel sebesar 1.986. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan melalui nilai probablilitasnya, nilai p_value sebesar 0.003 lebih kecil dari 0.05, berarti pengaruhnya signifikan.
d.
Pengaruh Empathy Variabel Empathy memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0.258, berarti jika peningkatan pelayanan dalam variabel Empathy sebesar 1 skor maka dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 0.258 skor. Evaluasi terhadap signifikansinya dilakukan melalui thitung, nilai thitung variabel Empathy sebesar 2.224 lebih besar dari ttabel sebesar 1.986. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan melalui nilai probablilitasnya, nilai p_value sebesar 0.029 lebih kecil dari 0.05, berarti pengaruhnya signifikan. e.
Pengaruh Tangible Variabel Tangible memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0.180 berarti jika peningkatan pelayanan dalam variabel Tangible sebesar 1 skor maka dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 0.180 skor. Evaluasi terhadap signifikansinya dilakukan melalui thitung, nilai thitung variabel Tangible sebesar 2.112 lebih besar dari ttabel sebesar 1.986. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan melalui nilai probablilitasnya, nilai p_value sebesar 0.037 lebih kecil dari 0.05, berarti pengaruhnya signifikan. Pengaruh Secara Simultan Pengaruh bersama pelayanan variabel Reliability (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Empathy (X4) dan Tangible (X5) terhadap kepuasan pelanggan (Y) dijelaskan oleh R² atau Determinasi. Dalam tabel 11 diketahui sebesar 0.735 atau 73.5 % ( R² x 100% ), sisanya sebesar 26.5% ( 100%-73.5% ) dipengaruhi oleh variabel selain variabel tersebut. Evaluasi terhadap signifikansinya dilakukan melalui nilai Fhitung, bila nilainya sama atau melebihi Ftabel dinyatakan signifikan, dan sebaliknya bila lebih kecil berarti tidak signifikan besarnya Fhitung = 52.104 > F tabel= 2.311. Evaluasi siginifikansi juga dapat dilakukan melalui nilai probablilitas, terlihat dalam tabel memiliki probabilitas Fhitung lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000, nilai dibawah 0.05 menunjukan pengaruhnya signifikan. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian secara parsial maupun secara simultan ternyata semua faktor pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. Hal ini berarti bahwa semua variabel pelayanan yang ditawarkan pada model analisis regresi linier berganda ini yaitu: keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation karena diperoleh Fhitung > Ftabel dan thitung > ttabel. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau menerima Ha dan menolak Ho.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: 1. Tingkat kepuasan pelanggan Acces Network Operation yang diukur berdasarkan layanan petugas mudah dan cepat, kecepatan penanganan keluhan, dan biaya pemasangan terjangkau berada dalam kategori tingkat kepuasan sedang, sedangkan kemudahan pemasangan jaringan baru berada dalam kategori tingkat kepuasan rendah. 2. Secara bersama-sama atau simultan seluruh variabel, yaitu faktor keandalan (reliability) (X1), faktor ketanggapan (responsiveness) (X2), faktor keyakinan (assurance) (X3), faktor empati (emphaty) (X4), dan faktor berwujud (tangible) (X5) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation. 3. Secara parsial faktor ketanggapan (responsiveness) (X2), faktor keyakinan (assurance) (X3), faktor empati (emphaty) (X4), dan faktor berwujud (tangible) (X5) berpengaruh nyata dan positif terhadap kepuasan pelanggan Acces Network Operation.
SARAN-SARAN Saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu: 1. Acces Network Operation dalam operasinya perlu terus untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang lebih optimal. 2. Acces Network Operation perlu mencermati upaya pemenuhan pelayanan dari kemudahan pemasangan jaringan baru sehingga pelanggan bisa mudah untuk mendapatkan jaringan baru.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Consuelo G. Sevilla, Iesus A. Ochave, Twila G.Punsalan, Bella P Regala, Gabriel G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu.Jakarta : Universitas Indonesia. Darwin Mahadjar. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Djumara, Noorsyamsa. 1994. Menuju Format Baru Pelayanan Umum. Bandung : LAN Endar Sugiarto. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Gasvers, Vincent. 1977. Manajemen Kualitas :Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : Yayasan Indonesia Emas Gramedia Pustaka Utama. Gujarati, D. 1999. Ekonometrika Dasar.Cetakan Keenam. Jakarta : Erlangga. Jadgish dan Milind. 1995. Pelanggan Kunci Keberhasilan. Jakarta : Mitra Utama. Juran J.M. dan Griya, F.M. 1993. Quality Planning and Analysis. 3 ED. Singapore: Mic-Graw Hill.Inc. J. Supranto M.A. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : PT Renika Cipta. Mudrajad Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta : Erlangga. Santoso, Singgih 2004, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik,Edisi ke empat, Jakarta, Elex Media Komputindo
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT KUTA MALAKA KABUPATEN ACEH BESAR BADARUDDIN ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data studi literatur dan penelitian langsung ke lapangan melalui wawancara, penyebaran kuesioner dan peninjauan secara langsung terhadap aktivitas organisasi. Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai, digunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau signifikan maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya variabel gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka secara signifikan dengan probabilitas F hitung lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Nilai dibawah 0,05 menunjukkan pengaruhnya signifikan. Dengan demikian hipotesis “gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar” dapat diterima. Kata Kunci: Gaya kepemimpinan dan motivasi kerja pegawai.
PENDAHULUAN Dalam rangka peningkatan kerja dalam hal ini yaitu kinerja instansi pemerintah menuju ke arah yang lebih profesionalisme, dan disamping itu untuk menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan pandangan bagi segenap jajaran pegawai Pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional diseluruh bidang unit organisasi instansi pemerintah secara terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut perlu untuk dirumuskannya suatu visi, misi, strategi dan nilai acuan pemerintah yang menjadi pedoman mengenai arah yang dituju, beban tanggung jawab, strategi pencapaiannya serta nilai nilai sikap dan perilaku aparat. Manajemen sumber daya manusia strategik mutlak diperlukan untuk mempersiapkan aparatur pemerintahan yang memahami visi dan misi organisasi. Arus globalisasi semakin hari semakin meluas, zaman semakin waktu semakin canggih dan cepat berubah, serta masyarakat semakin kritis. Perubahan yang sedang dan terus terjadi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan harus dihadapi dan diantisipasi. Pemerintah kecamatan sebagai institusi pelayanan publik dituntut untuk memperbaiki dan senantiasa melakukan reformasi serta mengantisipasi perkembangan zaman yang terjadi. Oleh karena itu, komitmen untuk menciptakan good governance melalui pegawai yang profesional, terlatih dan berperilaku positif disadari sepenuhnya oleh institusi pemerintah. Komitmen tersebut akan terus dipegang oleh seluruh jajaran institusi pemerintah dalam rangka mendapatkan keyakinan dan kepercayaan serta menjadi kebanggaan masyarakat sehingga diperlukan beberapa nilai acuan yang harus dimiliki aparatur pemerintah karena dalam suatu manajemen sumber daya manusia yang strategik mutlak diperlukan kegiatan yang mencakup penyampaian (delivery) informasi yang akurat untuk mendukung kegiatan manajemen sumber daya manusia tekhnis guna implementasi langsung instansi pemerintah kecamatan. Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh adalah lembaga pemerintahan yang mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana daerah bidang pemerintahan di tingkat Kabupaten Aceh Besar terutama yang berhubungan dengan usaha peningkatan pelayanan masyarakat. Kabupaten Aceh Besar mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis sebagai kabupaten yang sangat dekat dengan ibukota Provinsi Aceh, yaitu Banda Aceh. Didalam perjalanannya, Kecamatan Kuta Malaka telah menunjukkan kemandiriannya dengan kemajuan dan peningkatan pembangunan seiring dengan agenda pembangunan nasional, baik dalam pertumbuhan ekonomi, sosial kemasyarakatan maupun dalam pelayanan kehidupan masyarakat. Disisi lain penerapan pembangunan tersebut juga mengandung risiko yang memerlukan perhatian, antara lain penurunan produktifitas pelayanan masyarakat, sebagai akibat cara kerja aparatur atau pegawai Pemerintah Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar dalam melayani masyarakat. Dengan kata lain pelayanan masyarakat perlu ditingkatkan bukan saja melalui perbaikan sistem prosedur yang digunakan, tetapi juga yang lebih penting lagi adalah dengan meningkatkan motivasi kerja pegawai instansi Pemerintah Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar itu sendiri. Oleh sebab itu setiap pimpinan harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah para pegawai dalam meningkatkan pelayanan masyarakat. Agar pegawai dapat lebih efektif dalam melakukan tugasnya, maka pimpinan harus memahami situasi dalam organisasi atau instansi Pemerintah Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar khususnya. Dengan demikian setiap pimpinan perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Salah satu faktor yang yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai adalah faktor pimpinan yang dalam hal ini menyangkut gaya kepemimpinan. Rumusan Masalah Rumusan masalahnya pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gaya kepemimpinan pada Kantor Camat Kuta Malaka? 2. Bagaimana motivasi pegawai pada Kantor Camat Kuta Malaka?
3.
Seberapa besar pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kuta Malaka?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan pada Kantor Camat Kuta Malaka. 2. Untuk mengetahui motivasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kuta Malaka. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada instansi Pemerintah Kecamatan Kuta Malaka.
LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Sikula (1996:2) menyatakan bahwa “Manajement in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.” Dengan arti sebagai “Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan menghasilkan suatu produk atau jasa secara efisien”. Menurut Herujito (2004:2), Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang orang lain untuk bekerja. Hasibuan (2000:2) mengatakan Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Manullang (1996:15), Manajemen adalah suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan peranan manusia dalam organisasi publik atau perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia mengkaji karakterisitik dan segala seluk beluk tenaga kerja manusia. Menurut Hasibuan (2001:10), “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan organisasi, pegawai, dan masyarakat.” Menurut Edwin B Flippo (1995: 4), Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu organisasi dan masyarakat. Fungsi Manajemen Sumber Daya manusia Menurut Hasibuan (2001:21), fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi : 1. Fungsi Manajerial • Perencanaan Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam membantu terwujudnya tujuan. • Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasinya dalam bagan organisasi. • Pengarahan Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua pegawai agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi, pegawai, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pemimpin dengan menugaskan bawahan agar melakukan semua tugasnya dengan baik. • Pengendalian Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua pegawai agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai rencana. 2. Fungsi Operasional • Pengadaan Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan. • Pengembangan
•
•
•
•
Pengembangan (Development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa mendatang. Kompensasi Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. Pengintegrasian Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas pegawai agar mereka tetap mau bekerjasama sampai pension. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar pegawai serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu organisasi/perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan organisasi, kontrak kerja berakhir, pension, dan seba-sebab lainnya.
Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia diakui sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan organisasi yang telah ditetapkan maupun tujuan individu dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996; 5) mengatakan pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka. Sedangkan kepemimpinan menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1990;12) dilakukan oleh seorang pemimpin untuk dapat mengarahkan, mengkoordinasikan dan mempengaruhi bawahan agar bekerja dengan penuh kesadaran untuk mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya Gitosudarmo dan Mulyono (1990; 30) mengatakan bahwa seorang pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang mampu menciptakan atau membuat kedua belah pihak menjadi senang, bahagia dan bangga. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka seorang pemimpin harus mempunyai gaya kepemimpinan yang tepat, agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif. Berikut ini beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli: 1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984 : 46). 2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990 : 281). 3. Hasibuan mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara atau gaya seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. (Hasibuan, 2000 : 167). 4. Kepemimpinan adalah merupakan seni kemampuan mempengaruhi seperti yang di kemukakan oleh Yayat M. Herujito: Kepemimpinan adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk mengendalikan orang orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang di inginkan oleh pimpinan. (Yayat M. Herujito, 2004 : 179 ). Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan menurut Yayat M. Herujito (2004 : 188) adalah leadership styles. Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka mempraktekkan kepemimpinanannya. Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dapat dipelajari dan dipraktekkan dan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap organisasi dipandang sebagai suatu proses kunci bagi keberhasilan organisasi yang bersangkutan. “Gaya kepemimpinan merupakan perilaku pimpinan terhadap pengikutnya, atau cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya.”(Trimo, 1995; vii). Sedangkan Hersey (1992 : 150) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang diterapkan dalam bekerja. Terdapat perbedaan pola perilaku yang diterapkan oleh seorang manajer dengan manajer lain dalam mempengaruhi perilaku anggotanya. Mintogoro mengatakan bahwa secara umum gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang manajer adalah gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan otokratis dan, gaya kepemimpinan laissez faire. Masing-masing gaya kepemimpinan tersebut mempunyai ciri tertentu. Tiga gaya dasar para pemimpin White dan Lippit (1993:298), adalah sebagai berikut : Gaya Kepemimpinan Otokratis Yaitu pemimpin menentukan sendiri kebijakan dan perencanaan untuk bawahannya, membuat keputusan sendiri, namun mengharapkan tanggung jawab yang penuh. Bawahan harus mematuhi dan mengikuti perintahnya. Jadi
pemimpin tersebut menentukan aktivitas bawahannya. Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuatan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi. Dalam kepemimpinan otokratis sering terjadi adanya pengawasan yang ketat, sangat sukar untuk bawahan dalam memuaskan kebutuhan egoistiknya yang tinggi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi pada bawahannya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis, yaitu : a Pemimpin selalu memberikan perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi. b Pemimpin selalu menentukan kebijakan untuk semua pihak. c Pemimpin selalu melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. d Pemimpin selalu memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap bawahan dengan inisiatif sendiri. Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada pengikutnya. Pemimpin sering mengadakan diskusi dengan bawahan dalam menentukan perencanaan kerja maupun kebijakan yang berhubungan dengan organisasi. Jadi, kepemimpinan demokrasi ini bersifat terbuka dengan tujuan memberi kesempatan pada bawahan untuk mengeluarkan ide atau gagasan serta mendorong bawahan untuk meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja. Pemimpin demokrasi ini dalam penyusunan proses pelaksanaan kerja, strategi-strategi yang diambil selalu melibatkan bawahan. Dengan kata lain, pengambilan keputusan berasal dari kedua belah pihak, baik atasan maupun bawahan. Komunikasi berjalan dua arah dari atas kebawah. Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokrasi, yaitu : a Kebijakan yang dilaksanakan berdasarkan keikutsertaan para bawahan yang dikoordinir oleh pimpinan. b Para bawahan bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka inginkan dan pembagian tugas diserahkan kepada kelompok. c Komunikasi yang bersifat dua arah, baik pimpinan maupun bawahan. Gaya Kepemimpinan Bebas Pada gaya kepemimpinan laissez faire ini seorang pemimpin praktis tidak memimpin, pemimpin membiarkan bawahannya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan bawahannya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri, sehingga pemimpin hanya merupakan lambang organisasi dan pelaksana dari keputusan para bawahan, atau dengan kata lain kepemimpinan bersifat pasif, pemimpin seolah-olah tidak mampu memberikan pengarahan pada bawahan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan bebas, yaitu : a Pemimpin selalu menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya atau kepada semua anggotanya. b Pemimpin kurang berpartisipasi, sedangkan mayoritas suara bawahan bebas menentukan langkah. c Pemimpin tidak mampu mengkoordinasikan semua jenis pekerjaan dan tidak berdaya menciptakan suasana yang kooperatif. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam gaya kepemimpinan biasanya berlangsung mengikuti situasi dan kondisi yang sesuai dengan tujuan organisasi. Apabila situasi dan kondisinya memerlukan pemikiran bersama antara pemimpin dan pelaksana, maka gaya kepemimpinan akan menuju pada demokrasi. Sebaliknya bila situasi dan kondisinya memerlukan langkah-langkah darurat yang cepat maka gaya kepemimpinan akan mengarah pada gaya otokratis. Jadi, gaya kepemimpinan pada suatu organisasi tidak dapat berupa satu gaya saja tetapi dapat dilakukan dengan penggabungan dari gaya-gaya kepemimpinan yang ada. Oleh karena itu, tidak ada gaya kepemimpinan yang lebih baik, semua tergantung pada situasi, kondisi, atau lingkungannya. Pengertian Motivasi Beberapa ahli mengemukakan pengertian mengenai motivasi kerja, diantaranya adalah : Menurut Marihot T.E Hariandja dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2002:321) berpendapat bahwa “motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah”. Sedangkan menurut Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:143) yaitu “motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan pendorong yang ada dalam diri individu yang memberikan daya penggerak untuk melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. Apabila individu tersebut memiliki motivasi yang tinggi maka dia akan mencapai kepuasan dalam melakukan pekerjaannya, karena tujuan yang akan dicapai dan yang diinginkan oleh organisasi dapat terwujud. Teori Teori Motivasi Pendapat dan teori tentang motivasi cukup banyak, namun yang menonjol adala teori motivasi yang dikemukakan pakar, antara lain: 1. Teori Abraham H. Maslow
2.
3.
4.
Maslow berpendapat bahwa tindakan atau tingkah laku suatu organisme pada suatu saat tertentu biasanya dipengaruhi oleh kebutuhannya yang paling mendesak. Setiap pemimpim perlu memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Maslow menyatakan bahwa ada suatu hierarki kebutuhan pada setiap manusia. Setiap orang memberi prioritas pada suatu kebutuhan sampai kebutuhan tersebut terpenuhi. Jika kebutuhan pertama telah terpenuhi maka kebutuhan kedua akan memegang peranan, demikian seterusnya. Teori Douglas Mc Gregor Mc Gregor menyatakan ada dua pendekatan atau filsafat mana manajemen yang mungkin diterapkan dalam perusahaan. Tiap tiap pendekatan mendasarkan diri pada serangkaian asumsi atau anggapan mengenai sifat manusia yang diberi nama teori X dan toeri Y. Teori Frederich Herzberg Teori ini berhubungan dengan kepuasan kerja. Berdasarkan penelitiannya ada dua rangkaian kondisi yang mempengaruhi seseorang dalam pekerjaannya. Rangkaian kondisi pertama disebut faktor motivator dan rangkaian kedua disebut faktor hygieni. Disebut juga dengan konsep faktor motivator hygieni dari Herzberg, dan ada juga yang mentebutnya teori dua faktor dari kepuasan kerja. Teori David Mc Clelland Mc Clelland mempelajari persoalan yang menyangkut keberhasilan dan berhasil memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan, maka teorinya disebut dengan Achievement Motivation Theory. Menurut Mc Clelland, orang yang mempunyai kebutuhan untuk keberhasilan yaitu orang yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu, dengan ciri ciri sebagai berikut:
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Pegawai Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri, seorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang dihadapinya. Tannanbaum dan Schimdt yang dikutip Gibson (2001:285), mengatakan bahwa “Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya paling cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu bertindak demikian”. Timple (1999:31) mengatakan bahwa “Pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerja sama dengan orang, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan”. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang yang diajukan maka hipotesis penelitian ini adalah: diduga bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar.
METODE PENELITIAN Lokasi Objek Penelitian Untuk mendapatkan data dan keterangan-keterangan untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis melakukan penelitian langsung pada objek penelitian yaitu Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 16 orang, sementara sampelnya juga 16 orang. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan suatu teknik dalam mendapatkan data untuk keperluan penelitian dan hal ini penting untuk pengujian hipotesis karena pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Untuk memperoleh data yang lengkap, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : Studi Literatur (Library Research) Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah, dan sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Studi Lapangan (Field Research) Penelitian yang dilakukan langsung terhadap objek yang diteliti dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, kuesioner, dan pengisian angket yang diarahkan pada masalah yang berhubungan dengan penulis teliti. Operasional Variabel Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, variabel yang akan dianalisis terdiri atas : Variabel Bebas (X) yaitu gaya kepemimpinan dan Variabel terikat (Y) yaitu motivasi kerja. a. Gaya Kepemimpinan (X) dengan indicator sebagai berikut : 1. Sikap tegas dalam menetapkan target kerja. 2. Sanksi terhadap hasil kerja yang buruk. 3. Penerapan peraturan kerja yang ketat.
b.
4. Pengambilan keputusan melibatkan bawahan. 5. Menjaga hubungan baik. 6. Pengurangan beban kerja yang berat. 7. Toleransi terhadap penundaan pekerjaan. 8. Kesejahteraan bawahan berprestasi. 9. Mendukung bawahan berprestasi. Motivasi Kerja (Y) dengan indicator sebagai berikut : 1. Dapat memenuhi kebutuhan fisik. 2. Mendapat gaji. 3. Bonus akan memperbaiki prestasi. 4. Keselamatan terjamin. 5. Pemimpin mampu mengkondisikan suasana yang harmonis. 6. Rekreasi diperlukan. 7. Pengawasan yang ketat dapat mengganggu pekerjaan. 8. Mengerahkan segenap kemampuan untuk pekerjaan. 9. Pimpinan menghargai ide bawahan.
Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Dengan teori sebagai berikut : Tabel 1. Skala Likert Alternatif Bobot Sangat Setuju 5 Setuju 4 Kurang Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Peralatan Analisis Data Hasil penelitian yang telah di komposisi/skor kemudian diolah dengan bantuan computer melalui program SPSS. Adapun alat ukur yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Sederhana. Secara matematis bentuk formulasi regresi linear sederhana adalah : Y = a + bX + e Keterangan : Y : Motivasi Kerja a : Konstanta b : Koefisien gaya kepemimpinan X : Gaya Kepemimpinan e : error Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar digunakan alat ukur korelasi. Nilai koefisien korelasi (r) berkisar antara -1 sampai dengan +1 yang kriteria pemanfaatannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika nilai r > 0, artinya terjadi hubungan antara yang linear positif. Semakin besar nilai variabel independen, semakin besar pula nilai variable dependennya. Begitu juga sebaliknya. Jika r < 0, artinya telah terjadi hubungan antara linear negatif. Semakin kecil nilai variabel independen maka semakin besar nilai variabel dependennya. Semakin besar nilai variabel independen maka semakin kecil nilai variabel dependennya. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila nilai r mendekati +1 maka hubungan positif variabel independen dengan dependennya besar/tinggi. Sebaliknya, apabila nilai r mendekati -1 maka hubungan negatif dari variabel independen dengan dependennya tinggi. Pengujian Hipotesis H0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Camat Kuta Malaka sebanyak 16 orang. tabel berikut ini memaparkan hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menurut umur, jenis kelamin, status, pendidikan, dan masa kerja.
Tabel 2.Karakteristik Responden NO
KETERANGAN
1
Usia
2
3
4
5
FREKUENSI
PERSENTASE (%)
20-25 Tahun
2
12.5
26-30 Tahun
3
18.75
31-40 Tahun
3
18.75
> 41 Tahun
8
50
Pria
12
75
Wanita
4
25
Kawin
14
87.5
Belum Kawin
2
12.5
SLTP
0
0
SLTA
10
62.5
Sarjana
5
31.25
Pasca Sarjana
1
6.25
< 5Tahun
3
18.75
6-10 Tahun
5
31.25
11-15 Tahun
8
50
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Masa Kerja
Dari segi usia, persentase terbesar ditunjukkan oleh responden yang berusia ≥ 41 Tahun yaitu sebesar 50%. Dan sisanya menunjukkan usia antara berkisar 26-30 dan 31-40 (18,75%) serta 20-25 Tahun (12,5%). Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan usia ini menunjukkan bahwa Kantor Camat Kuta Malaka telah memiliki tenaga kerja usia produktif dan adanya pegawai senior dapat berfungsi sebagai pengawas dan semacam guru untuk mengajarkan teknik bekerja kepada para pegawai. Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah pria, yaitu sebesar 75% dan sisanya sebesar 25% adalah wanita. Kesimpulan dari pengelompokan profil responden berdasarkan jenis kelamin ini adalah bahwa tenaga kerja yang ada di Kantor Camat Kuta Malaka mayoritas adalah pria. Dilihat dari tingkat pendidikan, yang memiliki persentase responden terbesar adalah jenjang pendidikan SLTA, yaitu sebesar 62,5%. Berikutnya adalah responden yang memiliki jenjang pendidikan Sarjana sebesar 37,5%. Kesimpulan yang penulis peroleh dari pengelompokan responden berdasarkan tingkat pendidikan, bahwa bagi Kantor Camat Kuta Malaka, pendidikan dalam bidang perkantoran lebih ditekankan untuk diterima bekerja. Dilihat dari lamanya bekerja, persentase yang dihasilkan, mulai kurang dari 5 tahun hingga 15 tahun dengan perolehan persentase seperti yang tertera pada tabel 4.4. maka kesimpulan yang diperoleh dari pengelompokan responden berdasarkan masa kerja yaitu Kantor Camat Kuta Malaka lebih menitikberatkan pada penerimaan pegawai baru karena dianggap lebih baik dalam hal kejujuran. Di dalam menciptakan suatu keseimbangan diantara pegawai baru dengan pegawai yang telah lebih dahulu atau lebih lama bekerja di Kantor Camat Kuta Malaka, ataupun menciptakan suatu kondisi yang seimbang antara pegawai yang masuk dan yang keluar. Uji Reabilitas Dalam penelitian apabila suatu pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reability dari alat ukur. Reabilitas adalah yang menunjukkan konsisten dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Pengukuran reability dilakukan dengan metode cronbach alpha dimana quisioner dikatakan realibel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Tabel 3. Uji Reabilitas NO
VARIABEL
MEAN
JUMLAH ITEM PERTANYAAN
CRONBACH
1
Gaya Kepemimpinan
4,04
9
0,913
3,99
9
0,923
2 Motivasi Kerja Sumber : Data primer (diolah), 2010.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi untuk setiap item jawaban terlihat bahwa nilai korelasinya signifikan. Untuk nilai alpha dalam setiap nomor pertanyaan bisa dilihat bahwa kedua variabel nilai alphanya lebih besar dari 0,60. Untuk variabel gaya kepemimpinan nilai cronbach alpha 0,913 dengan jumlah item pertanyaan 9 dan nilai rata-ratanya 4,04. Ini menunjukkan bahwa masing-masing item pertanyaan adalah realibel. Sedangkan untuk variabel motivasi kerja nilai cronbach alpha 0,923 dengan jumlah item pertanyaan 9 dan nilai rata-rata 3,99. Ini menunjukkan bahwa masing-masing item pertanyaan juga realibel.
PEMBAHASAN Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Untuk mengetahui variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan (X) terhadap motivasi kerja (Y) pegawai Kantor Camat Kuta Malaka, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Pengaruh Variabel bebas terhadap Motivasi Kerja Variabel Nama Variabel β Standar t hitung t tabel sig Error a Konstanta 0,072 0,206 0,349 2,1314 0,000 x Gaya 0,970 0,050 19,234 2,1314 0,000 Kepemimpinan Koefisien korelasi (R) = 0,982 Predictor : (constant), Gaya Kepemimpinan Koefisien Determinasi (R2) = 0,964 Dependent Variabel : Motivasi Kerja Adjusted R2 = 0,961 F hitung = 369, 947 F tabel = 4,6001 Sig F = 0,000 Sumber : Pengolahan data primer, 2010. Dari hasil analisis regresi sebagaimana yang terangkum dalam tabel diatas, maka hubungan variabel independen yaitu Gaya Kepemimpinan (X) terhadap Motivasi Kerja (Y) pegawai Kantor Camat Kuta Malaka dapat disusun sebuah model regresi linier sederhana : Y = 0,072 + 0,970 X + e Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut : Koefisien Regresi (β) Konstanta sebesar 0,072 artinya jika Gaya Kepemimpinan (X) dianggap konstan, maka besarnya motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka adalah sebesar 0,072. Koefisien regresi pengaruh Gaya Kepemimpinan (X) sebesar 0,970 artinya bahwa setiap 100% perubahan (perbaikan, karena tanda +) dalam variabel Gaya Kepemimpinan, maka secara relatif akan mempengaruhi besarnya motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka sebesar 97%. Dengan demikian semakin tinggi pengaruh gaya kepemimpinan akan mempengaruhi besarnya motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka. Koefisien Korelasi dan Determinasi Untuk melihat hubungan gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka berdasarkan korelasi dan determinasi seperti tampak pada tabel berikut ini. Tabel 5. Tabel Model Summary R R2 Adjusted R2 Standar Error Keterangan of the estimate 0,982 0,964 0,961 0,110 Korelasi Positif Sumber : Data primer, (diolah) 2010. Koefisien korelasi (R) = 0,982 yang menunjukan bahwa derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 98,2%. Artinya motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka mempunyai hubungan yang sangat erat dengan faktor gaya kepemimpinan. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,964. Artinya 96,4% perubahan-perubahan dalam variabel terikat (motivasi kerja) dipengaruhi oleh faktor gaya kepemimpinan. Sedangkan selebihnya (3,6%) dipengaruhi oleh faktorfaktor lain diluar penelitian ini. Hasil Uji F Untuk pengujian hipotesis mengenai variabel independen dalam hubungannya dengan motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6. Analisis Of Variance (Anova) Model Sum of df Mean square F hitung F tabel sig square Regresi 4,436 1 4,436 369,947 4,6001 0,000 Residual 0,168 14 0,012 Total 4,604 15
Sumber : Data primer, (diolah) 2010. Hasil pengujian secara simultan diperoleh F hitung sebesar 369,947 sedangkan F tabel sebesar 4,6001. Hal ini memperhatikan F hitung > F tabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol. Artinya gaya kepemimpinan (X) berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka (Y). Hasil Uji-t Untuk menguji besarnya pengaruh secara parsial dapat dilihat dari hasil uji – t, hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel diatas, diketahui besarnya t hitung untuk variabel gaya kepemimpinan dengan tingkat kepercayaan atau signifikan sebesar ∞ = 5%. Hasil pengujian terhadap variabel gaya kepemimpinan diperoleh t hitung sebesar 19,234 dan t tabel sebesar 2,1314. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel dengan signifikansi sebesar 0,000 atau probabilitas jauh dibawah ∞ = 5%. Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau signifikan maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya variabel gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka secara signifikan dengan probabilitas F hitung lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Nilai dibawah 0,05 menunjukkan pengaruhnya signifikan.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: 1. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan di Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar berpengaruh terhadap kinerja organisasi dan kelangsungan hidup pegawai di dalamnya. Sesuai dengan persentase responden bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan, menekankan pada initiating structure yang tinggi dan consideration yang tinggi pula. 2. Motivasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kuta Malaka tinggi, dapat dilihat pada hasil perhitungan kuesioner yang dibagikan kepada para pegawai. 3. Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap motivasi kerja pegawai, ini terbukti dari Hasil pengujian terhadap variabel gaya kepemimpinan diperoleh t hitung sebesar 19,234 dan t tabel sebesar 2,1314. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel dengan signifikansi sebesar 0,000 atau probabilitas jauh dibawah ∞ = 5%. Berdasarkan hasil penelitian nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau signifikan maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya variabel gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka secara signifikan dengan probabilitas F hitung lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Nilai dibawah 0,05 menunjukkan pengaruhnya signifikan. Dengan demikian hipotesis “gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kantor Camat Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar” dapat diterima.
SARAN 1.
2.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah: Sebaiknya pimpinan organisasi dalam menerapkan gaya kepemimpinannya tetap berusaha mempertahankan sikapnya dan memotivasi kerja pegawai dengan baik. Pencapaian target kerja tidak akan terwujud apabila kesejahteraan pegawai tidak terpenuhi. Kuat atau tidaknya pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai menjadi titik acuan bagi seorang pimpinan untuk terus mengembangkan gaya kepemimpinannya mengingat situasi dan kondisi organisasi yang terus berubah-ubah maka dituntut kreativitas seorang pimpinan untuk mengatasi hal tersebut. Tetapi bawahan tidak harus selalu diberi perintah oleh atasannya, bawahan harus memiliki inisiatif untuk bekerja agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta : BPFE. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Champion, Dean J. 2003. Basic Statistic for Social Research Second Edition. New York : Mac Millan Publishing Co Inc. Effendy, Onong S. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.
Gibson, James Et.Al. 1994. Organisasi Dan Manajemen : Perilaku Struktur Proses. Jakarta : Erlangga. Hadi, Sutrisno. 1998. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Heidjrachman, H. Suad. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. Hersey, Paul. 1994. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta : Delaprasata. Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali. Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Ramdhan, Muhammad. 2005. ”Memimpin Sesuai Keadaan”. Makalah, Jakarta. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Tarsito. Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Tjiptono, Fandy. 2001. Total Quality Manajement. Yogyakarta : Penerbit Andi.
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN PELUANG USAHA STUDI KASUS PADA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI KABUPATEN SIMEULUE Syaifuddin Yana
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis investasi budidaya ikan krapu dengan menggunakan pendekatan analisis ekonomi yaitu BEP, ROI dan IRR. Disamping itu juga, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peluang usaha budidaya tersebut dengan pendekatan SWOT. Dari hasil analisis finansial menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue sangat fisibel untuk dijadikan usaha investasi bagi para investor. Usaha budidaya ikan kerapu dengan tingkat suku bunga (DF) 18% mendapat nilai sebesar 73.611.833.-, dengan BCR 1,19%, untuk Payback Periode atau pengembalian kembali modal berkisar pada produksi 1,93 kali produksi, berarti tidak penuh dua kali putaran produksi modal usaha sudah kembali. Untuk BEP atau siklus produksi tidak mengalami untung maupun rugi terjadi pada saat BEP unit 2.533 Kg, sedangkan untuk BEP harga terjadi pada saat harga 585.794 Rupiah. Kata Kunci: Analisis Ekonomi, SWOT, BCR, BEP, ROI, IRR.
PENDAHULUAN Dalam berbagai kegiatan investasi dan peningkatan ekonomi daerah, saat ini kegiatan investasi swasta di Kabupaten Simeulue masih tergolong sangat minim dan sangat terbatas. Kegiatan investasi merupakan salah satu kegiatan yang dapat dengan cepat mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Rendah dan terbatasnya kegiatan investasi di daerah ini, diduga karena kurang/terbatasnya promosi atas berbagai potensi dan peluang investasi terutama sektor dan komoditas-komoditas yang unggul di daerah ini, di samping iklim usaha dan berbagai kebijakan yang ada belum kondusif yang mampu mendorong untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan investasi di daerah ini. Saat ini, kegiatan khususnya pada subsektor perikanan adalah salah satu subsektor yang menjadi andalan bagi Kabupaten Simeulue karena Kabupaten ini merupakan kabupaten kepulauan yang dikelilingi laut. Disamping itu Kabupaten Simeulu, dikelilingi oleh cukup banyak pulau-pulau kecil yaitu sebanyak kurang lebih 62 buah pulau (beberapa di antaranya telah berpenghuni) dengan luas wilayah laut ± 47,780 km2 di luar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Dengan wilayah perairan yang begitu luas itu, terkandung pula sumberdaya ikan dan hasil laut lainnya yang besar, potensial dan prospektif. Namun hingga kini, pemanfaatan sumberdaya ini baru sebagian kecil. Beberapa hal yang menjadi titik perhatian dimana pada saat ini, upaya yang memanfaatkan sumber daya perikanan di Simeulue secara optimal ternyata masih menghadapi berbagai kendala, beberapa diantaranya yaitu seperti masalah pendanaan (permodalan); teknologi penangkapan; budidaya (teknologi dan keterampilan); teknologi pengolahan; serta penyediaan armada kapal penangkapan ikan. Sebagai gambaran potensi budidaya ikan air laut di Kabupaten Simeulu, dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Potensi dan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut Menurut Jenis Komoditi di Kabupaten Simeulue (Ha) Jenis Komoditi No. Kecamatan Potensi (Ha) Keterangan Budidaya Kerapu 138.00 Teluk Sinabang Kakap 159.96 Teluk Sinabang 1 Simeulue Timur Lobster 101.06 Teluk Sinabang Rumput Laut 1605.62 Teluk Sinabang Kerapu 41.03 Labuhan Bajau Kakap 58.34 Labuhan Bajau 2 Teupah Selatan Lobster 742.53 Labuhan Bajau Rumput Laut 37.66 Labuhan Bajau Kerapu 394.69 Tl. Lewak & Tl. Alafan Kakap 201.29 Tl. Lewak & Tl. Alafan 3 Alafan Lobster 67.5 Tl. Lewak & Tl. Alafan Rumput Laut 312.63 Tl. Lewak & Tl. Alafan Teripang 128.14 Tl. Lewak & Tl. Alafan Kerapu 42.70 Teluk Sibigo Kakap 361.6 Teluk Sibigo 4 Simeulue Barat Lobster 38.1 Teluk Sibigo Rumput Laut 12.53 Teluk Sibigo Teripang 6.83 Teluk Sibigo
1
Kerapu 184.31 Kakap 245.21 5 Teluk Dalam Lobster 120.6 Rumput Laut 58.77 Teripang 28.45 Sumber: Data Publikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Simeulue, 2010
Teluk Dalam Teluk Dalam Teluk Dalam Teluk Dalam Teluk Dalam
Salah satu jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivalis) karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan harga Rp.100.000,- sampai Rp.150.000,- per kilogram bagi ikan kerapu tikus hidup di perairan dangkal sekitar 5-30 meter. (Suara Karya 25 Mei 2011, hal.7). Sebagaimana penjelasan pada tabel 1 di atas, budidaya ikan khususnya ikan kerapu di lima kecamatan, memperlihatkan potensi yang besar untuk dapat dikelola, ditambah lagi bahwa potensi harga jual ikan kerapu jika dibanding ikan lainnya memiliki harga jual yang relatif baik. Oleh karena itu, budidaya ikan kerapu dapat dijadikan salah satu sumber usaha budidaya ikan laut. Disamping itu, terdapat beberapa kendala lainnya yaitu seperti keterbatasan sarana dan prasarana penangkapan, khususnya kemampuan armada penangkapan ikan (yang sebagian besar masih menggunakan perahu tanpa motor atau dengan motor-motor kecil) sehingga wilayah operasional penangkapan ikan terbatas sekitar pantai. Oleh karena itu, di beberapa daerah banyak mengalami padat tangkap namun areal penangkapan terbatas, sedangkan di areal lepas pantai (belum termasuk ZEE) kapasitas penangkapan masih terlalu longgar, sehingga produksi perikanan menjadi rendah. Sebagai contoh adalah kawasan Simeulue Timur (Sinabang) yang memiliki perairan sangat luas namun hanya memberikan kontribusi sekitar 2.163.60 ton terhadap produksi perikanan Simeulue tahun 2010, dan jumlah keseluruhan produksi ikan pada tahun 2010 sebesar 8.420,40 Ton (Statistik Perikanan Kabupaten Simeulue. 2011). Namun demikian, masih terbuka suatu peluang untuk mengembangkan agribisnis perikanan khususnya di Kabupaten Simeulu, yaitu melalui upaya pengembangan budidaya perikanan. Budidaya perikanan yang telah berkembangsaat ini, yaitu budidaya tambak mujair dan lele. Khusus untuk budidaya perikanan laut memang belum begitu populer, mengingat teknologi ini baru diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Di beberapa daerah, seperti di Pulau Simeulue usaha pengembangan budidaya perikanan laut (terutama dengan karamba jaring apung) masih kurang diminati, dari beberapa tahun belakangan ini yang sudah beroperasi misalnya budidaya udang barong/lobster, yang sudah berkembang dibeberapa daerah di Simeulue. Namun untuk ikan-ikan kerapu, meskipun jumlah yang ditangkap di alam hasilnya sangat terbatas, tetapi karena harga jual ikan kerapu (ukuran tertentu) sangat tinggi, maka hasil produksi yang sedikit itu tetap menguntungkan. Sedangkan ikan-ikan kerapu yang ukurannya kecil (belum memenuhi syarat) dapat dibudidayakan di karamba, yang beberapa bulan kemudian dapat dijual dalam keadaan hidup dengan harga mahal. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peluang usaha budidaya ikan kerapu ditinjau dari analisis SWOT? 2. Bagaimana peluang usaha, profil investasi budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue? Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peluang budidaya ikan kerapu dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis peluang usaha, profil investasi budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue.
METODE PENELITIAN Analisis SWOT Analisis SWOT yang digunakan untuk mengetahui kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) sekaligus menentukan peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dari usaha budidaya ikan kerapu. Analisis Investasi Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis perkiraan modal/biaya investasi dan biaya produksi. Menurut Sutojo, (2002:68) analisis ini dilakukan untuk melihat kelayakan dari usaha budidaya ikan kerapu, yang meliputi: analisis proyeksi rugi laba, analisis cash flow dan kelayakan investasi, analisis Payback Periode, analisis Net Present Value/NPV, analisis Internal Rate of Return/IRR, analisis Rate of Return on Investment/ROI dan analisis Break Event Point/BEP.
2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis SWOT Terhadap Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Kabupaten Simeulue. 1) Analisis faktor intenal (kekuatan) terhadap faktor eksternal (peluang) Tabel 2. Analisis internal dan eksternal antara kekuatan terhadap peluang Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Permintaan Pasar Tinggi
Daya saing masih rendah
Meningkatnya daya beli masyarakat.
O1
O2
O3
Faktor Internal Kekuatan (Streng) Lahan budidaya tersedia Modal Usaha Terjangkau Benih Ikan kerapu tersedia Dukungan kebijakan Pemerintah Jaringan distribusi yang luas
S1 S2 S3 S4
S5
Teknologi yang Permintaan mempermudah produksi dari jaringan luar daerah pemasaran O4 O5
1. Dengan adanya lahan budidaya yang tersedia, dan modal usaha yang mudah didapat, sehingga dapat memajukan produksi, serta bisa mendapat peluang terhadap permintaan pasar yang tinggi serta daya saing yang masih rendah. (S1,S2: O1,O2) 2. Dengan adanya lahan budidaya ikan kerapu dapat menjamin permintaan pasar yang tinggi dan peluang terhadap daya beli masyarakat yang meningkat. (S1: O1,O3) 3. Dukungan pemerintah dalam usaha budidaya, mempermudah dalam hal pemasaran, mengingat peluang dalam hal permintaan pasar yang tinggi baik yang datang dari dalam dan luar daerah. (S4:O1,05) 4. Ketersediaan benih yang masih cukup memudahkan untuk melakukan usaha dikarenakan daya saing yang rendah dapat meningkatkan produksi ikan budidaya serta dapat menjawab permintaan pasar yang tinggi. (S3:O1,O2). 5. Jaringan distribusi yang luas dapat memanfaatkan peluang permintaan produksi yang datang dari luar daerah, serta dapat memanfaatkan peluang teknologi yang mempermudah jaringan pemasaran agar lebih efisien. (S5:05,04)
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah) 2)
Analisis faktor intenal (kekuatan) terhadap faktor eksternal (ancaman) Tabel 3. Analisis internal dan eksternal antara kekuatan terhadap ancaman Faktor Eksternal Ancaman (Threat) Perubahan Pesaing yang Tak ada Terbatasnya semakin jaminan dukungan musim yang tidak gencar pasar sumber Faktor Internal menentu modal Kekuatan (Streng) T1 T2 T3 T4
Lahan budidaya tersedia
S1
Modal Usaha Terjangkau
S2
Munculnya produk subtitusi T5
1. Dengan dukungan kebijakan dari pemerintah serta modal usaha yang terjangkau dapat memperkecil ancaman terhadap munculnya produk subtitusi dengan mengelola hasil produksi yang lebih baik (S4:T5) 2. Dengan adanya dukungan kebijakan pemerintah diharapkan dapat meminimalisir ancaman terhadap dukungan sumber modal yang masih rendah, (S4:T4) 3. Dengan tersedianya lahan budidaya, benih ikan kerapu yang juga tersedia, diharapkan dapat meminimalisir jaminan pasar yang belum ada, serta meminimalisir terjadinya persaingan yang dilakukan pengusaha lain. (S1,S3:T3,T2) 4. Dengan jaringan distribusi yang luas memperkecil ancaman terhadap pesaing yang semakin banyak, serta munculnya produk subtitusi/pengganti. (S5:T2,T5)
Benih Ikan kerapu S3 tersedia Dukungan kebijakan S4 Pemerintah Jaringan distribusi yang S5 luas Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)
3
3)
Analisis faktor intenal (kelemahan) terhadap faktor eksternal (peluang) Tabel 4. Analisis internal dan eksternal antara kelemahan terhadap peluang Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Permintaan Pasar Tinggi
daya saing masih rendah
O1
O2
Faktor Internal Kelemahan (Wekkeness) Pakan Alami dan buatan terbatas
W1
Suplai Bibit terbatas
W2
Harga penjualan ikan hidup di daerah masih rendah
W3
Belum menerapkan manajemen budidaya yang benar
W4
Meningkatnya Teknologi daya beli yang masyarakat. mempermudah jaringan pemasaran O3 O4
Permintaan produksi dari luar daerah O5
1. Meningkatkan pembuatan pakan buatan dan perencanaan pembiakan bibit ikan kerapu untuk mendukung jumlah produksi sehingga dapat menangkap peluang dalam hal memenuhi permintaan pasar yang tinggi setiap tahunnya. (W1,W2:O1) 2. Menerapkan sistem manajemen budidaya ikan kerapu yang benar, guna meningkatkan jumlah produksi, sehingga berpeluang dalam memenuhi permintaan pasar, dan memanfaatkan teknologi dalam hal pemasaran yang akan dilakukan sehingga usaha budidaya ini lebih unggul dari pesaing lainnya. (W4:O1,O4) 3. Menekan jumlah penjualan produksi di daerah karena harga jual yang masih rendah, sehingga lebih difokuskan pada peluang permintaan produksi dari luar daerah dan bahkan ke luar negeri. (W3:O5)
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah) 4)
Analisis faktor intenal (kelemahan) terhadap faktor eksternal (ancaman) Tabel 5. Analisis internal dan eksternal antara kelemahan terhadap ancaman Ancaman (Threat) Eksternal Faktor Perubahan Pesaing Tak ada Terbatasnya Internal Faktor Kelemahan (Wekkeness)
Pakan Alami dan buatan terbatas
W1
Suplai Bibit terbatas
W2
Harga penjualan ikan hidup di daerah murah
W3
Belum menerapkan manajemen budidaya yang benar
W4
Munculnya musim yang jaminan dukungan produk yang tidak semakin pasar sumber subtitusi menentu gencar modal T T T T T 1 2 3 4 5 1. Meningkatkan jumlah pakan secara buatan, serta pembiakan bibit ikan kerapu guna memperkecil ancaman yang diakibatkan iklim yang tidak menentu sehingga berpengaruh buruk terhadap usaha budidaya ikan kerapu. (W1,W2: T1) 2. Peningkatan sistem manajemen yang benar guna memperkecil ancaman terhadap mutu produksi yang belum memiliki standar, serta terhadap ancaman tidak adanya jaminan pasar. (W4:T2,T3) 3. Menerapkan sistim manajemen budidaya yang benar dalam meminimalisir ancaman terhadap persaingan antar usaha yang senakin gencar. (W4:T2)
Sumber: Data Primer, 2013 (diolah) Setelah menggunakan analsisis SWOT dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan kerapu yang dilakukan di Kabupaten Simeulue bisa dan layak untuk dilakukan/dijalankan, karena sangat memiliki peluang yang sangat besar. Lokasi usaha juga strategis, serta jaringan pemasaran/faktor pasar yang luas membuat usaha ini akan cepat berkembang, dan dengan memanfaatkan peluang yang ada sehingga usaha tersebut dapat meberikan nilai ekonomi yang maksimal. Analisis Investasi A. Analisis Proyeksi Rugi Laba Perhitungan/analisis rugi laba dari usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di Kabupaten Simeulue ini didasarkan pada asumsi-asumsi seperti yang telah dikemukakan terdahulu. Hasil analisisnya seperti ditunjukkan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Analisis Rugi Laba Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Kabupaten Simeulue selama lima tahun produksi No Uraian Total (Rp) 1
Total Biaya
497.032.650.-
2
Total Penerimaan
758.500.000.-
3
Pajak Penghasilan (15%)
Total Pendapatan Bersih setelah Pajak Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)
113.775.000.644. 757.975.-
4
Dari Tabel 4.6, terlihat bahwa usaha budidaya ikan kerapu selama 5 tahun atau 5 kali siklus produksi memberikan pendapatan bersih setelah pajak sebesar Rp. 644.757.975,- Rinciannya, dapat disimak pada Lampiran 3. Analisis Cash Flow dan Kelayakan Investasi Analisis ini menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan arus pengeluaran dari usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA selama 5 tahun usaha. Terlihat bahwa, investasi dibidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada mampu memberikan surplus pendapatan bagi pihak investor. Kriteria-kriteria kelayakan finansial dari usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di Kabupaten Simeulue sebagai berikut: Tabel 7. Kriteria Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Kabupaten Simeulue No. Keriteria Investasi Nilai Kriteria 1 Net Present Value/NPV pada DF 18% Rp 73.611.833 2 Net B/C Ratio pada DF 18% 1,19 3 Internal Rate of Return/IRR (%) 2,38 4 Payback Period/PP Tahun Ke-1 (0,93 kali proses Produksi) 5 Rate of Return On Investment/ROI (%) 23,9 6 Break Even Point/BEP: Unit/ kg 2.533 kg Harga 585.794 /kg Sumber: Data Primer, 2013 (diolah) Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa analisis ekonomi terhadap usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue dimana nilai NPV pada diskon faktor 18% adalah 73.611.833.-, dengan BCR 1,19%, untuk Payback Periode atau pengembalian kembali modal berkisar pada produksi 0,93 kali produksi, berarti tidak penuh satu kali putaran produksi modal usaha sudah kembali. Untuk BEP atau siklus produksi tidak mengalami untung maupun rugi terjadi pada saat BEP unit 2.533 Kg, sedangkan untuk BEP harga terjadi pada saat harga 585.794 Rupiah. Analisis Payback Period Dari Tabel 7, terlihat bahwa dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun atau tepatnya 0,93 kali proses produksi dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali. Analisis Net Present Value/NPV Dari Tabel 7, terlihat bahwa dari total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di Kabupaten Simeulue, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) sebesar Rp. 73.611.833,- dengan Net B/C Ratio sebesar 1,19 pada tingkat diskonto (DF) 18%. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue secara finansial layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi. Analisis Internal Rate of Return/IRR Hasil analisis diperoleh IRR sebesar 2,38% yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 18% per tahun, karena pada tingkat suku bunga 2,38% nilai NPV adalah 0, berarti menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue adalah layak untuk diusahakan. Analisis Rate of Return On Investment/ROI Hasil analisis diperoleh nilai ROI untuk investasi usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di Kabupaten Simeulue sebesar 23,9%. Dengan demikian analisa usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue selama lima tahun/lima kali siklus produksi dengan tingkat pengembalian modal sebesar 23,9%, dengan kata lain, usaha budiday ikan krapu di Kabupaten Simeulue layak secara ekonomis. Analisis Break Even Point/BEP Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk mencapai BEP, maka jumlah hasil budidaya ikan kerapu ini setiap tahunnya minimum sebanyak 585,794 kg atau dengan harga jual Rp. 2.533,- per kilogram. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa tingkat produksi yang tidak mengalami rugi atau untung terjadi pada saat jumlah produksi sebanyak 585,794 kilogram, dan pada saat harga jual 2.533 rupiah. Dengan dilakukannya analisis ekonomi terhadap usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung di Kabupaten Simeulue dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha budi daya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue bisa dilaksanakan dan memiliki nilai investasi yang relatif rendah serta dapat memberikan keuntungan yang sangat besar.
5
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah di bahas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simeulu, maka pengembangan bidang atau komoditas potensial yang didukung oleh sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta prasarana dan sarana penunjang yang tersedia baik jumlah maupun kualitas yang memadai, mutlak menjadi bahan pertimbangan. 2) Budidaya ikan kerapu pada sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha yang mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan di Kabupaten Simeulue. Hal ini karena Kabupaten Simeulue sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan laut yang memiliki potensi sumberdaya laut yang tinggi, tersedianya prasarana dan sarana baik fisik kewilayahan maupun sumberdaya perikanan yang cukup memadai, tersedianya pasar potensial, serta adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah. 3) Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa peluang yang sangat dominan dalam usaha budidaya ikan kerapu adalah pasar yang potensial, daya saing yang masih rendah, dan tersedianya lahan budidaya yang sangat efisien. 4) Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue sangat fisibel untuk dijadikan usaha investasi bagi para investor. Dalam 1 (satu) tahun usaha budidaya ikan kerapu dengan tingkat suku bunga (DF) 18% mendapat nilai keuntungan sebesar 73.611.833.-, dengan BCR 1,19%, untuk Payback Periode atau pengembalian kembali modal berkisar pada produksi 0,93 kali produksi, berarti tidak penuh dua kali putaran produksi modal usaha sudah kembali. Untuk BEP atau siklus produksi tidak mengalami untung maupun rugi terjadi pada saat BEP unit 2.533 Kg, sedangkan untuk BEP harga terjadi pada saat harga 585.794 Rupiah. SARAN 1. Kegiatan investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Simeulue sebaiknya mendapatkan respon dan perhatian dari Pemerintah Daerah, bersama pihak-pihak terkait untuk siap membantu dan memfasilitasi terhadap berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi investor atau nelayan di Kabupaten Simeulue dalam melakukan usaha budidaya ikan kerapu. 2. Untuk meningkatkan peluang yang besar dalam usaha budidaya ikan kerapu, diharapkan kepada nelayan/investor menerapkan sistem manajemen yang benar dan transparan, sehingga pengevaluasian usaha dapat dilakukan secara efektif dan efisien. 3. Meskipun investasi di bidang budidaya ikan kerapu ini bersifat terbuka dan tidak harus bermitra, tetapi disarankan untuk dikembangkan dengan berbagai kemitraan, apakah dengan pemerintah ataupun dengan lembaga terkait untuk mensosialisi pembudidayaan ikan kerapu yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Assauri Sofjan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Buffa, Elwood S. 1994. Manajemen Produksi dan Operasi. Jilid Pertama. Penerbit gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan Simeulue. Statistik Perikanan Kabupaten Simeulue Tahun 2011 Direktorat Jenderal Perikanan Indonesia. Statistik Perikanan Indonesia 2010. Kordi, M.G. 2005. Budidaya Ikan Laut di Karamba Jaring Apung. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Mardiasmo. 2003. Perpajakan, Edisi kelima, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta. Rangkuti, F.1998. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Ketiga, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. J.akarta Reksohadiprojo Sukanto. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Rukmana, R. 1997. Ikan Kerapu Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sukanto. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Penerbit Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sutojo, Siswanto. 2002. Studi Kelayakan Proyek, Konsep, Teknik dan Proses. Penerbit PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta. Tabloid Suara Karya 25 Mei 2011,hal.7 Umar, Husein. 1999. Studi Kelayakan Bisnis, Cetakan Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Tahun 2000 Tentang Perpajakan. Penerbit Citra Umbara, Bandung.
6