Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama
PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN Ca2+, Mg2+, Na+ DAN SODIUM ADSORPTION RATIO (SAR) POC EFFECT OF C/N RATIO FROM DAIRY CATTLE WASTE AND RICE STRAW ON THE CONTENT OF Ca2+, Mg2+, Na+, AND SODIUM ADSORPTION RATIO(SAR) LIQUID ORGANIC FERTILIZER Agung Nurdin Pratama*
Universitas Padjadjaran Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan Ca2+, Mg2+, Na+, dan sodium adsorption ratio(SAR) pupuk organik cair. Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) berpola faktorial 3x 6. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Sumedang pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016. Penelitian dilakukan dengan perlakuan, yaitu : P1 (dengan imbangan nisbah C/N 25), P2 (dengan imbangan nisbah C/N 30), dan P3 (dengan imbangan nisbah C/N 35). Peubah yang diamati adalah kandungan Ca2+, Mg2+, Na+, dan SAR. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data diuji menggunakan analisis sidik ragam dan uji jarak Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca2+, Mg2+, dan Na+, namun tidak berpengaruh nyata terhadap SAR. P1 menghasilkan kandungan Ca2+, dan Mg2+ tertinggi dengan nilai SAR yang optimum.
Kata kunci: Nisbah C/N, feses sapi perah, jerami padi, POC, SAR
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama ABSTRACT The study aimed to determined the effect of C/N ratio from dairy cattle waste and rice straw on the content of Ca2+, Mg2+, Na+, and sodium adsorption ratio(SAR) liquid organic fertilizer. The method used in this study was an experimental by using completely randomized design with 3 x 6 factorial. The study conducted in Microbiology and Waste Management Laboratory, Faculty of Animal Husbandy, Padjadjaran University, Sumedang from January 2016 until June 2016. Treatements of study were: P1(with C/N 25), P2(with C/N 30), P3( with C/N 35). Parameters observed were content of Ca2+, Mg2+, Na+, and SAR value. To determine the effect of treatment, the data were analyzed by the analysis of variance and the Tukey test. The result showed C/N ratio from dairy cattle waste and rice straw had signifacant effect for content of Ca2+, Mg2+, Na+, but had no effect for SAR value. P1 produced highest contents of Ca2+and Mg2+ with optimum SAR values. Keywords: C/N ratio, dairy cattle waste, rice straw, liquid organic fertilizer, SAR
Pendahuluan Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu sebagai produksi utama juga menghasilkan limbah. Limbah peternakan tersebut sebagian besar terdiri dari limbah ternak khususnya feses. Feses hampir seluruhnya terdiri atas bahan organik yang kalau tidak dikelola dengan benar bisa menimbulkan pencemaran. Sebaliknya kalau dikelola dengan benar bahan organik akan jadi sumber daya untuk pupuk.
Bahan organik tersebut diuraikan oleh
mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi dan juga mikroorganisme tersebut bisa menjadi sumber daya untuk pupuk juga. Dengan proses pengomposan, mikroorganisme akan berkembang biak. Pengomposan adalah suatu proses dekomposisi yang mengkonversikan bahan organik padat menjadi produk yang stabil pada kondisi lingkungan yang terkendali (Merkel, 1981). Persyaratan pengomposan, yaitu: mikroorganisme, nisbah C/N, kadar air, dan oksigen(Merkel, 1981).
Feses sapi perah mempunyai nisbah C/N yang lebih rendah dari
persyaratan. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan pengomposan, feses sapi perah harus dicampur dengan bahan organik yang mempunyai nisbah C/N yang tinggi, salah satunya adalah jerami padi. Pada proses pengomposan, bahan organik dalam kompos yaitu C dan N terjadi mineralisasi. Proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara makro N, P, K dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil untuk Ca2+, Mg2+, dan Na+ (Agusni dan Satriawan, 2012).
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama Kualitas POC meliputi kandungan unsur makro dan mikro, unsur makro meliputi Ca2+, Mg2+, dan Na+. Kandungan Ca yang cukup mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman serta meningkatkan kualitas buah. Kandungan Mg yang cukup mampu meningkatkan pembentukan klorofil serta dapat memperlancar proses fotosintesis. Dan kandungan Na yang cukup akan mencegah penyerapan K yang berlebih. 2+
2+
Ketiga unsur hara tersebut berubah menjadi ion
+
diantaranya Ca , Mg ,dan Na ketika diserap oleh koloid-koloid tanah, dan mempengaruhi nilai sodium adsorption ratio(SAR) yang menggambarkan nilai perbandingan konsentrasi dari Na+, Ca2+, dan Mg2+. Nilai SAR yang tinggi akan menghalangi penyerapan unsur hara lainnya dari tanah sehingga akan merusak struktur tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Perhitungan nilai SAR menggunakan rumus menurut U.S. Salinity Laboratory dalam Richards (1954):
=
[ 1 ([ 2
] ]+ [
])
Keterangan : SAR
: Nilai perbandingan konsentrasi dari Na+, Ca2+, dan Mg2+
Ca2+
: Jumlah kationCa (meq/liter).
Mg2+
: Jumlah kation Mg (meq/liter).
Na+
: Jumlah kation Na (meq/liter).
Bahan dan Metode 1.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12,24 kg feses sapi perah, 36,5 kg jerami padi, 12,36 kg air mentah, dan 120 liter air panas 1000C. Bahan analisis C dan N menggunakan bahan analisis Walkley-Black dan Kjeldahl. Bahan analisis Ca2+, Mg2+,dan Na+ menggunakan bahan analisis makromineral. Untuk Perhitungan jumlah bahan sesuai nisbah C/N yang ditentukan untuk menentukan jumlah masing-masing bahan campuran menurut CSIRO (1979) dilakukan dengan menggunakan rumus:
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama
ℎ /
2.
=
% 1+% 2 % 1+% 2
Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental kuantitatif dengan
peubah yang diamati adalah kandungan Ca2+ pupuk organik cair (ppm), kandungan Mg2+ pupuk organik cair (ppm), kandungan Na+ pupuk organik cair (ppm), dan nilai sodium adsorption ratio (SAR) pupuk organik cair. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Pengolahan Limbah Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016. Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Percobaan ini memiliki 3 macam perlakuan dan masing-masing diulang
sebanyak 6 kali, sehingga diperoleh 18 sampel perlakuan. Ketiga perlakuan tersebut, adalah : P1 = campuran feses sapi perah dan jerami padi dengan nisbah C/N 25, P2 = campuran feses sapi perah dan jerami padi dengan nisbah C/N 30, dan P3 = campuran feses sapi perah dan jerami padi dengan nisbah C/N 35. Analisis statistiknya menggunakan analisis sidik ragam dan uji lanjutnya adalah Uji Tukey.
Hasil dan Pembahasan 1.
Pengaruh Nisbah C/N Terhadap Kandungan Ca2+ POC Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N pada proses pembuatan pupuk organik cair
campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap rata-rata kandungan Ca2+ pupuk organik cair, dapat dilihat pada Tabel 1 yang dapat dilihat bahwa ada perbedaan rata-rata kandungan Ca2+ pupuk organik cair. Perlakuan P1 menghasilkan kandungan sebesar 9,14 ppm, P2 sebesar 5,92 ppm, dan P3 sebesar 5,08 ppm.
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama Tabel 1. Rata-rata Kandungan Ca2+ Pupuk Organik Cair Ulangan P1 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rataan Keterangan :
9,55 7,96 9,07 9,12 9,09 10,04 54,82 9,14
Perlakuan P2 …. ppm …. 7,02 6,18 5,07 7,36 5,86 4,02 35,50 5,92
P3 4,64 5,06 4,75 4,63 4,49 6,94 30,51 5,08
P1 = Perlakuan nisbah C/N 25 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P2 = Perlakuan nisbah C/N 30 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P3 = Perlakuan nisbah C/N 35 campuran feses sapi perah dan jerami padi. Data analisis kandungan Ca2+ yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis sidik ragam yang menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (fhit>ftabel) terhadap kandungan Ca2+ pupuk organik cair campuran feses sapi perah dan jerami padi. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Tukey (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Ca2+ (α.0.05) Rata-rata kadar Ca2+ Signifikansi (α 0.05) …. ppm…. P3 5,08 a P2 5,92 a P1 9,14 b Keterangan: Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan berbeda tidak nyata. Perlakuan
Tabel 2., menunjukkan bahwa P1(9,14 ppm) menghasilkan kandungan Ca2+ POC yang berbeda nyata dari P3 (5,08 ppm) dan P2 (5,92 ppm). Namun P2 tidak berbeda nyata dengan P3. Dari data pengamatan di atas dapat dilihat bahwa kandungan rata-rata Ca2+ tertinggi terkandung di P1 (C/N 25) sebanyak 9,14 ppm dan untuk kandungan rata-rata Ca2+ terendah terkandung di P3 (C/N 35) sebanyak 5,08 ppm. Ca2+ dalam POC merupakan hasil penguraian mikroorganisme yang tumbuh pada proses dekomposisi awal yang kemudian terekstrasi dalam POC. Pada
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama perlakuan C/N 25, kandungan proteinnya paling tinggi sebanyak 6,86% dibanding dengan C/N 30 sebanyak 5,91%, dan C/N 35 sebanyak 5,80%. Kandungan protein yang tinggi dalam kompos C/N 25 menyebabkan terjadinya pertumbuhan biomassa paling tinggi sehingga ketika diekstraksi jumlah Ca2+ pada C/N 25 paling tinggi dibanding C/N 30 dan C/N 35. Fungsi protein adalah perbaikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel, jaringan dan organ. Protein disusun oleh unsur karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen. Unsur karbon dan nitrogen didapat dari campuran feses sapi perah dan jerami padi.
Mikroorganisme memerlukan nutrisi berupa: a) energi,
biasanya diperoleh dari substansi yang mengandung karbon, b) nitrogen untuk sintesis protein, c) vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan, dan d) Mineral(Britton, 1999).
2.
Pengaruh Nisbah C/N Terhadap Kandungan Mg2+ Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N pada proses pembuatan pupuk organik cair
campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap rata-rata kandungan Mg2+ pupuk organik cair, dapat dilihat pada Tabel 3., yang dapat dilihat bahwa ada perbedaan rata-rata kandungan Mg2+. Perlakuan P1 menghasilkan kandungan sebesar 8,34 ppm, P2 sebesar 6,31 ppm, dan P3 sebesar 6,33 ppm. Tabel 3. Rata-rata Kandungan Mg2+ Pupuk Organik Cair Keterangan : Ulangan
Perlakuan P2 P3 …. ppm …. 1 8,31 6,14 7,68 2 8,33 6,15 5,98 3 8,30 7,84 5,84 4 8,34 5,93 6,20 5 8,40 5,90 6,18 6 8,34 5,93 6,08 Jumlah 50,01 37,89 37,95 Rataan 8,34 6,31 6,33 P1 = Perlakuan nisbah C/N 25 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P1
P2 = Perlakuan nisbah C/N 30 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P3 = Perlakuan nisbah C/N 35 campuran feses sapi perah dan jerami padi.
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama
Data analisis kandungan Mg2+(ppm) yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis sidik ragam yang menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda nyata (fhitung>ftabel) terhadap kandungan Mg2+ pupuk organik cair campuran feses sapi perah dan jerami padi. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Tukey (Tabel 4). Tabel 4. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Mg2+ (α.0.05) Rata-rata kadar Mg2+ Perlakuan …. ppm…. Signifikansi (α 0.05) P2 6,31 a P3 6,33 a P1 8,34 b Keterangan: Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan berbeda tidak nyata.
Data di Tabel 4. menunjukan bahwa P1(8,34 ppm) menghasilkan kandungan Mg2+ yang berbeda nyata dengan P2(6,31 ppm) dan P3(6,33 ppm). Namun P2 tidak berbeda nyata dengan P3. Dari data pengamatan di atas dapat dilihat bahwa kandungan rata-rata Mg2+ tertinggi terdapat di P1 (C/N 25) sebanyak 8,34 ppm dan untuk terendah di P2 (C/N 30). Pada awal proses pengomposan, mikroba membutuhkan karbon sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan nitrogen untuk sintesis protein(Marlina, 2009). Mg2+ dalam POC merupakan hasil penguraian mikroorganisme yang tumbuh pada proses dekomposisi awal yang kemudian terekstrasi dalam POC. Pada perlakuan C/N 25, kandungan proteinnya paling tinggi sebanyak 6,86% dibanding dengan C/N 30 sebanyak 5,91%, dan C/N 35 sebanyak 5,80%. Kandungan protein yang tinggi dalam kompos C/N 25, menyebabkan terjadinya pertumbuhan biomassa paling tinggi sehingga ketika diekstraksi jumlah Mg2+ pada C/N 25 paling tinggi dibanding C/N 30 dan C/N 35. Produksi biomassa akan mempengaruhi proses mineralisasi. Yang artinya, makin banyak mikroorganisme yang bekerja untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik, yaitu salah satu Mg2+. Hal ini sejalan dengan pendapat CSIRO (1979) bahwa kandungan Ca2+ dan Mg2+ dalam kompos diperoleh dari proses mineralisasi bahan organik komposan menjadi senyawa·senyawa anorganik (mineral) yang sederhana oleh mikroorganisme.
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama 3.
Pengaruh Nisbah C/N Terhadap Kandungan Na+ Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N pada proses pembuatan pupuk organik cair
campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap rata-rata kandungan Na+ pupuk organik cair, dapat dilihat pada Tabel 5 yang memperlihatkan bahwa ada perbedaan rata-rata kandungan Na+. Perlakuan P1 menghasilkan kandungan sebesar 58,10 ppm, P2 sebesar 47,02 ppm, dan P3 sebesar 42,86 ppm. Tabel 5. Rata-rata Kandungan Na+ Pupuk Organik Cair Ulangan P1
Perlakuan P2 …. ppm …. 55,52 51,26 40,80 53,58 40,50 40,48 282,14 47,02
P3
1 64,93 35,88 2 62,30 38,36 3 53,30 42,46 4 58,40 37,66 5 49,65 52,60 6 60,05 50,20 Jumlah 348,63 257,16 Rataan 58,10 42,86 Keterangan: P1 = Perlakuan nisbah C/N 25 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P2 = Perlakuan nisbah C/N 30 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P3 = Perlakuan nisbah C/N 35 campuran feses sapi perah dan jerami padi.
Data analisis kandungan Na+ yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis sidik ragam yang menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata (fhitung>ftabel)terhadap kandungan Na+ pupuk organik cair campuran feses sapi perah dan jerami padi.Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Tukey (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Na+ (α.0.05) Rata-rata kadar Na+ Signifikansi (α 0.05) …. ppm…. P3 42,86 a P2 47,02 a P1 57,10 b Keterangan: Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan berbeda tidak nyata. Perlakuan
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama
Data di Tabel 6., menunjukan bahwa P1(57,10 ppm) menghasilkan kandungan Na+ yang berbeda nyata dengan P2(47,02 ppm) dan P3(42,86 ppm). Namun P2 tidak berbeda nyata dengan P3. Dari data pengamatan di atas dapat dilihat bahwa kandungan rata-rata Na+ terendah ada di P3 (C/N 35) sebanyak 42,86 ppm. Na+ dalam POC merupakan hasil penguraian mikroorganisme yang tumbuh pada proses dekomposisi awal yang kemudian terekstrasi dalam POC. Pada perlakuan C/N 35, kandungan proteinnya paling rendah sebanyak 5,80% dibanding dengan C/N 30 sebanyak 5,91%, dan C/N 25 sebanyak 6,86%. Kandungan protein yang rendah dalam kompos C/N 35, menyebabkan terjadinya pertumbuhan biomassa paling rendah sehingga ketika diekstraksi jumlah Na+ pada C/N 35 paling rendah dibanding C/N 30 dan C/N 25. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah komposisi karbon lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga menghasilkan kandungan Na+ yang paling rendah.
Kandungan Na+ yang rendah
tersebut disebabkan oleh jerami padi yang mengandung karbon tinggi, sehingga mengakibatkan penurunan total natrium dalam substrat. Hal tersebut sesuai dengan Sangodoyin dan Amori (2013) bahwa terdapat korelasi negatif yang kuat antara total karbon organik dan total natrium dalam substrat, dimana total karbon organik yang tinggi akan menurunkan total natrium. Menurut Hansen et al., (2004) bahwa kandungan Na+ terbaik adalah rendah, kandungan Na+ yang tinggi menghalangi penyerapan unsur hara K+, Ca2+, dan Mg2+ dari tanah. Dan juga kandungan Na+ yang tinggi bisa menghambat laju fotosintesis. Natrium (Na+) sebagai unsur hara mikro bagi tanaman bayam yang memiliki lintasan fotosintesis C-4, karena dalam keadaan kekurangan natrium, pengangkutan CO2 ke sel menurun, sehingga membatasi laju fotosintesis (Hopkins, dalam Fatonah, 2010).
4.
Pengaruh Nisbah C/N Terhadap Nilai Sodium Adsorption Ratio(SAR) Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N pada proses pembuatan pupuk organik cair
campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap rata-rata nilai sodium adsorption ratio (SAR) pupuk organik cair, dapat dilihat pada Tabel 7., yang memperlihatkan bahwa ada perbedaan rata-rata kandungan SAR. Perlakuan menghasilkan rata-rata nilai sebesar P1 = 3,34, P2 = 3,20, dan P3 = 3.00.
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama Tabel 7. Rata-rata Nilai Sodium Adsorption Ratio (SAR) Pupuk Organik Cair Ulangan 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rataan
P1 3,70 3,68 3,07 3,36 2,85 3,39 20,06 3,34
Perlakuan P2 3,69 3,49 2,65 3,56 2,82 3,00 19,21 3,20
P3 2,37 2,73 3,08 2,69 3,78 3,35 18,01 3,00
Keterangan : P1 = Perlakuan nisbah C/N 25 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P2 = Perlakuan nisbah C/N 30 campuran feses sapi perah dan jerami padi. P3 = Perlakuan nisbah C/N 35 campuran feses sapi perah dan jerami padi.
Data analisis kandungan SAR yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis sidik ragam (Lampiran 7) yang menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (fhitung
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama
Dengan nilai SAR yang rendah, maka kadar Na+ terkontrol aman sehingga kehadiran sodium/Na+ dalam tanaman tidak terlalu banyak menyerap unsur hara lainnya dan tidak merusak permeabilitas tanah. Nilai SAR optimum terdapat di P1 (C/N 25) karena memiliki nilai SAR dibawah 9, masuk kelas rendah (menurut standar klasifikasi air irigrasi berdasarkan U.S. Salinity Laboratory) dan memiliki kadar Ca2+ dan Mg2+ tertinggi. Tabel 8. Standar Klasifikasi Air Irigasi Berdasarkan U.S. Salinity Laboratory Kelas Rendah
Nilai SAR 0-9
Sedang
10-18
Tinggi
18-26
Sangat tinggi
>26
Keterangan Air dapat digunakan untuk hampir semua tanah dan tanaman dengan sedikit kemungkinan bahaya terhadap pembentukan kadar Na+ tinggi. Air ini berbahaya bagi tanah dan tanaman dengan tekstur halus yang mempunyai daya absorpsi tinggi. Air ini akan menghasilkan konsentrasi Na+ yang tinggi pada hampir semua tanah dan tanaman.. Air ini umumnya tidak baik untuk irigasi, kecuali pada tanah dengan kandungan garam (salinitas) sangat rendah.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai: “Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan Ca2+, Mg2+, Na+, dan Sodium Adsorption Ratio (SAR) POC”, maka dapat disimpulkan bahwa. 1. Berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi mampu mempengaruhi kandungan Ca2+, Mg2+, dan Na+, tapi tidak mempengaruhi pada nilai SAR. 2. Nisbah C/N 25 menghasilkan kandungan Ca2+ dan Mg2+ tertinggi serta nilai Sodium adsorption ratio pupuk organik cair yang optimum.
Kandungan Makro Mineral dan SAR dalam POC..............................................Agung N Pratama Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kepada para pembimbing, para staff dosen Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah, orang tua, saudara, sahabat, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian hingga penyusunan artikel ilmiah dapat diselesaikan.
Daftar Pustaka Agusni, dan Halus Satriawan. 2012. Perubahan Kualitas Tanah Ultisol Akibat Penambahan Berbagai Sumber Bahan Organik. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Universitas Almuslim Biruen, Aceh. 12(3):35. Britton, G., and Farombi, E. (1999). Antioxidant activity of palm oil carotenes in organic solution: effects of structure and chemical reactivity. Food Chemistry, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Division of Soils. 1979. Composting Making Soil Improver From Rubbish. Discovering Soils. 4,6. Fatonah, Siti., dkk. 2010. Pertumbuhan Vegetatif Bayam Cabut (Amaranthus Tricolor L.) Dengan Pemipikan Limbah Cair Kelapa Sawit (LCKS). Jurnal Teknobiologi, 1 (2) 2010: 91 – 99.Universitas Riau. Hansen, D.J., A.M. Blackmer, A.P. Mallarino, and M.A. Wuebker. 2004. Performance based evaluations of guidelines for nitrogen fertilizer application after animal manure. Journal Agronomy.Georgetown University, Gunaya.96: 37. Hem J D., (1991), Study and Interpretation Of The Chemical Characteristics Of Natural Water, 3rdedn. Book 2254, Scientific Publ. Jodhpur, India. Merkel. 1981. Managing Livestock Waste. AVI Publishing Company. USA. 307, 309. Richards, L.A. 1954. Diagnosis and Improvement of Saline and Alkali Soil.U.S.Departement of Agricultural Handbook, Vol.60.Washingtong D.C, USA. Sangodoyin, Y.A dan A.A. Amori. 2013. Aerobic Composting of Cassava Peels Using Cowdung, Sewage Sludge and Poultry Manure As Supplements. European Journal of Science and Technologi. Oyo State, Nigeria. 2(8):31-32.