Pakan Sapi dari Jerami Padi hasil Amoniasi dan Fermentasi Halim Zaini1), Muhammad Sami2) dan Ramzi Jalal3) 1
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe email:
[email protected] 2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe email:
[email protected] 3 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe email:
[email protected] Abstract Processing of rice straw with ammoniation process and fermentation through fodder IbM activities intended to change the pattern of majemen cattle ranch pattern towards effective and efficient. Ibm pilot simple form stable, nutritious animal feed and livestock management changes through with implementing health management and livestock fodder. Aspects of the provision of fodder production at any time, especially for feed consumption evenings creating growth and weight gain of cattle faster with feed consumption rate of 0.5 kg s / d 1 kg per cow for local cattle. Management aspects of the farmers more flexibility to adjust working time for various activities such as taking care of livestock, farming, bersawah and other employment matters. Feed production costs an average of IDR 525 / kg straw. The average income of IDR 322. 450, - per month per head. Keywords: straw processing, animal feed, feed consumption, income
Abstrak Pengolahan jerami padi dengan proses amoniasi dan fermentasi melalui kegiatan IbM pakan ternak dimaksudkan untuk melakukan perubahan pola majemen ternak ke arah pola peternakan yang efektif dan efisien. Ibm berupa kandang percontohan sederhana, pakan ternak bergizi dan perubahan pengelolaan ternak melalui dengan menerapkan manajemen pakan ternak serta kesehatan ternak. Aspek produksi penyediaan pakan ternak setiap saat, khususnya untuk pakan konsumsi malam hari menciptakan pertumbuhan dan pertambahan berat badan ternak lebih cepat dengan tingkat konsumsi pakan 0,5 kg s/d 1 kg per ekor bagi sapi lokal. Aspek manajemen para peternak lebih leluasa mengatur waktu kerja untuk berbagai aktifitas seperti mengurus ternak, bertani, bersawah dan urusan pekerjaan lainnya. Biaya produksi pakan rata-rata Rp 525/kg jerami. Pendapatan rata-rata Rp 322.450,- per bulan per ekor.
Kata Kunci : pengolahan jerami, pakan ternak, konsumsi pakan, pendapatan
1
1. Pendahuluan Sebagai negara agraris, Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya alam seperti sumber daya pertanian antara lain berupa tanaman padi lahan kering dan lahan basah. Berkaitan dengan ini ada suatu desa produktif dan teladan di Pemerintahan Kota Lhokseumawe Propinsi Aceh adalah Desa Jeulikat Mukim Makmu Kecamatan Blang Mangat memiliki lahan sawah sekitar 80 hektar dengan potensi limbah pertanian berupa jerami padi yang belum dimanfaatkan untuk pakan ternak dan potensi ternak sapi sebanyak 800 ekor. Kendala utama peternakan sapi di Desa Jeulikat tidak tersedianya pakan sapi terutama di antara musim turun ke sawah hingga masa panen padi. Pola peternakan yang diterapkan bersifat tradisonal secara turun temurun, dimana ternak dilepas pada pagi hari dan dikandangkan pada sore hari, bahkan tidak dikandangkan. Produksi jerami padi bervariasi sekitar 12-15 ton per hektar dalam satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietasnya. Potensi jerami padi dari limbah pertanian mencapai 41 juta ton bahan kering per tahun, dan sebagian besar dihasilkan di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, sulawesi dan Kalimantan. Menurut Komar (1984) hanya 31% jerami padi digunakan sebagai pakan, sedangkan 62% dibakar atau dibenamkan dan sisanya 7% untuk keperluan industri. Jerami padi segar melimpah pada saat musim panen ditumpuk ditengah sawah, dipinggir pematang sawah, dipinggir jalan dan dibiarkan begitu saja lama kelamaan membusuk atau dibakar. Padahal ketersediaan jerami padi cukup potensial dimanfaatkan sebagai cadangan pakan di musim kemarau dengan cara meningkatkan nilai gizi dan kecernaannya melalui teknologi fermentasi, amoniasi, amoniasi dan fermentasi. Kandungan kimia jerami padi terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika termasuk bahan yang masih berkualitas rendah bahan pakan ruminansia, namun dapat ditingkatkan kualitasnya melalui proses amoniasi menggunakan dosis urea sekitar 4 – 6 persen dari berat jerami, dengan fermentasi menggunakan bantuan probiotik, atau dengan molase dan dedak. Martin dan Nisbet (1990) dalam Padmowijono (1999) menyatakan bahwa probiotik adalah natural additive berupa mikroba hidup yang mampu menaikkan kecernaan dinding sel tanaman dan protein kasar. Mikroba selulolitik yang terdapat dalam probiotik akan menghasilkan enzim selulase yang akan membantu pemecahan ikatan lignoselulosa, sehingga tingkat kecernaan jerami meningkat. Permasalahan tentang keterbatasan pakan ternak dapat diatasi melalui pengolahan jerami untuk sediaan pakan ternak melalui proses amoniasi dan fermentasi. Keberhasilan pembuatan pakan akan dapat memberikan perbaikan/ perubahan pengelolaan ternak yang efektif dan efisien, dimana pakan ternak yang dihasilkan dapat digunakan setiap saat, pagi, siang dan malam hari baik di masa musim tanam maupun sebaliknya serta akan menciptakan pertumbuhan dan pertambahan berat badan ternak secara cepat dibandingkan sebelum tersedianya pakan jerami padi. Aspek manajemen para peternak lebih leluasa mengatur waktu kerja untuk berbagai aktifitas seperti mengurus ternak, bertani, bersawah dan urusan pekerjaan lainnya. Selain itu tersedianya pakan ternak dari hasil amoniasi dan fermentasi akan dapat menghemat waktu peternak untuk mencari pakan ternak dan mengurangi kuantitas rumput segar dan menggantikan sebahagiannya dengan pakan hasil amniasi dan fermentasi. Metode pembuatan pakan ternak dapat dilakukan dengan metode fermentasi, metode amoniasi serta dengan metode amoniasi dan fermentasi. Menurut Lestari (2013), metode fermentasi dapat menggunakan bahan jerami padi, urea, probiotik dan air seperlunya. Metode amoniasi menggunakan bahan jerami padi, urea dan dapat dilakukan secara kering dan basah. Metode basah sejumlah jerami padi (100 kg), urea 4 kg dan air 100 liter ≈ 100 kg ( urea : air : jerami = 4 kg : 100 kg : 100 kg) = 0,04 : 1 : 1. Selain itu dapat juga menggunakan metode amoniasi dan fermentasi dengan bahan terdiri dari jerami padi, dedak, molase, probiobitik, urea dan air. Yulianis (2009), fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan yang mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik seperti starbio, starbioplus, EM-4. Komposisi jerami padi tanpa pengolahan terdiri dari serat kasar 37,27%; 2
lemak 1,20%,protein kasar 3,45%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 37,27%, abu 25,06%. Hasil amoniasi serat kasar 35,90%; lemak 1,21%; protein kasar 6,66%, BETN 31,76%; kadar abu 25,18%. (Soepranianondo.2007). Jerami padi fermentasi mempunyai kandungan protein lebih tinggi dari jerami non fermentasi sekitar 7-9%, lebih mudah dicerna, beraroma harum karamel dan lebih higienis. Padmowijono (1999), komposisi kimia jerami segar bahan keringb92,81% ; protein kasar 4,74% ; lemak kasar 0,88%. Jerami fermentasi bahan kering 92,46 – 93,70% ; protein kasar 7,09 – 7,72% ; lemak kasar 1,17 – 1,23%. 2. Metodologi Metode pembuatan pakan ternak sapi potong menggunakan metode amnoniasi dan fermentasi dengan menggunakan jerami yang sudah dilayukan sebanyak 50 kg , dedak, gula merah, EM-4, dan air. Perbandingan jerami : air : urea = 1 : 1 : 0,04. Bahan lainnya terhadap jerami seperi dedak sebanyak 5%, gula merah 1% dan probiotik (EM-4) juga 1%. Dalam hal ini untuk 50 kg jerami ditambahkan urea 2 kg, dedak 2.5 kg, gula merah 0,5 kg dan EM-4 ½ liter.
3
2.1. Persiapan bahan Lurutkan masing-masing 0,5 kg gula merah dengan air (± 5 liter) dan 2 kg urea dengan air (± 20 liter). Setelah larut campurkan larutan urea, larutan gula dan EM-4 aduk hingga campuran merata atau homogen. Bahan jerami sebanyak 50 kg (kering layu), dibagi 6 masing-masingnya sekitar 8,33 kg. Demikian juga dedak dibagi 6 masing-masingnya 0,42 kg. 2.2. Prosedur kerja Hamparkan diatas plastik dalam kotak berukuran ± 100 cm x 100 cm, padatkan dengan cara diinjak-injak, taburkan dedak diatasnya secara merata, kemudian siram secara merata dengan campuran homogen (urea, gula merah, EM-4). Lakukan hal yang sama sampai terbentuk 6 lapisan. Siram dengan air yang masih tersisa yang tidak digunakan dalam pembuatan larutan dari bagian atas tumpukan secara merata. Tutup tumpukan dengan plastik yang ada, ikat secara kuat dan berikan pemberat diatasnya. Biarkan tumpukan selama 21 hari untuk kesempatan terjadinya proses fermentasi. 2.3. Penggunaannya Setelah waktu 21 hari proses inkubasi atau proses fermentasi dihentikan dengan membuka plastik bagian atas. Ambil sejumlah yang diperlukan, diangin-anginkan diruang terbuka lebih kurang 2 hari untuk menghilangkan bau amonia. Selanjutnya pakan jerami padi dapat diberikan langsung atau dicampur dengan rumput segar ke ternak pagi hari, siang dan malam hari. 3. Hasil dan Pembahasan Komposisi kimia
Tabel 1 Komposisi kimia jerami padi amoniasi dan fermentasi Setelah proses Tanpa proses ± 6,0% ± 3,47% ± 1,2% ± 1,17% ± 35% ± 37,37%
Protein Kasar (PK) Lemak kasar (LK) Serat kasar (SK) 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00%
Proses
15.00%
Tanpa Proses
10.00% 5.00% 0.00% Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Gambar 1. Kandungan kimia jerami padi (%)
4
Hasil pengolahan jerami padi secara amoniasi dan fermentasi memperlihatkan kenaikan kadar protein kasar hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kadar protein kasar bahan baku jerami tanpa fermentasi. Sebelumnya juga hasil amoniasi (Soepranianondo.2007) menyatakan serat kasar 35,90%; lemak 1,21%; protein kasar 6,66%, BETN 31,76%; kadar abu 25,18%.. Jerami padi fermentasi mempunyai kandungan protein lebih tinggi dari jerami non fermentasi sekitar 7-9%, lebih mudah dicerna, beraroma harum karamel dan lebih higienis. Tingginya kenaikan protein kasar menunjukkan pengaruh urea dan penambahan probiotik (EM-4). Penambahan urea CO-(NH2)2 merupakan sumber nitrogen (N) dengan kandungan nitrogen 46,67% (28 gr N/60 gr urea). Kadar lemak kasar hasil proses kondisinya tidak berbeda atau relatif sama dengan jerami padi semula, sedangkan kandungan seratnya sedikit lebih rendah dari semua. Hal ini disebabkan sebagian serat seperti lignoselulosa mengalami degradasi sehingga mengurangi kandungan kimia serat. Tingkat Konsumsi Pakan
Tabel 2 Tingkat Konsumsi Pakan Jerami Amoniasi dan Fermentasi ( Malam hari : gr) Sapi (1) ± 502 ± 653 ± 726 ± 864 ± 942 ± 737,4
Hari pertama (H1) Hari ke-dua (H2) Hari ke-tiga (H3) Hari ke-empat (H4) Hari ke-lima (H5) Rata-rata tingkat konsumsi
Sapi (2) ± 606 ± 762 ± 847 ± 928 ± 956 ± 819,8
1200 1000 800 Sapi (1) 600
Sapi (2)
400 200 0 H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2. Tingkat Konsumsi Jerami Padi Fermentasi Hari vs Konsumsi (gr) Penggunaan pakan ternak dari jerami hasil fermentasi menggunakan ternak sapi jenis lokal (Aceh), terlihat tingkat konsumsi dari sapi terhadap pakan yang diberikan semakin hari terjadi peningkatan. Pada kondisi awal sapi agak sulit mengkonsumsi pakan, karena sapi belum terbiasa terhadap pakan dari jerami hasil olahan. Selain bahan bersifat kering juga bahan masih menimbulkan bau amonia yang menyengat. Untuk mengatasi hal ini, pakan yang akan dikonsumsikan kepada ternak terlebih dahulu di-angin-anginkan dengan cara dihamparkan di ruang terbuka paling tidak selama dua hari. Pemberian pakan pada awalnya dalam bentuk campuran dengan rumput segar dan juga dicampur 5
sedikit larutan garam. Jika ternak sudah terbiasa porsi rumput segar dikurangi dan porsi pakan jerami ditingkatkan, sehingga ternak terbiasa dengan pakan jerami amoniasi dan fermentasi. Secara normal tingkat konsumsi sapi potong yang berumur 1 s/d 2 tahun terhadap pakan sebanyak 5 kg per ekor per hari, dimana pakan dapat diberikan 2 s/d 3 kali sehari pada waktu pagi, siang dan malam hari. Ternak yang sudah terbiasa mengkonsumsi pakan dari jerami fermentasi pemberian tidak perlu dicampur lagi dengan rumput segar. (Anonius, 2008). Pengambilan data hanya dilakukan untuk dua ekor ternak sapi lokal (Aceh) dengan umur relatif sama sekitar lebih kurang berumur 2 tahun. Berdasarkan data dan grafik di atas tingkat konsumsi sapi potong terhadap pakan ternak hasil amoniasi dan fermentasi relatif sama serta pada hari ke lima mendekati sama dan seterusnya. Tingkat Pendapatan Tabel 3. Tingkat Penghasilan atau Pendapatan Rata-rata/ekor/bulan. Harga Beli Harga Jual Keuntungan Waktu Pendapatan/ bulan No Rp Rp Kotor Rp 1 4.500.000,- 10.500.000,6.000.000,24 bulan 250.000,2 4.050.000,9.500.000,5.000.000,24 bulan 208.300,3 4.500.000,9.000.000,4.500.000,10 bulan 450.000,4 4.600.000,- 10.500.000,5.900.000,24 bulan 245.830,5 4.350.000,9.400.000,5.050.000,18 bulan 280.550,6 5.000.000,9.500.000,4.000.000,8 bulan 500.000,Pendapatan Rata-rata/ekor/bulan Rp. 322.450,Hasil survey langsung pendapatan peternak dari usaha peternakan atau usaha penggemukkan sapi lokal (Aceh) memperlihatkan pendapatan rata-rata per ekor per bulan berada sekitar Rp 322.500. Hal ini merupakan data terbaru pada kegiatan meugang Idul Adha 3 dan 4 Oktober 2014. Dampak ekonomi bagi peternak sapi potong yang memanfaatkan pakan hasil amoniasi dan fermentasi belum dapat diperoleh realitanya karena baru sekitar 15 hari mengkomsi pakan hasil proses. Namun sebagai bahan perbandingan penggunaan pakan hasil amoniasi dan fermentasi dari jenis sapi Ongole atau sapi Benggala dapat memberikan perkembangan dan pertumbuhan berat badan sapi sekitar 0,40 s/d 0,45 kg berat badan sapi per hari atau sekitar 12 s/d 13,5 kg. (Antonius, 2009). Andaikan jenis sapi lokal tingkat perkembangannya dan pertumbuhannya 40% dari jenis sapi Ongole, maka perkembangan dan pertumbuhan jenis sapi lokal sekiatar 0,16 s/d 0,18 kg per hari atau terjadi pertumbuhan dan pertambahan berat badan 4,8 s/d 5,4 kg per ekor per bulan. Andaikan harga rata-rata daging sapi per kg adalah Rp 100.000,-, maka pendapatan para peternakan per bulannya sekitar Rp 480.000,- s/d Rp 540.000,-. Hal ini jika dibandingkan dengan pendapat peternak sebelum menggunakan pakan jerami padi fermentasi Rp 322.500,- terjadi peningkatan pendapatan rata-rata per bulan sekitar 58,14%. Aspek ekomis pakan fermentasi adalah sebagai tabel berikut: Tabel 5. Perhitungan Biaya Produksi Jerami Amoniasi dan Fermentasi Uraian Volume Pengumpulan jerami segar 100 kg Pengangkutan ke tempat 1 paket Urea (4%) 4 kg Dedak (5%) 5 kg Molase (gula tebu) (2%) 2 kg Probiotik/EM4 (2%) 2 liter Plastik, dllnya 1 paket Total biaya yang diperlukan Biaya produksi rata-rata per kg pakan
Harga Sat.Rp Total Harga Rp. 1.000,100.000,50.000,50.000,2.000,8.000,3.500,35.000,25.000,50.000,30.000,60.000,50.000,50.000,353.000,353,-
6
Evaluasi peserta kegiatan. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat kinerja program pelatihan pembuatan pakan ternak ini diperlukan pengujian terhadap indikator menggunakan instrumen kegiatan berupa materi kegiatan dalam bentuk soal-soal dan pengamatan kegiatan. Dalam pelatihan ini menggunakan instrumen Quisioner yang berisikan materi atau soal-soal yang terkait dengan masalah pembuatan pakan ternak sapi khususnya dan peternakan sapi pada umumnya. Indikator keberhasilan diketahui dari data kemampuan peserta sebelum kegiatan pelatihan (Pre Test) dan setelah kegiatan pelatihan (Post Test). Untuk mengetahui tingkat konsumsi pakan hasil pengolahan digunakan beberapa ternak sapi baik dari kelompok mitra I dan kelompok mitra II. Indikator diketahui dari tingkat konsumsi pakan oleh ternak. Tabel 1. Hasil Evaluasi Peserta Pre Test
Kelompok Hasil Pre Test Mitra TEORI PRA PRAKTEK NO NAMA PESERTA 50% 50% NILAI 1 Sahbandi I 60 70 65 2 Tgk. Saiful Amri I 60 70 65 3 Samsuddin Idrus I 50 70 60 4 Baharuddin II 60 70 65 5 Muhammad Husen II 50 60 55 6 Tarmidi II 60 60 60 Tabel 2. Hasil Evaluasi Peserta Post Test
Kelompok Hasil Pos Test Mitra TEORI PRA PRAKTEK NO NAMA PESERTA 50% 50% NILAI 1 Sahbandi I 80 90 85 2 Tgk. Saiful Amri I 80 90 85 3 Samsuddin Idrus I 80 90 85 4 Baharuddin II 85 95 90 5 Muhammad Husen II 80 85 82,5 6 Tarmidi II 80 90 85
7
PERBANDINGAN NILAI
NILAI PESERTA
100 90 80 70 60 50 40
Pre Test Post Test
0
1
2
3
4
5
6
NOMOR PESERTA
Gambar 4.1. Hasil Evaluasi Peserta (Pre Test, Post Test)
Tabel 3. Hasil Evaluasi Peserta
Kelompok Hasil Test Mitra Pre Test Post Test NO NAMA PESERTA 50% 50% 1 Sahbandi I 65 85 2 Tgk. Saiful Amri I 65 85 3 Samsuddin Idrus I 60 85 4 Baharuddin II 65 90 5 Muhammad Husen II 55 82,5 6 Tarmidi II 60 85
NILAI 75 75 72,5 77,5 68,75 72,5
PERBANDINGAN NILAI
NILAI PESERTA
100 90 80
Pre Test
70
Post Test
60
Rata-Rata
50 40 0
1
2
3
4
5
6
NOMOR PESERTA
Gambar 4.2. Hasil Evaluasi Peserta (Pre Test, Post Test dan Rata-Rata) 8
Kegiatan IbM pakan ternak dari jerami padi dibagi dalam bentuk tahapan evaluasi pendahuluan dan persiapan lokasi, pembekalan teori, pelaksanaan pembuatan pakan, penggunaan pakan dan penyimpanan, dan evaluasi. Selama jadwal kegiatan para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, hal ini dibuktikan dengan tingkat kehadiran pada setiap kegiatan persiapan, pelaksanaan teori dan praktek mencapai 100%. Sedang untuk kegiatan masa inkubasi atau pemeraman untuk berlangsungnya proses pembuatan pakan hanya diperlukan satu orang peserta dan satu atau dua orang pembantu pelaksana setiap hari untuk memantau perubahan suhu. Pemantauan suhu ini dimaksudkan agar proses berlangsung sesuai dengan kondisi serta merata sehingga proses berlangsung sempurna. Evaluasi terhadap kemampuan setiap peserta terdapat peningkatan kemampuan yang signifikan antara sebelum mengikuti kegiatan dengan setelah mengikuti kegiatan. Tingkat kemampuan diukur berdasarkan penguasaan materi teori melalui quisioner dan praktek yang diakumulasikan dalam bentuk keluaran Pre Test dan Pos Test. Hasil evaluasi rata-rata nilai peserta di atas nilai Pre Test hal ini memperlihatkan peningkatan kemampuan peserta sekiatar 30% s/d 40% dibandingkan kemampuan semula. Hal ini memenuhi harapan kegiatan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan IbM pakan ternak ini. Indikator keberhasilan lainnya adalah tentang penggunaan pakan, bahwa pakan yang dihasilkan mempunyai dampak positif terhadap peternak dari aspek manajemen dimana frekuensi peternak mencari rumput berkurang dan ternak mengkonsumsi pakan hasil olahan dari jerami padi dengan tingkat konsumsi per ekor 0,5 kg s/d 1,0 kg pada malam hari, sedangkan pada siang hari ternak masih dilepas pada padang rumput. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung selama 5 hari berturut-turut. Menurut literatur konsumsi pakan jerami untuk sapi umur ± 1 -2 tahun sebanyak ± 2x 2½ kg/ekor/hari. Berdasarkan aspek ekonomi dalam waktu singkat terjadi peningkatan pendapatan peternak dari peningkatan pendapatan dari penjualan ternak yang dibeli pada umur ± 1 tahun dan dijual pada umur ± 2-3 tahun, pada peternak mitra I dan II, telah melakukan penjualan hewan sebagai berikut: Penggunaan pakan ternak dari jerami dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ternak dibandingkan dengan biasa. Selain itu dengan tersediannya pakan ternak, terjadi perubahan pola kerja peternak dalam hal pengelolaan ternak dari ternak tradisional ke pola ternak efisien dan efektif. 4. KESIMPULAN 1. Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta termotivasi untuk menimba pengetahuan dan menerapkan pakan ternak dari jerami secara mandiri. 2. Kemampuan teori dan keterampilan para peseta tentang pembuatan pakan ternak setelah mengikuti kegiatan menjadi meningkat sekitar 30 s/d 40%. 3. Pakan jerami padi yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh ternak dengan tingkat konsumsi 0,5 kg – 1,0 kg 4. Pendapatan rata-rata dari usaha sapi potong jenis lokal Rp 322.450 per bulan per ekor dengan waktu pemeliharaan sekitar 2 tahun dengan umur beli sekitar 1 tahun 5. Pakan ternak ini dapat bermanfaat langsung untuk meningkatkan aspek manajemen ternak serta secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan peserta dalam jangka pendek maupun panjang dengan biaya produksi Rp 525,- per kg.
9
5. REFERENSI 1. Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Yayasan Grahita Bandung, Indonesia. 2. Lestari. 2013. Jerami Padi Terfermentasi. http://Sri_Budi_Lestari. 3. Soepranianondo.2007.Potensi Jerami Padi Yang Diamoniasi dan Difermentasi Menggunakan Bateri Selulotik Terhadap Konsumsi Bahan Kering, Kenaikan Berat Badan dan Konversi Pakan Domba. Jurnal Media Kedokteran Hewan, Vol. 23 No.3 Tahun 2007 4. Yulianis. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU Medan. 5. Antonius. 2009. Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Sebagai Substitusi Rumput Gajah Dalam Ransum Sapi. Jurnal JITV Vol. 14 Tahun 2009, hal. 270-277
10