PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI MAGANG TEKNOLOGI BUDIDAYA DOMBA INTENSIF DAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK (Farmer Empowerment Through Trainning of Intensive Sheep Farming Technology And Livestock Waste Management) Munir Eti Wulanjari dan Sri Karyaningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo, Ungaran, 50501 ABSTRACT Farmer Empowerment Through Training Of Intensive Sheep Farming Technology And Livestock Waste Management. The objective of this research were to analyze the participants knowledge and skills rise after attended the training, perceptions and follow-up plan of participants training. The experimental design used one group pre test-post test design and determining respondent by census. Sample was 21 respondents who were all training participant, which 9 respondents from Temanggung regency and 11 respondents from Blora regency. Training was carried out in two phases.The participants of the fist phases was from Blora regency, consist of three stage was held on July 9 – July 25, 2009. The participants of the second stage was from Temanggung regency consist of four stage was held on May 13 – July 3, 2009. Every stages was held in 6 days. The training places was in the sheep farm H. Akas, Tulungrejo Village, Pare district, Kediri regency, East Java. Source person were H. Akas, employees of the cage and the Department of Agriculture and Food security Kediri. The material of training were sanitation and health of livestock, provision of food rations of sheep, make of fermented feed, organic fertilizer production and selection of quality seeds for fattened. The results were;1) the knowledge of participant in Temanggung regency increase 66,7% and 87,5% in Blora regency; 2) the skill of participant in Temanggung regency increase 100% and 87,5% in Blora regency; 2) participant's perception of the material, usefulness and organization of internships in both districts were 100% of participants stated that the material presented during a training in accordance with agro-climatic; 100 % of participants stated that the training would be beneficial to join them in doing the cultivation of livestock and all the participants also stated that the implementation of both technical and training goals achieved; 3) after participating in a training majority of participants (75%) in both districts have begun to apply the knowledge. Key words: empowerment farmer, training, technology
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan ketrampilan setelah mengikuti magang, persepsi peserta terhadap kegiatan magang dan rencana tindak lanjut peserta. Desain penelitian adalah test awal – test akhir kelompok tunggal (the one group pre test-post test design). Pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu semua peserta magang. Sampel sejumlah 21 peserta yang terdiri dari 9 peserta dari Kabupaten Temanggung dan 11 peserta dari Kabupaten Blora. Magang budidaya domba dilaksanakan di peternakan H. Akas, di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur dalam dua tahap. Tahap pertama diikuti peserta dari Kabupaten Blora, terdiri dari tiga angkatan yang dilaksanakan tanggal 9 Juli – 26 Juli 2009. Tahap kedua diikuti peserta dari Kabupaten Temanggung terdiri dari 4
149
angkatan yang dilaksanakan tanggal 13 Mei – 5 juli 2009. Setiap angkatan dilaksanakan dalam 6 hari. Narasumber magang adalah H. Akas, pegawai kandang dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri. Materi yang disampaikan meliputi: sanitasi dan kesehatan ternak, pemberian ransum pakan domba; pembuatan pakan fermentasi; pembuatan pupuk organik dan pemilihan bibit unggul untuk penggemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) pengetahuan peserta magang meningkat sebesar 66,7% di Kabupaten Temanggung dan 87,5% di Kabupaten Temanggung; 2) ketrampilan peserta magang meningkat sebesar 100% di Kabupaten Temanggung dan 87,5% di Kabupaten Blora; 3) persepsi peserta terhadap materi, manfaat dan penyelenggaraan magang di kedua kabupaten; semua peserta (100%) menyatakan bahwa materi yang disampaikan pada saat magang sesuai dengan agroklimat; semua peserta (100%) menyatakan bahwa dengan ikut magang akan bermanfaat bagi mereka dalam melakukan usaha budidaya ternak; semua peserta (100%) juga menyatakan bahwa teknis penyelenggaraan baik dan tujuan magang tercapai; 4) setelah mengikuti magang 75% peserta di Kabupaten Temanggung dan Blora telah menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat magang. Kata Kunci: pemberdayaan petani, magang, teknologi
PENDAHULUAN Kabupaten Blora dan Temanggung termasuk dua diantara kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai wilayah lahan kering cukup potensial. Kedua kabupaten ini merupakan wilayah binaan program Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi (P4MI). Program ini dirancang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani miskin melalui inovasi pertanian mulai dari tahap produksi sampai pemasaran hasil terutama di daerah yang termasuk kategori wilayah miskin. Menurut Irawan dan Pranaji (2002) petani miskin pada umumnya hidup di ekosistem lahan kering yang tersebar di daerah lereng dan perbukitan dengan infrastruktur ekonomi yang relatif buruk, dan variabilitas produksi pertanian relatife tinggi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Haryono dan Eko (2009) menyatakan kesejahteraan petani di lahan daerah marginal (lahan kering/tadah hujan) relatif masih rendah dibandingkan petani lahan irigasi. Pengembangan teknologi pertanian di lahan marginal, yang merupakan konsentrasi petani miskin lebih tertinggal dan kurang mendapat prioritas dibanding di lahan irigasi. Melalui program P4MI, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian bermaksud; membangun sistem agribisnis di lahan marginal salah satunya melalui pemberdayaan petani, guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani miskin. Menurut Supriyanto dan Subejo (2004) pemberdayaan masyarakat adalah
proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar
mampu menempatkan diri secara proposional dan menjadi pelaku utama dalam
150
memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Selain itu program P4MI bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani miskin melalui inovasi produksi pertanian dan pemasaran (agribisnis) dengan cara salah satu diantaranya melalui peningkatan akses petani terhadap informasi pertanian. Petani yang dikategorikan sebagai petani miskin untuk mengakses informasi bahkan inovasi teknologi merupakan suatu permasalahan. untuk menjembatani kesenjangan yang terjadi perlu didukung dari semua pihak, salah satunya
melalui
kegiatan
magang. Kegiatan magang teknologi pertanian merupakan upaya pemberdayaan masyarakat disektor pertanian dalam bentuk transformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan
dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat akan mampu mandiri. Menurut England yang dikutip dalam Sayuti (1995) dalam Damandari. or.id (2009) ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan individu untuk meningkatkan kualitas keahliannya
yaitu:
pengetahuan,
memperbaiki
keahlian/ketrampilan
melalui
pengalaman kerja/magang dan melalui pelatihan khusus yang direncanakan untuk meningkatkan produktivitas kerja khususnya dalam industri dan jasa. Menurut Kamus besar Bahasa Indinesia (2002) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Menurut Badan SDM (2005) magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar petani, dimana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu usahatani dalam keadaan sesungguhnya di lapangan dengan petani yang berhasil menjalankan usahanya sebagai pelatihnya. Konsep magang dapat merubah sikap petani. Petani bisa menjadi lebih kritis, kreatif dan rasa percaya diri bahkan timbul jiwa kewiraswastaan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan pemberdayaan petani melalui magang dengan tujuan ketrampilan
peserta
setelah
untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan mengikuti
magang,
persepsi
peserta
terhadap
pelaksanaan magang dan tindak lanjut peserta setelah mengikuti magang.
METODOLOGI Waktu Pelaksanaan Magang Magang budidaya domba intensif dan pengelolaan limbah ternak dilaksanakan dalam dua. Tahap pertama terdiri dari tiga angkatan dilaksanakan tanggal 13 Mei - 6
151
Juli 2009. Tahap kedua terdiri dari empat angkatan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 26 Juli 2009. Setiap angkatan dilaksanakan selama enam hari. Tempat Magang Tempat magang budidaya domba intensif dan pengelolaan limbah ternak adalah di peternakan domba
H. Akas di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
H. Akas adalah seorang wirausahawan yang
mengelola usaha peternakan domba 700-800 ekor dan kambing PE, penggemukan sapi 60 ekor dengan pemberian pakan kering fermentasi. Selain itu juga mempunyai usaha pembesaran lele dumbo dengan produksi 2,5 ton per hari. Desain pengkajian Penelitian ini bersifat eksperimen dengan desain pengkajian adalah tes awal tes akhir kelompok tunggal ( the one group pretest - posttest design). Pengkajian bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
petani
setelah mengikuti kegiatan magang budidaya domba intensif dan pengolahan limbah. Sebelum pelaksanaan magang dimulai peserta diberi test awal, kemudian setelah pelatihan setelah pelatihan selesai peserta diberi test akhir dengan materi yang sama. Pengamatan pasca magang dilaksanakan selang dua bulan setelah mengikuti magang. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) metode sensus adalah informasinya diambil dari seluruh populasi. Sampel adalah semua peserta magang “Budidaya Domba Intensif dan Pengolahan Limbah Ternak” sejumlah 21 orang. Kegiatan magang budidaya domba intensif dan pengelolaan limbah ternak dikelompokkan
dalam dua tahap. Tahap pertama peserta berasal dari Kabupaten
Blora yang dibagi dalam tiga angkatan dan setiap angkatan diikuti oleh dua orang petani dan satu petugas pendamping, berarti jumlah pesertanya 6 orang petani dan 3 orang petugas. Peserta magang tahap kedua berasal dari Kabupaten Temanggung yang terbagi dalam empat angkatan dan setiap angkatan diikuti oleh dua orang petani dan satu orang petugas pendamping, bearti pesertanya 8 orang petani dan 4 orang petugas.
152
Nara sumber Nara sumber kegiatan magang budidaya domba intensif dan pengelolaan limbah ternak adalah H. Akas pemilik langsung usaha tersebut dibantu oleh pegawai kandang dan dari Kantor Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri. Materi Magang Materi magang disampaikan melalui ceramah dan praktek langsung di kandang. Materi yang diberikan berupa motivasi usaha agribisnis dan pengelolaan ternak domba yang efisien antara lain: 1.
Sanitasi dan kesehatan ternak dipraktekkan dengan pembersihan kandang setiap pagi, penggantian air minum, pemberian suntikan vitamin pada saat ternak datang.
2.
Pemberian ransum pakan domba sebesar 1 kg pakan/hari/ekor domba diberikan dua kali. Selama pemeliharaan (3-4 bulan), pertambahan berat badan mencapai 4-7 kg dengan berat awal pemeliharaan 15-18 kg.
3.
Pembuatan pakan fermentasi
4.
Pembuatan pupuk organik
5.
Pemilihan bibit unggul untuk digemukkan Pembelian bibit dengan standart berat antara 12-20 kg/ekor kemudian dipelihara selama 3-4 bulan dengan pertambahan bobot badan 4-7 kg/ekor.
Analisa data Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara deskriptif. Parameter yang diamati adalah karakteristik peserta magang meliputi umur, pendidikan terakhir, pengalaman beternak, jumlah kepemilikan ternak, keikutsertaaan dalam pelatihan, nilai test awal dan test akhir. Skala likert digunakan sebagai dasar untuk pemberian nilai skor. Nilai skor terdiri atas tiga kategori (tinggi/sesuai, sedang/cukup dan rendah/kurang) yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, wawasan, kreatifitas dan ketrampilan. Total skor yang diperoleh oleh masing-masing peserta magang diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Penentuan kategori tersebut dengan menggunakan rumus interval (Dajan, 1986) sebagai berikut: J I =
-------------K
Keterangan:
153
I = Interval kelas J= jarak antara skor maksimum dan minimum K = banyaknya kelas yang digunakan (pada kasus ini ada 3 kelas)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Peserta Magang Karakteristik peserta magang yang diteliti meliputi umur, pendidikan terakhir, pengalaman beternak dan jumlah kepemilikan ternak. Tingkat pendidikan peserta magang Kabupaten Temanggung lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan peserta magang Kabupaten Blora. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar (66,67%) peserta magang dari Kabupaten Temanggung mempunyai pendidikan terakhir SMA, sedangkan peserta dari Kabupaten Blora sebagian besar (50%) mempunyai pendidikan terakhir SD. Rerata umur peserta
magang dari kedua
kabupaten sama yaitu 41 tahun. Pengalaman beternak peserta magang dari Kabupaten Temanggung adalah 6 tahun lebih lama dibandingkan pengalaman peserta dari Kabupaten Blora selama 5 tahun. Berdasarkan identifikasi jenis ternak ruminansia yang diusahakan oleh peserta magang dari kedua kabupaten adalah sapi kambing /domba. Sebagian besar peserta magang dari kedua kabupaten
mempunyai ternak domba/kambing dan hanya
sebagian kecil peserta yang mempunyai ternak sapi. Rerata kepemilikan ternak peserta dari Kabupaten Temanggung lebih tinggi yaitu 13 ekor/peserta dibandingkan peserta Kabupaten Blora sebesar 6 ekor/peserta.
Peningkatan Pengetahuan Peserta Magang Berdasarkan
hasil
pre
test
nampak
bahwa
peserta
dari
Kabupaten
Temanggung 75% berpengetahuan sedang dan 25% peserta berpengetahuan tinggi serta tidak ada peserta yang berpengetahuan rendah. Setelah mengikuti magang, peserta yang berpengetahuan tinggi menjadi 91,67% atau meningkat sebesar 66,7%. Hasil pre test peserta magang dari Kabupaten Blora menunjukkan bahwa 75% berpengetahuan sedang dan 25% peserta berpengetahuan rendah. Setelah mengikuti magang
peserta mengalami peningkatan pengetahuan, peserta yang mempunyai
pengetahuan tinggi dari 0% menjadi 87,5%. dan tidak ada peserta yang mempunyai pengetahuan rendah (Tabel 1).
154
Tabel 1. Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan Peserta Magang Teknologi Budidaya Domba dan Pengelolaan Limbah Ternak di Peternakan H. Akas di Desa Tulungrejo, Kec. Pare, Kab. Kediri Tahun 2009 Kategori
Pengetahuan Kurang/rendah Cukup/sedang Memadai/tinggi Jumlah Ketrampilan Kurang/rendah Cukup/sedang Memadai/tinggi Jumlah
Kabupaten Blora Pre test Post test ∑ % ∑ % peserta peserta
Kabupaten Temanggung Pre test Post test ∑ % ∑ % peserta peserta
2 6 0 8
25 75 0 100
0 2 6 8
0 27 75 100
0 9 3 12
0 75 25 12
0 1 11 12
0 8,33 91,67 100
1 7 0 8
12,5 87,5 0 100
0 1 7 8
0 12,5 87,5 100
2 10 0 12
16,67 83,33 100
0 0 12 12
0 0 100 100
Peserta magang dari Kabupaten Temanggung mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari
Kabupaten Blora. Hal ini disebabkan karena berdasarkan tingkat
pendidikan peserta dari kabupaten Temanggung 66,67% peserta mempunyai tingkat pendidikan SMA dan 16,67% peserta berpendidikan sarjana sedangkan peserta magang Kabupaten Blora, 50% mempunyai tingkat pendidikan SD. Menurut Latief (1995) pendidikan akan membuka jalan pikiran seseorang sehingga memudahkan menerima sesuatu yang baru bila ditemukan hal yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun taraf hidup. Peningkatan Ketrampilan Peserta Magang Berdasarkan kajian peserta magang dari kedua Kabupaten juga mengalami perubahan ketrampilan.
Berdasarkan hasil pre test untuk peserta dari Kabupatem
Temanggung, 83,33% termasuk cukup terampil dan 16,67% peserta kurang terampil. Setelah mengikuti magang semua peserta (100%)
meningkat menjadi terampil.
Peserta dari Kabupaten Blora, 87,5% termasuk cukup terampil dan sebesar 12,5% peserta termasuk kurang terampil. Setelah mengikuti magang peserta yang terampil dari 0% meningkat menjadi 87,5% dan tidak ada lagi peserta yang kurang trampil. Perubahan ketrampilan peserta magang Kabupaten Temanggung lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Blora. Hal ini diduga dipengaruhi oleh pengalaman peserta magang, peserta magang dari kabupaten Temanggung mempunyai pengalaman lebih lama (6 tahun) dibandingkan peserta magang dari Kabupaten Blora (5 Tahun). Selain itu diduga juga dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak peserta magang Kabupaten Temanggung (13 ekor/peserta) lebih banyak dibandingkan peserta magang dari
155
Kabupaten Blora (6 ekor/peserta). Dengan jumlah kepemilikan ternak yang semakin banyak akan memberikan motivasi yang lebih bagi peserta magang untuk lebih tekun mengikuti magang baik dalam menyerap ilmu pengetahuan maupun pada saat melakukan praktek. Persepsi Peserta terhadap materi, manfaat dan pencapaian tujuan magang
teknis penyelenggaraan dan
Peserta magang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Latar belakang peserta mempengaruhi
pemberian pernyataan terhadap materi magang
yang diberikan dan manfaat mengikuti pelatihan. Menurut Rakhmat (2001), persepsi adalah pengalaman seseorang tentang obyektif peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Asngari (1994) dalam Yusri (1999) menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap lingkungannya merupakan faktor yang penting karena persepsi ini merupakan hal yang berlanjut dalam menentukan tindakan orang tersebut. Persepsi peserta magang yang dikaji meliputi persepsi peserta terhadap materi, manfaat dan teknis penyelenggaraan magang budidaya domba dan pengelolaan limbah. Berdasarkan Tabel 2 nampak bahwa semua peserta magang (100%) dari kedua kabupaten menyatakan bahwa materi yang disampaikan pada saat magang adalah sesuai harapan dan agroklimat. Persepsi terhadap manfaat mengikuti magang semua peserta (100%) dari kedua kabupaten menyatakan bahwa dengan mengikuti magang ini bermanfaat bagi mereka dalam melakukan usaha budidaya ternak. Tabel 2. Persepsi peserta terhadap materi, manfaat dan teknis penyelenggaraan dan pencapaian tujuan magang teknologi budidaya domba dan pengelolaan limbah ternak di peternakan H. Akas di Desa Tulungrejo, Kec. Pare, Kab. Kediri tahun 2009 Kategori
Kab. Blora ∑ peserta %
Materi Magang Kurang sesuai 0 0 Cukup sesuai 0 0 Sesuai harapan dan 8 100 agroklimat Jumlah 8 100 Manfaat Magang Kurang bermanfaat 0 0 Cukup bermanfaat 0 0 Bermanfaat 8 100 Jumlah 8 100 Teknis penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
156
Kab. Temanggung ∑ peserta % 0 0 12
0 0 100
12
100
0 0 12 12
0 0 100 100
Kurang baik dan kurang tercapai Cukup baik dan cukup tercapai Baik dan tercapai Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
8 8
100 100
12 12
100 100
Persepsi peserta terhadap teknis penyelenggaran kegiatan magang, semua peserta (100%) dari kedua kabupaten meyatakan bahwa
teknis penyelenggaraan
baik dan tercapai tujuannya. Sesuai dengan Pedoman Pelatihan Masyarakat (Anonim, 2006) pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. untuk itu, sebagai langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Hal ini
sejalan dengan
pendapat Moekijat dalam Sudirman (2006) bahwa penyelenggaraan pelatihan yang baik dan optimal akan meningkatkan kemampuan peserta pelatihan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas serta dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.
Tindak lanjut peserta setelah mengikuti magang Hasil monitoring, evaluasi dan pembinaan pasca magang diketahui bahwa petani peserta
magang
telah melakukan kegiatan pengembangan dari ilmu dan
pengalaman yang diperoleh pada saat magang. Peserta mulai mempraktekkan ilmu yang diperoleh pada saat magang dengan memperbaiki kandangnya menjadi kandang panggung dan ada juga yang menambah jumlah domba yang dimilikinya. Sebagian peserta setelah melakukan pembenahan
kemudian membuat proposal untuk
mendapatkan stimulan pasca magang. Petugas
peserta magang, kegiatan pasca magang melakukan sosialisasi
kepada kelompok tani yang belum mempunyai kesempatan mengikuti magang budidaya domba yang efisien, pembuatan pakan kering fermentasi dengan bahan baku lokal dan pembuatan pupuk organik. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pre test dan post test, pengamatan terhadap peserta magang dan hasil monitoring pasca magang diperoleh gambaran bahwa kegiatan magang memberikan pencerahan, meningkatkan wawasan dan menumbuhkan kreativitas, ketrampilan dan jiwa kewirausahaan bagi peserta magang. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peserta setelah pasca magang. Petani peserta magang dari Kabupaten Blora sejumlah 6 orang, 4
157
diantaranya (75%) telah melakukan usaha agribisnis. Peserta magang dari Desa Klagen, Kecamatan Kedungtuban sudah menjadi rujukan untuk kegiatan magang didaerah tersebut dan telah melahirkan 2 orang pemagang baru, sehingga tujuan magang utuk menjadikan desa asal tempat peserta magang sebagai desa rintisan pengembangan agribisnis pedesaan tercapai. Petani peserta magang dari Kabupaten Temanggung berjumlah 8 orang. Berdasarkan monitoring pasca magang, 6 orang (75%) diantaranya telah melakukan rintisan usaha agribisnis ternak domba. Dengan timbulnya rintisan agribisnis ternak domba membuktikan bahwa telah terjadi perubahan sikap petani dan timbul percaya diri pada diri peserta magang untuk berwirausaha. Petugas peserta magang, sejumlah 7 orang (100%) sudah menyampaikan informasi dalam pertemuan-pertemuan kelompok tani yang ada didesanya. Sebagai tindak lanjut kegiatan pasca magang, BPTP Jateng melalui kegiatan P4MI memberikan stimulan modal usaha pengembangan ternak domba dan kambing yang ditujukan untuk meningkatkan motivasi petani. Kabupaten Blora diberikan stimulan domba 10 ekor dialokasikan di Desa Klagen, Kec. Kedungtuban dan 9 ekor kambing untuk Desa Sambeng, Kec. Todanan. Kabupaten Temanggung diberikan di Desa Tuksari, Kec. Kledung dan Desa Nglondong, Kec. Parakan masing-masing 15 ekor domba pejantan untuk penggemukan. KESIMPULAN
1. Pengetahuan peserta magang meningkat sebesar 66,7% dari Kabupaten Temanggung dan 87,5% di Kabupaten Blora; 2. Ketrampilan peserta magang meningkat
sebesar 100% di Kabupaten
Temanggung dan 87,5% di Kabupaten Blora; 3. Persepsi peserta terhadap materi, manfaat dan penyelenggaraan magang di kedua kabupaten; semua peserta (100%)
menyatakan bahwa materi yang
disampaikan pada saat magang sesuai dengan agroklimat; semua peserta (100%) menyatakan bahwa dengan ikut magang akan bermanfaat bagi mereka dalam melakukan usaha budidaya ternak; semua peserta (100%) juga menyatakan bahwa teknis penyelenggaraan baik dan tujuan magang tercapai; 4. Setelah mengikuti magang 75% peserta
dari Kabupaten Temanggung dan
Blora telah menrapkan ilmu yang diperoleh pada saat ma
158
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pedoman Pelatihan Masyarakat. http://www.dephut.go.id/informasi/pusluh/pedoman/latih_masyarakat.pdf . Down Load 18 Agustus 2009
Badan SDM Deptan, 2005. Metode-Metode Penyuluhan Pertanian. Badan Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian. Jakarta. Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistika. Jilid II. LP3ES. Jakarta. Haryono dan E. Eko Ananto, 2009. Upaya Pengentasan Kemiskinan melalui Program Peningkatan Pendapatan petani melalui Inovasi (P4MI). Dalam Pengembangan Inovasi Pertanian lahan Marginal. Pemberdayaan dan Pengembangan Inovasi Teknologi dan Pertanian di Lahan Marginal Mendorong Tercapainya Petani Mandiri dan Tangguh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
Irawan B. dan Tri Pranadji. 2002, Pemberdayaan Lahan Kering untuk Pengembangan Agribisnis Berkelanjutan. Forum Penelitian Agroekonomi. PSE. Bogor.
Latief, Abdul. 1995. Tingkat Adopsi Teknologi Usahatani Menetap pada Petani Bekas Peladang Berpindah (Studi Kasus di Kecamatan Rungan, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rakhmat, J., 2001. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sayuti. 1995. Aktivitas untuk Meningkatkan Keahlian. http://www.damandiri.co.id. Download Agustus 2009
Singarimbun, M., dan Effendi, S.,1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta
159
Supriyanto dan Subejo, 2004. Harmonisasi Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dengan Pembangunan Berkelanjutan. Buletin Ekstensia, Pusat Penyuluhan Pertanian Deptan RI, Vol 19.Th.X1.
Sudirman, 2006. Model Pelatihan Ketrampilan Terpadu bagi Petani sebagai Upaya Alih Komoditas (Studi Terhadap Petani Penggarap Lahan Perhutani di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung).[Desertasi]. Program Pasca sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta. http://www.damandari.0r.id/File/sudirmanupi.bab2.pdf.1. Diakses 18 Agustus 2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusri, A., 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Kredibilitas Penyuluh
Pertanian.[Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
160