150
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
PENGARUH FASHION ORIENTATION DAN DEPARTMENT STORE PERSONALITY TERHADAP DEPARTMENT STORE PATRONAGE INTENTION DENGAN NILAI BELANJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DI MATAHARI DEPARTMENT STORE BANDA ACEH MULYANA1, SYAFRUDDIN CHAN2 1,2)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomidan Bisnis,Universitas Syiah Kuala e-mail:
[email protected]
ABSTRACT This study aims to determine the influence of fashion orientation and department store personality towards department store patronage intention, with shopping value as the mediating variable. The samples used in this study were 120 respondents who had visited and recommended Matahari Department Store. The sampling technique used was Purposive Sampling. The Analysis of Moment Structure (AMOS) was used as the method of analysis to determine the effect of the variables involved. The results of this study showed that fashion orientation was not influential towards department store patronage intention, and department store personality significantly influenced department store patronage intention. In addition, the results showed that the shopping value variable mediated fashion orientation with the value of direct influence as much as 0,330 greater than indirect influence which was as much as 0,206, and shopping value variable mediated department store personality with the value of direct influence as much as 0,559 and the Indirect influence as much as 0.350, so in this research, fashion orientation and department store personality variables partially affected the department store patronage intention. Keywords: Fashion Orientation, Department Store Personality, Department Store Patronage Intention, Shopping Value
PENDAHULUAN Sektor ritel sekarang ini menunjukkan perkembangan yang signifikan di berbagai kota di Indonesia baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya. Hal ini sejalan dengan keinginan konsumen yang semakin bervariasi, semakin demandingdan semakin rewel.Karena untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang semakin variatif tersebut, maka bisnis ritel terus berusaha memperbaiki penawarannya untuk dapat memenuhi ekpektasi pelanggannya. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), kinerja retail dari tahun ketahun semakin membaik.Rata-rata per tahun industri ritel di Indonesia meningkat omzetnya sebesar 10%, yang nilainya setara dengan Rp 200
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
151
triliun.Pada tahun-tahun sebelumnya peningkatan omzet industri retail paling tinggi adalah 8% atau setara dengan Rp 181 triliun (Wardhana, 2016). Salah satu faktor meningkatnya bisnis ritel di Indonesia karena adanya keinginan konsumen untuk berbelanja dengan mudah dan nyaman.Para pelaku bisnis ritel ini di tuntut agar mampu bersaing secara kompetitif untuk memperoleh pangsa pasar serta mempertahankan keberlanjutan usahanya dalam jangka panjang.Setiap para pelaku bisnis harus dapat mempersiapkan dirinya untuk terus dapat melayani pelanggannya dengan lebih baik.Mereka berusaha untuk memperbaiki penawarannya agar konsumen dapat tertarik dan melakukan pembelian serta melakukan pembelian ulang (repeat buying). Apalagi dengan semakin banyaknya kompetitor menawarkan produk yang samamenyebabkan konsumen lebih mudah berpindah ke kompetitor. Matahari Department Store Banda Aceh menjual berbagai produk dengan harga terjangkau dan sering dikunjungi oleh konsumen.Toko ini terletak di Hermes Palace Mall Banda Aceh dan merupakan gerai ke-100 dan menjadi gerai ke-17 yang hadir di wilayah Sumatera.Matahari selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen dengan menawarkan barang modis dalam suasana toko yang sangat menarik. Ini menjadi hal penting dalam bisnis harus melakukan berbagai alternatif yang ditawarkan kepada konsumen untuk dapat memilih tempat berbelanja sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga akan berdampak pada kepuasan (Matahari Departemen Store, 2015). Keinginan berbelanja konsumen dan cerminan perilaku konsumen terus dipantau dan dipenuhi sehingga tersebut berdampak pada meningkatnya kunjungan konsumen pada department store tersebut.Berbagai cara dilakukan oleh penjual untuk menarik niat beli dari pelanggan (Hou, Wu, & Hu, 2013). Pada fenomena yang terjadi saat ini adalah Department Store Patronage Intention dari Matahari Department Store relatif rendah.Rendahanya patronage intention ini disebabkan oleh rendahnya nilai belanja (shopping value) dari pelanggannya. Penyebab rendahnya nilai belanja tersebut adalah karena fashion orientation yang rendah disamping juga disebakan oleh personality Matahari sebagai sebuah Department Store juga rendah. Fenomena ini didukung oleh data
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
152
yang dihasilkan dari survei pendahuluan yang penulis lakukan dengan mewawancarai 30 responden dari pelanggan Matahari Department Store. Hasil dari wawancara yang penulis lakukan hanya 46% pelanggan Matahari Department Store yang ingin kembali lagi membeli dari toko ritel ini. Rendahnya minat membeli ini disebabkan oleh inferior value yang didapat pelanggan pada saat berbelanja di Matahari Department Store yang seharusnya pelanggan mendapatkan nilai ideal dari nilai belanja adalah superior value, dimana manfaat lebih tinggi dari pengorbanan yang dikeluarkan oleh pelanggan.Nilai (value) adalah suatu perkiraan pelanggan atas keseluruhan produk untuk memuaskan pelanggan. Lebih dari 43% pelanggan yang diwawancarai mengatakan value yang diterima relatif rendah. Dengan kata lainbenefit yang mereka terima dari pembelian produk di Matahari Department Store relatif lebih kecil dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka keluarkan. Hal ini terjadi bukan hanya pada segmen Hedonik tetapi juga segmen Utilitarian, walaupun persepsi mereka terhadap rendahnya shopping value tersebut mengacu kepada indikator yang berbeda. Bila segmen utilitarian selalu mengharapkan adanya diskon yang besar, namun bagi segmen hedonik ekspektasi terhadap trendy & stylish fashionnya yang belum terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan 46% pelanggan yang tidak mendapatkan pakaian yang sedang trend di Matahari Department Store. Selain itu infomasi yang didapatkan oleh 40% pelanggan terhadap fashion terbaru juga rendah.
KAJIANKEPUSTAKAAN Fashion Orientation Fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu (Dian Savitri, 2008). Fashion. Park & Burns ( 2005), menjelaskan bahwa fashion orientationdapat diukur dengan empat dimensi, yaitu: 1) Fashion Leadership, 2) Fashion Interest, 3) Importance of Being Well Dressed, dan 4) Anti-Fashion Attitude.
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
153
Department Store Personality Department Store personality adalah sebuah persepsi pada atribut Department Store yang memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen dan meningkatkan citra Department Store agar berbeda dari yang lain, yang memiliki tingkat kompetitif yang memberikan keunggulan dari pengalaman, serta analisa perilaku konsumen yang mendalam berperan penting untuk mendatangkan pengunjung (Michon, Chebat, & Turley, 2005; Wong, 2012). Indikator Department store personality menurut (rahman osmud, Wong, 2016), yaitu : a) Kecanggihan Department Store, b) Soliditas yang tampak dalam masyarakat, c) Keaslian dari produk, e) Antusiasme pelayanan dan toko itu sendiri, dan e) Ketidaknyamanan dalam mendapatkan produk.
Nilai Belanja Nilai belanja atau shopping value merupakan suatu kegiatan belanja yang disebabkan untuk memperoleh nilai (value) seperti yang diakibatkan karena adanya discount, promosi penjualan dan lain sebagainya. Pada dasarnya konsumen mengharapkan memperoleh nilai yang terbaik dari kegiatan belanja mereka (Chan, 2015). Indikator dari nilai belanja yaitu: a) Membeli sesuai kebutuhan, b) Kemudahan membeli produk, c) Potongan Harga pada produk, d) Pelayanan yang di rasakan oleh konsumen, d) Kesenangan dalam melakukan kegiatan belanja, e) Keingintahuan konsumen akan rasa ingin tahu yang dimiliki, f) Menemukan Sensasi yang berbeda saat berbelanja, dan g) Alat refreshing dalam berbelanja. Department Store Patronage Intention Department Store patronage merujuk pada pola kunjungan konsumen untuk datang ke Department Store (Chebat, El Hedhli, & Sirgy, 2009; Sirgy & Tech, 2009). Terdapat empat indikator Department Store Patronage Intention menurut (rahman osmud, Wong, 2016), yaitu :a) Melakukan pembelian kembali, b) Rekomendasi untuk teman, c) Kesetiaan Konsumen, dan d) Menjadi pilihan utama.
154
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
Pengaruh Intention
Fashion
OrientationTerhadap
Department
Store
Patronage
Fashion orientation diyakini mempengaruhi persepsi konsumen yang berada di lingkunganmall dan dengan pengalaman yang dirasakan. Pada penelitian terdahulu oleh Richard Michon Jean, Charles Chebat, Hong Yu dan Linda Lemarié (2015) variabel fashion orientation memiliki hubungan yang positif merangsang terhadap variabel mall patronage intention. H1: Fashion orientation berpengaruh positif terhadap department store patronage intention. Pengaruh Department Store PersonalityTerhadap Department Store Patronage Intention Untuk mengukur kepribadian toko digunakan dimensi kepribadian merek.Kepribadian merek memilikinilai-nilai simbolik atas dan di luar fungsi utilitarian. Konsumen bisamencapai lebih positif diri melalui merek bergaul dengan manusiakepribadian ketika mengkonsumsi merek mereka dipilih.Pada penelitian D’Astous & Lévesque (2003) dimana tujuan untuk mengukur kepribadian toko ritel yang terdiri dari lima dimensi, yaitu kecanggihan, soliditas, keaslian, semangat, dan ketidaknyamanan. Pada studi banding industri ritel kepribadian toko dan niat perilaku pelanggan memiliki faktor tenaga penjualan, suasana internal dari fasilitas parkir dan lokasi berpengaruh positif untuk mengangkat tingkat perilaku konsumen. H2: Department Store Personality berpengaruh positif terhadap Department Store Patronage Intention Pengaruh Fashion Orientation terhadap Nilai Belanja Michon dan Chebat (2004) menunjukkan, pembeli hedonik juga termotivasi oleh tujuan belanja yang dirasakan. Atas dasar temuan ini, menunjukkan bahwa manfaat baik utilitarian dan hedonik bisa memainkan bagian penting dalam perilaku konsumen, dan itu adalah wajar untuk menunjukkan bahwa konsumen yang fashion orientation mungkin sangat mempengaruhi konstruk nilai belanja dan mempunyai hubungan positif.
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
155
Pada penelitian terdahulu oleh Rusydi Ginanjar Pratama dan Karto Adiwijaya (2016) variabel fashion orientation memiliki hubungan yang positif dengan variabel shopping value hal ini dilihat dari nilai original sampel yang bernilai positif yaitu sebesar 0,524. H3: Fashion Orientationberpengaruh positif terhadap Nilai Belanja
Pengaruh Department Store Personality terhadap Nilai Belanja Das, Datta, & Guin, (2012) mendefinisikan store personality atau kepribadian toko sebagai konsumen yang dilihat dari ciri kepribadiannya yang terkait dengan ritel. Dari penelitian terdahulu oleh Das (2014) menyatakan bahwa store personality memiliki pengaruh terhadap pilihan konsumen terhadap pembelian pada toko.Michon (2015) menemukan bahwa persepsi Department Store dengan kecanggihan positif dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang kualitas produk atau nilai utilitarian.Hal ini masuk akal untuk menyarankan bahwa karakteristik Department Store berhubungan dengan nilai belanja konsumen.Oleh karena itu, hipotesis berikut diusulkan untuk menguji hubungan antara kepribadian Department Store dan nilai belanja. H4: Department Store Personality berpengaruh positif terhadap Nilai Belanja Pengaruh Fashion Orientation dan Department Store Personality Berpengaruh Signifikan Terhadap Department Store Patronage Intention Dimediasi Oleh Nilai Belanja Yu (2011), Michon (2008) dan Michon (2007) menyatakan bahwa nilai belanja termasuk aspek baik utilitarian dan hedonik yang dirasakan oleh konsumen sering dikutip sebagai memiliki dampak penting dan langsung dengan niat kepribadian department mereka. Untuk mengkonfirmasi temuan yang dilaporkan dalam literatur sebelumnya, dan pada tingkat kenyamanan yang dirasakan konsumen hal pengaruh fashion orientation dan Department Store personality menjadi dukungan dalam menarik konsumen kembali. H5:Terdapat pengaruh Tidak Langsung Fashion Orientation dan Department Store Personality terhadap Department Store Patronage Intention melalui nilai belanja
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
156
Gambar 1. Model kerangka penelitian
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah berbelanja di Matahari department store Banda Aceh. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probability samplingdan menggunakan teknik purposive sampling. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. pelanggan yang lebih dari dua kali berkunjung untuk melakukan kegiatan berbelanja. b. pengunjung yang pernah membeli produk-produk fashion. Pada penelitian ini, terdapat 24 item indikator. Penelitian ini mengambil batas maksimal yaitu 24 x 5 = 120 responden. Jumlah tersebut dianggap sudah cukup mewakili populasi yang akan diteliti karena sudah memenuhi batas maksimal sampel.
Variabel Operasional Dalam penelitian ini untuk mengukur pengaruh variable fashion orientation dan department store personality terhadap department store patronage intention dengan nilai belanja sebagai pemediasi pada Matahari department store Banda Aceh, makaperalatan
yang di gunakan adalah SEM (Structural Equation
Modeling) yang dioperasikan dengan program AMOS (Analysis of Moment Structure), Variabel operasional dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel terikat atau independent variable
157
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
a. Fashion Orientation(X1) b. Department Store Personality (X2) 2.
Variabel bebas ataudependent variable a. Department Store Patronage Intention(Y)
3.
Variabel Mediasi a. Nilai Belanja (Z)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Validitas konstruk yang tinggi diukur dar tingkat signifikan nilai loading factor dari suatu konstruk dan nilai standardized loading estimate dari konstruk tersebut harus sama dengan 0,5 atau lebih idealnya harus 0,7 (Ghozali, 2008).
DSP1
0,831
DSP2
0,745
DSP3
0,822
DSP4
0,762
Nilai Belanja
Variabel
Department Store Patronage Intention
Department Store Personality
Fashion Orientation
Tabel 1.Hasil Pengujian Validitas Variabel Indikator Validitas OF1 0,543 OF2 0,702 OF3 0,818 OF4 0,639 OF5 0,681 OF6 0,740 OF7 0,558
Indikator NB2 NB4 NB5 NB6 NB7 NB8
Validitas 0,585 0,587 0,779 0,786 0,838 0,857
DSPI1
0,811
DSPI2
0,849
DSPI3
0,857
DSPI4
0,872
Sumber: DataPrimer (diolah), 2017
Berdasarkan Tabel 1, dijelaskan bahwa nilai valid untuk semua item pertanyaan yang terdapat pada masing-masing variabel menunjukkan angka yang lebih besar dan mencapai tingkat valid dan hanya 3 item yang harus dibuang dikarekan tidak mencapai tingkat valid, dengan koefisien korelasi dibawah 0,5.
Uji Reabilitas Jika derajat kehandalan data lebih besar dari koefisien Cronbach alpha (α), maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat
158
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
ketelitian dan konsistensi pemikiran yang baik. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.Hasil Uji Reliabilitas Variabel Fashion Orientation Department Store Personality Nilai Belanja Department Store Patronage Intention Sumber: DataPrimer (diolah), 2017
Reliabilitas 0.850 0.864 0.870 0.909
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha telah sesuai dengan criteria yaitu diatas 0.5. Dengan demikian seluruh pertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini dapat dikatakan reliable karena telah memenuhi kredibilitas standar cronbanch’s alpha dengan nilai alpha yang lebih dari 0.5. Pengujian Hipotesis Analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variable independen fashion orientation dan department store personality terhadap variable dependen yaitu department store patronage intention dengan nilai belanja sebagai pemediasi. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan menggunakan program bantuan computer AMOS 22, Pengujian hipotesis ini adalah dengan menganalisis Critical Ratio (CR) dan nilai Probability (P), dibandingkan dengan batasan statistic yang disyaratkan, yaitu diatas 1,96 untuk nilai CR dan dibawah 0,05 untuk nilai P. Maka hasil pengujian hipotesis secara parsial dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini Tabel 3. Hubungan Antar Konstruk No
Pengaruh Antara Variabel
Beta
Hipotesis Menguji pengaruh Fashion Orientation (X1) terhadap variabel mediasi nilai belanja (Z) Menguji pengaruh Department Store Personality (X2) terhadap variabel mediasi Nilai belanja (Z)
1
Fashion Orientation
Nilai Belanja
0,330
2
Department Store Personality
Nilai Belanja
0,559
3
Fashion Orientation
Department Store Patronage Intention
-024
Menguji pengaruh Fashion Orientation (X1) terhadap variabel dependen Department Store Patronage Intention (Y)
4
Department Store Personality
Department Store Patronage Intention
0,325
Menguji pengaruh Department Store personality (X2) terhadap variabel dependen Department Store Patronage
159
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
5
Nilai Belanja
Department Store Patronage Intention
0,626
Intention (Y) Menguji pengaruh variabel mediasi Nilai belanja (Z) terhadap variabel dependen Department Store Patronage Intention (Y).
Sumber : Hasil analisis data primer (2017) Tabel 4. Regression Weights Estimate NB <--OF 0.346 NB <--DSP 0.405 DSPI <--OF -.039 DSPI <--DSP 0.372 DSPI <--NB 0.988 Sumber : Hasil data primer (2017)
S.E. 0.122 0.086 0.141 0.119 0.222
C.R. 2.847 4.727 -.277 3.129 4.447
P .004 *** .782 .002 ***
Label
H1 :Fashion Orientation berpengaruh terhadap nilai belanja Karena nilai CR > 1,96 dan P < 0,05, maka Ho ditolak, dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan yang nyata (significant) antara konstruk independent Fashion Orientation (X1) dengan variabel mediasi Nilai Belanja (Z) memiliki critical ratio 2.847 dan p sebesar 0,004. Ini berarti setiap ada perbaikan dalam fashion orientation, maka akan menaikkan nilai belanja pada Matahari department store. H2 :Department Store Personality berpengaruh terhadap Department Store Patronage Intention Karena nilai CR > 1,96 dan P < 0,05, maka Ho ditolak, dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan yang nyata (significant) antara konstruk independent department store personality (X2) dengan variabel mediasi Nilai Belanja (Z) memiliki critical ratio 4.727 dan p sebesar 0,001. Ini berarti setiap ada perbaikan dalam department store personality, maka akan menaikkan nilai belanja pada Matahari department store. H3 :Fashion Orientation berpengaruh terhadap Department Store Patronage Intention Karena nilai CR <1,96 dan P > 0,05, maka Ho diterima, dan H1 ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang nyata (significant) antara konstruk independent Fashion Orientation(X1) dengan variabel dependen department store patronage intention (Y)memiliki critical ratio -277 dan p sebesar 0,782. Ini berarti
160
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
setiap ada perbaikan dalam fashion orientation, maka akan menurunkan dependen department store patronage intention pada Matahari department store. H4 :Department Store personality berpengaruh Patronage Intention
terhadap Department Store
Karena nilai CR > 1,96 dan P < 0,05, maka Ho ditolak, dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan yang nyata (significant) antara konstruk independent department store personality (X2) dengan variabel dependen department store patronage intention (Y) memiliki critical ratio 3.129 dan p sebesar 0,002. Ini berarti setiap ada perbaikan dalam department store personality, maka akan menaikkan department store patronage intention pada Matahari department store. H5 : Nilai Belanja pengaruh parsial terhadap Department Store Patronage Intention Karena nilai CR > 1,96 dan P < 0,05, maka Ho ditolak, dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan yang nyata (significant) antara konstruk mediating Nilai belanja(Z) dengan variabel dependen department store patronage intention (Y) memiliki critical ratio 4.447 dan p sebesar 0,001. Ini berarti setiap ada perbaikan dalam nilai belanja, maka akan menaikkan dependen department store patronage intention pada Matahari department store. Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak langsung Analisis pengaruh dilakukan untuk menganalisis kekuatan pengaruh antar konstruk baik pengaruh yang langsung, tidak langsung, dan pengaruh totalnya. Efek langsung (direct effect) tidak lain adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung (indirect effect) adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel laten. efek dari berbagai hubungan adalah efek total (Ferdinand, 2006). Berdasarkan
hasil
koefesien
dari
structural
equation
modeling
menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung Matahari department store sebagai berikut : 1.
Pengaruh langsung variabel fashion orientation terhadap department store patronage intention adalah 0,0330. Sementara pengaruh fashion orientation terhadap department store patronage intention melalui nilai belanja adalah
161
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
0,206. Ini berarti bila ingin meningkatkan department store patronage intention, maka akan lebih baik bila manajemen department store meningkatkan fashion orientation melalui nilai belanja, karena nilai belanja yang memberi kontribusi lebih besar terhadap peningkatan department store patronage intention. Hal diatas menyimpulkan bahwa nilai belanja berfungsi sebagai parcial mediating. 2.
Pengaruh langsung variabel department store personality terhadap department store patronage intention adalah 0,559 melalui Nilai Belanja adalah 0,350. Ini berarti bila ingin meningkatkan department store patronage intention, maka akan lebih baik bila manajemen department store meningkatkan department store personality tanpa melalui nilai belanja, karena nilai belanja yang memberi kontribusi lebih kecil terhadap peningkatan
department
store
patronage
intention.
Hal
diatas
menyimpulkan bahwa nilai belanja berfungsi sebagai parcial mediating PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada Bab IV maka dapat penulis ambil kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya : 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fashion orientation, department store personality, nilai belanja, dan department store patronage intention sudah di persepsikan dengan baik oleh pelanggan Matahari department store Banda Aceh.
2.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa lima verifikatif hipotesis yang diajukan diterima sehingga empat variabel yang terdapat dalam penelitian ini dinyatakan berpengaruh dan bersignifikan sedangkan satu hipotesisi lagi di tolak yaitu fashion orientationtidak berpengaruh terhadap department store patronage intention.
3.
Hasil pengujian Langsung dan Tidak langsung menunjukkan bahwa fashion orientation ke department store patronage intention melalui nilai belanja berpengaruh secara parsial mediating. Sedangkan department store personality ke department store patronage intention berpengaruh secara parcial mediating.
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
162
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka dapat dirangkum beberapa saran sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata variabel eksogen yang paling kecil pengaruhnya terhadap department store patronage intention adalah fashion orientation. Untuk itu pengambilan kebijakan di Matahari department store harus meningkat dalam pemahaman yang lebih kepada pelanggan, agar dapat lebih meningkat.
2.
Indikator variabel fashion orientationuntuk itu Matahari department store harus bisa menjaga ketertarikan pelanggan akan hal fashion yang ada di matahari.Sedangkan indikator variabel department store personality yang paling kecil indeks rata-ratanya adalah “Saya merasa nyaman mengunjungi Matahari Department Store”.
3.
Indikator variabel nilai belanja yang paling kecil indeks rata-ratanya adalah “Belanja di Matahari Department Store membuat keingintahuan tentang fashion saya tinggi dan membangkitkan semangat saya”. Sedangakan indikator variabel department store patronage intention yang paling kecil indeks rata-ratanya adalah “Saya menjadi pelanggan setia Matahari department store ini”. Untuk itu Matahari department store perlu untuk meningkatkan kesetian pribadi pelanggan agar loyalitas pelanggan dapat meningkat.
REFERENSI Bhatnagar, A., & Ghose, S (2004) A latent class segmentation analysis of eshoppers. Journal of Business Research, Vol. 57(7), 758–767. Bridges, E., & Florsheim, R (2008) Hedonic and utilitarian shopping goals: The online experience. Journal of Business Research, Vol. 61(4), 309–314. Chebat, J. C., El Hedhli, K., & Sirgy, M. J (2009) How does shopper-based mall equity generate mall loyalty? A conceptual model and empirical evidence. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 16(1), 50–60. D’Astous, A., & Lévesque, M. (2003) A Scale for Measuring Store Personality. Psychology and Marketing, Vol. 20(5), 455–469. Das, G (2014) Linkages of retailer personality, perceived quality and purchase
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
163
intention with retailer loyalty: A study of Indian non-food retailing. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 21(3), 407–414. Das, G., Datta, B., & Guin, K. K (2012) Impact of retailer personality on consumer-based retailer equity: An empirical study of retail brands. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 24(4), 619–639. Ferdinand, A (2002) Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I (2008) Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. _______ (2017). Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 24.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goldsmith, R. E., & Clark, R. a (2008) An Analysis Of Factors Affecting Fashion Opinion Leadership And Fashion Opinion Seeking. Journal of Fashion Marketing and Management, Vol. 12, 308–322. Grewal, D., Baker, J., Levy, M., & Voss, G. B (2003) The Effects of Wait Expectations And Store Atmosphere Evaluations on Patronage Intentions In Service-Intensive Retail Stores. Journal of Retailing, Vol. 79(4), 259–268. Hou, M., Wu, X., & Hu, Z (2013) Personnel Service, Consumption Emotion, and Patronage Intention in Department Stores. International Business Research, Vol, 6(3), 6–22. Jones, M. A., Reynolds, K. E., & Arnold, M. J. (2006). Hedonic And Utilitarian Shopping Value: Investigating Differential Effects On Retail Outcomes. Journal of Business Research, Vol. 59(9), 974–981. Josiassen, A., Lukas, B. A., & Whitwell, G. J (2008) Country‐of‐origin contingencies. International Marketing Review, Vol. 25(4), 423–440. Kotler dan Keller (2008) Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas. Diterjemahkan oleh: Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbit Erlangga Malhotra, N. K (2009) Riset Pemasaran. Edisi keempat. Jakarta: PT Indeks. Mowen, John C, and Michael Minor (2002) Perilaku Konsumen. Jilid 2. Jakarta: Erlangga Michon, R., Chebat, J. C., & Turley, L. W (2005) Mall Atmospherics: The Interaction Effects of The Mall Environment on Shopping Behavior. Journal of Business Research, Vol. 58(5), 576–583. Michon Richard, Jean-Charles Chebat, Hong Yu, L. L (2013) Fashion Orientation, Shopping Mall Environment, and Patronage Intentions: A Study of Female Fashion Shoppers More. Journal of Fashion Marketing and Management: An International Journal, Vol. 19(1).
JIM EKM. 02(3):150-164 (2017)
164
Park, H.-J., & Burns, L. D (2005) Fashion Orientation, Credit Card Use, And Compulsive Buying. Journal of Consumer Marketing, Vol. 22(3), 135–141.