BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1
Komunikasi 2.1.1 Definisi komunikasi Secara etimologi, komunikasi berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare, yang berarti “membuat sama”.(M ulyana, 2007: 46)
Sedangkan menurut Shannon dan Weaver dalam Wiryanto (2004: 7) Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Jadi inti dari komunikasi itu sendiri ialah kesamaan antara komunikator dan komunikan. Dengan kata lain, komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak ada kesamaan antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Namun, walaupun terdapat perbedaan persepsi mengenai arti komunikasi secara harfiah, inti dari setiap arti tersebut menunjukan bahwa inti dari komunikasi ialah penyampaian pesan.
2.2
Komunikasi Massa 2.2.1
Definisi Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). M assa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. (Nurudin, 2004: 2)
Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancarpemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, danbuku. (Nurudin, 2004: 11)
M enurut Defleur dan M cQuail dalam Riswandi (2009: 103) komunikasi massa adalah suatu proses di mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayakkhalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media massa dalam penyampaian informasinya.
2.2.2
Fungsi Komunikasi Massa M enurut De Vito dalam Winarni (2003: 245), ada beberapa fungsi yang
diemban komunikasi massa, yakni:
1. Fungsi menghibur
M edia massa sebagian besar melakukan fungsi sebagai media yang memberikan penghiburan bagi khalayaknya. Hal ini terlihat pada acara-acara humor, artikel humor, irama music, tarian, dan lain-lain. Dimana pesan-pesan yang menghibur tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menarik dan menghibur khalayak. 2. Fungsi meyakinkan
M edia mempunyai fungsi untuk meyakinkan khalayaknya. Persuasi ini dapat dilihat dalam bentuk: a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang b. Mengubah sikap, nilai, kepercayaan seseorang c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu d. Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu 3. Menginformasikan
M edia memberikan informasi tentang peristiwa, baik yang bersifat lokal, regional, nas ional, dan internasional kepada khalayaknya. Kita tahu bahwa sebagian besar informasi, kita dapatkan dari media. Baik itu informasi musik, politik, film, seni, ekonomi, sejarah, dan lain-lain. 4. Menganugerahkan status
M enurut Lazarsfeld dan M erton dalam Winarni (2003: 46), “Jika Anda benar-benar penting, Anda akan menjadi pusat perhatian massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”. Sebaliknya, “Jika Anda tidak mendapatkan perhatian massa, maka Anda tidak penting”. Orang-orang yang penting setidaknya di mata masyarakat adalah orang-orang yang sering dimuat di media. 5. Fungsi membius
Fungsi membiusnya media terjadi bila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya penerima terbius dalam keadaan tidak aktif seakan berada dalam pengaruh narkotik. 6. Menciptakan rasa kebersatuan
M edia mampu menciptakan atau membuat kita sebagai khalayak merasa menjadi anggota suatu kelompok. a. Privatisasi
M edia mampu atau memiliki kecenderungan menciptakan lawan dari rasa kesatuan dan hubungan yaitu membuat seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan menguatkan diri ke dalam dunianya sendiri. b. Parasosial
Hubungan yang dikembangkan oleh pemirsa atau khalayak dengan tokohtokoh media atau tokoh dramatik. Biasanya dalam bentuk menulis surat, telepon, faksimili, e-mail, kepada tokoh-tokoh seperti dokter, pengacara, dai, dan lain-lain untuk mendapatkan nasihat.
2.2.3. Efek Pesan Komunikasi Massa Dalam Ardiyanto dan Erdinaya (2004: 52) terdapat tiga efek pesan komunikasi massa, yaitu: 1. Efek Kognitif M embahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. 2. Efek Afektif Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberi tahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.3.
Media Massa 2.3.1. Definisi Media Massa M enurut Cangara (2003: 134) media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (khalayak) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis yaitu seperti surat kabar, film, radio, dan TV. Begitu juga yang dikatakan oleh Effendy (2003: 82) mengenai media massa menimbulkan keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator. Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media massa adalah suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi secara serempak kepada masyarakat banyak melalui media yang ada. 2.3.2.
Karakte ristik Me dia Massa
Karakteristik media massa ini bisa dikatakan sebagai suatu ciri khas media massa. Bila tidak memenuhi ciri-ciri yang telah disebutkan berarti bukan merupakan bagian dari media massa. Adapun ciri khasnya adalah bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, bersifat satu arah, meluas dan serempak, memakai peralatan teknis atau mekanis, bersifat terbuka. (Cangara, 2003 : 134)
2.4. Televisi
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia, 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. M ereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitartujuh jam dalam sehari (agee, et. Al. 2001: 279). Televisi
mengalami
perkembangan
secara
dramatis,
terutama
melalui
pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelososk negeri dengan bantuan satelit dan di terima langsung pada layar televsi di rumah dengan menggunakan wire atau microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi tambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcsat Satellite (DBS).
2.4.1 Definisi Televisi Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani. Tele yang artinya far, off, jauh. Ditambah dengan vision yang berasal dari bahasa latin, yang artinya melihat jauh. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1162),“ Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar ”. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah sebuah perangkat yang menggunakan teknologi telekomunikasi untuk dapat menerima sistem penyiaran gambar berupa suara dan gambar yang dapat dilihat dan didengar.
2.4.2.
Format Acara Tele visi
M enurut Naratama (2006: 63), Format Acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Format Acara Televisi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Drama (fiksi) a. Others b. Tragedi c. Aksi d. Komedi e. Cinta f. Legenda g. Horor 2. Nondrama (nonfiksi) a. Music b. Magazine Show c. Talk Show
d. Variety Show e. Re-packaging f. Game Show g. Kuis
3. Berita/News a. Features b. Sport c. News
2.5.Program Musik program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar lebih menarik. M enurut Vane-Gross: The programmer who to present music show would do well to be cautions. They should select an artist with wide demographic appeal, supply as much visual support as possible, and non let sequence goo too long. (Programmer yang ingin menyajikan pertunjukan musik haruslah cermat. M ereka harus memilih artis yang memiliki daya tarik demografi yang luas, menyajikan sebanyak mungkin dukungan visual, dan tidak membiarkan satu gambar ditampilkan terlalu lama). Dengan demikian, menurut Vane-Gross, programmer yang ingin menyajikan acara musik harus mempertimbangkan beberapa hal agar acara itu bisa mendapatkan sebanyak mungkin audien Program musik adalah jenis program hiburan yang menampilkan berbagai macam suguhan menarik tentang musik. Dikemas secara menarik mungkin. Program yang disajikan bagi pemirsanya untuk menghibur dengan menpilkan berbagai macam gendre musik. (M orissan, 2006: 219)
2.6. Persepsi M enurut M ulyana (2007: 167) Persepsi adalah
proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Sedangkan menurut Covey (2001: 31). Persepsi adalah cara memandang sesuatu, kerangka acuan atau keyakinan. Persepsi terdiri dari tiga proses yang dimana melalui proses ini dapat terlihat bagaimana cara pengambilan keputusan tentang seseorang atau suatu fenomena dengan cara memberi makna kepada tindakan-tindakan atau insiden yang berlaku. Proses persepsi tersebut yaitu: 1. Pemilihan rangsangan. Persepsi dimulai dengan pemilihan rangsangan dimana proses pemilihan rangsangan berhubungan dengan perhatian yang dibuat. Rangsangan tersebut akan menjadi perhatian apabila mempunyai sifat-sifat yang terlihat jelas seperti gerakan, hal-hal baru yang terus berulang. 2. Penyusunan, yaitu pembentukan sebuah struktur yang mudah dipahami. 3. M engintepretasikan atau memberi makna terhadap apa yang diperhatikan dengan mengumpulkan segala yang diterima untuk di interpretasikan secara menyeluruh agar bertujuan untuk memahami dan akhirnya membentuk sebuah persepsi. (Rakhmat, 2001: 91) Dari pengertian persepsi tersebut di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu pengintepretasian sebuah makna dan sudut pandang seseorang
terhadap suatu hal atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Terkait dengan penelitian, yaitu persepsi mahasiswa tentang presenter transgender dalam program musik di televisi, maka yang diteliti adalah bagaimana interpretasi makna dan sudut pandang penonton “Dahsyat” mengenai prisenter music Olga Syahputra dalam program tersebut yang bersikap atau bergaya transgender.
2.7. Mahasiswa Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 966), mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Di mana siswa Perguruan Tinggi berada di usia pertengahan antara 19–25 tahun yang juga didefinisikan sebagai perkembangan kebutuhan informasi terbaru, tentang hal–hal yang dianggap bisa mewakili generasi mereka sekarang.
2.8.Transgender Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual. Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir, namun mencakup: •
"Tentang, berkaitan dengan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya."
•
"Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deksripsi ini salah atau tidak sempurna bagi dirinya."
•
"Non-identifikasi dengan, atau non-representasi sebagai, gender yang diberikan kepada dirinya pada saat kelahirannya."
M engutip dari jurnal komunikasi massa.Gender adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan, misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminin seperti halus, lemah, perasa, sopan, penakut. Perbedaan tersebut dipelajari dari keluarga, teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan kebudayaan, sekolah, tempat kerja, periklanan dan media. (Jurnal Komunikasi M assa Jurnal Komunikasi M assaVol. 1, No. 1, Juli 2007, 1-7) Tetapi karena perkembangan zaman serta perubahan pola sikap perilaku muncul lah istilah transgender. Definisi yang lebih spesifik lagi menyebutkan bahwa: •
Transgender adalah orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan peran gender pada umumnya.
•
Transgender adalah orang yang dalam berbagai level “ melanggar” norma kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan wanita itu. Seorang wanita, misalnya, secara kultural dituntut untuk lemah lembut. Kalau pria yang berkarakter demikian, itu namanya transgender.
•
Orang-orang yang lahir dengan alat kelamin luar yang merupakan kombinasi pria-wanita juga termasuk transgender.
•
Transgender ada pula yang mengenakan pakaian lawan jenisnya, baik sesekali maupun rutin.
•
Perilaku transgenderlah, yang mungkin membuat beberapa orang mengganti jenis kelaminnya, seperti pria berganti jenis kelamin menjadi wanita, begitu pula sebaliknya
Dan pada kaitannya dengan masalah presenter trangenderdalam program musik di televisi yaitu bahwa Olga Syahputra adalah seorang laki-laki tetapi seringkali melakoni peran sebagai wanita. Olga adalah seseorang yang dilahirkan menjadi laki-laki namun tingkah dan gaya bicaranya lemah lembut serta dalam berperilaku serta pada saat membawakan acara music “Dahsyat” di RCTIgerak tubuh dan pola tingkah Olga Syahputra seperti perempuan dengan cara bicara, cara jalan dan tatapan matanya mengindikasikan bahwa Olga Syahputra adalah seorang Transgender. Walaupun ia tidak mengganti atau merubah jenis kelaminnya. Dalam kesempetan membawkan program musik dahsyat, Olga dalam kesempatan segmen tertentu mengenakan, wik, baju perempuan, dan bergaya serta berjoget layaknya seorang perempuan. Tetapi secara fisisk Olga Syahputra adalah seorang laki-laki, ia masih mengenakan pakaian layaknya laki-laki, hanya pola tindakan dan perilaku yang gemulai yang mengidikasinya sebagai seorang transgender. Sedangkan perbedaan dengan transeksual yaitu Transeksual adalah orang yang identitas gender psikologisnya berbeda dengan jenis kelamin biologisnya. (Taylor, 2009: 426) M asih menurut Taylor (2009: 426), Individu ini secara biologis bisa dikatakan termasuk salah satu kelompok jenis kelamin, namun mereka percaya bahwa mereka
sesungguhnya anggota jenis kelamin lainnya, dalam kebanyakan kasus seseorang penampilan keseluruhannya adalah pria namun realitas psikologisnya adalah dia merasa sebagai perempuan yang terjebak dalam tubuh pria. Tetapi transeksual lebih kepada perubahan orientasi perubahan seksual yang diaplikasikan pada perubahan jenis kelamin melalui operasi.
2.9.
Teori S -O-R Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. M enurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: •
Pesan (stimulus, S)
•
Komunikan (organism, O)
•
Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika jika
stimulus
yang
menerpa
benar-benar
melebihi
semula.
M engutip
pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu: (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan
proses
berikutnya.
Setelah
komunikan
mengolahnya
dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini juga disebut teori S-R. Teori ini memeliki banyak nama lain. Seperti teori jarum hipodemik (Hyperdemic needle theory) atau teori peluru ajaib (magic bullet theory). Disebut demikian karena teori ini meyakini bahwa kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang bisa langsung ke dalam jiwa penerima pesan, sebagaimana peluru yang ditambahkan dan langsung masuk kedalam tubuh. Singkatnya, menurut teori ini, media massa amat perkasa dalam mempengaruhi penerimaan pesan. Teori S-R menggambarkan proses komunikasi secara sederhana yang hanya melibatkan dua kompenen, yaitu media massa dan penerima pesan, yaitu khalayak. M edia massa mengeluarkan stimulus dan penerima menangapinya dengan menunjukan respons sehingga dinamakan teori stimulus-respons. (lihat Skema 2.1) (M orrisan: 2010: 17)
Skema 2.1 M odel Komunikasi S-R Stimulus M edia M assa
Respons
Public (M orrisan:
2010: 17)
Dalam hal kaitannya dengan persepsi mahasiswa tentang presenter transgender dalam program musik di telvisi adalah bahwa mahasiswa atau responden melihat perilaku Olga Syahputra dalam membawakan sebuah acara musik dengan bergaya gemulai seperti perempuan dan sering menggoyangkan badan merupakan seorang transgender. Tetapi walaupun Olga Syahputra merupakan presenter transgender tetapi ada yang suka dengan gayanya seperti itu ada juga yang tidak suka melihat penampilannya yang seperti itu didepan televisi, semua kembali lagi kepada penonton yang melihatnya dari sisi mana. Apakah hal tersebut merupakan hal yang positif bagi penonton yang melihat atau negative.
2.10. Model Analisis Skema 2.2 Stimulus Olga Syahputra Dalam program musik “Dahsyat”
Respons
M ahasiswa penonton program musik “Dahsyat”
Dalam hal ini Olga Syahputra adalah sebagai stimulus dari sikap dan perilakunya kemudian mahsiswa yang menonton program music “Dashyat” akan memeberikan penilaian sendiri dari sikap dan perilaku Olga Syahputra sebagai presenter yang bergaya seperti perempuan. M enurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Serta mahasiswa juga dapat melihat Olga Syahputra berperilaku seperti perempuan tersubut dari segi sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Setelah menilai semua itu pasti mahasiswa akan memberikan tanggapan berupa respons dari apa yang mereka lihat.