ELASTISITAS KONSUMSI ZAT GIZI DI SUMATERA SELATAN, 2013 Faharuddin Fahar1), Andy Mulyana2), M. Yamin2), Yunita2)
ABSTRAK Dampak harga terhadap kualitas konsumsi pangan dapat dipelajari diantaranya dengan melihat elastisitas zat gizi dalam konsumsi pangan rumahtangga. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengkaji elastisitas konsumsi zat gizi yang terdiri atas kalori, protein, karbohidrat dan lemak di Sumatera Selatan menggunakan data Susenas tahun 2013. Elastisitas konsumsi zat gizi terhadap pengeluaran relatif besar mendekati unit elastic, khususnya untuk protein dan lemak baik perkotaan maupun pedesaan. Elastisitas konsumsi zat gizi terhadap harga komoditas pangan umumnya sangat kecil (tidak elastis) dan semua nilai elastisitas harga lebih rendah dibandingkan elastisitas pengeluaran. Meskipun demikian, harga empat kelompok komoditas yang memberikan pengaruh penting terhadap konsumsi zat gizi adalah beras, minyak dan lemak, ikan, serta daging. Kebijakan meningkatkan pendapatan masyarakat sangat tepat untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat Sumatera Selatan dan lebih efektif dibandingkan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga pangan. Selanjutnya, prioritas kebijakan stabilisasi harga pangan dapat ditekankan terutama pada empat kelompok pangan yaitu beras, minyak dan lemak, ikan, serta daging. Kata kunci: elastisitas konsumsi zat gizi, QUAIDS, Sumatera Selatan
NUTRIENT ELASTICITY IN SOUTH SUMATERA, 2013 ABSTRACT The impact of price increases on the quality of food consumption can be learned by looking at nutrients elasticity of household food consumption. This study aimed to obtain and assess the nutrient elasticities of calories, protein, carbohydrates and fats in South Sumatera using the data Susenas 2013. Nutrient elasticity for high income households aproximately unit elastic, particularly for protein and fats either for urban and rural. Price elasticity of nutrient are generally very small (not elastic) and all values lower than expenditure elasticity. The price of four groups of commodities namely rice, oils and fats, fish, and meat do not provide significant influence on nutrient consumption. Increase incomes policy is apt to improve the quality of households consumption in South Sumatra and more effective than food price stabilization policies. Furthermore, food price stabilization policy priorities can be emphasized particularly on the four food groups, namely rice, oils and fats, fish, and meat. Keywords: nutrient elasticity, QUAIDS, South Sumatera
1 2
Badan Pusat Statistik (email:
[email protected]) Sriwijaya University Palembang
PENDAHULUAN Kualitas konsumsi pangan menjadi konsen pemerintah dalam pembangunan ketahanan pangan di Indonesia. Pangan yang berkualitas yaitu yang memiliki komposisi gizi yang seimbang dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai standar kesehatan. Secara nasional, melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 telah ditetapkan bahwa standar kecukupan energi minimal adalah 2000 kilo kalori per kapita per hari sedangkan standar kecukupan protein minimal adalah 52 gram per kapita per hari (LIPI, 2004). Pada tahun 2012, rata-rata konsumsi energi per kapita di Sumatera Selatan sebesar 1.848,17 kkal per hari di bawah standar kecukupan energi, sedangkan rata-rata konsumsi protein sebesar 51,81 gram per kapita per hari juga lebih rendah dari standar kecukupan protein (BPS, 2013). Selain tingkat konsumsi energi dan protein yang masih cukup rendah tersebut, konsumsi energi dan protein di Sumatera Selatan memiliki kecenderungan yang menurun dalam jangka panjang (BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2014). Asupan gizi yang rendah juga tercermin dari tingginya angka kekurangan gizi pada balita di Sumatera Selatan, di mana pada tahun 2013 mencapai 18,3 persen (Balitbangkes, 2103). Adanya kenaikan harga bahan pangan secara langsung menyebabkan meningkatnya anggaran belanja rumah tangga yang harus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jika pendapatan rumah tangga relatif tidak berubah, kenaikan harga bahan pangan menyebabkan menurunnya daya beli, sehingga seringkali direspon oleh rumah tangga dengan mengurangi permintaan terhadap bahan pangan tersebut atau menggantinya dengan bahan pangan yang lebih murah. Dengan demikian kenaikan harga pangan dapat berdampak pada perubahan pola konsumsi pangan rumah tangga baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Kualitas konsumsi pangan di Sumatera Selatan masih rendah bahkan cenderung menurun beberapa tahun terakhir ditunjukkan oleh konsumsi kalori dan protein yang cenderung
menurun. Dengan menurunnya kuantitas maupun kualitas konsumsi pangan akibat kenaikan harga bahan pangan tentu saja secara langsung berdampak pada menurunnya diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga. Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah dalam diversifikasi konsumsi pangan yang ditunjukkan oleh skor pola pangan harapan (PPH) yang masih cukup rendah serta tingginya ketergantungan terhadap pangan pokok khususnya pada beras. Dampak harga terhadap kualitas konsumsi pangan dapat dipelajari diantaranya dengan melihat elastisitas zat gizi dalam konsumsi pangan rumahtangga. Informasi ini sangat berguna untuk menentukan kebijakan penyediaan pangan maupun untuk kebijakan stabilisasi harga pangan agar dapat terjangkau oeh masyarakat khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah. Studi tentang elastisitas konsumsi zat gizi (nutrient elasticity) di Indonesia masih relatif terbatas, bahkan untuk level provinsi jarang ditemukan. Penelitian yang mengkaji elastisitas konsumsi zat gizi di Indonesia dilakukan oleh Skoufias (2003), Moeis (2003) dan Widarjono (2012). Skoufias (2003) mengkaji elastisitas pendapatan terhadap konsumsi kalori dan dampak yang terjadi akibat kenaikan harga menggunakan data Susenas 1996 dan 1999. Hasil yang diperoleh adalah elastisitas pendapatan terhadap konsumsi kalori tidak sensitif terhadap perubahan harga. Moeis (2003) menggunakan elastisitas konsumsi zat gizi (kalori, protein, karbohidrat dan lemak) untuk mempelajari dampak kiris ekonomi pada tahun 1997 dengan data Susenas 1996 dan 1999. Berbeda dengan Skoufias (2003), Moeis (2003) menyimpulkan bahwa konsumsi gizi responsif terhadap pendapatan/pengeluaran dan dengan adanya krisis elastisitas pengeluaran justru meningkat. Sebaliknya, elastistas konsumsi zat gizi terhadap kenaikan harga beras, cukup kecil (antara -0,20 hingga -0,22) dan justru mengalami penurunan setelah kiris ekonomi. Widarjono (2012) juga mengkaji elastisitas konsumsi kalori, protein, lemak dan karbohidrat di Indonesia dengan menggunakan Susenas tahun 2011. Studi tersebut
mendapatkan besaran angka elastisitas pengeluaran yang lebih rendah dengan Moeis (2003) di mana elastisitas pengeluaran berkisar antara 0,59 hingga 0,75. Sedangkan kenaikan harga telur dan susu paling berpengaruh terhadap konsumsi kalori, protein dan karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengkaji elastisitas konsumsi zat gizi yang terdiri atas kalori, protein, karbohidrat dan lemak di Sumatera Selatan. Selanjutnya dengan kajian tersebut diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan penting bagi penentuan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan.
DATA DAN METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013 di Provinsi Sumatera Selatan. Susenas adalah survei rumah tangga yang mengumpulkan data mengenai konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari 200 komoditas pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sejak tahun 2011, Susenas dilaksanakan secara triwulanan sebanyak empat kali setiap tahunnya yaitu pada bulan Maret, Mei, September dan Desember dengan sampel sama setiap triwulannya tetapi rumah tangga sampel yang berbeda. Jumlah sampel Susenas Triwulan 1 representatif hingga tingkat provinsi. Penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama estimasi elastisitas harga dan elastisitas pendapatan menggunakan model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Sedangkan tahap kedua berupa penghitungan elastisitas konsumsi zat gizi yaitu elastisitas kalori, protein, lemak dan karbohidrat. Model QUAIDS yang digunakan dalam penelitian ini diformulasikan mengikuti Ray (1983) dan Poi (2012) dengan memasukkan variabel sosial demografi dalam model sebagai berikut:
π€π = βπ + β πΎππ ln ππ + (π½π + πΌπ β²π«) ln [ π
+
π₯ ] π Μ
0 (π«)π(π)
(1)
2 Ξ»π π₯ {ln [ ]} + π’π π(π)π (π, π«) π Μ
0 (π«)π(π)
di mana: Μ
π (π«) π
= π + πβ²π«
π(π, π«)
= β π πΌπ β²π« π π
i,j
= kelompok komoditas (1, 2, ..., 14)
ππ
= proporsi pengeluaran (budget share) rumah tangga untuk konsumsi kelompok komoditas ke-i terhadap total pengeluaran konsumsi pangan. Kelompok komoditas dibagi dalam 14 kelompok (Tabel 1.)
ππ
= harga kelompok komoditas ke-j
π
= jumlah pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan (rupiah)
D
= Vektor variabel sosial demografi rumah tangga D1:klasifikasi daerah (1=perkotaan, 0=pedesaan) D2:jumlah anggota rumah tangga, D3: jumlah balita, D4:pendidikan kepala rumah tangga, D5:lapangan usaha kepala rumah tangga (1=pertanian, 0=lainnya) D6:kelompok pendapatan (1=menengah, 0=lainnya) D7:kelompok pendapatan (1=tinggi, 0=lainnya)
βπ , πΈππ , π·π , ππ πΌπ , π ππ ln π(π)
= parameter = vektor parameter = residual ( error term) = indeks harga:
π
π
π
π₯π§ π(π) = πΆπ + β πΆπ π₯π§ ππ + β β πΈππ π₯π§ ππ π₯π§ ππ π=π
b(p)
π=π π=π
= agregator harga Cobb-Douglas: π
π(π) = β ππ π·π π=π
= vektor harga kelompok komoditas dengan komponen ππ
π
Tabel 1. Pengelompokkan Komoditas yang Digunakan dalam Penelitian No.
Kelompok
1. 2.
Beras Padi-padian non beras
3.
Umbi-umbian
4.
Ikan
5.
Daging
6. 7.
Telur Susu
8. 9.
Sayuran Kacang-kacangan
10. 11.
Buah-buahan Minyak dan Lemak
12. 13.
Bahan Minuman Bumbu-bumbuan
14.
Pangan Lainnya
Jenis Komoditas beras lokal, kualitas unggul dan impor termasuk beras ketan Jagung basah dengan kulit, jagung pipilan, tepung beras/jagung/terigu dan lainnya Ketela pohon, ketela rambat, sagu, talas, gaplek, tepung gaplek/singkong, lainnya Ikan, udang, cumi, kerang (baik yang segar maupun yang diawetkan) Daging (sapi, kerbau, kambing, babi, ayam ras, ayam kampung, unggas lainnya, daging lainnya), abon, dendeng, daging dalam kaleng, hati, jeroan, tetelan, tulang. Telur ayam, telur itik, telur puyuh, telur lainnya, telur asin Susu murni, susu cair pabrik, susu kental manis, susu bubuk, susu bubuk bayi, keju dan hasil lain dari susu Semua jenis sayuran termasuk cabe Kacang tanah, kacang kedele, kacang hijau, kacang lainnya, tahu, tempe, tauco, oncom Semua jenis buah-buahan termasuk buah dalam kaleng Minyak goreng, minyak kelapa, minyak jagung, kelapa, margarine dan lainnya Gula, teh, kopi, coklat (instan/bubuk), sirup Garam, kemiri, lada, ketumbar, asam, biji pala, cengkeh, terasi, kecap, penyedap masakan, sambal, bumbu masak jadi Mie, bihun, kerupuk, emping, bahan agar, bubur bayi kemasan dan semua jenis makanan/minuman jadi termasuk minuman keras.
Variabel sosial demografi rumah tangga seperti jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, lapangan pekerjaan, klasifikasi daerah dan pendapatan dimasukkan dalam model untuk mengontrol adanya variasi pada struktur preferensi antar rumah tangga karena perbedaan karakteristik sosial demografi rumah tangga. Beberapa peneliti menemukan perlunya memasukan variabel sosial ekonomi rumah tangga dalam model dalam kajian permintaan, misalnya yang dilakukan Pollak dan Wales (1981), Rain (1983), Deaton dan Paxson (1998) serta Denton dkk. (1999). Penelitian di Indonesia yang mengkaji permintaan pangan juga memasukkan variabel sosial ekonomi rumah tangga seperti yang dilakukan oleh Moeis (2003) dan Widarjono (2012). Kelompok pendapatan dibagi menjadi tiga berdasarkan kriteria Bank Dunia yaitu masing-masing 40 persen terendah, 40 persen berpendapatan menengah dan 20 persen berpendapatan tertinggi. Pendapatan tersebut diproksi dari pengeluaran total perkapita sebulan dari rumah tangga sampel yang menjadi unit penelitian. Selanjutnya estimasi elastisitas model QUAIDS pada persamaan (1) diberikan menggunakan persamaan berikut ini (Poi, 2012):
a. Elastisitas pendapatan: πππ₯ =
ππ +1 π€π
(2)
di mana ππ β‘
ππ€π Ξ»π π₯ ] = (π½π + πΌπ β²π«) + ln [ π ln π₯ π(π)π (π, π«) π Μ
0 (π«)π(π)
b. Elastisitas harga tidak terkompensasi πππ =
πππ β πΏππ π€π
di mana πΏππ adalah Kronecker delta (πΏππ = 1 untuk i = j dan πΏππ = 0 untuk i β j) dan
(3)
πππ β‘
2 ππ€π ππ (π½π + πΌπ β²π«) π₯ {ln [ ]} = πΎππ β ππ (πΌπ + β πΎππ ln ππ ) β π ln ππ π(π)π(π, π«) π(π) π
c. Elastisitas harga terkompensasi πππ β = πππ + πππ₯ π€π
(4)
Estimasi persamaan (1), (2), (3) dan (4) di atas dilakukan dengan menggunakan program yang dikembangkan oleh Poi (2012) pada software STATA MP 13.0. Selanjutnya elastisitas konsumsi zat gizi, di mana dalam peneliatian ini dibatasi pada kandungan
energi (dalam kilo kalori), protein (dalam gram), lemak (dalam gram), dan
karbohidrat (dalam gram), dihitung mengikuti cara yang dipakai oleh Pitt (1983), Sahn (1988), Huang (1996), Ecker dan Qaim (2011), serta Widarjono (2012) yaitu menggunakan persamaan sebagai berikut: πΈπ =
βπ βπ ππππ πππ πππ₯ βπ βπ ππππ πππ
(5)
dan πππ =
βπ βπ ππππ πππ πππ βπ βπ ππππ πππ
(6)
di mana: πΈπ
= elastisitas zat gizi terhadap pendapatan
πππ
= elastisitas zat gizi terhadap harga kelompok komoditas j
ππππ
= koefisien konversi zat gizi N (mengukur kandungan gizi) kelompok komoditas i komoditas makanan k
πππ
= kuantitas konsumsi kelompok komoditas i komoditas makanan k
πππ₯
= elastisitas pendapatan kelompok komoditas i (diambil dari persamaan (2))
πππ
= elastisitas harga, diambil dari persamaan (3))
Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Zat Gizi Per Kapita Per Hari Menurut Kelompok Komoditas Kalori (kkal) Kelompok Komoditas (1) Beras Padi-padian non beras Umbi-umbian Ikan Daging Telur Susu Sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Pangan Lainnya Total Sumber: Hasil Pengolahan
Keseluruhan (2) 893.05 51.07 32.82 55.75 47.92 32.32 41.65 40.76 39.55 45.01 243.32 136.86 15.99 282.01 1,958.07
Perkotaan (3) 746.85 49.91 32.15 54.57 59.85 35.93 54.22 35.05 43.64 46.13 228.02 121.86 13.36 332.96 1,854.51
Protein (gram) Pedesaan (4) 983.90 51.79 33.24 56.48 40.51 30.07 33.84 44.31 37.01 44.31 252.83 146.18 17.62 250.35 2,022.42
Keseluruhan (5) 20.89 1.37 0.27 8.91 3.06 2.59 1.46 2.53 3.81 0.51 0.14 1.40 0.80 7.44 55.17
Perkotaan (6) 17.47 1.34 0.25 8.88 3.88 2.88 2.01 2.11 4.18 0.54 0.12 1.23 0.67 9.21 54.78
Pedesaan (7) 23.02 1.39 0.28 8.92 2.56 2.40 1.12 2.79 3.58 0.49 0.14 1.50 0.88 6.33 55.41
Lemak (gram) Keseluruhan (8) 3.58 0.17 0.06 1.75 3.87 2.27 1.54 0.59 1.80 0.31 14.57 0.18 0.57 10.98 42.23
Perkotaan (9) 2.99 0.16 0.06 1.67 4.79 2.53 2.11 0.54 2.00 0.34 14.52 0.18 0.47 12.73 45.09
Pedesaan (10) 3.94 0.17 0.07 1.80 3.29 2.12 1.18 0.62 1.67 0.29 14.60 0.19 0.63 9.88 40.46
Karbohidrat (gram) Keseluruhan (11) 191.21 11.79 7.80 0.50 0.03 0.14 5.63 7.48 2.50 10.79 0.42 34.64 2.16 36.37 311.47
Perkotaan (12) 159.90 11.51 7.65 0.40 0.05 0.16 6.97 6.35 2.81 11.10 0.29 30.93 1.84 43.06 283.02
Pedesaan (13) 210.66 11.95 7.89 0.56 0.02 0.13 4.80 8.18 2.31 10.60 0.50 36.95 2.37 32.21 329.14
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Gizi di Sumatera Selatan Secara keseluruhan, rata-rata konsumsi kalori per kapita di Sumatera Selatan sebesar 1.958,07 kkal berada di bawah standar kecukupan gizi nasional sedangkan rata-rata konsumsi protein sebesar 55,17 gram per kapita per hari, di atas standar kecukupan protein nasional. Ratarata konsumsi lemak 42,23 gram per kapita per hari, dan rata-rata konsumsi karbohidrat sebesar 311,47 gram per kapita per hari. Konsumsi kalori, protein, dan karbohidrat di perkotaan lebih rendah dibandingkan dibandingkan pedesaan, tetapi sebaliknya rata-rata konsumsi lemak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan (Tabel 2.). Sumber utama kalori berasal dari beras, disusul oleh minyak dan lemak, bahan minuman, serta pangan lainnya. Konsumsi kalori yang berasal dari padi-padian non beras serta umbiumbian masih relatif kecil. Di pedesaan, konsumsi kalori yang berasal dari beras, padi-padian non beras, minyak dan lemak, serta bahan minuman lebih tinggi dibandingkan perkotaan, sebaliknya konsumsi kalori yang berasal dari pangan lainnya (termasuk makanan jadi) lebih tinggi di pekotaan dibandingkan di pedesaan. Konsumsi protein juga utamanya berasal dari beras, diikuti oleh ikan dan pangan lainnya (termasuk makanan jadi) baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi protein dari ikan sebagai sumber protein hewani ternyata memiliki proporsi yang kecil, demikian juga konsumsi protein yang berasal dari telur. Sementara konsumsi protein nabati dari kacang-kacangan juga masih cukup kecil. Proporsi konsumsi lemak terbesar berasal dari kelompok minyak dan lemak, diikuti oleh kelompok pangan lainnya. Sedangkan kelompok daging sebagai sumber utama lemak ternyata memiliki proporsi konsumsi lemak yang masih sangat rendah. Konsumsi karbohidrat utamanya berasal dari beras, diikuti oleh pangan lainnya dan kelompok bahan minuman. Proporsi konsumsi karbohidrat yang berasal dari padi-padian non beras serta umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat selain beras nampak masih sangat rendah.
Tabel 3. Hasil Estimasi Model QUAIDS Variabel Independen Alpha-i (konstanta) Beta-i (ln x/p) Gamma -ij: ln p1 ln p2 ln p3 ln p4 ln p5 ln p6 ln p7 ln p8 ln p9 ln p10 ln p11 ln p12 ln p13 ln p14 Lambda-i ((ln x/p)^2) Eta-i: D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 Rho
Keterangan:
w1
w2
w3
-0.376 *** -0.020 * 0.009 -0.046 *** -0.014 *** -0.005 * 0.094 ***
0.003 ** -0.002 0.003 *** 0.000 0.001 **
w4
*** **
Variabel Dependen w7 w8
w6
0.056 -0.024 **
0.051 -0.015 -0.026 *** -0.014 ***
-0.005 0.000 0.000 0.002
-0.008 ** 0.000 0.001 0.000 0.001 0.000 0.005 *** 0.001 0.006 ** -0.001 0.004 ***
0.005 *** -0.001 *** -0.001 *** -0.003 0.000 *** 0.000 -0.004 *** 0.000 0.000 0.000 0.004 *** 0.000 -0.002 *** 0.000 0.000 0.000 0.002 * 0.000 Rho1=0.064 ***
w5
-0.004 *** -0.001 **
0.000 *** 0.000 *** 0.000 *** 0.000 0.000 0.000 * 0.000 *** 0.000 0.000 0.000 -0.001 *** 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 *** 0.000 *** -0.001 *** 0.000 0.000 0.000 ** 0.000 -0.001 * 0.000 ** 0.000 *** 0.000 -0.001 *** 0.000 Rho2=-0.158 *** Rho3=-0.371***
w9
-0.041 -0.008 -0.003 -0.012 -0.014 -0.009 0.078
*** 0.010 *** 0.011 *** 0.006 *** -0.001 ** 0.002 *** 0.000 ** 0.009 *** -0.001 *** -0.006 *** -0.002 *** 0.006 *** 0.000 *** -0.013 *** -0.004 -0.017 *** -0.002 -0.004
0.008 ***
0.001 *
*** 0.000 0.000 ** 0.000 *** 0.000 ** -0.001 * 0.000 0.002 *** 0.000 0.000 * -0.001 *** 0.000 0.000 0.000 0.002 Rho4=-0.248 **
0.000
*** -0.010 0.000 0.000 0.006 ** 0.004 0.001 ** -0.002 ** 0.003 *** 0.002 -0.014
w11
*** -0.001 0.001 0.000 *** 0.002 *** -0.001 0.001 -0.004 ** 0.002 *** 0.002 *** 0.002 0.000
-0.003 ***
0.000 ** 0.000 0.000 0.001 0.000 -0.001 *** 0.000 -0.001 *** 0.000 0.000 0.000 -0.001 *** 0.001 *** -0.001 Rho5=0.089 ***
*** signifikan pada taraf uji 1% ** signifikan pada taraf uji 5% * signifikan padataraf uji 10% Sel yang kosong pada koefisien gamma, tidak dituliskan karena adanya asumsi simetri.
Sumber: Hasil Pengolahan
w10
w12
0.564 *** -0.069 ** -0.013 0.111 *** -0.002 0.131 *** -0.022 *** -0.008 *** -0.011 -0.005 *
*** *** *** ***
-0.019 -0.008
0.006 -0.002 0.001 ** 0.001 * 0.002 0.000 * *** -0.008 ** 0.008 *** -0.001 *** -0.002 0.000 0.003
0.000 *
*** **
w14 0.738 *** 0.067 *** -0.059 -0.003 0.001 -0.007 0.012 -0.005 0.048 -0.012 -0.004 0.008 -0.004 -0.009 -0.009 0.044 -0.001
*** ***
0.000 *** 0.000 0.000 ** 0.003 0.000 0.003 0.001 *** -0.007 0.000 0.006 0.000 0.001 0.000 *** -0.003 Rho7=-0.096
*** *** *** *** ***
0.003 0.000 -0.001 -0.001 * 0.000 0.001 *** -0.007 *** 0.004 0.004 ** 0.001 0.002 ** 0.000 0.005
0.001 **
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 *** 0.001 0.000 *** -0.001 * 0.000 *** 0.000 *** 0.001 *** 0.000 Rho6=-0.068
w13 -0.015 -0.013 ***
*** *** * *** *** **
* ***
*** *** *** *** ***
0.000 **
* *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
***
Analisis Model QUAIDS Hasil estimasi parameter model QUAIDS disajikan pada Tabel 3 di atas. Dari 252 koefisien ternyata 147 koefisien (58,33 persen) signifikan pada taraf uji 5 persen, sedangkan koefisien harga yang signifikan pada taraf uji 5 persen sebesar 43,75 persen. Hal yang cukup menarik adalah bahwa 10 dari 14 koefisien suku kuadratik signifikan pada taraf 5. Secara keseluruhan dianggap model dengan suku quadratik lebih tepat dibandingkan model linier. Tabel 4 menyajikan elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga menurut kelompok komoditas pangan. Secara umum beberapa hal yang dapat dilihat berdasarkan tabel tersebut sebagai berikut: 1. Elastisitas pendapatan/pengeluaran lebih tinggi dibandingkan elastisitas harga sendiri, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan lebih tinggi dibandingkan pengaruh harga terhadap konsumsi rumahtangga. 2. Sebagai komoditas pangan utama, beras memiliki elastisitas pengeluaran dan elastisitas
harga yang rendah di mana kenaikan pendapatan dan kenaikan harga beras maupun harga pangan yang lain tidak banyak mempengaruhi konsumsi beras. 3. Sebagian besar kelompok komoditas pangan memiliki elastisitas harga tidak terkompensasi yang mendekati 1 yaitu antara 0,9 hingga 1,1, artinya persentase kenaikan harga pangan hampir sebanding dengan persentase penurunan konsumsi pangan tersebut. Elastisitas harga yang tinggi hanya terdapat pada kelompok komoditas buah-buahan. 4. Sebagian besar kelompok komoditas memiliki nilai-nilai elastisitas harga silang yang sangat kecil, mendekati 0. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar komoditas bersifat independen. Meskipun demikian, kenaikan harga komoditas beras dan sayuran memberikan respon yang paling banyak pada konsumsi bahan pangan yang lain, tetapi tidak ada yang elastis (elastisitas harga silang dapat dilihat pada lampiran).
Tabel 4. Elastisitas Pengeluaran dan Elastisitas Harga Sendiri Kelompok Komoditas Pangan (1) Beras Padi-padian non beras Umbi-umbian Ikan Daging Telur Susu Sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Pangan Lainnya
Elastisitas Pengeluaran
Elastisitas Harga Sendiri Tidak Terkompensasi
Elastisitas Harga Sendiri Terkompensasi
Keselu -ruhan
Perkotaan
Pedesaan
Keselu -ruhan
Perkotaan
Pedesaan
Keselu -ruhan
Perkotaan
Pedesaan
(2) 0.490 1.353 1.359 1.072 1.856 0.871 1.860 0.760 0.839 1.619 0.770 0.692 0.818 1.464
(3) 0.336 1.403 1.281 1.052 1.412 0.753 1.714 0.745 0.751 1.432 0.756 0.738 0.838 1.386
(4) 0.524 1.360 1.450 1.113 2.280 0.958 1.989 0.783 0.949 1.766 0.779 0.664 0.816 1.454
(5) -0.698 -0.804 -0.918 -1.020 -1.028 -0.907 -0.550 -1.125 -1.130 -1.412 -1.008 -0.952 -0.842 -1.111
(6) -0.671 -0.721 -0.973 -1.086 -1.229 -0.842 -0.611 -1.128 -0.977 -1.428 -0.935 -0.953 -0.909 -1.219
(7) -0.688 -0.860 -0.885 -1.009 -0.960 -0.912 -0.469 -1.127 -1.221 -1.406 -1.041 -0.938 -0.793 -1.041
(8) -0.590 -0.792 -0.906 -0.899 -0.964 -0.875 -0.490 -1.021 -1.106 -1.336 -0.976 -0.907 -0.818 -0.826
(9) -0.614 -0.708 -0.962 -0.968 -1.167 -0.814 -0.534 -1.040 -0.955 -1.345 -0.908 -0.914 -0.889 -0.864
(10) -0.560 -0.848 -0.873 -0.883 -0.891 -0.877 -0.418 -1.012 -1.193 -1.333 -1.006 -0.891 -0.767 -0.800
Sumber: Hasil Pengolahan
Elastisitas Konsumsi Zat Gizi Hasil penghitungan elastisitas konsumsi zat gizi di Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 5 di bawah. Semua elastisitas pengeluaran (sebagai pendekatan elastisitas pendapatan) bernilai positif sejalan dengan teori bahwa meningktnya pendapatan menyebabkan naiknya konsumsi gizi. Sebaliknya, sebagian besar elastisitas harga bernilai negatif, artinya naiknya harga pangan secara umum menyebabkan konsumsi zat gizi menurun, meskipun tidak seluruhnya. Pada model keseluruhan, elastisitas pengeluaran berkisar antara 0,758 untuk karbohidrat hingga 1,096 untuk lemak (Tabel 5). Konsumsi lemak dan protein lebih elastis terhadap pengeluaran dibandingkan kalori dan karbohidrat, artinya meningkatnya pendapatan menyebabkan kenaikan konsumsi lemak dan protein lebih tinggi dibandingkan kenaikan konsumsi kalori dan karbohidrat. Hasil ini sejalan dengan hasil yang dikemukakan oleh Widarjono (2012).
Konsumsi karbohidrat, kalori, dan protein paling terpengaruh oleh perubahan harga beras, pada model keseluruhan. Pada Tabel 5. terlihat bahwa 1 persen kenaikan harga beras menyebabkan menurunnya konsumsi karbohidrat 0,459 persen, konsumsi kalori menurun sebesar 0,368 persen dan konsumsi protein menurun sebesar 0,306 persen. Sedangkan konsumsi lemak paling terpengaruh oleh minyak dan lemak, di mana kenaikan 1 persen harga minyak akan menurunkan konsumsi lemak sebesar 0,355 persen. Kenaikan harga minyak dan lemak juga mempengaruhi konsumsi kalori, dimana 1 persen kenaikan harga minyak dan lemak menyebabkan turunnya konsumsi kalori sebesar 0,128 persen. Kenaikan 1 persen harga beras juga menurunkan konsumsi lemak sebesar 0,161 persen. Selain kedua kelompok komoditas tersebut, harga kelompok komoditas yang memiliki elastisitas konsumsi gizi yang relatif besar adalah ikan. Kenaikan 1 persen harga ikan menyebabkan turunnya konsumsi protein sebesar 0,170 persen. Di perkotaan, elastisitas pengeluaran berada antara 0,704 (karbohidrat) hingga 1,040 (lemak), di mana lemak dan protein juga lebih elastis terhadap pengeluaran/pendapatan dibandingkan kalori dan karbohidrat. Seperti pada model keseluruhan, kenaikan harga komoditas yang paling berpengaruh terhadap konsumsi zat gizi adalah beras, minyak dan lemak, ikan, serta daging. Kenaikan harga beras 1 persen menyebabkan turunnya konsumsi karbohidrat 0,396 persen, konsumsi kalori turun sebesar 0,302 persen, konsumsi protein turun sebesar 0,231 persen, serta konsumsi lemak turun 0,10 persen. Namun demikian, pengaruh harga beras terhadap konsumsi zat gizi di perkotaan terlihat lebih rendah dibandingkan pada model keseluruhan.
Tabel 5. Elastisitas Pengeluaran dan Elastisitas Harga dari Konsumsi Zat Gizi Keseluruhan Kelompok Pangan
Perkotaan
Kalori
Protein
Lemak
(2)
(3)
(4)
Karbohidrat (5)
Elastisitas Pengeluaran
0.843
0.929
1.096
Elastisitas Harga: Beras Padi-padian non beras Umbi-umbian Ikan Daging Telur Susu Sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Pangan Lainnya
-0.368 -0.019 -0.017 -0.023 -0.021 -0.020 -0.034 0.014 -0.004 -0.015 -0.128 -0.071 -0.009 -0.129
-0.306 -0.024 -0.008 -0.170 -0.060 -0.053 -0.035 -0.030 -0.073 0.002 -0.001 -0.028 -0.015 -0.127
-0.161 -0.005 -0.003 -0.043 -0.097 -0.056 -0.040 -0.028 -0.044 0.022 -0.355 -0.019 -0.010 -0.257
(1)
Sumber: Hasil Pengolahan
Pedesaan
Kalori
Protein
Lemak
(6)
(7)
(8)
Karbohidrat (9)
Kalori
Protein
Lemak
(10)
(11)
(12)
Karbohidrat (13)
0.758
0.800
0.882
1.040
0.704
0.844
0.941
1.119
0.758
-0.459 -0.028 -0.025 0.004 0.008 -0.006 -0.033 0.030 0.014 -0.042 -0.003 -0.108 -0.013 -0.099
-0.302 -0.014 -0.015 -0.021 -0.016 -0.006 -0.057 0.004 -0.007 -0.010 -0.120 -0.063 -0.012 -0.161
-0.231 -0.022 -0.001 -0.182 -0.062 -0.056 -0.047 -0.024 -0.075 0.008 0.002 -0.030 -0.010 -0.153
-0.104 -0.002 -0.016 -0.007 -0.148 -0.060 -0.048 -0.021 -0.025 0.003 -0.309 -0.008 -0.018 -0.277
-0.396 -0.022 -0.017 -0.007 0.045 0.020 -0.064 0.016 0.002 -0.025 -0.006 -0.104 -0.011 -0.134
-0.396 -0.021 -0.018 -0.021 -0.021 -0.022 -0.025 0.022 -0.004 -0.016 -0.131 -0.074 -0.010 -0.107
-0.345 -0.026 -0.011 -0.166 -0.056 -0.050 -0.028 -0.031 -0.072 0.000 -0.002 -0.028 -0.019 -0.108
-0.199 -0.002 0.002 -0.058 -0.074 -0.051 -0.034 -0.033 -0.050 0.028 -0.383 -0.022 -0.004 -0.239
-0.479 -0.032 -0.028 0.010 -0.004 -0.013 -0.023 0.042 0.016 -0.044 0.000 -0.108 -0.018 -0.078
Kenaikan 1 persen harga minyak dan lemak di perkotaan menyebabkan turunnya konsumsi lemak sebesar 0,309 persen dan turunnya konsumsi kalori sebesar 0,120 persen. Sedangkan kenaikan harga ikan sebesar 1 persen menyebabkan turunnya konsumsi protein sebesar 0,182 persen. Cukup menarik di perkotaan, harga daging memiliki pengaruh yang relatif diperhitungkan terhadap konsumsi zat gizi khusunya lemak, meskipun pada model keseluruhan pengaruh ini tidak jelas terlihat. Kenaikan 1 persen harga daging menurunkan konsumsi lemak sebesar 0,148 persen. Di pedesaan, elastisitas pengeluaran lebih tinggi dibandingkan perkotaan dengan rentang antara yang terendah 0,758 untuk karbohidrat hingga tertinggi 1,119 untuk lemak. Elastisitas harga untuk konsumsi karbohidrat, kalori dan lemak tertinggi juga pada komoditas beras, sedangkan untuk konsumsi lemak, elastisitas harga tertinggi berasal dari kelompok komoditas minyak dan lemak. Kenaikan harga minyak dan lemak juga mengurangi konsumsi kalori. Selain beras serta minyak dan lemak, harga kelompok komoditas yang memberikan pengaruh terhadap konsumsi zat gizi adalah ikan, di mana kenaikan harga ikan sebesar 1 persen mengurangi konsumsi protein sebesar 0,166 persen. Baik pada model keseluruhan, perkotaan, maupun pedesaan elastisitas konsumsi zat gizi terhadap pengeluaran (elastisitas pengeluaran) selalu lebih tinggi dibandingkan elastisitas konsumsi zat gizi terhadap harga (elastisitas harga). Ini menunjukkan bahwa pengaruh perubahan pendapatan terhadap konsumsi zat gizi lebih tinggi dibandingkan pengaruh perubahan harga. Perbedaan ini terlihat lebih besar untuk konsumsi protein dan lemak, tetapi mengecil untuk konsumsi kalori dan karbohidrat. Temuan yang sama juga disampaikan oleh Widarjono (2012). Harga kelompok komoditas yang disebutkan di atas yang memberikan pengaruh terhadap konsumsi zat gizi (kalori, protein, lemak, dan karbohidrat) yaitu beras, minyak dan lemak, ikan, serta daging kenyataannya memiliki elastisitas harga yang relatif kecil (tidak elastis). Elastisitas
tertinggi adalah elastisitas konsumsi karbohidrat terhadap harga beras di pedesaan, di mana kenaikan 1 persen harga beras hanya menyebabkan turunnya konsumsi karbohidrat sebesar 0,479 persen di daerah pedesaan. Bahkan untuk elastisitas protein terhadap harga ikan di pedesaan hanya sebesar -0,166 dan elastisitas lemak terhadap harga daging di perkotaan hanya sebesar -0,148.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, beberapa kesimpulan utama yang dapat diambil adalah sebagai berikut. Pertama, elastisitas konsumsi zat gizi terhadap pengeluaran relatif besar mendekati unit elastic, khususnya untuk protein dan lemak baik model keseluruhan, perkotaan maupun pedesaan. Elastisitas konsumsi zat gizi terhadap pengeluaran di perkotaan cenderung lebih rendah dibandingkan pedesaan. Kedua, elastisitas konsumsi zat gizi terhadap harga komoditas pangan umumnya sangat kecil (tidak elastis). Elastisitas tertinggi yaitu elastisitas konsumsi zat gizi terhadap harga beras di pedesaan yaitu sebesar -0,479. Semua nilai elastisitas harga lebih rendah dibandingkan elastisitas pengeluaran. Ketiga, meskipun demikian, harga empat kelompok komoditas yang memberikan pengaruh penting terhadap konsumsi zat gizi adalah beras, minyak dan lemak, ikan, serta daging. Harga beras memberikan pengaruh terutama pada konsumsi karbohidrat, kalori, dan protein serta sedikit pada konsumsi lemak baik di perkotaan maupun pedesaan, sedangkan harga minyak dan lemak memberikan pengaruh pada konsumsi lemak serta kalori. Paling sedikit pengaruhnya adalah harga ikan yang mempengaruhi konsumsi protein di perkotaan maupun pedesaan, sedangkan harga daging hanya memberikan pengaruh pada konsumsi lemak di perkotaan.
Implikasi Kebijakan Dengan demikian, implikasi kebijakan yang penting terkait dengan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, kebijakan meningkatkan pendapatan masyarakat sangat tepat untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat Sumatera Selatan. Kebijakan ini bahkan lebih efektif dibandingkan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga pangan. Kedua, dalam rangka menjaga kualitas konsumsi pangan masyarakat Sumatera Selatan agar tidak menurun karena kenaikan harga, maka prioritas kebijakan stabilisasi harga pangan dapat ditekankan terutama pada empat kelompok pangan yaitu beras (baik lokal maupun impor), minyak dan lemak, ikan, serta daging.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2013. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2014. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Sumatera Selatan Tahun 2013. Palembang: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. Balitbangkes. 2013. Pokok-pokok Hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Deaton, Angus dan Christina Paxson. 1998. Economies of Scale, Household Size and the Demand for Food. Journal of Political Economy, Vol. 106, No. 5, hal. 897-930. Denton, Frank T., Dean C. Mountain dan Byron G. Spencer. 1999. Age, Trend and Cohort Effects in a Macro Model of Canadian Expenditure Pattern. Journal of Business and Economic Statistics. Vol. 17, No. 4, hal. 430-443. Ecker, O. dan Martin Qaim. 2011. Analyzing Nutritional Impacts of Policies: An Empirical Study for Malawi. World Development, Vol. 39, No. 3, hal. 412-428.
Huang, K.S. 1996. Nutrient Elasticities in a Complete Food Demand System. American Journal of Agricultural Economics, Vol. 78 No. 1, hal. 21-29. LIPI. 2004. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Moeis, Prananta J. 2003. Indonesian Food Demand System: An Analysis of the Impacts of the Economic Crisis on Household Consumption and Nutritional Intake. Disertasi S3. Columbian College of Arts and Sciences of The George Washington University. Pitt, M.M. 1983. Food Preferences and Nutrition in Rural Bangladesh. Review of Economics and Statistics, Vol. 65 No. 1, hal. 105-114. Poi, Brian P. 2012. Easy demand-system estimation with quaids. Stata Journals, Vol. 12, Number 3, hal. 433-446. Pollak, Robert A. Dan Terence J. Wales. 1981. Demographic Variables in Demand Analysis. Econometrica, Vol. 49 No. 6, hal. 1533-1551. Rain, L.R. 1983. Effects of Household Size on Household Expenditure Pattern: An Application of an Addilog Engel Model. Sankhya: The Indian Journal of Statistics, Series B, Vol. 45, No. 3, hal. 431-446. Ray, R. 1983. Measuring the costs of children: An alternative approach. Journal of Public Economics 22: 89β102. Sahn, David E. 1988. The Effect of Price and Income Changes on Food-Energy Intake in Sri Lanka. Economic Development and Cultural Change, Vol. 36 No. 2, hal. 315-340. Skoufias, E. 2003. Is the Calorie-Income Elasticity Sensitive to Price Change? Evidence from Indonesia. World Development, Vol. 31., No. 7., hal. 1291-1307. Widarjono, Agus. 2012. Food and Nutrient Demand in Indonesia. Disertasi tidak dipublikasikan. Oklahoma State University.
Lampiran
Elastisitas Pengeluaran dan Elastisitas Harga Tidak Terkompensasi (Marshallian), Keseluruhan Elastisitas
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Elastisitas Pengeluaran
0.490
1.353
1.359
1.072
1.856
0.871
1.860
0.760
0.839
1.619
0.770
0.692
0.818
1.464
Elastisitas Harga: w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
-0.698 0.108 -0.278 -0.075 -0.231 -0.098 -0.433 0.006 0.305 -0.168 -0.076 0.021 -0.011 -0.160
0.013 -0.804 -0.036 -0.010 -0.043 -0.006 -0.050 0.042 -0.044 -0.031 0.022 -0.024 -0.028 -0.008
-0.003 -0.033 -0.918 -0.005 -0.010 -0.002 -0.036 0.020 0.004 -0.011 0.003 0.017 -0.049 0.001
0.027 -0.156 -0.103 -1.020 -0.051 0.017 -0.106 0.087 -0.038 0.004 0.065 0.048 -0.058 -0.062
0.011 -0.138 -0.020 0.011 -1.028 -0.056 -0.102 -0.023 -0.082 -0.030 -0.009 0.063 -0.022 0.041
-0.002 -0.044 -0.027 -0.002 -0.096 -0.907 -0.092 0.044 -0.004 0.000 0.027 0.005 0.003 -0.017
-0.020 -0.150 -0.116 -0.005 -0.092 -0.048 -0.550 -0.005 -0.004 0.026 -0.024 -0.033 -0.049 0.011
0.041 0.545 0.235 0.063 -0.246 0.149 -0.171 -1.125 -0.089 0.038 0.040 0.116 0.128 -0.049
0.050 -0.157 -0.002 -0.017 -0.099 -0.004 -0.033 -0.016 -1.130 0.027 0.040 -0.010 0.125 -0.016
0.018 -0.142 -0.047 0.027 -0.052 0.035 0.023 0.053 0.079 -1.412 0.084 0.009 0.039 -0.006
-0.003 0.075 -0.008 0.012 -0.056 0.027 -0.076 0.012 0.055 0.041 -1.008 -0.006 0.051 -0.020
0.019 -0.224 0.084 0.003 0.043 -0.002 -0.143 0.051 -0.031 -0.049 -0.014 -0.952 0.000 -0.033
0.009 -0.107 -0.185 -0.022 -0.050 0.001 -0.076 0.029 0.124 0.000 0.037 0.004 -0.842 -0.035
0.048 -0.127 0.063 -0.031 0.153 0.024 -0.016 0.068 0.016 -0.053 0.042 0.052 -0.106 -1.111
Sumber: Hasil Pengolahan
Elastisitas Pengeluaran dan Elastisitas Harga Tidak Terkompensasi (Marshallian), Perkotaan Elastisitas
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Elastisitas Pengeluaran
0.336
1.403
1.281
1.052
1.412
0.753
1.714
0.745
0.751
1.432
0.756
0.738
0.838
1.386
Elastisitas Harga: w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
-0.671 0.156 0.211 -0.096 0.148 0.163 -0.431 -0.063 0.227 0.016 -0.092 0.022 -0.068 -0.145
0.019 -0.721 0.058 -0.025 -0.042 0.031 -0.036 0.035 -0.056 -0.050 0.023 -0.024 -0.001 -0.001
0.019 0.052 -0.973 0.001 -0.003 -0.072 -0.043 0.031 0.005 -0.032 -0.034 -0.020 -0.018 0.006
0.016 -0.351 -0.015 -1.086 -0.021 -0.053 -0.047 0.091 0.002 -0.001 0.128 0.000 0.060 -0.006
0.085 -0.200 -0.006 0.007 -1.229 -0.074 -0.055 -0.062 0.047 0.007 -0.087 0.022 -0.001 0.037
0.051 0.099 -0.337 -0.028 -0.087 -0.842 -0.068 0.041 -0.201 -0.018 0.031 0.019 0.048 -0.015
-0.055 -0.158 -0.208 0.011 -0.042 -0.040 -0.611 0.004 0.014 -0.008 -0.036 -0.069 -0.033 0.009
0.004 0.371 0.381 0.059 -0.249 0.131 -0.101 -1.128 0.151 0.032 0.031 0.147 0.146 -0.026
0.050 -0.198 0.001 -0.008 0.012 -0.156 -0.018 0.036 -0.977 -0.043 0.090 -0.046 0.050 -0.017
0.070 -0.316 -0.212 0.021 0.010 0.012 -0.030 0.056 -0.047 -1.428 0.006 0.045 0.006 0.029
-0.005 0.066 -0.170 0.031 -0.096 0.030 -0.063 0.010 0.115 -0.020 -0.935 0.015 -0.022 -0.007
0.028 -0.178 -0.158 -0.017 -0.009 0.026 -0.132 0.065 -0.085 0.004 0.022 -0.953 -0.035 -0.010
0.003 -0.018 -0.062 0.008 -0.015 0.034 -0.039 0.032 0.044 -0.012 -0.012 -0.013 -0.909 -0.019
0.049 -0.008 0.209 0.071 0.211 0.058 -0.040 0.107 0.010 0.122 0.109 0.117 -0.061 -1.219
Sumber: Hasil Pengolahan
Elastisitas Pengeluaran dan Elastisitas Harga Tidak Terkompensasi (Marshallian), Pedesaan Elastisitas
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Elastisitas Pengeluaran
0.524
1.360
1.450
1.113
2.280
0.958
1.989
0.783
0.949
1.766
0.779
0.664
0.816
1.454
Elastisitas Harga: w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
-0.688 0.028 -0.543 -0.072 -0.517 -0.192 -0.485 0.030 0.235 -0.274 -0.087 0.027 -0.017 -0.157
0.010 -0.860 -0.082 -0.005 -0.060 -0.018 -0.055 0.050 -0.026 -0.019 0.035 -0.033 -0.057 -0.009
-0.011 -0.075 -0.885 -0.008 -0.001 0.019 -0.027 0.017 0.005 -0.005 0.015 0.032 -0.064 -0.001
0.033 -0.092 -0.140 -1.009 -0.086 0.036 -0.137 0.079 -0.046 0.006 0.046 0.062 -0.089 -0.086
-0.011 -0.162 0.027 0.012 -0.960 -0.052 -0.118 -0.013 -0.100 -0.033 0.014 0.073 -0.023 0.046
-0.013 -0.088 0.065 0.006 -0.110 -0.912 -0.109 0.044 0.042 -0.002 0.032 -0.005 -0.011 -0.015
-0.014 -0.132 -0.064 -0.009 -0.106 -0.050 -0.469 -0.008 -0.006 0.045 -0.024 -0.023 -0.062 0.011
0.056 0.706 0.197 0.054 -0.283 0.151 -0.222 -1.127 -0.199 0.038 0.036 0.102 0.104 -0.052
0.040 -0.096 0.004 -0.017 -0.136 0.034 -0.036 -0.035 -1.221 0.060 0.023 0.016 0.179 -0.012
0.005 -0.063 -0.008 0.029 -0.068 0.030 0.060 0.052 0.117 -1.406 0.109 -0.006 0.034 -0.025
-0.005 0.145 0.047 0.004 -0.045 0.031 -0.094 0.011 0.028 0.074 -1.041 -0.007 0.086 -0.025
0.018 -0.313 0.210 0.007 0.057 -0.031 -0.158 0.041 0.020 -0.090 -0.019 -0.938 0.009 -0.045
0.008 -0.217 -0.260 -0.035 -0.072 -0.014 -0.115 0.024 0.188 -0.005 0.063 0.009 -0.793 -0.042
0.049 -0.140 -0.017 -0.071 0.106 0.010 -0.024 0.054 0.014 -0.154 0.019 0.028 -0.111 -1.041
Sumber: Hasil Pengolahan
Elastisitas Harga Terkompensasi (Hicksian), Keseluruhan Elastisitas Harga
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2) -0.590 0.406 0.021 0.162 0.179 0.094 -0.023 0.173 0.490 0.189 0.093 0.174 0.169 0.163
(3) 0.018 -0.792 -0.024 0.000 -0.026 0.002 -0.033 0.049 -0.036 -0.017 0.029 -0.018 -0.020 0.005
(4) 0.001 -0.022 -0.906 0.004 0.006 0.005 -0.020 0.026 0.011 0.002 0.010 0.023 -0.042 0.014
(5) 0.083 -0.003 0.051 -0.899 0.159 0.115 0.104 0.173 0.057 0.187 0.152 0.126 0.035 0.104
(6)
(7) 0.016 0.006 0.023 0.037 -0.028 -0.875 -0.023 0.072 0.027 0.059 0.055 0.031 0.033 0.037
(8) -0.005 -0.107 -0.073 0.029 -0.033 -0.021 -0.490 0.019 0.023 0.077 0.000 -0.011 -0.023 0.058
(9) 0.109 0.732 0.422 0.211 0.011 0.270 0.086 -1.021 0.027 0.262 0.146 0.211 0.241 0.153
(10)
(11)
0.065 -0.117 0.038 0.015 -0.044 0.021 0.022 0.006 -1.106 0.074 0.063 0.011 0.149 0.027
0.040 -0.079 0.016 0.077 0.035 0.076 0.110 0.089 0.118 -1.336 0.120 0.041 0.077 0.062
(12) 0.017 0.132 0.049 0.057 0.022 0.064 0.002 0.044 0.091 0.109 -0.976 0.023 0.086 0.042
(13) 0.052 -0.135 0.174 0.073 0.165 0.055 -0.020 0.100 0.024 0.057 0.037 -0.907 0.053 0.063
(14) 0.023 -0.067 -0.145 0.009 0.005 0.026 -0.021 0.051 0.149 0.048 0.060 0.024 -0.818 0.008
(15) 0.144 0.136 0.328 0.177 0.513 0.193 0.346 0.215 0.179 0.261 0.192 0.186 0.053 -0.826
w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
0.028 -0.091 0.027 0.048 -0.964 -0.026 -0.038 0.003 -0.053 0.026 0.018 0.086 0.007 0.091
Elastisitas Harga Terkompensasi (Hicksian), Perkotaan Elastisitas Harga
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2) -0.614 0.394 0.428 0.082 0.387 0.290 -0.140 0.063 0.354 0.258 0.036 0.147 0.074 0.090
(3) 0.022 -0.708 0.069 -0.016 -0.030 0.038 -0.021 0.041 -0.050 -0.037 0.029 -0.017 0.006 0.012
(4) 0.022 0.064 -0.962 0.010 0.009 -0.066 -0.029 0.038 0.011 -0.020 -0.028 -0.014 -0.011 0.017
(5) 0.054 -0.193 0.130 -0.968 0.138 0.032 0.147 0.175 0.087 0.161 0.214 0.083 0.155 0.150
(6)
(7) 0.064 0.150 -0.290 0.010 -0.035 -0.814 -0.005 0.068 -0.173 0.034 0.059 0.046 0.079 0.036
(8) -0.040 -0.095 -0.150 0.058 0.022 -0.006 -0.534 0.038 0.047 0.057 -0.002 -0.036 0.004 0.071
(9) 0.044 0.538 0.534 0.184 -0.081 0.221 0.103 -1.040 0.240 0.202 0.121 0.235 0.246 0.139
(10)
(11)
0.060 -0.158 0.038 0.022 0.052 -0.135 0.030 0.058 -0.955 -0.002 0.112 -0.025 0.074 0.022
0.090 -0.235 -0.138 0.082 0.092 0.056 0.070 0.099 -0.003 -1.345 0.050 0.088 0.055 0.109
(12) 0.007 0.117 -0.123 0.069 -0.044 0.058 0.000 0.037 0.142 0.032 -0.908 0.042 0.008 0.044
(13) 0.046 -0.104 -0.090 0.039 0.065 0.066 -0.041 0.105 -0.046 0.079 0.062 -0.914 0.009 0.063
(14) 0.011 0.015 -0.032 0.033 0.019 0.052 0.002 0.050 0.062 0.022 0.006 0.004 -0.889 0.014
(15) 0.135 0.352 0.537 0.340 0.573 0.251 0.399 0.298 0.202 0.489 0.303 0.306 0.153 -0.864
w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
0.100 -0.139 0.050 0.053 -1.167 -0.041 0.019 -0.030 0.080 0.070 -0.054 0.054 0.035 0.097
Elastisitas Harga Terkompensasi (Hicksian), Pedesaan Elastisitas Harga
w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9
w10
w11
w12
w13
w14
(1)
(2) -0.560 0.360 -0.189 0.200 0.040 0.042 0.001 0.221 0.466 0.157 0.103 0.189 0.183 0.198
(3) 0.014 -0.848 -0.069 0.005 -0.039 -0.009 -0.037 0.057 -0.017 -0.003 0.042 -0.027 -0.050 0.004
(4) -0.006 -0.063 -0.873 0.002 0.019 0.027 -0.010 0.024 0.013 0.010 0.021 0.037 -0.057 0.011
(5) 0.092 0.062 0.024 -0.883 0.173 0.145 0.089 0.168 0.061 0.206 0.134 0.137 0.003 0.078
(6)
(7) 0.006 -0.038 0.118 0.047 -0.026 -0.877 -0.036 0.073 0.077 0.063 0.061 0.019 0.019 0.038
(8) -0.001 -0.097 -0.027 0.020 -0.047 -0.026 -0.418 0.012 0.019 0.090 -0.004 -0.006 -0.042 0.049
(9) 0.133 0.906 0.410 0.218 0.052 0.292 0.071 -1.012 -0.059 0.297 0.151 0.199 0.224 0.162
(10)
(11)
0.056 -0.055 0.047 0.016 -0.068 0.062 0.023 -0.012 -1.193 0.112 0.046 0.036 0.203 0.031
0.027 -0.007 0.053 0.075 0.027 0.070 0.143 0.084 0.156 -1.333 0.141 0.021 0.068 0.035
(12) 0.018 0.206 0.112 0.053 0.058 0.074 -0.005 0.046 0.070 0.153 -1.006 0.023 0.123 0.041
(13) 0.056 -0.216 0.314 0.087 0.220 0.038 -0.016 0.097 0.088 0.037 0.037 -0.891 0.068 0.059
(14) 0.024 -0.174 -0.214 0.001 0.000 0.016 -0.052 0.048 0.218 0.051 0.087 0.030 -0.767 0.004
(15) 0.136 0.085 0.223 0.113 0.484 0.169 0.305 0.184 0.171 0.139 0.148 0.138 0.024 -0.800
w1=Beras w2=Padi-padian non beras w3=Umbi-umbian w4=Ikan w5=Daging w6=Telur w7=Susu w8=Sayuran w9=Kacang-kacangan w10=Buah-buahan w11=Minyak dan Lemak w12=Bahan Minuman w13=Bumbu-bumbuan w14=Pangan Lainnya
0.004 -0.121 0.071 0.046 -0.891 -0.023 -0.058 0.011 -0.071 0.021 0.038 0.093 0.001 0.090