[35] Mereka Ingin Indonesia Rusak! Saturday, 17 July 2010 07:00
Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia.
Perdebatan pemimpin harus bermoral menyeruak setelah Mendagri berencana menambahkan syarat bahwa calon kepala daerah itu harus bermoral. Mengapa tidak semua pihak mendukung syarat tersebut? Apakah bisa pemimpin tetap bermoral tetapi sistem yang diterapkannya adalah demokrasi? Temukan solusinya dalam petikan wawancara wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia, berikut ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang kontroversi aturan yangg mengharuskan kepala daerah itu bermoral?
Semestinya tidak ada kontroversi tersebut. Sebab, pemimpin itu panutan dan teladan yang memberikan arah dan karena itu sudah sepatutnya bermoral. Namanya saja leader, atau dalam bahasa Arab disebut amir atau rais.
Namun, adanya pihak yang tidak setuju terhadap aturan tentang pemimpin harus bermoral semakin menunjukkan bahwa mereka ingin Indonesia ini rusak! Mereka 'kan pihak-pihak yang selama ini menentang, bahkan melakukan judicial review UU Pornografi.
Benarkah fakta pemimpin sekarang dan bakal calon pemimpin yang akan datang banyak yang amoral?
Saya lihat trennya ke arah situ. Tentu, tidak semua.
Contohnya?
1/5
[35] Mereka Ingin Indonesia Rusak! Saturday, 17 July 2010 07:00
Sudah menjadi rahasia umum banyak elite pemimpin yang tertangkap basah berbuat mesum, videonya beredar, kalau kunjungan minta disuguhi “ayam kampung” atau “ayam kampus”, minta uang sogokan, memanipulasi data, merampok uang rakyat, kasus markus, dll. Semua ini gambaran pemimpin tak bermoral.
Lantas, mengapa masih saja ada pihak yang menolak standar moral yang di-UU-kan agar pilkada nanti bersih dari calon amoral?
Hemat saya ada beberapa faktor. Pertama, sekulerisme yang dijadikan pijakan perpolitikan. Mereka dengan tidak konsisten memisahkan urusan pribadi dengan urusan publik. Urusan berbuat mesum dan berzina, misalnya, dianggap masalah pribadi yang tidak terkait dengan kepemimpinan. Padahal, dalam sosok seseorang menyatu antara dirinya sebagai pribadi dan sebagai pemimpin. Ini paradigma berbahaya.
Kedua, sikap pragmatisme. Yang ada di benak para elit partai adalah “yang penting menang”. Untuk itu, sebagai konsekuensi dari pemilihan langsung harus memiliki dua hal: popularitas dan uang. Sekalipun amoral, pelaku seks bebas, selingkuh, dll asalkan dikenal oleh masyarakat tidak masalah. Kalau perlu, artis panas justru dipakai untuk mendulang suara. Kapasitas dan kapabilitas dikesampingkan. Cukong judi tidak masalah, yang penting uang. Itulah sikap pragmatisme partai!
Ketiga, memang ada pihak dari musuh Islam yang secara sengaja menginginkan pemimpin amoral. Harapannya lahir masyarakat yang jauh dari aturan Islam dengan lahirnya kebijakan atas nama HAM.
Benarkah pendapat yang menyatakan, "demokrasi menciptakan pemimpin amoral"?
Yang lebih tepat barangkali “pemimpin amoral tumbuh subur dalam sistem demokrasi”. Demokrasi merupakan sistem yang hukumnya berasal dari manusia, tidak kenal halal-haram. Dalam demokrasi, setiap orang sehancur apapun akhlaknya, boleh menjadi pemimpin. Dalihnya, biarkan rakyat yang memilih. Padahal, secara jujur harus diakui, realitas menunjukkan bahwa pilihan rakyat seringkali ditentukan oleh uang.
2/5
[35] Mereka Ingin Indonesia Rusak! Saturday, 17 July 2010 07:00
Berarti pemimpin bermoral saja tidak cukup bila sistem pemerintahannya tetap menggunakan demokrasi?
Ya. Di rumah sakit saja, tidak cukup sekadar dokter yang ramah, murah senyum, perkatannya baik dll, tapi perlu juga obat yang benar, dosis yang tepat, perawatan yang sesuai, dll. Butuh orang dan sistem. Begitu juga, pemerintahan akan baik bila orang/pemimpinnya baik sekaligus sistem yang dijalankannya harus juga benar.
Kalau bukan demokrasi lantas sistem apa gantinya?
Tentu, sistem Islam, yakni sistem kekhilafahan yang menerapkan syariah.
Visi dan karakteristik kepemimpinan seperti apa yang tepat untuk menjalankan sistem tersebut?
Visi kepemimpinannya adalah untuk menegakkan syariat Islam bagi kemaslahatan semua (rahmatan lil ‘alamin) dan menyebarkan dakwah ke penjuru dunia. Kemaslahatan umat hanya bisa diwujudkan manakala kepemimpinan negara menerapkan syariah dan menolak segala bentuk penjajahan. Juga, kemaslahatan umat hanya bisa diujudkan manakala kepemimpinan dijalankan dengan penuh amanah dalam sistem syariah.
Karakteristik kepemimpinan yang diperlukan setidaknya ada empat. Pertama, memenuhi syarat pokok (Muslim, laki-laki, baligh, merdeka, adil dan mampu) dan syarat keutamaan (mujtahid, tegas dan pemberani). Kedua, menjadikan syariah sebagai dasar pengambilan keputusan dan pengaturan masyarakat dan dirinya. Ketiga, menolak penjajahan dengan segala bentuknya. Keempat, menolak segala bentuk pemikiran sekulerisme, pluralisme dan liberalisme.
Jadi intinya pemimpin bermoral versi Islam itu seperti apa?
3/5
[35] Mereka Ingin Indonesia Rusak! Saturday, 17 July 2010 07:00
Bermoral dalam Islam artinya terikat dengan aturan syariat Islam. Setiap perilaku dan tindak-tanduknya didasarkan pada hukum-hukum Islam. Pemimpin bermoral menjalankan kehidupan pribadinya, keluarganya, keberpihakannya, maupun kebijakannya berdasarkan Islam.
Bagaimana agar terlahir pemimpin seperti itu?
Perlu ada proses menuju ke arah sana. Selain itu, persoalan kepemimpinan umat harus dijadikan sebagai masalah bersama yang utama. Untuk meraih hal itu perlu dilakukan beberapa hal.
Pertama, kaderisasi. Lakukan pembinaan sedemikian rupa sehingga lahir para pengemban dakwah yang berkepribadian Islam dan berjiwa pemimpin. Dalam pembinaan tersebut ditanamkan akidah, syariah, kepribadian Islam, dan kesadaran politik (al-wa’yu as-siyasiy).
Kedua, lingkungan kondusif. Pemimpin bermoral akan tumbuh baik di lingkungan yang kondusif. Karena itu, perlu dihilangkan segala hal yang dapat menghalangi lahirnya pemimpin bermoral. Jauhkan paham sekulerisme dan liberalisme. Dalam sistem syariah lingkungan kondusif ini benar-benar akan terwujud.
Ketiga, ubah sistem politik machiavellis yang membolehkan segala cara dengan sistem politik bersih yang didasarkan pada halal-haram. Calon pemimpin yang cacat moral tidak diberi tempat untuk berkuasa.
Keempat, cerdaskan masyarakat dengan Islam. Rakyat yang memahami Islam tidak akan memilih siapapun yang tak bermoral sebagai pemimpin. Bahkan, akan menolak pencalonan orang yang tidak berakhlaqul karimah.
Bagaimana pula agar sistem tersebut bisa ditegakkan?
4/5
[35] Mereka Ingin Indonesia Rusak! Saturday, 17 July 2010 07:00
Harus ada upaya secara terprogram dan sengaja untuk menegakkan syariah melalui dakwah. Ada tiga pilar yang harus berupaya menegakkannya. Pertama, individu. Individu-individu ini berupaya untuk melaksanakan syariah dalam kehidupan sehari-hari dengan dorongan takwa. Kedua, kelompok dakwah yang konsisten. Kelompok ini berjuang di tengah masyarakat untuk mengembalikan kehidupan Islam. Ketiga, negara yang menegakkan syariah.[]
5/5