1 “Mr Knight, tadi Mr. Boyd menelepon untuk membuat janji temu di hari Jumat jam 2 siang.” “ Apakah saya ada janji di hari itu?” “ Bapak ada janji makan siang dengan Mrs. Knight jam 11.30 siang.” “Baiklah. Susun pertemuan dengan Boyd jam 2.30 siang.” “Baik pak.” Keira menghela nafas panjang mengetahui bahwa bosnya, Mr. Knight tidak membatalkan janji temu dengan si hidung belang Boyd. Keira adalah Personal Assisstantnya dan kemanapun Mr. Knight meeting, dia pasti akan selalu ikut. Dia tahu mengapa setiap minggu Boyd mengajak bosnya untuk bertemu. Tidak
lain
dan
melecehkan dia lagi.
tidak
bukan
pastinya
untuk
Keira tidaklah cantik namun dia menarik. Badannya agak gemuk namun padat sehingga menambah kesan seksi. Tingginya standard dan kulitnya putih sehingga banyak juga yang melirik dan memperhatikannya dengan diam-diam. Ditambah dengan pakaian konservatif (kantoran) yang pas body, rok selutut dan heels sederhana menjadikan penampilannya berada di kelas tinggi yang setara dengan bosnya sendiri sehingga kemanapun dia mendampingi bosnya akan selalu terlihat pantas sebagai asistennya. Mrs. Knight tidak merasa terancam dengan keberadaan Keira karena diapun selalu menemani suaminya di saat diperlukan terutama bisnis penting dan pesta besar. “Kamu kenapa, Kei?” Keira menoleh ke arah suara dan mendapati Chad yang mengajaknya bicara. Chad adalah teman kantor sekaligus berkeluh kesah. Tak jarang Keira menceritakan masalah di kantor dan tidak jarang pula Chad menceritakan mengenai gebetannya, yaitu 2
Kimberly Knight, anak dari bosnya sehingga mereka menjadi dekat. “Si Boyd lagi-lagi membuat janji dengan si bos di hari Jumat. Aduh kenapa sih bos mengiyakan ajakan si hidung belang itu. Aku mau mati saja.” Sambil
berkata
seperti
itu,
Keira
menelungkupkan kepalanya di atas mejanya. “Wanna take a smoke?” Keira langsung mengangkat wajahnya dan menganggukkan kepalanya mengiyakan tawaran Chad. Mereka pun pergi ke area merokok kantor setelah menyematkan headphone yang terhubung dengan extension mereka ke telinga masing-masing. Kantor mereka diperlengkapi dengan headphone yang terhubung dengan extension masing-masing, jadi walaupun mereka tidak ada di tempat namun jika masih di area kantor, mereka akan bisa menerima panggilan dari extension mereka.
3
“Si Boyd hidung belang. Males banget harus ketemu dia Jumat nanti.” Keira menggerutu sambil mengepulkan asap rokok lalu bengong. “Ya sudahlah. Mau gimana lagi. Namanya juga relasi bisnis bos. Masa kita yang mengatur dia harus berbisnis dengan siapa. Yang penting kalau bersama Mr. Knight, kamu pasti aman-aman saja.” “Tetap saja terasa tidak menyenangkan melihat sikap kurang ajar si Boyd dan matanya yang jelalatan itu.” Chad hanya tertawa kecil dan memandang kosong ke depan. Keira tahu apa yang sedang dipikirkan Chad, pasti tentang Kimberly lagi. “Ada apa Chad? Tentang Kimberly lagi?” “Akhir-akhir ini aku jarang melihat Kim dan si kunyuk Jerry semakin merajalela.” “Merajalela bagaimana?”
4
“Kebetulan bulan ini kantor kita kedatangan banyak trainee baru untuk bagian Marketing dan kebanyakan adalah fresh graduate yang penampilan juga masih fresh. Aku melihat sendiri kelakuan Jerry jika sedang melatih para trainee baru itu.” “Kalau hanya sebatas melirik, biarkan saja. Kamu seperti tidak tahu Jerry saja. Matanya tidak jauh berbeda dengan si hidung belang, suka jelalatan padahal tampang pas-pasan.” Chad memandang Keira dan mereka tertawa bersama. Selesai merokok, mereka kembali ke meja masing-masing. Saat berada dalam lift naik, Keira memberitahu Chad kalau Kimberly sedang dinas ke luar kota dan akan kembali minggu depan dan meminta Chad tidak perlu khawatir. Chad hanya tersenyum dan mereka berpisah begitu masuk pintu depan kantor.Chad kembali ke ruangannya begitu juga dengan Keira. Tiba-tiba telepon ruangan Keira berbunyi dan Keira menekan tombol pada headsetnya. 5
“Keira speaking.” “Keira, tolong siapkan materi meeting untuk nanti sore dengan Mr. Alex,” suar Mr. Knight terdengar di seberang telepon. “Baik pak.” Hari-hari di kantor berjalan seperti biasa sampai tibalah hari Jumat yang sangat dibenci Keira di mana dia harus ikut meeting dengan Mr. Boyd. Begitu Keira sampai di ruangannya Jumat pagi, telepon sudah berdering. Dia tahu Mr. Knight yang menelepon untuk menanyakan jadwalnya seharian itu. “Keira speaking.” “Keira, jadwal saya hari ini.” “Baik pak. Akan saya siapkan sekarang.” Lima menit kemudian, Keira mengambil semua dokumen yang diperlukan dan menuju keruangan Mr. Knight. Tok tok tok 6
“Masuk,” suara di dalam ruangan menyahut. “Pagi Mr. Knight. Saya membawakan jadwal Anda untuk seharian ini.” “Bisa dibacakan saja?” ‘Baik pak. Jam 10.00 pagi meeting dengan Marketing Department di Ruang Meeting 5, jam 11.30 siang makan siang dengan Mrs. Knight di restoran yang biasa, jam 2.30 siang meeting dengan Mr.Boyd di kantornya dan jam 4 ada janji temu dengan investor Jepang di Domo Hotel. Apakah ada jadwal yang perlu direschedule Pak?” “Tidak ada. Terima kasih Keira. Bersiaplah untuk meeting dengan Mr. Boyd dan para investor Jepang.” “Baik pak. Permisi” Setelah keluar dari ruangan Mr.Knight, Keira menghela nafas panjang. Otaknya dipaksa mengingat pertemuan dengan si hidung belang dan semakin diingat, semakin Keira kesal. Setelah berada di
7
ruangannya, Keira menekan extension Chad namun yang mengangkat adalah asistennya. Asistennya berkata bahwa Chad sedang mengerjakan laporan dan tidak dapat diganggu sampai jam makan siang. Keira pun membuat janji makan siang dengan Chad lewat asistennya. Setelah memutuskan hubungan telepon, Keira kembali ke ruangan Mr.Knight untuk meminta izin. Tok tok tok “ Masuk” “Permisi Pak. Saya mau izin ke bawah ngopi sebentar. 30 menit lagi saya kembali.” “Baik dan jangan lupa headset dibawa agar kamu mudah dihubungi.” “Baik pak. Terima kasih.” Keira kembali ke ruangannya mengambil sedikit uang dan rokoknya lalu bergegas menuju ke lift. Saat pintu lift terbuka, Keira melihat Jerry berdua bersama
8
dengan
seorang
wanita
muda.
Dari
penampilan mereka yang agak berantakan walaupun berusaha kelihatan rapi, Keira sudah menduga pasti Jerry baru selesai bermain dengan mangsanya. Pada saat masuk ke dalam lift, sebelum menghadap ke pintu lift, Keira menunjuk ke si wanita lalu menunjuk kancing baju bagian dadanya yang tidak terkancing sempurna lalu pada Jerry dan menunjuk pipinya yang ada bekas lipstick perempuan. Kedua manusia itu kelihatan gugup dan berusaha merapikan segalanya sebelum lift sampai ke bawah. Keira hanya tersenyum diam-diam. Saat pintu lift terbuka di lantai bawah, Keira langsung menuju ke café yang terletak di pojok gedung, memesan kopi, membayarnya lalu duduk di teras luar café dan mengeluarkan rokok. Setelah menghabiskan tiga batang rokok dan kopinya, Keira bergegas menuju kembali ke kantornya. Pada saat akan masuk dalam lift, headsetnya berdering. Keira menekan tombol dan berbicara. “Keira speaking.” 9
“Keira, kamu ke mana? Aku cariin di ruangan, kamu tidak ada.” “Chad. Tadi aku menelpon ke ruanganmu tapi asistenmu yang angkat. Katanya kamu sedang mengerjakan laporan dan tidak bisa diganggu sampai jam makan siang. Aku sudah membuat janji makan siang denganmu lewat asistenmu.” “Iya, tadi asistenku sudah memberitahu. Mau makan siang di mana?” “Aku sih inginnya makan siang di luar saja. Mood lagi jelek nih.” “Hidung belang lagi?” “Ya siapa lagi kalau bukan dia?” “Ya sudah kita makan siang di luar saja.” “Di Café Petite saja ya. Kangen kopi dan steaknya.” “Oke. Kutunggu di parkiran jam 11.30 ya. Don’t be late.” “Ditto.” 10