MOTIVASI SISWA SLTP MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DI QUANTUM INOVATIF PEKANBARU By Mutia Dewi
[email protected] 082389361337 Preceptor Achmad Hidir
ABSTRACT Special education school or educational tutoring is conducted outside of school either in institutions or not. The cooperation between formal and non-formal education will be maximized in achieving national education goals.But not a few students who rely more on tutoring as non-formal education in achieving learning goals, this happens because the excess kelebiahn-tutoring is not owned by the school. Therefore, the formulation of the problem in this study Adala: 1. What is the motivation to follow the guidance of junior high school students studying in Quantum Innovative Pekanbaru. 2. How junior high student achievement before and after participating in Quantum Innovative tutoring Pekanbaru. Informants or subjects in this study were junior high school students who have studied two semesters following the guidance in Quantum Innovative Pekanbaru, as many as five people.The method in this study is using qualitative. The results of this study were motivated to join junior high school students in tutoring is intrinsic motivation covering want to add insight, and because it is less familiar with the material presented in school teachers. Extrinsic motivation students joined Quantum Innovative include having participated by friends, who close the distance Bimbel and parents on the basis of orders. Student achievement before joining Innovative Quantum is not good and after joining an Innovative Quantum Pekanbaru become better student achievement Keywords: Motivation, Achievement, Tutoring.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogiek yang asal katanya Pais yang berarti anak, Gogos yang artinya membimbing/ tuntutan dan Iek yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi Paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan cara memberi bimbingan kepada anak.Dalam artian khusus bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaan. ( Murni
Baheram, 2008: 23).Menurut GBHN pendidikan adalah unsur sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup . ( H. Abu Ahmadi, 1991:70). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional, ditetapkan dalam Bab I, Pasal I, Ayat I bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Sedangkan ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ( Ary H Gunawan, 2010 : 56). Dalam pendidikan juga terbagi dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut: 1. Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang telah disusun secara sistematis oleh suatu lembaga pendidikan yang didirikan untuk jangka waktu yang lama dengan menggunakan struktur organisasi yang teratur yang mempunyai perlengkapan personal, finansial dan material tersendiri, misalnya sekolah, madrasah dan pesantren. ( Murni Baheram, 2008: 91). 2. Pendidikan Informal Pendidikan Informal, merupakan bantuan atau pembentukan kebiasaan (Habit Formation) , membantu pembentukan kepribadian anak. Misalnya keluarga. 3. Pendidikan Non Formal. Pendidikan non formal merupakan pendidikan diluar pendidikan formal yang berbasis kepada masyarakat dan diselenggarakan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
sebagai pengganti, penambahan, atau pelengkapan pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat, misalnya lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar. ( Murni Baheram, 2008:98) Adanya kerjasama antara pendidikan formal dan pendidikan non formal akan lebih maksimal dalam mewujudkan tujuan daripada pendidikan nasional itu sendiri. Pendidikan non formal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan luar sekolah atau lebih sering disebut bimbingan belajar (bimbel). Pendidikan luar sekolah Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah baik di lembaga maupun tidak. pendidikan luar sekoah bertujuan untuk melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupan. Membina warga belajar agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidian sekolah. (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 1995:231). Bimbingan belajar atau pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang diorganisir diluar sistem pendidikan formil, baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar. (Y sismanto, 1984: 7). Lembaga bimbingan belajar memiliki peran membekali pesertanya untuk bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan benar dalam waktu yang cepat. Di bimbingan belajar tidak lagi diajarkan konsep, dasar
ataupun asal suatu rumus, tetapi langsung bagaimana
mengaplikasikan rumus dalam menjawab soal ujian, dengan anggapan konsep sudah diberikan di sekolah. Diluar jam belajar biasanya guru bimbingan belajar menyempatkan diri melayani para peserta untuk menjawab pertanyaan seputar pelajaran. (Youslou Rensius Sembiring, 2012:5). Pendidikan luar sekolah memiliki karakter sebagai berikut: ( Y sismanto, 1984: 7). 1. Programnya jangka pendek 2. Tidak dibatasi atas jenjang-jenjang. 3. Usia didiknya tidak perlu sama atau homoen. 4. Sasaran didiknya berorientasi jangka pendek atau praktis. 5. Diadakan sebagai respon kebutuhan yang mendesak. 6. Ijazah biasanya kurang memegang peranan yang penting. 7. Dapat diselenggarakan pemerintah dan swasta.
8. Dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Bimbingan belajar atau Bimbel bukan merupakan barang baru dalam dunia pendidikan. Sejak sekitar akhir 1970-an bimbingan belajar sudah ada dikota besar seperti Jakarta. Tetapi, waktu itu bimbingan belajar hanya sebatas ajang melatih siswa SMA yang akan mengikuti tes masuk perguruan tinggi negri atau PTN. Pada tahun 1990-an, keberadan bimbingan belajar semakin manjamur, sasaran mereka tidak hanya menjaring lulusan SMA yang akan ikut tes PTN, tetapi mulai menarik pelajar kelas III SMP, III SMA bahkan siswa kelas
6
SD
guna
menyiapkan
mereka
mengikuti
Ujian
Nasioanl.
(http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/10budaya-baru-dunia-pendidikan-558951.html. Bimbingan belajar (Bimbel) Quantum Inovatif terletak di Jl. Soekarno Hatta No 53 ini dirikan oleh Drs. Agus Gembira Monte, Boni,Ssi dan Edi Anto SH pada tahun 2008. Selain di Jl Soekarno Hatta, Quantum Inovatif juga tersebar di beberapa tempat di kota Pekanbaru, seperti Jl. Teratai No 43 dan Jl. Bukit Barisan No 90 B. Tenaga pengajar di Quantum Inovatif bejumlah17orang yang sangat berpengalaman di bidangnya masing-masing. Mata pelajaran yang tersedia di Quantum Inovatif juga sangat beragam seperti Pkn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, Sejarah, Geografi dan Sosiologi. (Data Sekunder di Bimbingan Belajar Quantum Inovatif). Jumlah siswa SLTP yang mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel I.I Jumlah Siswa SLTP Bimbingan Belajar Quantum Inovatif Pekanbaru Tahun 2013 No
Kelas
Jumlah %
1 I
2
10,00
2 II
2
10,00
3 III
16
80,00
20
100
Jumlah
Sumber: Bimbingan Belajar Quantum Inovatif Pekanbaru Prestasi dari siswa tersebut akan terlihat apabila siswa telah mengikuti bimbingan belajar minimal dua semester. Karena prestasi tersebut akan diketahui meningkat atau tidaknya setelah siswa mengikuti ujian semester. Prestasi seorang siswa ada yang mengalami peningkatan setelah belajar di Bimbingan Belajar dan tidak menutup kemungkinan terdapat
juga siswa yang tidak mengalami peningkatan prestasi sekalipun dia telah lama bergabung di Bimbingan Belajar. Banyak hal yang dapat mempengaruhi peningkat atau tidaknya prestasi seorang siswa, karena tidak selamanya siswa yang bergabung di Bimbingan Belajar akan mengalami peningkatan prestasi di sekolah. Untuk melihat jumlah siswa yang telah dua semester mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru dapat dilihat padatabel berikut. Tabel I.2 Jumlah Siswa Yang Telah Dua Semester Mengikuti Bimbingan di Quantum Inovatif Pekanbaru Tahun 2013 No Kelas
Jumlah %
1 I
1
20,00
2 II
0
0,00
3 III
4
80,00
5
100
Jumlah
Sumber: Bimbingan Belajar Quantum Inovatif Pekanbaru Tetapi pada kenyataannya pendidikan luar sekolah atau bimbingan belajar lebih banyak diminati oleh siswa daripada pendidikan formal. Hal tersebut karena kelebihankelebihan yang terdapat pada pendidikan non formal yang tidak dimiliki oleh sekolah selaku embaga pendidikan formal. Dari gejala-gejal diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Moitvasi Siswa SLTP Mengikuti Bimbingan Belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru. 1.2 Rumusan Masalah Oleh karena itu yang menjadi fokus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang menjadi motivasi siswa SLTP mengikuti Bimbingan Belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru. 2.
Bagaimana prestasi siswa sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru 1.3Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif, Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi siswa sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif, Pekanbaru. 1.4Manfaat Penelitian 1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan sosiologi pada khususnya mengenai motivasi siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekabaru. 2. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti yang tertarik dengan topik penelitian ini untuk melanjutkan atau meneliti lebih dalam mengenai motivasi siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Siswa SLTP Mengikuti Bimbingan Belajar Di Quantum Inovatif Pekanbaru Kata ‘motif’ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern. Berawal dari kata ‘motif’ itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. ( Sardiman, 2001:7). Menurut Mc Donald motivasi megandung tiga eleme penting sebagai berikut: 1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu atau manusia. 2. Motivasai ditandai dengan munculnya rasa atau felling, afeksi seseorang. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. ( Sardiman, 2001:71). Motivasi juga dapat diartikan sebagai penggerak, alasan, faktor dan latar belakang yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan dan memiliki tujuan tertentu. Motivasi memiliki sifat yang abstrak atau tidak terlihat oleh kasat mata, oleh sebab itu motivasi hanya bias diketahui atau di prediksi dari tingkah laku atau tindakan seseorang. Motivasi terbagi menjadi dua bagian besar yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik Motivasi instrinsik adalah dorongan atau keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai tujuan tertentu. Faktor-faktor yang bisa menimbulkan motivasi instrinsik adalah adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri, adanya cita-cita atau aspirasi (Yetendra, 2011:20). Dalam artian lain motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai dorongan, keinginan dan alasan individu atau kelompok melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu karena kemauan dari individu itu sendiri tanpa adanya paksaan dari individu lain. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. (Sardiman,A.M 2001:84).Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang berasal dari luar perbuatan yang dilakukannya. ( Dimyati, 2002: 91). Motivasi ekstrinsik sangat berbanding terbalik dengan motivasi intrinsik. Karena motivasi ektrinsik adalah dorongan atau alasanalasan individu atau kelompok untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan guna mencapai tujuan bukan dari dalam diri individu tersebut, melainkan karena adanya dorongan dari luar individu. Menurut David Mc Clelland ada tiga motivasi dasar seseorang, yaitu sebagai berikut: a. Kebutuhan akan prestasi (Need For Achievement), sering dikenal dengan virus NAch, kebutuhan akan berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang. Virus N-Ach juga dapat diartikan individu yang
memiliki
dorongan yang kuat untuk berhasil dan mencapai prestasi dari pada mengerjar imbalan atas keberhasilannya. b. Kebutuhan akan apliasi (need For Apliation), menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat seseorang karena bias merangsang gairah seseorang untuk berkembang dengan motif bahwa orang akan cenderung mempunyai keinginan diterima, dihormati dan merasa dirinya penting dihadapan orang lain atau Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan
hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. c. Kebutuhan akan kekuasaan (Need For Power), kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak untuk memotivasi semangat seseorang, karena manusia umumnya cenderung ingi lebih berkuasa disbanding manusia yang lain atau Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
2.2 Motivasi Siswa SLTP Mengikuti Bimbingan Belajar: Persfektif Tindakan Sosial Menurut Weber tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. (Doyle Paul Johnson:220).Weber mengklasifikasikan tindakan sosial menjadi empat jenis antara lain: a. Rasional Instrumental (Zweckrationalitat) Tindakan sosial yang dilakukan didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya(Dwi Harwoko.2007:19). Menurur Weber tindakan diarahkan secara rasional ke suatu system dari tujuan-tujuan yang memiliki sifatsifatnya sendiri (zweckrationalitat) apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semua secara rasional. Dalam penelitian ini siswa SLTP memilih bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru karena menyadari pengetahuan yang di dapat dari sekolah masih sangat kurang untuk menghadapi Ujian Nasional dan meningkatkan prestasi di sekolah, oleh karen aitu siswa mencari alat yang dapat mebnatunya untuk mencapai tujuan belajar, sehingga rasional saja bila siswa memilih bergabung di bimbingan belajar Quantum inovatif Pekanbaru. Dalam hal ini bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru lah yang menjadi alat untuk mencapai tujuan belajar siswa tersebut. b. Rasional Berorientasi Nilai Tindakan rasional yang berorientasi niali sifatnya adalah alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuantujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang absolut (Dwi Harwoko.2007:19).
c. Tindakan Tradisional Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan ( Dwi Harwoko.2007:19).Dalam hal ini terdapat siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru karena wawalnya saudara siswa tersebut sudah ada yang mengikuti bimbingan belajar di tempat yang sama. d. Tindakan Afektif Tipe ini di dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanann sadar, sifatnya spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional individu (Dwi Harwoko.2007:19).Dalam penelitian ini siswa memilih bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif karena kemauan orang tua, dan lebih memikirkan perasaan orang tua, bukan dari kemauan sendiri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Bimbingan belajar Quantum inovatif tersebar di tiga wilayah di kota Pekanbaru yaitu di jalan Teratai No 43, Jalan Bukit Barisan No 90 B dan Jalan Seokarno Hatta No 53. Tetapi Quantum Inovatif yang terletak di Jalan Terati No 43 sudah satu tahun tidak beroperasi lagi atau sudah tutup. Kemudian Quantum Inovatif yang terletak di Jalan Bukit Barisan No 90 B siswa SLTP nya tidak banyak. Hal tersebutlah yang membuat peneliti memilih lokasi penelitian di QantumInovatif yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No 53. Selain itu Quantum Inovatif yang terletak di Jalan Soekarno Hatta merupakan pusat bimbingan belajar Quantum Inovatif yang ada di kota Pekanbaru. 3.2 Subjek Penelitian Dalam penelitian ini metode pengambilan subjek yang peneliti gunakan adalah metode purposive, dengan mengkarakterkan informan peneliti sebagai berikut: 1. Informan adalah siswa SLTP yang mengikuti bimbingan belajar di Bimbingan Belajar Quantum Inovatif.
2. Informan adalah siswa SLTP di Bimbingan Belajar Quantum Inovatif yang telah bergabung minimal dua semester yang berjumlah lima orang.
3.3 Jenis Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. ( Husain Umar, 2003:41). Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data primer dari hasil wawancara peneliti dengan siswa SLTP di bimbingan belajar Quantum Inovatif. b. Data Skunder Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber skunder dari data yang diperlukan. (Burhan Bunging, 2006: 36).Dalam hal ini ,data skunder juga peneliti peroleh dari brosur Bimbingan belajar Quantum Inovatif untuk mendapatkan data terkait program studi yang tersedia di Bimbingan Belajar Quantum Inovatif, waktu belajar dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (interviu) Dalam penelitian ini wawancara dilakukan guna mendapatkan data terkait motivasi siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif. Wawancara dilakukan secara langsung dan peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara. b. Observasi ( pengamatan ) Berkaitan dengan penelitian ini observasidilakukan peneliti untuk memperoleh pemahaman tentang keadaan diskusi atau proses belajar yang dilakukan di bimbinagn belajar Quantum Inovatif. c. Dokumentasi Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan beberapa foto tentang fasilitas atau sarana dan prasarana yang tersedia di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru. 3.5 Analisi Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif deskriptif yaitu menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Dan mendeskripsikan
apa motivasi siswa mengikuti bimbingan belajar di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru. Data di olah secara manual oleh peneliti. Awalnya peneliti mengumpulkan data skunder , setelah data skunder terkumpul selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada informan untuk memperoleh data primer. Kemudian di sajikan dalam bentuk tabel dan kalimat sampai akhirnya dapat di tarik kesimpulan. BAB IV HASIL 4.1 Motivasi Siswa SLTP Mengikuti Bimbingan Belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru Motivasi siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru adalah beragam. Ada siswa SLTP yang memiliki motivasi intrinsik bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif, dan terdapat pula siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru. Motivasi intrinsik siswa SLTP bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif adalah karena keinginan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih, dank arena siswa merasa kurang faham terhadap materi yang disampaikan oleh guru di sekolah. Motivasi ekstrinsik siswa SLTP mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif juga beragam. Mulai dari karena ikut oleh teman sekelas, karena di suruh oleh orang tua, karena sebelumnya kakak dari siswa tersebut telah bergabung di bimbingan belajar yang sama, bahkan karena jarak bimbingan belajar yang dekat dengan rumah. 4.2 Prestasi Siswa SLTP Sebelum dan Sesudah Mengikuti Bimbingan Belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru. Prestasi siswa SLTP yang mengikuti bimbingan belajar di Quantum Inovatif Pekanbaru mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian ini, semua informan mengaku mengalami peningkatan prestasi setelah bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru. Walaupun tidak semua informan memperoleh peringkat di kelas, tetapi informan mengaku nilai rata-rata setiap semesternya mengalami peningkatan. Bahkan terdapat satu informan yang sangat merasakan peningkatan prestasi tersebut. Karena sebelumnya siswa ini selalu mendapat nilai rendah di mata
pelajaran Bahasa Inggris, tetapi setelah bergabung di bimbingan belajar Quantum Inovatif Pekanbaru, nilai Bahasa Inggris siswa ini mengalami peningkatan. DAFTAR PUSTAKA A, Erhans dan C, Audi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Mdah, Surabaya, 1995 Achmadi, Abu dan Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2007. Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Semarang, 1991. A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001 Bungin, Burhan.M, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, 2006 Baheram, Murni, Pengantar Pendidikan, Cendekia Insani, Pekanbaru, 2008 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. Gulo,W, Metodologi Penelitian, PT Grasindo, Jakarta, 2000. H, Ary Gunawan, Sosiologi Pendidikan,Rineka Cipta, Jakarta, 2010 Horton, Paul B dan Hunt,Chester, Sosiologi Jilid Satu Edisi ke Enam, Erlangga, Jakarta, 1984 Harwoko, Dwi, Motivasi Msayarakat Mengunjungi Warung Internet, skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, 2007. Paul Johnson, Doyle, Teori Sosiologi Klasik, Rensius, Youslou Sembiring, Hubungan Sosial Siswa SMA Yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Quantum Star Pekanbaru, Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, 2012. Sasmita, Jumiati, Metodologi Penelitian, UR Pres, Pekanbaru, 2012.
Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,2006 Shadily, Hassa, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1984 Sismanto, Y, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya mencerdaskan Bangsa, CV Era Swasta, Jakarta, 1984 Sunarto,Kamanto, Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1995 Vaizey, John, Pendidikan di Dunia Modern, PT Gunung Agung, Jakarta, 1978 Yetedra, Motivasi Lulusan Non IPS Memilih Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik Universitas Riau, Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, 2011. http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/10budaya-baru-dunia-pendidikan558951.html