MOTIVASI KERJA DI PERPUSTAKAAN BAGI PUSTAKAWAN LULUSAN NON ILMU PERPUSTAKAAN Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh: Reni Puspita NIM. 1111025100003
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M
ABSTRAK
Reni Puspita (1111025100003). Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Di bawah bimbingan Ida Farida, MLIS, Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dan faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode kualitatif dengan informan yaitu 3 orang pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan motivasi intrinsik. Motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu, keinginan dari diri pustakawan untuk bekerja di perpustakaan sebagai pengabdian kepada apratur negara, pengembangan intelektual bidang perpustakaan maupun kesehatan dan sebagai penjenjangan karir. Penulis menyimpulkan bahwa adanya faktor pendorong motivasi pustakawan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, yaitu adanya gaji, tunjangan, dan kesempatan untuk berkembang. Kata Kunci: Motivasi, Motivasi Kerja, Pustakawan, Non Ilmu Perpustakaan, Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
i
ABSTRACT
Reni Puspita (1111025100003). Work Motivation in Non Graduate Library For Librarians Library Science: A Case Study Library of the Ministry of Health. Under the guidance of Ida Farida, MLIS, Library Science Department Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, in 2015. This study aims to determine the motivation of librarians working non graduate library science and the factors that drive employee motivation non graduate library science librarians at the Library of the Ministry of Health. This type of research is descriptive with qualitative methods with informants are 3 non-science graduates librarian library. These results indicate that the motivation non librarian library science graduates working in the Library of the Ministry of Health is an intrinsic motivation. Motivation non sciences library librarian working at the Library of the Ministry of Health, namely the desire of self-librarian to work in the library as apratur devotion to the state, the intellectual development of the field of health and as a library and career development. The authors conclude that their motivating factor in working librarian at the Library of the Ministry of Health, namely the salary, benefits, and opportunities to grow. Keywords: Motivation, Work Motivation, Librarian, Non Sciences Library, Library of the Ministry of Health.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana. Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis mengambil judul tentang “Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI” yang merupakan hasil penelitian selama penulis melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan. 4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mencurahkan waktunya untuk ACC judul skripsi saya. 5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku Pembimbing Skripsi yang telah mencurahkan ilmu dan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Nurul Hayati, M.Hum dan Bapak Amir Fadillah, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.
iii
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses perkuliahan. 8. Kedua orang tua tercinta Bapak Wiyono dan Ibu Sri Sudarnani, serta kakakku Agus Sutopo, yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang dan dukungan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian. 9. Dra. Siwi Wresniati dan drg. Ria Puwanti, M. Kes yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 10. Sahabat seperjuangan Dini Amelia Witriani, Yusra, Okka Tiara, Anis Afifah yang sama-sama memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman KKN Atmosphere 2014. 12. Teman-teman JIP angkatan tahun 2011. 13. Sahabat SMA Ayu, Efi, Meinia yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembacanya. Jakarta, 4 Juni 2015 Penulis
Reni Puspita
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR BAGAN .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7 E. Daftar Istilah ............................................................................. 7 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR A. Pengertian Pustakawan ............................................................. 10 B. Pengertian Motivasi Kerja ........................................................ 11 C. Bentuk-bentuk Motivasi ........................................................... 15
v
D. Teori Motivasi........................................................................... 15 E. Hubungan Motivasi dengan Tingginya Produktivitas .............. 20 F. Faktor Pendorong Motivasi Kerja............................................. 22 G. Penelitian Relevan .................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................... 31 B. Sumber Data ............................................................................. 32 C. Teknik Penentuan Informan...................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 33 E. Teknik Analisis Data ................................................................ 35 F. Jadwal Penelitian ...................................................................... 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perpustakaan Kemneterian Kesehatan RI....... 38 2. Visi dan Misi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ......... 39 3. Koleksi ..................................................................................... 40 4. Sumber Daya Manusia ............................................................. 41 5. Layanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ................. 44 6. Tata Tertib Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ............. 45 B. Hasil Penelitian 1. Motivasi Kerja di Perpustakaan ............................................. 47 2. Faktor Pendorong Motivasi Kerja
vi
a. Gaji .......................................................................................... 56 b. Kondisi dan Keamanan Kerja ................................................. 58 c. Kebutuhan Sosial .................................................................... 61 d. Penghargaan dan Pengakuan ................................................... 63 e. Kesempatan untuk Berkembang ............................................. 65 C. Pembahasan ................................................................................... 68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 72 B. Saran .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. ..... 74 LAMPIRAN BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Faktor Pendorong Motivasi....................................................... 22 2. Tabel 2.2 Jadwal Penelitian....................................................................... 37 3. Tabel 4.1 Jumlah Koleksi.......................................................................... 41
viii
DAFTAR BAGAN
1. Gambar 1 Struktur Organisasi...................................................................... 43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Transkrip Wawancara 2. Lampiran 2 Surat Permohonan Dosen Pembimbing 3. Lampiran 3 Surat Tugas Menjadi Pembimbing Skripsi 4. Lampiran 4 Surat Izin Penelitian 5. Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian 6. Lampiran 6 Nota Dinas Izin Penelitian 7. Lampiran 7 Foto Kegiatan Wawancara 8. Lampiran 8 Lembar Observasi 9. Lampiran 9 Lembar Bimbingan Skripsi 10. Biodata Penulis
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perpustakaan merupakan lembaga yang melayani kepentingan umum dan sebagai salah satu pusat informasi, yang bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan bahan pustaka agar dapat digunakan oleh pemustaka secara efektif dan efisien. Perpustakaan terbagi atas beberapa jenis salah satunya adalah perpustakaan khusus. Perpustakaan khusus adalah lembaga informasi yang berada di lingkungan instansi atau organisasi yang mempunyai tugas dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka khususnya pada instansi tersebut.1 Di dalam sebuah perpustakaan hal yang terpenting adalah pustakawan yang menjalankan atau bekerja di perpustakaan, tanpa adanya pustakawan pelayanan perpustakaan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut UU tentang perpustakaan No. 43 tahun 2007 pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Tugas pustakawan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan ialah: (1) memberikan layanan prima terhadap pemustaka; (2) menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan (3) memberikan
1
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Sagung Seto, 2006), h.3.
1
2
keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai tugas dan tanggung jawabnya.2 Pustakawan harus memiliki motivasi kerja yang baik sehingga kegiatan pokok perpustakaan dapat berjalan dengan semestinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.3 Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko dalam buku Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman, motivasi kerja merupakan motivasi yang
terjadi pada situasi lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang, jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.4 Motivasi kerja diartikan sebagai keadaan dalam diri individu yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.5 Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan untuk
2
Republik Indonesia, Undang-Undang RI No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007). 3 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 90. 4 J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.26. 5 John Adair, Menjadi Pemimpin Eksekutif (Jakarta, Pustaka Pressindo, 1984), h.177.
3
melakukan sesuatu yang diarahkan pada perilaku yang melibatkan diri dengan pekerjaan. Dorongan kerja dapat berasal dari dalam (intrinsik) atau berasal dari luar (ekstrinsik). Dorongan kerja yang berasal dari dalam diri (intrinsik) seseorang yang dapat mempengaruhinya untuk berperilaku atau bergerak ke arah tertentu seperti: prestasi, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, penghargaan. Sedangkan, dorongan kerja yang berasal dari luar (ekstrinsik) adalah faktor-faktor dari luar diri seseorang yang dapat memotivasinya untuk bekerja dengan baik, seperti: gaji, keamanan kerja, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, kualitas hubungan dengan atasan. Hasil kerja yang diperoleh dari masing-masing jenis motivasi akan bervariasi.6 Motivasi kerja di perpustakaan berhubungan dengan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pelatihan kepustakawanan. Ketertarikan seseorang untuk melakukan sesuatu harus sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan. Kemampuan tersebut akan mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi yang pada akhirnya akan membuat pustakawan memiliki keinginan untuk tetap bekerja di perpustakaan tersebut.7 Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan perpustakaan khusus yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan RI. Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI mempunyai pustakawan sebanyak 10 orang yang bertugas mengelola perpustakaan. Mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang bermacam-macam, dari bidang ilmu perpustakaan 6 7
J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman, h. 28. Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 143.
4
sebanyak 4 orang dan bidang ilmu lainnya sebanyak 6 orang yang didukung dengan mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) khusus bidang ilmu perpustakaan. Berdasarkan penelitian awal, penulis tertarik membahas masalah motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaaan Kementerian Kesehatan RI dikarenakan di tempat tersebut terdapat pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan yang mempunyai motivasi untuk bekerja di perpustakaan sebagai pengelola informasi. Motivasi kerja pustakawan tersebut terlihat dari absensi kehadiran serta dalam melayani pemustaka, pustakawan tersebut memiliki semangat dan pengetahuan untuk bekerja di perpustakaan walaupun pustakawan tersebut bukan lulusan dari bidang ilmu perpustakaan. Di sini juga terlihat dari usaha pustakawan perpustakaan.
tersebut
dalam
Pustakawan
menerapkan tersebut
ilmu
mendapatkan
pengetahuan pengetahuan
bidang ilmu
perpustakaan melalui kegiatan pelatihan (diklat) bidang ilmu perpustakaan yang sering diadakan di Perpustakaan Nasional. Selain itu, pustakawan Kementerian Kesehatan RI juga sering mengikuti seminar-seminar ilmu perpustakaan guna menambah pengetahuan dalam mengelola perpustakaan. Bagian SDM dan jaringan perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan kompetensi perpustakaan.
maupun pustakawan
keterampilan
pustakawan
guna
khususnya
pustakawan
lulusan
meningkatkan non
ilmu
5
Alasan penulis mengambil Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai tempat untuk dilakukannya penelitian, karena penulis telah melakukan Praktek Kerja Lapangan di perpustakaan tersebut. Penulis melihat sebagian besar pustakawan Kementerian Kesehatan RI bukan dari lulusan sarjana ilmu perpustakaan. Namun, pustakawan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam melakukan pekerjaannya sebagai pustakawan. Motivasi pustakawan tersebut bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dikarenakan keinginan dari pustakawan untuk bekerja di perpustakaan, panggilan jiwa, bekerja untuk memenuhi kebutuhan, dan pengembangan intelektual yang dimiliki.8 Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Dengan demikian penulis memutuskan untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi, kemudian hasil penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Motivasi Kerja
di
Perpustakaan
Bagi
Pustakawan
Lulusan
Non
Ilmu
Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI bagi pustakawan non ilmu perpustakaan dan faktor-faktor yang mendorong motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan
8
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes
6
RI. Penelitian ini lebih di fokuskan pada motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan yang telah bekerja lebih dari 1 tahun di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI? 2. Faktor apa yang mendorong motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI?
C. Tujuan Penelitian Agar sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
7
D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI agar menjadi motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. 2. Sebagai bahan masukan bagi perpustakaan lainnya terhadap motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. 3. Memperkaya khazanah pembahasan dalam ilmu perpustakaan khususnya mengenai motivasi kerja di perpustakaan.
E. Daftar Istilah 1. Perpustakaan Khusus Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu instansi atau lembaga tertentu, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini perpustakaan yang dimaksud adalah Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 2. Motivasi Kerja Motivasi kerja adalah keinginan dari diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan
yang
dibuktikan
dengan
semangat
menggunakan
semua
kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja. 3. Pustakawan Pustakawan adalah orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan dan informasi yang memiliki pendidikan perpustakaan secara formal maupun
8
pelatihan kepustakawanan yang bertugas mengelola perpustakaan dan memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka. Dalam hal ini pustakawan yang dimaksud adalah pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan yang bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 4. Ilmu Perpustakaan Ilmu perpustakaan adalah ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan budaya serta jasa-jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan perpustakaan dan peranan secara lebih luas.
F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi ke dalam 5 (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR Tinjauan Literatur. Bab ini berisi literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pengertian pustakawan, pengertian motivasi kerja, bentuk-bentuk motivasi, teori-teori motivasi, hubungan antara motivasi
9
dengan
tingginya
produktivtas
kerja,
faktor-faktor
pendorong motivasi kerja. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini penulis akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan mulai dari jenis dan pendekatan penelitian, sumber
data,
teknik
penentuan
informan,
teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab
ini
membahas
tentang
hasil
penelitian
dan
pembahasan, yang berisi tentang penjelasan profil objek penelitian, diantaranya sejarah berdirinya Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, visi dan misi, struktur organisasi, koleksi, layanan, tata tertib. Hasil penelitian mengenai motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan, faktor-faktor pendorong motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
10
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Pustakawan Menurut Sutarno NS dalam buku Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktik, pustakawan diartikan sebagai semua tenaga kerja yang berada dan bekerja di perpustakaan, baik sebagai pemimpin, staf maupun pelaksana
teknis
operasional.9
Sedangkan,
Sudarsono
menjelaskan
pustakawan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik instansi pemerintah atau unit tertentu.10 Pustakawan
adalah
seseorang
yang
melaksanakan
kegiatan
perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan tujuan lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan.11 Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 mendefinisikan pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab
untuk
melaksanakan
pengelolaan
dan
pelayanan
perpustakaan.12
9
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 76 10 Blasinus Sudarsono, Pustakawan Cinta dan Teknologi (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 76. 11 Basyral Hamidy, dkk, Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1979-1998 (Jakarta: Pengurus Besar IKAPI, 1998), h. 1. 12 Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h.110.
10
11
Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang berkarya dibidang perpustakaan dan dokumentasi dan tidak membedakan status PNS atau Non PNS. Sedangkan dalam Kode etik Pustakawan Indonesia menjelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya didasari dengan pengetahuan kepustakawanan yang dimiliknya melalui pendidikan.13 Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan yang telah mendapatkan pengetahuan dalam bidang perpustakaan baik secara formal maupun pelatihan kepustakawanan.
B. Pengertian Motivasi Kerja Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move).14 Motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena merasakan perlunya untuk memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhannya telah terpenuhi, motivasinya akan menurun. Motivasi juga diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Namun apabila tujuan telah tercapai, biasanya motivasi juga menurun. Oleh karena itu, motivasi dapat dikembangkan apabila timbul kebutuhan maupun tujuan baru.
13
Rachman Hermawan S, dkk, Etika Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h.
14
J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman (Jakarta: Rajawali Pers,
45-46. 2008), h.1.
12
Apabila pemenuhan kebutuhan merupakan kepentingan manusia, maka tujuan dapat menjadi kepentingan individu maupun organisasi. Menurut Syephen P. Robbins dalam buku Manajemen Kinerja, menyatakan bahwa motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus-menerus (presistence) individu menuju pencapaian tujuan. Intensitas menunjukan seberapa keras seseorang berusaha. Tetapi intensitas tinggi tidak menjamin pada hasil kinerja yang baik, kecuali adanya usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.15 Motivasi sebagai proses yang mempengaruhi atau mendorong seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang dialami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan.16 Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan perpustakaan sering dikaitkan dengan motivasi kerja pustakawan. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerja tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang, jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.17
15
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.378. P. Adigusman, Peningkatan Motivasi Pegawai, artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28976/4/Chapter%20II.pdf. 17 J. Toding, Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://e-journal.uajy.ac.id/2672/3/2EM13860.pdf. 16
13
Sementara itu, Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron dalam buku
Manajemen
Kinerja,
berpendapat
bahwa
motivasi
merupakan
serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan. Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau energi untuk bertindak. Motivasi juga berkepentingan dengan pilihan yang dilakukan orang dan arah perilaku mereka. Sedangkan perilaku akan mempertahankan berapa lama orang akan terus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.18 Menurut Ernest J. Mc Chormick dalam buku Manajemen Sumber Daya Perusahaan, mengemukakan bahwa “work motivation is defined as conditions which influence the arousal, direction, and maintenance of behaviors relevant in work settings.” Motivasi kerja ialah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.19 Menurut IG Wursanto berpendapat bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para pegawai
untuk
berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.20 Sedangkan, Hasbullah Husin mengungkapkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan yang kuat seseorang untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan tertentu dengan sebaik mungkin.21
18
Wibowo, Manajemen Kinerja, h.379. AA Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Perusahaan ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), h. 94. 20 IG Wursanto, Manajemen Kepegawaian I (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 137-138. 21 Hasbullah Husin, Manjemen Menurut Islamologi (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 215. 19
14
Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo merumuskan motivasi sebagai berikut: a. “Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak b. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu c. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku sesorang d. Proses dalam yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuan (goal).”22 Dengan adanya motivasi kerja, diharapkan setiap individu mau bekerja keras untuk mencapai kinerja yang tinggi. Motivasi kerja ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan maksimal. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting tentang kinerja individual.23 Berdasarkan pengertian motivasi kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan yang timbul dari diri pegawai untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang dikehendakinya sehingga
22
B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 268. 23 Moekijat, Motivasi dan Pengembangan Manajemen (Bandung: CV Pionir jaya, 1981), h. 24.
15
menimbulkan semangat kerja yang menjadi landasan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.
C. Bentuk- bentuk Motivasi Setiap individu memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit yang dimiliki oleh seseorang tersebut bersumber dari dirinya maupun dari luar, dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi pendorong motivasi seseorang. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu:24 1. Motivasi ekstrinsik (dari luar) 2. Motivasi intrinsik (dari dalam) Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi pada diri seseorang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimiliki olehnya saat ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya kemudian mempengaruhi diri dalam melakukan sesuatu yang bernilai dan berarti.25
D. Teori Motivasi Ada banyak teori yang membahas mengenai motivasi. Beberapa teori menganggap kondisi kekurangan merupakan pendorong untuk berperilaku. 24 25
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143
16
Teori-teori yang paling lazim mengenai motivasi merujuk kepada kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang penting, tidak terhindarkan, untuk memenuhi suatu kondisi. Istilah kebutuhan juga digunakan untuk menggambarkan kondisi kekurangan sesuatu. Teori motivasi yang didasarkan pada kebutuhan adalah: 1. Teori Hirerarki Menurut Abraham Maslow pada tahun 1945, salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori "Hierarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk bekerja. Kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan hierarchy pyramid, yaitu:26 a. Kebutuhan fisiologikal (Physiological Needs). Pada tingkatan terendah hierarki yang ada dan pada titik awal teori motivasi terdapat kebutuhan fisiologikal. Kebutuhan fisiologikal merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, seperti: sandang, pangan, papan. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang perlu dipenuhi untuk mempertahankan hidup.
26
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 145-146.
17
b. Kebutuhan rasa aman (Security Needs). Apabila kebutuhan fisiologikal sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan pada tingkat selanjutnya yaitu kebutuhan rasa aman. Keinginan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. c. Kebutuhan sosial (Social Needs). Ketika kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman relatif terpenuhi, maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan pada tingkat selanjutnya menjadi motivator selanjutnya bagi perilakunya. Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, dan rasa memiliki. d. Kebutuhan harga diri (Esteem Needs). Kebutuhan harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk dipuji dan diakui atas prestasi kerjanya. e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization Needs). Pada
puncak
hirarki,
terdapat
kebutuhan
aktualisasi
diri.
Kebutuhan ini melalui pengembangan kemampuan dan keahlian yang dimiliki untuk memeperoleh kesempatan berprestasi. Apabila
seorang
pegawai
dapat
memenuhi
kelima
tingkatan
kebutuhannya secara bersamaan dan imbalan kerja yang diperolehnya dari organisasi tempat dia mengabdi, maka dapat dipastikan akan memotivasi orang untuk bekerja lebih giat, tanpa diperintah orang lain. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini adalah untuk memotivasi orang agar bekerja lebih giat sesuai dengan keinginan kita, sebaiknya kita memenuhi kebutuhan-
18
kebutuhan dasar yang diinginkan dari pegawai tersebut. Namun kelemahan dari teori ini adalah bahwa kebutuhan manusia itu tidaklah berjenjang dan hierarkis, tetapi kebutuhan itu perlu dipenuhi secara simultan pada tingkat intensitas tertentu, dengan menentukan apa yang harus dipenuhi lebih dahulu.27 2. Teori Dua Faktor Pada tahun 1966 Frederick Herzberg mengemukakan bahwa teori motivasi ini berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Teori ini disebut sebagai teori dua faktor. Hal ini dikarenakan, berdasarkan studinya tentang hubungan antara sikap – sikap kerja dan kepuasan kerja. Frederick Herzberg membedakan dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan, yaitu faktor motivational/intrinsik dan faktor hygiene/ekstrinsik. Faktor motivational/ intrinsik mempengaruhi tingkat kepuasan kerja berdasarkan pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi seperti, pekerjaan itu sendiri, prestasi, penghargaan, tanggung jawab, dan kemajuan. Sedangkan faktor hygiene/ekstrinsik memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, seperti, status, hubungan antar manusia, kebijakan, imbalan, kondisi dan keamanan kerja dan sebagainya.28 Pada dasarnya teori ini sama dengan teori hierarki Abraham Maslow yang bertujuan mendapatkan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat kerja pegawai agar mereka mau bekerja lebih giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. 27 28
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 146. Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 148.
19
3. Teori E-R-G Clayton Alderfer Teori E-R-G adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Alderfer pada tahun 1972, yang mengemukakan “bahwa individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan akan existense (E) atau eksistensi, relatedness (R) atau keterkaitan, dan growth (G) atau pertumbuhan. Menurut Alderfer terdapat tiga kategori kebutuhan, yaitu: a. Eksistence (E) atau Eksistensi Dapat dipenuhi melalui insentif finansial dan kondisi kerja yang aman. Meliputi kebutuhan fisiologis seperti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan. b. Relatedness (R) atau keterkaitan Dapat dipenuhi melalui keterlibatan pegawai dalam suasana kelompok yang kondusif, ditandai adanya hubungan antar anggota kelompok sebagai teman sejawat, dan rasa kekeluargaan. c. Growth (G) atau pertumbuhan Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui pengembangan karir, dan pengembangan pekerjaan secara kreatif.29 Secara umum, teori ini mirip dengan teori kebutuhan hierarki Abraham Maslow, namun berbeda dalam dua aspek. Pertama, meskipun urutan kebutuhan serupa, ide hierarki tidak dimasukkan. Alderfer menyatakan bahwa bila kebutuhan eksistensi tidak terpenuhi akan sangat berpengaruh, namun kategori-kategori kebutuhan lainnya masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, 29
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer: Eksistensi dalam Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali, 1990), h.255.
20
kebutuhan tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan. Misalnya, seseorang yang sudah menerima gaji yang cukup besar dan pekerjaan yang aman namun terus menginginkan peningkatan, meskipun kebutuhan akan eksistensi tampaknya sudah terpenuhi. Dari
teori-teori motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat memotivasi pegawai menurut teori hierarki adalah kebutuhan faali, rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Teori dua faktor yang mengatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi pegawai adalah pencapaian, penghargaan, pekerjaaan itu sendiri, dan tanggung jawab. Sedangkan, teori ERG menyatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi seseorang dalam bekerja yaitu Eksistence (E) atau Eksistensi, Relatedness (R) atau keterkaitan, dan Growth (G) atau pertumbuhan.
E. Hubungan Antara Motivasi dengan Tingginya Produktivitas Motivasi dan produktivitas adalah suatu bagian yang saling terkait satu sama lainnya. Peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan produktivitas.30 Untuk dapat termotivasi dan menjadi produktif, seseorang harus memiliki minat dengan pekerjaan mereka agar mendapat kepuasan kerja selain itu juga perlu adanya kerjasama dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.31 Pengaruh produktivitas pegawai sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan sumber daya manusia di organisasi tersebut. Kemampuan untuk meningkatkan produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang, kecakapan, dan beban kerja. Lingkungan kerja 30 31
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, h. 154. A. Dale Timpe, Memotivasi Pegawai (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 25.
21
dan pekerjaan itu sendiri berpengaruh terhadap kualitas produktivitas seseorang. Produktivitas berasal dari kata productivity yang artinya product atau hasil, sehingga productivity dapat diartikan sebagai hasil atau kemampuan menghasilkan sesuatu.32 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agar produktivitas pegawai meningkat maka
pegawai harus menyukai pekerjaannya terlebih dahulu
sehingga dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaan tersebut. Sehingga terwujudnya rasa tanggung jawab, adanya kerjasama yang baik, serta lingkungan yang mendukung.
32
Hadari Nawawi, Administrasi Personel untuk Peningkatkan Produktivitas Kerja (Jakarta, CV. Haji Masagung, 1990), h.97.
22
F. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut tabel faktor motivasi kerja menurut para ahli, sebagai berikut:33 Tabel 2.1 Faktor Motivasi Kerja No.
Abraham Maslow
Herzberg
Clayton Alderfer
1.
Fisiologis
Gaji
Insentif Finansial
2.
Keamanan/ rasa aman
Keamanan dan
Keamanan dan Kondisi
Kondisi Kerja
kerja
Hubungan antara
Hubungan antar
pribadi dengan
kelompok dan teman
atasan, bawahan dan
kerja
3.
Sosial
rekan kerja 4.
Penghargaan
Status
5.
Aktualisasi diri atau
pemenuhan diri
Pekerjaan yang
kreatif dan menantang
33
Pengembangan karir
Pengembangan
Prestasi
pekerjaan
Penghargaan
kreatif
Tanggung jawab
Kemajuan
Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, BPFE, 2002), h. 261
secara
23
Berikut ini uraian faktor yang mendorong motivasi kerja seseorang menurut Abraham H Maslow, Herzberg, dan Clayton Alderfer, sebagai berikut:34 1. Gaji Gaji merupakan salah satu kebutuhan dalam suatu organisasi. Suatu organisasi dapat memberikan motivasi kepada pegawai mereka dengan cara memberikan kompensasi secara realistis guna meningkatkan produktivitas kerja. Penghargaan dalam bentuk uang berupa gaji maupun tunjangan menjadi alat untuk mengoptimalkan kepuasan pegawai dan untuk memotivasi dalam melaksanakan pekerjaan yang lebih baik lagi. Ada yang beranggapan bahwa gaji sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri maupun keluarga. Ada juga yang beranggapan gaji sebagai sarana penyediaan jaminan hidup sampai tingkat tertentu. Kesuksesan sering diukur berdasarkan pendapatan yang diperoleh. Dan ada juga yang melihat gaji sebagai simbol status, suatu ukuran keberhasilan sesorang. Keberhasilan tersebut terlihat dari rumah, lingkungan, kendaraan dan pakaian. Uang dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam bekerja. Sebagian besar pegawai menganggap uang merupakan hal yang paling utama dan menjadi faktor terpenting dalam pekerjaan. Selain gaji, penerimaan lain juga dapat memotivasi pegawai dalam bekerja. Yang tergolong dalam penerimaan lain seperti: honorarium/lembur dan bonus. Lembur adalah sejumlah uang yang diterima setelah melakukan pekerjaan di luar jam kerja. Penerimaan honorarium/lembur masih sangat diharapkan guna memenuhi kebutuhan fisiologi. Dengan memberikan uang
34
Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, BPFE, 2002), h. 261
24
lembur kepada pegawai merupakan salah satu usaha untuk menciptakan semangat kerja. Sedangkan, bonus adalah pemberian tunjangan hari raya atau akhir tahun. Pemberian tunjangan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat kerja pegawai.35 2. Kondisi dan Keamanan Kerja Kondisi kerja dapat mempengaruhi semangat kerja pegawai. Oleh sebab itu, pihak perusahaan hendaknya menyediakan lingkungan kerja yang memberi rasa aman dan menarik. Dengan memperhatikan ruang kerja dan fasilitas yang memadai. Mengenai keamanan dalam bekerja merupakan salah satu faktor yang memotivasi seseorang dalam bekerja. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan yang dibawa sejak lahir untuk menjaga dirinya dari kecelakaan. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan yang berhubungan dengan fisik, mental, dan intelektual.36 Kebutuhan akan keamanan berhubungan dengan menjaga diri terhadap ancaman atau bahaya. Menurut Maslow, kebutuhan akan keamanan terdiri dari keamanan pada saat bekerja, perasaan aman akan harta yang dimiliki, dan perasaan aman yang menyangkut masa depan pegawai.37 Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Oleh karena itu, sebaiknya sebuah organisasi yang baik memiliki program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman bagi pegawainya. Program tersebut dapat berupa dana pensiun, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan.
35 36
h.287.
37
A Dale Timpe, Memotivasi Pegawai, h.61-63. Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Moh. As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Liberty, 1987), h. 48.
25
3. Kebutuhan Sosial Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang timbul dikarenakan adanya hubungan antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya, hubungan antar pegawai, dan lingkungan sosial tempat dimana mereka bekerja. Komunikasi termasuk hal penting yang harus diperhatikan dalam menciptakan kondisi kerja yang efektif. Komunikasi dapat dilakukan baik dalam lisan maupun tulisan. Komunikasi yang efektif antara kepala dan pegawai dapat memotivasi pegawai dalam bekerja. Kondisi kerja juga berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja seseorang. Kepuasan kerja merupakan suatu pandangan seseorang baik yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya.38 Jadi dalam memotivasi pegawai dalam bekerja harus menciptakan lingkungan kerja yang baik, sehingga pegawai dapat membuat pekerjaan lebih menarik dan menantang. Selain itu, pegawai dapat termotivasi dalam bekerja apabila dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, dimana mereka dapat menghubungkan tujuan mereka dengan organisasi. Dalam memberikan kesempatan kepada pegawai untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Dengan hal itu mereka akan merasa dirinya mempunyai peran dalam organisasi tersebut sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kualifikasi pegawai harus disesuaikan dengan posisi kerja. Kesalahan penempatan pegawai akan mengakibatkan kinerja yang tidak maksimal, frustasi, dan kurangnya motivasi. Motivasi yang tepat akan membuat para karyawan akan terdorong untuk
38
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 287.
26
bekerja semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat mencapai keberhasilan dari tujuan dan sasaran organisasi tersebut.39 Memberikan perhatian dalam masalah kesehatan pegawai, menerima saran yang berhubungan dengan organisasi, dan memberikan pujian atas kinerja yang baik merupakan hal yang efektif dalam memotivasi pegawai untuk bekerja lebih baik dan efisien.40 Menurut Bernard Berelson dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mendefinisikan komunikasi sebagai alat atau sarana yang menghubungkan satu pegawai dengan pegawai lain dalam suatu organisasi supaya mencapai tujuan
bersama.41
Komunikasi
didefinisikan
sebagai
suatu
proses
pembentukan dan penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.42 Untuk meningkatkan produktivitas kerja, selain memperhatikan faktor gaji juga harus memperhatikan masalah kebutuhan sosial seperti: kerjasama, diterimanya keberadaan mereka oleh pegawai lain, perasaan memiliki, kepercayaan diri, dihargai dan dihormati. 4. Penghargaan dan Pengakuan Salah satu aspek yang terpenting dari motivasi adalah kebutuhan akan adanya pengakuan. Ini dapat berupa surat penghargaan dan penghargaan khusus lainnya.43 Pengakuan dapat membangun harga diri dan memberi
39
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 287. A Dale Timpe, Memotivasi Pegawai, h. 83. 41 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 7. 42 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 23. 43 A Dale Timpe, Memotivasi pegawai, h. 83. 40
27
semangat kepada setiap pegawai. Bentuk lain pengakuan adalah dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh pegawai kepada atasannya. Pada saat tertentu kritik dapat memotivasi pegawai agar berusaha lebih baik dan meningkatkan produktivitas kerja, sebaliknya kritik dapat menurunkan motivasi pegawai. Setiap profesi memerlukan penghargaan dan pengakuan yang menjadikan penghargaan sebagai salah satu hal untuk meningkatkan produktivitas kerja pustakawan. 5. Aktualisasi Diri Aktualisasi diri yaitu adanya pengembangan karir dalam bentuk kenaikan pangkat dan promosi jabatan yang lebih tinggi akan menjadi pendorong semangat kerja pegawai. Bekerja tanpa adanya harapan untuk meraih kemajuan tidak dapat menjadi motor atau penggerak untuk berprestasi. Agar dapat berprestasi selain memotivasi dalam bekerja, juga diperlukan pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jadi dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor untuk memudahkan dalam menjalankan tugas sebagai pegawai. Kesempatan untuk berkembang yaitu kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi dari kedudukan
sebelumnya.
Setiap
orang
selalu
menginginkan
adanya
perkembangan dari usaha yang telah dilakukannya. Dengan adanya kesempatan untuk maju itu, maka keinginan untuk berkembang tersebut dapat terpenuhi.44 Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan diri dalam menambah pengetahuan, keterampilan, atau mengubah sikap-sikap 44
Ibrahim, Aspek- Aspek dalam Motivasi Kerja diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://ibrahim.staff.uns..ac.id/2002/3/aspek-aspek-dalam-motivasi-kerja/why-not/
28
sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk meningkatkan mutu dan keterampilan serta memupuk semangat kerja dari pegawai agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada diri masing-masing, perlu dilakukan pembinaan pegawai.45 Pembinaan pegawai ini dapat dinikmati oleh pegawai maupun organisasi. Banyaknya manfaat yang diperoleh dari pembinaan pegawai untuk mendorong pegawai untuk bekerja lebih baik.
G. Penelitian Relevan Penelitian sebelumnya pernah dilakukan dan yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya diambil dari skripsi dan artikel jurnal. Adapun skripsi yang relevan dengan penelitian ini berjudul Motivasi Kerja Staf Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia. Yang disusun oleh Irza Rasjid Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui kondisi motivasi kerja staf perpustakaan di lingkungan perpustakaan fakultas Universitas Indonesia; (2) Untuk mengetahui aspek yang dapat mempengaruhi mereka dalam bekerja di perpustakaan; (3) Untuk mengetahui usaha yang dilakukan kepala perpustakaan dalam memotivasi staf perpustakaannya. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan teknik analisis data yang digunakan adalah penulis menggunakan parameter tertentu yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan buku karangan Masri Singarimbun. Hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukan bahwa motivasi kerja staf perpustakaan fakultas dilingkungan Universitas 45
Hasibuan, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h, 46.
29
Indonesia adalah tinggi, yaitu 56,66 (51-75 motivasi tinggi). Gaji dipilih sebagai aspek yang paling mempengaruhi mereka dalam bekerja dan kepala perpustakaan telah melakukan tugas mereka untuk memotivasi stafnya.46 Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek yang memfokuskan kepada pustakawan yang memiliki latar belakang non ilmu perpustakaan, tujuan penelitian penulis yaitu, untuk mengetahui motivasi kerja di perpustakaan bagi pustkawan lulusan non ilmu perpustakaan dan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong motivasi dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Metode penelitian yang penulis gunakan berbeda yaitu, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan artikel Ilmiah yang relevan dengan penelitian ini berjudul Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh. Yang di susun oleh Erik Septian Chandra dan Elva Rahmah Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang. Artikel ini diterbitkan oleh Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui motivasi kerja pustakawan perpustakaan Politani; (2) Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi yang diberikan pemimpin perpustakaan Politani; (3) untuk mengetahui kendala dalam memotivasi kerja pustakawan di perpustakaan politani. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yang merupakan pengamatan langsung. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi. Hasil penelitiannya yaitu motivasi kerja pustakawan Perpustakaan Politani masih belum baik, terlihat dari koleksi yang 46
Irza Rasjid, “Motivasi Kerja Staf Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2009) diakses pada 25 Desember 2014 dari http://lontar.ui.ac.id.
30
tidak tersusun rapi, kurangnya kedisiplinan pustakawan dalam memanfaatkan jam kerja dan sering terjadi pemustaka yang mengantri lama untuk mendapatkan informasi, pustakawan yang bercanda gurau sewaktu jam kerja; (2) bentuk-bentuk motivasi yang diberikan pimpinan Perpustakaan Politani kepada pustakawan adalah motivasi ekstrinsik yang berupa hadiah, yaitu berupa honor tambahan sewaktu pustakawan melaksanakan piket harian dan nasehat secara lisan (egoinvolvement), yaitu berupa nasehat yang diberikan oleh pimpinan Perpustakaan Politani. Nasehat yang diberikan berupa lisan seperti teguran dan panggilan ke ruangan pimpinan dan sampai saat sekarang ini pimpinan perpustakaan belum melakukan pemberian nasehat dengan cara tulisan dan memberikan sanksi yang tegas; (3) kendala dalam memotivasi pustakawan, yaitu sulit untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat, karena keinginan setiap individu tidak sama, kemampuan Perpustakaan Politani terbatas dalam menyediakan fasilitas dan pimpinan perpustakaan sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu pustakawan.47
47
Erik Septian dan Elva Rahmah, “Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh,” Jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan Vol.1, No.1, 2012. diakses pada 12 Januari 2015 dari http://ejurnal.unp.ac.id.
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya. Penelitian deskriptif ini mengkaji pola hubungan korelasional antara beberapa variabel.48 Penelitian deskriptif ini penulis lakukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Sedangkan, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik
atau
kuantifikasi.49
Pendekatan
kualitatif
cenderung bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan “sifat data” yang murni kualitatif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi
48
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h.60-61. 49 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Jurnal EEQUILIBRIUM, Vol.5, No.9 (2009), h. 2.
31
32
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.50
B. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang telah menempuh pendidikan sarjana non ilmu perpustakaan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari 3 pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan yang memiliki kriteria untuk dijadikan informan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai data sekunder adalah catatan dokumentasi, buku, jurnal, laporan tahunan, dan dokumen lainnya yang menunjang penelitian.
C. Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian.51 Konsepsi penentuan informan dengan melakukan kunjungan ke Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dalam tahap awal ditentukan satu orang informan kunci (key informant) yaitu Kepala 50
Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, h.3. Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h.62. 51
33
Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Selanjutnya, setelah dilakukan wawancara mendalam tentang tujuan penelitian, beberapa orang informan lainnya ditetapkan lagi sesuai aspek-aspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dijadikan informan dalam penelitian ini pustakawan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Berpendidikan minimal sarjana non ilmu perpustakaan 2. Sudah bekerja lebih dari 1 tahun 3. Memiliki jabatan fungsional pustakawan Berdasarkan kriteria di atas terdapat 3 orang pustakawan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan informan. Informan berlatar belakang dari lulusan Sarjana hukum, Magister Kesehatan Masyarakat, dan Magister Manajemen Publik. Informan sudah bekerja lebih dari satu tahun di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Informan adalah pustakawan bagian layanan pemustaka, pengolahan bahan pustaka dan kepala perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
D. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif
yang
bertujuan
untuk
mengemukakan
permasalahan
dan
menemukan solusi disertai dengan teori-teori yang mendukung. Data-data yang diperoleh dikumpulkan melalui:
34
1. Observasi Observasi adalah metode penghimpunan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung dan yang menjadi objek penelitian adalah pustakawan non ilmu perpustakaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis juga melampirkan lembar observasi. Observasi penulis lakukan pada tanggal 4 Mei sampai 13 Mei 2015 di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Selain itu, wawancara juga dapat diartikan sebagai percakapan dengan maksud tujuan tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan atas pertanyaan itu.52 Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 3 orang pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan mengenai hal-hal yang memotivasi pustakawan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 3. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta 52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 186.
35
mengolah bahan penelitian.53 Penelitian jenis ini merupakan riset yang memfokuskan diri untuk menganalisis atau menafsirkan bahan tertulis berdasarkan konteksnya.54 Dalam kegiatan ini, penulis mengumpulkan data melalui kegiatan membaca berbagai macam sumber referensi atau literatur-literatur yang relevan dengan tema yang dibahas. Adapun sumber-sumber yang dimaksud dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dan skripsi.
E. Teknik Analisis Data Setelah melakukan teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah
menganalis
data.
Analisis
data
adalah
proses
menyusun,
mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Teknik penulisan ini berpedoman kepada buku: Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis data yang dilakukan, diantaranya: 1. Reduksi Data Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan wawancara tidak semuanya penulis gunakan. Akan tetapi,
53
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
2008), h. 3. 54
Adnan Mahdi dan Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Bandung : CV ALFABETA, 2014), h.126.
36
data tersebut dipilah-pilah lagi untuk menentukan mana yang relevan dengan tema penelitian. 2.
Penyajian Data Setelah data direduksi, tahap selanjutnya adalah penyajian data. Pada tahap ini, data disajikan dan dianalisis dengan menghubungkan data yang di peroleh dari studi pustaka dengan data yang ditemukan melalui wawancara dan observasi. Adapun dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
3.
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Sedangkan verifikasi dimaksud kan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif.55
55
Tjuju Soendari. Penelitian Kualitatif. artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA.
37
F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang beralamat di Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret – Mei 2015. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan No.
Kegiatan
1. Pengajuan Proposal Skripsi dan
Bulan Januari 2015
Dosen Pembimbing 2.
Bimbingan Skripsi
Maret - Juni 2015
3.
Pengumpulan Literatur
April 2015
4.
Observasi dan Wawancara
Mei 2015
5.
Penyusunan Laporan Skripsi
Maret – Juni 2015
6.
Sidang Skripsi
Juli 2015
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Pada tahun 2005 dikeluarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1575/MENKES/PER/XI/2005 Tentang Organisasi dan Kerja Departemen Kesehatan, kedudukan perpustakaan telah muncul dalam struktur Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi di bawah nanungan Pusat Komunikasi Publik. Sebelum Menteri Kesehatan RI mengeluarkan peraturan ini, Kementerian Kesehatan RI menggunakan peraturan Nomor: 1277/MENKES/SK/XI/2001
perpustakaan
hilang
dalam
struktur
organisasi Departemen Kesehatan RI, pada saat itu perpustakaan dipimpin oleh Ny. Kayes Lumatauw, Mls. Meskipun tidak ada dalam struktur perpustakaan tetap menyelenggarakan sesuai dengan fungsinya dengan baik teknis maupun administrasi di bawah Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan RI. Pada tahun 2010 keluar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 114/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan ada perubahan nama satuan kerja. Bahwa Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi di bawah naungan Bidang Pelayanan Informasi Publik yang bertanggung jawab pada Pusat Komunikasi Publik. Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI telah menjadi bagian dari perkembangan kiprah Kementerian Kesehatan RI sejak awal. Selain
38
39
lokasinya yang berpindah-pindah sesuai lokasi kantor Departemen Kesehatan. Penanggung jawab pengelolaannya juga berpindah dari unit satu ke unit lainnya. Tercatat pernah berada dibawah Biro Umum, Biro Hukum, Pusat Data dan Informasi, dan sejak 2006 Perpustakaan Departemen Kesehatan dan sampai sekarang Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berada dibawah koordinasi dan tanggung jawab Pusat Komunikasi Publik Depkes, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Departemen Kesehatan. Pembenahan Perpustakaan Departemen Kesehatan dilakukan terhadap fisik
ruangan,
fasilitas,
koleksi
maupun
teknologi
informasinya.
Penggunaan IT berbasis open source sangat mendukung tugas pokok dan fungsi perpustakaan. KOHA dan D-space digunakan dalam mendukung fasilitas perpustakaan digital dan online (e-library). 2. Visi dan Misi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI a.
Visi Menjadikan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai perpustakaan unggulan untuk repository terbitan Kementerian Kesehatan RI dan pusat jejaring perpustakaan kesehatan.
b. Misi 1.) Melestarikan karya cetak dan karya rekam hasil terbitan Kementerian Kesehatan RI 2.) Membangun dan mengembangkan perpustakaan terpadu berbasis teknologi informasi
40
3.) Membina dan membangun jejaring dengan perpustakaan di lingkungan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan. 4.) Menyelenggarakan layanan perpustakaan. 3. Koleksi Adapun Koleksi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut: a. Koleksi terbitan Kementerian Kesehatan RI Koleksi ini merupakan karya cetak yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI yang berkaitan dengan kebijakan dan program pembangunan kesehatan. Koleksi ini mencakup berbagai tulisan berupa Sejarah Kesehatan Nasional, Peraturan Perundang-undangan bidang kesehatan, Profil Kesehatan, Petunjuk Teknis, Petunjuk pelaksanaannya sebagai acuan menjalankan pekerjaan dalam bidang kesehatan baik instansi pemerintah maupun swasta. b. Koleksi Audio Visual Kementerian Kesehatan RI Koleksi ini merupakan koleksi foto, audio, video dalam bentuk digital, kaset audio, CD, VCD, DVD, betacam, DV-cam. Koleksi ini yang dikembangkan sejak tahun 2007 ini mencakup hasil liputan kegiatan, iklan layanan masyarakat (ILM), produksi program untuk televisi dan radio, video dokumenter, dan filler. c.
Koleksi terbitan WHO Koleksi ini merupakan koleksi terbitan WHO terutama WHO Regional Asia Tenggara (SEARO) yang berbentuk buku dan softcopy atau CD.
41
d. Koleksi Umum Koleksi terbitan umum yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berupa koleksi subjek di luar bidang kesehatan dan kedokteran, seperti: filsafat, bahasa, pertanian, pemerintah, keuangan, geografi. Tabel 4.1 Jumlah Koleksi
4.
Koleksi
Judul
Eksemplar
Audiovisual
154
261
Terbitan Kemenkes RI
3337
6252
Terbitan WHO
1195
1538
Terbitan Umum
231
281
TOTAL
4917
8332
Sumber Daya Manusia Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berada di dalam Unit Pusat Komunikasi Publik dan Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi bertanggung jawab kepada Bidang Pelayanan Informasi Publik. Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi memiliki 10 sumberdaya manusia. Adapun latar belakang pendidikan sumber daya manusia Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut:
1. Dra. Siwi Wresniati, M.Si latar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia dan Magister Manajemen Publik. 2. drg. Ria Purwanti, M.Kes latar belakang pendidikan Sarjana Dokter Gigi dan Magister Kesehatan Masyarakat.
42
3. Jeni Helen CS, SH latar belakang pendidikan Sarjana Hukum. 4. Parna, SIPI latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan. 5. Teguh Martono, S.Sos latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan. 6. Rachmadi, Amd latar belakang pendidikan dari D3 Ilmu Perpustakaan. 7. Ariesha Widipuspita, Amd latar belakang pendidikan D3 Ilmu Perpustakaan. 8. Muslichatul Hidayah latar belakang pendidikan SMA. 9. Mintarsih latar belakang pendidikan SMA. 10. Mintauli Sianturi latar belakang pendidikan SMA.
43
Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI Pusat Komunikasi Publik Bidang Pelayanan Informasi Publik Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi
PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK
drg. Murti Utami, MPH NIP. 196605081992032003
BIDANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
Drg. Rarit Gempari, MARS NIP. 196209091986032002
SUB BIDANG PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI
Dra. Siwi Wresniati, M.Si NIP. 196607191994032001
LAYANAN PEMUSTAKA
LAYANAN TEKNIS
Drg. Ria Purwanti, M.Kes
Parna, S.IPI
NIP. 196110041989032004
NIP. 196807121989031004
Teguh Martono, S.Sos NIP. 197903072010121001 Muslichatul Hidayah NIP. 195901181980032002 Mintarsih NIP. 196106271982012002
Rachmadi, Amd
Jeni Helen CS, SH
NIP. 197110201994031003
NIP. 196712111990032001
Ariesha Widipuspita, Amd NIP.198803292009122001
Mintauli Sianturi NIP.195910251983122001
44
5.
Layanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI menggunakan sistem pelayanan terbuka dimana pemustaka dapat langsung mencari bahan pustaka pada rak koleksi yang ada. Koleksi bahan pustaka tidak dapat dipinjam dan hanya dapat dibaca di ruang baca. Bila bahan pustaka tersebut diperlukan dapat digandakan (photo copy). Pemustaka tidak dipungut biaya (gratis) selama menggunakan layanan perpustakaan. Jenis layanan yang tersedia yaitu: a. Layanan referensi, yaitu: layanan yang berupa bantuan, petunjuk atau bimbingan untuk menemukan bahan pustaka atau informasi lainnya. b. Bimbingan pembaca, yaitu: layanan dengan memberikan petunjuk dan panduan untuk pemustaka dalam menggunakan bahan pustaka dan peralatan. c. Layanan photo copy bahan pustaka yang harus memenuhi peraturan perundangan tentang hak atas kekayaan intelektual (HAKI). d. Penelusuran bahan pustaka, yaitu: Pencarian bahan pustaka di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang dapat dilakukan melalui (OPAC). Waktu pelayanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu : Hari Senin s.d. Jumat Jam: 09.00 - 15.00 WIB; dan Tutup: Sabtu, Minggu, dan hari libur.
45
6. Tata Tertib Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Adapun tata tertib pengunjung Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, adalah sebagai berikut: a. Setiap pemustaka diharuskan mengisi buku kunjungan yang telah disiapkan sebelum memanfaatkan perpustakaan. b. Barang bawaan berupa tas atau lainnya dapat dititipkan ke loker penyimpanan barang yang sudah disediakan. Barang berharga dan uang tidak dibenarkan untuk disimpan dalam loker penitipan. c. Setiap pemustaka bertanggung jawab mengawasi barangnya masingmasing. Kehilangan barang pada loker penitipan dan selama di perpustakaan bukan menjadi tanggung jawab Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. d. Pemustaka dapat mencari koleksi bahan pustaka dalam bentuk buku atau karya digital melalui katalog online di komputer yang telah disediakan dengan alamat: http://perpustakaan.depkes.go.id. e. Pemustaka dapat mencari sendiri koleksi lokasi tempat bahan pustaka yang dimaksud dan dapat menemukan koleksi tersebut untuk dibaca atau difoto copy. Apabila mengalami kendala dalam pencarian koleksi bahan pustaka dapat meminta bantuan kepada petugas Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. f. Pemustaka tidak diperkenankan untuk membawa pulang bahan pustaka ( buku atau terbitan lainnya). Bahan pustaka hanya dapat dibaca di ruang baca atau difoto copy di tempat yang ada.
46
g. Bagi pemustaka yang akan memfoto copy harus menyerahkan kartu identitas diri (KTP, SIM, Kartu Siswa, Kartu Mahasiswa atau Surat Keterangan lainnya) kepada petugas Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Tanpa surat identitas pemustaka tidak diperkenankan untuk memfoto copy bahan pustaka. Pemustaka yang memfoto copy harus mematuhi peraturan perundangan yang berlaku tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan International Copyright Law. h. Pemustaka tidak dibenarkan merusak, mencoret-coret, melipat, merobek atau mengambil isi bahan pustaka yang ada. i. Pemustaka hendaknya menjaga suasana yang nyaman di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dan turut memelihara kebersihan lingkungan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dengan tidak makan dan minum di perpustakaan. j. Petugas Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berwenang untuk mengambil tindakan sesuai aturan yang berlaku agar tata tertib dapat dilaksanakan dengan baik.
47
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan, penulis
akan
menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang pendidikan pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI diketahui bahwa informan berlatar belakang pendidikan yaitu: Sarjana Hukum, Magister Kesehatan Masyarakat, dan Magister Manajemen Publik. Masing-masing informan adalah pustakawan bagian pengolahan bahan pustaka, pelayanan pemustaka dan Kementerian
Kesehatan
RI.
kepala perpustakaan di Perpustakaan
Pustakawan
masing-masing
bekerja
di
Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI lebih dari satu tahun dan masa kerja terlama diantara informan tersebut adalah selama 17 tahun. Seluruh informan berlatar belakang dari sarjana non ilmu perpustakaan yang telah mengikuti pelatihan kepustakawanan. Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh melalui metode wawancara dan dikaitkan dengan teori yang peneliti bahas di bab sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang diperoleh penulis uraikan kedalam bentuk narasi, hasilnya sebagai berikut: 1. Motivasi Kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan Motivasi kerja di perpustakaan merupakan suatu keinginan pustakawan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa adanya
48
motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh informan mengenai motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI menurut pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan, sebagai berikut: “Saya termotivasi untuk bekerja diperpustakaan yaitu berawal dari hobi saya membaca buku, jadi ketika saya bekerja di perpustakaan saya merasa senang bisa menerapkan ilmu yang saya miliki. Selain itu saya juga memahami koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan ini dikarenakan saya berlatar belakang bidang kesehatan.” 56 Informan lain memaparkan: “Yang memotivasi saya bekerja di perpustakaan pada waktu itu untuk pengembangan karir dan mengembangan ilmu yang saya miliki.”57 Informan lain juga memaparkan: “Motivasi saya bekerja di perpustakaan ini yaitu karena tugas dan kewajiban yang harus saya lakukan sebagai PNS.”58 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan keinginan dari pustakawan yang mempunyai hobi membaca, pemahaman koleksi bidang kesehatan, sebagai pengembangan karir dan pengembangan intelektual, dan pengabdian sebagai Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, terlihat bahwa motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI cukup tinggi. Ini terlihat dari absensi kehadiran pustakawan, kedisiplinan pustakawan dalam memanfaatkan jam kerja, serta
56
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 58 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 57
49
dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi. Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan motivasi kerja pustakawan sudah terdapat di dalam diri pustakawan serta dalam pelaksanaannya pun sudah cukup baik. Jika hal ini terus berlanjut dapat berdampak pada kemajuan perpustakaan di masa yang akan datang. Sehingga pustakawan dapat meningkatkan dan menerapkan motivasi kerja yang ada dalam dirinya, sehingga motivasi yang dimiliki sesuai dengan kinerja mereka di perpustakaan. Pengembangan sumber daya manusia merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh pihak perpustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang
perpustakaan
khususnya
bagi
pustakawan
non
ilmu
perpustakaan. Berikut ini pemaparan informan mengenai pengembangan sumber daya manusia khususnya bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, sebagai berikut: “Pihak perpustakaan mengikutsertakan pustakawan untuk seminar, lokakarya dan pada tahun ini saya lagi mengajukan untuk mengadakan diklat pustakawan.”59 Informan lain memaparkan: “Mengikutsertakan pustakawan dengan seminar- seminar sehari.”60 Informan lain juga memaparkan: “Dalam rangka mengembangkan potensi pustakawan non ilmu perpustakaan pihak perpustakaan mengirimkan pustakawan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan di Perpustakaan Nasional, LIPI, seminar, lokakarya tentang perpustakaan.”61
59
Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 61 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 60
50
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam hal pengembangan sumber daya manusia di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dilakukan dengan mengikutsertakan pustakawan
dalam
seminar
sehari,
diklat,
lokakarya
dan
pameran
perpustakaan guna menambah ilmu pengetahuan dalam bidang perpustakaan khususnya bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Selain pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang berperan dalam pengembangan sumber daya manusia, pustakawan non ilmu perpustakaan juga berupaya meningkatkan motivasi kerjanya. Adapun hal-hal yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berikut pemaparan informan mengenai hal-hal yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, adalah sebagai berikut: “Yang saya lakukan yaitu dengan menggali potensi yang ada dalam diri saya, serta memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang ada agar dapat digunakan oleh pemustaka.”62 Informan lain memaparkan: “Saya pribadi sering mengikuti seminar seminar-seminar yang diadakan di LIPI, Perpustakaan Nasional dan membaca buku yang berkaitan dengan perpustakaan guna menambah pengetahuan dalam mengelola perpustakaan.”63 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwa adanya usaha pustakawan dalam hal meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu dengan menggali potensi yang
62 63
Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M. Si pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Wresniati, M.Kes pada 15 Mei 2015
51
ada di dalam diri pustakawan, pemanfaatan fasilitas perpustakaan, dan mengikuti seminar-seminar yang diadakan di LIPI maupun Perpustakaan Nasional. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa adanya upaya pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu terlihat pustakawan yang sedang membaca buku mengenai pengelolaan perpustakaan, adanya sharing dengan pustakawan lain apabila terdapat kendala dalam pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa adanya
upaya
yang dilakukan pihak Perpustakaan
Kementerian Kesehatan RI untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam menambah wawasan bidang perpustakaan khususnya bagi pustakawan non ilmu perpustakaan yaitu dengan mengikutsertakan pustakawan dalam acara seminar, diklat, pameran perpustakaan. Selain itu juga, adanya usaha yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam hal meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu dengan menggali potensi diri, membaca buku mengenai pengolahan perpustakaan guna menambah wawasan dalam bidang perpustakaan serta adanya sharing kepada pustakawan lain ketika menghadapi kendala dalam pekerjaannya. Penulis juga menanyakan mengenai manfaat yang dirasakan ketika bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berikut ini pemaparan informan mengenai manfaat yang dirasakan ketika bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah, sebagai berikut:
52
“Bekerja di perpustakaan bisa menjadi orang yang mempunyai banyak ilmunya”64 Informan lain memaparkan: “Manfaatnya bekerja di perpustakaan yaitu ikut serta mencerdaskan bangsa dan banyak mendapat ilmu pengetahuan dan wawasan bertambah.”65 Informan lain juga memaparkan: “Dapat membantu pemustaka serta lebih banyak mengetahui ilmu yang ada dibidang perpustakaan.”66 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa manfaat yang dirasakan informan setelah berprofesi sebagai pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu, wawasan ilmu pengetahuan bertambah, berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa, dan sebagai sumber informasi yang dapat memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka guna ikut serta dalam mencerdaskan bangsa yang menjadi kunci sukses suatu perpustakaan. Hal ini dapat diketahui bahwa memberikan pelayanan kepada pemustaka
merupakan
tujuan
dari
tiap
perpustakaan.
Keberhasilan
perpustakaan sangat ditentukan oleh pustakawannya. Oleh karena itu, setiap pustakawan harus mempunyai motivasi dalam bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Walaupun sebelumnya semua informan tidak bercitacita untuk menjadi pustakawan, namun setelah mengetahui banyaknya manfaat yang diperoleh dari seorang pustakawan akhirnya saat ini informan merasa senang dengan profesi pustakawannya. Motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI disebabkan oleh adanya sejarah atau cerita yang 64
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 66 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 65
53
membuat mereka bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berikut pemaparan informan mengenai hal-hal yang mendasari mereka bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai berikut: “Saya pertama kali kerja di perpustakaan ini pada tahun 2008 setelah saya mengalami kecelakaan dan harus menjalankan proses penyembuhan dan pada proses penyembuhan tersebut saya harus bekerja lalu saya meminta untuk di tempatkan di perpustakaan pada tahun 2009 setelah bekerja di perpustakaan saya mengajukan permohonan ke Perpustakaan Nasional untuk mengikuti diklat calon pustakawan tingkat ahli (CPTA). Permohonan saya dipenuhi dengan pemanggilan untuk ikut diklat CPTA angkatan 2010 dan mendapatkan sertifikat/ijazah CPTA dan meraih hasil sebagai 5 lulusan terbaik, selain itu saya hobi membaca buku dan akhirnya saya tertarik untuk bekerja di perpustakaan. Selain itu, untuk buku-buku baru yang diterbitkan Kementerian Kesehatan kita dapat langsung membacanya. Senang dapat membantu mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah, penelitian di bidang kesehatan sehingga dapat terus menambah pengetahuan.”67 Informan lain memaparkan mengenai hal-hal yang membuat mereka bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, sebagai berikut: “Pada februari 2014 saya di pindahkan dari Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI untuk memimpin Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini. Sebelumnya saya memimpin Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI karena ada perintah dan tugas dari institusi jadi saya di pindahkan untuk memimpin perpustakaan ini.”68 Informan lain memaparkan sebagai berikut: “Pada tahun 1990 saya PNS di Direktorat Kesehatan Gigi dengan pendidikan SMA dan sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia. Lalu setelah saya lulus sebagai Sarjana Hukum pada waktu itu perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berada di bawah Biro Hukum dan Organisasi. Jadi saya diminta untuk bekerja di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini untuk penyetaraan ijazah saya sebagai sarjana hukum. Dan sebagai sarjana hukum saya tidak mungkin bekerja di bawah direktorat kesehatan gigi lalu saya pindah ke perpustakaan. Lalu saya yang diminta untuk diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan”69 67
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M. Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M. Si pada 15 Mei 2015 69 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 68
54
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui, bahwa motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI disebabkan oleh salah satu informan memiliki hobi membaca, memahami koleksi bidang kesehatan dan sebagai proses penyembuhan
dari
sakit
yang mengharuskan
pustakawan
non
ilmu
perpustakaan untuk bekerja sehingga informan tersebut meminta kepada pihak Kementerian Kesehatan RI untuk di tempatkan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Kedua informan lainnya bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI disebabkan oleh tugas dari pihak Kementerian Kesehatan RI. Pihak perpustakaan Kementerian Kesehatan RI selalu berupaya meningkatkan motivasi kerja para pustakawannya, yang diharapkan dapat memperoleh kinerja yang baik dari pustakawan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala perpustakaan bahwa jenis-jenis motivasi yang diberikan kepada pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dalam meningkatkan kinerja pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, adalah sebagai berikut: “Motivasi positif, motivasi jenis ini diberikan berupa insentif. Pemberian insentif di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu berupa material, pemberian insentif material ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pustakawan beserta keluarga. Insentif yang diterima pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI meliputi bonus, komisi namun dalam frekuensi yang tidak menentu. Sedangkan, pemberian Insentif non material dengan pemberian pujian dan penghargaan yang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja dan memacu semangat kerja. Motivasi negatif, selain motivasi positif ada juga motivasi negatif yang diberikan kepada pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Motivasi negatif seperti hukuman atau teguran kepada pustakawan yang sering melanggar aturan dan kedisiplinan. Biasanya motivasi ini diberikan kepada pustakawan yang datang terlambat dengan memberikan tambahan jam kerja
55
untuk pustakawan yang melanggar aturan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.” Dengan adanya pemberian motivasi dari kepala perpustakaan kepada pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas
pustakawan,
mempertahankan
kestabilan
pustakawan, meningkatkan kedisiplinan pustakawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik antar pustakawan, dan meningkatkan rasa tanggung jawab pustakawan terhadap tugas-tugasnya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sangat tinggi, ditunjukan dengan usaha-usaha yang dilakukan pustakawan dalam meningkatkan pengetahuan bidang perpustakaan dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan pihak perpustakaan dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain itu, banyak manfaat yang diperoleh pustakawan non ilmu perpustakaan ketika bekerja di perpustakaan salah satunya yaitu dapat ikut serta mencerdaskan bangsa dan menambah wawasan ilmu pengetahuan. Selain pustakawan yang termotivasi untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, pihak perpustakaan juga berperan memberikan motivasi kepada pustakawannya agar pustakawan tersebut dapat meningkatkan motivasi kerjanya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
56
2. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan Faktor-faktor
yang
mendorong
motivasi
kerja
pustakawan
di
Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan hal penting dalam rangka memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka. Motivasi kerja yang tinggi akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi juga, begitu pula sebaliknya apabila dalam suatu lembaga tidak memperhatikan faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja maka bisa dipastikan lembaga tersebut tidak akan mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien. Dalam hal ini faktor yang menjadi pendorong motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut: a. Gaji dan Penerimaan Lain Kebutuhan dasar dalam organisasi salah satunya adalah gaji. Gaji merupakan hal terpenting bagi seseorang yang telah melakukan pekerjaan di suatu instansi atau lembaga. Dengan gaji yang mereka peroleh dari hasil kerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang paling dasar yang harus dipenuhi oleh manusia untuk bisa bertahan hidup seperti makan, minum, dan bernafas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, informan memaparkan tentang faktor yang mendorong motivasi bekerja di perpustakaan yang disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan fisik, seperti berikut: “Salah satu faktor yang memotivasi saya bekerja yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik saya dan keluarga.”70 70
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015
57
Informan lain memaparkan mengenai gaji yang merupakan faktor pendorong motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI: “Ya, tujuan saya bekerja salah satunya untuk memperoleh gaji untuk memenuhi kebutuhan.”71 Informan lain juga memaparkan: “Iya gaji salah satu hal yang mendorong saya untuk bekerja”72 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, gaji merupakan salah satu hal yang paling mendorong dalam memotivasi pustakawan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Pada dasarnya setiap orang bekerja pasti ingin mendapatkan imbalan atas pekerjaan yang telah ia lakukan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila gaji yang diperoleh tidak sesuai maka akan berdampak pada motivasi kerja, maka dari itu gaji adalah salah faktor yang paling memotivasi pustakawan non ilmu perpustakaan dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, informan memaparkan tentang pemberian gaji dari lembaga/instansi, seperti berikut: “Kalo untuk gaji sesuai dengan standar Pegawai Negeri Sipil.”73 Informan lain memaparkan: “Untuk masalah gaji disini sudah sesuai, kan disini lembaga/instansi pemerintah jadi gaji standar pegawai negeri sipil.”74 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, gaji yang diberikan lembaga sudah sesuai karena mengikuti standar pegawai negeri sipil.
71
Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 73 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 74 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 72
58
Informan lain memaparkan tentang pemberian tunjangan pustakawan. Hal ini disampaikan oleh informan sebagai berikut: “Selain gaji kita juga ada tunjangan fungsional pustakawan.”75 Berdasarkan pemaparan para informan di atas, dapat disimpulkan bahwa pustakawan Kementerian Kesehatan RI mengenai masalah gaji sudah sesuai standar pegawai negeri sipil. Selain itu, salah satu hal yang menarik pustakawan untuk bekerja di perpustakaan disebabkan oleh adanya tunjangan pustakawan sehingga pustakawan tersebut tertarik untuk beralih ke fungsional pustakawan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian gaji pustakawan sudah sesuai dan tidak ada keluhan. Adanya tunjangan pustakawan merupakan salah satu faktor yang mendorong pustakawan non ilmu perpustakaan dalam memotivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dengan adanya pemberian gaji dan tunjangan fungsional pustakawan sehingga hal ini dapat dijadikan alat untuk meningkatkan motivasi pustakawan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI . b. Kondisi dan Keamanan Kerja Kebutuhan rasa aman yaitu keinginan yang dimiliki manusia akan rasa aman, terlindung, kebebasan, jauh dari ancaman. Dalam hal ini keamanan kerja yang dimaksud adalah keamanan saat bekerja, perasaan nyaman di tempat kerja kerja, dan perasaan aman yang menyangkut masa depan pegawai atau pustakawan.
75
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015
59
Ada beberapa faktor kebutuhan rasa aman dalam bekerja, diantaranya adalah fasilitas di tempat kerja. Dengan adanya keamanan kerja maka pustakawan
akan
lebih
maksimal
dalam
melakukan
pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas, informan menyatakan tentang penempatan dan keamanan kerja di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, sebagai berikut: “Penempatan kerja di perpustakaan ini saya di tugaskan dari pihak Kementerian Kesehatan RI.”76 Informan lain memaparkan: “Untuk penempatan kerja di perpustakaan ini saya yang minta kepada pihak Kementerian Kesehatan RI untuk ditugaskan bekerja di perpustakaan dan untuk segi keamanannya di perpustakaan ini menutut saya aman, ya.”77 Informan lain memaparkan mengenai kondisi dan keamanan kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI: “Setiap lembaga pemerintah sudah pasti menjamin keamanan pegawai nya dalam melaksanakan tugasnnya, jadi dari segi keamanan sudah terpenuhi.”78 Dari pemaparan para informan di atas, dapat disimpulkan bahwa penempatan kerja di perpustakaan Kementerian Kesehatan ini merupakan keputusan dari Kementerian Kesehatan RI sebagai Pegawai Negeri Sipil. Mereka akan tetap dan tidak berpindah ke bidang pekerjaan lain kecuali ada perintah dari Kementerian Kesehatan RI namun ada salah satu informan yang akan tetap bekerja di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini sampai masa purnabakti/pensiun karena penempatan kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan permintaan dari pustakawan tersebut. Dan rata-rata pustakawan merasa nyaman baik dilihat dari segi ancaman bahaya, maupun
76 77 78
Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015
60
perasaan yang menyangkut masa depan pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Berkaitan dengan kondisi kerja yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang dapat menunjang pekerjaaan pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Dalam hal ini adalah fasilitas untuk menunjang kinerja pustakawan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Adapun penjelasan yang disampaikan oleh informan mengenai fasilitas yang ada, sebagai berikut: “Dari segi fasilitas disini masih ada kendala dalam jaringan internet, jaringan internetnya sering off.”79 Informan lain memaparkan: “Menurut saya fasilitas yang ada di perpustakaan ini masih kurang mendukung seperti, fasilitas komputer yang ada di perpustakaan ini ada yang tidak dapat digunakan.”80 Berdasarkan pemaparan dari informan di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI masih kurang mendukung dan masih terdapat kendala, seperti fasilitas internet yang sering tidak aktif dan terdapat komputer yang tidak dapat dioperasikan. Oleh karena itu, fasilitas yang ada di perpustakaan kurang memadai dalam menunjang pekerjaan pustakawan. Berdasarkan obsevasi yang dilakukan penulis mengenai fasilitas yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini masih kurang mendukung seperti katalog perpustakaan yang terkadang tidak dapat digunakan oleh pemustaka untuk penelusuran koleksi sehingga penelusuran koleksi sering dilakukan secara manual yang dipandu oleh pustakawan. Sehingga pemustaka dalam pencarian koleksi kurang maksimal. 79 80
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015
61
Dari
hasil
wawancara
dan
observasi
yang
dilakukan
penulis
menyimpulkan bahwa mengenai fasilitas yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI masih kurang memadai dan kurang adanya perhatian dari pihak perpustakaan sehingga hal ini dapat menghambat pekerjaan pustakawan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. c. Kebutuhan Sosial Beberapa unsur kebutuhan motivasi, kebutuhan sosial juga termasuk dalam kebutuhan motivasi. Kebutuhan sosial diperlukan karena berkaitan dengan hubungan antar sesama pustakawan dan lingkungan kerja. Kebutuhan sosial merupakan adanya rasa saling memiliki dalam bekerja. Disini penulis ingin menggambarkan mengenai dukungan dan kerjasama antar pustakawan dalam bekerja. Berikut adalah pemaparan dari informan mengenai dukungan yang diberikan antar sesama pustakawan dalam bekerja, adalah sebagai berikut: “Dorongannya lebih kepada kerjasama satu sama lain.”81 Informan lain memaparkan, sebagai berikut: “Disini kan kita kerja tim, jadi memberi dukungan dan kerjasama satu sama lain.”82 Berdasarkan pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya kerjasama dan dukungan antar pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dalam bekerja. Kebutuhan sosial dalam suatu organisasi memiliki peran yang sangat penting guna mencapai tujuan- tujuan dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, setiap pustakawan membutuhkan kerjasama antar sesama pustakawan dalam mencapai tujuan organisasi. 81 82
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015
62
Adapun hal yang berkaitan dengan kebutuhan sosial, salah satunya adalah perhatian dari kepala perpustakaan dalam hal memotivasi kerja pustakawaan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, berikut pemaparan informan sebagai berikut: “ Perhatian dari kepala perpustakaan kepada para pustakawan non ilmu perpustakaan dengan memberikan arahan dalam mengerjakan pekerjaan, disini kan kepala perpustakaannya juga dari lulusan non ilmu perpustakaan jadi kita sama-sama belajar mengaplikasikan ilmu yang kita miliki dan kepala perpustakaan juga menerima masukan dari pustakawan lain.”83 Dari pemaparan informan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian perhatian kepala perpustakaan kepada pustakawan dalam hal memotivasi kerja yaitu dengan memberikan tugas dan arahan dalam mengerjakan pekerjaan. Karena kepala perpustakaan berlatar belakang non ilmu perpustakaan jadi dapat
menerima
masukan
atau
saran
dari
pustakawan
lain
dalam
menyelesaikan pekerjaan. Selain pemberian motivasi dari atasan kepada pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Adapun unsur yang berkaitan dengan kebutuhan sosial, yaitu hubungan kerja antar sesama pegawai. Berikut pemaparan mengenai hubungan kerja antar sesama pustakawan sebagai berikut: “Sering terjadi miskomunikasi antara bagian pengolahan bahan pustaka dengan pelayanan pemustaka dalam menyelesaikan pekerjaan, terkadang bagian pelayanan yang bertugas labeling pada hal sebenarnya itu tugas dari bagian pengolahan.”84 Dari pemamparan informan di atas dapat dsimpulkan bahwa hubungan kerja antar sesama pegawai perpustakaan sering terjadi kesalahan dalam
83 84
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015
63
pembagian tugas kerja, sehingga hal ini dapat menyulitkan pustakawan lain dalam pelaksanaan pekerjaannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis melihat bahwa hubungan kerja antar sesama pustakawan kurang terjalin dengan baik terlihat dari kurangnya kerjasama antara pustakawan bagian layanan teknis dan layanan pemustaka di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Serta kurang adil dalam pembagian tugas kerja yang diberikan kepala perpustakaan kepada pustakawan, pustakawan yang memiliki intelektual yang baik lebih sering ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhatikan tugas pokok dan fungsi dari tiap pustakawan. d. Penghargaan dan pengakuan Penghargaan dan pengakuan merupakan salah satu unsur-unsur kebutuhan motivasi. Penghargaan dan pengakuan adalah keinginan adanya rasa hormat dari orang lain, perhatian, harga diri, penerimaan diri, apresiasi dan lain-lain. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan penghargaan dan pengakuan, diantaranya adalah adanya tanggung jawab dari setiap pustakawan dalam menjalankan pekerjaannya sebagai pustakawan dan pemberian penghargaan atas hasil kerja baik itu lisan maupun tulisan. Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh informan tentang pemberian tanggung jawab kepada pustakawan non ilmu perpustakaan, sebagai berikut: “Ya, kita sama dengan pustakawan lain yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan tugas sebagai pustakawan.”85
85
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015
64
Informan lain memaparkan: “Tanggung jawabnya kita disini diberikan kepercayaan dalam melaksanakan pekerjaan.”86 Dari pemaparan informan di atas dapat disimpulkan bahwa, pustakawan mempunyai tanggung jawab dalam pekerjaan, jadi dalam pelaksanaannya mereka di berikan tanggung jawab sepenuhnya pada setiap pekerjaannya. Dan kepala perpustakaan, dalam hal ini hanya mengontrol hasil kerja dari setiap pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Selain pemberian tanggung jawab yang penuh dari kepala perpustakaan terhadap pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan, adanya apresiasi terhadap hasil kerja pustakawan non ilmu perpustakaan ini yang merupakan bagian dari penghargaan atas hasil kerja pustakawan non ilmu perpustakaan. Seperti adanya respon dari rekan kerja dan atasan terhadap hasil kerja pustakawan non ilmu perpustakaan. Mengenai respon yang diberikan kepala perpustakaan maupun sesama pustakawan kepada pustakawan non ilmu perpustakan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI mengenai hasil kerja adalah sebagai berikut: “Mengenai respon dari rekan kerja dan atasan menurut saya biasa saja.”87 Informan lain memaparkan: “Untuk respon dari pustakawan lain lebih kepada saling menghargai satu sama lain.”88 Informan lain juga memaparkan: “Untuk penghargaan hasil kerja dari atasan disini kita mendapat pujian.”89
86
Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 88 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 89 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 87
65
Berdasarkan dari pemaparan informan di atas dapat disimpulkan bahwa, pemberian motivasi yang diberikan atasan dan sesama pustakawan dalam hal respon terhadap kinerja pustakawan non ilmu perpustakaan. Penghargaan dari atasan maupun sesama pustakawan lebih kepada sikap saling menghargai pada kinerja pustakawan non ilmu perpustakaan agar dapat meningkatkan kinerja. Sesuai dengan keterangan di atas, dari hasil observasi penulis menemukan bahwa adanya respon atas kinerja dari pustakawan non ilmu perpustakaan, respon tersebut di peroleh dari sesama pustakawan maupun kepala perpustakaan. Serta adanya perhatian dan bimbingan kepada pustakawan non ilmu perpustakaan dari pustakawan lain apabila terdapat kendala dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga pustakawan non ilmu perpustakaan merasa dihargai dan mendapatkan pengakuan di tempat kerja. Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perhatian atau respon yang baik yang diberikan oleh sesama pustakawan maupun kepala perpustakaan terhadap hasil kerja pustakawan non ilmu perpustakaan. Sehingga pustakawan yang telah melakukan pekerjaan mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari lingkungan kerjanya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang. Dukungan dari rekan kerja mempunyai peran penting dalam menyelesaikan suatu pekerjaan karena di dalam suatu organisasi membutuhkan kerja sama antar sesama pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. e. Kesempatan untuk berkembang Kesempatan berkembang atau realisasi diri merupakan hal yang penting bagi pustakawan untuk meningkatkan semangat kerjanya. Dalam hal
66
peningkatan diri merupakan salah satu alasan pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di perpustakaan. Seperti pemaparan informan mengenai kesempatan untuk berkembang yang memotivasi mereka bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai berikut: “Saya ingin perpustakaan.”90
mengembangkan
intelektual
saya
dalam
bidang
Informan lain memaparkan: “Saya melihat kedepannya profesi pustakawan mempunyai jenjang karir yang bagus.”91 Informan lain memaparkan: “Karena saya melihat potensi pustakawan untuk kedepannya lebih menguntungkan dibandingkan jabatan fungsional lainnya.”92 Berdasarkan dari paparan informan di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI disebabkan oleh pengembangan intelektual dalam bidang perpustakaan dan sebagai penjenjangan karir. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, kesempatan untuk berkembang pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan sudah ada. Pustakawan diikutsertakan dalam diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan guna menambah wawasan dalam bidang perpustakaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan motivasi kerja di perpustakaan dalam hal aktualisasi diri pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam penjenjangan karir, adanya program jenjang karir berupa
90 91 92
Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015
67
pelatihan dan diklat CPTA yang diikuti oleh pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Dalam hal aktualisasi diri, peningkatan diri merupakan salah satu perhatian yang harus diperhatikan oleh pustakawan non ilmu perpustakaan. Seperti pemaparan informan berikut ini: “Untuk peningkatan jenjang karir kita diikutsertakan diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan atau yang sekarang disebut diklat CPTA.”93 Informan lain memaparkan sebagai berikut: “Peningkatan jenjang karirnya dengan mengikuti diklat perpustakaan.”94 Informan lain memaparkan sebagai berikut: “Adanya diklat pengelolaan perpustakaan dan diklat CPTA”95 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam hal peningkatan jenjang karir sudah diberikan oleh pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dengan diikutsertakan diklat CPTA dalam upaya penyetaran jabatan fungsional pustakawan. Dan ini merupakan faktor yang paling mendorong motivasi pustakawan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI selain gaji dan tunjangan yang mereka terima. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, jenjang karir di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sudah berjalan dengan baik. Pustakawan non ilmu perpustakaan ikut serta dalam diklat perpustakaan dan diklat CPTA untuk penyetaraan jabatan fungsional pustakawan. Program ini
93 94 95
Wawancara Pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 Wawancara Pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 Wawancara Pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015
68
merupakan program yang wajib diikuti oleh pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa, faktor motivasi kerja sebagai aktualisasi diri pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, yaitu adanya program peningkatan jenjang karir, yang diharapkan pustakawan non ilmu perpustakan mampu untuk mengaktualisasi diri dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
C. Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian pada bab IV. Hasil penelitian motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu adanya minat pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di perpustakaan. 1. Motivasi
kerja pustakawan
lulusan
non ilmu
perpustakaan
di
perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Motivasi
kerja pustakawan lulusan non ilmu
perpustakaan di
Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan bentuk motivasi intrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut yang kemudian mempengaruhi orang tersebut untuk melakukan sesuatu dengan tujuan yang berbeda-beda. Menurut Herzberg motivasi ini dipengaruhi oleh pekerjaan itu sendiri, keberhasilan
69
yang diraih, kesempatan berkembang, penjenjangan karir dan adanya pengakuan dari orang lain. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa adanya motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu adanya keinginan dari diri pustakawan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Yang memotivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu, karena adanya keinginan dari pustakawan non ilmu perpustakaan untuk penjenjangan karir dan pengembangan intelektual dalam bidang ilmu perpustakaan dan bidang kesehatan. Hal ini ditunjukan dengan semangat kerja pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, untuk mencapai tingkat kepuasan kerja dalam bidang perpustakaan. Motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan terlihat dari kegiatan pustakawan dalam memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan sudah terdapat di dalam diri pustakawan serta dalam pelaksanaannya pun sudah cukup baik. Hal ini dapat berdampak pada kemajuan perpustakaan di masa yang akan datang. Pustakawan dapat menimbulkan dan mempraktikkan motivasi kerja yang ada dalam dirinya, sehingga motivasi yang dimiliki sesuai dengan kinerja mereka di perpustakaan. Pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI juga berupaya meningkatkan motivasi kerja para pustakawannya, yang diharapkan dapat memperoleh kinerja yang baik dari pustakawan tersebut.
70
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ditemukan bahwa adanya motivasi yang diberikan kepala
perpustakaan
kepada
pustakawan
Perpustakaan
Kementerian
Kesehatan RI yaitu berupa motivasi positif dan negatif. Motivasi ini diberikan kepala
perpustakaan
kepada
pustakawan
Perpustakaan
Kementerian
Kesehatan RI guna meningkatkan kinerja dan disiplin kerja pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dengan adanya pemberian motivasi kepada pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pustakawan,
mempertahankan
kestabilan
pustakawan,
meningkatkan
kedisiplinan pustakawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik antar pustakawan dan meningkatkan rasa tanggung jawab pustakawan terhadap tugas-tugasnya. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, ditunjukan dengan usaha-usaha yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan pengetahuan bidang perpustakaan dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan pihak perpustakaan dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain pustakawan yang memiliki motivasi intrinsik untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, pihak perpustakaan juga berperan memberikan motivasi kepada pustakawannya agar pustakawan tersebut dapat meningkatkan motivasi kerjanya sehingga menghasilkan kinerja yang baik.
71
2. Faktor pendorong motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Faktor pendorong motivasi kerja menurut para ahli adalah: faktor gaji, keamanan dan kondisi kerja, kebutuhan sosial, penghargaan dan pengakuan, dan kesempatan berkembang. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara ditemukan faktor yang paling mendorong motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah adanya gaji dan tunjangan serta kesempatan untuk berkembang. Dalam hal meningkatan kinerja pustakawan pihak perpustakaan memberikan kesempatan pendidikan dan pelatihan sebagai upaya penjenjangan karir. Faktor pendorong motivasi kerja seperti, kondisi kerja, kebutuhan sosial dan penghargaan yang dikemukakan oleh para ahli belum dipenuhi oleh pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dalam rangka memotivasi kerja pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Meskipun pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI mempunyai keterbatasan fasilitas perpustakaan, namun mereka tetap mampu untuk menumbuhkan semangat kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, hal ini terlihat dari tingginya tingkat kehadiran pustakawan, dan pemanfaatan jam kerja oleh pustakawan serta dalam pemberian layanan kepada pemustaka. Hal ini ditunjukan dengan adanya kesadaran pustakawan dengan tugas dan tanggung jawab mereka selaku pengelola informasi dalam melayani pemustaka khususnya pegawai Kementerian Kesehatan RI dalam menunjang pekerjaan.
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian pada bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan bentuk motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan dari diri pustakawan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai pengabdian kepada apratur negara, pengembangan intelektual bidang perpustakaan maupun kesehatan dan sebagai penjenjangan karir. Adapun upaya yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan motivasi kerja di perpustakaan yaitu dengan mengikuti seminar, diklat, pameran perpustakaan dan membaca buku yang berkaitan dengan perpustakaan. 2. Faktor pendorong motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu gaji, tunjangan serta kesempatan untuk berkembang. Dalam hal mengembangkan perpustakaan, pustakawan mempunyai kendala fasilitas yang kurang memadai untuk menunjang kegiatan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
B. Saran Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka saran yang dapat penulis diberikan kepada pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI agar bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola
72
73
Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dalam hal motivasi kerja pustakawan non ilmu Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, adalah sebagai berikut: 1. Pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai guna menunjang pekerjaan pustakawan dalam mengelola perpustakaan. 2. Pihak
perpustakaan
sebaiknya
mengadakan
kegiatan
dalam
bidang
perpustakaan yang dapat diselenggarakan secara rutin seperti, pelatihan dan seminar bidang perpustakaan guna menambah pengetahuan pustakawan non ilmu perpustakaan.
74
DAFTAR PUSTAKA
A Dale Timpe. Memotivasi Pegawai. Jakarta: Gramedia, 1991. AA Anwar Prabu Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Abi Sujak. Kepemimpinan Manajer: Eksistensi dalam Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali, 1990. Adnan Mahdi dan Mujahidin. Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung : CV ALFABETA, 2014. Agus Sunyoto. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Badan Penerbit IPWI, 1994. Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Ashar Sunyoto Munandar. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press, 2001. B. Siswanto Sastrohadiwiryo. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Basyral Hamidy, dkk. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1979-1998. Jakarta: Pengurus Besar IKAPI, 1998. Blasinus Sudarsono. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Sagung Seto, 2009. Erik Septian dan Elva Rahmah. “Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh,” Jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan Vol.1, No.1, 2012. diakses pada 12 Januari 2015 dari http://ejurnal.unp.ac.id. Hadari Nawawi. Administrasi Personel untuk Peningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta, CV. Haji Masagung, 1990. Hasbullah Husin. Manjemen Menurut Islamologi. Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Rachman Hermawan S. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto, 2006. IG Wursanto. Manajemen Kepegawaian I. Yogyakarta: Kanisius, 2003. Irham Fahmi. Manajemen Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2012.
75
Irza Rasjid. “Motivasi Kerja Staf Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2009) diakses pada 25 Desember 2014 dari http://lontar.ui.ac.id. J. Toding. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan diunduh pada 1 Maret 2015 dari journal.uajy.ac.id/2672/3/2EM13860.pdf.
artikel http://e-
J. Winardi. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. John Adair. Menjadi Pemimpin Eksekutif. Jakarta, Pustaka Pressindo, 1984. Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1997. Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008. Moh. As’ad. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty, 1987. Onong Uchyna Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. P. Adigusman. Peningkatan Motivasi Pegawai, artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28976/4/Chapter%20II.pdf. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta : STIA-LAN, 1999. Pupu Saeful Rahmat. Penelitian Kualitatif, Jurnal EEQUILIBRIUM, Vol.5, No.9 (2009). Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono. Perpustakaan untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012. Republik Indonesia. Undang-Undang RI No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007. Sondang P Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Suharsimi Arikunto. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002. Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Sagung Seto, 2004.
76
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Tjuju Soendari. Penelitian Kualitatif. artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA. Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
TRANSKRIP WAWANCARA “Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI”
Informan
: Dra. Siwi Wresniati, M.Si
Tanggal Wawancara
: Jum’at, 15 Mei 2015
Pukul
: 11.00- 12.00 Wib
a. Latar Belakang Pustakawan 1. Apa latar belakang pendidikan ibu? Latar belakang pendidikan saya dari Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta dan Magiter Manajemen Publik Universitas Kristen Indonesia.
2. Sudah berapa lama ibu bekerja di perpustakaan ini? Saya bekerja di perpustakaan ini sejak Februari 2014 jadi sudah satu tahun di perpustakaan kementerian kesehatan RI.
3. Apa posisi ibu di perpustakaan ini? Posisi saya di perpustakaan ini sebagai Kepala Perpustakaan.
4. Apakah penempatan kerja ini sudah sesuai dengan ilmu yang ibu miliki? Iya sudah sesuai dengan ilmu yang saya dapatkan ketika kuliah di jurusan pendidikan bahasa Indonesia, karena ilmu yang dipelajari di jurusan pendidikan bahasa Indonesia hampir mempunyai kemiripan. Pada saat kuliah saya juga diajarkan membuat abstrak, meresensi buku dan mempelajari materi-materi tentang perpustakaan juga.
5. Sebelum menjadi pustakawan, apakah profesi ibu? Sebelum menjadi kepala perpustakaan di Kementerian Kesehatan RI ini saya menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI.
6. Apakah ibu mempunyai jabatan fungsional sebagai pustakawan? Iya saya memiliki jabatan fungsional pustakawan
b. Motivasi Kerja Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan 1. Apakah yang memotivasi ibu untuk bekerja di perpustakaan? Yang memotivasi saya bekerja di perpustakaan ini yaitu untuk pengembangan karir saya dan untuk mengembangkan ilmu yang saya miliki.
2. Apakah ibu berminat bekerja di perpustakaan ini? Iya saya berminat bekerja di perpustakaan ini karena saya melihat bahwa profesi pustakawan untuk penjenjangan karirnya lebih jelas dibandingkan dengan jabatan struktural ataupun jabatan fungsional umum.
3. Bagaimana sejarah atau cerita ibu bisa bekerja di perpustakaan ini? Pada februari 2014 saya di pindahkan dari perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian
Kesehatan
RI
untuk
memimpin
Perpustakaan
Kementerian Kesehatan RI ini. Sebelumnya saya memimpin Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI karena ada perintah dan tugas dari institusi jadi saya di pindahkan untuk memimpin perpustakaan ini.
4. Bagaimana cara ibu sebagai kepala perpustakaan dalam meningkatkan motivasi kerja pustakawan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI? Motivasi positif, motivasi jenis ini diberikan berupa insentif. Pemberian insentif di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu berupa material, pemberian insentif material ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pustakawan beserta keluarga. Insentif yang diterima pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI meliputi bonus, komisi namun dalam frekuensi yang tidak menentu. Sedangkan, pemberian Insentif non material dengan pemberian pujian dan penghargaan yang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja dan memacu semangat kerja. Motivasi negatif, selain motivasi positif ada juga motivasi negatif yang diberikan kepada pustakawan Kementerian Kesehatan RI. Motivasi negatif seperti hukuman atau teguran kepada pustakawan yang sering melanggar aturan dan kedisiplinan. Biasanya motivasi ini diberikan kepada
pustakawan yang datang terlambat dengan memberikan tambahan jam kerja untuk pustakawan yang melanggar aturan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
5. Hal-hal apa saja yang ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi ibu dalam bekerja di perpustakaan ini? Yang saya lakukan yaitu menggali potensi yang ada dalam diri saya, serta memanfaatkan dan memaksimalkan fasilitas perpustakaan yang ada agar dapat digunakan oleh pemustaka.
6. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam hal pengembangan potensi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan? Pihak perpustakaan mengikutsertakan pustakawan untuk seminar, lokakarya dan pada tahun ini saya lagi mengajukan untuk mengadakan diklat pustakawan.
7. Apakah manfaat yang ibu rasakan ketika bekerja di perpustakaan? Manfaatnya bekerja di perpustakaan yaitu ikut serta mencerdaskan bangsa dan banyak mendapat ilmu pengetahuan dan wawasan bertambah.
8. Apabila ada pihak lain yang menawarkan posisi pekerjaan di luar bidang perpustakaan, apakah ibu akan tetap memilih bekerja di perpustakaan atau pindah ke bagian lain di Kementerian Kesehatan RI ini? Kalo saya ada kesempatan untuk pindah, ya saya akan pindah untuk pengembangkan karir saya. Perpustakaan Kementerian Kesehatan ini adalah pusat perpustakaan bidang kesehatan yang menaungi beberapa perpustakaan yang ada di tiap daerah baik itu perpustakaan Depkes, Poltekes, dll jadi tanggung jawab yang saya pegang itu sangat besar.
9. Kenapa ibu tidak memilih bekerja di bagian lain di Kementerian Kesehatan RI ini, kenapa ibu lebih memilih bekerja sebagai pustakawan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sedangkan latar belakang pendidikan ibu bukan dari lulusan non ilmu perpustakaan? alasannya? Saya statusnya PNS jadi harus siap dan mau di tempatkan dimanapun sesuai dengan keputusan institusi dan memang dari awal saya adalah PNS pada tahun 1994 di Perpustakaan Badan litbang Kementerian Kesehatan RI. Pada waktu itu ada
penerimaan untuk sarjana pendidikan bahasa indonesia di perpustakaan badan penelitian dan pengembangan Kementerian Kesehatan RI dan saya mengikuti tes tersebut dan akhirnya diterima sebagai staf perpustakaan.
10. Apakah profesi pustakawan ini akan dijadikan pekerjaan selamanya atau hanya untuk sementara waktu saja? Saya akan menjadikan profesi pustakawan ini sebagai pekerjaan untuk selamanya karena banyak keuntungan yang di dapat dari seorang pustakawan .
11. Bagaimana ibu mendapatkan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan? Saya mengikuti seminar dan pelatihan perpustakaan yang diadakan di Perpustakaan Nasional.
c. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan 1. Faktor apakah yang mendorong motivasi ibu dalam bekerja di perpustakaan ini? Ya, tujuan saya bekerja salah satunya untuk memperoleh gaji untuk memenuhi kebutuhan.
2. Faktor apakah yang paling mempengaruhi motivasi kerja ibu di perpustakaan ini? (gaji, kondisi dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, penghargaan dan kesempatan untuk berkembang) Ya, untuk memperoleh gaji dan adanya kesempatan saya untuk berkembang, kesempatan berkembang dalam hal ini yaitu untuk penjanjangan karir saya.
3. Bagaimana dengan gaji yang ibu terima? Untuk masalah gaji disini sudah sesuai, kan disini lembaga/instansi pemerintah jadi gaji standar pegawai negeri sipil.
4. Bagaimana dengan kondisi dan keamanan kerja yang ibu rasakan di perpustakaan ini? Setiap lembaga pemerintah sudah pasti menjamin keamanan pegawai nya dalam melaksanakan tugasnnya, jadi dari segi keamanan sudah terpenuhi.
5. Menurut ibu bagaimana dengan fasilitas yang ada di perpustakaan ini dalam menunjang pekerjaan pustakawan? Menurut saya fasilitas yang ada di perpustakaan ini masih kurang mendukung seperti, fasilitas komputer yang ada di perpustakaan ini ada yang tidak dapat digunakan.
6. Apakah ada kerjasama atau dukungan antar sesama pustakawan dalam bekerja? Disini kan kita kerja tim, jadi memberi dukungan dan kerjasama satu sama lain.
7. Bagaimana dengan respon yang diberikan sesama pustakawan kepada pustakawan non ilmu perpustakan mengenai hasil kerja dari pustakawan non ilmu perpustakaan seperti apa? Untuk respon dari pustakawan lain lebih kepada saling menghargai satu sama lain.
8. Dalam hal akutalisasi diri dalam bekerja, hal apa yang mendorong ibu bekerja di perpustakaan ini? Saya melihat kedepannya profesi pustakawan mempunyai jenjang karir yang bagus. 9. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam hal mengaktualisasi pustakawan non ilmu perpustakaan? Adanya diklat pengelolaan perpustakaan dan diklat CPTA
TRANSKRIP WAWANCARA “ Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI” Informan
: drg. Ria Purwanti, M.Kes
Tanggal
: 15 Mei 2015
Pukul
: 10.00- 11.00 Wib
a. Latar Belakang Pustakawan 1. Apa latar belakang pendidikan ibu? Latar belakang pendidikan saya yaitu Sarjana Dokter Gigi dan Magiter Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia. 2. Sudah berapa lama ibu bekerja di perpustakaan ini? Saya resmi menjadi pustakawan pada tahun 2012 dengan SK Menkes, bertugas sebagai Pustakawan pada Januari 2014 jadi di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. 3. Apa posisi ibu di perpustakaan ini? Pustakawan Muda bagian pelayanan pemustaka. 4. Apakah penempatan kerja ini sudah sesuai dengan ilmu yang ibu miliki? Iya sudah sesuai dengan ilmu yang saya miliki dengan mengikuti diklat CPTA yang dilakukan di Perpustakaan Nasional selama 3 bulan pada tahun 2010 5. Sebelum menjadi pustakawan, apakah profesi ibu? Sebelum menjadi pustakawan saya menjabat sebagai Kepala Subbid Media Massa dan Opini Publik di Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI. 6. Apakah ibu mempunyai jabatan fungsional sebagai pustakawan? Iya saya memiliki jabatan fungsional pustakawan setelah mengikuti diklat CPTA (calon pustakawan tingkat ahli) dan diangkat sebagai pustakawan muda pada tahun 2012.
b. Motivasi Kerja Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan 1. Apakah yang memotivasi ibu untuk bekerja di perpustakaan? Saya termotivasi untuk bekerja di perpustakaan karena hobi saya membaca buku, jadi ketika saya bekerja di perpustakaan saya merasa senang bisa menerapkan ilmu yang saya miliki selain itu juga saya juga memahami koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini dikarenakan saya berlatar belakang dari bidang kesehatan. 2. Apakah ibu berminat bekerja di perpustakaan ini? Iya saya berminat bekerja di perpustakaan ini karena pada saat ini saya meminta untuk di tempatkan di perpustakaan guna mengembangkan intelektual yang saya miliki. 3. Bagaimana sejarah atau cerita ibu bisa bekerja di perpustakaan ini? Saya pertama kali kerja di perpustakaan ini pada tahun 2008 setelah saya mengalami kecelakaan dan harus menjalankan proses penyembuhan dan pada proses penyembuhan tersebut saya harus bekerja lalu saya meminta untuk di tempatkan di perpustakaan pada tahun 2009 setelah bekerja di perpustakaan saya mengajukan permohonan ke Perpustakaan Nasional untuk mengikuti diklat calon pustakawan tingkat ahli (CPTA). Permohonan saya dipenuhi dengan pemanggilan untuk ikut diklat CPTA angkatan 2010 dan mendapatkan sertifikat/ijazah CPTA dan meraih hasil sebagai 5 lulusan terbaik. 4. Hal-hal apa saja yang ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi ibu dalam bekerja di perpustakaan ini? Saya pribadi sering mengikuti seminar seminar-seminar yang diadakan di LIPI, Perpustakaan Nasional dan membaca buku yang berkaitan dengan perpustakaan guna menambah pengetahuan dalam mengelola perpustakaan. 5. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam hal pengembangan potensi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan? Dalam rangka mengembangkan potensi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan pihak perpustakaan mengirimkan pustakawan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan Perpustakaan Nasional, LIPI, seminar, lokakarya tentang perputakaan. 6. Apakah manfaat yang ibu rasakan ketika bekerja di perpustakaan? Bekerja di perpustakaan bisa menjadi orang yang mempunyai banyak ilmunya.
7. Apabila ada pihak lain yang menawarkan posisi pekerjaan di luar bidang perpustakaan, apakah ibu akan tetap memilih bekerja di perpustakaan atau pindah ke bagian lain di Kementerian Kesehatan RI ini? Saya akan tetap bekerja di perpustakaan karena saya yang meminta dari kementerian untuk di tempatkan di perpustakaan. 8. Bagaimana ibu mendapatkan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan? Dengan mengikuti diklat dan seminar tentang perpustakaan serta membaca buku mengenai ilmu perpustakaan. 9. Bagaimana dengan penempatan kerja dan keamanan kerja di perpustakaan? Untuk penempatan kerja di perpustakaan ini saya yang minta kepada pihak Kementerian Kesehatan RI untuk ditugaskan bekerja di perpustakaan dan untuk segi keamanannya di perpustakaan ini menurut saya aman, ya. 10. Apakah profesi pustakawan ini akan dijadikan pekerjaan selamanya atau hanya untuk sementara waktu saja? Karena di sini saya statusnya sebagai PNS jadi pekerja sebagai pustakawan ini akan saya jadikan sebagai pekerjaan sampai masa purnabakti/pensiun. Ini merupakan tanggung jawab dari seorang pegawai negeri sipil. 11. Apakah ada faktor lain yang mendorong ibu untuk bekerja di perpustakaan? Faktor lain yang mendorong saya untuk bekerja di perpustakaan ini adalah dari hobi saya membaca buku dan akhirnya saya tertarik untuk bekerja di perpustakaan selain itu untuk buku-buku baru yang diterbitkan Kementerian Kesehatan kita dapat langsung membacanya. Senang dapat membantu mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah, penelitian di bidang kesehatan sehingga dapat terus menambah pengetahuan.
c. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan 1. Faktor apakah yang memotivasi ibu untuk bekerja di perpustakaan? Salah satu faktor yang memotivasi saya bekerja yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik saya dan keluarga. 2. Faktor apakah yang paling mempengaruhi motivasi kerja ibu di perpustakaan ini? (gaji, kondisi dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, penghargaan dan kesempatan untuk berkembang) Adanya pelatihan perpustakaan, dengan pelatihan tersebut saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya dalam bekerja.
3. Selain gaji yang ibu terima, apakah ada tunjangan lain yang diberikan kepada pustakawan ? Selain gaji kita juga ada tunjangan fungsional pustakawan. 4. Bagaimana dengan fasilitas yang ada di perpustakaan ini dalam menunjang pekerjaan pustakawan? Dari segi fasilitas disini masih ada kendala dalam jaringan internet, jaringan internetnya sering off. 5. Apakah ada kerjasama atau dukungan antar sesama pustakawan dalam bekerja? Dorongannya lebih kepada kerjasama satu sama lain. 6. Apakah ada perhatian dari kepala perpustakaan dalam hal memotivasi kerja pustakawaan non ilmu perpustakaan di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI? Perhatian dari kepala perpustakaan kepada para pustakawan non ilmu perpustakaan dengan memberikan arahan dalam mengerjakan pekerjaan, disini kan kepala perpustakaannya juga dari lulusan non ilmu perpustakaan jadi kita sama-sama belajar mengaplikasikan ilmu yang kita miliki dan kepala perpustakaan juga menerima masukan dari pustakawan lain.
7. Bagaimana hubungan kerja antar sesama pustakawan di perpustakaan ini? Sering terjadi miskomunikasi antara bagian pengolahan bahan pustaka dengan pelayanan pemustaka dalam menyelesaikan pekerjaan, terkadang bagian pelayanan yang bertugas labeling pada hal seharusnya itu tugas dari bagian pengolahan.
8. Apakah ada pemberian tanggung jawab dari setiap pustakawan dalam menjalankan pekerjaannya dan pemberian penghargaan atas hasil kerja baik itu lisan maupun tulisan? Ya, kita sama dengan pustakawan lain yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan tugas sebagai pustakawan.
9. Bagaimana dengan respon yang diberikan kepala perpustakaan maupun sesama pustakawan kepada pustakawan non ilmu perpustakan mengenai hasil kerja dari pustakawan non ilmu perpustakaan? Mengenai respon dari rekan kerja dan atasan menurut saya biasa saja.
10. Dalam hal akutalisasi diri dalam bekerja, hal apa yang mendorong ibu bekerja di perpustakaan ini? Saya ingin mengembangkan intelektual saya dalam bidang perpustakaan.
11. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam hal mengaktualisasi pustakawan non ilmu perpustakaan? Peningkatan jenjang karirnya dengan mengikuti diklat perpustakaan.
TRANSKRIP WAWANCARA “Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI” Informan
: Jeni Helen Sitorus CS, SH
Tanggal Wawancara
: 15 Mei 2015
Pukul
: 13.00- 13.45 Wib
a. Latar Belakang Pustakawan 1. Apa latar belakang pendidikan ibu? Latar belakang pendidikan saya dari Sarjana Hukum Universitas Kristen Indonesia.
2. Sudah berapa lama ibu bekerja di perpustakaan ini? Saya bekerja di perpustakaan ini sejak tahun 1998.
3. Apa posisi ibu di perpustakaan ini? Posisi saya di perpustakaan ini sebagai Pustakawan Bagian Pengolahan Bahan Pustaka dengan jabatan fungsional Pustakawan Ahli Tingkat Muda.
4. Apakah penempatan kerja ini sudah sesuai dengan ilmu yang ibu miliki? Iya sudah sesuai, saya mendapatkan ilmu ini dari diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan di Perpustakaan Nasional.
5. Sebelum menjadi pustakawan, apakah profesi ibu? Staf di Direktorat Kesehatan Gigi
6. Apakah ibu mempunyai jabatan fungsional sebagai pustakawan? Iya saya mempunyai jabatan fungsional sebagai Pustakawan Ahli Tingkat Muda
b. Motivasi Kerja Pustakawan 1. Apakah yang memotivasi ibu untuk bekerja di perpustakaan? Motivasi saya bekerja di perpustakaan ini yaitu karena tugas dan kewajiban yang harus saya lakukan sebagai PNS.
2. Apakah ibu berminat bekerja di perpustakaan ini? Kalo untuk minat bekerja di perpustakaan sebenarnya saya kurang berminat, karena saya ingin melanjutkan ilmu yang saya miliki sebagai sarjana hukum.
3. Bagaimana sejarah atau cerita ibu bisa bekerja di perpustakaan ini? Pada tahun 1990 saya PNS di Direktorat Kesehatan Gigi dengan pendidikan SMA dan sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia. Lalu setelah saya lulus sebagai Sarjana Hukum pada waktu itu perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berada di bawah Biro Hukum dan Organisasi. Jadi saya diminta untuk bekerja di perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini untuk penyetaraan ijazah saya sebagai sarjana hukum. Dan sebagai sarjana hukum saya tidak mungkin bekerja di bawah direktorat kesehatan gigi lalu saya pindah ke perpustakaan. Lalu saya yang diminta untuk diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan.
4. Hal-hal apa saja yang ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi ibu dalam bekerja di perpustakaan ini? Motivasi itu mengalir dengan berjalannya waktu saja lalu saya mengikuti diklat pengelolaan perpustakaan.
5. Bagaimana cara pihak perpustakaan dalam hal pengembangan potensi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan? Mengikutsertakan pustakawan dengan seminar-seminar sehari.
6. Apakah manfaat yang ibu rasakan ketika bekerja di perpustakaan? Dapat membantu pemustaka serta lebih banyak mengetahui ilmu yang ada dibidang perpustakaan.
7. Kenapa ibu tidak memilih bekerja di bagian lain di kementerian kesehatan RI ini, kenapa ibu lebih memilih bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan kementerian
kesehatan RI sedangkan latar belakang pendidikan ibu bukan dari lulusan non ilmu perpustakaan? alasannya? Penempatan kerja di perpustakaan ini saya di tugaskan dari pihak Kementerian Kesehatan RI jadi saya akan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi
8. Apakah profesi pustakawan ini akan dijadikan pekerjaan selamanya atau hanya untuk sementara waktu saja? Saya akan menjalankan tugas pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan oleh instansi.
9. Bagaimana ibu mendapatkan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan? Dengan mengikuti diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan, diklat pengelolaan minat baca, diklat pengelolaan perpustakaan, diklat penyuluhan perpustakaan, dan diklat tim jabatan fungsional pustakawan.
c. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan 1. Faktor apakah yang memotivasi ibu untuk bekerja di perpustakaan? Iya gaji salah satu hal yang mendorong saya untuk bekerja
2. Faktor apakah yang paling mempengaruhi motivasi kerja ibu di perpustakaan ini? (gaji, kondisi dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, penghargaan dan kesempatan untuk berkembang) Kalo saya pribadi hal yang sangat berpengaruh dalam motivasi kerja yaitu adanya gaji dan tunjangan fungsional pustakawan
3. Bagaimana dengan gaji yang ibu terima? Kalo untuk gaji sudah sesuai dengan standar Pegawai Negeri Sipil.
4. Bagaimana dengan penempatan kerja dan keamanan kerja di perpustakaan ini? Penempatan kerja di perpustakaan ini saya di tugaskan dari pihak Kementerian Kesehatan RI.
5. Bagaimana dalam pemberian tanggung jawab yang diberikan untuk pustakawan non ilmu perpustakaan dalam melakukan pekerjaaan? Tanggung jawabnya kita disini diberikan kepercayaan dalam melaksanakan pekerjaan.
6. Apa respon yang diberikan kepala perpustakaan maupun sesama pustakawan kepada pustakawan non ilmu perpustakan mengenai hasil kerja dari pustakawan non ilmu perpustakaan? Untuk penghargaan hasil kerja dari atasan disini kita mendapat pujian.
7. Dalam hal aktualisasi diri atau kesempatan untuk berkembang pustakawan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ini seperti apa? Untuk peningkatan jenjang karir kita diikutsertakan diklat penyetaraan jabatan fungsional pustakawan atau yang sekarang disebut diklat CPTA.
Foto Kegiatan Wawancara
Kegiatan wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M. Kes
Kegiatan wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M. Si
Kegiatan wawancara pribadi dengan Jeni Helen Sitorus, SH
Lembar Observasi “Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI”
No. 1.
Tanggal Observasi 4 Mei 2015
Hasil Observasi Motivasi kerja pustakawan non ilmu perpustakaan di perpustakaan cukup tinggi. Terlihat dari absensi kehadiran pustakawan, kedispilinan pustakawan dalam pemanfaatan jam kerja, serta dalam memberikan pelayanan kepada pemusataka Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.
2.
5 Mei 2015
Terlihat
adanya
perpustakaan
keinginan
untuk
pustakawan
menambah
non
wawasan
ilmu bidang
perpustakaan. hal ini terlihat dari pustakawan yang sedang mempelajari buku tentang pengelolaan perpustakaan.
3.
6 Mei 2015
Adanya sharing dengan pustakawan lain ketika mengalami kendala dalam pekerjaaan
4.
7 Mei 2015
-
Fasilitas perpustakaan Kementerian Kesehatan RI kurang memadai terlihat katalog perpustakaan yang terkadang tidak dapat digunakan pemustaka untuk penelusuran koleksi sehingga penelusuran koleksi dilakukan secara manual yang dibantu oleh pustakawan. Sehingga pemustaka dalam pencarian koleksi kurang maksimal.
-
5.
8 Mei 2015
Jaringan internet yang sering off.
Hubungan kerja antar sesama pustakawan kurang terjalin dengan baik terlihat dari kurangnya kerjasama antara pustakawan bagian layanan teknis dan pustakawan layanan pemustaka. Serta kurang adil dalam pembagian tugas kerja
yang diberikan kepala perpustakaan kepada pustakawan. Seperti pustakawan yang memiliki intelektual yang baik, sering ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhatikan tugas pokok dan fungsi pdari tiap pustakawan
6.
11 Mei 2015
Terlihat adanya respon atas kinerja pustakawan non ilmu perpustakaan,
respon
tersebut
terlihat
dari
kepala
perpustakaan maupun pustakawan lain. Serta adanya perhatian dan bimbingan kepada pustakawan non ilmu perpustakaan dari pustakawan lain apabila terdapat kendala dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga pustakawan non ilmu
perpustakaan
merasa
dihargai
dan
mendapat
pengakuan kerja.
7.
12- 13 Mei 2015
Adanya kesempatan pustakawan untuk mengatualisasikan diri. Terlihat dari pustakawan ikutserta dalam diklat penyetaraan jabatan fungsional (CPTA), seminar, dan pameran perpustakaan.
BIODATA PENULIS
Reni Puspita. Lahir di Martapura, 19 April 1993 anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak
Wiyono dan Ibu Sudarnani. Penulis
berasal dari daerah Martapura Oku Timur Sumatera Selatan. Pada tahun 1999 - 2005 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 11 Martapura Sumatera Selatan. Pada tahun 2005-2008 penulis menyelesaikan pendidikan di MTs Negeri Martapura Sumatera Selatan. Pada waktu MTs penulis aktif di organisasi OSIS. Kemudian pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Martapura Sumatera Selatan. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora program studi Ilmu Perpustakaan. Pada tahun 2012 penulis melakukan magang di Perpustakaan dan Arsip Daerah Martapura OKU Timur Sumatera Selatan. Pada Februari 2014 penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Pada Agustus 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sirnarasa, Tanjungsari Kabupaten Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Perpustakaan dengan Judul Skripsi “ Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.”