eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah
Wahyu Setiaji1, Yunus Winoto2, Ute Lies Khadijah3 Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author:
[email protected]
ABSTRACT The core of problems this research is into perception of students about librarian. Aims for too know perception students who seen from attitude, motive, attention, experience, and expectation of a librarian in public SMA Negeri 60 Jakarta. The method used are descriptive, whereas the method of data collection techniques through deployment, interview, observation, questionnaire, and library studies. Population this research is graders X and XI state SMA Negeri 60 Jakarta totaled 516 people. Based on the results of the calculation using the formula Taro Yamane, then obtained the number of samples in this study as much as 84 people. The result showed that the perception students about librarian in the library SMA Negeri 60 Jakarta good category. Keywords: The School Library. The Librarian, Perception
Pendahuluan Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat konstitusi yang menjadi cita-cita bangsa dan harus selalu diperjuangkan dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah mencerdaskan masyarakat dengan cara memilah, menghimpun, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan akurat kepada masyarakat pengguna. Usaha 1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2
Page 1 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
pembangunan perpustakaan memang telah dilakukan baik oleh berbagai departemen atau lembaga pendidikan dan ilmiah serta oleh pemerintah daerah.Bahkan program pendidikan di pedesaan berupa pembangunan perpustakaan sekolah.Namun sampai sekarang ini, ternyata perpustakaan sekolah belum menjadi lembaga yang benarbenar membantu siswa memperoleh pengetahuan. Eksistensi perpustakaan memang akan semakin dirasakan peranannya dalam menjawab tantangan revolusi informasi (Alvin Toffler), revolusi komunikasi (Gerbner) maupun Global Village-nya (Marshall McLuhan). Kenyataan ini dilandasi fungsi universal perpustakaan, yakni: sebagai pusat informasi, pusat pendidikan, pusat rekreasi, dan pusat penelitian. Ilmu perpustakaan kini semakin berkembang dan terasa makin besar kontribusinya terhadap perkembangan ilmu yang lainnya.Walaupun sebenarnya perkembangan ilmu perpustakaan agak lamban bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya (Sinaga 1997, 1). Selain faktor dana dan tenaga, pemahaman yang benar akan pentingnya lembaga perpustakaan bagi masyarakat, juga menjadi sebab belum berhasilnya usaha pembangunan perpustakaan. Pemahaman yang benar atas lembaga perpustakaan memang perlu dimiliki oleh sebagian besar lapisan masyarakat kita.Apabila pemahaman ini tidak tepat maka logis apabila strategi pembangunan perpustakaan juga tidak tepat.Kalau sampai saat sekarang perpustakaan belum mewujud sebagai lembaga yang diperlukan oleh masyarakat luas, mungkin perlu dicoba strategi baru selain pendekatan yang selama ini telah dilakukan.Biasanya dalam membangun perpustakaan selalu dikatakan berorientasi kepada pemakai dan berusaha menciptakan calon-calon potensial pustakawan. Perpustakaan merupakan sarana penunjang bagi kegiatan belajar yang berfungsi sebagai pusat informasi untuk pengembangan, pendidikan, dan penelitian.Memberikan pelayanan informasi yang tepat merupakan tugas utama pustakawan dalam bidang pelayanan, yakni pustakawan sebagai konsultan informasi untuk memberikan kemudahan kepada pemustaka dalam menggunakan informasi yang dibutuhkan.Di samping itu, pustakawan adalah faktor pendukung utama dalam memberikan jasa perpustakaan kepada pemustaka.Pustakawan mempunyai tugas berat dalam menjaga image positif perpustakaan dikalangan masyarakat pemustaka.Pustakawan dituntut untuk dapat menguasai segala bidang keilmuan teknologi informasi dan mengikuti perkembangan informasi terkini sehingga dapat memberikan informasi yang tepat, cepat, dan mutakhir sesuai dengan kebutuhan pemustaka mengingat semakin cepat dan banyak penyedia informasi melalui dunia maya (cyber) yang lebih diminati oleh masyarakat luas.
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 2 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
SMA Negeri 60 Jakarta memiliki sebuah perpustakaan sekolah. Perpustakan sekolah merupakan perpustakaan yang koleksinya diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid, staf, dan guru-guru.Perpustakaan Sekolah di SMA Negeri 60 Jakarta merupakan salah satu tempat menghimpun segala kegiatan yang terjadi selama SMA Negeri 60 Jakarta terbentuk. “Untuk mengelola perpustakaan sekolah sebaiknya ditunjuk seorang guru yang dianggap mampu mengelola perpustakaan sekolah. Apabila yang mengelola perpustakaan sekolah adalah seorang guru, maka akan mudah mengintegrasikan penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan proses belajar mengajar. Di dalamnya dibutuhkan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru (Bafadal dalam Carter V. Good 2011, 4).” Pustakawan SMA Negeri 60 berlatar belakang bukan dari Ilmu Perpustakaan namun pengetahuannya dan semangatnya membangun perpustakaan sangat baik. Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta lulusan Sarjana Hukum. Pengetahuan yang didapat dari Seminar, Pelatihan, melakukan kerjasama sesama pustakawan, dan lainlain. Banyak kemajuan yang sudah diberikan oleh pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta dikarenakan sering terjadi banjir kiriman.Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta memiliki kurang lebih 36.538 eksemplar koleksi (perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta). Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta memiliki berbagai macam koleksi mengenai pendidikan yaitu cerita rakyat, agama, kurikulum sekolah, majalah pendidikan, dan lain-lain.Sebagian koleksi sudah diklasifikasikan, digitalisasikan, dan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan kurikulum pendidikan.Penggunaan OPAC (Online Public Accsess Catalog) sudah disediakan di perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta. Berbagai cara telah dilakukan oleh pustakawan dan guru-guru agar siswa ingin selalu berkunjung dan menggunakan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Dari pengenalan profesi pustakawan, ikut serta dalam kegiatan pembenahan perpustakaan, bedah buku, mengadakan games, studi banding, tugas rumah, dan lainlain.Penurunan dalam setiap bulannya membuat pustakawan selalu bebenah diri dalam menarik pengunjung yang ingin menggunakan layanan perpustakaan. Di SMA Negeri 60 Jakarta, banyak siswa yang penasaran mengenai pentingnya keberadaan pustakawan. Betah tidaknya pengguna jasa informasi di perpustakaan sangat bergantung pada cara pustakawan menjawab pertanyaan kebutuhan pemustaka. Hal ini, akan sangat berpengaruh pada kesan yang akan ditimbulkan. Pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta dituntut dengan jelas untuk bisa menjawab semua pertanyaan,
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 3 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
membantu temu kembali informasi, dan membuat suasana perpustakaan nyaman untuk dikunjungi. Dari hal di atas, penulis ingin meneliti bagaimanakah persepsi siswa kepada pustakawan.Harapan dengan adanya laporan penelitian ini, pemustaka mengetahui Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta sehingga pustakawan selalu dapat meningkatkan kembali kemampuannya.
Kerangka Pemikiran Kompetensi seorang pustakawan, agar Ia dapat dikatakan profesional harus dikembangkan atau ditingkatkan terus. Ia harus termasuk dalam kategori hight growth need employed yang artinya ia memiliki motifasi instrinsik untuk selalu menambah skills, knowledge, dan abilities-nya serta mau memperluas wawasan. Ia juga harus sadar bahwa, (1) kesuksesan dalam tugas atau pekerjaannya tidak harus selalu diukur dari jumlah gaji dan imbalan materi yang diperolehnya, sekalipun kita tahu bahwa uang merupakan motifator yang besar bagi kegairahan kerja seseorang, (2) tugas dan tanggung jawab yang utama adalah memberikan layanan informasi yang sebaik-baiknya kepada masyarakat; ini di atas segala kepentingan pribadinya, (3) ia selalu bersikap terbuka, mampu bertindak komunikatif serta edukatif; dalam perilakunya selalu memegang teguh kode etik asosiasi profesionalnya, (4) dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaannya ia tidak bersitegang dengan hal-hal yang rutin (rules) kaku namun berani menggali hal-hal yang baru dan bermanfaat bagi instansi atau masyarakat yang dilayaninya, serta (5) menjunjung tinggi esprit de corps (Sinaga 1997, 64). Komunikasi sangat penting untuk memperlancar tugas-tugas baik di kantor maupun dalam pergaulan sehari-hari. Komunikasi bisa dilakukan dengan cara dialog, sehingga dapat saling memberi dan menerima (take and gave) pendapat. Komunikasi bisa menghilangkan salah pengertian (misunderstanding) dalam pergaulan.Salah pengertian dapat membahayakan kelangsungan suatu pergaulan. Sebaliknya, komunikasi bisa mendatangkan simpati, empati, dan kepercayaan dari orang lain. Dalam pergaulannya pustakawan harus mengembangkan komunikasi dengan orang lain, terutama komunikasi dua arah, agar bisa menghilangkan persepsi yang salah, keliru, menjadi yang benar. Komunikasi bisa menjadi alat motifasi dan dapat meningkatkan aktifitas, sehingga aktifitas tersebut berjalan dengan baik dan lancar.Memiliki kemampuan berkomunikasi adalah merupakan syarat mutlak bagi
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 4 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
pustakawan professional dalam menjalankan tugasnya (Hermawan dan Zen 2010, 129-130). Dalam arti yang popular keterampilan diartikan sebagai memiliki kemampuan daya cipta.Jadi keterampilan seseorang itu dapat bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif (yang mendatangkan manfaat ataupun daya guna bagi masyarakat pada umumnya).Motifasi interistik seseorang pustakawan berakar dari (1) pendidikan atau latihan dan pengalaman kerjanya, (2) sistem nilai yang dianutnya, dan (3) keyakinannya (Sinaga 1997, 65). Mulyana (2010,180) dalam John R. Wenburg dan William W. Wilmot, persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Rudolph. F. Verderber mendefinisikan, persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi. Sedangkan J. Cohen mengemukakan, persepsi adalah sebagai interprestasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut: a. Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver), berupa atittude, motive, interest, experience, dan expectation b. Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target), berupa novelty, motion, sound, size, background, dan proximity. c. Faktor yang berada dalam situasi (situation), berupa bentuk, work setting, dan social setting. (Hariandja dalam Stephen P. Robin 2006, 72). Sesuai dengan pembahasan peneliti hanya terfokus kepada faktor-faktor yang berada dalam diri persepsi (Perceiver), yaitu sebagai berikut: 1. Sikap, diartikan sebagai pernyataan evaluatif. Yang dapat dipengaruhi oleh nilai, yang dianut seseorang terhadap suatu objek, dan yang dapat mempengaruhi persepsi. 2. Motif, sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang. 3. Perhatian, diartikan sebagai kebutuhan yang sangat diperhatikan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut. 4. Harapan, harapan-harapan mempengaruhi persepsi.
seseorang
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
terhadap
sesuatu
yang
dapat
Page 5 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
5. Pengalaman, pengalaman dapat mempengaruhi salah satu dari objek atau peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang (Hariandja 2006, 74-75). Faktor-faktor dalam diri pemersepsi sangat tepat dibandingkan dengan faktorfaktor yang berada dalam situasi dan target dikarenakan faktor-faktor tersebut sangat luas kaitannya dengan persespsi. Sedangkan yang peneliti teliti di sini hanya pada persepsi siswa tentang pustakawan di perpustakaan sekolah.Pemilihan kompetensi pustakawan yaitu pengetahuan, komunikasi, dan keterampilan, peneliti pilih dikarenakan kriteria ini merupakan bagian penting yang harus dimiliki pustakawan.Ketiga kriteria itu menurut Sinaga (1997, 64-65) yang kini dapat mengintropeksi kita sendiri, apakah sudah dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Dengan lain perkataan, apakah memang kita sudah termasuk dalam kelompok professional tersebut.Jadi, ditegaskan yang ditransmisikan adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang dilontarkan dari mulutnya adalah pendapat yang mantap, meyakinkan, sistematis, dan logis. Efisiensi berfikir seperti itu akan berpengaruh besar pada tindakannya, kegiatannya, dan perilakunya sehingga akan menjadi daya pendorong yang berkembang luas bagi kemajuan masyarakat (Effendi dalam David C. McClelland 2007, 103).
Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode yang berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi dalam situasi sekarang. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi menggambarkan apa adanya variable, gejala atau keadaan (Singarimbun 1990, 5). Menurut Rakhmat (2009, 24), penelitian ini digunakan metode deskriptif karena penelitiannya mencoba memaparkan situasi atau keadaan mengenai persepsi siswa terhadap pustakawan.Dalam penelitian ini menggunakan skala likert.Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2005, 12). Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono 2011, 93).
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 6 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta tahun ajaran 2011/2012 karena seluruh siswa kelas XII sudah tidak berada di sekolah (sudah lulus). Kelas X secara keseluruhan berjumlah 272 orang dan kelas XI secara keseluruhan baik IPA atau IPS berjumlah 144 orang (Profil kesiswaan SMA Negeri 60 Jakarta). Jadi, siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta baik IPA dan IPS berjumlah 516 orang. Sampel adalah proses pengambilan sampel dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap mewakili populasi. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak berstrata (stratified random sampling).Berdasarkan hasil perhitunganrumus Taro Yamane, maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang.
Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/Angket Merupakan sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan adalah jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam pengujian hipotesis (Nazir 2005, 203). Tujuannya adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari respon tanpa khawatir bila respon memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. 2. Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan atau tempat penelitian menggunakan indera pengelihatan, pendengaran terhadap kondisi, situasi, proses kegiatan guna memperoleh informasi dan mengetahui hal-hal yang dapat membantu dalam proses penelitian. 3. Wawancara Yaitu pengumpulan data-data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban-jawaban informan dicatat atau direkam.
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 7 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
4. Studi Kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku, jurnal, makalah, serta referensi lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Teknik Analisis Data Analisa data adalah mengelompokkan atau membuat suatu urutan, memanipulasi serta meningkatkan sehingga mudah untuk dibaca (Nazir 1988, 419). Dalam penelitian deskriptif ada beberapa tahapan kegiatan yakni pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, serta penggambaran suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Sedangkan untuk teknis analisisnya yaitu dengan cara mengungkapkan dan memaparkan pendapat responden berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Hasil dan Pembahasan Hasil Sebanyak 78,58% responden memiliki persepsi baik dikarenakan berkat pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta, perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta semakin maju. Bahkan, SMA Negeri 60 berencana merubah perpustakaan sekolah menjadi perpustakaan digital.Sebanyak 61,90% responden memiliki sikap (attitude) baik dikarenakan pustakawan sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebanyak 89,29% responden memiliki motif yang sangat baik tentang pustakawan. Sebanyak 53,57% responden memiliki perhatian yang baik tentang pustakawan. Sebanyak 55,95% responden memiliki pengalaman yang cukup baik ketika bertemu pustakawan. Sebanyak 83,33% responden memiliki harapan yang baik tentang pustakawan untuk ke depannya.
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 8 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
Pembahasan Pustakawan sebagai seorang professional di bidang perpustakaan dan informasi harus mempunyai kemampuan untuk memperluas akses dan mendistribusikan informasi untuk kepentingan masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri.Dalam hal ini, pustakawan hendaknya dapat berfungsi sebagai perantara (intermediaries) antara sumber informasi dengan masyarakat pengguna (Hermawan dan Zen 2010, 109).Mengutip Hermawan dan Zen (2010,113) bahwa dalam menjalankan kewajiban ini sekurang-kurangnya pustakawan harus memberikan layanan prima. Artinya pelayanan kepada masyarakat harus dilakukan secara cepat, tepat, mudah, murah, tertib, dan tuntas sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga dapat memuaskan masyarakat pengguna. Memberikan pelayanan terbaik di perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta. ` Mengutip Hermawan dan Zen (2010,121) bahwa Kode Etik Pustakawan Indonesia meminta agar seluruh pustakawan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan, dan profesionalisme. Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.Untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan pustakawan dapat dilakukan berbagai upaya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, secara formal maupun informal.Secara informal pustakawan dapat belajar melalui mass media, baik secara cetak maupun media elektronik, membaca buku-buku perpustakaan, dan informasi yang terkait dengan dunia profesinya.Sedangkan secara formal, pustakawan dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri, maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari pemerintah, maupun pihak sponsor.Secara bersama-sama, dapat dilakukan melalui diklat, penataran, diskusi ilmiah, simposium, seminar, lokakarya, magang, dan studi banding di dalam dan di luar negeri. Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.Untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan pustakawan dapat dilakukan berbagai upaya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, secara formal maupun informal.Secara informal pustakawan dapat belajar melalui mass media, baik secara cetak maupun media elektronik, membaca buku-buku perpustakaan, dan informasi yang terkait dengan dunia profesinya. Sedangkan secara formal, pustakawan dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri,
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 9 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari pemerintah, maupun pihak sponsor (Hermawan dan Zen 2010, 121).
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka disimpulkan yang dapat ditarik dari penelitian “Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah” bahwa persepsi siswa terhadap pustakawan terkatagori baik.Dilihat dari sikap siswa tentang pustakawan sangat baik karena pustakawan sangat berusaha memberikan yang terbaik untuk Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta.Motif siswa tentang pustakawan dilihat dari, membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diperolehnya mendapatkan apresiasi baik karena sebisa mungkin pustakawan memberikan informasi yang jelas dan terpercaya tanpa ditutupi.Perhatian siswa tentang pustakawan sangat baik karena pustakawan mampu meningkatkan kinerja perpustakaan menjadi semakin maju. Dilihat dari teknologi perpustakaan yang sudah dipakai, seperti OPAC (Online Public Access Catalog), koleksi sudah didigitalisasi, audio visual, VCD, dan kaset audio. Pengalaman siswa bertemu pustakawan menjadi menyenangkan karena pustakawan sebisa mungkin memberikan pelayanan yang maksimal baik di perpustakaan maupun dalam kegiatan pendidikan.Harapan siswa tentang pustakawan bahwa pustakawan SMA Negeri 60 sudah memuaskan anggota perpustakaan dalam kinerjanya.Dilihat dari semangat pustakawan yang selalu mengajak anggota perpustakaan datang ke perpustakaan untuk membaca, berdiskusi, mencari bahan tugas sekolah, dan lain-lain. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Tersedianya bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tuntutan pengguna haruslah selalu menjadi perhatian pengelola perpustakaan. Walaupun tahapan ini sudah dilakukan dengan baik oleh Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta, akan tetapi kegiatan tahapan yang pertama adalah analisis pemakai harus dikembangkan lagi karena keberadaaan suatu perpustakaan akan ditentukan oleh ketersediaan sumber informasi dan bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengguna. Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 10 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
2. Pustakawan juga harus mampu menambah ilmu pengetahuan, mengikuti perkembangan teknologi, dan bekerjasama dengan perpustakaan lain supaya dapat bertukar informasi dalam memajukan perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta. 3. Pustakawan diharapkan pandai dalam bergaul dengan anggota perpustakaan. Masyarakat pengguna perpustakaan dan informasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu, jika pustakawan mampu bergaul dapat menopang suksesnya perpustakaan dan penggunanya. 4. Pustakawan diharapkan mau mendengarkan keluhan dan bersikap sabar dalam menghadapinya. Siswa terkadang ada yang merasa masih belum mendapatkan pelayanan memuaskan, bahkan bukan itu saja, ada yang mereka merasa kecewa. Apapun keluhan mereka harus disikapi secara dewasa karena keluhan mereka adalah masukan yang sangat berharga bagi kita. Seandainya keluhannya tidak dapat terpenuhi maka dapat dijadikan sebagai bahan untuk mawas diri. 5. Pustakawan diharapkan cekatan dalam membantu temu kembali koleksi meskipun di perpustakaan terdapat OPAC (Online Public Access Catalog), sehingga dapat memberikan kesan positif bagi perpustakaan. 6. Pustakawan diharapkan mampu memberikan rasa nyaman pemustaka yang berada di perpustakaan sehingga pemustaka betah, nyaman, dan tidak bosan kembali lagi ke perpustakaan. 7. Pustakawan diharapkan lebih komunikatif supaya dapat menjalin keterdekatan emosional kepada anggota perpustakaan. Anggota perpustakaan pun akan merasa nyaman saat berada di perpustakaan.
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 11 of 12
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012)
Daftar Pustaka Bafadal, Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2006. Perilaku Organisasi: Memahami dan Mengelola Perilaku dalam Organisasi. Bandung: UNPAR Press. Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. 2010. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. _____________________. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan.2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Bandung: Alfabeta. Sinaga, Dian. 1997. Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan.Bandung: Binacipta. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (editor). 1990. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES. Sugiono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wahyu Setiaji - Persepsi Siswa Tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 12 of 12