Kamis, 13 November 2014 Edisi
3
Dari meja redaksi….
Selamat pagi rekan peserta sekalian....
Sesi Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam KIN 2014
Anak, Engk au begitu Bernil ai Pdt. Dr. Stephen Tong
K
ita telah membagi karya manusia: 1) manusia melayani benda; 2) manusia melayani manusia. Semua yang dicipta Tuhan ada di bawah manusia untuk melayani manusia. Maka tidak ada benda dan makhluk yang lebih penting dari manusia. Hanya ada malaikat yang dicipta sedikit lebih tinggi dari manusia tetapi itu dunia rohani dan bukan dunia ini. Ketika engkau melayani manusia, engkau menghadapi makhluk tertinggi yang dicipta Tuhan. Maka menjadi Guru Sekolah Minggu adalah tugas mulia menjadi rekan kerja Allah. Allah mencipta, mendidik, dan memperlengkapi manusia agar lebih berbobot. Menjadi guru
KIN Flash
M
berarti menjadi perantara mewakili Tuhan pada murid dan murid pada Tuhan. Mediator yang menebus manusia adalah Tuhan Yesus tetapi kita juga mediator sebagai imam yang berdiri antara Allah dan manusia. Manusia tidak melihat Tuhan tetapi melihat kita yang mengajar menjadi wakil Tuhan. Menjadi pelayan Tuhan berdiri di tengah untuk berdoa di hadapan Allah bagi manusia. Perantara ini merupakan posisi penting. Jika di dalam keluarga atau kampung engkau satusatunya Kristen, engkau menjadi imam dalam keluarga atau kampungmu. Orang Kristen punya status imamat.
ore highlights for all teachers on the second day of KIN! Ev. Edward Oei reminds all teachers that teaching activities cannot shadow their primary duties to lead students with their exemplary Christian living. For Ev. Johanis Putratama Kamuri, our love of God is the source for our ability to love students in truth. In his morning session, Rev. Stephen Tong continues to stress the importance of teachers to understand the significance of the lives of the children they are educating. The purpose of Christian education is to build Christian character so that students can be prepared to be Christ’s witnesses in this world. In a clear and simple message, Ev. Maria Mazo delivers the core of the Gospel as good news to all. Christian teachers need to understand the radical problem of sin before they are able to highlight to the students the only solution to their sins, which is God’s redemption in Christ. Rev. Ivan Kristiono points out that Christian educators must focus on the student’s hearts as opposed to their deeds. And as teachers, we must be willing to be part of our students’ lives so that we may reorient their heart to the truth of God’s Kingdom. Rev. Antonius Un, pointing out to the inter-relationship among the triune God, highlights the social dimension that is often overlooked by teachers. Rev. Stephen Tong closes the second day of KIN with further reminders to all teachers of the true worth of all humans who have been created with eternal value, with almost unlimited ability to learn, and with creative nature.
Setelah sepanjang hari kemarin menikmati hari penuh sesi-sesi di dalam KIN 2014, kiranya hari ini kita masih bisa dengan semangat yang lebih besar untuk meraih semua limpahan berkat yang Tuhan akan berikan lagi. Setiap pembicara telah disiapkan Tuhan untuk kita bisa menikmatinya. Siapkan catatan Anda, karena mungkin sulit untuk kita bisa mengingat semua bahan yang diberikan oleh para pembicara. Biarlah apa yang kita pelajari di KIN 2014 ini tidak terlewat begitu saja. Seluruh Tim Redaksi “Sekilas KIN 2014” mengharapkan para peserta juga bisa memperluas relasi dengan mengenal para peserta lain dari berbagai tempat dari seluruh Indonesia. Inilah kesempatan kita melihat pekerjaan Tuhan di bumi Indonesia ini, bersama-sama memikirkan bagaimana rencana Tuhan bisa digenapkan. Api penginjilan perlu dikobarkan. Begitu banyak anak-anak kecil, remaja, siswa yang membutuhkan Injil. Jika tidak, mereka akan dirusak oleh dosa dan kegelapan dunia. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian.... Soli Deo Gloria. Redaksi
SEKILAS Hidup yang diberi Tuhan memiliki kekuatan dan potensi untuk memberkati hidup yang lain. Maka gentarlah jangan sembarangan melakukan tugas mulia itu. Hidup itu begitu mulia dan berharga karena beberapa sifat yang sudah diletakkan Tuhan kepada kita: 1) Sifat Kekekalan. Manusia satu-satunya yang punya sifat ini. Semua binatang mati, selesai. Manusia mati, tubuhnya sementara di kuburan, jiwanya harus menghadap Allah dan diadili. “Bersiaplah bertemu Tuhanmu,” kata Alkitab. Orang yang tidak mengenal Allah tidak bisa menghindar harus berdiri di hadapan Allah karena hidup kekekalan. Ayub diizinkan Tuhan dianiaya dan digoda oleh setan. Ketika Ayub dipulihkan, semua harta dan binatangnya diganti dua kali tetapi anak tidak diganti ganda. Anak tidak sama dengan benda. Anakanak tidak perlu dilipatgandakan karena manusia mati tidak selesai. Manusia itu kekal. Kekekalan Allah adalah kekekalan tanpa awal dan tanpa akhir tetapi kekekalan manusia ada awal dan tanpa akhir. Ini hal yang menakutkan. Ketika kita bersama Tuhan maka selama-lamanya bersama dengan Allah, itu bahagia luar biasa; tetapi ketika tidak bersama Tuhan selama-lamanya, betapa celakanya. Kalau anakmu berontak kepadamu, engkau harus dengan sabar didik mereka karena mereka kalau diselamatkan akan diselamatkan selama-lamanya. 2) Sifat Tak Terbatas. Saya pernah berpikir mungkinkah kita belajar dan baca buku lalu satu waktu akhirnya otaknya penuh dan tidak bisa masuk lagi. Manusia paling bodoh dan monyet paling pandai, manakah yang lebih baik dan pandai? Orang yang bodoh bisa punya anak yang bisa sekolah lulus SD tetapi monyet paling pandai tidak bisa punya anak yang bisa lulus SD. Manusia adalah manusia, monyet adalah monyet. Manusia punya bibit manusia dan monyet punya bibit monyet. Manusia bukan monyet dan monyet bukan manusia. Orang yang terus belajar bisa tidak berhenti bertumbuh yang tidak pernah penuh. Manusia memiliki hidup yang tidak ternilai harganya karena ia memiliki daya
penerimaan yang hampir tidak terbatas. 3) Sifat Kreatif. Manusia memiliki daya kreatif luar biasa. Anak yang dididik dengan baik potensinya akan dikembangkan baik dan bisa mengembangkan hal-hal yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh orang lain. Thomas Alfa Edison disebut sebagai The Prince of Inventors. Penemuan listrik, radio, gramafon adalah karyanya. Ketika usia 11 tahun ia diberi surat oleh gurunya yang menyatakan Edison terlalu bodoh dan tidak bisa dididik. Kini Edison telah menjadi orang yang jadi berkat bagi banyak orang. Kita bersyukur kepada Tuhan karena ada potensi yang hampir tidak terbatas dalam manusia. Tidak ada seorang yang tidak bisa dididik. Doalah agar engkau bisa menjadi guru yang optimis, penuh kasih, dan kemampuan untuk mendidik anak yang sulit luar biasa. Kalau kita bisa menggali apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita, kita bisa menjadikan anak-anak penting. Paulus melihat Markus yang tadinya tidak berguna akhirnya berubah. Itulah yang membuat saya menjadi hamba Tuhan. Jika orang tidak bisa berubah, saya percuma menjadi hamba Tuhan. Kita mendidik anak dengan konstruktif. “Pujian dan dorongan yang jujur harus dan sungguh sesuai dengan fakta, merupakan kekuatan yang paling besar untuk membangun seseorang.” Ketika anak maju, kita bisa puji; dan kalau belum maju, kita dorong dia maju. Jangan melecehkan, menghakimi, menghina, karena itu akan menjadi alat setan untuk menghancurkan. Pujian jangan palsu. Pujian palsu akan membuat orang membenci kita. Kalau pujian itu jujur maka pujian diterima dengan baik. Manusia tidak mudah ditipu karena ia dicipta menurut peta teladan Allah. 4) Sifat Pengaruh. Kalau kita dipengaruhi, siapa yang memengaruhi kita dan pengaruh itu baik atau buruk? Semua pengaruh yang baik harus kita ikuti dan kita teruskan ke orang lain. Semua keagungan dari orang-orang agung harus terus dialirkan ke orang lain. Konfusius hidup hanya 72 tahun tetapi pengaruhnya lebih dari 2.500 tahun. Daud sudah meninggal 3.000 tahun yang lalu tetapi
KIN
sifatnya masih memengaruhi banyak orang. Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah dipengaruhi dan boleh memengaruhi. Kalau engkau mendapat pengaruh baik dari orang tua, bersyukurlah; kalau ada yang tidak mendapatkan itu, biarlah kita tetap bersyukur. Saya mendapat pengaruh besar dari ibu saya. Suara pertama yang saya dengar setiap pagi adalah doa ibu saya yang mendoakan setiap anaknya. Satu jam setiap pagi ia duduk menghadap jendela dan berdoa sambil baca Alkitab. Saya sangat terkesan kalimat-kalimat ibu saya, yang menyebut Tuhan Allah sebagai “Bapaku” dan dia selalu berdoa minta kekuatan membesarkan anak-anaknya yang nakal. Saya sadar sayalah anak nakal itu. Belajarlah menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik. Berdoalah agar engkau menjadi pengaruh berkat bagi anak. Anak itu bernilai karena: Pertama, Alkitab berkata, “Didiklah anak menurut jalan yang patut baginya, maka sampai tuanya ia tidak akan meninggalkan jalan itu.” Seriuslah mengajar Sekolah Minggu. Yang tidak serius mengajar, pecatlah dirimu. Pekerjaan Tuhan tidak boleh dikerjakan semaunya. Banyak anak kecil yang ke gereja ketika remaja hilang. Kalau engkau serius didik mereka, ketika remaja mereka hilang, doakan mereka, suatu hari akan kembali. Jangan patah hati atau putus asa. Tanaman itu akan menjadi pohon besar. Benih itu kita tanam, biarkan orang lain menyiram, dan Tuhan tidak meninggalkan kita. Kedua, Tuhan juga inkarnasi melewati tahap anak. Kalau anak tidak penting, Yesus juga tidak menjadi anak. Yesus mau melewati setiap tahap pertumbuhan manusia. Allah menjadi manusia sepenuhnya dan sekaligus Allah sepenuhnya tidak ada dalam agama lain. Biarlah kita mencintai anak-anak seperti Kristus mencintai anak. Ketiga, perkembangan anak menjadi dewasa merupakan contoh bahwa manusia bisa hidup berkemenangan hanya bersandar dalam Kristus yang menang dan mengalahkan iblis, dosa, dan kejahatan. Mari kita sadar bahwa kita bernilai dan anak bernilai. Amin.
Little works, little thoughts, little loves, little prayers for little Christians, and larger and larger as the years grow. ~ Rev. Chas. H. Parkhurst. ~ 2
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
SEKILAS
Berbagi tentang …….
KIN
Peta dan Teladan Allah Catatan Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong
dengan akurat dan tegas oleh Allah yang menciptakan manusia di dalam Alkitab.
Allah Menciptakan Manusia Istilah “menciptakan” manusia dalam Kejadian 1:26-27 menggunakan kata Ibrani “bara” yang berarti menciptakan dari sesuatu yang tidak ada, belum pernah ada sebelumnya. Itu sebabnya orang Kristen yang Alkitabiah tidak menerima teori evolusi. Manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Hal ini menjadikan manusia berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya (binatang), katakanlah dalam kemampuan tertawa, melakukan self-dialogue, berpikir dan berbicara secara logis, serta berkebudayaan atau bersejarah. Bahwa manusia diciptakan pada urutan terakhir dari penciptaan, menunjukkan tujuan agar manusia dapat menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Immanuel Kant mengajukan empat pertanyaan dasar tentang manusia: siapakah manusia? Apa yang boleh diketahui manusia? Apa yang harus diperbuat manusia dalam tingkah lakunya? Apakah pengharapan manusia? Jika manusia hidup di dunia tanpa membereskan keempat pertanyaan itu, maka ia akan hidup tanpa arah. Alangkah bijaknya bila kita kembali kepada Sang Pencipta yang bukan saja memberikan potensi dalam diri manusia, tetapi juga menebus dan menormalisasikan segala potensi kita yang sudah berada di bawah bayang-bayang krisis serta berkuasa memimpin kita untuk memancarkan cahaya dan kemuliaan sifat manusia sesuai dengan rencana-Nya yang asli. “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….” Istilah Kita menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang Tritunggal. Hal ini mengajarkan kepada manusia ciptaan Allah agar memiliki komunikasi seperti Allah Tritunggal. Trinity is the foundation of the human communion. Trinity is the eternal example for the human society. The mutual respect between and among all the persons in the Trinity is an example and the light of love of the human society and human mutual respect.
Peta dan Teladan Allah Manusia diciptakan menurut peta/gambar (tselem – Ibrani) dan teladan/rupa (demuth – Ibrani) Allah. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan oleh kata “dan”. Manusia memiliki satu induk, asal, atau sumber. Segala kesulitan yang timbul dalam hidup manusia harus dicari dan didapatkan solusinya dari Induknya. Allah telah menjadikan manusia makhluk tertinggi yang boleh mewakili Dia. Karya yang dijiwai dengan sungguh-sungguh oleh penciptanya akan mengungkapkan jiwa agung dari Sang Pencipta. Manusia seperti Allah mengajarkan pada kita bahwa hidup manusia harus mempunyai tujuan, harus terus memperbaiki hidup kita sampai seperti Allah. Apapun yang kita perbuat haruslah mempermuliakan Tuhan. Manusia hendaknya melihat Allah dengan jelas lalu meneladani-Nya. Untuk hal inilah Yesus datang ke dunia guna menjadi model yang paling sempurna. Meskipun manusia seperti Allah tetapi manusia bukan Allah, dan tidak berperan sebagai Allah. Pertanyaan “siapakah manusia?” dan “siapakah Allah?” telah terjawab
Pandangan terhadap peta dan teladan Allah sebelum Reformasi menurut Aquinas adalah bahwa meskipun semua keturunan Adam sudah jatuh dalam dosa, tanpa anugerah khusus masih bisa mengenal Allah dan menempatkan Allah sebagai Allah hanya berdasarkan kuasa rasio saja. Pandangan ini tentu saja menyimpang dari Alkitab. Pandangan yang dinyatakan pada Reformasi adalah bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia rusak secara total meskipun masih memiliki kehormatan. Yesus menegakkan kembali nilai manusia, Sumber manusia, sasaran manusia, dan ikatan iman. Perkabaran Injil berarti menghargai dan mengembalikan jiwa yang rusak. Hanya dengan pertemuan manusia dengan Injillah nilai semula dapat diperbaiki. Luther berpandangan bahwa manusia berdosa telah kehilangan sama sekali peta dan teladan Allah dan tidak mungkin diketahui seperti apa. Sedangkan Calvin berpandangan bahwa manusia berdosa tidak kehilangan peta dan teladan Allah tetapi telah menjadi cacat/rusak total. Setiap aspek peta dan teladan Allah dalam dirinya sudah tercemar. Potensi dan Krisis Tidak ada sistem agama, filsafat, kebudayaan, sistem logika mana pun yang memberikan penghormatan yang sedemikian besar kepada manusia, yang memberikan penilaian yang paling tepat bagi manusia, selain Alkitab. Manusia mirip Allah dan berpotensi untuk memancarkan kemiripan dengan Allah. Kitab Ibrani menyatakan, manusia diciptakan sedikit lebih rendah daripada malaikat, namun berkuasa atas alam. Pengertian akan Allah yang sejati adalah dasar untuk mengerti manusia yang sejati. Karenanya, theologi adalah poros untuk mempelajari psikologi, pembimbingan, politik, sosiologi, kesenian, dan disiplin ilmu lainnya. Karena Allah itu Roh
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
3
SEKILAS adanya, maka kita mengenal Dia di dalam peta teladan rohani, bukan peta teladan jasmani. Sifat manusia dan krisisnya meliputi aspek rohani, moral, rasionalitas, kekekalan, penguasaan, kreativitas, kesempurnaan, relasi, persekutuan, dan pengharapan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bersifat rohaniah, maka ia dapat berkomunikasi dengan Allah yang adalah Roh. Theologi Reformed percaya bahwa manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena Allah Pencipta itu suci adanya, maka Ia menciptakan manusia dengan moralitas. Itu sebabnya manusia takkan mengalami sejahtera sejati jika ia berbuat jahat. Karena Allah adalah kebenaran adanya, maka Ia menciptakan manusia dengan rasio, kemampuan berpikir, berimajinasi, berspekulasi, menghitung, menganalisis, dan sebagainya. Inilah yang membedakan manusia dari binatang. Allah kekal adanya, maka Ia menciptakan manusia dengan sifat kekal.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bermateri dan berpermulaan, tetapi tidak berkesudahan. Kierkegaard, filsuf Denmark, menyatakan, “Jika pengharapan kita hanya kepada dunia ini, dan kita berakhir pada kesementaraan ini saja dan bukan pada kekekalan, kita adalah orang-orang yang yang paling patut dikasihani.” Allah adalah Tuhan yang berkuasa, maka Ia menciptakan manusia dengan sifat mau menjadi tuan, yang berkuasa, mengatur, berwibawa, dan berpengaruh. Hal ini menjadi masalah ketika manusia merasa menjadi tuan sama seperti atau melebihi Tuhan, padahal manusia seharusnya menaklukkan dirinya di bawah kedaulatan Allah. Allah adalah Pencipta, maka Ia menciptakan manusia dengan daya cipta. Daya cipta manusia berpotensi melawan prinsip ciptaan Allah sehingga disalahgunakan. Allah adalah Allah yang sempurna, maka Ia menciptakan manusia dengan konsep kesempurnaan. Inilah yang bisa mendorong manusia untuk maju,
KIN
sekaligus membuat manusia merasa tidak puas sampai putus asa. Allah itu kasih adanya, maka manusia diciptakan dengan kemungkinan berelasi. Allah itu terang adanya, maka manusia dimungkinkan bisa berjalan di dalam suatu persekutuan yang sehat. Allah itu hidup adanya, maka manusia diciptakan dengan satu pengharapan mendapatkan hidup yang kekal dari Allah. Manusia seharusnya mengenali diri agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak mengangkat diri sebagai allah, tetapi tidak juga menyetarakan diri dengan binatang. Kita dimungkinkan mencapai keadaan sedemikian karena Manusia, Wakil, Dia yang sudah berhasil dan menang, Yesus Kristus. Meskipun kita penuh dengan kelemahan, tetapi suatu hari kelak kita akan dipermuliakan dan disempurnakan sesuai dengan kehendak Allah yang kekal.
Ku Mengerti yang Ku Nyanyikan...
H
Suci, Suci, Suci
imne ini memperkenalkan keberadaan Allah Tritunggal yang suci adanya. Dibuka dengan tiga kata Suci, Suci, Suci yang menunjuk kepada Allah Tritunggal yang layak menerima pujian dan sembah. Melodinya dimulai dengan nada do dan berakhir dengan nada do tinggi. Arah melodi yang menaik menunjukkan Allah yang kita sembah adalah Allah yang suci dan bertakhta di tempat yang Mahatinggi. Nada pada suara empat dimulai dari do yang menurun menciptakan suatu jarak yang semakin besar antara suara satu dan suara empat yang memberikan simbol bahwa antara bumi dan langit terbentang jarak yang luas dan lebar. Hal ini dapat membangun pengertian anak akan Allah yang penuh kuasa dan mulia, manusia makhluk yang hina, Allah berada di tempat Mahatinggi, manusia di bumi, Dia Pencipta, dan manusia adalah ciptaan. Di dalam lagu ini karakter Allah yang suci, sempurna, kekal, berkuasa, agung dan penuh rahmat dinyanyikan. Saat kita menyanyikan lagu ini, kita diarahkan hanya kepada Allah saja. Setiap ayat dimulai dengan kalimat yang sama yaitu Suci, Suci, Suci yang dilanjutkan dengan Allah yang Mahakudus, Allah Mahakuasa.
4
Kecuali di ayat kedua dilanjutkan dengan kisah orang suci yang berbakti di sorga bersama dengan Serafim dan Kerubim seperti yang tertulis dalam Kitab Wahyu. Pujian ini sangat tepat untuk mengajarkan tentang Allah Tritunggal kepada anak-anak, ibadah di sorga, dan bersatunya nyanyian manusia yang ditebus yang masih hidup di dunia dengan orang kudus di sorga yang tiada henti memuji Tuhan Allah Mahakuasa.
1
Suci, suci, suci, Allah Mahakuasa pada dini hari kami memuji-Mu . Suci, suci, suci, kuasa dan rahmani Allah Tritunggal, agung mulia Hu.
2
Suci, suci, suci, kaum suci berbakti letakkan mahkota depan laut kaca-Mu. Kerubim, Serafim, menyembah pada-Mu kekal tak b’rubah, Allah yang Kudus.
3
Suci, suci, suci, Allah Mahakudus insan yang berdosa tak nampak mulia-Mu. Hanya Kau yang Kudus, Allah tak bertara sempurna kuasa, kasih suci-Mu.
4
Suci, suci, suci, Allah Mahakuasa, Nama-Mu terpuji dalam langit bumi. Suci, suci, suci, kuasa dan rahmani Allah Tritunggal, agung mulia Hu. Oleh Reginald Heber / J. B. Dykes
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
SEKILAS
KIN
PERGUMULAN SEPUTAR PENDIDIKAN... (Tanya Jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Seminar Quo Vadis) T: Minta tolong dijelaskan teori metafisika Aristotle yang memengaruhi perkembangan sejarah gereja. J: Aristotle percaya bahwa ada dua lapisan semesta alam ini, yaitu dunia atas dan dunia bawah; dunia yang atas menguasai yang bawah, sehingga keduanya terlihat menjadi satu. Hal ini di dalam sejarah Gereja kemudian memengaruhi beberapa aspek theologi, seperti ketika perjamuan kudus, gereja melihat roti sebagai lapisan bawah dan tubuh Kristus sebagai lapisan atas. Juga konsep kehidupan Kristen, karena kerajaan dunia di lapisan bawah dan Kerajaan Allah di lapisan atas. Maka kesatuan antara “form” (bentuk) dan “matter” (materi), merupakan dua lapisan yang bersatu. Ketika kita melihat lukisan “The School of Athens” di mana Raphaelo melukis puluhan filsuf di mana di tengahnya ada dua filsuf yang tepat berada di jendela dan bertemu dengan cahaya, yaitu Plato dan Aristotle. Keduanya memegang buku, Plato menuding ke atas, Aristotle menuding ke bawah. Plato memegang buku Timeaus, dan Aristotle memegang Ethica. Bagi Plato, dunia yang asli di atas, sementara bagi Aristotle, dunia asli itu di sini. Bagi Plato dunia terpisah antara atas dan bawah, bagi Aristotle, kedua dunia tidak bisa dipisah, tetapi menyatu. Pandangan ini dipegang oleh Gereja Katolik. Akhirnya, pikiran Aristotle ini merebak ke seluruh dunia sepanjang sejarah. Maka dari sini pengertian Perjamuan Kudus melihat bahwa roti itu merupakan materinya, sementara bentuknya adalah tubuh Kristus. Maka, setelah diberkati, roti itu menyatu dan berubah menjadi tubuh Kristus, karena ada kesatuan antara
roti dan tubuh Kristus. Ini pengaruh Aristotle. Demikian juga di kerajaan dunia ada raja dunia, sementara di kerajaan sorga ada Paus, maka raja dunia harus dinobatkan oleh Paus baru boleh bertakhta. Ini juga pengaruh Aristotle.
dan lain lain. Dan jika engkau menjadi guru, saya harap suatu hari saya bisa memberi pengajaran bagaimana guru tidak menjual kebenaran. Inilah yang dilawan oleh Sokrates. Guru harus menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sampai para hari Reformasi pandangan ini dikoreksi. Martin Luther mengatakan bahwa roti itu bukan tubuh Kristus, tetapi hanya penyertaan tubuh Kristus. Calvin melihat roti bukan tubuh Kristus, tetapi dengan iman saya melihat Tuhan menyertai kita; Zwingli mengatakan roti bukan tubuh Kristus, tetapi hanya lambang saja. Tuhan Yesus berkata: “Inilah tubuh-Ku.” Apakah yang Yesus maksudkan? Luther, Calvin, dan Zwingli masing-masing mencoba mengerti. Yang pasti ketika Tuhan mengatakan hal itu, roti bukanlah tubuh Kristus, karena terpisah. Maka di sini kita melihat pengaruh Aristotle.
T: Gereja berperan sangat penting dalam sekolah Kristen, tetapi realitas saat ini, sedikit sekali gereja yang peduli terhadap pendidikan Kristen sehingga tidak pernah menjelaskan hal ini kepada jemaat dalam khotbah-khotbah di gereja termasuk di gereja yang punya sekolah Kristen sekalipun. Apakah ini adalah gereja menganggap sekolah Kristen tidak ada bedanya dengan sekolah biasa, yang dianggap bisnis jasa? J: Saat ini jarang Sekolah Kristen yang sungguh-sungguh menekankan hal ini. Juga sangat sedikit gereja yang peduli dengan pendidikan Kristen. Dan konsep-konsep pendidikan yang baik jarang dikhotbahkan di gereja-gereja, termasuk gereja yang mempunyai sekolah Kristen. Gereja menganggap Sekolah Kristen tidak berbeda dengan sekolah biasa yang berorientasi bisnis. Kita tidak tahu apa yang menjadi motivasi ketika gereja mendirikan sekolah. Ketika saya mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia, saya ingin ada musik yang baik, pengertian yang baik, dan itu karena kita mematuhkan diri kepada Theologi Reformed yang ingin semua yang benar dan baik. Tetapi saya harus kemudian juga mengajak dan mengajar agar semua majelis saya juga mengerti hal ini. Saya akan terus berjuang sampai mati. Berdoalah agar ada kebangunan rohani yang sejati, juga di bidang pendidikan. Dunia sangat membutuhkan orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh sesuai firman Tuhan.
T: Dari paparan Pdt. Stephen Tong, tidak ada dibicarakan keperluan seorang guru karena guru di dunia ini juga manusia, maka bagaimana supaya guru tersebut juga hidup layak untuk menghidupi keluarga dan dirinya? J: Kalau saudara merasa begitu sulit untuk menghidupi dirimu dan keluargamu, maka engkau bisa mencari pekerjaan lain, atau bisa meminta istri untuk juga bekerja. Tetapi kalau memang itupun tidak bisa mencukupkan kebutuhanmu, engkau tidak perlu memaksakan diri menjadi guru. Tidak ada seorang pun yang harus terpaksa bekerja untuk Tuhan. Kecuali jelas ada panggilan Tuhan dan bagaimana Tuhan mencukupkan kebutuhanmu melalui pekerjaan kedua atau dari sumber-sumber yang lain, seperti istri bekerja, warisan orang tua,
Anything we do to hinder a child from coming to Jesus greatly displeases our dear Lord. He cries to us, “Stand off. Let them alone. Let them come to Me, and forbid them not.” ~ Spurgeon ~ Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
5
SEKILAS
KIN
MENGENAL TOKOH
Robert Moffat (1795 – 1883) Bocah Kecil Yang Menyerahkan Segalanya
D
i suatu gereja di Skotlandia, beberapa majelis menghampiri pendeta tua mereka dan berkata kepadanya: “Kami mencintaimu, pendeta, tetapi apakah engkau tidak berpikir mungkin sudah waktunya engkau mengundurkan diri? Belum ada satu orang pun yang bertobat tahun ini.” “Ya,” jawab pendeta tua tersebut, “tahun ini memang adalah tahun yang ‘kurus’, suatu tahun yang menyedihkan bagiku. Tetapi aku ingat ada satu orang yang maju bertobat, seorang bocah, Robby.” Rupanya para pelayan gereja sudah melupakan dan tidak menggubris bocah ini. Lagi pula, mana mungkin seorang bocah berumur empat tahun mengerti arti pertobatan?
persembahan dikumpulkan untuk mendukung misi. Saat para pelayan maju ke depan membawa piring persembahan, bocah Moffat maju pula dan menariknarik lengan baju seorang dari para pelayan tersebut dan berbisik, “tolong letakkan piring persembahan itu di atas lantai.” Dengan kaget dan heran, pelayan tersebut mengabulkan permintaan Moffat. Yang lebih mengherankan lagi, Moffat lalu naik ke atas piring persembahan itu dan berdiri di atasnya tanpa alas sepatu. Itulah cara bocah Moffat untuk berkata kepada Tuhan, “Aku memberikan semua hidupku kepada-Mu, Tuhan. Bukan hanya beberapa koin uang di sakuku, tetapi juga waktuku, kekuatanku, dan semua hari-hari di dalam hidupku.”
Bocah yang dimaksudkan di sini tidak lain adalah Robert Moffat yang ketika masih berumur empat tahun maju ke depan altar untuk bertobat. Tidak ada yang sadar bahwa Moffat akan menjadi seorang misionaris besar di Afrika. Bahkan ketika Moffat kembali ke Inggris, raja Inggris dan parlemen berdiri untuk menghargainya. Saat itu pendeta tua tersebut sudah meninggal. Memang dia hanya mempertobatkan seorang bocah kecil, tetapi itu adalah pertobatan terbesar yang pernah dia dapatkan dan hanya segelintir orang yang dapat menyamai apa yang bocah kecil ini akan kerjakan.
Moffat sendiri tidak memiliki kesempatan untuk mengecap pendidikan yang tinggi. Sebagai seorang remaja, dia mendapat pelatihan untuk menjadi tukang kebun. Di waktu remaja itulah Moffat mendengar khotbah mengenai misi di sebuah gereja di desa lain dan Tuhan menggerakkan hatinya untuk memikirkan secara lebih serius menjadi seorang misionaris. Maka tidak lama kemudian Moffat mendaftarkan diri untuk menjadi misionaris dan menempuh pelatihan misionaris. Pada tanggal 31 Oktober 1816, pada usia 21 tahun, Moffat meninggalkan Inggris menuju ke Cape Town (Afrika Selatan). Setibanya di sana, Moffat mendengar mengenai Afrikaner, sebuah nama yang diberikan kepada penduduk Cape Town kepada seorang bandit yang telah meneror Afrika Selatan. Bahkan gubernur di Cape Town telah menjanjikan 500 dollar bagi mereka yang dapat menangkap hidup-hidup atau membunuh Afrikaner. Moffat bertekad untuk pergi mengabarkan Injil kepada Afrikaner dan sukunya. Mendengar hal ini, penduduk Cape Town tidak lagi mengharapkan dapat bertemu Moffat lagi. Mereka mengatakan bahwa Afrikaner akan menggunakan tengkorak
Robert Moffat dilahirkan pada tanggal 21 Desember 1795 di desa Ormiston (Skotlandia) ke dalam keluarga Kristen yang sederhana. Ibu Moffat sering mengumpulkan anak-anaknya dan membacakan cerita pengalamanpengalaman misionaris yang melayani di tempat-tempat di mana Tuhan belum dikenal. Tanpa disadari, cerita-cerita ini yang akhirnya memengaruhi Moffat dan memberinya tujuan hidup. Tidak lama setelah pertobatannya, Moffat yang masih muda tersebut menghadiri pertemuan misi. Di dalam pertemuan misi itu
6
Moffat untuk menjadi tempat minuman. Tetapi Moffat yang telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan tidak gentar dan terus bertekad untuk mengabarkan Injil kepada Afrikaner. Dari Cape Town, Moffat berjalan masuk ke dalam pedalaman Afrika dengan menempuh perjalanan kaki yang sulit dan berbahaya. Tidak hanya itu saja, Moffat harus belajar beradaptasi terhadap panas terik Afrika di siang hari dan kedinginan di malam hari. Binatang buas – harimau, serigala, hiena, buaya, ular – sering dijumpai selama perjalanan. Tetapi semua ini tidak menggentarkan Moffat yang sudah bertekad bulat dengan panggilan misionarisnya. Akhirnya pada tahun 1817, Moffat bertemu dengan Afrikaner dan tidak ada yang dapat menyangka bahwa Afrikaner bertobat. Pertobatan Afrikaner dikenal sebagai salah satu cerita mengenai karunia Tuhan terbesar di ladang misi. Ketika gubernur Afrika Selatan melihat bagaimana orang barbar seperti Afrikaner ini dapat berubah menjadi seorang Kristen yang rendah hati, maka dia berkata, “Suatu mujizat yang luar biasa! Ini adalah keajaiban dunia kedelapan!” Moffat akhirnya bertemu dengan suku Tswana dan menetapkan untuk melayani suku ini hampir seumur hidupnya. Lambat laut suku Tswana mulai dimenangkan untuk Tuhan. Mereka mulai meninggalkan kebiasaan kotor mereka dan mulai menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan. Mereka yang bertobat dicatat, diuji dengan waktu, dan kemudian dibaptiskan. Suku-suku lain yang mendengarkan mengenai apa yang terjadi terhadap suku Tswana mengirimkan utusan mereka untuk belajar dari orang putih ini. Sering kali Moffat bersama dengan mereka kembali kepada suku-suku mereka dan membawa berita Injil kepada suku-suku mereka. Kebangunan menjalar juga ke suku-suku
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
Bersambung ke hal.7
SEKILAS
KIN
Liputan Seputar KIN 2014
Hari Pertama dan Kedua
“… Seorang guru juga adalah seorang hamba Tuhan …” – Pdt. Dr. Stephen Tong.
K
onvensi Injil Nasional 2014 kali ini mengumpulkan kurang lebih 3.500 Guru Sekolah Minggu dan Guru Pendidikan Agama Kristen dari seluruh pelosok Indonesia. Guru-guru dari seluruh Indonesia dengan berbagai konteks kehidupan yang berbeda dikumpulkan di satu tempat, hanya dengan satu tujuan, diarahkan kembali, diteguhkan, dibukakan wacana pemahaman, dan diperlengkapi untuk ladang pelayanan oleh Firman Tuhan. Kita secara umum selalu mudah takjub dan kagum dengan besarnya jumlah orang yang bisa terkumpul, tetapi kita lupa bahwa ladang terlalu luas dan orang terlalu sedikit. 3.500 guru sesungguhnya tidak sebanding dengan luasnya ladang pelayanan yang belum tergarap di seluruh Indonesia. Hari pertama daripada KIN 2014 merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak peserta. Beberapa hari sebelum hari tersebut tiba, para panitia bidang humas sering dihubungi oleh peserta berkenaan informasi keberangkatan mereka. Ada yang menanyakan perihal tiket, penjemputan di bandara, lokasi konvensi, hingga bagaimana tata cara naik pesawat terbang. Maklum, tidak semua orang punya pengalaman menaiki burung besi tersebut. Persiapan panitia transportasi dan akomodasi pun tidak kalah sibuk. Jujur saja, begitu banyak peserta yang tidak tertib administrasi sehingga memperlambat dan mempersulit kerja panitia di dalam memproses data dan mempersiapkan segala kebutuhan peserta. Tetapi jerih lelah setiap panitia boleh terobati ketika di tengah-tengah
Sambungan dari hal.6 Robert Moffat...
lainnya. Pada saat itu Moffat disadarkan akan pentingnya menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa lokal kalau penduduk di sana mau belajar mengenai Firman Tuhan dan hidup di jalan Tuhan. Di tahun 1840 Moffat menerbitkan seluruh Perjanjian Baru di dalam bahasa Tswana. Dan di tahun 1857, seluruh Alkitab di dalam bahasa Tswana diterbitkan. Konon ada satu cerita yang menarik. Robert Moffat kembali ke Skotlandia demi merekrut orang-orang untuk misinya di Afrika. Setibanya di gereja di mana dia akan berbicara, karena badai salju yang demikian dahsyat, Moffat hanya melihat sekolompok kecil orang yang telah memberanikan diri melawan
kesibukan tersebut mereka mendengarkan keseriusan banyak peserta. Para peserta yang dengan gigih berjuang datang, mereka yang berasal dari daerah pedalaman yang harus menempuh perjalanan berjam-jam dengan berjalan kaki, juga yang harus menyeberang pulau demi mengikuti konvensi ini menjadi kabar yang menguatkan iman. Hari pertama KIN 2014 yang begitu melelahkan, baik bagi panitia yang mempersiapkan, maupun peserta yang menghabiskan waktu berjamjam di dalam perjalanan akhirnya boleh dibawa masuk ke dalam pujian raya bersamasama yang diperuntukkan kepada Tuhan. Ragamnya 3.500 peserta yang memuji Tuhan di dalam satu nada yang serupa menjadi momen yang memancing imajinasi kita, bagaimanakah kelak ketika kawanan besar umat Allah bernyanyi bagi Allah di dalam sorga? Dan yang terutama, hari pertama dari konvensi ini boleh ditutup di dalam satu visi yang sama, bahwa setiap guru adalah seorang hamba Tuhan bagi murid-murid mereka. Hari kedua dimulai dengan semangat dan antusiasme yang besar dari para peserta. Aula Katedral Mesias bagian bawah sudah terisi hampir penuh sejak pk. 06.20 WIB, padahal sesi Renungan Pagi baru akan dimulai pada pk. 07.30 WIB. Renungan pagi hari pertama dipimpin oleh Ev. Edward Oei yang membicarakan tentang guru sebagai teladan hidup dengan hati yang mengejar kebenaran sepenuhnya. Selanjutnya para peserta memasuki sesi Pleno yang dipimpin langsung oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. “Hidup tidak mungkin tidak berkarya, sebagai guru apa yang kita garap?”, demikian pertanyaan beliau dari mimbar. Beliau juga menambahkan
badai salju untuk mendengarkan Moffat. Moffat lebih terkejut lagi melihat bahwa ternyata hanya perempuan saja yang hadir malam itu, apalagi untuk khotbahnya Moffat telah memilih teks dari Amsal 8:4, “Hai para pria, kepadamulah aku berseru.” Di dalam kekecewaannya pandangan Moffat hampir melewatkan seorang bocah kecil yang datang untuk bekerja di loteng organ. Dengan perasaan putus asa Moffat menyampaikan khotbahnya, mengetahui bahwa dia tidak dapat terlalu mengharapkan wanita untuk mengalami perjalanan yang sulit di hutan-hutan dan benua di mana dia bekerja. Tetapi Tuhan bekerja di luar bayangan Moffat. Walaupun akhirnya tidak ada satu orang pun yang menjadi relawan bergabung dengan misi Moffat, bocah kecil yang bekerja di loteng organ tersebut sangat tertarik dengan tantangan
bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia, dan pekerjaan terpenting yang Tuhan berikan adalah menggarap umat-Nya. Sesi selanjutnya dipimpin oleh Ev. Maria Mazo yang membicarakan perihal hakikat pesan injil dan penyampaiannya kepada anakanak. Separuh hari pertama pun berlalu. Sesi Filsafat Pendidikan Kristen yang dipimpin oleh Pdt. Ivan Kristiono membawa peserta untuk melihat bagaimana prinsipprinsip Alkitab dan cara Tuhan Yesus sendiri di dalam mendidik para murid. Lalu Pdt. Antonius S. Un menyambung rangkaian acara di hari kedua dengan menyinggung pendidikan kristiani dan pengaruhnya kepada kehidupan sosial. Hari kedua boleh dilalui melalui sesi terakhir yang dipimpin kembali oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Beliau menyatakan bahwa setiap orang Kristen adalah seorang Imam yang mengantar orang lain kepada Allah. Ketika menjadi guru, mungkin kita pernah patah hati melihat anakanak yang sedang kita didik, tetapi jikalau kita sudah sungguh-sungguh mendidik dengan benar, Alkitab mengatakan bahwa sampai pada waktunya benih itu akan bertumbuh. Kristus sudah mengalahkan kuasa dosa dan iblis, dan setiap kita yang bersandar kepada Dia akan menjalani kemenangan ini bersamasama dengan Dia. Hari kedua sudah selesai. Bagaimanakah respons kita kepada Dia? Doakan kiranya Tuhan terus memelihara kerinduan yang besar untuk mau mengenal Firman-Nya, dan kiranya setiap peserta boleh membawa kerinduan yang sama kepada anakanak didik mereka. Amin. (nt).
misi Moffat. Bocah kecil itu memutuskan untuk mengikuti jejak Moffat, masuk ke sekolah, menjadi seorang dokter, dan nantinya dia akan menghabiskan seluruh waktunya untuk melayani suku-suku di Afrika. Nama bocah tersebut adalah David Livingstone! Tuhan memberikan panggilan kepada Robert Moffat dan David Livingstone ketika keduanya masih bocah. Benarbenar Tuhan tidak pernah meremehkan bahkan anak-anak kecil. Bagaimana dengan kita, para guru? Kita tidak pernah tahu di dalam tangan Tuhan seberapa besar Tuhan dapat memakai bocahbocah kecil yang Tuhan taruh di tangan kita untuk kita didik. Marilah kita mulai menghargai setiap anak didik kita!
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.
7
Refleksi Hari ke-1
SEKILAS
KIN
Renungan Pagi: 1 Timotius 4:11-16 oleh Ev. Edward Oei Banyak peserta merasa kurang ketrampilan mengajar. Namun bagi murid, yang ada adalah kurang teladan. Pdt. Dr. Stephen Tong menekankan kita sedang mengalami krisis keteladanan. Kita sering mengajar sambil sendiri tidak menjadi teladan akan apa yang kita ajar. Paulus berkata kepada Timotius yang masih muda, “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, tingkah lakumu, kasihmu, kesetiaanmu, dan kesucianmu.” Lima hal ini tidak boleh ada jarak. Inilah kasih. Orang rela melakukan apa saja jika ia sungguh-sungguh jatuh cinta. Namun, mudah orang jatuh cinta, tetapi susah cinta terus menerus. Bagaimana kita mencintai Tuhan terus menerus? Inilah tugas pemimpin. Pertumbuhan iman bukan untuk disimpan sendiri. Tetapi harus menjadi kesaksian dan teladan bagi sekitar kita (terang dan garam dunia). Hanya Kristus, hanya Injil, tidak ada yang lain. Kita tidak menjadi batu sandungan tetapi menjadi teladan.
Renungan Singkat di Pleno Pagi: Yohanes 21:15 oleh Ev. Johanis Putratama Kamuri Seberapa jauh kita membereskan hati kita untuk membuktikan bahwa kita betul-betul orang Kristen sejati? Untuk menjawab hal ini, pertama kali kita harus membereskan hati kita. Tiga kali Tuhan Yesus berkata pada Petrus seberapa ia mengasihi Yesus. Tuhan Yesus menanyakan apakah kita lebih mengasihi Yesus melampaui semua, atau kita lebih mencintai berkat ketimbang Yesusnya. Jika kita mengasihi Kristus, Ia akan memurnikan pelayanan kita. Jika kita mengasihi Kristus lebih dari segala sesuatu maka Tuhan akan menolong kita untuk mengasihi yang benar. Sebagai murid Kristus, pertanyaan Yesus hari ini patut kita pikirkan: apakah kita sungguh mengasihi Kristus? Mengapa kita harus mengasihi Kristus lebih dari segala sesuatu? Kita tidak mungkin mengasihi segala sesuatu dengan benar (seperti mengasihi anak-anak yang Tuhan percayakan kepada kita), sebelum kita mulai mengasihi Allah yang memberikan segala sesuatu itu kepada kita. Jika tidak mengasihi Allah maka kita tidak mungkin mencintai anakanak. Anak-anak adalah domba-domba Kristus yang dipercayakan kepada kita, bukan domba-domba kita. Pleno Pagi: Kejadian 3:15 oleh Ev. Maria Mazo Setelah manusia jatuh dalam dosa, Allah yang penuh cinta kasih menjadi seorang dari keturunan perempuan yang mengalahkan Iblis yaitu Kristus. Kitab Kejadian sampai Wahyu dasarnya memberitakan Yesus sebagai Juruselamat kita. Injil bukan tentang sakit jadi sembuh atau miskin jadi kaya. Alkitab mengatakan manusia berdosa dan harus mati kekal. Kabar baik itu bukan hanya dalam empat Injil tetapi seluruh Alkitab. Dosa menyebabkan kematian rohani. Manusia bersifat 1) jasmani dan 2) rohani. Mati berarti mati kekal, yaitu terpisah dari Allah. Maka bicara kematian ada: 1) kematian rohani; 2) kematian fisik; 3) kematian kekal (Roma 3:23). Berdosa berarti jatuh (menyeleweng), meninggalkan dan menyedihkan Tuhan. Tidak ada yang dapat mengubah status kita menjadi suci, kecuali Kristus. Kristus adalah Allah dan Juruselamat kita dengan darah-Nya. Ketika Injil diberitakan, manusia tidak berasa baik. Ia terdakwa di bawah terang Kristus dan sadar dirinya kotor, najis, dan jahat. Injil membawa kita kembali kepada Kristus. Di atas pengakuan Yesus adalah Juruselamat dan Tuhan kita, Gereja didirikan. Pleno Siang: Lukas 6:43-45 oleh Pdt. Ivan Kristiono Pendidikan Kristen bicara tentang karakter manusia, dan itu bukan dari yang tampak, tetapi dari intinya. Yesus membedakan buah dan pohon. Pendidikan Kristen berfokus pada pohonnya. Tidak puas dengan ekspresi luar, tetapi mulai dari hati. Yesus mengkritik orang Farisi karena mereka membersihkan luar abaikan yang dalam. Anak yang diam belum tentu baik, tergantung motivasinya apa. Teladan Tuhan Yesus: 1) Guru harus peka isi hati murid; 2) Pendidikan harus bersandar pada firman sebagai standar; 3) Melihat pengajaran sebagai Pribadi, sebuah relasi interpersonal. Sebagai guru-guru kita harus bergumul bagaimana anak yang kita didik belajar bergumul di dalam kebenaran.
Pleno Sore: Markus 10:13–16 oleh Pdt. Antonius Un Anak-anak dicipta oleh Allah Tritunggal dengan aspek sosial yaitu mereka memiliki relasi dengan orang lain. Kita harus menyadari adanya banyak fakta sosial dan sekaligus masalah dosa sosial dalam pendidikan. Tuhan Yesus memberi teladan (1) Istirahat Rohani: Berdoa waktu gelap dan sunyi, berdoa di taman Getsemani; (2) Istirahat Fisik: Sebagai manusia sejati, Dia beristirahat jasmani: makan dan tidur; (3) Istirahat Persekutuan: Memisahkan diri untuk berbicara hati ke hati dengan murid. Inti hukum Taurat adalah kasihi Allahmu dan sesamamu. Di dalam Markus 10, para murid memiliki ambisi, bersikap elitis, dan menyingkirkan orang lain. Tuhan Yesus menerima dan merangkul anakanak. Sosial dimulai dari kasih orang tua dan guru. Disiplin dan kasih harus berjalan bersama. Di dalamnya ada keadilan (fairness), pengorbanan, dan kejujuran. Seperti pengakuan keempat anak Pdt. Campbell Morgan yang semuanya juga pendeta mengakui bahwa pendeta yang terbaik khotbahnya adalah ibu mereka, demikian kiranya kasih, perhatian, dan pengorbanan kita bisa dilihat oleh murid-murid kita. Amin. TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong, Ev.Elsa Pardosi, Johan M., Lukas Y.; Rubrik: Iwan Darwins, Mitra Kumara, Mildred Sebastian, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P.
8
Guru yang mengasihi Tuhan dan mengasihi murid akan mendapat tempat di hati murid.