Edisi
4
7 NOV 2013 Dari meja redaksi….
“Jika tidak dipanggil, berhenti jadi pendeta!” “Jika Tuhan tidak memanggil engkau, berhenti jadi pendeta”, teriakan keras Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam khotbahnya dengan tema “Panggilan Tuhan sebagai tanda kesuksesan Pelayanan Hamba Tuhan”. Seorang pendeta bukan sukses dari hasil yang dia sodorkan, tetapi dari panggilan yang tiba kepada dia. Kalau seseorang dipanggil Tuhan, maka Pdt. Stephen Tong menyatakan bahwa ada tiga tanda yang menjadi ciri panggilan seorang hamba Tuhan. Pertama, adanya kesadaran dan perasaan urgensi Injil. Pelayanan adalah hal serius. Ini hal pertama
KIN Flash
L
yang muncul dari seseorang yang dipanggil Tuhan. Ia akan terus merasakan desakan Tuhan untuk memberitakan Injil. Kedua, akan ada tuntutan untuk melayani sepenuh waktu. Tuhan adalah Penilai terakhir. Hamba Tuhan yang dipanggil Tuhan akan selalu mencari perkenanan Tuhan. Desakan Tuhan akan menjadikan setiap orang harus belajar taat dan melihat bahwa Tuhan tidak bermain-main dengan panggilan-Nya. Bersambung ke hal.7
ives reoriented in the third day of KIN! Rev. Hendra Widjaya asserts that the extraordinary power of the Gospel is the only one that radically transforms us as well as the culture that surrounds us. Acknowledging that we live in a sinful culture, Rev. Benyamin Intan calls us, as salt of the world, to prevent the further decaying of their cultures and, as light of the world, to bring the gospel, and its transforming power, into our cultures. The importance and urgency to minister to the younger generation becomes the focus of Rev. Thomas Liemanto’s (Rev. Liem Kok Han) message. Gospel must win the heart of our youth as they will one day carry the baton of evangelism in the future. The deliverance from sin, says Rev. Billy Kristanto, is not the final end of our salvation. Rather, we are delivered from sin so that we are able to glorify God and to enjoy Him. Such is the nature of our worship! In his morning session, Rev. Dr. Stephen Tong calls all church leaders to keep fighting liberalism and charismatic, both of which have undermined Scripture as the Word of God by denying its authority; the former by denying Scripture as the Word of God and the latter by denying Scripture as the only Word of God. Serving and Calling become the focus of Dr. Tong’s preaching in the evening session. There is no single example in the Bible, says Dr. Tong, where one’s serving is not based on one’s calling. Yet, the church nowadays are in crisis and plagued with problems because many so called servants of God in the church serves without being accompanied by the calling from God. Starting from the third day of KIN, attendees are given opportunity to visit the Sophilia Fine Art Center to see thousands collection of great western and eastern arts. A rare and precious opportunity for many! (dt)
Anugerah luar biasa Tuhan karuniakan kepada kita sepanjang Konvensi ini. Kita telah memasuki hari keempat. Berlimpah kebenaran firman yang telah Tuhan bukakan di sepanjang Konvensi Injil Nasional 2013 ini. Lagu yang telah digubah di dalam KIN 2013 oleh Pdt. Dr. Stephen Tong sungguh bisa menjadi dorongan dan kekuatan bagi kita untuk terus diperlengkapi untuk semakin bisa dipakai Tuhan di dalam tugas penginjilan. Api Injil boleh mulai berkobar di bumi Nusantara. Tentu kita berharap jika ada dua ribu orang pemimpin gereja yang sungguhsungguh mau dipakai Tuhan, kasih Tuhan akan terasa di seluruh Indonesia. Kami sungguh rindu Tuhan boleh bekerja di dalam hati setiap peserta sehingga KIN 2013 benar-benar menyinarkan terang Injil-Nya. Kita patut berdoa agar setiap peserta boleh tetap dikaruniai kekuatan dan kesehatan di tengah padatnya acara dan tuntutan konsentrasi demi menyerap setiap kebenaran yang berlimpah ini. Doakan juga bagi Panitia yang melayani. Segala kemuliaan bagi Tuhan.
Redaksi.
SEKILAS
KIN
Refleksi Hari ke-3 maka kita mencegah kejahatan, menghapus kejahatan dengan melawan kejahatan dan status quo, tetapi juga berjaga-jaga agar garam itu tetap stabil dan tidak menjadi tawar. Lalu menerangi dunia dengan pemberitaan Injil dan aksi sosial yang benar, bersedia menderita dengan menyangkal diri dan memikul salib.
mereka semakin kritis. Siapakah yang akan membekali diri baik-baik dan pergi melayani mereka? Para hamba Tuhan ditantang untuk menjadi teladan, mempersiapkan dan mendidik generasi muda untuk melanjutkan tongkat estafet kekristenan.
Renungan Pagi Pdt. Hendra Wijaya
Pdt. Hendra menegaskan dalam renungan pagi ini tentang pusat dan fokus hidup kita, yaitu Injil. Melihat kepada Paulus, maka Injil adalah kekuatan Allah yang luar biasa. Injil menghadirkan perubahan yang radikal dalam diri Paulus: dari seorang penganiaya jemaat menjadi pemelihara jemaat. Injil tidak dijadikan sebagai dalil-dalil agama yang tidak dialami oleh pemberita Injil, sebaliknya membawa perubahan yang radikal. Kiranya Injil menjadi kekuatan yang men-transformasi kebiasaan, kultur di mana kita hidup. Injil menjadi topik pembicaraan atau percakapan kita, dan kita tidak lagi menyukai dosa dan segala kenikmatan daging.
Sesi 8 Pdt. Benyamin Intan
Pdt. Benyamin mengingatkan kita tentang identitas dan panggilan kita sebagai garam dan terang dunia. Beliau menegaskan bahwa kita tidak sama dengan dunia yang sedang menuju kebusukan, tetapi kita juga tidak menjauhkan diri dari dunia. Kita harus berpartisipasi di dalam dunia ini secara kritis. Ketika kita menggarami dunia
Sesi 9 Pdt. Liem Kok Han
Pdt. Liem Kok Han menemukan dua fenomena dalam kehidupan orang Kristen. Pertama, orang Kristen yang terlihat giat melayani, tetapi tidak mempunyai visi. Mereka bekerja keras bukan karena memikirkan kerajaan Tuhan dan menjalankan misi dan kehendak Tuhan di dunia, melainkan karena ambisi pribadi. Kedua, orang Kristen yang hanya menonton dan tidak mengerjakan apa-apa. Kedua fenomena ini dapat ditemukan baik dalam kehidupan murid-murid yang diajari oleh Tuhan Yesus sendiri maupun dalam banyak orang Kristen saat ini. Bahkan pada saat Yesus naik ke sorga, murid-murid-Nya belum melihat visi Tuhan dan memahami misi kerajaan Allah, sampai Roh Kudus turun dan memenuhi mereka. Pdt. Kok Han mengajak para hamba Tuhan yang hadir untuk mengintrospeksi pelayanan masing-masing, apa yang mereka pikirkan ketika melayani Tuhan? Apakah mengejar kemuliaan dan ambisi pribadi? Apakah sampai saat ini sudah maksimal menggunakan tenaga dan waktu? Yesus Kristus melihat orang banyak dan hatinya sedih karena mereka seperti domba tanpa gembala. Yesus ingin membagikan visi itu kepada kita. Di hadapan kita terdapat pemuda-pemudi yang hidupnya dikuasai oleh dosa. Tantangan pelayanan pemuda-pemudi saat ini lebih berat karena
Sesi 10 Pdt. Billy Kristanto
Kitab Kejadian mencatat bahwa pada ciptaan mula-mula kehadiran Allah di taman Eden dinikmati oleh Adam. Dosa mengubah kehadiran Allah menjadi sesuatu yang menakutkan. Akhirnya manusia diusir dari hadirat Allah. Berbeda dengan Kain, Habel memberikan yang terbaik kepada Allah. Dalam Kitab Keluaran, umat Israel dibebaskan dari perbudakan supaya bisa beribadah kepada Tuhan di padang gurun. Injil membebaskan manusia dari dosa dengan tujuan ibadah. Padang gurun merupakan ujian agar umat Israel belajar mencukupkan diri dalam pemeliharaan Tuhan dan terutama kehadiran-Nya. Kita perlu dapat membedakan ibadah yang menyenangkan Tuhan atau manusia. Seorang pelayan Firman memiliki wibawa menjadi wakil Allah. Ibadah bukan hanya terjadi di bumi melainkan merupakan kehadiran di hadapan takhta Kristus. Ada bahaya ketika ibadah hanya menjadi sekadar kebudayaan/adat tanpa hubungan pribadi yang hidup dengan Tuhan. Hamba Tuhan perlu senantiasa mengisi dan mempersiapkan diri. Setiap pelayan ibadah perlu melayani dalam kepenuhan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus pelayanan tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Bandingkan Yakub yang tidak melepaskan Allah kecuali Allah memberkatinya.
Membuktikan Allah itu ada, itu sulit. Membuktikan Allah itu TIDAK ADA, itu lebih sulit! 2
Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya!
HAJARAN TUHAN
SEKILAS
KIN
Pdt. Dr. Stephen Tong
H
ai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. … Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. (Ibrani 12 : 5-10) Bagian yang baru kita baca memberikan kita suatu contoh yang mudah, supaya kita mengerti artinya, apabila kita dihajar oleh Tuhan. Saudara, nasihat di atas mengatakan, Tuhan menghajar orang-orang yang dikasihi-Nya sebagaimana seorang ayah mengajar anaknya. Seorang ayah mengajar anaknya menurut apa yang dia anggap baik, demikian kata Alkitab, tetapi Ayah kita di surga mengajar kita supaya kita menjadi baik, dan beroleh bagian di dalam kekudusan-Nya. Di sini kita melihat suatu tujuan akhir yang sangat tinggi nilainya. Saudara, kita dihajar oleh Tuhan supaya kita beroleh bagian di dalam kekudusan Allah. Tujuan ini memberi pengharapan yang sangat menghibur kita masing-masing. Alkitab berkata, “Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Dengan segala kesedihan dan penyesalan saya harus mengatakan dengan jujur, bahwa kegagalan pelayanan Kristen sering kali disebabkan oleh hidup yang tidak suci. Maksudnya, orang yang tidak suci melayani Tuhan, akibatnya merugikan pekerjaan Tuhan. Gereja dicela, orang Kristen dicaci-maki dan kekristenan dihina di dalam dunia karena banyak pelayan Tuhan tidak mementingkan sifat kesucian sebagai hal yang pokok dan sebagai dasar yang penting untuk melayani Tuhan. Di seluruh dunia, di tempat-tempat yang saya kunjungi, pemuda-pemudi ingin sekali saya menandatangani Alkitab mereka. Saya selalu melihat dulu berapa kira-kira umur mereka. Kalau mereka masih muda, saya suka memberikan ayat 2 Timotius 2:21, “Jika seorang menyucikan dirinya dari halhal yang jahat, … ia dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” Saudara, dipakai oleh Tuhan adalah hak yang terbesar, suatu kemuliaan yang luar biasa, yang bisa diperoleh seorang Kristen. Namun Allah memberikan ayat yang penting ini, yaitu
supaya kita menjadi suci, sehingga layak dipakai oleh Tuhan. Kesucian merupakan sifat Allah sendiri. Bukankah kita ingin melayani Tuhan, ingin giat bekerja dalam ladang Tuhan? Bagaimana kita dapat memakai tangan yang kotor untuk pekerjaan Tuhan yang suci? Bagaimana kita dapat dengan pikiran-pikiran yang najis memikirkan hal-hal surgawi? Sebab itu, kalau tanganmu kotor, bersihkan dirimu; kalau pikiranmu bercabang, konsentrasikan hatimu. Jika hati yang belum dibersihkan, sucikan dirimu di dalam rencana dan cara yang Tuhan tetapkan, sehingga kita boleh melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh! Gereja harus selalu menekankan, selalu memperingatkan orang Kristen tentang hidup dalam kesucian sebagai satu-satunya hal yang penting sekali untuk melayakkan kita melayani Tuhan. Jika gereja bertobat, orang Kristen bertobat, setiap pelayan Tuhan bertobat, meninggalkan hal-hal yang najis, hal-hal yang rendah, tidak mungkin kebangunan tidak datang kepada gereja; tidak mungkin kebangunan tidak tiba kepada setiap pelayan Tuhan secara pribadi, dan dia mendapatkan berkat besar. Saudara, salah satu ajaran ibu saya sejak saya kecil ialah, “Hati-hati, jangan engkau dipakai oleh setan. Berbuat dosa gampang sekali, beberapa menit cukup engkau berzina, beberapa menit cukup engkau berbuat dosa, tetapi berpuluh-puluh tahun tidak cukup engkau menyesali apa yang sudah engkau perbuat.” Kalimat itu datang dari ibu yang setia. Sejak saya berumur tiga tahun, dia sudah menjadi janda. Dia sering berkata kepada kami, “Kalau engkau besar, engkau mau melayani Tuhan, engkau menjadi hamba Tuhan, jangan lupa: hidup suci, pikiran yang suci, perkataan yang suci, hati yang suci, motivasi yang suci, dengan jiwa yang suci, baru engkau bisa dipakai oleh Tuhan.” Saudara, saya khusus membicarakan kesucian digabungkan dengan pengajaran. Allah menghajar anak-anak-Nya. Dia mencambuk. Ini perlu sekali untuk kita masing-masing. Dalam Amsal, Salomo berkata agar para ayah jangan takut memukul anaknya, agar dia tidak pergi kepada kebinasaan (Ams. 23:13, 14). Kalau anak kecil, anak remaja, tidak diajar dengan disiplin ketat, hari depannya
akan ke mana? Dalam kebebasan yang tak terkendalikan, yang mencari kebuasan, berapa banyak kebudayaan, orang pribadi atau massa secara kolektif telah memilih kebinasaan bagi diri sendiri? Allah tidak mau orang Kristen yang santai-santai dan hidup sembarangan, tidak menerima pengajaran dan disiplin. Saudara, mendisiplin anak merupakan tugas seorang ayah atau orang tua. Mendisiplinkan anak juga dikerjakan oleh Bapa segala roh. Oleh sebab itu, jangan dengan enteng memandang pengajaran Tuhan. Hal ini harus ditanggapi dengan serius sebagai suatu hal yang bermakna, suatu hal yang bersangkut-paut dengan kemajuan rohani dan suksesnya pelayanan kita masingmasing. Pada waktu Tuhan menghajar, kadangkadang kita tidak bisa menerimanya karena seolah-olah terlalu berat. Kita protes, mengapa orang lain berdosa sama seperti saya, tetapi tidak dihajar sekeras ini? Saudara, bersyukurlah kepada Tuhan, jika tangan Tuhan berat atas dirimu. Bersyukurlah kepada Tuhan, jika sedikit pun Tuhan tidak mau engkau menoleransi dosa. Makin keras, makin ketat disiplin atas dirimu, makin menyatakan kemungkinan engkau dipakai Tuhan lebih daripada orang lain. Calvin berkata, “Seorang suci bukan orang yang tidak berbuat dosa. Seorang suci adalah orang yang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa.” Jika engkau tidak lagi peka terhadap dosa, karena engkau memandang enteng hajaran Tuhan berkali-kali, akhirnya Tuhan akan membiarkan engkau. Paling celakalah orang yang dengan bebas dan lancar berbuat dosa, tidak ada lagi suara hatinya menegur dia. Tetapi berbahagialah, jika tangan Tuhan masih mencampuri hidupmu, jika engkau masih dihajar oleh-Nya, jika Roh Kudus masih menegur hatimu, jika hati nuranimu masih digerakkan oleh terang firman Tuhan melalui Roh-Nya. Saudara, jangan pandang enteng, jangan meringankan, jangan anggap sepi pengajaran Tuhan Allah.
Saat engkau bertemu dengan orang yang menjengkelkan dalam pelayanan, itulah saatnya motivasi pelayananmu diuji. (Stephen Tong) Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!
3
SEKILAS
KIN
Menyelamatkan yang Tidak Layak Pdt. Stephen Tong Sesi 6 KIN, 5 November 2013
S
atu pengertian penting dibangun oleh Pdt. Dr. Stephen Tong pada malam kedua, yang mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus dan Injil datang bukan untuk orang benar, tetapi untuk orang berdosa. Dr. Tong menekankan bahwa orang yang pertama kali Ia selamatkan ketika Ia naik ke kayu salib bukanlah imam besar, atau seorang Farisi, tetapi seorang perampok yang sama-sama disalibkan. Seorang perampok adalah orang yang dibenci masyarakat, yang dianggap tidak layak untuk menjadi orang religius, tetapi inilah orang yang Yesus janjikan masuk sorga. Pdt. Dr. Stephen Tong memulai khotbahnya dengan mengulas kehidupan religius orang Yahudi. Orang Yahudi mulai mengikuti pelajaran Taurat pada usia 5 tahun. Dan setiap tahunnya mereka memakai waktu lebih dari 270 jam untuk mempelajari Taurat. Ketika mereka sudah berumur 12 tahun, anak-anak ini dibawa ke Yerusalem untuk ditahbiskan menjadi “Anak Taurat” (bar-mitzvah). Tetapi mungkinkah seorang manusia menaati dengan sempurna keseluruhan Taurat? Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin.
Justru Taurat menunjukkan dosa-dosa kita dan ketidakmampuan kita untuk menaati tuntutan-tuntutan Taurat. Oleh karena itu Yesus datang, untuk menggenapi Taurat bagi umat-umat Tuhan. Pertama kali Kristus mengalirkan darah bagi orang berdosa terjadinya bukan di atas kayu salib, tetapi ketika Kristus disunat. Berdasarkan Taurat, bayi laki-laki yang berumur 8 hari harus disunat. Kepada seluruh peserta sesi, Pdt. Stephen Tong menekankan bahwa sunat Tuhan Yesus adalah permulaan penggenapan hukum Taurat. Alkitab mencatat kali kedua Yesus berada di Yerusalem adalah ketika dia berumur 12 tahun, suatu usia yang cukup bagi Kristus untuk menjadi bar-mitzvah. Kali ketiga Alkitab mencatat Yesus berada di Yerusalem adalah ketika Dia berusia 30 tahun. Dan sejak itu Alkitab mencatat Yesus beberapa kali datang ke Yerusalem. Kedatangan Kristus terakhir kali di Yerusalem membawa Dia naik ke atas kayu salib. Malam sebelum Kristus disalibkan, Yesus berdoa di taman Getsemani menyerahkan kehendak Dia di bawah kehendak Allah Bapa yang mengutus
Dia. Alkitab mencatat 7 perkataan besar yang Tuhan Yesus ucapkan di atas kayu salib: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34); “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk. 23:43); “Ibu, inilah anakmu … Inilah ibumu!” (Yoh. 19:26-27); “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46; Mrk. 15:34); “Aku haus!” (Yoh. 19:28); “Sudah selesai.” (Yoh. 19:30); “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk. 23:46). Pada kalimat pertama dan terakhir, Yesus memanggil Allah sebagai “Bapa”. Tetapi di tengah-tengah ketujuh perkataan salib ini, yakni kalimat keempat, Yesus tidak memanggil Allah sebagai Bapa. Pertanyaan Yesus, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” bahkan tidak dijawab oleh Allah. Pada saat itu Yesus sedang menjalankan fungsi sebagai mediator antara Allah dan manusia, mewakili manusia di hadapan Allah dan Bersambung ke hal.6
Injil Sejati: Bukan Liberal dan Bukan Karismatik! Pdt. Stephen Tong Sesi 7 KIN, 6 November 2013
A
llah orang Kristen adalah Allah yang Esa, Allah yang kekal, dan Allah yang kasih adanya. Ketiga sifat Allah ini ketika disatukan dan dikaitkan satu dengan yang lain akan menghasilkan benturan bagi konsep-kosep tuhan di agama lain. Kalau Allah itu esa, kekal, dan kasih adanya, maka sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, Allah, yang hakekatnya adalah kasih itu, mengasihi siapa? Kekristenan memberikan jawaban yang tuntas. Sebelum Allah menciptakan, maka setiap pribadi Allah Tritunggal mengashi pribadi lainnya. Kasih di antara pribadi Allah Tritunggal menjadi dasar komunikasi dan relasi di antara manusia. Sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, maka kasih di dalam diri Allah sudah bekerja.
Di dalam sesi pagi hari ketiga KIN, Pdt. Stephen Tong menguraikan tiga karya besar Allah: mencipta, menebus, dan mewahyukan. Ketiga karya Allah ini adalah kerja utama dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Allah Bapa mencipta, Allah Anak menebus, dan Allah Roh Kudus mewahyukan.
4
Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya!
Mencipta. Doktrin dan konsep penciptaan pertama kali dicetuskan di seluruh dunia oleh kebudayaan Ibrani melalui Alkitab. Konsep penciptaan yang diajarkan Alkitab berbeda dengan ajaran lain. Pertama, penciptaan Allah adalah ekstensi eksternal dari kasih Allah. Kedua, menciptakan berarti mengerjakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Di dalam Alkitab,
Allah tidak menciptakan sesuatu dari materi yang sudah ada. Tetapi segala sesuatu ada karena diciptakan Allah melalui Firman Allah. Firman Allah memanifestasikan kehendak Allah (“The Word [of God] is to manifest the will of God”). Terlebih lagi, Alkitab mencatat bahwa Firman Allah mengandung kuasa (“The Word [of God] contains power”); ketika Allah mengatakan sesuatu, maka sesuatu itu ada. Tidak ada satu perkataan Allah yang tidak mengandung kuasa. Menebus. Rencana penebusan Allah digenapkan oleh pribadi oknum kedua Allah Tritunggal, yakni Allah Anak. Bersambung ke hal.6
SEKILAS
Crucifixion (Isenheim Altarpiece), Grünewald
KIN
Cain Flying Before Jehovah’s Curse, Cormon
L
L
ukisan Matthias Grünewald (sekitar 1460-1528) yang bernama Crucifixion (Penyaliban) ini merupakan salah satu lukisan terbesar sepanjang sejarah. Sulit untuk menemukan penggambaran kesengsaraan Kristus yang lebih dalam dari karya ini. Perhatikan ekspresi tangan dalam posisi yang tidak wajar untuk melukiskan intensitas penderitaan yang dialami oleh Kristus. Tubuh Kristus digambarkan secara kontekstual oleh Grünewald mengalami penyakit kulit yang disebut ergotisme. Lukisan ini dilukis untuk biara St. Anthony di Isenheim dekat Colmar, Perancis, di mana para biarawan yang tinggal di sana biasa merawat korban wabah dan ergotisme. Dengan kata lain, Kristus di sini digambarkan sebagai sosok yang mengerti dan mengalami penderitaan umat manusia. Ini tentu memberi penghiburan dan kekuatan bagi mereka yang mengalami penderitaan. Namun lebih dari itu, lukisan ini melukiskan Anak Domba Allah yang menghapus penyakit terbesar yaitu dosa dunia. Yohanes Pembaptis (yang telah mati terlebih dahulu) digambarkan menunjukkan tangannya kepada Kristus. Tulisan bahasa Latin “illum oportet crescere me autem minui” diambil dari Yohanes 3:30, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
ukisan karya Fernand Cormon (1845-1924) yang aslinya berada di Musée dOrsay di Paris ini bukan beraliran impresionisme seperti banyak pelukis lain di Perancis pada zaman itu, melainkan cenderung pada aliran historis. Lukisan ini menggambarkan bagaimana Kain melarikan diri setelah ia membunuh adik kandungnya Habel dan menerima kutukan Allah. Lukisan ini dengan cermat menggambarkan Kain sebagai seorang “pelarian dan pengembara di bumi” (Kej. 4:12). Di situ digambarkan bukan hanya Kain yang menderita melainkan juga seluruh keluarga dan orang yang menyertainya. Ia berjalan melewati tanah tandus yang “tidak memberikan hasil” kepadanya. Mereka berjalan ke arah kanan karena Alkitab mengatakan Kain pergi dari hadapan Tuhan dan “menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden” (Kej. 4:16). Perhatikan bahwa sekalipun Kain memimpin dengan tangannya yang menunjuk ke kanan namun kita mendapati ekspresi seorang yang berjalan karena dihalau dan dibuang dari hadirat Tuhan. Lukisan ini dengan baik menggambarkan akibat dosa yang sangat menakutkan yaitu terbuang dari kehadiran Allah yang memberkati dan menyelamatkan.
Ku Mati Bagi Dunia dan Dunia Mati Bagiku, Isaac Watts (1674-1748)
S
etiap orang Kristen memiliki respons yang berbeda saat mengenang salib Kristus. Namun bagi Isaac Watts, salib Kristus adalah demonstrasi kasih Allah yang agung. Ia menguraikan dengan bahasa perasaan kesedihan dan perenungan kasih Tuhan yang mendalam melalui kepala yang terluka, tangan dan kaki Tuhan Yesus yang tersalib, dan mengatakan aku mati bagi dunia dan dunia mati bagiku. Itulah syair Saat Ku Amati Salib yang Mengagumkan (When I Survey The Wondrous Cross)
Lahir di Inggris dan dibesarkan dalam keluarga Kristen ‘Nonconformist’, Watts sangat mencintai Mazmur seperti pendahulunya, John Calvin, dan menulis syair berdasarkan kitab Mazmur dan ayat firman Tuhan. Syair yang ditulisnya membungkus doktrin Kristen yang kuat dengan keyakinan iman yang dijelaskan secara eksplisit dan penuh perasaan. Lagunya banyak dinyanyikan pada saat Kebaktian Kebangunan Rohani yang dipimpin oleh Jonathan Edwards dan menggugah para misionaris sesudahnya.
A church with no money but does God’s work is much better than a church with money but does no God’s work. (Stephen Tong) Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!
5
SEKILAS
KIN
L i p u ta n S e putar KIN Hari Ketiga 6 November 2013
“...Kami satu visi, satu ajaran ,satu Injil, satu bahasa !” ari ketiga KIN, setelah peserta dari berbagai daerah semakin mengenali dan menikmati lingkungan kompleks Reformed Millennium Center Indonesia (RMCI), tempat diselenggarakannya KIN, tampak para peserta semakin bergairah menjelajahi tiap sudut RMCI dengan rasa ingin tahu yang besar. Mulai dari taman, ruang pelayanan panitia, toko buku, ruang pelayanan audio STEMI, meja pelayanan TV Reformed 21, hingga berbagai ruangan lainnya tidak luput dari pengamatan mereka.
di dalam bahasa dan identitas yang sama, yaitu bahasa Injil Yesus Kristus. Pemandangan yang sangat indah kembali menyentuh hati saya ketika di depan saya sedang duduk beberapa orang hamba Tuhan dari berbagai daerah: Papua, Toraja, Sumatra Utara, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Jawa Barat sedang berbicara satu dengan yang lain dalam satu bahasa yang sama yaitu Injil Yesus Kristus. Mereka sedang berbagi pengalaman dan berbagi beban tentang tantangan memberitakan Injil. Mereka tengah saling mendorong dan memberikan semangat satu dengan yang lain untuk menyerap sejelas-jelasnya visi dari Tuhan tentang Injil melalui KIN.
Ada hal menarik di sela-sela waktu istirahat kemarin siang menjelang sore. Ada kisah
Saya jadi teringat, ketika beberapa waktu lampau gereja-gereja bersemangat
H
ajaran benar yang sama akan memberikan ruang bagi keragaman konteks organisasi masing-masing gereja; di mana masingmasing gereja dengan keindahan warna identitas tertentu melengkapi satu bagian dari kelengkapan keindahan taman Kerajaan Allah. Satu gereja tidak menaruh curiga dan sikap tidak saling percaya terhadap gereja lainnya, karena saling percaya sudah dibangun di atas dasar Injil, ajaran benar, dan visi yang sama. Saya sungguh terkesima melihat pemandangan ini! Selama ini saya sudah mendengar banyak tentang harapan orang percaya akan persatuan gereja. Saya juga sudah sangat lama mendengar janji-janji para pemimpin gereja, yang belum jelas wujudnya untuk mewujudkan kesatuan
We need the gospel every day, because we forget the gospel every day. (Martin Luther) menarik, yang sayang jikalau terlewatkan. Reformed21, wadah Program TV yang berada di bawah wadah Audio Video STEMI melakukan wawancara dengan beberapa orang peserta tentang kesan dan berkat yang diterima melalui KIN. Yang tidak kalah menariknya adalah ketika mereka diminta untuk menyampaikan ucapan selamat hari Natal dalam bahasa daerah masing-masing. Lagi-lagi peristiwa kecil ini mengingatkan saya sekali lagi akan Kisah Para Rasul, ketika orang-orang dari berbagai tempat, daerah, dan bahasa berkumpul, sekalipun berbeda secara lahiriah, namun ketika Roh Kudus hadir di tengah-tengah mereka, tanda-tanda pembedaan lahiriah yang membedakan mereka lenyap seketika. Kemudian yang tampak adalah persatuan
membicarakan tentang gagasan gereja yang esa dan am. Gereja tidak mungkin mengalami persatuan dan penyatuan kecuali hanya diikat melalui Injil dan kemurnian ajaran yang benar berdasarkan wahyu Tuhan Allah di dalam Kitab Suci yang sama. Di luar Injil dan kemutlakan ajaran Kitab Suci, semua gagasan tentang persatuan dan penyatuan gereja hanyalah menjadi sebuah kepalsuan yang pada akhirnya justru akan melahirkan tembok pemisah yang lebih tinggi lagi di antara satu gereja dengan gereja lainnya. Gagasan persatuan gereja dengan menekankan kesatuan organisatoris dan administratif bahkan kesatuan warna theologi hanyalah melahirkan persekutuan semu yang tidak tahan uji. Persekutuan dan Persatuan Gereja yang diikat oleh Injil dan
Tim pendaftaran masih terus bekerja di hari ke-3
6
gereja. Tidak disangka, kemarin siang menjelang sore di sela-sela pergantian sesi KIN, saya saksikan dengan nyata keragaman gereja bersatu. Bersatu di dalam visi, bersatu di dalam ajaran benar, bersatu di dalam satu bahasa Injil Yesus Kristus untuk membawa kabar baik kepada segala bangsa. Bersatu di dalam kuasa dan semangat melawan dosa dan kejahatan demi nama Kristus dimuliakan selama-lamanya. Dada saya sesak dengan haru… Visi yang berasal dari Tuhan Allah dibagikan oleh hamba Tuhan yang setia – Pdt. Dr. Stephen Tong – dan KIN hari ini telah dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan persatuan gerejaNya!(lhw)
Toko Buku Momentum di Lt.4, Lobby Messias
Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya!
SEKILAS Menyelamatkan ... (sambungan dari hal.3)
Injil Sejati ... (sambungan dari hal.3)
mewakili Allah di hadapan manusia.
Mewahyukan. Roh Kudus mewahyukan Allah kepada manusia. Maka pekerjaan pribadi ketiga Allah Tritunggal ini menjadi kunci untuk mengerti karya Allah yang lainnya. Oleh wahyu Allah kita mengerti bahwa Allah mencipta dan menebus. Karena begitu pentingnya pekerjaan Roh Kudus ini, setan tidak tinggal diam. Justru setan menghancurkan iman Kristen dengan menyerang pengertian orang Kristen mengenai karya dari Roh Kudus ini. Di dalam analisis Pdt. Stephen Tong, hal ini dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui liberalisme dan metode highercriticism-nya yang sejak sekitar tahun 1850 sudah menolak bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Kedua, melalui banyak Gerakan Karismatik yang tidak menganggap finalitas wahyu Allah di dalam Alkitab. Pdt. Stephen Tong mengingatkan pemimpinpemimpin gereja bahwa kita harus terus menggempur liberalisme dan karismatik. Tanpa pengertian doktrin wahyu yang benar, maka tidak mungkin gereja dapat memiliki doktrin yang benar. (dt)
Yesus datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa untuk bertobat (Luk. 5:32). Yesus datang justru untuk menyelamatkan mereka yang berdosa, mereka yang memang tidak layak, mereka yang tersesat, mereka yang tidak dicintai orang lain. Keselamatan perampok di samping Yesus ini menunjukkan bahwa tujuan Allah mengirim Yesus sudah tercapai. Darah Yesus dialirkan bagi orang berdosa. Pada waktu darah tersebut keluar dari tubuh-Nya di atas kayu salib, setetes demi setetes, maka orang pertama yang dibersihkan dosanya bukanlah orang “baik” seperti orang-orang Farisi, bukanlah muridmurid yang paling dikasihi-Nya (Petrus, Yohanes, dan lain sebagainya), tetapi adalah perampok yang di samping-Nya, bukan orang yang baik. Gereja tidak bisa bertumbuh kalau kita hanya menunggu orang kaya masuk gereja. Pdt. Stephen Tong berseru, “Celakalah engkau kalau engkau menjadi pendeta hanya mengharapkan orang kaya [dan] orang baik masuk gereja, tetapi kita tidak mempunyai cinta kasih kepada orang jahat, orang berdosa dan membiarkan mereka!” Seruan dan harapan Pdt. Stephen Tong adalah agar pendeta-pendeta setelah pulang dari KIN untuk mencintai mereka yang mencuri, yang berzina, yang melacur, yang berjudi, pemabuk, supaya ada pertobatan yang massal dari orang Indonesia kembali kepada Tuhan Yesus. Perkabaran Injil setiap zaman tidak boleh melalaikan orang jahat, karena tidak ada satu dosa yang terlalu besar sehingga darah Yesus tidak bisa menyelamatkan orang berdosa itu. Untuk merekalah Anak Allah telah datang. (dt)
Jika Tidak Dipanggil... (sambungan dari hal.1) Ketiga, jika sudah didesak tetap belum takluk, maka Tuhan akan memukul keras orang itu. Mungkin berbagai kesusahan akan muncul. Siapa tahan hajaran Tuhan? Maka lebih baik kita taat kepada Tuhan jika Ia memanggil kita melayani-Nya. Jangan melarikan diri dari panggilan Tuhan. Bagaimana setiap kita? Seberapa jelas panggilan Tuhan tiba di dalam diri kita? Kiranya setiap hamba Tuhan yang Tuhan panggil di dalam KIN 2013 ini, boleh melayani dengan sungguh-sungguh, mau bekerja keras karena mencintai Tuhan, menjadi hamba Tuhan yang serius tanpa pamrih, tidak mencari keuntungan diri. Maukah engkau berkata: “Di sini saya, saya siap melayani Tuhan”? Amin.
Penjelasan : “Pembunuhan Misionaris A. A. van de Loosdrecht” Terima kasih untuk informasi dari peserta KIN, yang memberitahu kami bahwa pembunuh misionaris Anthonie A. van de Loosdrecht adalah Pong Massangka. Dari beberapa sumber yang kami dapatkan, siapa pembunuh misionaris Anthonie A. van de Loosdrecht sebenarnya tidak diketahui secara tepat. Ada dua orang yang dituduh berkemungkinan kuat membunuh misionaris ini, yaitu Pong Maramba (seorang kepala suku bekas teman Anthonie A. van de Loosdrecht, yang kemudian tersinggung dan merasa terhina karena ditolak membeli istri Anthonie A. van de Loosdrecht) dan Pong Massangka (seorang pejuang yang membenci penjajah Belanda dan dengan sengit melawan setiap orang Belanda yang masuk ke Tanah Toraja). Anthonie A. van de Loosdrecht meninggal akibat pembunuhan oleh seseorang yang berjelaga hitam menombaknya tepat di jantungnya dan kemudian melarikan diri. Sumber: 1. http: //www.batusura.de/pangli.htm, informasi: Bigalke, Terrance, Tana Toraja: A Social History of an Indonesian People (Singapore: Singapore University Press, 2005), ISBN: 997-169-318-6. 2. Dari Benih Terkecil Tumbuh Menjadi Pohon Besar: Kisah Anthonie Aris van Loosdrecht (Perpustakaan STT Intim Makassar). Kumpulan surat-surat yang diedit oleh anakanak Anthonie A. van de Loosdrecht. 3. Roxana Waterson, Paths and Rivers (Royal Netherlands Institutes of South East Asian and Carribean Studies, Netherland) ISBN 97890-6718-9 (hal. 102).
Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!
KIN
Kesaksian
IVAN ADI RAHARJO
E
v. Ivan Adi Raharjo (lahir: 10 Oktober 1983) adalah seorang pemuda, menikah dengan Cinthya Tania, dikaruniai seorang anak Karin Tanoewidjaja (lahir: 12 Agustus 2012). Ia lulusan Bachelor of Software Engineering dari University of Melbourne di Melbourne, Australia. Setelah lulus ia sempat bekerja dan mendapatkan posisi yang sangat baik sebagai seorang ahli Information Technology (IT) menjadi program developer. Dia bekerja dengan honor yang sangat bagus, yaitu kira-kira sebesar Rp. 1 Milyar per tahun (sekitar Rp. 80 juta per bulan). Tetapi panggilan Tuhan begitu jelas. Meskipun dia sudah mendapatkan apa yang sebelumnya dia kejar, yaitu pekerjaan tetap, uang yang lebih dari cukup, kehidupan yang aman, dia tidak merasakan sukacita dan damai sejahtera. Padahal Paulus mengatakan bahwa buah Roh Kudus adalah sukacita dan damai sejahtera. Maka Ivan bergumul, apakah yang dia kerjakan betul-betul apa yang Tuhan ingin dia kerjakan dalam hidupnya. Di dalam proses pergumulan itu, ada sebuah hari Natal di mana Tuhan membukakan matanya. Di tengah-tengah perayaan Natal yang semarak, bukannya bersukacita, dia malah merasakan suatu kesedihan. Sebab banyak orang menyanyikan lagu Natal sembari memegang botol minuman keras. Banyak toko-toko pakaian dan tempat-tempat berjudi memberikan diskon atas nama Natal. “Bukankah Yesus Kristus lahir ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka? Tetapi mengapakah banyak orang yang justru menajiskan Malam yang Kudus itu?” Ivan sadar, ada banyak orang yang belum mengenal dan meninggikan Kristus sebagai Tuhan dan Raja. Maka dia berdoa, “Tuhan, jikalau Engkau berkenan, saya mau dipakai untuk membawa banyak orang mengenal Kristus. Jikalau Engkau mau, pakai saya ya Tuhan untuk meninggikan Anak-Mu.” Apalah artinya uang di seluruh dunia ini dibandingkan dengan kemuliaan Anak Domba Allah yang mati dan bangkit. Itulah alasannya, mengapa Ivan kemudian menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan dan masuk ke seminari (red. STTRII). Puji Tuhan ada anak-anak muda yang rela menyerahkan diri seperti ini. Kiranya ada banyak pemuda-pemudi lain yang menyerahkan diri bagi Tuhan, bukan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
7
SEKILAS
J
ohann Gottlieb Schwarz lahir pada tanggal 21 April 1800 di Konigsbergen (Jerman Timur). Pada awal tahun 1821 ia membaca berita mengenai penginjilan Bärenburg di tengah mayoritas agama lain. Berita inilah yang menimbulkan cita-cita Johann untuk terjun ke ladang penginjilan. Ia berdoa agar diberi kekuatan menggenapkan rencananya. Pada tahun itu juga ia mendengar tentang pembukaan suatu “Zendeling Institut” untuk mendidik pendeta-penginjil di Berlin. Keinginannya untuk bergabung ke Zendeling Institut membawa dia ke Berlin pada tanggal 31 Agustus 1821 dan sementara menunggu pembukaan Zendeling Institut pada tanggal 1 Mei 1822, ia bekerja sebagai tukang sepatu. Di sinilah ia bertemu dengan Johann Frederik Riedel yang akan menjadi teman penginjilannya kelak. Mereka belajar sampai tahun 1825. Kemudian Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG) melalui Berlijnse Zendeling Genootschap meminta Johann Gottlieb Schwarz dan Johann Frederik Riedel untuk menjadi penginjil ke tengah masyarakat mayoritas beragama lain, dan hal ini sangat disetujui oleh mereka. Pada tanggal 12 Januari 1828 ia berangkat ke Rotterdam dan bersama J. F. Riedel mereka menambah pendidikan sampai 1829. Pada November 1830, mereka bersama dengan Douwes Dekker berangkat ke Indonesia dan sampai di Batavia (Jakarta), kemudian ke Surabaya dan tiba di Ambon 23 November 1830. Di Ambon, ia mempelajari bahasa Melayu dan dalam waktu singkat
melanjutkan perjalanan ke Manado dan tiba di Manado pada tanggal 12 Juni 1931 (sekarang diperingati Gereja Masehi Injili di Minahasa sebagai HUT Perkabaran Injil). Dari bulan Juni - Oktober 1831 Schwarz mempelajari bahasa Tombulu, Toulour, Tonsea, dan Tountemboan. Hingga Oktober 1831 ia kembali ke Batavia dan langsung ke Singapura untuk mengambil seluruh keperluan penginjilan, sekolah, dan obatobatan. Setelah itu ia langsung kembali dan tiba di Langowan pada tanggal 7 Januari 1832. Di Langowan ia tidak mendapat rumah, sehingga untuk sementara ia tinggal di Kakas. Rumah kediaman Schwarz di Langowan selesai pada bulan Juli 1834, dan di lokasi rumah tersebut dibangun, sekarang berdiri SMU Kristen Schwarz Langowan. Sebelum masuknya agama Kristen, penduduk Langowan sudah beragama. Pada waktu kedatangan Schwarz, tempat berkumpul untuk mengadakan upacara keagamaan penduduk setempat adalah lokasi di mana sekarang berdiri gedung gereja GMIM Schwarz Sentrum Langowan. Dahulu di situ terdapat sebuah pohon besar yang dalam bahasa Tountemboan disebut Wates yang daunnya lebat dan pada batangnya terdapat lobang besar yang dalam bahasa Tountemboan disebut rangowa. Pohon ini dianggap keramat sebab tempat ini menjadi tempat pasoringan – tempat memanggil dan mendengarkan bunyi burung Wala oleh Walian dan Tona’as (pemimpin-pemimpin pemerintahan).
KIN
memiliki nama yang spesifik, dan berawal dari Schwarz-lah nama “Langowan” pertama kali digunakan. Karena bagi orang Eropa seperti Schwarz adalah sulit bagi lidahnya untuk mengucapkan kata “rangow”, dan huruf “R” yang diucapkannya menjadi huruf “L” sehingga “rangow” menjadi “Langow”. Jadilah “Langowan” disahkan menjadi nama daerah Langowan hingga sekarang. Awalnya Schwarz sulit mengadakan kontak dengan penduduk karena ia masih kaku mempergunakan bahasa-bahasa penduduk. Maklumlah bahwa peranan bahasa itu penting dalam kontak pergaulan terutama bagi penyebaran agama. Suatu cara dari Schwarz yang selalu ditempuhnya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini yaitu memberikan obat-obat malaria, demam, obat-obat luka, dan lain-lain, yang dapat menolong orang-orang sakit sebagai penentang mantra dari para Walian. Banyaklah yang sadar atas kegunaan dari obat-obat yang diberikannya, yang oleh Schwarz hal ini dijelaskan sebagai pertolongan dari Tuhan, tetapi ada juga yang setelah sembuh kembali menyembah agama alifuru. Walaupun demikian, Schwarz tabah menghadapi semua ini, sekalipun memerlukan waktu yang lama asal tujuan dapat tercapai yakni dapat memberitakan Injil kepada penduduk setempat. (theminahasa.net)
Pada waktu itu daerah Langowan belum
Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN)
HANYA 1 HARI - (9 November 2013) Pengumuman 7 November 2013 1. Jumat dan Sabtu akan diadakan Sesi Tanya Jawab oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, pertanyaan-pertanyaan dapat diberikan kepada panitia dalam bentuk kertas tulisan atau melalui sms ke nomor : 0858-5056-1788 dengan format: KIN#pertanyaan 2. Bagi Bapak/Ibu/Saudara yang merasa kehilangan barang, dapat menghubungi sekretariat KIN. TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Pdt. Hendra Wijaya M.Th., Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong, Rubrik: Ev. Jun Eddy M.C.S, Iwan Darwins, Mildred Sebastian, Erwan, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara; Produksi: Wilianto S. Tjio, Iwan Darwins, Evalina Kwok.
8
Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya!