ISSN: 0853-5078
Mohammad Nuh, Mendiknas Kabinet Indonesia Bersatu II
ra^nflm
ITfeiTnTr^n^flniFHi
ŒûrûÎBïïEii
Mengatasi HambatanKenaikan PangkatSun Selengan n/a
, IS S N : 0853-5078
778535 078009
DAFTAR ISI
WIDYAKARYA P e n e rb it Pengurus PGRI Provinsi DKI Jakarta STT. : No. 2490 /SK/ DITJEN /PPG /STT / ISSN : No. 0853-5078
P en a sih a t Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Dr. Bedjo Suyanto, MPdi/ Dr Taufik Yudi Mulyan H. Fauzan Harun, S.H. Prof. Dr. Mulyani Nurhadi, M!
K etua Pengarah/Penanggung /W f c V Drs. H. Abdul Rochim, M.M.
P em im p in Umum
_
•''/c- 0 r„ > C r iU v
H. Djardjis Thalib, M.A.
D ew an R ed a k si Drs. H. Saefullah, MPd,. Drs. IT. Otjim Kosasih SY.MM, Drs. H. Adi Dasmin, M.M., H. Toyib Nawari, SPd, Drs. H. Katmana Djuarsa, M.M., Dra. Hj. Sonya Sunayah, Drs. H. A. Nawawi, S.H, M.Si, Drs. Busro Suthamrin
P em im pin R e d a k si H. Djardjis Thalib, M.A.
W akil P em im pin R e d a k si H. Damas, S.Pd, M.M.
R ed a k tu r Pelaksana Drs. Gunawan, M.Pd.
R ed a k tu r H. Damas, SPd, M.M, Drs. Gunawan, M.Pd, Drs. Daulat Sipayung, Drs. Hamka, M.Pd.
S ekretaris R ed a k si Nuryadi MK, S.Sos
R eporter / S ta f R edaksi Drs. H. Tajuddin Nur, MM, Drs. Yusen Hardiman, A. Bachtiar Zen, M.Pd., Drs. Jamhuri Androfa, MM, Dra. Ratna Yanti, M.Pd., Boy LLA Sipahelut, Dra. Yekti Budhyarsih, Mahnan Marbawi, S.Ag., Yoyon Pujo Utomo, SH
Iklan dan Prom osi Drs. H. Samidi, MM., Drs. H. Hasman Arsyad, MM., Drs. H. ling Ahmad Mumkin, MM., Drs. Agus Waluya, MM., Drs. H. Suhardi, MM, Drs. H. Happy Gustin, SH,M.M.
S irku lasi dan D istrib u si H. Uding A. Majid, Kosidin, SPd., Pujo Hartono, Sunyoto, Sugiyanto
Tata Usaha Nuryadi MK., S.Sos., Ibrahim Aziz, SMI Khamdiyah R., Amd, Meidawati
A la m a t R edaksi/T ata Usaha Gedung Guru PGRI JI. T.B. Simatupang Rt. 005/05 No. 48A, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 78841934 Fax. (021) 78842139; e-mail:
[email protected]
Bank/No. R eken in g Bank BRI Cabang Jatinegara : 012201000462307 Jl. Raya Jatinegara Timur 44 B, Jakarta Timur
EDITORIAL Menaikkan KOmitmen Guru Bukan Sekadar Menaikkan Kesejahteraan................................................................................................ LAPORAN UTAMA Peningkatan Mutu, dan Program Seratus Hari Hingga Penajaman Komitmen G u ru ...................................................................... PROFESI DAN KARIER Hj. Suryani, M.Pd Pengawas TK/SD Jakarta Barat Unggul di Tingkat N asion al......................................................................................... Delapan Etos K erja...................................................................................... PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI Peran dan Dinamika Kehidupan kampus dalam Membentuk N, Kader Pemimpin Ummat yang Berilmu Amaliah dan Beramal \\ Umiah di Tengah Kehidupan Berbangsa dan Bernegara................... •j? \\ Dilema Wajib Pendidikan Dasar yang S e m u ...................................... 'f- \\Perawatan dan Perbaikkan Peralatan laboratorium IPA ............... ANISASI ambutan Menteri Pendidikanx Nasional pada Peringatan "X-l i i lari Guru Nasional Tahun 2009 dan Hari Ulang Tahun PGRI j l ke-64 Tanggai 25 November 2 0 0 9 .......................................................... * - J Sambutan Ketua Umum PB PGRI Dalam HUT PGRI ke-64/ Mari Guru Nasional Tahun 2009 ............................................................ Sejarah Singkat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI............ PGRI Organisasi yang Baik, Perlu Dijaga Reputasinya.................... FSPB, Wahana Silaturahmi Pendidikan Ja k a rta ......................... ....... Kolaborasi PGRI-Education International........................................... KBIH PGRI 'Melepas' 25 Jemaah Haji ke Tanah Suci ....................... PGRI - El Gelar Sem in ar............................................................................ PGRI Cabang Pancoran Dikukuhkan...................................................... PGRI Kecamatan Tambora Menjadi Berkualitas................................ Menjawab Tuntutan Zaman, Unindra Naik Setingkat L ag i............ Sharing PGRI Jakarta Timur dengan Anggota D P R D ....................... PROFIL Kredit Multiguna bagi Guru, Gampang dan C e p a t........................... TOKOH Mohammad Nuh, Mendiknas Kabinet Indonesia Bersatu II (2 0 0 9 -2 0 1 4 ).................................................................................................... Drs. H. Moh. Arief, M.Pd., dari FSPB ke PG RI...................................... INFO KKGJ Dilantik, Petugas Komisariat KKGJ Wakil Kepala Dinas Mendaftar Jadi A nggota............................................................................. SEPUTAR MGMP/PKG/MGP Workshop Peningkatan Mutu Guru dan Personil Sekolah Wilayah III C ilan d ak.................................................................................. Pembinaan yang Kontinyu Berimplikasi Terhadap Kualitas Kerja Gugus III dan Gugus TV Wadah Mencetak Guru Berkualitas.......... INFO KEDINASAN Audiensi APSI densran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Ja k a rta ........... T...................................................................................... Rationo: "Jadilah Guru yang Dirindu, Bukan yang Disyukuri Jika Tidak Masuk!" .................................................................................... Calon Kepala Sekolah SMK Terbaik, akan Diberi Amaliah untuk M em im pin...................................................................................................... BERITA SEKOLAH SMA Negeri 8 Selenggarakan Kegiatan Pekan Tengah Semester .. Apresiasi Sastra dalam teater di SMKN 6 Ja k a rta ........................... SDN Tanjung Duren Selatan 01 Pagi Galakkan Minat B a ca ........... Doeensa Cup I SMP Negeri 261 Meraih Prestasi Melalui Futsal .... SMA Negeri 30 Rayakan Bulan Bahasa Sekaligus Memperingati SumpahPemuda ........................................................................................... SMAN 48 Peduli G em pa............................................................................ Tumamen Pejaten Barat 03 C u p .............................................................. SMA Negeri 10 Jakarta Sekolah Hijau di Tengah Hutan B eto n ...... KIR SMAN 31: Akankah Dunia Kiamat Pada 21-12-12?................ MIMBAR AGAMA Haji dan Qurban ........................................................................................... BINA BAHASA KPK versus Polisi: Cicak dan Buaya pun Tertawa R i a ..................... ENGLISH CORNER Teacher's Day - Being Effective Teachers? (1 )...................................... OP1N1 Mengatasi Hambatan Kenaikan pangkat Guru Golongan IV/3 .... Paradigma Baru Bagi Pendidikan N asion al......................................... REMAJA Pelantikan Kwaran Gerakan Pramuka dan Pengukuhan DKR Kecamatan Kalideres ................................................................................. Gudep Sangkakala SDN Grogol Selatan 07 Pagi Selalu Borong Piala K ejuaraan ............................................................................................ IPTEK Mitigasi A i r .................................................................................................. KREASI DAN REKREASI TTS, P u isi........................................................................................................
2
3 5 7
9 10 12
14 15 17 18 19 22 23 24 25 26 27 28 30
31 33
35
36 38 38
40 41 41 43 44 45 45 46 47 48 48 49 50 52 53 54 55 57 57 59 60
D icetak O leh :
Keterangan co v er:
Percetakan PT. TRIAS MUNARTA Design Cover dan Isi - Rafdesain
Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA dengan latar belakang guru anggota PGRI.
Redaksi menerima artikel/berita pendidikan dengan ketentuan : naskah diketik asli jarak IVz spasi, biodata, maksimal enam halaman kuarto, Redaksi berhak mengubah/memperbaiki tanpa mengurangi arti. Karangan/tulisan yang tidak dimuat dapat diambil kembali atau dikembalikan jika disertai perangko pengembalian.
Gema Widyakarya No. 11/Th. XIV/2009
1
Dilema Wajib Pendidikan Dasaryang Semu ersoalan jam inan hukum dan aksep tabilitas pada ''pem enuhan hak pend i dikan warga negara" oleh negara berarti m engangkat kembali pem bicaraan m engenai sistem pen didikan nasional m enurut UU Nom or 20 Tahun 2003 beriku t relevansinya bagi pendidikan wajib dasar warga dibahas kembali untuk memperbanyak evaluasi sekaligus proyeksinya bagi kem ajuan pen didikan (education p rog ress) di Indonesia saat ini. Artinya, sejauhmana negara dalam hal ini pemerintah dan pemerintah daerah meme nuhi tuntutan aspirasi atau hak pendidikan bagi warganya dalam bentuk jam inan kebijakan atau perundang-undangan yang berlaku. Jaminan Hukum Pendidikan Nasional
Ketika Indonesia didirikan oleh para faunding fathers, pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, berlaku UUD 1945 yang m em berikan jam inan konstitusional bagi warga bangsa Indonesia, terutam a bidang pen didikan dituangkan dalam tujuan nasional yaitu Pembukaan (preambule) Alinea ke-4, yakni salah satu nya: mencerdaskan kehidupan bangsa. D alam batang tubuh bagian pendidikan termaktub pada Bab XIII Pasal 31 ayat (-1) dan (2) dinyatakan, (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; dan, (2) Peme rintah mengusahakan, dan menye lenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang. K aidah hukum dasar di atas 10
Oleh: Rahm atullah Dosen Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta dalam perjalanannya kurang terea lisasi meski pada akhirnya kemu dian, dilengkapi oleh peraturan organiknya yang baru terw ujud melalui UU Nomor 12 Tahun 1954 sebagai pengganti dari UU Nomor 4 Tahun 1950 Tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, serta dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1961 Tentang Perguruan Tinggi. Era Orde Baru masalah pendi dikan juga belum banyak menjadi prioritas pembangunan meskipun dikeluarkannya berbagai produk kebijakan atau politik pendidikan melalui "proyek lima tahunan atau P elita " GBHN dalam K etetapan M PR No. IV/M PR/1973 hingga Pelita berikutnya yang mengandung program utam anya m eliputi; (1)
Perluasan dan pemerataan kesem patan belajar; (2) Peningkatan mutu pendidikan; (3) Peningkatan rele vansi pendidikan; (4) Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan; dan, (5) Pembinaan generasi muda. Bahkan di era Soeharto ini diber lakukan pem baruan pendidikan m elalui UU Nom or 1989 tentang Sisdiknas, namun implementasinya belum mampu mendongkrak kualitas mutu pendidikan di Indonesia yang kian tertinggal. Sehingga mun culnya reformasi pendidikan ditan dai keluarnya UU Nomor 20 Tahun 2003, selain setelah sebelum nya Sidang Tahunan MPR mereformasi konstitusi (Batang Tubuh UUD 1945) pada 10 Agustus 2002, khususnya Pasal 31 yang terdiri lima ayat, dan salah satunya, ayat (2) adalah mengenai "wajib pendidikan dasar" sebagaimana berbunyi, setiap warga n e g a ra w ajib m e n g ik u ti p e n d i dikan dasar dan pem erintah wajib m em biayainya.
Berlakunya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas untuk men jabarkan amanat UUD 1945 ternyata dalam im plem entasinya m asih menyisakan persoalan. Akseptabi litas kebijakan pendidikan ini bagi warga negara Indonesia masih jauh dari harapan. Pendidikan di Indo nesia tidak banyak terjangkau oleh warga negara juga ternyata tidak juga dijangkau oleh kemauan politik bagi penyelenggara negara dalam bentuk pembiayaan dan memajukan pendidikan yang sesungguhnya. Seperti aksep tabilitas kebijakan pendidikan wajib belajar yang masih kontroversial saat ini.
Gema Widyakarya No. 11/Th. XIV/2009
Pendidikan dan Psikologi Akseptabilitas Wajib Pendidikan Dasar
Amanat Konstitusi pasal 31 yang diamandemen adalah mempertegas hak w arga untuk m em peroleh pendidikan dan sekaligus kewajiban pem erintah untuk mem enuhinya. Namun makna imperatif pendidikan tersebut belum banyak termanifestasi secara jelas. Meskipun melalui UU Nomor 20 Tahun 2003 pem e rintah berusaha' m erealisasikan dalam bentuk "w ajib pendidikan dasar untuk peserta didik berusia tujuh sam pai 15 tahu n " dengan nama "w ajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun" masih me ngandung gugatan sosial dan bahkan ranah hukum. Atas nama kondisi ekonomi negara yang belum memungkinkan, untuk menyeleng garakan wajib pendidikan dasar, pemerintah bersama DPR m enyu sunnya hanya untuk SD atau MI hingga SMP atau MTs. Padahal harapan publik menghendaki lebih dari itu, yakni sampai pendidikan menengah seperti SMA/SMK atau MA. M engingat hasil pendidikan SMP/MTs belum bisa jadikan per timbangkan untuk memasuki medan pengabdian masyarakat atau dunia kerja. Dunia kerja saat ini hanya menerima lulusan SMA/SMK/MA yang berarti pendidikan di tingkat ini menjadi "dasar" dalam pertim bangan m asyarakat atau tuntutan pasar. Lebih dilematis lagi di dunia pem erintahan sendiri atau kelem bagaan publik lain tak dapat mene rima lulusan SMP/MTs. Meski UUD 1945 tidak menye butkan batasan wajib pendidikan dasar, nam un m enjadikan w ajib belajar (selanjutnya disingkat wajar) hanya sembilan tahun oleh pem e rintah bukanlah sesuai dengan tuntutan perubahan atau "b u ah " reformasi. Mengingat usaha Wajar Sem bilan Tahun sudah dilakukan era akhir Orba, yakni 2 M ei 1994 melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun 1994 yang diikuti oleh sejumlah peningkatan jumlah sekolah dan guru SD diseluruh Indonesia setelah sukses Program Wajib Belajar 6 Tahun sejak Pelita III pada 2 M ei 1984 dan berh asil mengangkat angka partisipasi SD 89,91 persen diakhir Pelita IV. Sebenarnya penggunaan kata "wajib belajar" dalam Sisdiknas di Indonesia ternyata belumlah dimak nai sebagai keharusan norma hu
Gema Widyakarya No.ll/Th. XIV/2009
kum yang semestinya. Artinya wajib mengandung konsekwensi hukum berupa sanksi yang tegas jika lalai diperbuat atau dianggap sebagai ketundukkan untuk memikul tanggungjawab terhadap hak yang di lindungi atau dipenuhi sebagai suatu ketentuan hukum. Apalagi penggunaan wajib belajar bukanlah hal yang sama sekali baru diera Soe harto hingga harus dipopulerkan kembali di era reformasi. Istilah wajib belajar telah lama digunakan sejak UU Nomor 12 Tahun 1954 sebagai mana pada pasal 10 dinyatakan bahwa anak yang berumur delapan tahun w ajib m em asuki Sekolah Dasar, dan anak yang berumur enam tahun hanya berhak memasuki Seko lah Dasar atau sedikitnya enam ta hun lam anya b elajar. M estinya wajib b elajar di Indonesia pasca transisi ini dipertegas pelaksana annya bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah selaku pihak yang berke pentingan terhadap p en yelen g garaan pendidikan dan bagi orang tua atau warga negara yang ingin menggunakan haknya untuk menge nyam pendidikan formal. Namun, tak ayal gugatan para insan pendidikan ke M ahkam ah K onstitusi yang diputus pada 3 Januari 2006 lalu tentang penafsiran pemerintah dan DPR tentang Wajib Belajar hanya 9 Tahun ini tidak dikabulkan karena UUD 1945 tidak m em beri batasan selain ju ga d i anggap m asih dalam kew ajaran sesuai kondisi ekonomi negara. Lagilagi pemerintah pun memanfaatkan keputusan hukum tersebut dengan mempopulerkan "pendidikan gratis" atau "sekolah gratis" yang ma sih ambivalen. Meskipun sebenar nya hanya biaya investasi dan biaya operasional dibiayai pem erintah, sedangkan orang tua tetap harus m engeluarkan dana untuk keper luan pribadi peserta didik seperti pakaian seragam, pakaian olah raga, dan sebagainya yang notabene merupakan atribut sekolah. Apalagi pemakaian kata "gratis" sebenarnya hanya m engelabui m akna yang bukan sebenarnya, yakni benarkah gratis atau cuma-cuma? Atau bu kankah pembiayaan pendidikan ter sebut bukanlah dana pem erintah tetapi sebenarnya dana rakyat dari pendapatan pajak yang harus dike lola dengan baik. Kalau begitu, tanpa harus berkam panye slogan yang terkesan m engelabui, m engapa
pem erintah tidak m enggunakan istilah "pen d id ikan m urah" atau "seko lah biaya terjan gkau " atau lainnya yang lebih elegan. Bukankah selain elegan, penggunaan istilah "murah" atau "terjangkau" tidak kurang sama kedudukannya dengan istilah "g ra tis" sebagai sebuah slogan iklan dan bukannya muncul dari istilah yang dikenal dalam perundang-undangan kita. Menunggu Keberhasilan?
Dibanding terjebak pada istilah pendidikan gratis yang masih semu pemakaiannya, bagaimanapun juga kita mesti kembali pada persoalan pemenuhan "wajib belajar sembilan tahun" yang direalisasikan saat ini untuk menterjemahkan "Wajib Pen didikan D asar" menurut Pasal 31 UUD 1945. Jika memang atas nama kondisi keuangan negara yang belum m em ungkinkan maka kita harus menunggu suksesnya penye lenggaraan Wajar Sembilan Tahun untuk menapaki ke jenjang pendi dikan wajib belajar berikutnya yakni W ajar 12 Tahun atau pendidikan menengah tingkat SMA/SMK/MA minimalnya. Sampai kapankah itu? Belum diketahui secara pasti sejauhm ana tingkat keberhasilan yang telah dicapai dari Program Wajib Belajar Sembilan Tahun ini. Namun yang pasti dapat kita baca sementara berdasarkan pertemuan dalam acara Rem bug N asional Pendidikan 2008 lalu yang bertema: "Pemantapan Target Renstra 20052009" diawal Februari 2008 bahwa menurut pengakuan Mendiknas RI kala itu, Bambang Sudibyo, terdapat sejum lah target D epdiknas yang belum bisa dicapai, terutama yang terkait dengan pem erataan akses pendidikan. Begitupun ju ga hal yang sama diungkap oleh Direktur Jen d eral M anajem en Pendidikan Dasar dan M enengah Depdiknas, Suyanto bahwa penuntasan wajib belajar yang belum tercapai terutama untuk tingkat SMP. Daerah yang Angka P artisip asi Kasar (APK) tingkat SMP masih kurang dari 80 persen, sebanyak 111 Kabupaten/ Kota dan tujuh Provinsi hingga akhir tahun 2007. Adapun yang termasuk kategori tuntas utam a, yakni 90 hingga 95 persen, sebanyak 56 K abupaten dan em pat Provinsi. Dan, konon akan dituntaskan hingga tahun berikutnya, yakni 2008-2009 sesuai Renstra. Bagaimanakah ha1
11
Pendidikan dan Psikologi silnya? Jelasnya wacana Pendidikan Wajar Sembilan tahun yang dikemas dengan isu "sekolah gratis" terus kuat bermunculan di sepanjang Tahun 2009 ini, bahkan hingga menjelang penyusunan kabinet baru atau Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Kini kita mem iliki Mendiknas baru, Prof. Dr. Mohammad Nuh yang dipercayai dari kalangan profesio nal. Adakah kebijakan baru pen
12
didikan yang cukup reformatif dan visioner untuk perbaikan kualitas mutu manusia Indonesia? Bukankah selalu terdengar adagium bahwa ganti m enteri sering terjadi kebi jakan? Kita pun masih menunggu. Asalkan kebijakan itu positif untuk m em perbaiki dan tidak sem ata" bongkar-pasang" kurikulum yang kerap m erugikan sisw a m aupun guru atau pembiayaan pendidikan
yang kerap tersendat dan lamban, ataupun slogan-slogan pendidikan yang tidak efektif. Yang pasti kita selaku warga m asyarakat harus terus mengawasi agar penyeleng garaan pendidikan lebih bertanggungjaw ab dan transparan seba gaim ana perintah UU Nom or 20 Tahun 2003 yang jauh dari kesempurnaan ini.m/Dt/P.01/
Gema Widyakarya No. li/Th. X1V/2009