Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
PERTEMUAN 13
MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari
POKOK BAHASAN Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
DESKRIPSI Dalam modul ini akan dibahas tentang pengertian kompetensi komunikasi antarbudaya, factor-faktor yang mendorong kita mempelajari kompetensi antarbudaya, unsure-unsur kompetensi, tahu diri dan sadar diri dalam berkomunikasi.
TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah membaca modul ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian kompetensi dan kompetensi antarbudaya dengan tepat. 2. Menjelaskan dan memahami factor-faktor yang mendorong kita mempalajari kompetensi antarbudaya. 3. Mengetahui dan menjelaskan unsure-unsur kompetensi, serta 4. memahami dan mendiskusikan konsep - tahu diri dan sadar diri dalam berkomunikasi.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Kepustakaan : 1. Martin, Judith.N & Thomas K.Nakayama. 2007. Intercultural Communication in Contexts. Fourth edition. New York : McGraw-Hill. 2. Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKis.
Kompetensi
Kata competence adalah state of being, atau dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan kapabilitas atau kemampuan seseorang (Webster’1997) sehingga ia dapat berfungsi dalam cara-cara yang mendesak dan penting. John Wieman dan James Bradaac (1989), yang dikutip Gudykunst (1991 : 101) dalam Alo Liliweri, mengemukakan bahwa setipa hari kita menampilkan kompetensi dalam bentuk pernyataan yang sederhana misalnya ‘cukup memadai’ (adequate, sufficient, dan suitable). Yang dimaksudkan dengan, misalnya, kompetensi komunikator adalah sebuah komptensi yang dimiliki oleh seorang komunikator, atau kemampuan tertentu, kemampuan yang cukup dari seorang komunikator untuk menghindari perangkap atau hambatan
komunikasi,
misalnya,
mampu
meminimalisasi
kesalahpahaman,
kekurangmengertian, dan memahami perbedaan sikap dan persepsi orang lain. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kompetensi antarbudaya adalah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang (baik secara pribadi, berkelompok, organisasi, atau dalam etnik dan ras) untuk meningkatkan kapasitas, ketrampilan, pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari orang-orang lain yang berbeda kebudayaannya. Kompetensi antarbudaya merupakan suatu perilaku yang kongruen, sikap, struktur, juga kebijakan yang dating bersamaan atau menghasilkan kerja sama dalam situasi antarbudaya. Setiap kompetensi antarbudaya dari seorang individu tergantung pada institusi social, organisasi, kelompok kerja, dan tempat individu berada (secara fisik maupun social). Semua factor itu membentuk sebuah system yang memengaruhi kompetensi antarbudaya yang efektif. Jadi secara makro dapat dikatakan bahwa kompetensi antarbudaya merupakan tanggung jawab atas total system sebuah kebudayaan. Ada beberapa factor yang mendorong kita mempelajari kompetensi antarbudaya, yaitu : PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya 1. Adanya perbedaan nilai antarbudaya, 2. tata aturan budaya cenderung mengatur dirinya sendiri, 3. Kesadaran untuk mengelola dinamika perbedaan, 4. Pengetahuan kebudayaan yang sudah institusionalisasi, dan 5. Mengadaptasikan kekutan semangat layanan dalam keragaman budaya demi melayani orang lain.
Dengan kata lain, kompetensi antarbudaya itu tergantung pada konteks (Gudykunst, 1991) dalam Alo Liliweri. Konteks tersebut adalah : 1. Konteks verbal, misalnya berkaitan dengan pembentukan kata-kata, kalimat, dalam sebuah pernyataan dan topic; 2. Konteks relasi, yang menggambarkan penyusunan, tipe, dan gaya pesan dalam berkomunikasi dengan orang lain; 3. Konteks lingkungan fisik maupun social suatu masyarakat yang menggambarkan bentuk penerimaan dan penolakan tanda, symbol, ataupun pesan dalam komunikasi.
Unsur – Unsur Kompetensi
Kompetensi adalah kesan (Spitzberg & Cupach, 1984 : 115). Ia mengatakan bahwa pandangan menyeliruh tentang kompetensi komunikasi tidak boleh tidak harus disamakan dengan kesan dari seseorang yang menjadi lawan bicara kita. Misalnya, kadang-kadang saya melihat diri saya sebagai seseorang yang kompeten dan mengharapkan supaya orang lain akan mengatakan hal yang sama. Namun, di lain pihak harus diakui bahwa orang lain ‘di luar’ saya akan mengatakan hal yang mungkin sekali sangat berbeda entang saya, atau tentang kompetensi saya. Apabila kita akan memahami kompetensi komunikasi maka pemahaman ini harus dilakukan dalam dua spek, yaitu bagaimana saya melihat diri saya dan bagaimana orang lain memersepsi saya. Itulah yang membuat orang selalu menyebutkan bahwa kompetensi merupakan sebuah kesan, kalau tidak mau di katakana kompetensi berkaitan dengan citra. Terdapat beberapa implikasi dari pernyataan Spitzberg tersebut, antara lain : 1. Kompetensi tidak selalu harus actual sesuai dengan tampilan seseorang, kompetensi adalah sebuah ‘evaluasi” atas tampilan yang dilihat oleh orang lain.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya 2. Fakta bahwa “seseorang” telah mengevaluasi sesuatu yang mungkin saja evaluasi itu melenceng, bias, atau menarik sebuah kesimpulan yang salah; atau membuat perbedaan penilaian dengan menggunakan criteria yang sama, namun menghasilkan kompetensi yang berbeda.
3. Evaluasi itu harus dibentuk dengan merujuk pada sejumlah criteria, baik implisit maupun eksplisit. Evaluasi itu sendiri menjadi tidak dapat dipahami atau tidak valid karena tidak didukung oleh pengetahuan tentang criteria itu di susun. Sehingga tampilan yang sama, bisa jadi dikatakan berkompeten oleh suatu standar tertentu, namun tidak kompeten menurut criteria yang lain.
Meskipun begitu, umumnya pembicaraan tentang kempetensi jelas menghendaki adanya suatu ketrampilan atau kecakapan yang dimiliki, di saat berkomunikasi dengan orang lain, dan ketepatan itu ditentukan pula oleh lawan bicara kita. Orang Jepang mengawali perkenalannya, dan bertanya “Berapa usia Anda?” maka ungkapan itu sama dengan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang di Amerika Utara. Orang Jepang yang lain mengamati percakapan demikian sebagai evaluasi yang tepat terhadap lawan bicara, atau mungkin sekedar basa-basi semata. Mungkin sekali, orang Amerika Utara akan melihat pertanyaan itu sebagai suatu yang kurang tepat di awal perkenalan antarpribadi. Dengan demikian maka banyak orang menggunakan standar yang berbeda atau bervariasi berdasarkan budaya masing-masing. Brian Spitzberg & William Cupach (1984) menampilkan tiga komponen kompetensi komunikasi, yaitu : 1. Motivasi Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jonathan H.Turner (1987) menegaskan bahwa hanya basic needs tertentu yang mendorong motivasi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Di sini, kebutuhan diartikan sebagai pernyataan yang fundamental dari seorang manusia bagi manusia dan kemanusiaan. Turner menegaskan beberapa kebutuhan dasar yang mendorong motivasi, antara lain : a. Kebutuhan manusia akan perasan aman (saya terdorong berkomunikasi karena saya tahu seseorang membutuhkan perlindungan);
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kompetensi Komunikasi Antarbudaya b. Kebutuhan akan rasa percaya terhhadap orang lain (saya terdorong untuk menugaskan anda karena percaya anda mampu menjadi pemimpin); c. Kebutuhan akan keterlibatan kita dalam kelompok (saya terdorong untuk menjadi anggota suatu kelompok tertentu karena saya percaya kelompok itu dapat melibatkan saya); d. Kebutuhan kita untuk menjauhi kecemasan (saya terdorong untuk berkonsultasi dengan anda karena saya tahu saya cemas menghadapi ancaman terror); e. Kebutuhan kita untuk membagi pengalaman tentang dunia (karena saya terdorong untuk mengetahui informasi itu dari anda yang mempunyai internet); f.
Kebutuhan kita terhadap factor pemuas seperti material dan simbolis (saya tersorong untuk berkomunikasi dengan anda karena saya tahu dapat membantu meminjami uang);
g. Kebutuhan akan bertahannya konsep diri (saya terdorong bergaul dengan anda karena anda tahu betul saya mempertahankan diri saya). Pada umumnya tingkat kebutuhan manusia itu bervariasi dan setiap orang memiliki kombinasi kebutuhan dan hal itu menentukan kekuatan motivasi orang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Pengetahuan Pengetahuan menentukan tingkat kesadaran atau pemahaman seseorang tentang kebutuhan apa yang harus dilakukan dalam rangka komunikasi secara tepat dan efektif. Komponen pengetahuan turut menentukan kompetensi karena hal ini berkaitan dengan tingkat kesadaran terhadap apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ketika pertama kali kita berkenalan dengan seseorang maka yang kita perlukan adalah pengetahuan tentang orang tersebut, seperti sipakah orang itu? Dari mana dia berasal? Dan lain sebagainya. Dalam situasi seperti ini yang anda butuhkan adalah mengurangi tingkat ketidakpastian, kecemasan dan mencari informasi utnuk mengisi pengetahuan anda tentang orang asing tersebut. Charles Berger (1979) mengutarakan tiga tipe umum strategi yang digunakan dalam mengurang ketidakpastian itu :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA