MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian
tentang
strategi
keamanan
juga
melandaskan
diri
pada
perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin dan pasca perang dingin. Teori keamanan yang berkembang pada masa perang lebih lebih bertumpu pada kondisi persaingan Timur-Barat yang kemudian mengembangkan konsep pertahanan kolektif atau aliansi. Sedangkan pada masa pasca perang dingin,teori-teori keamanan yang berkembang lebih melandaskan diri pada kerjasama keamanan secara multilateral dengan tidak saja berdasarkan isu-isu dan kapabilitas militer melainkan juga mencakup isu-isu non-konvensional. Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan mampu menjelaskan tentang perkembangan teori-teori keamanan pada masa perang dingin dan pasca perang dingin. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan mampu menjelaskan tentang pengertian aliansi, pilihan strategi dan kendala-kendalanya serta perkembangan teori-teori keamanan pada masa pasca perang dingin yang mencakup Common Security, Security Regime, Secuirty Community, Cooperative Security dan Comprehensive Security. KEGIATAN BELAJAR 1. Keamanan yang Kompetitif dan Aliansi sebagai Teori yang dominan dalam masa Perang Dingin Di samping strategi yang berkaitan dengan kapabilitas persenjataan nuklir, studi strategi pada masa perang dingin secara umum juga mengembangkan
teori keamanan yang bertumpu pada Competitive Security. Adapun secara ringkas pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Input 1. Unit dominan adalah negara 2. Struktur sistem internasional digambarkan sebagai anarki yang diwarnai dengan situasi dilema keamanan 3. Mengutamakan kedaulatan nasional 4. Security against the adversary Policy Outcome 1. Absolute Security (Orientasi keluar) 2. Security Policy sama dengan Defense Policy Pilihan Strategi 1. Deterrence 2. Aliansi (ketat) 3. Collective Security (secara longgar) 4. Strategi adalah sebagai konsekuensi dari dilema keamanan Bentuk kerjasama yang dominan sebagai bagian dari keamanan yang kompetitif adalah Aliansi. Pengertian Aliansi adalah sebagai berikut: 1. Kesepakatan
formal
karena
aliansi
dibentuk
dengan
cara
penandatanganan perjanjian sebagai kesepakatan seluruh anggota. Isi perjanjian berkaitan dengan pendirian dan pelaksanaan aliansi tersebut yang harus ditaati oleh seluruh anggota aliansi yang menandatangani perjanjian pendirian aliansi tersebut. 2. Dibentuk berdasarkan adanya ancaman (secara militer) bersama dan aliansi dilaksanakan dengan menghimpun kekuatan militer negara anggota sebagai kekuatan aliansi. 3. Pembentukkan aliansi adalah produk dari dilema keamanan. 4 Karakteristik utama aliansi adalah aksi militer bersama bila salah satu anggota mengalami penyerangan militer dari pihak yang dianggap sebagai musuh bersama.
5. Aliansi biasanya berpola Patron-Client karena dibentuk lebih pada strategi
dan
kepentingan
politik
negara
patron.
Sementara
keikutsertaan negara-negara Client karena lebih pada kebutuhan negara client. 6. Pilihan strategi adalah Balancing berdasrkan a. Pilihan keanggotaan dengan kriteria bahwa negara tersebut dapat mencegah peningkatan ancaman secara mendadak dalam masalah keamanan. b. Membatasi atau mengurangi hubungan dengan negara yang mengancam masalah keamanan. 7. Pada masa perang dingin negara memilih strategi aliansi karena : a. Upaya untuk merancang mekanisme dalam rangka menyatukan kapabilitas militer. b. Mengurangi beban anggaran pertahanan karena adanya dukungan dari mitra aliansi c. Mengurangi ancaman dan menetralisir negara yang potensial dalam melakukan ancaman intervensi. d. Keikutsertaan
dalam
aliansi
dapat
membantu
memperoleh
keuntungan dalam menghadapi musuh yang tidak dapat diraih dengan aksi unilateral. 8. Pilihan kepada strategi aliansi juga mengandung kendala atau resiko karena a. Sifat perjanjiannya yang terlalu mengikat b Persetujuan aliansi terhadap suatu tindakan terkadang tidak terlalu berkaitan dengan kepentingan negara anggota tertentu. c Negara yang berperan secara dominan dalam aliansi dapat mengarahkan
kepentingan
aliansi
berdasarkan
kepentingan
keamanannya. d. Keikutsertaan dalam aliansi dapat mendorong anggota terlibat dalam konflik yang tidak berpengaruh pada kepentingan vital. e. Aliansi dapat menimbulkan ancaman baru bagi negara-negara nonaliansi sehingga dapat meningkatkan ketegangan dalam dunia internasional.
2. Perkembangan Teori Keamanan pada masa pasca Perang Dingin Pada dasawarsa 90-an dunia ionternasional memasaki periode yang dalam pendekatan Politik Internasioanal disebut sebagai pasca perang dingin. Perubahan konstelasi politik internasional dari masa perang dingin kepada masa pasca perang dingin ditandai dengan beberapa peristiwa : a. Berakhirnya struktur Bipolar yang dominan pada masa perang dingin dengan bubarnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adikuasa penyangga struktur tersebut pada 1991. b. Runtuhnya tembok Berlin pada 1989 yang merupakan simbol pemisahan Eropa Barat dan Timur. c. Runtuhnya pemerintahan Sosialis/Komunis di negara-negara satelit Uni Soviet di Eropa. d. Bersatunya Jerman yang mana terbaginya Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur secara historis merupakan simbol dari dimulainya masa Perang Dingin Memasuki era pasca perang dingin, konstelasi politik internasional diwarnai dengan
kondisi “ketidakpastian” dengan menurunnya
bahkan
hilangnya hegemoni dua negara adikuasa (Amerika Serikat dan Uni Sovit) yang selama kurun waktu empat puluh lima tahun (1945-1950) menguasai dan mengendalikan percaturan politik internasional. Dalam kaitannya dengan studi strategi kondisi ketidakpastian tersebut kemudian diterjemahkan sebagai kevakuman
“hegemonic
power”
dalam
mengatur
masalah
keamanan
internasional. Kondisi pasca perang dingin juga berdampak pada munculnya teori-teori keamanan baru yang lebih bernuansa perluasan makna keamanan kepada isuisu non-konvensional dan pentingnya forum-forum dialog yang membahas masalah keamanan baikdi tingkat regional maupun internasional sejalan dengan perluasan makna keamanan tersebut. Apabila pada masa perang dingin, perkembangan
pemikiran
tentang
keamanan
bertumpu
pada
masalah
“kompetise keamanan” berdasarkan kepemilikan kapabilitas militer dan pemikiran realis tentang dunia internasional yang anarki (dampak dari struktur Bipolar yang diwarnai dengan fenomena persaingan adikuasa khususnya dalam masalah militer), maka pada masa pasca perang dingin berkembang teori-teori
keamanan yang bertumpu pada Common Security, Cooperative Security dan ComprehensiveSecurity. Secara umum karakteristik pasca perang dingin yang digambarkan oleh ketiga pemikiran tersebut adalah : a. Unit Dominan masih tetap Negara b. Namun aktor yang berperan lebih banyak karena meluasnya isu keamanan sehingga peran aktor non-negara (NGO dan organisasi internasional) juga diperhitungkan c. Penurunan anarkisme internasional dengan hilangnya struktur Bipolar dan menurunnya hegemoni negara adikuasa. d. Meningkatnya interdepensi tentang masalah keamanan. Secara ringkas ketiga teori keamanan yang berkembang pada masa pasca perang dingin adalah sebagai berikut : 2.1. Common Security Konsep ini sebenarnya telah dikembangkan sejak diselenggarakannya konferensi tentang keamanan dan kerjasama Eropa di Helsinki 1975 sebagai respon atas situasi keamanan yang kompetitif pada masa perang dingin terutama meluasnya ancaman penggunaan senjata nuklir. Secara formal rumusan tentang konsep keamanan bersama (common security) diungkapkan oleh Palme Commision dalam laporannya dengan judul Common Security: A blueprint for Survival. Dalam laporannya tersebut dicetuskan enam prinsip dasar dalam pelaksanaan common security yaitu (1) seluruh negara bangsa memiliki hak yang legal dan sama untuk memperoleh jaminan keamanan (2) kapabilitas militer bukanlah instrumen yang sah untuk penyelesaian konflik (3) kemampuan untuk menahan diri terhadap aksi-aksi yang membahayakan keamanan negara lain sangat dibutuhkan dalam perumusan kebijakan keamanan nasional (4) keamanan tidak dapat diatasi hanya melalui superioritas militer (5) pengurangan dan pembatasan secara kualitatif kapabilitas militer sangat dibutuhkan dalam rangka pencapaian keamanan bersama dan (6) upaya mengkaitkan antara peristiwa politis dan negosiasi persenjataan perlu dibatasi untuk mencegah terjadinya konflik terbuka.
Secara khusus konsep keamanan bersama dapat digambarkan , pertama adanya interdependensi dalam penataan masalah keamanan dalam arti kondisi keamanan dapat dicapai melalui kerjasama keamanan dengan pihak musuh. Kedua, dimensi militer masih dominan sebagai isu keamanan namun penggunaan kapabilitas militer harus dibatasi dalam rangka mencapai kondisi keamanan. Sedangkan kebijakan keluar (output policy) yang diterapkan harus bersifat fleksibel baik dalam mengantisipasi ancaman secara eksternal maupun keamanan internal. Dengan demikian strategi keamanan yang dapat ditempuh adalah transarmament secara formal, non-provocative defense dan non-ofensive policy. Strategi tersebut bertujuan mengurangi dilemma keamanan dengan jalan mengembangkan persenjataan semata-mata untuk kepentingan pertahanan bukan untuk mengancam negara lain. Dalam realitanya kebijakan tersebut sulit diterapkan karena tingkat ancaman tidak mudah untuk diukur serta kesulitan menggambarkan realitas situasi persaingan dan penentuan kekuatan senjata konvensional karena tidak adanya standarisasi kualitas kemampuan secara jelas. 2.2. Cooperative Security Sementara konsep keamanan yang berikut adalah kerjasama keamanan (cooperative security). Seperti halnya dengan keamanan bersama, konsep ini juga melandaskan diri pada antisipasi ancaman (terutama eksternal) dengan jalan merangkul pihak lawan atau pihak yang dianggap mengancam. Namun konsep cooperative security tersebut lebih merujuk pada pendekatan yang umum dalam mengembangkan institusi yang bersifat multilateral. Terutama adanya interdepedensi dalam masalah keamanan terutama pada tingkat kawasan. Dampak dari interdepedensi tersebut adalah penciptaan kondisi keamanan yang justru harus dilakukan dengan mengajak pihak yang dianggap mengancam (lawan) untuk bekerjasama dalam penciptaan stabilitas keamanan bersama di kawasan. Kebijakan keluar yang diharapkan lebih berupa keinginan untuk menciptakan intensitas dialog keamanan diplomasi dua jalur (two track diplomacy), dalam arti juga melibatkan peran aktor non-negara. Pembahasan bisa bersifat militer maupun non-militer namun penekanannya adalah pada pembahasan satu isu dalam setiap pertemuan melalui institusi multilateral.
2.3. Comprehensive Security Sedangkan konsep keamanan yang ketiga adalah keamanan yang lebih komprehensif (comprehensive security). Konsep ini pada dasarnya lebih menitikberatkan pembahasan masalah keamanan secara lebih komprehensif dan multidimensional pada setiap forum dialog dengan isu multisentrik. Tingkat analisis pembahasan juga mencakup semua level tidak hanya terbatas pada level kawasan seperti pada konsep keamanan bersama maupun kerjasama keamanan. Dalam arti isu-isu yang bersifat non-militer akan dapat dibahas secara komprehensif dengan isu-isu militer apabila berhubungan langsung dengan masalah keamanan yang harus diatasi dengan strategi keamanan yang ditempuh juga lebih bersifat fleksibel. 2.3. Security Regime Prinsip-Prinsip dalam Security Regime adalah a. Terdapat kesepakatan bersama terhadap norma-norma, prinsip-prinsip dan aturan main yang harus dihormati bersama di antara negara-negara yang membentuk rejim keamanan di kawasan b. Pengembangan kapabilitas militer masih diperbolehkan namun tetap dalam kerangka penghormatan terhadap nilai-nilai pencegahan konflik terbuka yang telah disepakati bersama. c. Memfasilitas proses perdamaian negatif atau bersifat sementara. d. Pencegahan perang yang bersifat sementara 2.4 Security Community Prinsip-Prinsip utama yang dibangun dalam Security Community : a. Tidak boleh terjadi lagi perang atau perencanaan perang untuk jangka waktu yang lama b. Memfasilitasi perdamaian yang bersifat positif atau jangka panjang c. Negara-negara yang sepakat membentuk komunitas keamanan harus dapat menyelesaikan perselisihan di antara mereka dengan cara-cara damai d. Pembentukan identitas bersama
BAHAN DISKUSI 1. Apa yang dimaksud dengan Aliansi ? Jelaskan ! 2. Jelaskan kendala dan resiko dalam Aliansi ! 3. Mengapa Konsep Aliansi dominan dalam masa perang dingin ? 4. Jelaskan tentang konsep Common Security ! 5. Bandingkanlah konsep Cooperative dan Comprehensive Security ! 6. Bandingkanlah konsep Security Regime dan Security Community ! DAFTAR PUSTAKA 1. David Dewitt, Common, Comprehensive and Cooperative Security, The Pacific Review Vol 7 No.1 Tahun 1994 2. Richard Shultz, Roy Godson and Ted Greenwood, Strategic studies in 1990’s (Washington : Maxwell Macmillan Company, 1993) 3.
Amitav Acharya, Constructing a Security Community in Southeast Asia (London and New York : Routledge, 2001)
4.
Craig A. Snyder (Ed), Contemporary Security and Strategy (London : Deakin University, 1999).