Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
MODIFIKASI PERATURAN OLAHRAGA BELADIRI GEUDEU-GEUDEU Sabaruddin*)
Abstrak:Masyarakat senang terhadap geudeu-geudeu dan merupakan tontonan menarik, namun mereka kuatir untuk melakukan karena ada gerakan yang membahayakan, dan belum jelasnya peraturan. Dalam hal ini perlu adanya modifikasi perubahan agar masyarakattermotivasi dan senang serta mau melakukan geudeu-geudeu.Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian yaituberupa kuesioner dan wawancara yang berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Subjek penelitian adalah pelatih geudeu-geudeu dan guru penjaskes di Kabupaten Pidie berjumlah 16 orang. Analisis data dengan mencari besarnya frekwesi relatif atau dalam bentuk persentase. Ada sebelas indikator dan sembilan puluh dua item pernyataan dari variabel modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu diantaranya: lapangan, waktudan ronde, kategori berat badan, peserta dan umur, perlengkapan, bentuk permainan, ketentuan umum, larangan, penilaian, pelanggara dan hukuman, juri,wasit dan hakim. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada empat alternatif jawaban yang dipilih oleh responden. Pelatih lebih dari setengah atau (62,23%) menyatakan sangat setuju, kurang dari setengah (34,24%) memilih setuju, dan sangat sedikit atau (3,26%) menyatakan tidak setuju, dan (0,27%) sangat tidak setuju dengan modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Guru penjaskes, lebih dari setengah atau (58,02%) menyatakan sangat setuju, kurang dari setengah (36,55%) setuju, sangat sedikit (4,76%) tidak setuju dan (0,67%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Pelatih geudeu-geudeu dan guru penjaskes menyatakan lebih dari setengah atau (60,12%) sangat setuju, kurang dari setengah atau (35,39%) setuju dengan pengembangan peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu, dan sangat sedikit atau (4,01%) tidak setuju dan (0,48%) menyatakan sangat tidak setuju modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Kata Kunci: Modifikasi Peraturan, Olahraga Beladiri, Geudeu-geudeu Pendahuluan Kegiatan olahraga merupakan wahana yang efektif dan strategis dalam menciptakan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.Tingginya keinginan masyarakat dalam berolahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan ketenangan dan persaudaraan dengan penuh keakraban, untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sehat. Tumbuhnya olahraga tradisional bermula dari kebiasaan seharihari dengan berbagai kegiatan dengan bentuk gerakangerakan kearah sebuah permainan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seni olahraga dan nilai-nilai sosial yang terdapat di seluruh Indonesia. Olahraga tradisional adalah salah satu kegiatan masyarakat yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, sebagai permainan yang dapat menimbulkan atau membawa kepuasan, kebahagiaan dan kesehatan serta kesenangan. Olahraga tradisional juga akan menambah berbagai pengetahuan yang sifatnya positif pada siapa saja yang melakukannya. Laksono (2010:4) menjelaskan: “Pada dasarnya olahraga tradisional memiliki unsure ketrampilan fisik, kecepatan berfikir
seperti yang di sebutkan di atas serta implementasinya terhadap nilai sosial budaya.” Dalam pelaksanaan olahraga tradisional sangat erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menambah pengetahuan, wawasan dalam berfikir, serta menyadari pentingnya berolahraga dalam kehidupan.Olahraga tradisional perlu adanya pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, juga memberikan gambaran bahwa olahraga tradisional yang terdapat didaerah-daerah mempunyai peluang untuk pembentukan kepribadian bangsa yang baik dan perlu dimodifikasikan sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu olahraga permainan rakyat yang harus dikembangkan yaitu olahraga tradisional yang terdapat di daerah Provinsi Aceh yaitu olahraga beladiri geudeu-geudeu, hal ini dapat dilihat dari antusiasnya masyarakat yang ingin ikut serta bertanding dan menyaksikan pertandingan geudeu-geudeu yang ada di daerah Kabupaten Pidie. Permainan olahraga tradisional geudeu-geudeu merupakan olahraga beladiri yang sama dengan ilmu
Sabaruddin
35 35
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
beladiri lainnya seperti ; judo, tinju, gulat, dan sebagainya. Hanya saja bentuk dan sistem dalam pertandingan yang berbeda. Sebagaimana lazimnya yang dilaksanakan pertandingan olahraga beladiri antara satu orang berhadapan dengan satu orang. Sedangkan permainan olahraga beladiri geudeugeudeu, dimainkan antara satu orang harus berhadapan dengan dua orang lawan. Dalam sebuah pertandingan yang satu orang (awak tueng) ada perbedaan bentuk penyerangan dengan yang dua orang (awak pok). Bentuk permainannya, Awak pok berusaha untuk menjatuhkan,membanting lawan atau menangkap dan mengangkat hingga kedua telapak kaki tidak tersentuh dengan tanah dan tidak boleh memukul, sedangkan awak tueng berusaha menghindari supaya tidak terjatuh atau dibanting dan dibolehkan membanting, memukul dengan tangan lurus. Kebiasaannya pertandingan olahraga beladiri geudeu-geudeu dilaksanaan pada saat sesudah musim panen padi (musem luah blang), bertepatan pada bulan purnama tiba, ini sudah menjadi tradisi kegiatan tersebut, juga pada hari-hari ulang tahun dan hajatan. Tinjauan dari historisnya salah satu permainan rakyat yang sangat termasyhur tempo dulu adalah olahraga tradisional geudeu-geudeu yaitu pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan yang ada di Aceh. Para tentara kerajaan beserta masyarakat, mereka dibekali dengan fisik dan mental yang kuat serta ilmu beladiri yang tangguh salah satunya adalah dengan mengajarkan permainan geudeu-geudeu. Masyarakat juga selalu melakukan latihan pada waktu senggang di tempat masing-masing, pada saat musim panen usai dan bulan purnama tiba diadakan pertandingan geudeu-geudeu untuk melepaskan kelelahan selama bekerja (pleuh broen). Geudeu-geudeu merupakan permainan dan unik. Jika mampu dijagakan dengan baik, maka permainan itu akan kembali mendapat tempat dihati masyarakat, seperti dahulu kala (Warta Budaya, 2012:24). Modifikasi olahraga tradisional geudeu-geudeu diperlukan suatu inovasi yang sesuai dengan karakteristik keolahragaan dalam permainan geudeugeudeu itu sendiri, dengan harapan dapat membangkitkan semangat, yang selama kurang diminati oleh masyarakat, yang dianggap banyak mengandung unsur-unsur yang membahayakan. Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Kabupaten Pidie, dapat digambarkan bahwa masyarakat senang terhadap olahraga geudeu-geudeu, namun mereka kuatir untuk melakukan karena dalam pertandingan mengandung gerakan atau unsur-unsur yang membahayakan, dan belum jelasnya aturan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pertandingan. Antusiasnya masyarakat menyaksikan dan merupakan tontonan yang luar biasa menarik terhadap permainan olahraga geudeu-geudeu, dalam hal ini
36 36
Sabaruddin
perlu adanya revisi peraturan yang dianggap didalamnya ada teknik-teknik atau gerakan yang mengakhibatkan cedera atau membahayakan, dan perlu adanya perubahan aturan agar masyarakat lebih termotivasi dan senang serta mau melakukan permainangeudeu-geudeu.Kenyataan di lapangan olahragageudeu-geudeu tersebut untuk penyempurnaan mengenai peraturannya belum tersosialisasikan dalam sebuah pertandingan. Dalam hal ini penulis mencoba mensosialisasikan peraturan yang dimodifikasikan terhadap olahraga beladiri geudeu-geudeu.Tujuan penelitian ini untuk memodifikasi peraturan olahraga beladiri geudeugeudeu. Prosedur Penelitian Arikunto (1997:44) menjelaskan bahwa “rancangan penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancang-ancang kegiatan, yang akan dilaksanakan”. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Tahap 1
Tahap 2
Observasi/ SUBJEK Studi pendahulu
Draf Modifikasi Peraturan
Peneliti
Peneliti dan Pembimbing
Ahli Tahap 3
Validasi InstrumenP eraturan
Tahap 4
Pembagian Angket
Olahraga, Kadisporabud dan Pelatih
Pelatih dan Guru Penjaskes
Gambar 1. Rancangan penelitian Subjek penelitian merupakan sumber data yang memberikan kejelasan mengenai persoalan yang dikaji.Berdasarka studi pendahuluan yang penulis lakukan padabeberapa daerah atau kecamatan dan hasil observasipenulis yang ada kaitannya dengan sumber data, Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
(2010:122) yang mengatakan bahwa: “cluster Sampling sering dilakukan dua tahap, tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga”. Lebih lanjutNasution (1992:32) mengemukakan: “subjek ditentukan secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu.” Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan tingkat penguasaannya terhadap informasi yang akan diungkapkan informan yang mempunyai informasi lengkap, diutamakan menjadi subjek. Kriteria pemilihannya didasarkan kepada pengetahuannya yang memadai dan memahami tentang olahraga beladiri geudeu-geudeu. yaitu pelatih geudeu-geudeu dan guru pendidikan jasmani dan kesehatan Kabupaten Pidie, berjumlah 16 orang. Alat ukur dalam suatu penelitian menjadi sarat mutlak yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian lazimnya disebut instrumen penelitian. Instrument penelitian, menurut widodo, (2004:55) “Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.” Selanjutnya Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 1998:91). Penelitian ini menggunakan instrument berupa observasi, angket dan wawancara yang berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian untuk memperoleh informasi atau data dengan sistematis, wawancara dilakukan dengan informan yang telah ditetapkan oleh peneliti dan angket adalah daftar pernyataan-pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang harus direspon oleh responden yaitu tentang peraturan modifikasi olahraga beladiri geudeu-geudeu. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, persentase, Suryabrata (1989:19) menjelaskan bahwa: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk membuat pencaindraan (deskriptif) mengenai situasi atau kejadian-kejadian untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi”. Analisis data yang digunakan yaitu dengan mencari besarnya frekwesi relatif atau dalam bentuk persentase. Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase. Menurut Hadi (1990:20) “Persentase digunakan untuk menganalisis dan penilaian subjek pengembangan dalam nilai
tingkat kelayakan, kualitas dan keterterimaan produk (kegunaan dan relevansi) terhadap produk pengembangan”. Analisis yang dilakukan yaitu untuk memberikan makna dan pemahaman scor yang ada digunakan teknik analisis deskriptif persentasi. Setelah tabulasi data dilakukan, maka data tersebut ditafsirkan untuk memberikan penjelasan dalam menyimpulkan alternative jawaban yang diberikan oleh responden mulai dari bilangan terkecil dengan kriteria sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedjana (2002:47), sebagai berikut: 76-100% disebut pada umumnya 51-75% disebut lebih dari setengah 26-50% disebut kurang dari setengah 01-25% disebut sangat sedikit Hasil dan Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu di Kabupaten Pidie tahun 2013, maka berikut ini dapat dilakukan pembahasan dengan berpedoman pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya bahwa: Indikator lapangan pertandingan lebih dari setengah pelatih dan guru penjaskes menyatakan sangat setuju modifikasi, perlu adanya modifikasi, tidak hanya dimainkan di sawah saat musim panen tiba, akan tetapi harus dapat dimainkan dilapangan terbuka dan didalam ruangan. Dan waktu pertandingan harus disesuaikan pada sore atau malam hari, lamanya permainan serta jumlah ronde dalam sebuah pertandingan. Modifikasi kategori berat badan, perlengkapan pemain, masalah pakaian, ikat pinggang, sarung tangan, pelindung kepala dan pelindung gigi. Hanya sangat sedikit pelatih dan guru penjaskes yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap modifikasi olahraga bgeudeu-geudeu, yang pada hakikatnya menghindari gerakan-gerakan yang membahayakan pemain dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Siedentop (1994:89) mengatakan bahwa: ”sebagai pendekatan pembelajaran, modifikasi olahraga dimaksudkan untuk mengganti model tradisional yang selama ini diterapkan. Pendekatan ini telah berhasil diterapkan dibeberapa negara seperti Amerika dan Australia.” Selanjutnya Mutohir (2002:173) menjelaskan: Pengajaran model ini sama dengan pengajaran yang efektif yang pada hakikatnya menolak pendekatan secara linier, rutin dan monoton. Modifikasi dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan, aturan permainan, dan sebagainya.” Bentuk permainan geudeu-geudeu harus di modifikasi agar tidak monoton dengan berbagai model yang dianggap membahayakan, mengenai tempat duduk atau sudut dan mempersiapkan pemain awak tueng dan awak pok oleh masing-masing tim atau sudut yang telah ditentukan, Sudut merah
Sabaruddin
37 37
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
mempersiapkan satu orang yang sesuai dengan kelasnya untuk maju ketengah lapangan dengan langkah, ayunan tangan sambil mengetrip-ngetrip jari dengan menantang, dan mendekati daerah sudut biru dan ketengah lapangan dalam lingkaran 3 meter disebut “Awak Tueng”. Kemudian sudut biru 2 orang dalam kelas yang sama, dan memasuki arena, pada saat sudah ada kode dari awak tueng yaitu dengan cara bertepuk tangan melangkah sambil berpegangan tangan mendekati daerah lawan atau sudut merah untuk menyerang dan berusaha menjatuhkan atau membanting lawan agar menyentuh lantai disebut “Awak Pok”.Apabila dalam sebuah penyerangan pegangan tangan terlepas, maka salah satu dari awak pok harus berhenti atau ditangkap oleh wasit, dan pemain yang satu lagi dibolehkan untuk menyerang selama waktu 2 menit masih tersisa. Awak tueng dibolehkan membanting, memukul pada target yang telah ditentukan. Target pukulan adalah bagian badan depan dan belakang mulai dari bawah leher atau pundak sampai bagian pusar. Awak peubla/wasit terdiri dari 2 orang,berada diluar garis lingkaran 3 meter, dan siap untuk memisahkan apabila terjadi hal hal yang dianggap sudah diluar aturan atau ketentuan yang telah ditetapkan. Seorang wasit geudeu-geudeu harus bisa melihat dan menganalisa setiap pemain yang bertanding, apakah petarung itu memukul dengan sikap profesionalisme atau emosional. Karena antara profesional dengan emosional petarung itulah wasit berperan menentukan kapan sebuah pertarungan harus dihentikan. (Goegle, 22/11/2012. http://www.acehforum.or.id). Modifikasi ketentuan umum untuk Awak tueng dan awak pok selesai pertandingan setiap ronde harus membuka kain ikat pinggang mengayun ayunkan keatas. Pemain diwajibkan timbang badan 2 (dua) jam sebelum pertandingan dimulai. Timbang badan dilakukan hanya satu kali selama pertandingan berlangsung. indikator ini banyak para pelatih dan guru penjaskes, lebih dari setengah sangat setuju. Sebelum pertandingan dimulai diberikan arahan, pemeriksaan perlengkapan, undian dan penghormatan kepada penonton. Setiap tim harus sesuai dengan kategori berat badan. Awak tueng dan awak pok untuk satu kelas terdiri dari 3 orang 1 cadangan. Selesai pertandingan diwajibkan bersalaman pada setiap partai dalam sebuah pertandingan setiap kelas mendapat 6 kali bertanding (3 kali tueng dan 3 kali pok), asing-masing pemain mendapat giliran menjadi awak tueng satu kali dan pok 2 kali. Keputusan pemenang ditentukan oleh hakim dan dewan Juri adalah mutlak tidak bisa diganggu gugat. Indikator modifikasi peraturan laranganlarangan untuk mencegah cedera dan menjaga keselamatan pemain agar bertanding dengan fair play,indikator penilaian harus disesuaikan dengan bentuk penyerangan awak pok saat menjatuhkan lawan dan awak tueng juga harus tahu bagaimana
38 38
Sabaruddin
bentuk elakan, pukulan, dan teknik menjatuhkan penantang. Indikator pelanggaran yang dianggap ringan dan berat yang harus diberi hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Modifikasi yang berhubungan dengan Juri, wasit dan hakim merupakan hal yang sakral dalam berpedoman pada sebuah pertandingan, karena mereka adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya sebuah pertandingan atau kejuaraan, hal ini harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya serta menyelesaikan masalah apabila terjadi insiden yang sudah diluar ketentuan, berarti setip pemain yang mengikuti pertandingan harus menjaga kaedah-kaedah yang terdapat dalam olahraga beladiri geudeu-geudeu itu sendiri jika meraih kemenangan tidak mengejek atau menghina lawan atau hal-hal yang menjurus kearah negatif. Hal inilah yang menjadi faktor penting dalam olahraga, bahwa dengan olahraga seseorang akan bertambah sahabatnya dan bukan sebaliknya. (Rusli dan sumardianto, 2000:8). Hasil penyebaran angket kepada pelatih geudeu-geudeu dan guru penjaskes di Kabupaten Pidie. Lebih dari setengah menyatakan sangat setuju, kurang dari setengah setuju dengan modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu, dan sangat sedikit menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu.Hal ini menunjukkan bahwa peraturan tentang olahraga geudeu-geudeu yang sudah ada harus dirubah atau dimodifikasikan agar olahraga geudeugeudeu dapat berkembang.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian oleh pelatih geudeu-geudeu dan guru penjaskes tentang modifikasi peraturan geudeu-geudeu dapat disimpulkan bahwa: Permainan geudeu-geudeu terdapat sejumlah indikator yang di modifikasi dapat memberikan makna dan pemahaman positif bagi pemain dan perkembangan olahraga geudeu-geudeu itu sendiri. Ada sebelas indikator dan sembilan puluh dua item pernyataan dari variabel modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada empat alternatif jawaban yang dipilih oleh responden, dengan rincian sebagai berikut: pelatih geudeu-geudeu lebih dari setengah (62,23%) menyatakan sangat setuju, kurang dari setengah (34,24%) memilih setuju, sangat sedikit (3,26%) menyatakan tidak setuju, dan (0,27%) sangat tidak setuju dengan modifikasi peraturan olahraga geudeu-geudeu. Guru penjaskes, lebih dari setengah (58,02%) menyatakan sangat setuju, kurang dari setengah (36,55%) setuju, sangat sedikit (4,76%) tidak setuju dan (0,67%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap modifikasiperaturan olahraga geudeu-geudeu. Pelatih geudeu-geudeu dan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
guru penjaskes menyatakan lebih dari setengah atau (60,12%) sangat setuju, kurang dari setengah atau (35,39%) setuju dengan modifikasiperaturan olahraga beladiri geudeu-geudeu, dan sangat sedikit atau (4,01%) tidak setuju dan (0,48%) menyatakan sangat tidak setuju modifikasi peraturan olahraga beladiri geudeu-geudeu. Daftar Pustaka Alamsyah, dkk(2004). Diskripsi dan Petunjuk Permainan Rakyat. Ardiwinata, dkk(2006). Kumpulan Permainan Rakyat, Olahraga Tradisional.Tanggerang : Cerdas Jaya Amir, Nyak (2012). Opini, Menata Kembali Olahraga Aceh. Serambi Indonesia. Amir, Nyak (2010). Psikologi Olahraga, Suatu Tinjauan Kepribadian Dalam Olahraga. Sigli, Aceh: Marzalia Press. Arikunto, S(1997) Prosedur Penelitian.Jakarta: Reneka Cipta Dispora Kabupaten Pidie(2000). Dokumentasi Tim Pemantau Olahraga Tradisional Kabupaten Pidie. Sigli: Pemda Kabupaten Pidie Dispora Kabupaten Pidie(2011). Geudeu-geudeu, Sigli: Pemda Kabupaten Pidie.
Gabbard, C, E, L.B. & Loney, S(1987) Physical Education For Children; Building the Foundation, New Jersey, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs. Google (02/11/2012). http://www.acehforum.or.id Google(22/03/2013). http://lidahtinta.wordpress.com/2009/04/04/p ermainan-tradisional-aceh/ Hadi, S (1990). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta Kosasih,E(1998) Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Presindo. Mutohir, T, C(2002). Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat.Jakatra: Depdiknas. Sardjono(1986) Peranan Olahtaga dalam Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya.Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Siedentop(1986) Physical education Teaching Curriculum Strategies For Grades. Palo Alto California: Mayfield Publishing Co. Sugiyono(2010), Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.
Sabaruddin
39 39