Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Model Simulasi Pengembangan Sayuran di Lahan Kering Masam Provinsi Kepulauan Riau Vegetable development simulation model in dry acid soil of Riau Islands Province 1)
Lutfi Izhar1*), Dahono, Oktariani I.S. dan R. Catur P 1) LPTP Kepulauan Riau, Jl. Pelabuhan Sungai Jang No.38 Tanjungpinang Tel./Faks. +62771 22153/+62 771 28285 *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT
One difficulty for vegetable production is soil fertility. Soil in Riau Islands province is dominated by dry acidic soils thus requiring application-location specific component of technological innovation. Vegetable crops is one of the leading commodity fo this province. Nevertheless, the effort for vegetable improvement still has many obstacles. Progress in mathematics, engineering and computer leads us to know dinamic crop development model. The purpose of this research is to develop an application modeling system elaboration of policy recommendations to increase vegetables production in lowland dry acidic soil in Riau Islands province. The study was conducted in Riau Islands Province from March to December 2013, the research was done by some method such as laboratorium activities, survey and data collection include the following five aspects: technical aspects, institutional aspects, economic aspects, social aspects and environmental aspects. Simulations were performed for several years till 2020 using some scenarios of chemical and organic vegetable cultivation. The simulation results show that dinamic model of vegetables productivity with 50% and 50% uses of organic chemicals increased until 2019 and then decline in 2020. The need for vegetables is increasing from year 2013 to 2020, all treatments can not meet the needs of vegetables consumptions in Riau Islands province, this is caused by the increase in the number of people each year, but there is a tendency can be sufficient if the use of organic fertilizer in the soil as much as 90% and 100%. Key words: Dry acidic soil, Model, Vegetable, Riau Islands Province
ABSTRAK Salah satu kendala budidaya tanaman sayuran adalah kesuburan lahan. Lahan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) didominasi oleh lahan kering masam sehingga membutuhkan penerapan komponen inovasi teknologi yang spesifik lokasi. Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan provinsi ini. Namun upaya pengembangnya masih memiliki berbagai kendala. Bantuan ilmu matematika, teknik dan komputer memungkinkan kita mengetahui suatu model pengembangan tanam. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan aplikasi system modelling pengembangan rekomendasi kebijakan peningkatan produksi sayuran dataran rendah lahan kering masam di Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau mulai Maret sampai Desember 2013, metode yang dilakukan adalah kegiatan laboratorium, survey dan pengambilan data antara lain meliputi lima aspek, yaitu: aspek teknis, aspek institusi, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Simulasi dilakukan selama beberapa tahun sampai tahun 2020 dengan mengunakan skenario kandungan bahan kimia dan organik dalam berbudidaya. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa produktivitas sayuran
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 dengan penggunaan 50 % kimia dan 50 % organik terjadi peningkatan sampai tahun 2019 dan selanjutnya terjadi penurunan produktivitas pada tahun 2020. Kebutuhan sayuran selalu meningkat dari tahun 2013 sampai dengan 2020 semua perlakuan tidak dapat memenuhi kebutuhan sayuran di Provinsi kepulauan Riau, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya, namun ada kecendrungan dapat mencukupi bila penggunaan pupuk organik sebanyak 90 % dan 100 %. Kata kunci: Lahan kering masam, Model, Sayuran, Kepri PENDAHULUAN Salah satu komoditas yang mempunyai peluang pasar yang bagus di Kepri adalah sayuran (Sidik 1994). Perananan sayuran menjadi sangat penting karena sayuran merupakan salah satu sumber utama nutrien mikro yang dapat memutus siklus defisiensi serta membentuk masyarakat yang sehat dan produktif. Konsumsi sayuran yang tinggi dapat mencegah difisiensi nutrien mikro/micronutrient deficiency (Suprihatno dan Adiyogo, 2000). Berdasarkan sensus nasional tahun 2011 tingkat konsumsi sayuran segar per kapita di Kepri hanya 130,1 gram/hari, sementara itu rekomendasi yang dikeluarkan FAO, konsumsi sayur yang ideal adalah 65 kg/kapita/tahun atau 394 gram/hari. Seperti daerah lain di Indonesia, Provinsi Kepulauan Riau juga menghadapi masalah konsumsi sayuran, masih jauh dibawah rekomendasi FAO (Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2013). Sehingga perlu upaya peningkatan produksi dan konsumsi sayuran di wilayah ini. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan sayuran, masih mengandalkan pasokan dari luar daerah terutama Sumatera Utara dan Sumatera barat bahkan mendatangkan dari luar negeri seperti Malaysia, padahal provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk memproduksi kebutuhan sayurannya sendiri (Suriatna dan Suhaya, 2001). Kondisi lingkungan Kepri sendiri sesuai untuk budidaya sayuran dicirikan dengan luas lahan kering tersebut 694.924 ha, ordo tanah yang umumnya terdapat di Kepri adalah Histosols, Entisols, Inceptisols, Ultisols dan Oxisol. Sebagian besar tanah tersebut merupakan tanah marjinal yang memiliki kandungan masam tinggi dan ketersedian unsur hara bagi tanaman terbatas. temperatur berkisar antara 23,4oC -33,4oC, dan curah hujan yang optimal antara 2000 mm - 3000 mm/tahun (LPTP Kepri 2012). Namun upaya peningkatan produksi sayuran seringkali dihadapkan pada berbagai kendala seperti ketersediaan benih unggul, teknologi pengolahan terpadu, fluktuasi harga dan akses pasar, infrastruktur dan kebijakan (Noorginayuwati et al 1997; Adimihardja et al 2009). Banyak kendala yang selama ini dihadapi petani Kepulauan Riau dalam pembudidayaan sayuran adalah sukarnya mendapatkan lahan produktif (Alley dan Vanlauwe. 2009), bibit/benih unggul, penanggulangan hama penyakit, rendahnya mutu dan tingginya residu pestisida, penanganan kelembagaan sarana produksi dan pemasaran yang masih kurang (Masto et al 2007; Giller et al 2011). Sementara itu pengembangan IPTEK sudah semakin meningkat dengan ditemukannya perangkat dan alat yang mampu merumuskan secara matematik kejadian yang terdapat di alam. Kejadian tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dengan perhitungan matematik dan mengunakan alat analisis seperti program komputer, sehingga didapatkan model yang merupakan sistem berulang dalam kejadian hidup sehari hari. Hasil analisis ini dapat di jadikan sebagai suatu sistem permodelan (Mawardi 1997; Handoko et al. 2008). Beberapa sayuran penting dan sering dibudidayakan di Kepri antara lain mentimun, kacang panjang, terong, sawi dan cabe. Potensi lahan dan sumberdaya yang ada serta letaknya yang strategis, Provinsi Kepulauan Riau mempunyai peluang untuk mengembangkan jenis-jenis sayuran tersebut baik untuk konsumsi lokal maupun tujuan eksport (Moekasan et al 2000). Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian yang menyeluruh
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 terutama dalam mengintroduksikan varietas sayuran unggul baru yang adaptif terhadap lingkungan yang dikombinasikan dengan pengujian pupuk yang sesuai di Provinsi Kepulauan Riau melalui pendekatan sistem dinamik. Tujuan penulisan ini adalah: mengembangkan aplikasi sistem modeling pada pengembangan tanaman sayuran dan analisis pengembangan bahan rekomendasi kebijakan peningkatan produksi sayuran dataran rendah lahan kering masam di Provinsi Kepulauan Riau. BAHAN DAN METODE Lokasi didefinisikan sebuah kawasan pada kabupaten terpilih yang menjadi sasaran program peningkatan produksi sayuran organik (Kabupaten Bintan). Pemilihan kabupaten/kota didasarkan pada kawasan komoditas unggulan dan sekaligus termasuk kawasan prioritas mendukung 4 (empat) sukses pogram Kementan. Dalam kegiatan ini ditetapkan satu lokasi dengan basis usahatani sayuran dataran rendah, Lokasi kegiatan ditentukan kemudian bersama institusi terkait. Pelaksanaan kegiatan pada bulan Maret – Desember 2013. Bahan dan alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan di lapang, diantaranya kuesioner, bahan referensi, alat bahan survey, bahan dan kesuburan lahan, bahan pendukung serta lainnya. Kegiatan ini mencakup : (i) Pembentukan Tim Terpadu Modelling DAP ; (ii) Pelatihan Tim Modelling DAP; (iii) Fokus Group discussion) (iv) Survey potensi dan kendala pengembagan kawasan sasaran penerapan modelling DAP; (v) Penyusunan program aksi terpadu; (vi) Implementasi kegiatan program aksi oleh setiap dinas/instansi terkait dalam Tim DAP Kepulauan Riau; (vii) Monitoring dan evaluasi; (viii) Penyusunan laporan. Metode yang digunakan : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dinamika sistem (system dynamics). Dinamika sistem sebagai salah satu metode berpikir sistem yang bisa melihat persoalan secara komprehensif dari berbagai aspek secara integral. Dalam penelitian ini dinamika sistem digunakan untuk menilai proses berjalannya pencapaian peningkatan produksi sayuran organik di Provinsi Kepulauan Riau yang berbasis sumberdaya lokal dalam rangka membangun model akselarasi pembangunan pertanian ramah lingkungan lestari (m-AP2RLL). Pemodelan dinamika sistem merupakan salah satu metode berpikir sistem yang diharapkan dapat menganalisis sistem secara dinamis untuk melihat persoalan, menangani kerumitan, perubahan, dan ketidakpastian dari sebuah sistem yang nyata ini, meski nantinya tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan (Bellon 2001, Bellon dan Reeves 2002). Namun paling tidak, model ini dapat digunakan sebagai pembelajaran tentang proses dinamis dalam rangka membawa kesadaran berpikir sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif ke depan mengenai kebijakan masa lampau dan sekarang yang terkadang kurang tepat (Paris et al 2008). Secara umum, dinamika sistem merupakan strategi pendekatan struktural yang fokus pada struktur fenomena dan perilakunya. Dalam rangka membangun model dinamika sistem, data-data yang dibutuhkan diperoleh melalui pengamatan, observasi dan studi literatur yang dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau. Data yang diperlukan meliputi lima aspek, yaitu: aspek teknis, aspek institusi, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan (Rochmiyati 2003). Kompleksnya masalah dalam pencapaian peningkatan produksi sayuran organik di Provinsi Kepulauan Riau yang berbasis sumberdaya lokal disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi struktur dan perilaku dari suatu sistem riil akan menyebabkan terlibatnya banyak sekali komponen sistem atau variabel-variabel yang bertanggung
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 jawab atas mekanisme kerja sistem bersangkutan (Chamber 1994). Pada gilirannya, penurunan formula matematis untuk setiap variabel sistem akan membutuhkan waktu yang sangat banyak dan upaya yang berulang. Kendala ini dapat dipecahkan secara efisien dengan memanfaatkan bahasa simulasi (simulation languages) dan perangkat lunak (software) computer (Handoko 1996). Perangkat lunak (software) yang digunakan pada penelitian ini adalah Powersim Constructor versi 2.5. Powersim adalah salah satu software untuk simulasi model dinamika sistem. Powersim hanyalah merupakan alat (tool) untuk mempermudah simulasi model dinamika sistem. Powersim mampu memberikan gambaran tentang perilaku sistem secara grafis, melakukan simulasi secara cepat, melakukan perhitungan matematis dan mudah dioperasikan. Model disimulasikan untuk mengetahui kecenderungan perilakunya, guna menyimpulkan hal-hal penting dalam kaitan dengan alternatif kebijakan yang akan diterapkan. Pemodelan dinamika sistem, tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengenai pemahaman, sedang targetnya adalah meningkatkan pemahaman tentang hubunganhubungan yang terjadi di antara struktur umpan balik dan perilaku dinamis dari suatu sistem, sehingga dapat dikembangkan berbagai kebijakan dalam rangka memperbaiki perilaku permasalahan yang terjadi. Bila model dapat diformulasikan, perilaku dinamisnya dapat diperoleh melalui simulasi model tersebut. Simulasi perlu dilakukan untuk membandingkan perilaku dan struktur model dengan perilaku dan struktur sistem, yang pada gilirannya akan meningkatkan keyakinan terhadap kesahihan model (Handoko et al. 2008). HASIL
Produksi sayuran yang terdiri dari sawi, kangkung, Bayam, kacang panjang, ketimun, buncis dan gambas sejak tahun 2007 sampai dengan 2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Produksi tertinggi pada komoditas tanaman Mentimun, kemudian diikuti komoditas kangkung dan sawi. Sementara produksi sayuran terendah pada komoditas Gambas. Produksi sayuran lainnya yang mulai berkembang, memiliki pangsa pasar yang bagus dan didukung oleh kebijakan pemerintah adalah tanaman cabai dan bawang merah. Namun kedua tanaman ini pada tahun 2012 atau sebelumnya masih sangat sedikit sekali diusahakan oleh petani . Unsur-unsur yang digunakan dalam model adalah produksi sayuran dataran rendah ramah lingkungan antara lain: produktivitas, konsumsi sayuran, luas lahan, jumlah penduduk, dan penggunaan pestisida (Horne dan Stur 2003). Produksi sayuran yang tersebar di beberapa kabupaten sentra produksi sayuran sangat beragam, dengan luas lahan yang berbeda, perilaku petani, kesuburan tanah berbeda sehingga produktivitasnya juga berbeda (Suriatna dan Suhaya, 2001). Selain menentukan unsur-unsur yang berpengaruh terhadap model sayuran, dalam FGD yang di hadiri oleh beberapa stakeholders di daerah menentukan pula gambaran kondisi saat ini dan perkiraan prediksi yang akan datang. Sehingga beberapa asumsi dapat dibangun setelah proses diskusi yang panjang. Asumsi yang digunakan dalam membentuk model ini adalah jumlah penduduk 1.764.766 jiwa, pertambahan jumlah pertumbuhan penduduk 2,5 %, luas lahan 804 Ha, alih fungsi lahan 5%, banjir (iklim) terjadi pada 5% dari luas lahan, konsumsi sayuran ± 53.000 ton/thn, peningkatan konsumsi 1%, dan peningkatan Ekspor 20%. Formulasi model dinamika menyatakan hubungan diantara variabel di dalam sistem. Model diagram causal
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 loop sistem pencapaian produksi sayuran tertinggi tercapai pada tahun 2020 disajikan pada Gambar 1. 1. Simulasi Kondisi eksisting Pada model dinamika sistem produksi eksisting sayuran dataran rendah di Provinsi Kepulauan Riau, bila parameter yang dapat meningkatkan produksi dilakukan tanpa perubahan dan hanya peningkatan perbaikan benih, pupuk, pengendalian OPT dan luas lahan masing-masing sebanyak 4 % maka mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 produksi sayuran yang ada di Provinsi Kepaulauan Riau belum atau tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dengan jumlah penduduk sebanyak 1.764.766 jiwa dengan pertumbuhan sebanyak 2,5 % yang ada di Provinsi Kepulauan dengan tingkat konsumsi sebanyak 53.000 t/tahun, dan mustahil dapat melakukan ekspor sayuran (Gambar 2). 2. Perubahan nilai Parameter Hasil simulasi dengan perubahan nilai parameter seperti peningkatan pemanfaatan air sebanyak 20 %, peningkatan penggunaan pupuk, benih dan pengendalian OPT sebanyak 10 %, maka mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 produksi sayuran yang ada di Provinsi Kepulauan Riau mengalami surplus sayuran dan mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dengan jumlah penduduk sebanyak 1.764.766 jiwa dengan pertumbuhan sebanyak 2,5 % yang ada di Provinsi Kepulauan dengan tingkat konsumsi sebanyak 53.000 t/tahun, dan memiliki sisa yang dapat di ekspor ke negara tetangga atau provinsi lain (Gambar 3). Lanjutan hasil simulasi dan diskusi, diperoleh bahwa yang berkitan erat dengan produksi pertanian ramah lingkungan adalah perbandingan pengunaan pupuk dan pestisida organik dan kimia dengan asumsi faktor lain dalam keadaan normal.
3. Simulasi Pengaruh Penggunaan Pupuk dan Pestisida Organik Terhadap Produktivitas sayuran Hasil simulasi penggunaan pupuk kimia, pestisida sintetis dan pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 4. Produktivitas eksisting pada tahun 2017 mulai mengalami penurunan sampai tahun 2020, sementara produktivitas penggunaan 50% organik dan 50% penggunan pupuk kimi pada tahun 2014 mengalami peningkatan, namun demikian pada tahun 2018 mengalami penurunan sampai tahun 2020. Produktivitas penggunaan pupuk kimia sebanyak 100 % pada tahun 2013 mendapatkan produksi tertinggi dibanding dengan perlakuan lain namun terjadi penurunan produktivitas pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. 4. Simulasi Pengaruh Penggunaan Pupuk dan Pestisida Organik terhadap kebutuhan sayuran di Provinsi Kepulauan Riau Hasil simulasi penggunaan pupuk kimia, pestisida sintetis dan pupuk organik terhadap kecukupan kebutuhan sayuran di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar 5. Produktivitas penggunaan 50 % kimia dan 50 % organik terjadi peningkatan sampai tahun 2019 dan terjadi penurunan produktivitas pada tahun 2020, sementara kebutuhan sayuran selalu meningkat dari tahun 2013 sampai dengan 2020, kalau dilihat dari Gambar 5 tersebut semua perlakuan tidak dapat memenuhi kebutuhan sayuran di
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Provinsi kepulauan Riau, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya, namun ada kecendrungan mencukupi bila penggunaan pupuk organik sebanyak 90 % dan 100 %. Berdasarkan uji sensitivitas model, diketahui bahwa persentase Perubahan peningkatan pemupukan sebesar 10% belum berpengaruh terhadap kinerja model, setelah ditingkatkan menjadi 70% kinerja model meningkat (sensitive), Perubahan peningkatan benih sebesar 10% belum berpengaruh terhadap kinerja model, setelah ditingkatkan menjadi 60% kinerja model meningkat (sensitive), Perubahan peningkatan pengendalian oganisme penganggu tanaman (OPT) sebesar 10% belum berpengaruh terhadap kinerja model, setelah ditingkatkan menjadi 60 kinerja model meningkat (sensitive). PEMBAHASAN Sayuran merupakan komoditas pertanian yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Provinsi Kepulauan Riau (Susila 2011). Hal ini erat kaitannya dengan kondisi strategis wilayah yang berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia, pangsa pasar yang terbuka luas, kondisi iklim dan lahan yang cukup baik walaupun lahan marginal namun dengan perlakuan dan budidaya yang baik perlahan lahan kondisi hara akan semakin meningkat (Sulaeman dan Evianti 2002), kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang semakin baik, dan permintaan semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat (Izhar et al 2012). Pengunaan model sistem dinamis yang merupakan sintesa matematis dari kejadian alam yang berulang dan dapat dianalisis dengan baik maka, pengembangan sayuran masa yang akan datang di Kepri dapat dipetakan dan diketahui sehingga strategis dan pengambilan kebijakan dapat dilakukan dengan lebih baik dengan mempertimbangkan analisis model dan faktor yang mempengaruhinya (Fagi 2003; Hendayana 2003). Berdasarkan analisis faktor yang ada maka beberapa langkah kebijakan harus dilakukan antara lain penurunan pengunaan pupuk dan pestisida kimia yang berakibat lahan dan lingkungan semakin rusak (Daniels et al. 2008; Dobermann 2007). Budidaya tanaman diupayakan kembali kearah organik atau semi organik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan (Hochmuth dan Hanlon. 2010).
KESIMPULAN Perlu perubahan kebijakan strategi pengembangan dan pembangunan usahatani sayuran di Provinsi Kepulauan Kepri. Pengunaan model yang mampu memprediksi keadaan kondisi sayuran akan datang sangat bermanfaat untuk melakukan perubahanperubahan yang harus segera dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi spasial dan temporal yang ada. Perubahan seperti pengunaan pestisida dan pupuk kimia berlebihan menjadi sistem organik secara bertahap, perbaikan kondisi hara pada tanah marjinal, kebijakan pembiayaan pertanian yang berpihak ke komoditas sayuran, zonasi agroekologi wilayah sayuran yang cocok, regulasi ekspor impor sayuran yang berfihak kepada petani merupakan beberapa faktor yang saling menunjang dan berintegrasi satu sama lain untuk mengembangkan komoditas sayuran yang baik pada masa yang akan datang.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan pada pihak yang memberikan dukungan dan kerjasama yang baik dalam penelitian ini, serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah membiaya penelitian ini seluruhnya dan menfasilitasi kegiatan training menyangkut kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Adimihardja AE. Karmawati, IW Rusastra, K. Dwiyanto, AK Makarim. 2009. Pengembangan Inovasi Pertanian: Pengembangan Iptek Sumber Daya Lahan Mendukung Pembanguna Pertanian Berkelanjutan. Badan Litbang Pertanian. 2(4): 305. Alley MM, B Vanlauwe. 2009. The Role of Fertilizer in Integrated Plant Nutrient Management. Tropical Soil Biology and Fertilizer Institute of International Centre for Tropical Agriculture: 61. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Kepri Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Bellon MR, Reeves J. 2002. Quantitative analysis of data from participatory methods in plant breeding. Mexico, DF: International Maize and Wheat Improvement Center. Bellon MR. 2001. Participatory research methods for technology evaluation: a manual for scientists working with farmers. Mexico, D.F.: International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT). Chambers R. 1994. Participatory rural appraisal – practical handbook. In: GOBI/UNDP/FAO Project Report 2000. Project Publication No. 24. Daniels M, T Daniel, K van Devender. 2008. Soil phosphorus levels: concern and recommendations. The University of Arkansas Cooperative Extension Services. USDA and County Governments Cooperating. FSA1029-4M-6-98M. Dobermann, A. 2007. Nutrient use efficiency-measurement and management. On : [International Fertilizer Industry Association] 2007. Fertilizer Best Management Practices: General Principles, Strategy for Their Adoption and Voluntary Initiatives vs Regulations. IFA International Workshop on Fertilizer Best Management Practices 7-9 March 2007, Brussels, Belgium: 1-28. Fagi AM. 2003. Penggunaan Technology Roadmap Dalam Penentuan Prioritas Penelitian dan Pengkajian. dalam Analisis Kebijaksanaan Pertanian vol 1 nomor 4 : p. 307314. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Giller KE, P Tittonell, MC Rufino, MT van Wijk, S Zingore, P Mapfuno, S Adjei-Nsiah, M. Herrero, R. Chikowo, M. Corbeels, E.C. Rowe, F. Baijukya, A. Mwijage, J. Smith, E. Yeboah,W.J. van der Burg, O.M. Sanogo, M. Misiko, N. de Ridder, S. Karanja, C. Kaizzi, J. K’ungu, M. Mwale, D. Nwaga, C. Pacini, and B. Vanlauwe. 2011. Communicating complexity: Integrated assessment of trade-offs concerning soil fertility management within African farming systems to support innovation and development. J. Agri Syst. 104:191-203. Handoko, I., Y. Sugiarto, Y. Syaukat. 2008. Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Strategis: Telaah kebijakan independen dalam bidang perdagangan dan pembangunan. SEAMEO BIOTROP for Kemitraan partnership. Handoko, I. 1996. Analisis Sistem dan Model Simulasi Komputer untuk Perencanaan Pertanian di Indonesia. Materi Pelatihan (tidak dipublikasikan). Bogor 2 – 6 September 1996. Jurursan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. IPB Bogor.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian12 : 1-21. Hochmuth G. E. Hanlon. 2010. Principles of Sound Fertilizer Recommendations. IFAS Extension. University of Florida. SL 315:7. Horne P, Stur W. 2003. Developing agricultural solutions with smallholder farmers: how to get started with participatory approaches. ACIAR Monograph No. 99. Australia: Australian Centre for International Agricultural Research and Cali (Colombia): International Center for Tropical Agriculture. 120 p. Izhar L. Susila AD, Purwoko BS, Sutandi A, Mangku IW. 2012. Penentuan Metode Terbaik Uji Fosfor untuk Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill. L) di Tanah Inceptisols. J Hort 2(2)2012.121-129. Johnson N, Lilja N, Ashby J. 2000. Using participatory research and gender analysis in natural resource management: a preliminary analysis of the PRGA inventory. Working Document No.10. CGIAR Systemwide program on participatory research and gender analysis. Cali (Colombia): Centro Internacional de Agricultura Tropical (CIAT). LPTP Kepri. 2012. Pewilayahan Komoditas Unggulan di Kabupaten Bintan. Laporan Tahunan. LPTP Kepri. Litbang Pertanian. Masto R.E., P.K. Chonkar, D. Singh, and A.K. Patra. 2007. Soil quality response to longterm nutrient and crop management on a semi-arid Inceptisols. J. Agri. Ecost. and Env. (118):130-142. Mawardi I. 1997. Daya Saing Indonesia Timur Indonesia dan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi & Sosial. Jakarta. Moekasan TK, L. Prbaningrum, ML. Ratnawati, 2000. Penerapan PHT pada Sistem Tanaman Tumpang Sari Bawang Merah dan Cabai. Monogarafi :19. Balai Penelitian Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Noorginayuwati, A. Jumberi dan Nurtirtayani, 1997. Perbaikan Sistem Usahatani di Lahan Kering Beriklim Basah di Kalimantan Selatan. : p. 1698-1706 Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan di Bogor 23-25 Agustus 1996 Paris TR, Singh A, Singh VN, Ram PC. 2008. Mainstreaming social and gender concerns in participatory rice varietal improvement for rainfed environments in eastern India. In: Arunchalam V, editor. Participatory plant breeding and knowledge management for strengthening rural livelihoods. Chennai (India): M.S. Swaminathan Research Foundation (MSSRF). p 102-129. Rochmiyati, H. 2003. Analisis Unggulan Komoditi Pertanian di Kabupaten Pontianak. Tesis S-2 Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Sidik. M., 1994. Kebijaksanaan Perbaikan Nasional dalam Upaya Peningkatan Produksi Hortikultura :97-106 (eds) Sri Suliharti et al. Prosiding rapat kerja penyusunan prioritas dan desain penelitian hortikultura Solok. 17-19 November 1994. Sulaeman, Evianti. 2002. Metode analisis uji tanah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Suriatna S. Y. Suhaya, 2001. Peluang Export Sayuran Segar Riau ke Singapura. Makalah disampaikan pada acara diskusi Pakar Riau Mandiri , di Pekanbaru tanggal 23 Februari 2001. Unpubikasi. Susila, A.D. 2011. Permasalahan pemupukan tanaman sayuran di Indonesia. Mini Seminar Solusi Permasalahan Pupuk Nasional. ADC-University Farm, IPB. 29 Desember 2011.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Tabel 1. Produksi sayuran dari tahun 2007-2011. Nama Komoditas Sawi Kangkung Bayam Kac. Panjang Ketimun Buncis Gambas
Tahun 2007 (Ton) 5430 4296 2428 4970 7110 697 521
Tahun 2008 (Ton) 3771 4227 2489 3840 6422 1251 592
Tahun 2009 (Ton) 3804 4241 2512 3860 6434 1258 635
Tahun 2010 (Ton) 3831 4173 2527 3909 6471 1270 692
Tahun 2011 (Ton) 3886 4329 2571 4013 6527 1307 738
Sumber : Laporan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Kepri, 2012 Intensitas Pertanaman
+ +
(-)
+
Lahan suboptimal
Lahan kering
-
Luas tanam sayuran
+ +
Sawah tadah hujan
+
Jaringan irigasi
+ +
+
+
Pupuk
+ +
Luas lahan sayuran
+
+
+
(-) Bencana Alam
Produksi sayuran
Alih fungsi lahan
OPT
+
+
Benih
Produktivitas sayuran
+
+
+
Penyuluhan
+
Mekanisasi
-
+
Regulasi Pemerintah
Curah hujan
Ketersediaan air
-
Losses pra panen
-
-
Sosial-budaya
Tenaga kerja pertanian
Permintaan sayuran Stok sayuran
-
(+)
+
+
+
Jumlah penduduk
+
+
+
(+)
Pertambahan jumlah penduduk
+
Ekspor padi
+
+
Pasar lokal +
(+)
Total pasar
Impor sayuran
+
Gambar 1. Causal loop produksi sayuran dataran rendah ramah lingkungan 2 50.000
2 2 1
2 40.000
2
1
1
2 1 30.000
1 1 2 4
1 20.000
4
3 4
4
4 4
4
3
PRODUKSI_SAYUR_KEPRI Kebutuhan_sayuran EKSPOR DEFISIT_SAYUR_KEPRI
3
10.000 3 3 2.010
3 2.012
3 2.014
2.016
2.018
2.020
Time
Gambar 2. Produksi sayuran pada kondisi eksisting di Kepulauan Riau
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 1
100.000 1
1 50.000 2
2
2
2
12
2
1 2
1
1 4
4 3
03
3
3
3
34
3 4
PRODUKSI_SAYUR_KEPRI Kebutuhan_sayuran EKSPOR DEFISIT_SAYUR_KEPRI
4 4 -50.000 2.010
2.012
2.014
2.016
2.018
4 2.020
Time
Gambar 3. Produksi sayuran hasil simulasi dengan perubahan nilai
5
5
5
5 5 3 2
5,0
2
34
4
2
4 2 3
5
3
34
3
2
1
5 2
4
2
2
3
3
4
4
4
5
1
1
2
4,5
4,0
2.013
1
1
1
2.015
1
1
2.017
3
Produktivitas_Eksisting PROV_50_persen_Organik PROV_90_persen_Organik PROV_100_persen_Organik PROV_100_persen_Kimia
1 2.020
Time
Gambar 4. Hasil simulasi penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik 4
70.000 4 60.000
2
4 4
50.000
4 4
40.000
4 12
4 30.000 2 1 2.013
12
12
3
2
3 1
1 1
21 3
2 3
3
4
3
PROD_50persen_Organik PROD_90persen_Organik PROD_100persen_Organik Kebutuhan_sayuran
3 2.015
2.017
2.020
Time
Gambar 5. Hasil simulasi penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik terhadap kebutuhan sayuran di Kepulauan Riau