ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERSEDIAAN LAHAN SERTA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
MUHAMMAD JALALUDDIN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan serta Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Muhammad Jalaluddin NIM A14080085
RINGKASAN Muhammad Jalaluddin. Analisis Kesesuaian dan Ketersediaan lahan serta Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Di bawah bimbingan Santun RP Sitorus dan Dyah Retno Panuju. Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dasar hukum berdirinya Kabupaten Kepulauan Meranti adalah Undang-undang nomor 12 tahun 2009, tanggal 16 Januari 2009. Mengingat usia kabupaten ini yang relatif muda, arahan pengembangan komoditas pertanian belum tersedia secara lengkap. Sebagai kabupaten yang baru terbentuk banyak aspek yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna. Mengingat belum tersedianya arahan pengembangan komoditas wilayah, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk dapat menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti, (2) Menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, (3) Mengkaji dan menganalisis ketersediaan lahan yang berpotensi pengembangan untuk berbagai komoditas pertanian, dan (4) Menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian. Metode penelitian yaitu menggunakan pemrosesan geospasial terkait dengan aspek legal dan karakteristik fisik lahan sesuai dengan kombinasi parameter dan analisis dengan Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA) untuk melihat keunggulan komparatif dan kompetitif. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan adalah sebesar ± 108.277 ha. Komoditas yang dapat dikembangkan tiap Kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Merbau adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela pohon (tanaman pangan), jambu biji (buah-buahan) dan cabe besar, cabe rawit dan ketimun (sayur-sayuran); Pulau Merbau adalah karet dan pinang (tanaman perkebunan); Rangsang adalah sawo dan nenas (buah-buahan). Rangsang Barat adalah kopi dan pinang (tanaman perkebunan), pisang pepaya dan manggis (buah-buahan); Tebing Tinggi adalah ketela rambat dan jagung (tanaman pangan) dan cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun (sayur-sayuran); Tebing Tinggi Barat adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela rambat (tanaman pangan), pepaya, sukun dan nenas (buah-buahan); dan Tebing Tinggi Timur komoditas yang dapat dikembangkan adalah sagu untuk tanaman perkebunan.
Kata kunci : kesesuaian, ketersediaan, keunggulan komparatif dan kompetitif
SUMMARY
Muhammad Jalaluddin. Suitability Analysis and Availability of Land and Referral Development Agricultural Commodities Kepulauan Meranti Regency in Riau Province. Supervised by SANTUN R.P SITORUS and DYAH RETNO PANUJU. Kepulauan Meranti Regency is a district which formerly part of Bengkalis. It was established after Law No. 12, dated January 16, 2009. Since the district is newly developed, agricultural development policy is still unavailable. Many land related aspects should be considered in order to have more effective and efficient land utilization. It requires a research on the analysis of the suitability and availability of land to be able to draw up guidance on the development of agricultural commodities in Kepulauan Meranti Regency. This study aims: (1) to know potential commodity of Kepulauan Meranti Regency, (2) to analyze land suitability for various agricultural commodities, (3) to review and analyze the availability of potential land to develop various agricultural commodities, and (4) to recommend the direction of agricultural commodities development. The research includes overlay maps of legal aspects and physical characteristics in accordance with combined parameters and Location Quotient (LQ) analysis and Shift Share Analysis (SSA) to see the comparative and competitive advantages of potential commodities. Results showed that suitable and available land for development of agricultural commodities is about 108.277 ha. The District Merbau is suitable and available for sago (plantation), cassava (food crops), guava (fruits) and great chili, cayenne pepper and cucumber (vegetables). Pulau Merbau is suitable and available for rubber and nut plantation. Rangsang is suitable and available for sapodilla and pineapple. Rangsang Barat is suitable and available for coffee and nut plantation, banana, papaya and mangosteen cultivation. Tebing Tinggi is suitable and available for sweet potatoes and corn (food crops) and great chili, cayenne pepper, chickpea and cucumber cultivation. Tebing Tinggi Barat is suitable and available for sago plantation, sweet potatoes and papaya, breadfruit and pineapple, while Tebing Tinggi Timur is mostly suitable for sago plantation.
Keywords: suitability, availability, comparative and competitive advantage
ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERSEDIAAN LAHAN SERTA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
MUHAMMAD JALALUDDIN
MUHAMMAD JALALUDDIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul
Nama NRP
: Analisis Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan serta Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau : Muhammad Jalaluddin : A14080085
Disetujui oleh
Prof.Dr.Ir.Santun R.P.Sitorus Pembimbing I
Dyah Retno Panuju, SP.MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pembuatan skripsi ini diawali dengan penelitian yang dilakukan dari bulan Februari hingga September 2012 dengan judul Analisis Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan serta Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Cakupan wilayah penelitian adalah Kabupaten Kepulauan Meranti. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti khususnya dan bagi para pembaca pada umunya dalam menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan yang terkait dengan pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti. Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini banyak terdapat kekurangan sehingga dengan adanya bimbingan, bantuan, dan motivasi dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr.Ir.Santun R.P.Sitorus selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal sampai pada penyusunan skripsi ini selesai. 2. Dyah Retno Panuju, SP.MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Dr.Ir. Widiatmaka selaku desen penguji yang telah memberikan saran dan arahan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibunda, Ayahanda dan adik serta keluarga atau kerabat yang selalu memberikan doa setiap saat, motivasi, kasih sayang, semangat untuk penulis. 5. PT. Energi Mega Persada lewat Program CSR yang telah membiayai kuliah penulis dari awal masuk hingga kelulusan ini. Semoga tetap terjalin silaturahmi. 6. Rekan-rekan seperjuangan terutama dari teman omda (organisasi mahasiswa daerah) dan soiler 45 yang telah banyak membantu penulis. Bogor, Maret 2013
Muhammad Jalaluddin
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Lahan dan Penggunaan Lahan Evaluasi Sumberdaya Lahan Perencanaan Penggunanaan Lahan Hasil Penelitian Terdahulu
2 2 3 4 5
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Data dan Sumber Data Metode Penelitian Teknik Analisis Data Analisis Penetapan Komoditas Unggulan Location Quotient (LQ) Shift Share Analysis (SSA) Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Lahan Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas
5 5 5 7 7 10 10 10 11 12 12
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Geografi dan Administrasi Kondisi Fisik Geografi Kondisi Tanah Keadaan Iklim Kependudukan dan Potensi Ekonomi Penggunaan Lahan dan Ruang Terbuka Hijau Jaringan Jalan dan Transportasi
13 13 14 14 14 15 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Komoditas untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Arahan Pengembangan Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Kecamatan Merbau Kecamatan Pulau Merbau Kecamatan Rangsang Kecamatan Rangsang Barat Kecamatan Tebing Tinggi
18 18 20 25 27 28 29 30 31 32
Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kecamatan Tebing Tinggi Timur
33 33
KESIMPULAN SARAN Kesimpulan Saran
36 36 36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
82
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jenis Data Penelitian Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Output yang Diharapkan Pembagian Administrasi dan Luas Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (Juta Rp) Pola Penutupan Lahan/Penggunaan Lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti Luas Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kabupaten Kepulauan Meranti Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Tahun 2009 Nilai Perhitungan LQ untuk Berbagai Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Nilai Perhitungan SSA untuk Berbagai Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Potensi Pengembangan Komoditas tiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti Keterangan Peta Satuan Lahan Luas Satuan Lahan Sesuai dan Tidak Sesuai untuk Pengembangan Komoditas Unggulan (ha) Luas Lahan Sesuai dan Tersedia untuk Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti (ha) Luas Satuan Lahan Sesuai dan Tersedia untuk Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti (ha) Arahan Pengembangan Komoditas setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti
6 9 13 15 16 16 17 17 19 21 22 23 25 26 28 34
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Kepulauan Meranti Diagram Alir Penelitian Peta Satuan Lahan Kabupaten Kepulauan Meranti Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti Peta Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian (Komoditas Unggulan) di Kabupaten Kepulauan Meranti Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Merbau Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Rangsang
6 8 23 24
27 29 30
8.
Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Rangsang Barat 9. Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi 10. Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi Barat
31 32 33
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Sifat Satuan Lahan (land unit) Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Karet Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sagu Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Rambat Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Pohon Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sawo Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pepaya Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pisang Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jambu Biji Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sukun Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Nenas Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Terung Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Panjang Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cabe Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketimun Peta Fungsi dan Peruntukan Kawasan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Perizinan Kabupaten Kepulauan Meranti Peta RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Karet Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sagu Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Rambat Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Pohon Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sawo Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pepaya Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pisang Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jambu Biji Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sukun
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 79 70 71 72 73
36. 37. 38. 49. 40. 41. 42. 43.
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Nenas Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Terung Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Panjang Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cabe Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketimun Tabel Luas Lahan Komoditas Pertanian Tahun 2009 (ha) Tabel Luas Lahan Komoditas Pertanian Tahun 2010 (ha)
74 75 76 77 78 79 80 81
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Meranti terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis. Dasar hukum berdirinya Kabupaten Kepulauan Meranti adalah Undang-undang nomor 12 tahun 2009, tanggal 16 Januari 2009. Secara geografis Kabupaten Kepulauan Meranti berada pada koordinat antara 0° 42' 30" 1° 28' 0" LU, dan 102° 12' 0" - 103° 10' 0" BT dan terletak pada bagian pesisir timur Pulau Sumatera. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti 3.707,84 Km2, terdiri dari pulau-pulau dan lautan. Terdiri atas 4 pulau utama yaitu Pulau Merbau, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Rangsang dan Pulau Padang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti, 2010). Sebagai kabupaten yang baru, dalam penyusunan arahan pengembangan komoditas wilayah perlu mempertimbangkan pemanfaatan sumberdaya lahan yang berpegang pada prinsip berkeadilan dan berkelanjutan (Hidayat, 2009). Pemanfaatan sumberdaya lahan berkeadilan dan berkelanjutan difungsikan agar dapat memberi kesejahteraan bagi siapa saja yang berkepentingan dengan sumberdaya lahan tersebut baik itu masyarakat, pemerintah ataupun swasta. Penyusunan arahan pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan pemanfaatan lahan yang optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung lahan akan menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lahan (Nugroho, 2000). Arahan pengembangan komoditas pada suatu lahan mencakup perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas tertentu. Komoditas yang terpilih adalah komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, hasil evaluasi kesesuaian lahannya sesuai serta dibudidayakan masyarakat dan memiliki dukungan infrastruktur dan kelembagaan yang cukup. Ketidaktahuan untuk mengendalikan suatu penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas dapat diatasi dengan menyusun perencanaan penggunaan lahan. Perancanaan penggunaan lahan akan menyediakan keperluan lahan untuk suatu pembangunan baik untuk sektor pertanian ataupun sektor non pertanian. Tersusunnya suatu perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas, maka kerusakan lahan dapat dihindari atau diminimumkan dan dapat mengupayakan suatu sistem penggunaan lahan yang berkesinambungan. Mengingat usia kabupaten ini yang relatif muda, arahan pengembangan komoditas belum tersedia secara lengkap. Sebagai kabupaten yang baru terbentuk banyak aspek yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna. Karena (arahan pengembangan komoditas wilayah di Kabupaten Kepulauan Meranti) belum disusun perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan serta arahan pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten
2
Kepulauan Meranti. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan pada pemerintah daerah dalam menyusun arahan pengembangan komoditas wilayah ke depan.
Tujuan 1. 2. 3. 4.
Mengetahui komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti Menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian Mengkaji dan menganalisis ketersediaan lahan yang berpotensi pengembangan untuk berbagai komoditas pertanian Menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian
Manfaat 1. 2.
Memberikan informasi tentang ketersediaan lahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Meranti Memberikan informasi kepada pemerintah daerah mengenai lahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai masukan dalam arahan pengembangan komoditas wilayah.
TINJAUAN PUSTAKA Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, hidrologi, dan vegetasi dimana variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi potensi penggunaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil dan spiritual. Penggunaan lahan dibedakan menjadi dua kategori, yakni penggunaan lahan untuk sektor pertanian dan untuk sektor non pertanian (Arsyad, 2006). Menurut Rayes (2007) penggunaan lahan secara umum digolongkan atas pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Studi evaluasi lahan setiap jenis penggunaan lahan dirinci ke dalam tipetipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori klasifikasi dari klasifikasi penggunaan lahan, melainkan mengacu pada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya di bawah kategori penggunaan lahan secara umum karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi dan keluaran. Tipe penggunaan lahan merupakan penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih terperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah
3
dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu, yaitu menyangkut pengelolaan, masukkan yang diperlukan, dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Penggunaan lahan merupakan hasil dari upaya manusia yang sifatnya terus menerus dalam memenuhi kebutuhan terhadap sumberdaya lahan yang tersedia. Oleh karena itu, sumberdaya lahan sifatnya dinamis, artinya mengikuti perkembangan hidup manusia dan budayanya (Sitorus, 1989). Jumlah penduduk yang semakin meningkat pada suatu tempat menyebabkan peningkatan terhadap kebutuhan pangan dan perumahan. Kebutuhan lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan perumahan telah menyebabkan pergeseran pola penggunaan lahan seperti pertanian semusim di daerah-daerah yang semestinya tidak diperbolehkan. Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah ruang dan kesesuaian lahan menyebabkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti terjadi erosi, menurunnya fungsi hidrologis hutan, terjadinya degradasi lahan dan meningkatnya lahan kritis serta kerusakan lingkungan (Desman, 2007). Di Indonesia penggunaan lahan memiliki tujuan umum yaitu untuk menjamin pengadaan pangan, sebagai sumber devisa bagi pembangunan untuk pemukiman dan sarana atau prasarana fasilitas umum dan konservasi. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pola dan jenis penggunaan lahan di Indonesia seperti sifat fisik lahan (iklim, topografi, drainase, sifat fisik, dan kimia tanah dan lain-lain), kondisi faktor budaya dan ekonomi serta kebijakan pemerintah. Besarnya kontribusi setiap faktor-faktor tersebut akan sangat beragam menurut waktu dan ruang (Lopulisa, 1995).
Evaluasi Sumberdaya Lahan Sumberdaya adalah segala bentuk-bentuk input yang dapat menghasilkan utilitas (kemanfaatan) proses produksi atau penyediaan barang dan jasa. Evaluasi sumberdaya merupakan proses untuk menduga potensi dan daya dukung sumberdaya untuk berbagai penggunaan. Dengan demikian, evaluasi sumberdaya adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan suatu sumberdaya dengan sifat yang dimiliki oleh sumberdaya tersebut. Hasil dari suatu evaluasi sumberdaya menjadi suatu dasar bagi tahap-tahap selanjutnya dalam perencanaan dan pengembangan wilayah (Rustiadi et al., 2011) Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tataguna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kesesuaian atau kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain, bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam
4
prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 2004) . Menurut metode FAO dalam Sitorus (2004), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) klasifikasi kesesuaian lahan dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung data yang tersedia. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angkaangka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi, dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasarkan atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan kualitatif (tidak dengan angka-angka) dan tidak ada perhitungan-perhitungan ekonomi.
Perencanaan Penggunaan Lahan Menurut Soil Conservation Society of America dalam Sitorus (1989), perencanaan penggunaan lahan merupakan proses inventarisasi dan penilaian keadaan (status), potensi dan pembatas-pembatas dari suatu daerah tertentu dalam sumberdaya dan berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan orang yang menaruh perhatian terhadap tanah tersebut dalam menentukan kebutuhankebutuhan mereka, keinginan dan aspirasinya untuk masa mendatang. Hakekatnya, suatu perencanaan penggunaan lahan lingkungan hidup manusia mencakup skala besar (wilayah nasional atau dunia) sampai skala kecil (lingkungan pekarangan) yang bertujuan agar penggunaan sumberdaya lahan dapat dilakukan secara intensif dan efisien serta berkesinambungan dengan inti dasar landasannya adalah kaidah-kaidah fisik lahan dan kaidah-kaidah perilaku yang menerangkan pola kegiatan manusia beserta motivasinya (sosial, ekonomi, budaya dan politik). Menurut Sandy dalam Sitorus (1989) perencanaan penggunaan lahan merupakan usaha untuk menata letak proyek-proyek pembangunan, baik yang diprakarsai oleh pemerintah maupun yang tumbuh dari prakarsa dan swadaya masyarakat sesuai dengan daftar skala prioritas sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat tercapai tertib penggunaan lahan, sedangkan di pihak lain tetap dihormati peraturan perundangan yang berlaku. Perencanaan penggunaan lahan merupakan hal yang penting dalam pemanfaatan sumberdaya lahan masa kini, dan terutama pada masa yang akan datang. Pertambahan penduduk disertai dengan perkembangan kota dan desa menyebabkan seluruh penggunaan lahan dan tanah menjadi lebih bersaing secara ketat. Lahan pertanian yang subur akan mendapat ancaman dan tekanan yang lebih besar dari pertumbuhan perkotaan dan perluasan fasilitas atau sarana untuk keperluan umum seperti perumahan, jalan raya, pasar, pertokoan dan lapangan terbang (Sitorus, 1989).
5
Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soewandita (2008) diketahui bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Bengkalis (sekarang Kabupaten Kepulauan Meranti) terdiri dari semak belukar, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan tanah kering sekunder, hutan tanah kering primer, lahan kosong/terbuka, lahan pertambangan, lahan tergenang/danau, perkebunan besar, perkebunan rakyat, permukiman, rawa, sawah/lahan pertanian, semak/alang-alang/rumput, sungai, dan tegalan atau ladang. Kesuburan tanah di Kabupaten Bengkalis untuk dilakukan budidaya secara umum terkendala oleh karakteristik pH tanahnya yang tergolong masam hingga sangat masam. Hasil analisis kesesuaian lahan (evaluasi lahan) menunjukkan sebagian besar lahan pada tingkat kesesuaian sesuai marginal. Lahan gambut di Riau yang tersedia untuk pengembangan pertanian adalah untuk tanaman kelapa/ kelapa sawit (244.690 ha) serta untuk tanaman nenas (237.009 ha) dan padi sawah (37.477 ha). Lahan tersedia untuk tanaman kelapa, kelapa sawit terutama terdapat di Indragiri Hilir, Pelalawan dan Bengkalis, sedangkan untuk tanaman nenas terutama terdapat di Bengkalis, Rokan Hilir, Siak dan Dumai. Untuk tanaman padi sawah lahan gambut tersedia untuk pengembangan hanya terdapat di Kabupaten Rokan Hilir (Hidayat dan Ritung, 2001).
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Analisis data dilakukan di Studio Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung sejak bulan Februari 2012 sampai dengan September 2012 dengan cakupan wilayah studi yang dikaji adalah Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau terdiri dari 7 kecamatan. Wilayah studi yang dikaji dapat dilihat pada Gambar 1.
Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitanak), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Kepulauan Meranti Tabel 1. No 1
2
3
4
5
6
Jenis Data Penelitian
Data Peta Digital RTRW Kaupaten Kepulauan Meranti Peta Digital Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti Peta Fungsi dan Peruntukan Kawasan Menurut TGHK dan Perizinan Kabupaten Kepulauan Meranti Skala 1:300.000 Peta Land Unit Kabupaten Kepulauan Meranti Skala 1:250.000 Data Luas Lahan Panen Komoditas Pertanian (2009 dan 2010) Data Jumlah Penduduk Perkecamatan
Sumber Data BAPPEDA Kab. Kepulauan Meranti BAPPEDA Kab. Kepulauan Meranti
Keterangan Untuk mengetahui penggunaan lahan kawasan lindung dan kawasan budidaya menurut Rencana Tata Ruang Untuk mengetahui batas administrasi di Kab. Kepulauan Meranti
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Kepulauan Meranti
Untuk mengetahui batas tata guna hutan kesepakatan dan untuk mengetahui batas hak pengusahaan hutan di Kabupaten Kepulauan Meranti
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor
Untuk melihat distribusi penyebaran tanah di Kab. Kepulauan Meranti
Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kepulauan Meranti
Untuk melihat tingkat produktifitas dan luas lahan pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti
BPS Kabupaten Kepulauan Meranti
Melihat jumlah penduduk dalam tingkat kecamatan
7
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Tahap Persiapan. Tahapan pertama dalam penelitan ini adalah dengan dilakukannya pemilihan topik penelitian, studi pustaka, pembuatan proposal, serta pencarian data-data yang diperlukan dalam penelitian serta pemilihan atau penentuan metode yang sesuai digunakan untuk analisis data. (2) Pengumpulan Data. Tahap ini diantaranya mengumpulkan datadata berupa data spasial dan data statistik. Unit terkecil wilayah yang digunakan dalam analisis adalah Kecamatan. Jenis data yang dikumpulkan seperti yang terlihat pada Tabel 1. (3) Analisis dan Pengolahan Data. Analisis dan pengolahan data yang digunakan adalah analisis LQ, dan SSA (mengetahui keunggulan komparatif wilayah dan keunggulan kompetitif wilayah), analisis kesesuaian lahan dan analisis ketersediaan lahan. (4) Interpretasi Hasil. Tahap ini berupa penyusunan implementasi hasil yang pada dasarnya merupakan proses perumusan hasil analisis sebagai bahan penyusunan skripsi. (6) Penulisan Skripsi. Penulisan skripsi merupakan kegiatan akhir dari kegiatan penelitian. Tahapan penelitian ini disajikan pada Gambar 2. Diagram alir penelitian terdiri dari beberapa tahapan. Pertama studi literatur dan tujuan penelitian. Kedua tahap pengumpulan data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Ketiga tahap pengolahan data dengan teknik analisis LQ dan SSA untuk menentukan komoditas pertanian yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan. Keempat tahap penyusunan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan untuk penyusunan arahan pengembangan komoditas wilayah di Kabupaten Kepulauan Meranti yang berdasarkan komoditas unggulan (komparatif dan kompetitif) serta dengan mempertimbangkan aspek kesesuaian dan ketersediaan lahan.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan disajikan pada Tabel 2 mencakup analisis keunggulan komparatif dan kompetitif untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, analisis kesesuaian lahan untuk mengetahui jenis komoditas yang cocok dikembangkan berdasarkan pendekatan satuan lahan dan analisis ketersediaan lahan untuk mengetahui lahan tersedia (memiliki potensi untuk direncanakan) terhadap komoditas yang cocok untuk dikembangkan. Perangkat lunak dan paket program untuk menganalisis data yang digunakan antara lain ArcGIS dan Microsoft Excel.
8
Tujuan Penelitian Studi Literatur Pengumpulan Data
Peta Land Unit Kab. Kepualauan Meranti 1:250.000 (Puslitanak Bogor, 1990)
Digitasi
Peta Digital Land Unit
Tabel Kriteria Berbagai Kesesuaian Lahan Berbagai Komoditas
Data Luas lahan Berbagai Komoditas Kab.Kepulauan Meranti (BPS,2010)
Analisis LQ
Nilai LQ Sektor Basis
Data Luas lahan Berbagai Komoditas Kab.Kepulauan Meranti (BPS, 2009 dan 2010)
Digitasi dan Overlay
Analisis SSA
Nilai SSA dan Pergeseran Struktur Aktifitas
Peta Kesesuaian Lahan untuk Berbagai Komoditas
Data Peta Fungsi dan Peruntukan Kawasan Menurut TGHK dan Perizinan, RTRW
Peta Digital HPH,TGHK dan RTRW
Peta Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas
Peta Digital Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan
Arahan Pengembangan Komoditas Wilayah
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
9
Tabel 2.
Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Output yang Diharapkan
No Tujuan Penelitian 1 Mengetahui komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti
Jenis data -
2
Menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas
3
Mengkaji dan menganalisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas
4
Menyusun arahan pengembangan komoditas wilayah
Data luas lahan berbagai komoditas pertanian (BPS 2010 dan 2011
Teknis Analisis -
-
Peta digital unit- unit wilayah administrasi Peta Land Unit Kab. Kepulauan Meranti (Puslitanak, 1990) Peta: administrasi Kab. Kepulauan Meranti Peta fungsi dan peruntukan kawasan menurut TGHK dan perizinan, RTRW (Pola ruang dan arahan pengembangan Perkotaan) Hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif serta kesesuaian dan ketersediaan lahan
Output
Analisis keunggulan komparatif wilayah (LQ), Analisis keunggulan kompetitif wilayah (SSA)
Mengetahui lokasi pemusatan/basis komoditas tertentu Mengetahui pergeseran struktur aktifitas di Kab. Kepulauan Meranti Mengetahui jenis komoditas yang cocok untuk dikembangkan
Analisis kesesuaian lahan
-
Analisis ketersediaan lahan
-
Peta ketersediaan lahan yang memiliki potensi untuk direncanakan
Membandingkan seluruh hasil analisis data yang diperoleh
-
Suatu arahan pengembangan komoditas wilayah yang tepat sesuai dengan potensi lahan yang dimiliki
10
Analisis Penetapan Komoditas Unggulan Pemilihan komoditas ditetapkan dengan analisis LQ dan Shift-share. Secara lebih detil uraian tentang kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut: Location Quotient (LQ) Location Quotient (LQ) merupakan analisis untuk melihat keunggulan komparatif berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti dalam tingkat kecamatan. LQ bertujuan membandingkan aktifitas komoditas di kecamatan dalam aktifitas tertentu dengan total aktifitas komoditas tertentu di Kabupaten Kepulauan Meranti. LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas komoditas pada kecamatan ke-i terhadap persentase aktifitas total komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti. Analisis LQ digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya pemusatan aktifitas komoditas pertanian pada kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data luas lahan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010. Terdiri dari 21 Komoditas pertanian yang dianalisis yang dikelompokkan menjadi tanaman perkebunan, pangan, buah-buahan dan sayursayuran. Asumsi dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Menurut Blakely (1994) persamaan indeks LQ adalah : LQ IJ = dimana: X ij X. i X. j X..
( 𝑋𝑖𝑗 / 𝑋.𝑖 )
: : : :
( 𝑋.𝑗 / 𝑋..)
derajat aktifitas komoditas (luas lahan) ke-j di Kecamatan ke-i total aktifitas komoditas (luas lahan) di Kecamatan ke-i total aktifitas komoditas (luas lahan) ke-j di semua Kecamatan derajat aktifitas total komoditas (luas lahan) di Kabupaten Kepulauan Meranti Jika nilai LQ ij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi atau pemusatan suatu aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah. Jika nilai LQ ij = 1, maka aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total aktifitas komoditas dalam Kabupaten Kepulauan Meranti. Jika nilai LQ ij < 1, maka aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum di temukan diseluruh kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Shift Share Analysis (SSA) Shift share analysis (SSA) merupakan analisis untuk melihat keunggulan kompetitif komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti. SSA merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti dibandingkan dengan dua titik waktu, aktifitas komoditas tahun 2009 dan2010. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data luas lahan komoditas pertanian tahun 2009 dan 2010. Terdapat tiga komponen yang dapat dianalisis yaitu komponen regional share, komponen proportional shift, dan komponen differential shift. Komponen regional share menyatakan
11
pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti pada dua titik waktu, yaitu tahun 2009 dan 2010. Komponen proportional shift menentukan pertumbuhan total aktifitas komoditas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum di Kabupaten Kepulauan Meranti. Komponen differential shift menjelaskan tingkat kompetitif aktifitas komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktifitas komoditas tertentu tersebut di Kabupaten Kepulauan Meranti. Persamaan SSA ( Shift share analysis) adalah sebagai berikut : 𝑋..(𝑡 ) 𝑋𝑖(𝑡 ) 𝑋..(𝑡 ) 𝑋𝑖𝑗 (𝑡 ) 𝑋.𝑖 (𝑡 ) SSA = ( 𝑋..(𝑡1 ) − 1)+( 𝑋𝑖(𝑡1 ) − 𝑋..(𝑡1 ) )+( 𝑋𝑖𝑗 (𝑡1 ) − 𝑋.𝑖 (𝑡1 )) (Rustiadi et al., 2011) 0
0
A
B
0
0
C
0
Dimana: A B C X.. Xij X.i t1 t2
= Komponen share = Komponen proportional shift = Komponen diiferential shift = Nilai total aktifitas komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti = Nilai aktifitas komoditas tertentu dalam Kecamatan = Nilai total aktifitas komoditas tertentu di Kabupaten Kepulauan Meranti = Nilai tahun akhir = Nilai tahun awal
Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti diketahui dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dengan pendekatan satuan lahan (land unit). Data satuan lahan diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitanak) Bogor berskala 1:250.000. Ringkasan mengenai data atau sifat satuan lahan berdasarkan Puslitanak (1990) dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam dokumen Puslitanak tersebut dijelaskan hampiran berbagai karakteristik tanah yang digunakan untuk penetapan kelas kesesuaian lahan. Informasi dari satuan lahan tersebut beberapa data diambil dari Bappeda seperti data temperatur. Penetapan kesesuaian lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti berdasarkan metode FAO (1976) yaitu membandingkan persyaratan tumbuh tanaman (komoditas pertanian) dengan kualitas lahan. Menurut Sitorus (2004) terdapat beberapa sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dipakai di Indonesia adalah sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976). Tingkatan kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem klasifikasi ini, ditunjukan pada kategori yang bersifat menurun. Pertama ordo menunjukkan suatu lahan sesuai (S) atau tidak sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, SI (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan untuk ordo yang tidak sesuai dalam analisis ini hanya sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga sub-kelas menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Evaluasi kesesuaian lahan dengan pendekatan satuan lahan ini hanya dilakukan sampai pada tingkat tinjau.
12
Penilaian terhadap kesesuaian lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti ditujukan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian. Penilaian kesesuaian lahan meliputi tanaman perkebunan (karet, kelapa, sagu dan kopi), tanaman pangan (padi sawah, jagung, ketela rambat dan ketela pohon), buahbuahan (sawo, pepaya, pisang, jambu biji, sukun, nenas, dan manggis) dan sayursayuran (terung, kacang panjang, cabe (cabe besar dan cabe rawit) dan ketimun. Penelitian ini mencakup 20 komoditas, tetapi untuk komoditas pinang dalam penilaian kesesuaian lahan tidak dilakukan evaluasi karena ketidaktersediaan data dan sagu hanya dilakukan evaluasi dengan data yang terbatas. Kriteria evaluasi kesesuaian lahan dan kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai Lampiran 20 dan Lampiran 23 sampai Lampiran 41. Karakteristik lahan yang dievaluasi adalah karakteristik fisik lahan yang sulit atau tidak bisa dirubah, tetapi mempengaruhi pertumbuhan tanaman (komoditas). Karakteristik lahan tersebut meliputi : temperatur (tc) (temperatur rerata, ketinggian), ketersediaan air (wa), ketersediaan oksigen (oa) (drainase), media perakaran (rc) (tekstur, kedalaman tanah, gambut (ketebalan dan kematangan), retensi hara (nr) (KTK liat, pH, C-Organik), toksisitas (xc) (salinitas), bahaya sulfidik (xs) (kedalaman sulfidik), bahaya erosi (eh) (lereng) dan penyiapan lahan (lp) (singkapan batuan). Analisis Ketersediaan lahan Analisis ketersediaan lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti bertujuan melihat bagaimana status suatu lahan yang sesuai apakah masih tersedia untuk suatu pengembangan komoditas unggulan. Lahan tersedia ini merupakan bagian penting dalam arahan pengembangan komoditas karena menyangkut ketersediaan akan suatu sumberdaya alam. Analisis ketersediaan lahan menggunakan data-data: peta fungsi dan peruntukan kawasan menurut TGHK (tata guna hutan kesepakatan) dan perizinan (Lampiran 21), RTRW (pola ruang dan pengembangan kawasan perkotaan) (Lampiran 22). Kedua peta tersebut ditumpangtindihkan untuk melihat ketersediaan lahan. Hasil tumpang tindih peta-peta tersebut menghasilkan lahan tersedia dan tidak tersedia. Lahan yang dikategorikan tidak tersedia untuk pengembangan komoditas pertanian pada peta fungsi dan peruntukan kawasan menurut TGHK dan perizinan adalah lahan yang berada dalam hutan lindung, suaka margasatwa, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap serta yang telah diperuntukkan perizinannya untuk pihak swasta (perusahaan). Lahan yang berada di hutan produksi konversi (HPK) dan areal penggunaan lain (APL) dikategorikan lahan tersedia. Lahan yang dikategorikan tidak tersedia pada peta RTRW adalah lahan yang berada dalam kawasan lindung seperti kawasan hutan lindung, sempadan pantai, hutan mangrove/bakau dan suaka margasatwa. Lahan tersedia, lahan yang berada dalam kawasan budidaya seperti kawasan hutan produksi (hutan produksi konversi) dan kawasan pertanian. Lahan yang berada dalam kawasan yang telah terdaftar untuk kegiatan tertentu (kawasan pengembangan perkotaan, pemukiman, industri dan pertambangan) dikategorikan tidak tersedia. Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Arahan pengembangan komoditas setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti berdasarkan pada komoditas unggulan yaitu yang memiliki
13
keunggulan komparatif dan kompetitif serta dengan mempertimbangkan hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif menjadi prioritas utama dalam arahan pengembangannya. Komoditas yang komparatif namun tidak kompetitif atau sebaliknya tidak dijadikan prioritas utama dalam arahan pengembangan komoditas. Penetapan pengalokasian pengembangan komoditas pertanian setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu komoditas yang memiliki LQ>1 dan DF>0 (SSA). Komoditas yang tidak termasuk kedalam komoditas unggulan, namun memiliki LQ>1 dan DF<0 (SSA) atau sebaliknya dapat dialokasikan untuk pengembangan tetapi tidak dijadikan prioritas utama dalam pengalokasian pengembangan komoditas. Pemilihan lokasi berdasarkan lahan sesuai dan tersedia. Lahan sesuai dimulai dari kelas S1 (sangat sesuai), dilanjut dengan lahan dengan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal). Selanjutnya pemilihan lokasi berdasarkan lahan-lahan yang memiliki ketersediaan untuk arahan pengembangan komoditas. Lahan dengan status tersedia dapat dialokasikan untuk pengembangan komoditas, sedangkan yang tidak tersedia, tidak dialokasikan untuk pengembangan komoditas.
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Geografi dan Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Kepulauan Meranti terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera pada koordinat 01⁰39'33"-01⁰25'08” LU dan 102⁰10'29"-103⁰16'43” BT. Posisi ini sangat strategis, yaitu pada jalur pelayaran internasional tersibuk di Selat Malaka, berbatasan langsung dengan Malaysia. Berada pada segitiga pertumbuhan ekonomi yaitu Indonesia – Malaysia - Thailand (IMT-GT). Secara administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti berbatasan dengan Selat Malaka dan Malaysia di Utara, berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan di Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis di Barat, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Pinang Masak dan Kabupaten Karimun. Pembagian secara administrasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Pembagian Administrasi dan Luas Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti
Kecamatan Luas Kecamatan (Km2) Tebing Tinggi 81 Tebing Tinggi Barat 587 Merbau 974 Rangsang 681 Rangsang Barat 242 Pulau Merbau 375 Tebing Tinggi Timur 769 Jumlah 3.708 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti (2011) No. 1 2 3 4 5 6 7
Luas (%) 2,18 15,84 26,27 18,35 6,52 10,11 20,73 100
14
Kabupaten Kepulauan Meranti terdiri dari 7 Kecamatan dengan luas total wilayahnya 3707,84 Km2. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Merbau dengan luas 973,91 Km2 atau sekitar 26,27% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Tebing Tinggi dengan luas 81 Km2 atau sekitar 2,18% dari luas total wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Kondisi Fisik Geografis Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan wilayah kepulauan. Terdiri atas 4 pulau utama yaitu Pulau Merbau, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Rangsang dan Pulau Padang. Kondisi geologi wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti termasuk kedalam endapan permukaan muda (Qh) dan endapan permukaan tua (Qp). Wilayah pesisir pada umumnya didominasi oleh endapan rawa yang berupa lumpur, liat dan bahan organik. Endapan lumpur liat umumnya dijumpai di daerah pantai. Bagian yang jauh dari pantai terbentuk tanah dengan bahan induk organik yang merupakan sisa vegetasi rawa. Bahan endapan rawa merupakan proses akumulasi atas aktifitas laut/marin dan sungai. Akibat keadaaan tata air yang kurang baik maka terjadi penumpukkan bahan organik karena proses pelapukan terhambat. Pada akhirnya terbentuk tanah organik (gambut) yang sebagian besar mempunyai kedalaman besar dari 2 meter (kubah gambut). Sebagian besar kubah gambut ini telah diusahakan oleh masyarakat untuk pertanian.
Kondisi Tanah Berdasarkan bentuk dan ukuran butirannya, tekstur tanah di Kabupaten Kepulauan Meranti dibedakan atas 2 bagian, yaitu tekstur halus yang dapat dijumpai pada hampir semua kecamatan dan tekstur kasar (pasir). Sementara berdasarkan jenisnya, sebagian besar terdiri dari jenis tanah Organosol dan tanah Aluvial. Jenis tanah organosol tersebar dihampir semua kecamatan.
Keadaan Iklim Dari aspek klimatologi, Kabupaten Kepulauan Meranti terletak di dataran rendah yang beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan temperatur udara berkisar antara 260 – 320 C, dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2.000–2500 mm/tahun. Musim kemarau di Kabupaten Kepulauan Meranti pada umumnya terjadi pada bulan Februari – Agustus dan musim hujan terjadi pada bulan September – Januari dengan jumlah hari hujan pada tahun 2005 berkisar antara 25 – 63 hari/tahun. Kondisi klimatologi ini mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh iklim global.
15
Kependudukan dan Potensi Ekonomi Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Meranti untuk jumlah penduduk Pada tahun 2010 sekitar 176.290 jiwa yang terdiri dari 90.566 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 85.724 jiwa perempuan. Bila dibandingkan dari luas wilayah sebesar 3707,84 Km2 maka diperoleh tingkat hunian/kepadatan penduduk (population density) sebesar 47 jiwa per kilometer persegi. Kondisi seperti ini mencerminkan wilayah yang masih banyak kosong (belum berpenghuni). Wilayah yang masih kosong ini biasanya belum termanfaatkan secara optimal untuk kegiatan ekonomi. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi dengan kepadatan penduduk sebesar 672 jiwa/Km2 dan Kecamatan Rangsang Barat sebesar 103 jiwa/Km2. Sebaliknya tingkat kepadatan terendah terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi Timur dan Tebing Tinggi Barat yaitu sebesar 15 jiwa/Km2 dan 26 jiwa/Km2. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah di setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4.
No 1 2 3 4 5 6 7
Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Luas Jumlah Tingkat Kecamatan Kecamatan Penduduk Kepadatan (Km2) (jiwa) (jiwa/Km2) 81 Tebing Tinggi 54.412 672 Tebing Tinggi Barat 587,33 15.260 26 Merbau 973,91 29.530 30 Rangsang 680,5 26.327 39 Rangsang Barat 241,6 24.926 103 Pulau Merbau 375 14.500 39 Tebing Tinggi Timur 768,5 11.335 15 Jumlah 3.707,84 176.290 48
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti (2011)
Sektor ekonomi yang telah diusahakan di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, perdagangan, bangunan dan lain-lain. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2005-2010 menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku, sektor pertambangan dan penggalian menempati urutan pertama dari tahun 2004-2009 namun terdapat pengecualian untuk tahun 2010 sektor pertanian menempati urutan pertama. Sektor pertanian berada pada urutan terbesar kedua setelah pertambangan dan penggalian dari tahun 2005-2009 dan berada pada peringkat pertama pada tahun 2010. Data PDRB tersebut menunjukkan sektor pertanian terus mengalami peningkatan terbesar dibandingkan yang lainnnya. Data PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 5.
16
Tabel 5.
PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (Juta Rp). Tahun
No
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2 3
Pertambangan Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Perdagangan, Hotel dan Restauran Bangunan
4 5
6 7 8
9
Pengangkutan dan Komunikasi Kauangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa
PDRB Termasuk Migas PDRB Tanpa Migas
2005
2006
2007
2008
2009
2010
983.670,50
1.134.728,78
1.356.390,75
1.636.293,74
1.882.480,49
2.197.821,86
1.163.823,98 669.334,91
1.322.682,97 796.826,17
1.728.427,29 970.362,88
2.342.412,77 1.228.447,44
2.046.476,74 1.456.693,51
1.942.413,72 1.806.398,97
6.756,15
7.644,44
9.105,99
10.837,50
12.870,61
15.535,15
501.846,39
585.836,72
692.468,53
889.618,84
1.055.794,04
1.279.514,67
39.125,19
47.862,76
76.146,59
112.584,31
141.162,09
184.052,00
64.695,68
82.018,55
97.746,94
115.225,09
138.154,64
168.555,73
24.319.39
28.862,23
34.431,25
41.636,74
52.585.14
68.716,61
102.414,63
139.853,63
164.861,88
193.877,97
228.072,17
276.711,65
3.555.986,81
4.146.316,23
5.129.942,10
6.570.934,39
7.014.289,44
7.939.720,36
2.393.446,63
2.825.105,82
3.403.235,49
4.230.554,92
4.970.270,34
5.999.764,29
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti (2011)
Penggunaan Lahan dan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan data yang didapat dari Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti dalam RTRW 2011-2031 bahwa penggunaan lahan saat ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan sekunder seluas 134.815,38 ha dari total luas wilayah secara keseluruhan. Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) untuk luas total RTH eksisting di Kawasan Perkotaan sebesar 9,24 ha atau 21% dari luas total kawasan perkotaan. Luas penggunaan lahan dan ruang terbuka hijau dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pola Penutupan /Penggunaan Lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti Pola Penggunaan Lahan
Hutan Belukar Hutan Bakau Hutan Sekunder Kebun Campuran Lahan Kering (Tegalan) Alang-alang Hutan Primer Tebangan Kayu Hutan Karet Lahan Basah (Sagu) Lahan Basah (Sawah) Perkebunan Kelapa Permukiman Pertambangan Rawa Tanah Kosong Lain Lain Jumlah Sumber : Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti (2011)
Luas (ha) 67.180,71 26.862,64 134.815,38 10.491,63 16.896,25 6.250,04 8.963,87 28.098,56 18.505,57 657,68 29.291,79 6.367,59 224,61 421,13 4.995,70 143,19 359.806,00
17
Tabel 7.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Luas Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kabupaten Kepulauan Meranti Perkotaan
Selat Panjang Alai Teluk Belitung Tanjung Samak Tanjung Sari Kuala Merbau Tanjung Padang Peranggas Jumlah
Luas Kawasan Perkotaan (ha) 7,270 4,300 5,200 2,900 5,600 2,900 15,000 640 43,810
Luas RTH Eksisting (ha) 1,527 817 1,040 580 1,120 580 3,450 122 9,235
(%) 3.48 1.86 2.37 1.32 2.56 1.32 7.87 0.28 21.08
Luas RTH Rencana (ha) 2181 1290 1560 870 1680 870 4500 192 13,143
(%) 4.98 2.94 3.56 1.99 3.83 1.99 10.27 0.44 30.00
Sumber : Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti (2011)
Jaringan Jalan dan Transportasi Jaringan transportasi di wiilayah Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi jalur darat dan air. Untuk jalur darat, sebagian besar permukaan jalan masih berupa tanah yakni sebesar 65,41%. Panjang jalan yang berbentuk aspal yakni sebesar 3,57%. Situasi seperti ini tentunya akan mempersulit masyarakat dalam menjalankan aktifitas sehari-sehari. Secara umum akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Berikut disajikan mengenai panjang jalan menurut jenis permukaan Tabel 8. Tabel 8. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Tahun 2009 Permukaan Panjang (km) Persentase (%) Aspal 32,20 3,57 Kerikil 30,60 3,39 Beton 249,39 27,63 Tanah 590,31 65,41 Jumlah 902,50 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti (2010) Jalur transportasi air meliputi laut dan sungai, untuk transportasi antar pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti atau transportasi keluar daerah secara umum transportasi yang digunakan seperti kapal, perahu motor dan rakit untuk jarak yang dekat. Selain itu untuk mendukung pengembangan sistem transportasi laut terdapatnya pelabuhan. Pelabuhan sebagai prasarana utama tempat dilakukannya bongkar muat barang, naik turun penumpang orang serta pusat peralihan antara moda angkutan darat dan angkutan laut. Sinergiitas transportasi darat dan laut sangat penting untuk wilayah yang terdiri dari pulau-pulau.
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Komoditas untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Pada penelitian ini komoditas yang dikaji adalah komoditas pertanian yang meliputi tanaman perkebunan (karet, kelapa, sagu, kopi, dan pinang), tanaman pangan (padi sawah, jagung, ketela rambat, dan ketela pohon), buah-buahan (sawo, pepaya, pisang, jambu biji, sukun, nenas dan manggis) dan sayur-sayuran (terung, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit dan ketimun). Data yang digunakan adalah berupa data luas panen komoditas pertanian tahun 2009 dan 2010. Luas lahan komoditas pertanian tahun 2009 dan 2010 tertera pada Lampiran 42 dan 43. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) terhadap luas panen komoditas pertanian tahun 2010 di Kabupaten Kepulauan Meranti, beberapa komoditas yang telah dikelompokkan didapatkan nilai indek LQ >1 dan lebih besar dari yang lainnya. Komoditas tanaman perkebunan komoditas karet memiliki nilai LQ (3,57) paling besar diantara komoditas tanaman perkebunan lainnya, di Kecamatan Pulau Merbau. Komoditas tanaman pangan padi sawah memiliki nilai LQ (4,88) lebih besar dari lainnya, di Kecamatan Rangsang. Komoditas buah-buahan pisang memiliki nilai LQ (8,00) lebih besar dari yang lainnya, di Kecamatan Tebing Tinggi. Komoditas sayur-sayuran cabe besar memiliki nilai LQ (6,38) lebih besar dari yang lainnya, di Kecamatan Tebing Tinggi. Berdasarkan analisis Lacation Quotient (LQ) di peroleh komoditas yang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Kepulauan Meranti. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif tersebut adalah komoditas dengan nilai LQ >1. Seperti karet untuk tanaman perkebunan, padi sawah untuk komoditas tanaman pangan, pisang untuk komoditas buah-buahan dan cabe besar untuk tanaman sayur-sayuran. Hasil perhitungan LQ untuk berbagai komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat secara rinci pada Tabel 9. Untuk melengkapi hasil analisis LQ dilakukan perhitungan Shift share analysis (SSA). Data yang digunakan adalah data luas panen berbagai komoditas di setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2009 dan 2010. Data yang digunakan dengan jarak 1 tahun, hal ini dikarenkan Kabupaten ini masih baru terbentuknya yakni pada tahun 2008 sehingga data yang tersedia adalah data luas panen berbagai komoditas tahun 2009 dan 2010. Pada data ini untuk perhitungan SSA, beberapa kecamatan harus digabung yakni Kecamatan Merbau dengan Pulau Merbau dan Kecamatan Tebing Tinggi dan Tebing Tinggi Timur. Hal tersebut harus dilakukan karena pada tahun 2010 kecamatan tersebut mengalami pemekaran. Hasil perhitungan SSA untuk dua titik tahun menunjukkan bahwa komponen laju pertumbuhan total pengembangan komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 5,9% (regional share). Untuk laju pertumbuhan komoditas (proportional shift), komoditas tanaman perkebunan, tanaman pangan (kecuali jagung), dan sayuran-sayuran (kecuali terung) mempunya nilai dari 0,0 sampai negatif (-) artinya komoditas-komoditas tersebut laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingakan laju pertumbuhan komoditas secara keseluruhan. Pada komoditas buah-buahan nilai menunjukkan nilai positif (>0) artinya komoditas buah-buahan laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan total komoditas diwilayah tersebut.
Tabel 9. Nilai Perhitungan LQ untuk Berbagai Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Tanaman Perkebunan
Wilayah (Kecamatan)
Karet
Kelapa
Sagu
Kopi
Pinang
Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Timur Rangsang Rangsang Barat Merbau Pulau Merbau
1,31 0,17 0,47 0,23 1,21 1,71 3,57
0,15 0,20 0,44 2,49 1,62 0,21 0,52
1,73 0,15 2,35 0,31 0,06 1,22 0,74
0,72 0,00 0,33 0,72 3,55 0,00 0,24
0,51 0,22 0,25 0,87 3,09 0,30 1,10
Padi Sawah 0,00 0,95 0,00 0,00 4,88 0,00 0,00
Tanaman Pangan Ketela Jagung rambat 2,08 3,27 3,76 4,22 0,00 0,00 0,65 0,57 0,64 0,92 1,25 0,00 0,00 0,00
Buah-buahan
Ketela Pohon 1,30 2,94 0,00 0,42 0,59 2,44 0,00
Sawo
Pepaya
0,00 0,00 0,00 2,94 2,03 0,00 0,00
2,95 0,00 0,00 0,94 0,96 1,23 0,00
Tabel 10 (Lanjutan). Buah-buahan
Wilayah (Kecamatan)
Pisang
Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Timur Rangsang Rangsang Barat Merbau Pulau Merbau
0,23 8,00 0,00 0,50 1,43 0,49 0,00
Jambu Biji 0,00 0,48 0,00 0,00 0,49 4,86 0,00
Sukun
Nenas
Manggis
Terung
2,31 0,00 0,00 1,17 0,00 2,47 0,00
2,08 0,00 0,00 2,09 0,69 0,86 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 5,19 0,00 0,00
2,47 0,00 0,00 0,54 0,00 3,08 0,00
Sayur-sayuran Kacang Cabe Panjang Besar 1,85 1,48 4,38 6,38 0,00 0,00 0,48 0,48 0,65 0,52 1,39 1,11 0,00 0,00
Cabe Rawit 1,59 4,55 0,00 0,34 0,37 1,98 0,00
Ketimun 2,28 2,45 0,00 0,87 0,40 1,57 0,00
19
20
Komoditas dengan nilai Differential shift lebih besar dari 0 (DF>0) menunjukkan komoditas tersebut memiliki keunggulan kompetitif, sedangkan nilai DF <0 menunjukkan komoditas tersebut komoditas yang tidak kompetitif. Untuk komoditas terung pada analisis DF tidak didapatkan hasil perhitungan, karena komoditas ini berdasarkan data tahun 2009 belum ada yang diusahakan pada setiap kecamatan, sehingga merupakan komoditas yang baru di usahakan pada tahun 2010. Nilai perhitungan SSA setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Tabel 10. Komoditas pertanian yang dipilih untuk arahan pengembangan komoditas pertanian berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif pada setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Berdasarkan analisis LQ dan SSA untuk melihat keunggulan komparatif dan kompetitif diperoleh beberapa komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi pengembangan komoditas pertanian setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Tabel 11.
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Untuk melengkapi informasi mengenai potensi wilayah di setiap kecamatan, maka dilakukan analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan pada tingkat tinjau karena analisis dilakukan hanya berdasarkan pendekatan peta satuan lahan Kabupaten Kepulauan Meranti skala 1:250.000 (Puslitanak, 1990) yang disesuaikan dengan tabel kesesuaian lahan. Sifat satuan lahan (land unit) tertera pada Lampiran 1. Secara spasial penyebaran satuan satuan lahan di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Gambar 3 dan keterangan peta satuan lahan dapat dilihat pada Tabel 12. Hasil evaluasi kesesuaian lahan pada satuan lahan untuk 19 komoditas pertanian berturut-turut disajikan pada Lampiran 2 sampai 20. Dari 19 komoditas pertanian tersebut hanya 16 yang termasuk komoditas unggulan. Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan sagu, pinang, kopi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, sawo, pepaya, pisang, nenas, jambu biji, sukun, manggis, cabe (cabe besar dan cabe rawit), kacang panjang dan ketimun (komoditas pinang tidak dilakukan evaluasi karena ketidaktersediaan data dan sagu hanya dilakukan evaluasi dengan data yang terbatas) satuan lahan yang sesuai dan tidak sesuai menunjukkan hasil kelas kesesuaian yang sama untuk setiap satuan lahan. Untuk itu, cakupan pembahasan mengenai kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian (komoditas unggulan) ini diringkas, tanpa harus membahas kesesuaian lahan untuk setiap komoditas. Satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist), D.2.2.2 (Troposaprist, Tropohemists), D.2.2.3 (Troposaprists, Tropohemists) dan D.2.3.2 (Troposaprists) adalah sesuai untuk semua komoditas unggulan. Hal ini berarti setiap satuan lahan yang dievaluasi kesesuaian lahannya, tergolong S3 (sesuai marginal) untuk semua komoditas unggulan. Sementara itu, satuan lahan Bf.4.3 (Sulfaquents, Hydraquents), Bf.4.4 (Sulfaquents, Hydraquents), Bq.2 (Tropopsamments) dan D.2.1.3 (Troposaprists, Tropohemists dan Tropofibrists) tidak sesuai untuk semua komoditas unggulan. Satuan lahan Bf.4.3 dan Bf.4.4 (untuk jenis tanah Sulfaquent dan Hydraquent) tingkat kesesesuaian N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas kedalaman sulfidik (xs).
21
Tabel 10. Nilai Perhitungan SSA untuk Berbagai Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Tanaman Perkebunan Wilayah (Kecamatan) Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Rangsang Rangsang Barat Merbau Proporsional Shift Regional Share
Karet
Kelapa
-0,01 0,00
Tanaman Pangan Padi Ketela Pinang Jagung sawah Rambat Diffrential Shift 0,10 0,30 -0,21 0,51
Buah-buahan Ketela Pohon
Sawo
Pepaya
-0,42
154,26
4909,66
-0,23
154,26
-215,14
-0,05
0,00
83,55
3284,86
1,15
0,47
154,26
48,02
Sagu
Kopi
0,02
0,30
-0,04
0,01
-0,19
-0,32
-0,42
0,06
0,16
0,15
0,00
0,00
0,27
0,06
0,09
0,10
0,26
0,00
0,00
0,27
0,06
0,09
0,00
2,59
0,00
0,00
0,26
-0,60
-0,25
0,10
-0,27
-0,85
0,73
-16,45
384,86
-0,06
-0,06
-0,33
-0,12
-0,15
-0,12 0.059
0,01
-0,21
-0,23
15,39
214,08
Tabel 11 (Lanjutan). Buah-buahan Wilayah (Kecamatan)
Pisang
Jambu Biji
Sukun
Nenas
Manggis
Terung
Sayur-sayuran Kacang Cabe Cabe Panjang Besar Rawit
Ketimun
Diffrential Shift Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Rangsang Rangsang Barat Merbau Proporsional Shift Regional Share
3549,01
1782,23
117,55
106201,56
4,22
-
-0,04
-0,08
-0,26
-0,07
-78,33
-406,29
-234,88
-5329,41
-5,26
-
1,45
0,38
0,36
0,31
1165,62
1782,23
-18,71
60003,92
4,22
-
-0,18
-0,08
-0,44
0,09
3549,01
1782,23
117,55
106201,56
0,29
-
-0,04
-0,27
-0,44
-0,09
2339,78
875,71
-9,88
106201,56
4,22
159,16
423,23
233,82
5328,35
4,20
-
6513,01 0.059
-0,25
0,25
0,74
0,12
-0,30
-0,64
-0,42
-0,87
*) - komoditas yang baru diusahakan pada tahun 2010
21
22
Tabel 11.
Potensi Pengembangan Komoditas setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti
Kecamatan Tebing Tinggi
Komparatif Pisang Cabe besar Cabe rawit Kacang panjang Ketimun Ketela rambat Jagung
Kompetitif Kelapa Padi sawah Jagung Ketela rambat Kacang panjang Cabe besar Cabe rawit Ketimun
Komoditas Unggulan Jagung, Ketela rambat (tanaman pangan) Cabe besar, Cabe rawit, Kacang panjang, Ketimun (sayur-sayuran)
Tebing Tinggi Timur Tebing Tinggi Barat
Sagu Karet Sagu Ketela rambat Jagung Pepaya Sukun Nenas Terung Ketimun Kacang panjang Cabe besar Cabe rawit
Kelapa Sagu Pinang Padi sawah Ketela rambat Sawo Pepaya Pisang Jambu biji Sukun Nenas Manggis
Sagu (tanaman perkebunan) Ketela rambat (tanaman pangan) Sukun, Pepaya, Nenas (buahbuahan)
Rangsang
Kelapa Sawo Nenas Sukun
Sawo, Nenas (buah-buahan)
Rangsang Barat
Kopi Pinang Kelapa Karet Padi sawah Manggis Pisang Pepaya
Sagu , Kopi, Pinang, Padi sawah, Jagung, Sawo, Pepaya, Jambu biji, Pisang, Nenas, Ketimun Sagu, Kopi, Pinang, Jagung Ketela rambat, Ketela pohon, Sawo, Pepaya, Pisang, Jambu biji, Sukun, Nenas, Manggis
Merbau
Karet Sagu Ketela pohon Jagung Jambu biji Sukun Terung Cabe besar Cabe rawit Ketimun Kacang panjang Karet dan Pinang
Sagu, Padi sawah, Ketela pohon, Pepaya, Pisang Jambu biji, Nenas, Manggis Cabe besar, Cabe rawit, Ketimun
Sagu (tanaman Perkebunan) Ketela pohon (tanaman pangan) Jambu biji (buah-buahan) Cabe besar, Cabe rawit, Ketimun (sayur-sayuran)
Pulau Merbau
Kopi, Pinang (tanaman perkebunan) Pisang, Pepaya, Manggis (buahbuahan)
23
Gambar 3. Peta Satuan Lahan Kabupaten Kepulauan Meranti Tabel 12. Satuan Lahan (land unit) Bf.4.3
Keterangan Peta Satuan Lahan Deskripsi Umum
Bq.2 D.2.1.2
Dataran pasang surut sepanjang pantai dan bervegetasi bakau Dataran pasang surut sepanjang estuarin bervegetasi mangrove campuran atau nipah Gumuk pasir dan sedimen kasar Kubah gambut oligotrofik air tawar
D.2.1.3
Kubah gambut oligotrofik air tawar
D.2.2.2
Kubah gambut oligotrofik terpengaruh air asin
D.2.2.3
Kubah gambut oligotrofik terpengaruh air asin
D.2.3.2
Kubah gambut yang telah diolah mengalami pemadatan
X.2
Daerah pemukiman, kota besar dan daerah pembangunan
Bf.4.4
Jenis Tanah Sulfaquents Hydraquents Sulfaquents Hydraquents Tropopsamments Troposaprists Tropohemists Tropofibrists Troposaprists Tropohemists Tropofibrists Troposaprists Tropohemists Tropofibrists Sulfihemists Troposaprists Tropohemists Tropofibrists Sulfihemists Troposaprists Sulfihemists Tropohemists Sulfaquents
24
Satuan lahan Bq.2 termasuk kedalam tingkat kesesuaian lahan N dengan faktor pembatas rc (tekstur dan kedalaman tanah). Satuan lahan D.2.1.3 (Troposaprists, Tropohemists dan Tropofibrists) memiliki tingkat kesesuaian N dengan faktor pembatas rc (ketebalan gambut > 2 meter). Untuk komoditas sagu dilakukan evaluasi dengan data yang terbatas, hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk sagu hampir sama dengan hasil analisis komoditas unggulan lainnya. Satuan Lahan D.2.1.3 dikategorikan tidak sesuai untuk pengembangan sagu karena ketebalan gambut lebih besar dari 2 meter dan miskin akan unsur hara. Kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki tingkat kesesuaian S3 (sesuai marginal) untuk setiap satuan lahan yang sesuai dengan faktor pembatas sebagian besar adalah ketebalan gambut (rc) dan pH tanah (nr). Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tertera pada Lampiran 2 sampai 20 dan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tertera pada Lampiran 23 sampai 41. Penyebaran satuan lahan yang sesuai untuk setiap komoditas adalah sama. Untuk itu, secara spasial penyebaran lahan yang sesuai (sesuai marginal) dari delapan satuan lahan untuk berbagai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Gambar 4 dan dapat dilihat luas satuan lahan yang sesuai dan tidak tidak sesuai untuk komoditas unggulan tertera pada Tabel 13.
Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti
25
Tabel 13.
Luas Satuan Lahan Sesuai dan Tidak Sesuai untuk Pengembangan Komoditas Unggulan (ha) Luas satuan lahan (sesuai) 35.289
Pulau Merbau
Satuan lahan (sesuai) D.2.1.2, D.2.2.2, D.2.2.3 dan D.2.3.2 D.2.2.2
Rangsang
Kecamatan Merbau
Komoditas Unggulan
Satuan lahan (tidak sesuai)
Sagu, ketela pohon, jambu biji, cabe (cabe besar dan cabe rawit), dan ketimun
Bf.4.3, Bf.4.4, Bq.2 dan D.2.1.3
11.646
Karet* dan pinang*
D.2.3.2
18.956
Sawo dan nenas
Rangsang Barat
D.2.3.2
19.584
Tebing Tinggi
D.2.2.2
73.50
Kopi, pinang, pisang pepaya dan manggis Jagung, ketela rambat, cabe (cabe besar dan cabe rawit), kacang panjang dan ketimun
Bf.4.3, Bf.4.4, dan D.2.1.3 Bf.4.3, Bf.4.4 dan D.2.1.3 Bf.4.3, Bf.4.4 dan D.2.1.3 Bf.4.4
Tebing Tinggi Barat
D.2.1.2 dan D.2.2.2 D.2.1.2 dan D.2.2.2
25.266
Tebing Tinggi Timur
48.388
Sagu, ketela rambat, sukun, pepaya dan nenas Sagu*
Luas satuan lahan (tidak sesuai) 72.909
8.992 45.170 4.662 1.032
Bf.4.4 dan D.2.1.3
23.999
Bf.4.4 dan D.2.1.3
26.716
Jumlah 166.478 *hanya berdasarkan keunggulan komparatif
183.439
Tabel 13 menunjukkan hasil analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti, satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist), D.2.2.2 (Troposaprist, Tropohemists), D.2.2.3 (Troposaprists, Tropohemists) dan D.2.3.2 (Troposaprists) adalah sesuai marginal (S3) dengan luas total satuan lahan yang sesuai untuk semua pengembangan komoditas unggulan sebesar ± 166.478 ha. Satuan lahan Bf.4.3 (Sulfaquents, Hydraquents), Bf.4.4 (Sulfaquents, Hydraquents), Bq.2 (Tropopsamments) dan D.2.1.3 (Troposaprists, Tropohemists dan Tropofibrists) tidak sesuai (N) dengan luas sebesar ± 183.439 ha. Informasi mengenai kesesuaian lahan pada suatu wilayah akan membuat pemanfaatan dan penggunaan suatu sumberdaya lahan dapat berjalan optimal. Penggunaan lahan dan pemanfaatan sumberdaya lahan yang optimal tidak terlepas bagaimana aspek daya dukung lahan dapat berperan secara berkelanjutan.
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pada penelitian ini dilakukan analisis ketersediaan lahan terhadap lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan dengan tujuan melihat bagaimana status suatu lahan yang sesuai di Kabupaten Kepulauan Meranti apakah tersedia atau tidak untuk arahan pengembangan komoditas. Lahan tersedia merupakan bagian penting dalam arahan pengembangan komoditas karena menyangkut ketersediaan akan suatu sumberdaya lahan. Setelah diperoleh lahan sesuai dan tidak sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan, lahan sesuai tersebut dianalisis lagi terhadap ketersediaan lahannya. Pada analisis ketersediaan lahan data yang digunakan adalah peta fungsi dan peruntukan kawasan menurut
26
TGHK (tata guna hutan kesepakatan) dan perizinan dan peta RTRW (pola ruang dan pengembangan kawasan perkotaan). Kedua peta tersebut ditumpangtindihkan untuk melihat ketersediaan lahan. Hasil analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas ini merupakan hasil analisis secara umum yaitu lahan yang termasuk kategori lahan tersedia adalah lahan yang dapat direncanakan untuk pengembangan komoditas pertanian secara umum, sedangkan yang tidak tersedia merupakan lahan yang tidak dapat direncanakan untuk pengembangan komoditas pertanian. Keterbatasan data dalam penelitian ini, analisis ketersediaan lahan tidak bisa mencakup komoditas pertanian secara spesifik, sehingga hanya diperoleh hasil analisis ketersedian lahan untuk pertanian secara umum. Hasi analisis kesesuaian dan ketersediaan Lahan diperoleh lahan sesuai dan tersedia. Lahan ini dapat memberikan gambaran mengenai lahan-lahan yang memiliki potensi untuk digunakan dalam membuat suatu perencanaan pengembangan komoditas wilayah. Suatu perencanaan pengembangan komoditas wilayah (pertanian) membutuhkan informasi mengenai kesesuaian atau kemampuan dan ketersediaan lahan, agar lahan-lahan tersebut dapat produktif secara berkesinambungan serta meminimalisir terjadinya konflik lahan akibat adanya tumpang tindih lahan karena status lahan yang tidak jelas. Berdasarkan hasil analisis ketersediaan lahan terhadap lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14.
Luas Lahan Sesuai dan Tersedia untuk Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti (ha)
Kecamatan Merbau Pulau Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Timur Jumlah
Sesuai (tersedia) 22.041 6.213 12.562 16.505 3.242 17.725 29.989 108.277
Sesuai (tidak tersedia) 13.248 5.433 6.394 3.079 4.108 75.41 18.399 58.202
Tidak sesuai (tersedia) 10.441 1.949 8.728 1.855 342 6.988 826 31.129
Tidak sesuai (tidak tersedia) 62.468 7.043 36.442 2.767 690 17.011 25.890 152.311
Tabel 14 merupakan luas lahan dari satuan lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan, luas lahan sesuai dan tersedia sebesar ± 108.277 ha, lahan sesuai tetapi tidak tersedia sebesar ± 58.202 ha, lahan tidak sesuai tetapi tersedia sebesar ± 31.129 ha dan lahan tidak sesuai dan tidak tersedia sebesar ± 152.311 ha. Lahan yang sesuai dan tersedia paling besar terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi Timur (29.989 ha) dan Merbau (22.041 ha), sedangkan paling sedikit terdapat pada Tebing Tinggi (3.242 ha) dan Pulau Merbau (6.213 ha). Lahan sesuai dan tersedia disini merupakan lahan yang sesuai berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan dengan pendekatan satuan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan di masing-masing kecamatan serta tersedia untuk direncanakan pengembangannya. Penyebaran lahan sesuai dan tersedia untuk setiap komoditas adalah sama. Secara spasial kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian (komoditas unggulan) di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada Gambar 5.
27
Gambar 5. Peta Kesesuaian dan Ketersediaan lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian (Komoditas Unggulan) di Kabupaten Kepulauan Meranti Arahan Pengembangan Komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti Arahan pengembangan komoditas setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti disusun berdasarkan hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan terhadap komoditas unggulan. Luas total satuan lahan yang sesuai dan tersedia dari semua kecamatan untuk pengembangan komoditas unggulan adalah sebesar ± 108.227 ha. Secara rinci luas satuan lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan dapat dilihat pada Tabel 15. Komoditas yang akan dikembangkan pada suatu daerah ditentukan dengan pertimbangan bahwa komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Setelah ditentukan komoditas yang akan dikembangkan perlu adanya pertimbangan mengenai kesesuaian lahan, agar komoditas tersebut sesuai dengan keadaan dari lahan itu sendiri. Setelah penentuan komoditas dan pertimbangan kesesuaian lahan tahapan selanjutnya adalah mempertimbangkan pada aspek ketersediaan lahan dengan melihat status lahan yang sesuai tersebut tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan. Khusus untuk 2 kecamatan yang baru dimekarkan yaitu Kecamatan Pulau Merbau dan Tebing Tinggi Timur, arahan pengembangan dilakukan hanya berdasarkan keunggulan komparatif. Hal ini disebabkan karena kedua kecamatan ini baru dimekarkan, sehingga belum tersedia data untuk penentuan komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif (SSA).
28
Tabel 15.
Luas Satuan Lahan Sesuai dan Tersedia untuk Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti (ha)
Kecamatan Merbau
Satuan lahan yang sesuai D.2.1.2, D.2.2.2, D.2.2.3 dan D.2.3.2
Luas Satuan lahan
sesuai dan tersedia (ha) 22.041
Komoditas unggulan Sagu, ketela pohon, jambu biji, cabe (cabe besar dan cabe rawit), dan ketimun
Pulau Merbau
D.2.2.2
6.213
Karet* dan pinang*
Rangsang
D.2.3.2
12.562
Rangsang Barat
D.2.3.2
16.505
Tebing Tinggi
D.2.2.2
3.242
Tebing Tinggi Barat
D.2.1.2 dan D.2.2.2
17.725
Tebing Tinggi Timur
D.2.1.2 dan D.2.2.2
29.989
Sawo dan nenas Kopi, pinang, pisang pepaya dan manggis Jagung, ketela rambat, cabe (cabe besar dan cabe rawit), kacang panjang dan ketimun Sagu, ketela rambat, sukun, pepaya dan nenas Sagu*
*hanya berdasarkan keunggulan komparatif
Arahan pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti hasil penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lanjutan sebelum diterapkan atau diaplikasikan secara langsung di lapangan. Beberapa aspek yang perlu diteliti antara lain tentang preferensi masyarakat terhadap lahan yang dimiliki apakah bisa diperuntukkan atau dialihfungsikan untuk pengembangan komoditas unggulan dan perlunya diteliti mengenai penggunaan lahan saat ini untuk mengetahui penyebaran setiap komoditas unggulan tersebut yang telah diusahakan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian mengenai penggunaan lahan saat ini, sehingga tidak dapat mendetilkan ketersediaan lahan untuk setiap komoditas. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan terhadap komoditas unggulan disusun arahan pengembangan komoditas setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti seperti diuraikan berikut ini. Kecamatan Merbau Hasil perhitungan analisis LQ terhadap luas panen berbagai komoditas di Kecamatan Merbau menunjukkan untuk tanaman perkebunan komoditas tanaman karet memiliki nilai lebih besar diantara tanaman perkebunan yang lainnya (1,73), untuk tanaman pangan komoditas ketela rambat yang paling besar (2,44), untuk komoditas buah-buahan jambu biji paling besar diantara yang lain (4,87). Komoditas sayur-sayuran terung paling besar diantara lainnya (3,08). Pada analisis SSA untuk komoditas tanaman pangan (ketela pohon) dan buah-buahan (pisang, jambu biji dan pepaya) menunjukkan kekompetitifan. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Location Quotient
29
karet sagu pinang jagung ketela pohon cabe besar ketimun
3 2.5 2 1.5 1
-1
-0.5
0.5
0
0.5
kelapa kopi padi sawah ketela rambat kacang panjang cabe rawit
1
0 Differential Shift
Gambar 6. Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Merbau Pada Gambar 6 komoditas yang berada pada kuadran 1 (kanan atas) merupakan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Kuadran 2 (kiri atas) merupakan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif namun tidak kompetitif. Kuadran 3 (kiri bawah) merupakan komoditas yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Kuadran 4 (kanan bawah) merupakan komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif namun tidak komparatif. Gambar 7, agar scatter plot dapat terbaca dengan baik, beberapa nilai tidak ditampilkan yaitu nilai yang berada pada kuadran 1 (x,y) seperti pepaya ((384,86),(1,23)) dan jambu biji ((875,71),(4,86)), kuadran 2 sukun ((-9,88),(2,47)), kuadran 3 sawo ((-16,45),(0,00)), kuadran 4 pisang ((2339,78),(0,49)), manggis ((4,22),(0,00)) dan nenas ((106201,56),(0,86)). Komoditas yang berada pada kuadran 1 lebih diprioritaskan arahan pengembangannya, karena memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yaitu sagu, cabe rawit, cabe besar, ketimun, ketela pohon dan jambu biji. Berdasarkan analisis kesesuaian dan ketersedian lahan untuk pengembangan komoditas di Kecamatan Merbau luasnya sebesar 22.041 ha (lahan sesuai dan tersedia) maka berdasarkan analisis LQ dan SSA dapat dipilih komoditas sagu (tanaman perkebunan), cabe besar, cabe rawit dan ketimun (sayur-sayuran), ketela pohon (tanaman pangan) dan jambu biji (buah-buahan). Satuan lahan (land unit) yang terdapat pada Kecamatan Merbau adalah Bf.4.3, Bf.4.4, Bq.2, D.2.1.2, D.2.1.3, D.2.2.2, dan D.2.2.3. Satuan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian adalah D.2.1.2, D.2.2.2 dan D.2.2.3. Penjelasan mengenai satuan lahan tersebut telah dijelaskan terdahulu pada bagian pembahasan mengenai analisis kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Kecamatan Pulau Merbau Hasil analisis perhitungan LQ terhadap luas panen berbagai komoditas di Kecamatan Pulau Merbau menunjukkan nilai komoditas tanaman perkebunan karet memiliki nilai paling besar diantara tanaman perkebunan lainnya (3,57), kemudian disusul komoditas pinang sebesar 1,10. Untuk tanaman pangan, buahbuahan, dan sayur-sayuran menunjukkan nilai 0. Hal ini dikarenakan beberapa data luas panen masih tergabung dengan Kecamatan sebelumnya (Kecamatan
30
Merbau). Kecamatan ini adalah hasil pemekaran dari Kecamatan Merbau dan baru berumur hampir dua tahun semenjak dimekarkan tahun 2010, sehingga untuk analisis SSA tidak didapatkan datanya. Berdasarkan hasil analisis potensi pengembangan komoditas Kecamatan Pulau Merbau mempunyai potensi untuk pengembangan komoditas tanaman perkebunan karet (berdasarkan analisis LQ) sebagai komoditas basis. Luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas pertanian di Kecamatan Pulau Merbau adalah 6.213 ha. Satuan lahan yang terdapat pada Kecamatan Pulau Merbau adalah Bf.4.3, Bf.4.4, D.2.1.3 dan D.2.2.2. Adapun satuan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian adalah D.2.2.2. Kecamatan Rangsang Analisis LQ, hasil perhitungannya menunjukkan untuk tanaman perkebunan komoditas kelapa (2,49) nilainya paling besar diantara komoditas tanaman perkebunan lainnya dan sawo (2,44) untuk komoditas buah-buahan nilainya paling besar diantara yang lainnya. Komoditas sayur-sayuran dan tanaman pangan memiliki nilai LQ < 1, mendekati 0 (tidak komparatif). Pada analisis SSA komoditas yang kompetitif contohnya adalah komoditas sawo dan nenas. Berdasarkan hasil analisis tersebut arahan pengembangan komoditas di Kecamatan Rangsang adalah sawo dan nenas (buah-buahan) sebagai komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Komoditas yang berada pada kuadran 1 seperti sawo dan nenas dapat menjadi prioritas utama dalam arahan pengembangan komoditas pertanian. Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7. Location Quotient
3
karet sagu pinang jagung ketela pohon cabe besar ketimun
2.5 2 1.5 1
-0.6
-0.4
-0.2
0.5
0
0.2
kelapa kopi padi sawah ketela rambat kacang panjang cabe rawit
0.4
0 Differential Shift
Gambar 7. Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Rangsang Nilai yang tidak ditampilkan pada kuadran 1 adalah sawo ((83,55),(2,94)) dan nenas ((60003,92),(2,09)), kuadran 2 ((18,71),(1,17)) dan kuadran 4 pepaya ((3284,86),(0,94)), manggis ((4,22),(0,00)) pisang ((1165,62),(0,50)), jambu biji ((1782,23),(0,00)). Luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Rangsang adalah 12.562 ha. Satuan lahan yang terdapat di Kecamatan Rangsang adalah Bf.4.3, Bf4.4, D.2.3.2 dan D.2.1.3. Adapun satuan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas adalah D.2.3.2.
31
Kecamatan Rangsang Barat Berdasarkan hasil analisis LQ terhadap luas panen berbagai komoditas di Kecamatan Rangsang Barat di peroleh komoditas tanaman perkebunan kopi mempunyai nilai paling besar diantara tanaman perkebunan lainnya, yaitu sebesar 3,55. Kemudian komoditas tanaman pangan padi sawah paling besar nilainya di antara nilai LQ tanaman pangan lainnya (4,88). Untuk komoditas buah-buahan, manggis mempunyai nilai paling besar diantara komoditas buah-buahan lainnya (5,19). Pada analisis SSA yang menunjukkan komoditas yang kompetitif contohnya adalah kopi dan pinang untuk tanaman perkebunan, pisang, manggis dan pepaya untuk buah-buahan. Pada Gambar 8 menunjukkan komoditas yang berada pada kuadran 1 adalah kopi, pinang, pisang, pepaya dan manggis. Komoditas yang berada pada kuadran 1 tersebut memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga lebih diprioritaskan untuk pengembangannya dibandingkan komoditas yang berada pada kuadran lainnya. Nilai yang tidak ditampilkan pada scatter plot adalah kuadran 1 sawo ((154,26),(2,03)) dan pisang ((3549,01),(1,43)), kuadran 4 jagung ((2,59),(0,64), pepaya ((48,02),(0,96)), jambu biji ((1782,23),(0,49)) dan sukun ((117,55),(0,00)).
Location Quotient
6
karet sagu pinang ketela rambat manggis cabe besar ketimun
5 4 3 2
kelapa kopi padi sawah ketela pohon kacang panjang cabe rawit
1 -1
-0.5
0
0
0.5
1
1.5
Differential Shift
Gambar 8.
Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Rangsang Barat
Hasil dari analisis LQ menunjukkan komoditas kopi, padi sawah, dan manggis menunjukkan komparatif dan pada analisis SSA komoditas pepaya, nenas dan manggis menunjukkan kompetitifan. Arahan pengembangan komoditas di Kecamatan Rangsang Barat adalah komoditas kopi dan pinang (tanaman perkebunan), pisang, pepaya dan manggis (buah-buahan). Luas lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas di Kecamatan Rangsang Barat adalah 16.505 ha. Adapun satuan lahan yang terdapat di Kecamatan Rangsang Barat adalah Bf.4.3, Bf.4.4, D.2.1.3 dan D.2.3.2. Satuan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian adalah D.2.3.2.
32
Kecamatan Tebing Tinggi Analisis LQ untuk luas panen terhadap berbagai komoditas menunjukkan komoditas ketela rambat (4,22) paling besar diantara yang komoditas tanaman pangan lainnya, komoditas pisang (8,00) paling besar diantara komoditas buahbuahan lainnya, komoditas cabe besar (6,38) memiliki nilai paling besar diantara komoditas sayur-sayuran lainnya. Pada analisis SSA komoditas ketela rambat, jagung, cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun adalah contoh komoditas yang termasuk komoditas yang kompetitif. Dari hasil analisis tersebut maka disusun arahan pengembangan komoditas di Kecamatan Tebing Tinggi adalah ketela rambat dan jagung (tanaman pangan), cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun (sayur-sayuran). Komoditas-komoditas yang diprioritaskan untuk pengembangan adalah komoditas yang berada pada kuadran 1 seperti ketela rambat, jagung, cabe basar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun dapat dilihat pada Gambar 9. Komoditas yang tidak ditampilkan pada scatter plot Gambar 9 adalah kuadran 2 pisang ((-78,33),(8,00)), kuadran 3 pepaya ((-2,15),(0,00)), jambu biji ((-406,29),(0,48)), sukun ((-234,88),(0,00)), nenas ((-5329,41),(0,00)), manggis ((-5,26),(0,00)) dan kuadran 4 sawo ((154,26),(0,00)). 7
karet sagu pinang jagung ketela pohon cabe besar ketimun
Location Quotient
6 5 4 3 2
kelapa kopi padi sawah ketela rambat kacang panjang cabe rawit
1 -1
-0.5
0 0
0.5
1
1.5
2
Differential Shift
Gambar 9.
Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi
Luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi adalah 3.242 ha. Pada Kecamatan Tebing Tinggi terdapat Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Meranti (Selat Panjang). Berdasarkan RTRW 2011-2031 Kabupaten Kepulauan Meranti kawasan yang berada disekitar Ibu Kota Kabupaten tidak tersedia untuk pertanian karena akan dijadikan sebagai kawasan pengembangan perkotaan. Oleh sebab itu, ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi termasuk kecil dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya. Satuan lahan yang terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi adalah Bf.4.4 dan D.2.2.2. Satuan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian di Tebing Tinggi adalah D.2.2.2, sedangkan Bf.4.4 tidak sesuai.
33
Kecamatan Tebing Tinggi Barat Hasil analisis perhitungan LQ terhadap luas panen berbagai komoditas di Kecamatan Tebing Tinggi Barat menunjukkan nilai terbesar untuk komoditas tanaman perkebunan adalah sagu (1,73), untuk tanaman pangan ketela rambat (3,27), untuk komoditas buah-buahan adalah pepaya (2,95) dan untuk komoditas sayur-sayuran adalah terung (2,47). Komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas basis di Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Komoditas yang kompetitif contohnya adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela rambat (tanaman pangan), sukun, pepaya dan nenas (buah-buahan). Arahan pengembangan komoditas di kecamatan tersebut adalah komoditas tanaman perkebunan (sagu), tanaman pangan (ketela rambat) dan buah-buahan (sukun, pepaya dan nenas). Komoditas yang menjadi prioritas dalam pengembangannya dapat dilihat pada Gambar 10 yang berada pada kuadaran 1 (sagu, ketela rambat, sukun, pepaya dan nenas). Beberapa nilai tidak ditampilkan, agar scatter plot dapat dibaca dengan baik seperti yang berada pada kuadran 1 pepaya ((4909,66),(2,95)), sukun ((117,55),(2,31)) dan nenas ((106201,56),(2,01)), kuadran 4 seperti sawo ((154,26),(0,00)), manggis ((4,22),(0,00)), pisang ((3549,01),(0,23)) dan jambu biji ((1782,23),(0,00)). 3.5 karet sagu pinang jagung ketela pohon cabe besar ketimun
Location Quotient
3 2.5 2 1.5
kelapa kopi padi sawah ketela rambat kacang panjang cabe rawit
1 -0.6
-0.4
-0.2
0.5 0
0
0.2
0.4
0.6
Differential Shift
Gambar 10. Scatter Plot Nilai Location Quotient dan Differential Shift Komoditas Pertanian di Kecamatan Tebing Tinggi Barat Luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas adalah 17.725 ha. Satuan lahan yang terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi Barat adalah Bf.4.4, D.2.1.2, D.2.2.2 dan D.2.1.3. Keempat satuan lahan tersebut yang sesuai untuk pengembangan komoditas adalah satuan lahan D.2.1.3 dan D.2.2.2. Satuan lahan Bf.4.4 dan D.2.1.3 tidak sesuai untuk pengembangan komoditaskomoditas tersebut. Kecamatan Tebing Tinggi Timur Hasil perhitungan analisis LQ untuk luas panen berbagai komoditas di Kecamatan Tebing Tinggi Timur hanya komoditas tanaman perkebunan yang memiliki nilai paling besar diantara komoditas-komoditas lainnya. Komoditas tanaman perkebunan tersebut adalah sagu (2,35). Komoditas-komoditas lainnya
34
menunjukkan nilai 0. Hal ini dikarenakan beberapa data masih tergabung dengan Kecamatan sebelumnya (Kecamatan Tebing Tinggi). Kecamatan Tebing Tinggi Timur adalah Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Tebing Tinggi pada tahun 2010. Demikian juga untuk analisis SSA tidak dapat dilakukan karena ketersediaan data luas panen berbagai komoditas di Kecamatan ini hanya tersedia untuk data satu tahun (data tahun 2010) saja. Berdasarkan hasil analisis yang bisa dilakukan arahan pengembangan komoditas Kecamatan Tebing Tinggi Timur adalah komoditas tanaman Perkebunan sagu. Luas lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas sagu adalah 29.989 ha. Satuan lahan yang terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi Timur adalah Bf.4.4, D.2.1.2, D.2.2.2 dan D.2.1.3. Keempat satuan lahan tersebut yang sesuai untuk pengembangan komoditas adalah satuan lahan D.2.1.3 dan D.2.2.2. Satuan lahan Bf.4.4 sebagai lahan rawa pasang surut dan ditumbuhi vegetasi hutan bakau lebih cocok dijadikan sebagai kawasan sempadan pantai untuk menjaga pantai dari abrasi dan D.2.1.3 tidak sesuai untuk pengembangan komoditas-komoditas tersebut karena faktor ketebalan gambut > 2 meter serta miskin akan unsur hara. Rangkuman arahan pengembangan komoditas pertanian setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16.
Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti Tanaman Tanaman BuahSayurKecamatan Perkebunan Pangan buahan sayuran Merbau Sagu Ketela pohon Jambu biji Cabe besar Cabe rawit Ketimun Pulau Merbau Karet Pinang Rangsang Sawo Nenas Rangsang Barat Kopi Pisang Pinang Pepaya Manggis Tebing Tinggi Jagung Cabe besar Ketela rambat Cabe rawit Kacang panjang Ketimun Tebing Tinggi Sagu Ketela rambat Pepaya Barat Sukun Nenas Tebing Tinggi Sagu Timur
Hasil komoditas pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti seperti tanaman pangan, buah-buahan dan sayur-sayuran hanya dipasok untuk memenuhi kebutuhan lokal, sedangkan untuk komoditas tanaman perkebunan sebagian besar
35
diekspor (keluar kabupaten), meskipun sebagian untuk kebutuhan lokal seperti kelapa, kopi, dan sagu. Komoditas tanaman perkebunan yang diekspor (keluar kabupaten) adalah kelapa, sagu, pinang dan karet. Beberapa komoditas tanaman perkebunan tersebut sebagian masih diekspor karena belum adanya industri pengolahan di wilayah setempat. Untuk komoditas sagu terdapat satu perusahan yang bergerak di bidang pengolahan sagu yakni PT National Sago Prima (NSP), yang merupakan anak perusahaan PT Sampoerna Agro yang beroperasi di Kecamatan Tebing Tinggi Timur. Komoditas tanaman perkebunan karet belum didukung industri yang mengolah bahan baku ini sehingga petani menjualnya masih berupa Lateks atau Block Rubber ke pengumpul secara langsung dan pengumpul mengekspornya keluar kabupaten seperti ke Tanjung Pinang (Kepulauan Riau). Belum adanya industri yang mengolah karet alam ini membuat harga karet semakin tertekan (rendah) karena faktor jarak lokasi industri dan juga pengumpul (tengkulak) yang bisa menentukan harga. Dengan demikian, harga yang sampai di petani akan semakin rendah. Selain itu untuk komoditas tanaman pinang juga belum memiliki industri pengolahan. Komoditas tanaman perkebunan seperti kelapa, kopi dan sagu sebagian sudah bisa dimanfaatkan secara langsung untuk kebutuhan lokal. Komoditas tanaman bahan pangan, buah-buahan dan sayur-sayuran tidak untuk ekspor tetapi untuk mencukupi kebutuhan setempat. Beberapa komoditas yang berada di pasar seperti tanaman sayuran dan buah-buahan masih mengimpor dari kabupaten sekitar. Hal ini disebabkan produksi beberapa komoditas belum bisa mencukupi kebutuhan lokal seperti cabe, terung, kacang panjang, nenas dan lainlain. Dari tujuh kecamatan yang ada, hanya 3 kecamatan yang sudah memiliki bangunan pasar permanen, yaitu Kecamatan Tebing Tinggi, Merbau dan Rangsang, sedangkan 4 kecamatan lainnya belum memiliki bangunan pasar yang permanen. Kecamatan-kecamatan yang tidak memiliki pasar yang bersifat permanen biasanya mempunyai pasar musiman. Pasar musiman tersebut dimanfaatkan untuk mendistribusikan hasil komoditas pertanian dari petani ke konsumen langsung. Selain pasar musiman biasanya petani menjual atau mendistribusikan hasil komoditas pertaniannya dengan dititipkan di warung. Kecamatan-kecamatan yang belum memiliki pasar yang permanen seperti Kecamatan Pulau Merbau, Rangsang Barat, Tebing Tinggi Barat dan Tebing Tinggi Timur sangat memerlukan perhatian dari pemerintah daerah terhadap pembinaan pasar-pasar yang tidak bersifat permanen agar hasil-hasil komoditas pertanian dari petani dapat terdistribusikan ke konsumen secara efektif. Semakin jauh lokasi pasar dari komoditas (bahan baku) akan membuat harga komoditas semakin rendah (tidak efektif) karena akan ada peningkatan biaya transport. Biaya transportasi akan berbanding lurus dengan jarak (Von Thunen dalam Rustiadi et al., 2011).
36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1
2
3
4
Komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA adalah sagu, pinang dan kopi (tanaman perkebunan), jagung, ketela rambat dan ketela pohon (tanaman pangan), sawo, pepaya, pisang, nenas, jambu biji, sukun dan manggis (buah-buahan) dan cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun (sayur-sayuran). Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist), D.2.2.2 (Troposaprist, Tropohemists), D.2.2.3 (Troposaprists, Tropohemists) dan D.2.3.2 (Troposaprists) adalah sesuai untuk setiap komoditas unggulan, dengan luas satuan lahan yang sesuai ±166.478 ha tingkat kesesuaian S3 (sesuai marginal). Satuan lahan Bf.4.3 (Sulfaquents dan Hydraquents) Bf.4.4 (Sulfaquents dan Hydraquents), Bq.2 (Tropopsamments) dan D.2.1.3 (Troposaprists, Tropohemists dan Tropofibrists) tidak sesuai dengan luas sebesar ±183.439 ha. Hasil analisis ketersediaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan luas lahan sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas sebesar ± 108.277 ha. Sisanya berupa lahan sesuai tetapi tidak tersedia sebesar ± 58.202 ha, lahan tidak sesuai tetapi tersedia sebesar ± 31.129 ha, dan lahan tidak sesuai dan tidak tersedia sebesar ± 152.311 ha. Arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut: Kecamatan Merbau adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela pohon (tanaman pangan), jambu biji (buah-buahan) dan cabe besar, cabe rawit dan ketimun (sayur-sayuran). Pulau Merbau adalah karet dan pinang (tanaman perkebunan). Rangsang adalah sawo dan nenas (buah-buahan). Rangsang Barat adalah kopi dan pinang (tanaman perkebunan), pisang pepaya dan manggis (komoditas buah-buahan). Tebing Tinggi adalah ketela rambat dan jagung (tanaman pangan), dan cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimun (sayursayuran). Tebing Tinggi Barat adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela rambat (tanaman pangan), pepaya, sukun dan nenas (buah-buahan). Tebing Tinggi Timur komoditas yang dapat dikembangkan adalah sagu untuk tanaman perkebunan.
Saran 1
Berdasarkan arahan pengembangan komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti untuk tiap-tiap Kecamatan, pemerintah daerah disarankan untuk mendukung komoditas-komoditas yang telah dipilih pada setiap kecamatan, agar komoditas tersebut dapat berkembang. Dukungan terhadap komoditas-komoditas tersebut memiliki arti pemerintah
37
2
memberikan nilai lebih terhadap komoditas tersebut dalam menyusun kebijakan atau program-program pemerintah daerah berkaitan dengan rencana pengembangan komoditas pertanian. Ketersediaan lahan untuk pengembangan berbagai komoditas di Kabupaten Kepulauan Meranti kiranya dapat memberikan gambaran pada pemerintah mengenai ketersediaan lahan pertanian untuk masa sekarang dan yang akan datang. Lahan yang memiliki potensi tersebut disarankan dapat dimanfaatkan penggunaannya berdasarkan kesesuaian dan ketersediaan lahannya, agar lahan-lahan tersebut dapat produktif secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Balai Penelitian Tanah. 2003. Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti. 2010. Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka. Selat Panjang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti. 2011. Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka. Selat Panjang. Blakely EJ. 1994. Planning Local Economic Development: Theory and Practice. 2nd Edition. Sage Publications. International Education and Professional Publisher, Thousand Oaks, California. Bintoro HMH. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor. Bintoro HMH, Purwanto MYJ, Amarillis S. 2010. Sagu di Lahan Gambut. IPB Press. Bogor. Desman MR. 2007. Tuntunan, Strategi dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertanian di Era Globalisasi. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya lahan dan Lingkungan Pertanian Bogor, 7-8 November 2007. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan sumberdaya Pertanian. Bogor. Hlm 39-45. Hardjowigeno S. 1986. Sumberdaya Fisik Lahan dan Tata Guna Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hidayat A. 2009. Sumberdaya Lahan Indonesia : Potensi, Permasalahan dan Strategi Pemanfaatan Lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan 3 (2): 107-117. Hidayat A, Ritung S. 2001. Potensi dan Ketersediaan Lahan Gambut untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Unggulan di Riau, Sumatera Barat dan Jambi. Balai Penelitian Tanah Bogor. Bogor. Lopulisa C. 1995. Penggunaan Lahan dalam Perspektif Pembangunan Berlanjutan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VI HITI “Penatagunaan Tanah sebagai Perangkat Penataan Ruang Dalam Rangka Meningkatnya Kesejahteraan Rakyat. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.
38
Louhenapessy JE, Luhukay M, Talakua S, Salampessy H, Riry J. 2010. Sagu Harapan dan Tantangan. Bumi Aksara. Jakarta. Nugroho PS. 2000. Minimalisasi Lahan Kritis Melalui Pengelolaan Sumberdaya lahan dan Konservasi Tanah dan air Secara Terpadu. Jurnal Teknologi dan Lingkungan 10 (2): 73-82. Rayes L. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Setiadi. 2008. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sitorus SRP. 1989. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sitorus SRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung Soewandita H. 2008. Studi Analisis Kesuburan Tanah dan Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi 10 (2): 128-133. Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Terjemahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Sifat Satuan Lahan (land unit) di Kabupaten Kepulauan Meranti Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketinggian dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
Satuan lahan (land unit) D.2.1.2 D.2.1.3
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
26-32 2-5
26-32 2-5
26-32 2-5
26-32 3-5
26-32 5-20
26-32 1-5
26-32 2-6
26-32 2-10
2000-2500
2000-2500
2000-2500
2000-2500
2000-2500
2000-2500
2000-2500
2000-2500
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
agak terhambat
halus 101-150
halus > 150
kasar 10 76-200 hemik
>200 saprik
76-200 saprik
76-200 saprik
76-200 saprik
5--16
17-24
17-24
>40
>40
>40
>40
>40
3,5-4,5 8
3,5-4,5 3,1
4,6-5,0 3,5
3,5-4,5 18
3,5-4,5 50
3,5-4,5 31
3,5-4,5 31
<3,5 50
8--16
> 16
6-7,9
<3,9
<3,9
<3,9
<3,9
<3,9
< 25
< 25
<3%
<3%
<3%
<3%
<3%
<3%
<3%
<3%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
101-150
39
40
Lampiran 2. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Karet Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S1
S1
N
S1
S1
N
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%) Kelas Kesesuaian Lahan
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1 N xc,xs
S1 N xc,xs
S1 N rc,xc
S1 S3 oa,rc,nr
S1 N rc
S1 S3 ao,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr
S2
Lampiran 3. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Kedalaman tanah (cm)
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
S1
S1
S1
S1
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S3
S3
S3
S1
S1
N
S1
S1
N
Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%) Kelas Kesesuaian Lahan
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1 N xc,xs
S1 N xc,xs
S1 N rc,xc
S1 S3 oa,rc,nr
S1 N rc
S1 S ao,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr
S2
41
42
Lampiran 4. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sagu Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Retensi hara (nr) pH H2O Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Kelas Kesesuaian Lahan
Land unit Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
N
N
N
S
S
S
S
S
S N
S N
S N
S S
S S
S S
S S
S S
Lampiran 5. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S1
S1
S1
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur Kedalaman tanah (cm)
S1 S1
S1 S1
N N
Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S3 S3
N S2
S3 S2
S3 S2
S3 S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
43
44
Lampiran 6. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S1
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur Kedalaman tanah (cm)
S1 S1
S1 S1
N N
Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc,xc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S3
Lampiran 7. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S3
S3
S3
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S3
S3
S3
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 wa,oa,rc,nr
N rc
S3 wa, ao,rc,nr
S3 wa,oa,rc,nr
S3 wa,oa,rc
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
45
46
Lampiran 8. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Rambat Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S3
S3
S3
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 oa,rc,nr
N rc
S3 ao,rc,nr
S3 oa,rc,nr
S3 oa,rc
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
Lampiran 9. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Pohon Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc,xc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
47
48
Lampiran 10. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sawo Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
Lampiran 11. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pepaya Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S3
S3
S3
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S3
S3
S3
S3
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc,xc
S3 wa,rc,nr
N rc
S3 wa,rc,nr
S3 wa,rc,nr
S3 wa,rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
49
50
Lampiran 12. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pisang Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
S2 S1
S2 S1
S2 S1
S2 S1
Curah hujan (mm) Ketersediaan oksigen (oa)
S2 S3
S2 S3
S2 S3
Drainase Media perakaran (rc) Tekstur
S3
S3
S3
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut:
S1
S1
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa)
Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2 S1
S2 S1
S2 S1
S2 S1
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S2 S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh)
N
N
Lereng (%) Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%) Kelas Kesesuaian Lahan
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1 N xc,xs
S1 N xc,xs
S1 N rc,xc
S1 S3 oa,rc,nr
S1 N rc
S1 S ao,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr
S1 S3 oa,rc,nr,
S2
Lampiran 13. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jambu Biji Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
51
52
Lampiran 14. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sukun Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
Lampiran 15. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Nenas Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
53
54
Lampiran 16. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S2
S2
S2
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
Lampiran 17. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Terung Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S3
S3
S3
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S3
S3
S3
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 wa,oa,rc,nr
N rc
S3 wa, ao,rc,nr
S3 wa,oa,rc,nr
S3 wa,oa,rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
55
56
Lampiran 18. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Panjang Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S3
S3
S3
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S3
S3
S3
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 wa,oa,rc,nr
N rc
S3 wa, ao,rc,nr
S3 wa,oa,rc,nr
S3 wa,oa,rc
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
Lampiran 19. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cabe Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
S1
S1
S1
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S2
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 rc,nr
N rc
S3 rc,nr
S3 rc,nr
S3 rc,nr
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
57
58
Lampiran 20. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketimun Karakteristik lahan
Bf.4.3
Bf.4.4
Bq.2
D.2.1.2
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S2
S2
S2
S2
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S3
S3
S3
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
S3
S3
S3
Media perakaran (rc) Tekstur
S1
S1
N
S1
S1
N
Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) pH H2O C-Organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)
Land unit D.2.1.3
D.2.2.2
D.2.2.3
D.2.3.2
S2
S2
S2
S2
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
S3
N
S3
S3
S3
S3
S2
S2
S2
S2
S2 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
S1 S3 S1
N
N
S3
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Singkapan batuan (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N xc,xs
N xc,xs
N rc
S3 wa,oa,rc,nr
N rc
S3 wa, ao,rc,nr
S3 wa,oa,rc,nr
S3 wa,oa,rc
Kelas Kesesuaian Lahan
S2
59
Lampiran 21. Peta Fungsi dan Peruntukan Kawasan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Perizinan Kabupaten Kepulauan Meranti
60
Lampiran 22. Peta RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti
61
Lampiran 23. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Karet
Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
26 - 30
30 - 34 24 - 26
22 - 24
> 34 < 22
2.500 3.000
2.000 - 2.500
1.500 - 2.000
< 1.500
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bln)* Ketersediaan oksigen (oa)
1-2
3.000 - 3.500 2-3
3.500 - 4.000 3-4
> 4.000 >4
Drainase
baik
sedang
agak terhambat, terhambat
sangat terhambat, cepat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15 > 100
-
agak kasar
kasar
15 - 35 75 - 100
35 - 60 50 - 75
> 60 < 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
< 35 5,0 - 6,0
35 - 50 6,0 - 6,5
> 50 > 6,5 < 4,5
> 0,8
4,5 - 5,0 ≤ 0,8
< 0,5
0,5 - 1
1-2
>2
> 175
125 - 175
75 - 125
< 75
<8
8-16
sangat rendah
rendah sedang
16 - 30 16 - 45 Berat
> 30 > 45 sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
62
Lampiran 24. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
26 - 30
30 - 34
-
> 34
24 - 26
22 - 24
< 22
1-2
2.000 - 2.500 3.000 - 3.500 2-3
1.500 - 2.000 3.500 - 4.000 3-4
< 1.500 > 4.000 >4
baik
sedang
agak terhambat, terhambat
sangat terhambat, cepat
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bln)*
2.500 - 3.000
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15 > 100
-
agak kasar
kasar
15 - 35 75 - 100
35 - 60 50 - 75
> 60 < 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
< 35 5,0 - 6,0
> 50 > 6,5 < 4,5
> 0,8
35 - 50 6,0 - 6,5 4,5 - 5,0 ≤ 0,8
< 0,5
0,5 - 1
1-2
>2
> 175
125 - 175
75 - 125
< 75
<8
8-16
sangat rendah
rendah sedang
16 - 30 16 - 45 berat
> 30 > 45 sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
63
Lampiran 25. Kriteria Kesesuaian lahan untuk Komoditas Sagu
Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
Lama bulan kering * Lama bulan basah* Kelembapan nisbi udara (%)* Penyinaran (joule/cm2/hari)* Retensi hara (nr) pH H2O Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Kadar belerang total*
Kelas kesesuaian lahan S 18 - 29 0 - 400
N < 18 > 29 > 400
2500 - 3500
<2500 >3500
<2 >3 70 - 90 ≥ 900
<2 <3 < 70 <900
3,5 - 8
< 3,5 >8
<1 < 5%
≥1 > 5%
Sumber : Kompilasi dari Bintoro et al., (2010) dan Louhenapessy et al., (2010). *Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
64
Lampiran 26. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
25 - 28
19 - 22 28 - 32
< 19 > 32
2-3 45 - 80
1.750 - 2.000 3.000 - 3.500 3-5 80-90; 35-45
1.500 - 1.750 3.500 - 4.000 5-6 > 90; 30-35
< 1.500 > 4.000 >6 < 30
baik
sedang
agak terhambat, agak cepat
terhambat, sangat terhambat, cepat
-
agak kasar
22 - 25
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bln)* Kelembaban (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
2.000 - 3.000
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
15 - 35
35 - 60
kasar, sangat halus > 60
> 100
75 - 100
50 - 75
< 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 20
≤ 20
5,3 - 6,0
6,0 - 6,5
> 6,5
5,0 - 5,3
< 5,3
> 0,8
≤ 0,8
<1
-
1-2
>2
-
-
-
-
> 175
125 - 175
75 - 125
< 75
<8
8-16 rendah sedang
16-30; 16-50
> 30; > 50
berat
sangat berat
F0
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
65
Lampiran 27. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah
Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
N
22 - 24
18 - 22
< 18
29 - 32
32 - 35
> 35
33 - 90
30 - 33
< 30; > 90
agak terhambat, sedang
terhambat, baik
sangat terhambat, agak cepat
cepat
halus, agak halus <3
sedang
agak kasar
kasar
3-15
15 - 35
> 35
> 50
40 - 50
25 - 40
< 25
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 50
35 - 50
< 35
4,5 - 5,5
< 4,5
8,2 - 8,5
> 8,5
> 1,5
0,8 - 1,5
< 0,8
<2
2-4
4-6
>6
< 20
20 - 30
30 – 40
> 40
> 100
75 - 100
40 – 75
< 40
<3
3-5
5–8
>8
sangat rendah
rendah
sedang
berat
F0,F11,F12, F21,F23,F31,F 32
F13,F22,F33,
F14,F24,F34,
F41,F42,F43
F44
F15,F25, F35,F45
<5
5-15
15 – 40
> 40
Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
5-15
15 – 25
> 25
Ketersediaan air (wa) Kelembaban (%)* Media perakaran (rc) Drainase
Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi* Bahaya banjir (fh) Genangan* Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)*
24 - 29
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
5,5 - 8,2
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
66
Lampiran 28. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
-
16 - 20
< 16
26 – 30
30 - 32
> 32
> 42
1.200 - 1.600 400 - 500 36 – 42
> 1.600 300 – 400 30 - 36
< 300 < 30
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
-
agak kasar
kasar
20 - 26
Ketersediaan air (wa) Curah hujan tahunan (mm) Kelembaban (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
500 – 1.200
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
15 – 35
35 - 55
> 55
> 60
40 – 60
25 - 40
< 25
< 60
60 – 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 50
< 35 < 5,5 > 8,2
> 0,4
35 - 50 5,5 - 5,8 7,8 – 8,2 ≤ 0,4
<4
4-6
6-8
>8
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
F1
> F2
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
5,8 - 7,8
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
67
Lampiran 29. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Rambat
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
25 - 30 20 - 22
30 - 35 18 - 20
> 35 < 18
<3 < 75
600 - 800 1.500-2.500 3-4 75 - 85
400 - 600 2.500-4.000 4-6 > 85
< 400 > 4.000 >6
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
agak halus, sedang < 15 > 75
halus, agak kasar 15 - 35 50 - 75
-
kasar
35 - 55 20 - 50
< 20
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16 ≥ 35
≤ 16 20 - 35
< 20
22 - 25
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lama bulan kering (bln)* Kelembaban (%) * Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
800 - 1.500
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
4,8 - 5,2
< 4,8
8,2 - 8,4
> 8,4
>2
1-2
<1
<3
3-6
6-10
> 10
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8 sangat rendah
5-18 rendah sedang
16 - 30
> 30
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
5,2 - 8,2
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
berat
68
Lampiran 30. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketela Pohon
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
18 - 20
< 18
30 - 35
> 35
3,5 - 5
600 - 1.000 2.000 - 3.000 5-6
500 - 600 3.000 -5.000 6-7
< 500 > 5.000 >7
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
agak halus, sedang < 15
halus, agak kasar 15 - 35
sangat halus
kasar
35 - 55
> 55
> 100
75 - 100
50 - 75
< 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
20
< 20
22 - 28
28 - 30
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lama bulan kering (bln)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
1.000 - 2.000
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
5,2 - 7,0
4,8 - 5,2
< 4,8
7,0 - 7,6
> 7,6
> 0,8
≤ 0,8
<2
2-3
3-4
>4
-
-
-
-
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
69
Lampiran 31. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sawo
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
18 - 25
25 - 30 15 - 18
30 - 35 10-15
> 35 < 10
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.000 - 2.000
500 - 1.000
250 - 500
< 250
2.000 - 3.000
3.000 - 4.000
> 4.000
> 42
36 - 42
30 - 36
< 30
agak terhambat
terhambat,
baik, sedang
agak cepat
sangat terhambat, cepat
Kelembaban (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
sedang, agak halus, agak halus < 15
-
agak kasar
kasar
15 - 35
35 - 55
> 55
> 100
75 - 100
50 - 75
< 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
5,5 - 7,8
5,0 - 5,5
< 5,0
7,8 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<4
4-6
6-8
>8
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 125
100 - 125
60 - 100
< 60
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30 sangat berat
-
-
> F0
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
berat
70
Lampiran 32. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pepaya
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
25 - 28
28 - 34 20 - 25
34 - 38 15 - 20
> 38 < 15
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.000 - 1.500
600 - 800 > 2.000 < 20 > 90
< 600
24 - 80
800 - 1.000 1.500 - 2.000 20 - 24 80 - 90 agak terhambat
terhambat,
baik, sedang
sangat terhambat, cepat
Kelembaban udara (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
agak cepat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O
sedang, agak halus, halus < 15
15 - 35
sangat halus 35 - 55
> 75
> 75
50 - 75
< 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
6,0 - 6,6
5,5 - 6,0
< 5,5
agak kasar
kasar > 55
> 6,6 C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<2
2-3
3-4
>4
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 125
100 - 125
60 - 100
< 60
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
-
> F0
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
71
Lampiran 33. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pisang Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S1 25 - 27
N
27 - 30 22 - 25 1.200 - 1.500
30 - 35 18 - 22 1.500 - 2.000
> 35 < 18 > 2.000
0-3 > 60
1.250 - 1.500 2.500 - 3.000 3-6 50 - 60
1.000 - 1.250 3.000 - 4.000 4-6 30 - 50
< 1.000 > 4.000 >6 < 30
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
< 1.200 1.500 - 2.500
Lamanya masa kering (bln)* Kelembaban (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan
halus, agak halus, sedang < 15 > 75
15 - 35 > 75
agak kasar, sangat halus 35 - 55 50 - 75
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 50
35 - 50
< 35
5,6 - 7,5
5,2 - 5,6
< 5,2
> 1,5
7,5 - 8,0 0,8 - 1,5
> 8,2 < 0,8
<2
2-4
4-6
>6
<4
4-8
8-12
> 12
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8
8-16 rendah sedang
16 - 40
> 40 sangat berat
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
sangat rendah
-
berat
kasar > 55 < 50
Bahaya banjir (fh) Genangan Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)*
F0
F1
F2
> F2
<5
5-15
15 - 40
> 40
Singkapan batuan (%)
<5
5-15
15 - 25
> 25
Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003) *Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
72
Lampiran 34. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jambu Biji
Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
S1 22 - 28
1.000 - 2.000
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
28 - 34
34 - 40
> 40
18 - 22
15 - 18
< 15
500 - 1.000 2.000 - 3.000
250 - 500 3.000 - 4.000
< 250 > 4.000
terhambat,
sangat terhambat, cepat
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
baik, sedang
agak terhambat
agak cepat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
-
agak kasar
kasar
15 - 35
35 - 55
> 55
> 100
75 - 100
50 - 75
< 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
5,0 - 6,0
4,5 - 5,0
< 4,5
6,0 - 7,5
> 7,5
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<4
4-6
6-8
>8
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8 sangat rendah
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
F1
F2
> F2
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
73
Lampiran 35. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sukun
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (̊C)
22 - 28
28 - 34 18 - 22
34 – 40 15 – 18
> 40 < 15
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.000 - 2.500
500 - 1.000 2.500 4.000
250 - 500 4.000 6.000
< 250
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase baik, sedang Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O
agak terhambat
terhambat, agak cepat
> 6.000 sangat terhambat, cepat
halus, agak halus, sedang < 15 > 100
-
agak kasar
kasar
15 - 35 75 - 100
35 – 55 50 – 75
> 55 < 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik,
hemik,
fibrik
hemik+
fibrik+
saprik+
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
5,0 - 6,0
4,5 - 5,0
< 4,5
6,0 - 7,5
> 7,5
C-organik (%)
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)
<4
4-6
6-8
>8
< 15
15 - 20
20 – 25
> 25
> 125
100 - 125
60 - 100
< 60
<8
8-16 rendah sedang
16 – 30
> 30
Berat
sangat berat
F1
F2
> F2
5-15 5-15
15 – 40 15 – 25
> 40 > 25
Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi* Bahaya banjir (fh) Genangan*
sangat rendah
F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
74
Lampiran 36. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Nenas
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
20 - 26
26 - 30 18 - 20
30 - 35 16 - 18
> 35 < 16
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.000 - 1.600
800 - 1.000 1.600 - 2.000 40 - 50
600 - 800 > 2.000 30 - 40
< 600
terhambat,
sangat terhambat, cepat
Kelembaban udara (%)* Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
> 50
baik, sedang
agak terhambat
agak cepat
< 30
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
agak kasar
sangat halus
kasar
15 - 35
35 - 55
> 55
> 60
40 - 60
20 - 40
< 20
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik,
hemik,
Fibrik
hemik+
fibrik+
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
5,0 - 6,5
4,3 - 5,0
< 4,3
6,5 - 7,0
> 7,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<2
2-3
3-4
>4
< 10
10-15
15 - 20
> 20
> 75
50 - 75
30 - 50
< 30
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
-
> F0
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
75
Lampiran 37. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis
Karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
20 - 23
23 - 30 18 - 20
1.250 - 1.750
1.750 - 2.000
30 - 40 15 - 18
N > 40 < 15
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.000 - 1.250
2.000 2.500 750 - 1.000
> 2.500 < 750
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
baik, sedang
agak terhambat
terhambat, agak cepat
sangat terhambat, cepat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi* Bahaya banjir (fh) Genangan* Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)*
halus, agak halus, sedang < 15 > 100
-
agak kasar
Kasar
15 - 35 75 - 100
35 - 55 50 - 75
> 55 < 50
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
Fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
< 20
5,0 - 6,0
4,5 - 5,0
< 4,5
6,0 - 7,5
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<4
4-6
6-8
>8
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 125
100 - 125
60 - 100
< 60
<8 sangat rendah
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
F0
F1
F2
> F2
<5
5-15
15 - 40
> 40
Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
5-15
15 - 25
> 25
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
76
Lampiran 38. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Terung
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) pada masa pertumbuhan Kelebaban udara (%)
18 – 26
400 – 700 24 – 80
26 - 30 16 - 18
30 - 35 13 - 16
> 35 < 13
700 - 800 300 - 400 80 - 90 20 - 24
> 800 230 - 500 > 90 < 24
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
< 250
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
baik, agak terhambat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
-
agak kasar
kasar
15 - 35
35 - 55
> 55
> 50
-
25 - 50
< 25
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 35
> 1,2
20 - 35 5,5 - 6,0 7,5 - 8,0 0,8 - 1,2
< 20 < 5,5 > 8,0 < 0,8
<5
5-8
8-10
> 10
< 15
15 - 25
25 - 35
> 35
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8 sangat rendah
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
6,0 - 7,5
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
77
Lampiran 39. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Panjang
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) pada masa Pertumbuhan Kelembaban (%)*
12-24
350 - 600 42 - 75
24 - 27 10-12
27 - 30 08-10
> 30 <8
600 - 1.000 300 - 350 36 - 42 75 - 90
> 1.000 230 - 500 30 – 36 > 90
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
< 250 < 30
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
baik, agak terhambat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15
-
agak kasar
kasar
15 - 35
35 - 55
> 55
> 75
50 - 75
20 - 50
< 20
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 50
35 - 50
< 35
5,4 - 5,6
< 5,4
7,6 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<1
1 - 1,5
1,5 - 2
>2
<5
5-8
8-12
> 12
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
5,6 - 7,6
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
78
Lampiran 40. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cabe
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
21 - 27
27 - 28 16 - 21
28 - 30 14 - 16
> 30 < 14
600 - 1.200
500 - 600 1.200 - 1.400
400 - 500 > 1.400
< 400
baik, agak terhambat
agak cepat, sedang
terhambat
sangat terhambat, cepat
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi*
halus, agak halus, sedang < 15 > 75
-
agak kasar
kasar
15 - 35 50 - 75
35 - 55 30 - 50
> 55 < 30
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
6,0 - 7,6
< 20
5,5 - 6,0
< 5,5
7,6 - 8,0
> 8,0
> 0,8
≤ 0,8
<3
3-5
5-7
>7
< 15
15 - 20
20 - 25
> 25
> 100
75 - 100
40 - 75
< 40
<8
8-16 rendah sedang
16 - 30
> 30
berat
sangat berat
sangat rendah
Bahaya banjir (fh) Genangan*
F0
-
F1
> F1
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)*
<5
5-15
15 - 40
> 40
Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
5-15
15 - 25
> 25
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
79
Lampiran 41. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ketimun
Karakteristik lahan
S1
Kelas kesesuaian lahan S2 S3
N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
22 - 30
30 - 32 20 - 22
32 - 35 18 - 20
700 - 1.000 300 - 400 20 - 24 80 - 90
> 1.000 230 – 500 < 20 > 90
agak cepat, sedang
terhambat
> 35 < 18
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Kelembaban udara (%)*
400 - 700 24 - 80
< 250
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
baik, agak terhambat
sangat terhambat, cepat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%)* Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%)* pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)
halus, agak halus, sedang < 15
15 - 35
halus, agak kasar 35 - 55
> 50
-
25 - 50
< 25
< 60
60 - 140
140 - 200
> 200
< 140
140 - 200
200 - 400
> 400
saprik+
saprik, hemik+
hemik, fibrik+
Fibrik
> 16
≤ 16
> 35
20 - 35
-
Kasar > 55
< 20
5,5 - 5,8
< 5,5
7,6 - 8,0
> 8,0
> 1,2
0,8 - 1,2
< 0,8
<4
4-6
6-8
>8
15 - 20
20 - 25
> 25
50 - 75
30 - 50
< 30
Agust-16 rendah - sedang
16 - 30 berat
> 30 sangat berat
-
F1
> F1
5-15 5-15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
5,8 - 7,6
Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* < 15 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 75 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <8 Bahaya erosi* sangat rendah Bahaya banjir (fh) Genangan* F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)* <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2003)
*Tidak digunakan dalam evaluasi karena ketidaktersediaan data
64 80
Lampiran 42. Luas Lahan Komoditas Pertanian Tahun 2009 (ha) Wilayah (kecamatan) Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Rangsang Rangsang Barat Merbau
Karet
Kelapa
Sagu
Kopi
Pinang
3289,00 616,00 1764,00 2848,00 875,00 15863,00 4311,00 9595,00 8231,00 1766,00
8480,00 30374,00 2398,00 440,00 9394,00
117,00 105,00 160,00 735,00 30,00
29,00 64,00 92,00 305,00 76,00
Padi sawah 0,00 100,00 0,00 1680,00 0,00
Jagung 29,00 17,00 9,00 3,00 25,00
Ketela rambat 11,00 9,00 5,00 3,00 12,00
Ketela Pohon 48,00 35,00 12,00 10,00 32,00
Sawo
Pepaya
0,00 0,00 0,78 0,00 7,00
0,00 1,90 0,03 0,38 0,20
Lampiran 42 (Lanjutan). Wilayah (kecamatan)
Pisang
Jambu biji
0,00 0,00 Tebing Tinggi Barat 70,00 5,00 Tebing Tinggi 0,89 0,00 Rangsang 0,00 0,00 Rangsang Barat 0,40 2,00 Merbau Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Meranti (2010)
Sukun 0,00 0,70 0,68 0,00 1,20
Nenas Manggis 0,00 0,82 0,03 0,00 0,00
0,00 1,00 0,00 18,00 0,00
Terung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kacang panjang 14,00 5,00 7,00 7,00 20,00
Cabe besar 6,00 5,00 3,00 7,00 3,00
Cabe rawit
Ketimun
8,00 4,00 5,00 5,00 0,00
102,00 12,00 25,00 30,00 35,00
64
Lampiran 43. Luas Lahan Komoditas Pertanian Tahun 2010 (ha) Wilayah (kecamatan) Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Timur Rangsang Rangsang Barat Merbau Pulau Merbau
Karet
Kelapa
Sagu
3265,00 629,00 8754,00 193,00 383,00 356,00 1581,00 2493,00 16154,00 875,00 15863,00 2398,00 4311,00 9595,00 440,00 5692,00 1141,00 8259,00 2567,00 626,00 1075,00
Kopi Pinang 105,00 0,00 65,00 160,00 735,00 0,00 10,00
35,00 7,00 24,00 92,00 305,00 28,00 22,00
Padi sawah 0,00 100,00 0,00 0,00 1580,00 0,00 0,00
Jagung 25,00 21,00 0,00 12,00 11,00 20,00 0,00
Ketela rambat 15,00 9,00 0,00 4,00 6,00 0,00 0,00
Ketela Pohon 20,00 21,00 0,00 10,00 13,00 50,00 0,00
Sawo
Pepaya
0,00 0,00 0,00 78,00 50,00 0,00 0,00
215,00 0,00 0,00 105,00 100,00 120,00 0,00
Lampiran 43(Lanjutan). Wilayah (kecamatan)
Pisang
Jambu biji
Sukun
Nenas
Manggis
Terung
Tebing Tinggi Barat 360,00 0,00 189,00 Tebing Tinggi 5732,00 90,00 0,00 Tebing Tinggi Timur 0,00 0,00 0,00 Rangsang 1180,00 0,00 147,00 Rangsang Barat 3150,00 280,00 0,00 Merbau 1000,00 2600,00 270,00 Pulau Merbau 0,00 0,00 0,00 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Meranti (2011)
1270,00 0,00 0,00 1960,00 600,00 700,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00
3,00 0,00 0,00 1,00 0,00 5,00 0,00
Kacang panjang 10,00 11,00 0,00 4,00 5,00 10,00 0,00
Cabe besar 2,00 4,00 0,00 1,00 1,00 2,00 0,00
Cabe rawit
Ketimun
3,00 4,00 0,00 1,00 1,00 5,00 0,00
12,00 6,00 0,00 7,00 3,00 11,00 0,00
81
82
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mengkirau tepatnya pada tanggal 19 September 1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan ibu Siti Umikalsum dan bapak Kabul. Penulis memiliki satu saudara yang sekarang masih duduk di kelas VIII Mts. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis diantaranya adalah. Sekolah Dasar pada tahun 1996-2002 di SDN 034 Merbau. Selanjutnya Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2002-2005 di Mts Hidayatul Muttaallim Mengkirau. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada tahun 2005-2008 di SMAN 01 Bengkalis. Setelah lulus SMA pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari PT. Energi Mega Persada lewat program CSR. Sewaktu menjadi mahasiswa, penulis sempat aktif di beberapa organisasi ekstrakurikuler diluar kampus seperti di Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau Bogor (IKPMR) sebagai Ketua Umum Periode 2010-2011 dan juga sempat menjadi pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Riau Seluruh Indonesia sebagai Kordinator Wilayah Tengah. Pada tahun 2012 penulis menjadi asisten dalam praktikum mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.