MODEL PENDUGA POTENSI TEGAKAN HUTAN LAHAN KERING MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE DAN QUICKBIRD
HERU SANTOSO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
MODEL PENDUGA POTENSI TEGAKAN HUTAN LAHAN KERING MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE DAN QUICKBIRD
HERU SANTOSO
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SUMMARY HERU SANTOSO. E14103030. Stand Potency Estimation Model in Dry Land Forest Using SPOT 5 Supermode and Quickbird Image. Supervised by Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. Nowadays, remote sensing technology had been widely used in forestry sector. Since the advent of high resolution satellite imageries having spatial resolution less than 5 m x 5 m such as Quickbird, Ikonos and SPOT 5 Supermode, the use of remote sensing technology had been intensively examined to estimate forest potency. Commonly, forest potency is estimated using either terrestrial, remote sensing or combination of those both methods. Terrestrial inventory had been proven to give more accurate and precise result, but this method is only appropriate for inventory in small scale areas. However, if the area to be inventoried is scaled up, the combination between terrestrial and remote sensing techniques will be more promising. This study examined the method that combines between terrestrial and remote sensing technology hoping to obtain adequate estimation accuracy (i.e. lower sampling error) and cheaper cost. This study was done in dry land forest located in North Bengkulu and South Bengkulu regencies using SPOT 5 Supermode and Quickbird imageries. Study phases consisted of data collection, images pre-processing (rectification, cropping), images interpretation, sampling design, ground survey, model evaluation, model selection, double sampling application, efficiency evaluation, and monogram establishment. Based on the field measurement results, crown closure percentage is ranging between 11% and 63%, diameter crown average is between 4,521 m and 8,125 m and tree height average is between 11,031 m and 23,609 m. Meanwhile, image interpretation using SPOT 5 provides crown closure ranging from 18,75% to 71,875% and crown diameter ranging from 5,573 m to 8,065 m. This study shows that there is a good consistency between the measurement of crown closure in the image and crown closure in the field, having coefficient of determination of 93,63% (p = 6,33x10-25). The regression formula expressing the relationship between Cspot and Clap variables is Clap = 1,0077Cs – 6,8287. The study noticed that less consistence was found between Dspot and Dlap (R = 27,23%). We found that there are difficulties to delineate the edge of clumped trees crowns either on primary or secondary dry land forests. The A and B stories (the upper and upper-most canopy layers) at dry land forest are usually overlapped each other. The study results show that the best model for estimating stand volume of dry land forest is Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963 having coefficient of determination of 60,93%. Since there is no good consistenty measurement of Dspot, the study does not recommend to use Dspot variables for estimating stand volume. Based on relative efficiency analysis, this study shows that double sampling technique using SPOT 5 Supermode could estimate stand volume in efficient way with relative efficiency of 215,57%. Using this technique the sampling error provided is approximately 9,78%. The double sampling technique examined in this study provides stand volume estimation of approximately 221,127 m3/Ha. Additional examination performed in this study also shows that Quickbird image is highly potential to be used for estimating stand volume, where there is a good consistency between measurement of Cspot and Cquickbird. Keyword: Remote Sensing, SPOT 5, Quickbird, Double Sampling, Bengkulu
RINGKASAN HERU SANTOSO. E14103030. Model Penduga Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra Spot 5 Supermode Dan Quickbird. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. Saat ini, teknologi penginderaan jauh telah banyak digunakan dibidang kehutanan. Sejak hadirnya citra satelit resolusi tinggi yang memiliki resolusi spasial kurang dari 5 m x 5 m seperti Quickbird, Ikonos, dan SPOT 5 Supermode, penggunaan teknologi penginderaan jauh telah banyak dimanfaatkan untuk pendugaan potensi tegakan hutan. Pada umumnya, pendugaan potensi hutan menggunakan metode terestris, penginderaan jauh, maupun kombinasi dari kedua metode tersebut. Inventarisasi dengan metode terestris telah terbukti memberikan hasil yang lebih akurat dan cermat, walaupun metode ini hanya cocok untuk inventarisasi pada area yang berukuran kecil. Akan tetapi jika area yang akan diinventarisasi lebih besar, metode kombinasi antara metode terestris dan pengideraan jauh akan menjadi pilihan yang lebih baik. Pada penelitian ini digunakan metode kombinasi antara metode terestris dan penginderaan jauh dengan harapan agar mendapatkan hasil pendugaan potensi yang memadai (kesalahan sampling yang kecil) dan biaya yang lebih murah. Penelitian ini dilakukan pada hutan lahan kering di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan menggunakan citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird. Tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan data, pengolahan awal citra (rektifikasi, penyekatan), interpretasi citra, penyusunan rancangan pengambilan contoh, survey lapangan, pengujian model, pemilihan model, aplikasi penarikan contoh berganda, evaluasi efisiensi relatif, dan pembuatan monogram. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, persentase penutupan tajuk berkisar antara 11% dan 63%, rata-rata diameter tajuk berkisar antara 4,521 m dan 8,125 m serta rata-rata tinggi pohon berkisar antara 11,031 m dan 23,609 m. Sedangkan hasil intrepretasi citra dengan menggunakan SPOT 5 didapatkan kisaran penutupan tajuk sebesar 18,75% dan 71,875% dan kisaran diameter tajuk sebesar 5,573 m dan 8,065 m. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada konsistensi yang baik antara hasil pengukuran penutupan tajuk pada citra dan lapangan dengan koefisien determinasi sebesar 93,63% (p= 6,33x10-25). Bentuk persamaan regresi yang menunjukkan hubungan antara variable Cspot dan Clap adalah Clap = 1,0077Cs - 6,8287. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan antara hasil pengukuran variable Dspot dan Dlap kurang konsisten dengan koefisien determinasi hanya sebesar 27,23%. Peneliti mendapatkan kesulitan untuk mendeliniasi batas antar tajuk pohon yang bergerombol baik pada hutan lahan kering primer maupun sekunder. Selain itu, pada hutan lahan kering Tajuk-tajuk pohon strata A dan B (dibagian teratas dan paling atas dari tutupan tajuk) umumnya saling overlap antar satu dengan lainnya, sehingga sulit mendapatkan ukuran diameter secara tepat. Penelitian ini menunjukkan bahwa model terbaik untuk pendugaan volume tegakan pada hutan lahan kering adalah Vbc = 0,0192Cs2 - 0,8331Cs + 16,963 dengan koefisien determinasi sebesar 60,93%. Oleh karena tidak terdapat konsistensi pada hasil pengukuran dari variabel Dspot, penelitian ini menyarankan untuk tidak menggunakan variable Dspot untuk pendugaan volume tegakan. Berdasarkan analisis efisiensi relatif, penelitian ini menunjukkan bahwa teknik penarikan contoh berganda menggunakan citra SPOT 5 Supermode bisa digunakan untuk menduga volume tegakan dengan efisiensi relatif sebesar 215,57%, dengan kesalahan penarikan contoh sekitar 9,78%. Teknik pengambilan contoh berganda pada penelitian ini volume tegakan dugaannya adalah sebesar 221,127 m3/Ha. Pengujian tambahan pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa citra Quickbird sangat potensial untuk digunakan pada pendugaan volume tegakan, dimana didapatkan konsistensi yang baik antara pengukuran dari Cspot dan Cquickbird. Kata kunci: Penginderaan jauh, SPOT 5, Quickbird, Double Sampling, Bengkulu
Judul Penelitian
: Model Penduga Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird
Nama
: Heru Santoso
NRP
: E 14103030
Departemen
: Manajemen Hutan
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr NIP. 131 578 785
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Penduga Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disenutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2008
Heru Santoso NRP E14103030
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Model Penduga Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird. Skripsi ini merupakan hasil pembahasan secara ilmiah terhadap perkembangan teknologi penginderaan jauh yang diharapkan berguna dalam pemanfaatannya di dunia kehutanan masa kini dan masa yang akan datang. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan. Semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang dapat berguna bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi menjadikan skripsi ini lebih baik dan bermanfaat bagi siapapun terutama bagi yang menggunakan.
.
Bogor, Mei 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pemalang, Jawa Tengah pada tanggal 17 November 1984 sebagai anak ke ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Subechi dan Listyani Widyowati. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1989 di TK Batik Purwoharjo Comal selama 2 tahun. Tahun 1991, penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN Purwoharjo 1 Comal selama 6 tahun. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Comal dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis memasuki SMUN 1 Comal hingga tamat pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun ketiga pendidikan di IPB, penulis memilih Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan, Laboratorium fisik remote sensing dan GIS. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis aktif dalam Himpunan Profesi Departemen Manajemen Hutan (FMSC) periode 2004 ~ 2005 dan 2005 ~ 2006, melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di Jawa Barat, jalur Sancang - Kamojang dan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di KPH Garut. Pada bulan Februari hingga April 2007, penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Sari Bumi Kusuma, Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyusun skripsi dengan judul Model Penduga Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr.
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji hanyalah milik Allah SWT karena hanya dengan kasih sayangnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Model Penduga Potensi Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak, Ibu dan kakak-kakakku tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya sampai menyelesaikan program sarjana ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir I Nengah Surati Jaya, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan segala kesabaran, perhatian, waktu, dan tenaga, serta pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS wakil dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono MSi wakil dari Departemen KSHE yang telah bersedia untuk menguji penulis. 4. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan beserta staf atas bantuannya selama mengambil data di lapangan. 5. Pak Uus, Mas Edwin, Om Syamsuri, Mba Desi, Heri'36 atas bantuannya selama menyelesaikan skripsi. 6. Teman satu bimbingan (Aan, Arfan, dan Iskandar) atas semangat, doa dan bantuan selama penelitian. 7. Ahma dan sekeluarga yang selalu mengerti dan memahami penulis. 8. Teman-teman Manajemen Hutan angkatan 40, Shinta (terima kasih atas pinjaman printer), Fheny, Vivi, Vita, Melda, Ana, Faery, Anggit, Yandi, Zae dan semuanya atas semangat, doa dan kebersamaannya selama kuliah semoga tetap terjalin selamanya. 9. ForsGe fancier club (Adil, Adit, Asep, Heri, Dega, Bety dan semua temanteman satu laboratorium) atas bantuan, semangat, doa dan kebersamaannya. 10. Pondok Perjuangan (Mamang, Bibi, Pak Dhe Heru, Ata, Cepi, Tri, Cecep) atas dorongan semangat, doa dan kebersamaannya.
11. Teman-teman
angkatan
40
se-Fahutan
atas
semangat,
doa
dan
kekeluargaannya selama kuliah semoga tetap terjalin selamanya. 12. Teman-teman MNH’41 (Risky, Nanik, Nur, Nyoti dan all) atas bantuan, semangat, dan doanya. 13. Teman-teman MNH’42 atas bantuan, semangat, dan doanya. 14. Kepada penyelenggara program beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) atas bantuan beasiswanya. 15. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut memberikan sumbangsihnya yang tak ternilai dalam pelaksanaan penelitian ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan bersikap terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang bersifat membangun kearah yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi semua pihak yang membutuhkan literature ini pada umumnya.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................
i
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
viii
DAFTAR TABEL....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Tujuan penelitian ............................................................................
3
C. Manfaat Penelitian.........................................................................
3
II. KONDISI UMUM A. Kondisi Fisik Dasar .......................................................................
4
1. Geografis..................................................................................
4
2. Administrasi .............................................................................
4
3. Topografi..................................................................................
5
4. Morfologi .................................................................................
5
5. Klimatologi ..............................................................................
6
6. Hidrologi ..................................................................................
6
7. Kondisi flora dan fauna.............................................................
6
a. flora ......................................................................................
6
b. fauna.....................................................................................
7
8. Tipe hutan ................................................................................
7
9. Potensi hutan ............................................................................
8
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ........................................................................
9
B. Data, Alat, Perangkat Lunak dan Perangkat Keras .........................
13
C. Metode Penelitian ..........................................................................
18
1. Pengolahan Citra ......................................................................
18
a. Rektifikasi (Koreksi geometris)...........................................
18
b. Cropping (Pemotongan)......................................................
20
c. Klasifikasi Tutupan Hutan...................................................
22
2. Desain sampling .......................................................................
26
3. Pengukuran Potensi Tegakan Pada Citra ...................................
26
4. Pengukuran Potensi Tegakan di Lapangan ................................
28
5. Pembangunan Model ................................................................
34
a. Pengujian Konsistensi .........................................................
36
b. Pengujian Model.................................................................
37
c. Pemilihan Model.................................................................
39
6. Aplikasi Double Sampling ........................................................
39
7. Evaluasi Efisien Relatif ............................................................
45
8. Monogram................................................................................
46
9. Pembuatan profil tegakan .........................................................
46
10. Tahapan Pelaksanaan Penelitian .............................................
46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dan pada citra satelit Spot 5 ..........................................................
48
B. Hubungan antara hasil pengukuran dilapangan dengan pengukuran pada citra SPOT 5 Supermode untuk menentukan model penduga potensi tegakan ................................
51
1. Hubungan antara hasil penafsiran persen tutupan tajuk pada citra SPOT pankromatik hitam putih (Cs) dengan hasil pengukuran persen tutupan tajuk di lapangan (Clap) .......
51
2. Hubungan antara hasil penafsiran Rata-rata Diameter Tajuk pada citra SPOT pankromatik hitam putih (Dsp) dengan hasil pengukuran Rata-rata Diameter Tajuk di lapangan (Dlap) ......................................................................
53
3. Model penduga volume bebas cabang (Vbc) menggunakan peubah-peubah tegakan yang diukur di lapangan (persen tutupan tajuk/ Clap; Rata-rata Diameter tajuk/ Dlap; dan Rata-rata Tinggi Total Pohon/ Tlap)..............
54
4. Model penduga volume bebas cabang (Vbc) menggunakan peubah-peubah tegakan yang diukur pada citra SPOT 5 Supermode (persen tutupan tajuk/ Cspot, Rata-rata Diameter tajuk/ Dspot).............................................
57
C. Penyusunan Tabel Volume Tegakan Berdasarkan Model Penduga Terpilih ..........................................................................
59
D. Analisis Konsistensi Hasil Pengukuran Dimensi Tegakan Pada Citra SPOT 5 dan Citra Quickbird........................................
60
E. Penentuan Volume Tegakan dengan Menggunakan Tehnik Double sampling ..........................................................................
65
F. Alokasi optimum jumlah plot dan Efisien Relatif .........................
65
G. Evalusi jenis-jenis kayu komersil dan non-komersil......................
66
H. Monogram....................................................................................
67
V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
72
LAMPIRAN ............................................................................................
74
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Peta Lokasi Penelitian .....................................................................
2.
Peta Lokasi Penelitian Pengukuran Lapang di Provinsi Bengkulu.........................................................................................
3.
4
9
Lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Timur menggunakan SPOT 5 ...........................................................................................
10
4.
Lokasi Pengambilan contoh di Kabupaten Aceh Timur....................
11
5.
Lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Timur menggunakan Quickbird ........................................................................................
11
6.
Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Bengkulu Utara ......................
12
7.
Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Bengkulu Selatan....................
12
8.
Satelit SPOT 5.................................................................................
14
9.
Satelit Quickbird .............................................................................
16
10.
Hasil cropping citra SPOT 5 di Provinsi Bengkulu ..........................
21
11.
Hasil cropping citra SPOT 5 di Kabupaten Aceh Timur.....................
21
12.
Contoh pengukuran C pada citra......................................................
27
13.
Letak Unit Contoh dalam Klaster pada 1 (satu) Lokasi Training Area..................................................................................
29
14. Posisi Pengukuran Diameter Pohon Setinggi Dada (dbh) .................
30
15. Cara Pengukuran Tajuk ...................................................................
30
16. Diagram alir penelitian ....................................................................
47
17. 18. 19.
20.
Diagram pencar hasil pengukuran persen tutupan tajuk pada Citra SPOT 5 (Cspot) dan lapangan (Clap) ......................................
51
Diagram pencar hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada Citra SPOT 5 (Dspot) dan lapangan (Dlap)......................................
53
Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang di lapangan (Vbc) dengan persen penutupan tajuk hasil pengukuran di lapangan (Clap)........................................................
54
Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang di lapangan (Vbc) dengan rata-rata diameter tajuk di hasil pengukuran lapangan (Dlap)............................................................
55
21.
Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang di lapangan (Vbc) dengan rata-rata tinggi total pohon hasil pengukuran di lapangan (Tlap) ........................................................
55
Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran volume bebas cabang di lapangan (Vbc) dengan hasil pengukuran persen penutupan tajuk pada Citra SPOT 5 Supermode (Cspot).......
57
Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran volume bebas cabang di lapangan (Vbc) dengan hasil pengukuran ratarata diameter tajuk pada Citra SPOT 5 Supermode (Dspot) .............
58
Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran persen tutupan tajuk pada Citra SPOT pankromatik (Cs) dan Citra Quickbird (Cq) pada hutan lahan kering ..........................................
60
Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada Citra SPOT pankromatik (Ds) dan Citra Quickbird (Dq) pada hutan lahan kering ..........................................
61
Diagram pencar hubungan antara hasil perhitungan jumlah Pohon pada Citra SPOT pankromatik (Ns) dan Citra Quickbird (Nq) pada hutan lahan kering...........................................................
61
27. Monogram Citra SPOT 5 C1D1.......................................................
68
28. Monogram Citra SPOT 5 C2D1.......................................................
68
29. Monogram Citra SPOT 5 C3D1.......................................................
69
30. Monogram Citra SPOT 5 C4D1.......................................................
69
31. Monogram kelas potensi pada citra Quickbird (a, c, e) dan SPOT 5 (b, d, f) di Kabupaten Aceh Timur......................................
70
22.
23.
24.
25.
26.
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Lembar Citra SPOT 5 yang digunakan dalam Penelitian..................
13
2.
Karakteristik Citra SPOT 5..............................................................
14
3.
Karakteristik Satelit Quickbird ........................................................
17
4.
Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan Tahun 2001 Disertai Kode Layer dan Kode Toponimi Kelas di Pulau Sumatera........................
22
5.
Kelas potensi tegakan ......................................................................
28
6.
Beberapa model penduga volume tegakan menggunakan peubah potret udara ........................................................................
36
7.
Analisis ragam regresi linier sederhana............................................
38
8.
Uji t.................................................................................................
38
9.
Data hasil pengukuran di lapangan dan interpretasi Citra SPOT 5 Supermode pada hutan lahan kering .............................................
47
10. Hasil uji Z antara nilai persentase Clap dan Cspot ...........................
49
11. Hasil uji Z antara nilai persentase Dlap dan Dspot ...........................
49
12.
3
Volume Tegakan (m /ha) Hutan Lahan Kering antara Volume lapangan dan Volume Dugaan melalui Citra SPOT 5 (Vbc = 0,0192Cs2 – 0,833Cs + 16,963) .......................................................
50
13. Hasil uji Z antara nilai persentase Vbc_lap dan Vbc_spot................
51
14. Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Cspot dan Clap........
52
15. Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Dspot dan Dlap .......
53
16. 17. 18.
19. 20. 21.
Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Clap, Dlap dan Tlap pada Hutan Lahan Kering................................
56
Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Cspot, dan Dspot pada Hutan Lahan Kering ....................................
59
Volume Tabel Tegakan (m3/Ha) Hutan Lahan Kering Diduga Melalui Citra SPOT 5 Pankromatik (V = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963) .........................................................................
59
Penyebaran dan Koefisien Diterminasi Data Peubah Citra Pada Hutan Lahan Kering ........................................................................
62
Data Statistik C Quickbird dan C SPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Cq = 0,7942Cs + 19,889)....................................................
62
Data Statistik D Quickbird dan D SPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Dq = 0,2869Ds + 5,7773) ...................................................
63
22.
Data Statistik N Quickbird dan N SPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Nq = 0,3536Ns + 12,524) ...................................................
63
Volume Tegakan (m3/ha) Hutan Lahan Kering diduga Melalui Citra Quickbird dan Spot 5 Multispektral (V = 0,7924Cs + 19,884)............................................................................................
64
24. Hasil uji Z antara nilai persentase Vbc_quickbird dan Vbc_spot......
65
25. Volume Kelompok Kayu Jenis Komersil Dan Non Komersil...........
67
23.
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Data lapangan..................................................................................
75
2.
Hasil interpretasi Citra SPOT 5 .......................................................
84
3.
Double sampling dan efisiensi relatif...............................................
88
4.
Nama jenis pohon............................................................................
91
5.
Data Aceh .......................................................................................
96
6.
Tabel anova.....................................................................................
97
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya hutan yang sangat besar dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Berbagai manfaat dan keuntungan diperoleh dari hutan melalui pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat. Agar pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan benar maka pengelola harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik hutannya sehingga dapat memilih sistem silvikultur yang sesuai dengan keadaan hutan tersebut. Rencana pengelolaan hutan yang terarah dan realitas sangat diperlukan untuk menyusun strategi pengelolaan hutan yang diinginkan. Rencana tersebut hanya dapat disusun apabila ditunjang oleh hasil inventarisasi hutan berupa data dan informasi obyektif, mengenai potensi hutan yang akan dikelola serta pengetahuan mengenai dinamika pertumbuhan tegakan (Osmaton 1968). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan inventarisasi kondisi hutan, baik dilihat dari kondisi fisik secara keseluruhan maupun kondisi pohon secara individu. Hal ini penting guna menjaga kelestarian hutan. Inventarisasi hutan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan melakukan pendataan tegakan pohon. Data volume tegakan ini biasanya diperoleh melalui kegiatan survei langsung di lapangan (terestris/survei). Walaupun hasilnya cukup akurat, namun cara ini membutuhkan waktu, biaya dan sumber daya yang tidak sedikit. Cara lain yang cukup efektif untuk inventarisasi hutan adalah dengan metode penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh data tanpa harus mendatangi lokasi yang diamati sehingga sangat efisien. Pada kondisi areal dengan aksesibilitas rendah dan sulit dicapai, penggunaan teknologi penginderaan jauh sangat menguntungkan. Akan tetapi inventarisasi hutan dengan hanya menggunakan penginderaan jauh umumnya memberikan hasil dengan kesalahan sampling yang relatif tinggi. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu metode inderaja (remote sensing) dan metode terestris, yaitu menggunakan metode tehnik pengambilan contoh berganda (double sampling).
Metode pengambilan contoh berganda merupakan suatu metode yang menggunakan perluasan hubungan antara peubah bebas dan tak bebas, dengan tujuan untuk memperbaiki efisiensi untuk menduga peubah tak bebas (Darmawangsa 1975 dalam Jaya 2006). Metode pengambilan contoh berganda sering dilakukan karena pengukuran peubah tidak bebas (dalam hal ini adalah volume tegakan) membutuhkan pengorbanan yang cukup besar (biaya, waktu dan atau tenaga) dibandingkan dengan pengukuran peubah bebas (diameter tajuk, tinggi pohon, jumlah pohon dan atau persentase penutupan tajuk) pada potret udara atau citra satelit. Karenanya maka pengumpulan data di lapangan dilakukan pada sejumlah kecil unit contoh (m) dan merupakan bagian dari sejumlah satuan contoh di citra satelit (n). Alasan menggunakan metoda ini antara lain karena dalam penyusunan model, diperlukan keterwakilan contoh yang memenuhi persyaratan tertentu, yaitu unit penyusun model harus mewakili semua karakteristik yang dijumpai dalam populasi, antara lain kerapatan tegakan pada tipe-tipe vegetasi yang ada, kelas kerapatan tajuk dan kelas diameter tajuk yang dijumpai dalam populasi. Sedang untuk pendugaan potensi tegakan, diusahakan meminimalkan kegiatan lapangan yang akan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Faktor ketelitian dapat ditingkatkan dengan memperbanyak pengukuran unit contoh pada tingkatan pengukuran pada citra resolusi tinggi. Dengan metoda pengambilan contoh berganda, dalam penyusunan model, semua karakteristik tegakan yang ada dapat didesain keterwakilannya dengan pasti, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan secara menyeluruh untuk menduga potensi atas dasar peubah-peubah karakteristik tegakan penyusun model tersebut. Dalam pendugaan potensi akan dapat mengurangi kebutuhan biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan, serta informasi yang dibutuhkan dapat cepat diperoleh dan lebih akurat. Agar data hasil inventarisasi hutan dapat tersimpan dan dikelola secara terstruktur maka diperlukan adanya suatu basis data. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu teknologi yang dapat mendukung pengelolaan hutan yang mempunyai kemampuan menyimpan dan mengelola basis data. SIG bukanlah suatu sistem yang semata-mata berfungsi membuat peta, tetapi
merupakan alat analitik (analysical tool) yang mampu memecahkan masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti (Jaya 2002). Pada bidang kehutanan, SIG sangat diperlukan guna mendukung pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan keruangan, mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan sampai dengan pengawasan (Jaya 2002). B. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1. Menyusun model penduga potensi hutan menggunakan peubah yang diukur pada citra satelit resolusi tinggi SPOT 5 Supermode dan Quickbird. 2. Mengevaluasi efisiensi relatif dari metode pengambilan contoh berganda menggunakan citra SPOT 5 supermode. Tujuan tambahannya adalah untuk : 1. Menentukan peubah-peubah tegakan pada citra yang dapat digunakan untuk menduga potensi. 2. Menduga potensi tegakan. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menduga potensi tegakan secara cepat dan murah, khususnya untuk tipe dan kondisi hutan yang relatif sama dengan lokasi penelitian; 2. Sebagai alat bantu dalam menduga parameter tegakan hutan (rata-rata potensi dan ragam) secara cepat, sehingga dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan secara cepat; 3. Sebagai alat yang pendukung kegiatan perencanaan hutan, terutama pengelolaan lahan hutan bekas tebangan, perencanaan pemanenan kayu dan penanaman kembali lahan hutan bekas tebangan.
BAB II KONDISI UMUM A. Kondisi Fisik Dasar 1. Geografis Provinsi Bengkulu terletak antara 101º20' BT - 103º45' BT dan 2º25' LS -5º00' LS dengan batas-batas wilayah : (a). Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat (b). Sebelah Timur berbatasan dengan Pegunungan Bukit Barisan (c). Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung (d). Sebelah Barat dengan Samudra Hindia.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian 2. Administrasi Propinsi Bengkulu yang berada di sebelah barat pegunungan Bukit 2
Barisan dengan luas wilayah sebesar ± 1.978.870 Ha atau 19.788,7 Km . Wilayah administrasi Propinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Propinsi Sumatera Barat sampai dengan perbatasan Propinsi Lampung yang
jaraknya lebih kurang 567 kilometer. Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 433 kilometer. Bagian Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedang bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari utara ke selatan serta diselingi oleh daerah yang bergelombang. 3. Topografi Berdasarkan keadaan alam dan letaknya, maka wilayah Propinsi Bengkulu mempunyai ketinggian dari permukaan laut yang berbeda-beda. Ketinggian wilayah Propinsi ini sangat bervariasi mulai dari 0 – 100 m, 100 – 500 m, 500 – 1000 m dan lebih besar 1000 m. Pembagian kelas ketinggian tersebut berdasarkan kondisi geologis Propinsi Bengkulu yang terdiri dari 5 formasi yaitu: Formasi Batuan Andesit, Formasi Telisa Atas, Formasi Telisa Bawah, Formasi Kristalin, Formasi Neogen, Formasi Alluvial. 4. Morfologi Secara geomorfologi atau bentuk permukaan bumi Propinsi Bengkulu dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bagian bentuk daerah yaitu: a). Dataran Pantai Dataran ini terdapat disepanjang pantai yang membentang dari Muko-muko sampai Padang Guci. Umumnya daerah ini sempit dan terdapat cekungan dan rawa-rawa. b). Dataran Alluvial Dataran ini berada memanjang di belakang dataran pantai yang mempunyai lebar berkisar antara 5 – 10 Km. Umumnya daerah ini mempunyai kesuburan tanah yang cukup tinggi. c). Dataran Lipatan Daerah ini hampir memanjang sejajar dengan dataran alluvial dengan ketinggian antara 100 – 400 meter diatas permukaan laut. Daerah ini antara lain meliputi Lumbuk Pinang, Beringin Tambun dan Hulu Sungai Ipuh.
d). Daerah Vulkanik Daerah ini menempati sebagian besar pegunungan Bukit Barisan yang merupakan jalur pegunungan patahan dan kompleks vulkanik dengan pusat erupsi di luar Propinsi Bengkulu. 5. Klimatologi Iklim di Propinsi Bengkulu ditandai dengan jumlah curah hujan yang cukup tinggi yaitu: rata-rata 100 mm/tahun, dengan rata-rata hari hujan antara 100-250 hari/tahun. Hari hujan rata-rata 20 hari/bulan dengan jumlah hari hujan terendah 18 hari yang terjadi pada bulan Mei dan September, sedangkan hari hujan tertinggi selama 23 hari terjadi pada bulan November dan Desember. 6. Hidrologi Pada saat ini telah diidentifikasi lebih kurang 22.647 Ha lahan di wilayah Propinsi Bengkulu mengalami erosi yang tersebar pada setiap Kabupaten. Erosi yang cukup besar terjadi di Kabupaten Rejang Lebong. Hilangnya lapisan atas tanah (degradasi) disebabkan antara lain oleh longsoran air hujan, sungai, laut dan angin. Lereng adalah salah satu faktor yang sangat menentukan intensitas erosi disamping kepekaan tanah dengan kandungan pasir, liat debu dan bahan-bahan organik. Selain itu faktor manusia sangat mempengaruhi, dengan adanya perubahan hutan, penggundulan lereng-lereng perbukitan dan aktifitas budidaya lainnya (Dirjen Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum 2002). 7. Kondisi flora dan fauna a. Flora Bunga Raflessia Arnoldy Bunga ini ditemukan pertama kali oleh Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy di Dusun Lubuk Tapi pada tahun 1818. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang.
Tumbuhan ini termasuk parasit kerena tidak adanya klorofil dan haustoria. Bunga Kibut (Amorphopalus Titanuum) Bunga ini sangat menarik dan cantik. Tidak memiliki batang dengan tetapi memiliki bunga yang tinggi sekitar 3 m dan kuat. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang Lebong mengelilingi Kepahyang, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan. Anggrek air Vanda Hookeriana Anggrek air ini hanya terdapat di Danau Dendam Tak Sudah yang terletak sekitar 5 km dari kota Bengkulu. Beberapa macam anggrek liar dan alami lainnya dapat pula ditemukan di Provinsi Bengkulu. Berbagai macam kekayaan hutan yang dapat ditemukan di Bengkulu seperti Kayu Medang, Meranti, Rattan, Damar. Tanaman lainnya yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah minyak sawit, getah karet, kopi, durian, jeruk, sayuran ,dan lainnya. b. Fauna Beberapa macam hewan seperti macan, kijang, gajah, monyet, rangkong adalah hewan yang menempati hutan di Provinsi Bengkulu. 8. Tipe hutan Hutan Lahan Kering Dataran Rendah dan Hutan Lahan Kering Pegunungan yang termasuk ke dalam formasi Hutan Hujan Tropika (Tropical Rain Forest) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: iklim selalu basah dengan tanah yang kering dari berbagai macam jenis tanah, dan kondisi ketinggian yang beragam dari tanah rendah rata atau berbukit (>1000 m dpl) dan pada tanah tinggi (sampai dengan 4000 m dpl). Kawasan hutan Bengkulu berdasarkan fungsinya relatif sedikit. Fungsi hutan di Provinsi Bengkulu dibagi dalam 3 kelompok besar. Pertama adalah kelompok kawasan suaka alam atau pelestarian alam. Luas kawasan hutan ini mencapai lebih kurang 444,40 ribu hektar atau sebesar 22,45 persen. Sesuai dengan fungsinya, kawasan suaka alam terbagi atas hutan taman nasional dengan luas 405,29 ribu hektar, hutan cagar alam dengan
luas 6,73 ribu hektar, hutan taman wisata alam dengan luas 14,96 ribu hektar, hutan taman hutan raya dengan luas 1,12 ribu hektar, dan hutan taman buru seluas 16,30 ribu hektar. Kelompok kedua yakni kawasan hutan. Kawasan ini luasnya mencapai 476,57 ribu hektar atau 24,08 persen. Sesuai dengan fungsinya kawasan hutan ini terbagi atas: hutan lindung seluas 251,48 ribu hektar, hutan produksi terbatas seluas 182,21 ribu hektar, hutan produksi tetap seluas 36,01 ribu hektar dan hutan produksi khusus seluas 6,87 ribu hektar (Jawa pos, Bengkulu ekspress 2008) 9. Potensi hutan Produk utama hutan Provinsi Bengkulu yakni kayu bulat, kayu gergajian, rotan dan damar. Untuk kayu bulat dan gergajian umumnya dihasilkan oleh perusahaan HPH, sedangkan rotan dan damar dihasilkan oleh rumah tangga kehutanan. Produksi kayu bulat pada tahun 2006 hanya 13,99 ribu meter kubik atau menurun sebesar 53,22 persen dibanding tahun 2005 yang mencapai 29,95 ribu meter kubik. Begitupun dengan produksi kayu gergajian menurun drastis dari sebanyak 23,15 ribu meter kubik pada tahun 2005 menjadi hanya 4,79 ribu meter kubik di tahun 2006 atau menurun sebesar 79,31 persen. Produksi damar Provinsi Bengkulu pada tahun 2006 diperkirakan hanya mencapai 250 ton menurun 25 persen bila dibanding produksi tahun 2005 yang mencapai 312,50 ton. Hal yang sama juga terjadi pada produksi rotan manau, dan rotan jenis lainnya yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 58,12 persen dan 57,32 persen. Produksi hutan Provinsi Bengkulu yang mengalami kenaikan pada tahun 2006 hanyalah rotan kesur yang meningkat dua kali lipat. Dari 3,5 ribu batang pada tahun 2005 menjadi 7,0 ribu batang di tahun 2006 (Jawa pos, Bengkulu ekspress 2008).
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 2007. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu dengan kisaran koordinat 102º 11' 30'' BT ~ 102º 59' 10'' BT dan 3º 16' 40'' LS ~ 4º 13' 40'' LS (Gambar 3 dan 4). Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian pengukuran lapang di Provinsi Bengkulu
Gambar 3 Lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Timur menggunakan SPOT 5
Gambar 4 Lokasi pengambilan contoh di Kabupaten Aceh Timur
Gambar 5 Lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Timur menggunakan Quickbird
Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Bengkulu Utara
Gambar 7 Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Bengkulu Selatan
B. Data, Alat, Perangkat Lunak dan Perangkat Keras 1. Data yang digunakan Tabel 1 Lembar Citra SPOT 5 yang digunakan dalam Penelitian No. Scene K/J Tanggal Perekaman 1. 5 274-357 06/10/02 03:28:48 1 T 274-357 2006-10-18 10:32:11 2. 5 275-358 06/04/19 03:20:54 2 T 275-358 2006-09-27 05:29:29 3. 5 261-341/6 05/06/03 04:14:56 1 T 261-341 2006-09-26 03:13:36 Sumber : Jaya et al, 2007 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa perekaman citra SPOT 5 yang digunakan pada penelitian ini direkam pada bulan September dan Oktober (musim penghujan). Oleh karena itu, pada waktu perekaman banyak awan yang menutupi areal yang akan direkam. Sehingga mempengaruhi hasil rekaman citra SPOT 5. a). Citra satelit SPOT 5 tahun 2006 Histori satelit SPOT Satellite Pour I’Observation de la Terre (SPOT) adalah satelit milik Perancis yang merupakan satelit sumber daya bumi pertama yang diluncurkan oleh Eropa yang telah meluncurkan 5 satelit sejak tahun 1986. SPOT dikelola oleh Centre National de’Etudes Spatiales (CNES) atau Pusat Nasional Studi Antariksa Perancis yang bekerja sama dengan Belgia dan Swedia. SPOT 1 telah diluncurkan pada tanggal 22 Februari 1986 dan menyusul SPOT 2 yang diluncurkan tanggal 21 Januari 1990. Program SPOT adalah suatu teknik penginderaan jauh yang menggunakan sistem optik, yang mempunyai misi untuk mengindera permukaan bumi. Karakteristik SPOT 5 Dalam
perkembangannya,
satelit
SPOT
terus
melakukan
perbaikan-perbaikan, hingga diluncurkan satelit SPOT terbaru yang menawarkan tampilan dan inovasi baru yang akan membedakan dengan satelit SPOT sebelumnya. Pada tanggal 4 Mei 2002, satelit tersebut diberi nama SPOT 5 (Educnet Education, 2004). Karaktetistik SPOT 5 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik Citra SPOT 5 Waktu Peluncuran Resolusi Spasial Akurasi Alokasi (Location Accuracy) Lebar Cakupan Wilayah (Swath) Ketinggian pada equator (Altitudes) Inklinasi (Inclination) Frekuensi Pengulangan (Revisit Frequency) Sumber : Educnet Education, 2004
04-Mei-02 • Pankromatik : 5 m (2,5 m dalam supermode) • Multispektral : 10 m (5 m dalam supermode) 50 m tanpa titik kontrol 120 km dalam couple mode 822 km 98,7 derajat 5 hari
Gambar 8 Satelit SPOT 5 Sumber : Digital Globe, 2004 Manfaat SPOT Dari data SPOT dapat diperoleh informasi terestris land use (penggunaan lahan), land cover (tutupan lahan), daerah khusus seperti penggundulan hutan, erosi, daerah urban, perencanaan regional, sumberdaya air, serta akibat dari pekerjaan-pekerjaan utama pada lingkungan seperti tambang dan aplikasi SIG. SPOT 4 memiliki resolusi spasial 10 m x 10 m untuk mode Pankromatik (PAN) dan 20 m x 20 m untuk mode Multispektral (XS). Satelit SPOT mengorbit selaras dengan posisi matahari (sun-synchronous orbit) dengan tinggi 822 km, periode perekaman ulang selama 26 hari dan mempunyai lebar sapuan wilayah (Swath) 60 km ~ 80 km tergantung sudut pencitraannya.
Sensor HRV dapat beroperasi dalam dua mode yaitu dalam cahaya tampak dan sinar infrared (infra merah) dengan pembagian band yaitu : (1). Mode Pankromatik (PAN) SPOT 4 Mode pankromatik, yaitu mode pengamatan yang dilakukan dengan satu band spektral tunggal. Mode ini memberikan tampilan warna hitam putih dengan resolusi spasial sebesar 10 m x 10 m yang merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dengan kisaran panjang gelombang dari 0,51 µm ~ 0,73 µm. Band ini digunakan untuk aplikasi dengan hasil detail geometrik yang baik. (2). Mode Multispektral (XS) SPOT 4 Mode multispektral, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan tiga band yaitu : a. Band XS1 terdiri dari warna hijau (0,50 ~ 0,59 µm). b. Band XS2 terdiri dari warna merah (0,61 ~ 0,68 µm). c. Band XS3 yang berada pada near infrared (0,79 ~ 0,89 µm). Dengan mode multispektral dapat dibuat warna komposit yang merupakan penggabungan band-band data yang terekam dalam citra. Resolusi spasial dari mode multispektral adalah 20 m x 20 m. Kelebihan Citra Satelit SPOT 5 SPOT 5 memiliki beberapa kelebihan antara lain, yaitu: a. Mengalami pengembangan resolusi, menjadi 2,5 m ~ 5 m ~ 10 m dan merupakan kombinasi citra multi resolusi. b. Mempunyai akurasi lokasi: 50 m tanpa titik kontrol. c. Cakupan Lahan yang luas, yaitu : 60 ~120 km. d. Kemampuan akuisisi mencapai 50 M km² / thn. e. Standar pengulangan : rata-rata 2,5 ~ 3 hari. b). Citra satelit Quick Bird tahun 2006 Satelit Quickbird diluncurkan pada 18 Oktober 2001 dengan menggunakan roket Delta II dari SLC-2W, Pangkalan Angkatan Udara
Vandenberg, California. Amerika Serikat. Satelit Quickbird memilki dua macam sensor yaitu sensor panchromatic (hitam dan putih) mempunyai resolusi spasial 0,6 m (2-foot) dan sensor multispectral (berwarna) dengan resolusi spasial 2,44 m (8-foot). Tingginya resolusi spasial pada citra ini memberikan keuntungan untuk berbagai aplikasi, terutama yang membutuhkan ketelitian yang tinggi pada skala area yang kecil. Satelit ini mempunyai orbit polar sun-synchronous, yaitu orbitnya akan melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula yaitu untuk satu putaran kira-kira 13 hari, ini merupakan kemajuan yang sangat hebat dibandingkan berbagai satelit yang diluncurkan tahun 1980-an dan 1990-an. Satelit ini mempunyai berat 2100 pounds dan panjang 3,04 m. Satelit ini merupakan salah satu satelit tercanggih, terbaru dan terbaik karena resolusi spasialnya yang sangat tinggi, dan datanya sudah bisa didapatkan dipasaran secara komersial. Gambar satelit Quickbird dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Satelit Quickbird Sumber : Digital Globe, 2004 Periode orbit dari satelit ini adalah 93,4 menit dengan sudut inklinasi 980 dan ketinggiannya 450 km diatas permukaan bumi. Minimum area yang terliput oleh citra Satelit Quickbird adalah 8 x 8 km2. Karakteristik lebih lanjut dari Satelit Quickbird ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik Satelit Quickbird Sensor Resolusi Spektral (µm) Resolusi Spasial (µm) Biru 0,45 ~ 0,50 2,44 Hijau 0,52 ~ 0,60 2,44 Multispektral Merah 0,63 ~0,69 2,44 IR dekat 0,76 ~ 0,90 2,44 Pankromatik Hitam dan Putih 0,50 ~ 0,90 0,61 Luas Sapuan (Normal Swath Width) 16,5 km pada nadir Resolusi Temporal 1 – 3,5 hari tergantung latitude Ketinggian (Altitude) 450 km Resolusi Radiometrik 11 bits per piksel Inklinasi (Inclination) Sun-synchronous, 980 Sumber : Educnet Education, 2004 Aplikasi Quickbird Citra Quickbird dapat digunakan untuk monitoring potensi hutan, karena citra ini mempunyai resolusinya yang lebih baik. Bandingkan dengan citra satelit SPOT 5 cenderung digunakan untuk pemetaan, interpretasi dan proses penentuan potensi hutan. c). Data spasial digital 1) Peta dijital administrasi (batas desa dan batas kabupaten) di Provinsi Bengkulu 2) Peta dijital jaringan jalan 3) Peta dijital jaringan sungai 2. Alat yang digunakan selama penelitian diantaranya: a) GPS (Global Positioning System) tipe E-Trex b) Kamera digital c) Meteran (Phi-band) d) Tali tambang e) Haga meter 3. Perangkat Lunak (Software) a) ERDAS Imagine Ver 8.7 b) ArcView Ver 3.2 c) Spreadsheet MS Excel 4. Perangkat Keras (Hardware) berupa : komputer pribadi, printer
C. Metode Penelitian 1. Pengolahan Citra Sebelum melakukan pengolahan dari citra dijital dan penentuan kelas potensi dari citra dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : a. Rektifikasi (Koreksi geometris) Sebelum melakukan pengolahan citra tersebut perlu dilakukan pengkoreksian terlebih dahulu, karena masih terdapat kesalahankesalahan atau distorsi yang terjadi pada waktu perekaman yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut : 1) Rotasi bumi pada waktu perekaman, 2) Pengaruh kelengkungan bumi, 3) Efek pankromatik (sudut pandang), 4) Pengaruh topografi, 5) Pengaruh gravitasi bumi, yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas data atau citra yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan distorsi tersebut adalah koreksi geometrik (rektifikasi). Rektifikasi merupakan suatu proses melakukan transformasi data dari suatu sistem grid menggunakan suatu transformasi geometrik (Jaya 2002a). Kemudian dalam proses tersebut perlu membandingkan 2 citra untuk lokasi tertentu, sehingga dalam meletakkan lokasi-lokasi pengambilan sebelum melakukan klasifikasi bisa ditentukan dan bisa melakukan tumpang susun (overlay) citra dengan data-data spasial lainnya. Sebelumnya dilakukan analisis terlebih dahulu yang memerlukan lokasi geografis dengan presisi yang tepat, disamping itu jika titik kontrol lapangan sudah memenuhi syarat, maka bisa ditentukan resampling dengan menggunakan metode Nearest Neighbour (tetangga terdekat), sehingga bisa ditentukan pendugaan terhadap titik kontrol lapangan yang sudah ditentukan. Koreksi ini dilakukan untuk memudahkan pengecekan obyek citra di lapangan, memudahkan penggabungan citra dengan sumber data lain agar tidak mengalami distorsi luas sehingga memungkinkan dilakukan perbandingan piksel demi piksel. Rektifikasi dilakukan melalui dua
macam cara yaitu rektifikasi citra-ke-peta (image-to-map rectification) dan rektifikasi citra-ke-citra (image-to-image rectification) (Jaya 2002). Dalam penelitian ini menggunakan teknik rektifikasi citra-ke-citra (image-to-image rectification). Rektifikasi dilakukan menggunakan software ERDAS Imagine Ver 8.7, dimana citra Quickbird sebagai master image (citra acuan) dan citra SPOT 5 sebagai citra yang dikoreksi. Kedua citra memiliki koordinat letak yang berbeda, maka WGS (World Geodetic System)nya menjadi WGS 84 dan UTM (Universal Tranverse Mercator) pada zona 47 S, dengan begitu citra tersebut akan memiliki titik koordinat yang sama untuk dikoreksi. Teknik
yang
digunakan
untuk
koreksi
geometrik
yaitu
penggunaan sejumlah teknik kontrol lapangan (Ground Control Point/GCP) pada citra. Secara ringkas, tahapan teknik ini adalah sebagai berikut : 1) Pemilihan GCP pada citra dengan syarat : tersebar merata diseluruh citra, relatif tidak berubah dalam kurun waktu pendek (misal : jalan, jembatan, sudut bangunan dan sebagainya). Jumlah GCP minimum dihitung dengan menggunakan rumus : GCP min = (t + 1)(t + 2) 2 Keterangan : t = orde dari persamaan transformasi Pada penelitian ini menggunakan orde I, berikut rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Jaya 2006) : Orde I disebut juga Affine transformation (diperlukan minimal 3GCP):
2) Perhitungan Root Mean Squared Error (RMSE). Untuk mengetahui besarnya pergeseran citra hasil proses rektifikasi dapat dilihat dari besarnya nilai RMSE. Menurut Smith dan Brown (1997) dalam
Anung (2004) RMSE dalam koreksi geometrik adalah jarak antara koordinat input (source) GCP dengan koordinat GCP yang sama setelah ditransformasi. RMSE yang baik disarankan lebih kecil dari 0,5 piksel, namun jika RMSE lebih besar dari yang diinginkan (misalnya 0,6 piksel) maka perlu dilakukan : •
Penghapusan GCP yang memberikan RMSE terbesar,
•
Perhitungan kembali koefisien dan dan RMSE total. Proses ini dilanjutkan sampai dengan RMSE lebih kecil dari yang diinginkan dengan posisi GCP yang tetap menyebar di seluruh citra yang ingin dikoreksi.
Pada penelitian ini digunakan 16 GCP dengan kesalahan (RMSE) sebesar 0,0001 piksel. b. Cropping (Pemotongan) Cropping adalah pembatasan citra yang digunakan sesuai dengan lokasi penelitian. Dalam hal ini cropping dilakukan untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu lokasi, agar lokasi tersebut sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan atau yang akan diamati (Purwadhi, 2001). Cropping merupakan pembatasan atau pemotongan citra yang telah dikoreksi yang digunakan sesuai dengan lokasi pengamatan, citra yang dilakukan pemotongan yaitu citra satelit SPOT 5 multi spektral dan citra satelit SPOT 5 pankromatik.
Gambar 10 Hasil cropping citra SPOT 5 di Provinsi Bengkulu
Gambar 11 Hasil cropping citra SPOT 5 di Kabupaten Aceh Timur
c. Klasifikasi Tutupan Hutan Dalam kaitannya dengan proses klasifikasi, maka proses klasifikasi pada citra satelit yang akan dilakukan adalah sebagai upaya untuk dapat melakukan klasifikasi kondisi tutupan lahan atau kerapatan pohon pada wilayah yang dipetakan. Kegiatan klasifikasi dilakukan dalam rangka membuat sumberdaya hutan sebagai populasi kajian menjadi bagian-bagian homogen (seragam) yang dinamakan stratum. Pada setiap citra tersebut kegiatan klasifikasi dilakukan atas dasar tipe dan potensi tegakan. Baplan (2001) dalam Jaya et al (2007) membuat sistem klasifikasi penutupan lahan terhadap 23 kelas yang disertai dengan kode strata (layer) dan toponimi. Untuk kelas yang ada di Pulau Sumatera dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan Tahun 2001 Disertai Kode Layer dan Kode Toponimi Kelas di Pulau Sumatera No.
1.
Kelas Hutan lahan kering primer dataran rendah
Hutan lahan kering primer 2. pegunungan rendah
Hutan lahan kering primer 3. pegunungan tinggi
Hutan lahan 4. kering primer sub-alpine
Simbol
Kode
HpDr
20011
HpPr
HpPt
HpSa
20012
20013
20014
Keterangan Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah (0 – 1200 meter), yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif. Seluruh kenampakan hutan di wilayah pegunungan rendah (1200 - 1500 meter), yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif. Seluruh kenampakan hutan di wilayah pegunungan tinggi (1500 - 3000 meter), yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif. Seluruh kenampakan hutan di zone subalpine (>3000 meter), yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif.
No. Kelas 5. Hutan lahan kering sekunder dataran rendah
Hutan lahan kering sekunder 6. pegunungan rendah
Hutan lahan kering sekunder 7. pegunungan tinggi
Simbol Kode HsDr 20021
HsPr
HsPt
20022
20023
Hutan lahan 8. kering sekunder sub-alpine
HsSa
20024
Hutan rawa primer
Hrp
2005
9.
10.
Hutan rawa sekunder
Hrs
20051
Keterangan Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah (0 – 1200 meter), yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukkan dalam lahan terbuka. Seluruh kenampakan hutan di wilayah pegunungan rendah (1200 – 1500 meter), yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan / atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka. Seluruh kenampakan hutan di wilayah pegunungan tinggi (1500 – 3000 meter), yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan. atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka Seluruh kenampakan hutan di zone subalpine (>3000 meter), yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas penebangan). Bekas penebangan yang parah tapi tidak termasuk dalam areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukan dalam lahan terbuka. Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa-rawa,termasuk rawa gambut yang belum menampakan tanda penebangan. Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa yang telah menampakkan bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah jika tidak memperlihatkan liputan air digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan liputan air digolongkan menjadi tubuh air (rawa).
No. 11.
12.
Kelas Hutan mangrove primer
Hutan mangrove sekunder
Simbol
Kode
Hmp
2004
Keterangan Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang belum ditebang. Hutan bakau, nipah dan nibung yang telah ditebang) yang ditampakan dengan pole alur di dalamnya. Khusus untuk areal bekas tebangan yang telah dijadikan tambak/sawah (tampak pola persegi pematang) dimasukan dalam kelas tambak/sawah (tampak pole persegi/pematang) dimasukan dalam kelas tambak /sawah.
Hms
20041
13. Semak/belukar
B
2007
Semak/belukar rawa
Br
20071
Semak / belukar dari bekas hutan di daerah rawa. Kenampakan non hutan alami berupa padang rumput dengan sedikit pohon. (Kenampakan alami daerah Nusa Tenggara Timur dan pantai selatan Irian Jaya).
14.
15. Savanna
S
3000
16. HTI
Ht
2006
17. Perkebunan
Pertanian lahan 18. kering
Pk
Pt
2010
20091
Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali, didominasi vegetasi rendah dan tidak menampakkan lagi bekas alur/ bercak penebangan.
Seluruh kawasan HTI baik yang sudah ditanami maupun yang belum (masih berupa lahan kosong). Identifikasi lokasi dapat diperoleh pada Peta Persebaran HTI. Seluruh kawasan perkebunan, baik yang sudah ditanami maupun yang belum (masih berupa lahan kosong). Identifikasi dapat diperoleh pada Peta Persebaran Perkebunan (Perkebunan Besar). Lokasi perkebunan rakyat mungkin tidak termasuk dalam peta sehingga memerlukan informasi pendukung lain. Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang
No. Kelas 19. Pertanian lahan kering bercampur dengan semak
Simbol Pc
Kode 20092
20. Transrnigrasi
Tr
20095
21. Sawah
Sw
20093
Semua aktifias pertanian di lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang.
22. Tambak
Tm
20094
Aktivitas perikanan yang tampak sejajar pantai.
23. Tanah terbuka
T
2014
24. Pertambangan
Tb
20141
25. Salju
Sj
20142
26. Permukiman
Pm
2012
27. Tubuh air
A
5001
Keterangan Semua ativitas pertanian di lahan kering, berselang-seling dengan semak, belukar dan hutan bekas tebangan. Seluruh kawasan baik yang sudah diusahakan maupun yang belum, termasuk areal pertanian, perladangan dan permukiman yang berada di dalamnya.
Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi (singkapan batuan puncak gunung, kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai) tanah terbuka bekas kebakaran dan tanah terbuka yang ditumbuhi rumput/alang-alang. Kenampakan tanah terbuka untuk pertambangan dimasukan ke kelas pertambangan, sedangkan lahan terbuka bekas land clearing dimasukkan ke kelas pertanian, perkebunan atau HTI. Tanah terbuka yang digunakan untuk kegiatan pertambangan terbuka, openpit (batubara, timah, tembaga dll.). Tambang tertutup seperti minyak, gas dll. Tidak dikelaskan tersendiri, kecuali mempunyai areal yang luas sehingga dapat dibedakan dengan jelas pada citra. Areal yang tertutup oleh salju abadi. Kawasan permukiman baik perkotaan, pedesaan, pelabuhan, bandara, industri dll. yang memperlihatkan pola alur yang rapat. Semua kenampakan perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang dan lamun (lumpur pantai). Khusus kenampakan tambak di tepi pantai dimasukkan ke pertanian lahan basah.
No. Kelas 28. Rawa
Simbol Rw
Kode 50011
Keterangan Kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan.
Semua kenampakan awan yang menutupi suatu kawasan. Jika terdapat. awan tipis yang masih mempelihatkan kenampakan 29. Awan Aw 2500 di bawahnya dan masih memungkinkan untuk ditafsir, penafsiran tetap dilakukan. Poligon terkecil yang di delineasi untuk awan adalah 2 x 2 cm2 Sumber : Badan Planologi Departemen Kehutanan (2001) dalam Jaya et al (2007) 2. Desain Sampling Secara garis besar langkah-langkah pengambilan contoh pada citra beresolusi tinggi dan di lapangan adalah sebagai berikut : a) Tahap 1, penentuan lokasi contoh pada citra SPOT 5 (resolusi tinggi) yang berjumlah 100 plot. Satuan tegakan yang akan digunakan sebagai satuan contoh pada tahap satu ini merupakan tipe hutan lahan kering dengan kelas kerapatan tajuk vegetasi pohon (Crown closure), dan diameter rata-rata tajuk (Crown diameter). Dengan asumsi semua tipe kelas kerapatan tajuk dan kelas diameter rata-rata tajuk lengkap maka unit-unit tegakan yang akan digunakan pada pengambilan contoh pada tahap satu ini mencakup semua kelas hasil interpretasi pada citra. b) Tahap 2, penentuan lokasi contoh di lapangan yang berjumlah 41 plot. Selanjutnya pada satuan tegakan tahap I yang terpilih, dilakukan pengukuran di lapangan dengan bantuan beberapa peta penunjang yang akan digunakan dalam menentukan lokasi klaster di lapangan (Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu). 3. Pengukuran Potensi Tegakan Pada Citra Dalam melakukan interpretasi citra SPOT 5 multispektral diambil menyebar plot contoh (n) sebanyak 100 plot dengan luasan 0,1 Ha dengan syarat mewakili dari seluruh tipe kerapatan tajuk (C) dan diameter rata-rata tajuk (D) pada hutan lahan kering. Karena pada citra SPOT 5 mutispektral daerahnya banyak tertutup awan sehingga menyulitkan dalam melakukan interpretasi citra. Cara mengukur C dan D pada citra adalah sebagai berikut:
a. Buat plot ukur dengan jari-jari 17,85 m, b. Pilih lokasi yang akan diamati (syarat mewakili seluruh tipe C dan D) c. Buat 2 lingkaran, yang pertama berukuran 17,85 m. Kemudian di dalam lingkaran yang pertama. dibuat lingkaran yang kedua berukuran 12,68 m. d. Untuk mengukur C, lingkaran tersebut dibagi menjadi 16 bagian. n Dengan rumus C = × 100% , contoh lingkarannya sebagai berikut : 16
Gambar 12 Contoh pengukuran C pada citra dimana n = jumlah bagian yang terdapat C di dalam lingkaran e. Untuk mengukur D, diambil minimal 3 pohon untuk contoh rata-rata pengukuran D. Setelah 100 plot contoh terpilih, kemudian dilakukan pemilihan plot contoh lagi yang akan digunakan untuk plot contoh yang akan diukur perbandingannya pada citra dan di lapangan (m) sebanyak 41 plot dengan luasan sama 0,1 Ha. a). Penentuan Klasifikasi kelas kerapatan (C), kelas Diameter (D), (Baplan, 2001). Klasifikasi untuk kerapatan tajuk (C) dibagi dalam 4 (empat) kelas yaitu : 1). C1 untuk kerapatan tajuk 10 ~ 30 % 2). C2 untuk kerapatan tajuk 31 ~ 50 % 3). C3 untuk kerapatan tajuk 51 ~ 70 % 4). C4 untuk kerapatan tajuk 71 ~ 100 %
b). Klasifikasi diameter rata-rata tajuk (D) dibagi dalam 3 (tiga) kelas yaitu : 1). D1 untuk diameter tajuk < 10 m 2). D2 untuk diameter tajuk 10 - 20 m 3). D3 untuk diameter tajuk > 20 m Tabel 5 Kelas potensi tegakan No Kelas Potensi 1. Rawang < 20 m3 2. Rendah 20 ~ 39 m3 3. Sedang 40 ~ 79 m3 4. Tinggi >80 m3 Sumber : Badan Planologi (2001) dalam Jaya et al (2007) 4. Pengukuran Potensi Tegakan di Lapangan Data yang diukur adalah dimensi tegakan yaitu: a) Tinggi total dan bebas cabang pohon b) Diameter pohon setinggi dada, c) Diameter tajuk setiap pohon d) Nama Jenis (Komersial dan non-komersil) e) Lokasi Pohon (Koordinat relative pohon dalam plot) f) Jumlah pohon dalam 0,1 Ha (contoh plot ukur) Kemudian setelah peubah tegakan sudah ditentukan apa yang akan diukur di lapangan, maka kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan pengumpulan data di lapangan. Pelaksanaan rangkaian jenis kegiatan pada tahapan ini adalah sebagai berikut : 1). Penentuan Titik Awal Titik awal adalah merupakan suatu titik atau tempat yang lokasinya dapat ditentukan / diketahui dengan pasti, baik di lapangan maupun di peta. Kegunaan titik ini ialah sebagai pedoman dan permulaan gerak dalam rangka penentuan, peletakan dan pembuatan lokasi penelitian plot unit contoh di lapangan, sesuai dengan rencana bagan lokasi penelitian dan unit contoh yang ditentukan dan direncanakan pada lokasi sebelumnya.
Kedudukan titik awal tersebut dapat diletakkan baik di dalam maupun di luar lokasi penelitian hal ini berdasarkan dengan lokasi daerahnya. Misalnya lokasi yang ciri-cirinya jelas, mudah dikenali dan terlihat baik di dalam peta/citra maupun di lapangan antara lain sungai, jalan dan bangunan. Posisi titik awal di lapangan ditentukan atas dasar gambaran tentang titik awal di peta/citra dengan menggunakan alat, yaitu Global Positioning System (GPS) sebagai alat penentu posisi tempat. 2). Pembuatan lokasi area penelitian dan Plot Unit Contoh
α
Gambar 13 Letak Unit Contoh dalam Klaster pada 1 (satu) Lokasi Training Area Lokasi area penelitian dibuat berdasarkan titik awal yang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu baik titik awal yang berada di luar maupun di dalam plot contoh. Seperti diperlihatkan pada Gambar 8 bahwa setelah titik awal ditentukan kemudian menentukan plot unit contoh pertama, namun tidak harus berawal dari nomor satu melainkan dari daerah yang terdekat dari titik awal. Jarak dari titik awal tidak ditentukan berapa jaraknya. Setelah plot unit contoh pertama sudah
ditentukan maka plot unit selanjutnya berjarak 200m dari plot pertama dengan sudut yang sudah ditentukan. Misalnya plot pertama dari plot ke 3 dan plot selanjutnya dengan urutan plot ke 4, 1 dan 2, dengan jarak yang sama yaitu 200m dengan sudut yang berurutan yaitu 270º, 0 º, 90 º dari plot sebelumnya. Pembuatan plot lingkaran pada lokasi yang kondisinya relatif datar tidak akan mengalami banyak hambatan, namun jika kondisi lapangannya bergelombang atau berbukit (miring/tidak rata) maka perlu diperhatikan jika pengukuran jarak pada lahan tidak rata/miring yaitu : pengukuran jari-jari lingkaran pada arah sejajar kontur dilakukan seperti pada kondisi lapangan datar, dan pengukuran jari-jari lingkaran pada arah mengikuti kemiringan maka pengukurannya mengikuti kaidah pengukuran jarak lapangan dengan memperhatikan besarnya kamiringan lapangan. Bentuk dan ukuran lokasi area penelitian ini selanjutnya membentuk bujur sangkar yang biasanya disebut dengan satu klaster. Pada setiap unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 Ha dengan jari-jari lingkaran 17,8 meter. Pada setiap plot unit contoh tersebut, dilakukan pengukuran dimensi pohon, yaitu diameter pohon, tinggi pohon, jari-jari tajuk pohon, jumlah pohon, pengukuran koordinatkoordinat pohon yang di ukur serta nama jenis pohon (komersil dan nonkomersil). 3). Pengukuran koordinat dan pengamatan pada lokasi area penelitian Pengukuran koordinat dan pengamatan di lapangan dilakukan pada lokasi area penelitian yang sudah ditentukan sebelum berangkat ke lapangan berdasarkan hasil interpretasi dengan jumlah plot yang direncanakan sebelumnya. Pengukuran dan pengamatan yang dilakukan di lapangan bertujuan untuk mengetahui besarnya potensi volume tegakan di lapangan berdasarkan perbedaan dimensi-dimensi tegakan yang dapat diukur/ditafsir melalui citra SPOT 5 dengan harapan hasil yang didapatkan
melalui kegiatan pengukuran dan penaksiran di
lapangan mempunyai hubungan positif dengan hasil yang diperoleh dari
penafsiran pada citra SPOT 5. Hasil yang diharapkan adalah adanya hubungan yang positif sehingga akan memudahkan dalam pendugaan potensi tegakan sumber daya hutan. Pengukuran dan pengamatan dilakukan terhadap semua jenis pohon yang berada di dalam plot unit contoh tersebut dengan luasan setiap plot unit contoh seluas 0,1 Ha sebagai elemen klaster yang berbentuk bujur sangkar. Dimensi tegakan pohon yang diukur antara lain diameter pohon setinggi dada, tinggi pohon sampai cabang pertama dan tinggi pohon total, jari-jari tajuk pohon dari berbagai arah untuk menentukan diameter tajuk pohon serta menentukan koordinat-koordinat pohon yang diukur dalam unit contoh dan nama jenis setiap pohon yang diukur tersebut. Semua data dimensi tagakan pohon dalam setiap plot unit contoh dicatat dalam buku tally sheet yang khusus untuk mencatat data-data yang diukur di lapangan. Berdasarkan atas dimensi pohonpohon dalam unit contoh tersebut, akan dapat ditentukan volume pohonpohon tersebut untuk mendapatkan dimensi tegakannya, yaitu volume rata-rata per hektar dan diameter rata-rata tajuk pohon. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan pengukuran terhadap setiap dimensi pohon di dalam setiap plot unit contoh adalah sebagai berikut : a). Pengukuran Diameter Pohon (Diameter setinggi dada / Dbh) Diameter pohon merupakan peubah penduga volume untuk diukur pada ketinggian setinggi dada orang dewasa atau standar dengan 1,3 meter di atas pangkal pohon/permukaan tanah atau yang sering disebut dengan diameter setinggi dada (diameter at breast height/dbh). Jenis alat ukur diameter atau keliling batang pohon yang dapat digunakan adalah pita ukur diameter (phi-band). Pengukuran pada ketinggian setinggi dada (1,3 m) dilakukan terhadap pohonpohon yang tumbuh normal. Tetapi tidak pada pohon yang memiliki kondisi yang tidak normal antara lain : a). Pohon tegak di daerah miring dbh diukur pada 1,3 m dari pangkal pohon atau permukaan tanah pada arah kemiringan yang tertinggi.
b). Tegak di daerah / wilayah datar (horisontal), maka dbh-nya diukur pada ketinggian 1,3 m di atas pangkal pohon atau permukaan tanah. c). Berbanir yang ketinggian banirnya > 1,3 m, dbh-nya diukur pada ketinggian ± 20 cm di atas batas banir. d). Cacat/menggembung pada ketinggian 1,3m, maka dbh diukur pada ketinggian ± 20 cm di atas bagian yang menggembung tersebut, dan masih banyak bentuk pohon terdapat di alam bebas sehingga pengukurannya antara pohon yang satu kadang tidak sama satu dengan yang lainnya tergantung bentuk pohon tersebut (Gambar 14).
dbh
dbh
1,3 m 1,3 m
a)
b) dbh
± 20 cm
1,3 m
c)
d)
Gambar 14 Posisi Pengukuran Diameter Pohon Setinggi Dada (dbh) b). Pengukuran Diameter Tajuk Pohon Pengukuran diamater tajuk semua pohon dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan posisi saling tegak lurus. Pengukuran diameter tajuk dilakukan dengan mengukur jari-jari tajuk pohon sebanyak 4
(empat) kali dan saling tegak lurus menurut 4 (empat) arah mata angin utama (Utara, Timur, Selatan, Barat) dengan acuan arah Barat dan Timur. Karena ada petunjuk alam yaitu arah matahari dengan pertimbangan apabila kompas atau penunjuk arah tidak ada. Dalam pengukuran diameter tajuk ini diperhatikan posisi tajuk yang terlebar sebagai patokan awal pengukuran diameter atau jari-jari tajuknya dan selanjutnya diukur posisi diameter tajuk yang tegak lurus terhadap posisi pertama, sehingga diperoleh 4 (empat) jari-jari tajuk (R1, R2, R3 dan R4) (Gambar 15).
Crip line
U
R1 R4 R2 R3
Gambar 15 Cara pengukuran diameter tajuk Sumber : Jaya et al, 2007
c). Pengukuran Tinggi Pohon Pengukuran secara tidak langsung menggunakan alat ukur tinggi. Di sini perlu keseksamaan dalam melakukan pembidikan, sebab apabila salah maka akan mendapatkan angka tinggi yang salah. Alat ukur tinggi yang digunakan adalah Haga hypsometer. Jenis tinggi yang diukur di lapangan adalah : i). Tinggi total yaitu pengukuran tinggi dari tanah sampai dengan puncak tajuk ii). Tinggi bebas cabang yaitu pengukuran tinggi sampai dengan cabang pertama. d). Pencatatan Data Ukur Lapangan Tahap selanjutnya adalah pencatatan hasil data pengukuran. Data hasil pengukuran dimensi pohon setiap jenis pohon pada setiap plot unit contoh dan setiap lokasi penelitian dicatat dalam tally sheet (buku ukur) yang sudah dibuat sebelumnya. Nama jenis-jenis komersil dan non komersil serta ukuran koordinat-koordinat pohonpohon yang diukur pada setiap unit contoh tersebut, juga dicatat dalam tally sheet yang sama. Setelah data hasil pengukuran di lapangan terkumpul maka dilakukan analisis data. 5. Pembangunan Model Dengan pertimbangan efisiensi biaya, waktu dan cakupan wilayah yang diestimasi, maka metode yang dipilih adalah metode gabungan antara metode terestris dan metode penginderaan jauh (Jaya, 2002a). Metode ini dipilih dengan beberapa alasan sebagai berikut : a.
Model
penduga
yang
dibuat
dapat
dipergunakan
untuk
mengetahui/menduga volume tegakan dengan biaya yang relatif cepat dan relatif murah sehingga lebih efisien. b.
Data-data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan baik dilakukan di lapangan dapat digunakan untuk menduga volume tegakan secara langsung dengan peubah-peubah yang dapat diukur pada citra.
c.
Selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan estimasi potensi tegakan dengan metode pengambilan contoh berganda (double sampling).
Pendugaan Volume tegakan melalui Citra Model-model penduga potensi tegakan yang menyatakan hubungan antara volume tegakan dengan peubah-peubah tegakan yang ditafsir langsung melalui citra satelit tersebut dapat dinyatakan dengan bentuk : a). Persamaan matematis atau persamaan regresi b). Tabel volume dan Grafik Peubah-peubah dimensi yang dapat menduga volume pohon melalui citra antara lain adalah persentase tutupan tajuk (C), diameter pohon (D) dan jumlah pohon (N). Untuk peubah tinggi pohon tidak dapat diukur karena citra berbentuk 2 dimensi sedangkan peubah dimensi tinggi harus berbentuk 3 dimensi. Sehingga dapat secara umum model matematisnya adalah : Vbc = f (C, D, N) Namun, biasanya dalam pendugaan volume pohon peubah jumlah pohon (N) tidak disertakan hanya peubah persentase tutupan tajuk dan diameter pohon saja. Sehingga dapat secara umum model matematisnya adalah : Vbc = f (C, D) Model penduga yang dipilih dari model-model yang dibuat /disusun tanpa menggunakan dimensi tinggi dan jumlah pohon. Dengan demikian maka model-model yang dapat dikembangkan antara lain adalah : a. Model linear 1. Sederhana
: V = a + b.C
; V = a + c.D dan
2. Berganda
: V = a + b.C + c.D + d.N
V = a + d.N
b. Model non linear 1. Sederhana
: V = a Cb ;
V = a Dc
2. Berganda
: V = a Cb.Dc. Nd
3. Kuadratik
: V = a + b.C2 + b.D2 + d. N2
4. Polynomial : V = a + bC + cC2 ; 5. Eksponensial : V = a ebD
V = a + bD + cD2
Regresi yang disusun akan sangat berguna dalam inventarisasi hutan yang akan diadakan selanjutnya baik itu untuk inventarisasi secara rutin atau untuk penelitian. Sedangkan jenis peubah yang digunakan untuk menyusun persamaan regresi dapat dihimpun dengan teknik pengambilan contoh berganda (double sampling). Menurut Jaya (2006), beberapa contoh persamaan tabel volume tegakan udara di Indonesia hasil beberapa penelitian menggunakan potret udara dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Beberapa model penduga volume tegakan menggunakan peubah potret udara No. Tipe Hutan Lokasi Persamaan Regresi dan Koefisien Diterminasi 1.
Hutan Alam Penajam, Kaltim
V = -219,13 + 11,07 C + 5,82 D + 0,963 H
Tropis
(R2 = 45,09%)
(Santoso, 1991 dalam Jaya, 2006)
2.
Hutan Alam Muarakaman, Kaltim LnV = -5,577+0,427 Ln N+2,591 Ln H Tropis
(Atmosoemarto,
(R2 = 67,4%)
1993 dalam Jaya, 2002a) 3.
Hutan Alam HPH Sura Asia, Riau Log V = 0,60+1,11Log C+0,133 Log D Tropis
(Budi, 1998)
(R2 = 69,2%)
Sumber : Jaya, 2006 Regresi terpilih adalah yang hasilnya verifikasinya paling baik dapat disusun digunakan untuk menyusun tabel volume pohon. Regresi yang baik yaitu regresi yang dibuat sesederhana mungkin, tetapi mempunyai ketelitian yang cukup tinggi. Demikian pula dalam pemilihan peubahpeubah tegakan di citra satelit, yang akan dijadikan peubah bebasnya. Hal ini dikarenakan tujuan dari pembuatan regresi tersebut adalah untuk meningkatkan efisiensi penelitian dalam menduga volume tegakan melalui citra satelit.
a. Pengujian Konsistensi Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra dapat dijadikan peubah untuk menentukan atau menduga potensi tegakan yang selanjutnya diuji konsistensinya. Pengujian ini dilakukan dengan analisis korelasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antar peubah di lapangan dengan di citra. Peubah yang diuji harus sama antara di lapangan dan pada citra. Misalnya Clap = f (Ccitra) dan Dlap = f (Dcitra). Apabila hasilnya mendekati 100% maka peubah di citra sesuai dengan di lapangan dan itu hasil yang sangat baik yang diharapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan yaitu menggunakan rumus korelasi yaitu sebagai berikut : m
r
∑x =
mi
y mi
m m ∑ x m ∑ y m i =1 − i =1
2 m 2 m ∑ x m − ∑ x m i =1 i =1 m
m
2 m 2 m ∑ y m − ∑ y m i =1 i =1 ⋅ m
keterangan : r = nilai korelasi xm= nilai peubah X dari unit-unit contoh m = jumlah contoh ym= nilai peubah Y dari unit-unit contoh b. Pengujian Model Setelah tahap pengujian konsistensi, maka selanjutnya tahap pengujian model. Pengujian model ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara peubah di lapangan dengan peubah pada citra yaitu dengan melihat hasil yang diperoleh antara hasil di lapangan dan pada citra. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra dapat dijadikan peubah untuk menentukan atau menduga potensi tegakan yang selanjutnya diuji konsistensinya. Pengujian ini dilakukan dengan analisis model, yaitu dengan menguji peubah-peubah yang telah diukur pada citra untuk membandingkan dengan hasil yang mendekati hasil yang diperoleh di lapangan.
Untuk mendapatkan model yang terbaik, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengujian hipotesis Berdasarkan sejumlah unit contoh, hubungan Y dengan X dinyatakan dalam model : Ŷ = b0 + b1X. pengujian dilakukan terhadap model untuk mengetahui hubungan peubah pada citra dengan volume tegakan di lapangan. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis ragam, yaitu penguraian keragaman data berdasarkan sumber-sumber keragaman penyusunnya. Tabel 7 Analisis Ragam Regresi linier sederhana Sumber Keragaman db JK KT Regresi Dbr = p - 1 JKR = b.JHKxy KTR = JKR/dbr Sisa Dbs = n - p JKS =Jky - JKR KTS = JKS/dbs Total n-1 JKT = JKY Keterangan : p = banyaknya parameter regresi n = banyaknya plot contoh
Fhitung KTR/KTS
Hipotesis yang diuji adalah : H0 : β0 = 0 H1 : sekurangnya ada satu β1 ≠ 0, i = 1,2,3....,k Kemudian selanjutnya kriteria uji yang digunakan adalah Fhitung = KTR/KTS, yaitu jika Fhitung > Ftabel maka teima H1, sedangkan jika Fhitung < Ftabel maka terima H0 untuk Ftabel (Fα(dbr,dbs)). Jika Fhitung
> Ftabel maka dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan regresi dengan nyata/sangat nyata antara peubah x dan y. Selanjutnya untuk pengujian H0 : p, digunakan statistik uji sebagai berikut :
t hitung =
r. n − 2 1− r2
dimana : r = koefisien korelasi dari data contoh n = jumlah data Adapun wilayah kritiknya bagi pengujian masing-masing hipotesis adalah :
Tabel 8 Uji t H0 p=0
Nilai Statistik Uji r. n − 2 t hitung = 1− r2
H1 p<0 p>0 p≠0
Wilayah Kritik (tuk tolak H0) thitung < -tα(n-2) thitung > tα(n-2) thitung < -tα(n-2) dan thitung > tα(n-2)
2. Memiliki koefisien determinasi yang tinggi Koefisien determinasi (R2 ) merupakan rasio antara jumlah kuadrat regresi dengan jumlah kuadrat total. R2 = JKR/JKT = b1.JHKxy/ JKy R2 nilainya berkisar antara 0 sampai 1, atau sering pula dinyatakan dalam bentuk persentase. R2 memiliki makna sebagai ukuran kemampuan peubah penduga dalam menjelaskan variasi dari peubah responnya memalui persamaan regresi yang disusun. apabila nilai r2 mendekati 100% dan minimal 50 % berarti model tersebut mempunyai hubungan yang erat antara variabel yang dijui tersebut. Sehingga untuk pemilihan model memilih model yang nilai r2 mendekati 100% atau minimal 50 %. 3. P-value, apabila nilai P-value lebih kecil dari α (0,05) maka nilai tersebut berbeda nyata antara variable tersebut. Sehingga untuk pemilihan model memilih model yang nilai P-value lebih kecil dari nilai α (0,05). c. Pemilihan Model Pemilihan model dilakukan setelah model-model yang sudah ada diuji konsistensinya terhadap peubah-peubah yang sama antara peubah yang diukur di lapangan dengan peubah yang diukur di citra. Model yang dipilih harus mempunyai konsistensi, P-value yang lebih kecil, koefisien diterminasi, dan koefisien korelasi yang tinggi, dan memiliki kesederhanaan serta kesalahan baku yang kecil dibandingkan dengan model-model yang lain, karena yang diharapkan model ini memiliki mendekati sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Sehingga
harus dipilih secara cermat dan diuji berulang kali untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 6. Aplikasi Double Sampling Pengambilan unit contoh Analisis data penaksiran volume tegakan pada citra SPOT 5 berdasarkan data volume hasil dari pengecekan lapangan dengan menggunakan teknik penerapan pengambilan contoh berganda. Untuk menduga suatu volume tegakan hutan. Metode pengambilan contoh berganda merupakan suatu metode yang menggunakan perluasan hubungan antara peubah bebas dan tak bebas, dengan tujuan untuk memperbaiki efisiensi untuk menduga peubah tak bebas (Darmawangsa 1975 dalam Jaya 2006). Metode pengambilan contoh berganda sering dilakukan karena pengukuran peubah tidak bebas (dalam hal ini adalah volume tegakan) membutuhkan pengorbanan yang cukup besar (biaya, waktu dan tenaga) dibandingkan dengan pengukuran peubah bebas (diameter tajuk, tinggi pohon, jumlah pohon dan atau persentase penutupan tajuk) pada citra satelit. Umumnya, pengambilan contoh berganda diterapkan apabila tingkat ketelitian yang diperoleh dari penerapan pengambilan contoh berganda lebih besar dari kerugian tingkat ketelitian sebagai akibat pengurangan ukuran contoh dalam pengukuran peubah-peubah Y. Tahap-tahap sampling : 1) Pada tahap pertama, dilakukan pengukuran contoh berukuran cukup besar (misalkan: n = 100 plot) pada citra SPOT 5 untuk menentukan nilai-nilai dugaan volume pada setiap plot contoh tersebut. 2) Selanjutnya, pada tahap kedua dilakukan pengukuran dimensi tegakan di lapangan pada beberapa plot contoh (misalkan: m = 41 plot) yang lokasinya bersesuaian dengan yang terlihat pada citra SPOT 5 untuk menentukan volume sebenarnya di lapangan dari tiap plot contoh tersebut. Berdasarkan data hasil pengukuran
volume tegakan pada kedua tahap tersebut, selanjutnya dapat dibuat model hubungan antara volume tegakan pada citra SPOT 5 dengan volume tegakan di lapangan. Dengan demikian, apabila volume tegakan di citra SPOT 5 dapat diketahui maka dengan mudah dapat diketahui pula volumenya di lapangan. Secara teknis, teknik pengambilan contoh berganda diterapkan dengan tahapan pengambilan contoh dilakukan melalui dua tahap yaitu sebagai berikut : 1). Pada tahap 1 : Tahap 1 ini, menentukan lokasi plot unit contoh berukuran besar N yang diambil secara acak pada citra SPOT 5 dari populasi berukuran n untuk memperoleh nilai dari dimensi tegakan antara lain persentase penutupan tajuk (C), diameter tajuk (D) dan jumlah pohon. Dengan ukuran plot unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 Ha dengan jari-jari 17,8 m. Begitu juga untuk menetahui nilai dugaan bagi nilai tengah atau total dari peubah tak bebas (X). Pada unit-unit contoh tersebut dilakukan pengukuran hanya peubah X saja (misal: volume tegakan pada potret udara), sehingga diperoleh nilai-nilai : n
xn =
∑x i −1
n
ni
, dan
2 = s xn
n ∑ x ni n ∑ x ni2 − i=1 i =1
2
n
n −1
2). Tahap 2 : Tahap 2 ini, contoh yang ukurannya lebih kecil (m) diambil secara acak dari contoh pada tahap 1 (n) dengan ukuran plot unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 Ha dengan jari-jari 17,8 m. Pengambilan plot unit contoh di lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi data yang sebenarnya misalnya mengenai tipe tutupan lahan berdasarkan titik koordinat yang telah ditentukan sebelumnya pada citra. Untuk penentuan titik koordinat geografis bumi di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat berupa
Global Positioning system (GPS) dan selanjutnya titik koordinat tersebut dianalisis menggunakan perangkat lunak (software) Arc View Ver 3.2. Pada unit-unit contoh tersebut dilakukan pengukuran peubah Y yang ingin diduga (misal: volume tegakan di lapangan). Dalam hal ini, nilai-nilai peubah X untuk unit-unit contoh yang bersesuaian telah diukur pada Tahap 1. Adapun nilai-nilai dugaan yang diperoleh pada tahap ini adalah : m
xm =
∑x
mi
i −1
m
2 , dan s xm =
m
ym =
∑y i −1
m
mi 2 = , dan s ym
n ∑ x mi m ∑ xmi2 − i=1
2
m
i =1
m −1 n ∑ y mi m ∑ y mi2 − i =1 i =1
2
m
m −1
Catatan : Contoh pada tahap ke-2 (m) dapat merupakan contoh yang tergantung (bagian) pada contoh tahap ke-1 (dependent phase) ataupun berupa contoh yang bebas (independent phase). Pendugaan parameter populasi dengan teknik pengambilan contoh berganda dapat dilakukan dengan menggunakan metode penduga rasio (ratio estimator) ataupun penduga regresi (regression estimator). Dalam pembahasan selanjutnya akan digunakan notasi-notasi sebagai berikut: n = jumlah contoh pada tahap ke-1 x n = rata-rata dari peubah X dari unit-unit contoh tahap ke-1 m = jumlah contoh pada tahap ke-2 dimana peubah X dan peubah Y diukur x m = rata-rata dari peubah X dari unit-unit contoh yang bersesuaian (berpasangan) dengan unit-unit contoh pada tahap ke-2 y m = rata-rata peubah Y dari tahap ke-2 Tahap selanjutnya berkaitan dengan pemanfaatan perubah-peubah di atas adalah analisis regresi dalam rangka penyusunan persamaan garis hubungan antara peubah-peubah tersebut di atas. Penerapan penduga regresi untuk double sampling hampir sama seperti penduga regresi biasa.
Perbedaannya adalah adanya nilai x1 sebagai pengganti nilai µx . Adapun rumus-rumus yang digunakannya adalah sebagai berikut : a). Penduga regresi bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( ydslr ) : Nilai tengah populasi dari penduga regresi untuk double sampling dihitung dengan rumus : y dslr = y m + b( x n − x m ) dimana : y dslr = Nilai tengah populasi b
= kemiringan (slope) garis regresi antara pasangan data pada peubah X (pada tahap ke-1) dan peubah Y (pada tahap ke-2) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : m m ∑ xn ⋅ ∑ ym ∑ xm y m − i =1 i =1 m
b=
m
∑x
2 m
i =1
m
m − ∑ xn m i =1
b). Penduga ragam bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( sy2dslr ) : Nilai dugaan bagi ragam rata-rata populasi dari penduga regresi untuk double sampling dihitung dengan rumus :
s y2dslr =
s y2m m 2 1 − 1 − ⋅ r m n
2 dimana : s ym = 1
n ∑ y mi m ∑ y mi2 − i=1 i =1
m −1
2
m
JHK xm ym
r=
JK xm ⋅JK ym m m ∑ x m ∑ y m ∑ xmi y mi − i=1 i=1 m
=
m
2 m 2 m ∑ y m − ∑ y m i =1 i =1 ⋅ m
2 m 2 m ∑ x m − ∑ x m i =1 i =1 m
c). Selang kepercayaan (1-α).100%
bagi nilai tengah (rata-rata)
populasi :
Berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi dan ragamnya dapat dibuat penduga selang bagi nilai tengah populasi dengan rumus sebagai berikut :
(
y dslr ± t(α 2 ,dbf ) . sy2dslr
)
d). Penduga total populasi ( Yˆdslr ) :
Nilai dugaan bagi total populasi dapat dihitung berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi ( y dslr ) dan ukuran populasinya (N) dengan rumus sebagai berikut :
Yˆdslr = N .ydslr
e). Penduga ragam bagi total populasi ( sY2ˆ ) : dslr
Nilai dugaan bagi ragam total populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
sY2ˆ
dslr
f).
= N 2 .sy2dslr
Selang kepercayaan (1-α).100% bagi total populasi :
Penduga selang bagi total populasi dengan rumus sebagai berikut :
(
Yˆdslr ± t(α 2 ,dbf ) . sY2ˆ
dslr
)
atau dapat dihitung dari penduga selang bagi rata-rata populasi dengan rumus:
(
(
N . y dslr ± t(α 2 ,dbf ) . sy2dslr
g).
))
Kesalahan penarikan contoh (sampling error / SE) :
Untuk mengetahui ketelitian pendugaan parameter populasi dengan metode penduga regresi untuk double sampling, dapat dihitung besarnya sampling error dengan rumus sebagai berikut :
SE =
t(α 2 ,dbf ) . sy2dslr y dslr
.100%
Dalam pemilihan bentuk-bentuk regresi yang diperoleh dapat dilakukan dengan melihat koefisien korelasi (r) dari suatu regresi yang paling tinggi atau minimal mempunyai koefisien diterminasi (r2) sebesar 50 %. Disamping itu, pemilihan bentuk regresi juga dilihat dari kesederhanaan bentuk regresi guna peningkatan prestasi kerja dalam pengukuran peubah-peubah bebas yang terdapat dalam regresi yang bersangkutan. 7. Evaluasi Efisien Relatif Efisiensi merupakan suatu indikasi yang dikehendaki bagi setiap kegiatan. Dalam hal ini umumnya efisiensi relatif yang umumnya ditentukan, yaitu merupakan perbandingan antara pengorbanan yang diperlukan untuk double sampling dan sample random sampling (SRS). Jumlah plot yang diperlukan dengan metode SRS adalah sebagai berikut : a. Untuk intensitas sampling < 5% (infinite population)
CV 2 t 2 DSE% 2 b. Untuk intensitas sampling ≥ 5% (finite population) ms =
ms =
Nt 2 CV 2 DSE % 2 + t 2 CV 2
Keterangan : ms : Jumlah plot
CV : Koefisien variasi DSE : Tingkat kesalahan pengambilan contoh tertentu yang diharapkan : Keragaman individu/observasi Sy Efisiensi relatif bagi suatu kegiatan pengukuran/pengamatan dapat diperoleh dengan membandingkan pengorbanan yang diperlukan oleh masing-masing metode. Untuk memperoleh efisiensi relatif antara metode double
sampling
dengan
metode
simple
random
sampling
dapat
dilaksanakan dengan cara membandingkan jumlah pengorbanan yang diperlukan masing-masing metode untuk memperoleh keragaman (variance) atau kesalahan sampling (sampling error ; SE) tertentu. Efisiensi relatif (ER) dari teknik double sampling dibandingkan dengan pengambilan contoh acak sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut :
ER(%) =
n s .C f
(n f .C f + n p .C f ) .100%
, dimana
ns = S2y S2ŷdslr
Keterangan : ER = Efisien Relatif = plot jika pengamatan hanya di lapangan (Simple random ns sampling) np = plot pengamatan di citra (Double sampling) = plot pengamatan di lapangan (Double sampling) nf Cp = Waktu / biaya rata-rata pengamatan di citra Cf = Waktu / biaya rata-rata pengamatan di lapangan
8. Monogram Monogram adalah suatu tema/bentuk yang dibuat untuk melengkapi atau mengkombinasikan dua bentuk citra atau beberapa grafik kedalam satu simbol. Dalam penelitian ini monogram digunakan sebagai penyajian gambar dari hasil analisis, sehingga didapat perbandingan dari citra yang digunakan. Dalam hal ini monogram bisa digunakan untuk menduga potensi, mengidentifikasi kelas hutan dan mengetahui batas-batas dari suatu kawasan hutan dan sebagai kunci interpretasi dalam menduga suatu potensi hutan. Berdasarkan model yang telah dibangun, selanjutnya dapat dibuat monogram penduga potensi tegakan.
9. Pembuatan profil tegakan Dengan bantuan bahasa pemrograman interpreter yang disediakan oleh perangkat lunak SIG, selanjutnya data tabular di setiap plot dibuat profil melintang dan vertikalnya sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui suksesi tegakan hutan. Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinuitas tajuk yang vertikal, tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan tinggi dan bentuk pohon (Soerianegara dan Indrawan 2005). Misalnya yaitu apabila dalam tegakan terdapat strata yang lengkap (A, B, C, dan D) maka tergolong hutan primer. Namun apabila stratum A atau B tidak ada maka tegakan hutan tersebut tergolong hutan sekunder.
10. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang estimasi potensi hutan lahan kering dengan menggunakan citra satelit SPOT 5 tahun 2006 dan, sebelum dilakukan pengolahan data, citra dikoreksi atau geometric correction agar citra tersebut overlay satu sama lain. Kemudian setelah overlay, citra tersebut diinterpretasi menggunakan software ArcView Ver 3.2 dengan menentukan diameter dan kerapatan tajuknya, setelah didapat data yang pasti, data tersebut dikorelasikan peubahnya sehingga bisa ditentukan berapa besar potensinya, kemudian data citra tersebut disajikan dalam bentuk monogram agar bisa dibandingkan dan diklasifikasikan berdasarkan kelas potensi dan volume tegakan pada hutan lahan kering tersebut.
Mulai
Rektifikasi dan Registrasi
Citra Quickbird 2006
Citra SPOT 5 Supermode
Overlay dengan Petapeta Hutan
Pemotongan Citra (Cropping) Interpretasi Citra
Desain Sampling
Tahap I (Pada Citra)
Pengambilan Contoh
Tahap II (Di lapangan)
Penyusunan Model Penduga potensi Pengujian Model
Pemilihan Model
Aplikasi Double Sampling
Evaluasi Efisien
Monogram
Gambar 16 Diagram alir penelitian
Selesai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dan citra satelit Spot 5 Dari hasil pengukuran di lapangan diketahui bahwa persentase penutupan tajuk berkisar antara 11 % dan 63 %, sedangkan rata-rata diameter tajuk mempunyai kisaran antara 4,521 m ~ 8,125 m dengan rata-rata tinggi total pohon berkisar antara 11,031 m dan 23,609 m. Melalui citra SPOT 5 kisaran persentase penutupan tajuknya adalah 18,75 % ~ 71,875 %, sedangkan kisaran rata-rata diameter tajuknya adalah sebesar 5,573 m ~ 8,065 m. Berdasarkan kajian data hasil survei lapangan, hutan lahan kering di wilayah penelitian didominasi oleh kelas persentase tutupan tajuk dan diameter tajuk potensi kombinasi C1D1. Dengan contoh yang lebih banyak pada citra SPOT 5 kelas kombinasi yang terbanyak adalah C2D1. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah contoh yang diambil serta keterbatasan resolusi citra SPOT 5 (5 m menjadi 2,5 m). Pada tampilan skala lebih besar dari 1 : 12.500 maka penampakan citra akan pecah sehingga proses interpretasi citra menjadi lebih sulit. Rekapitulasi hasil analisis data berdasarkan survei lapangan dan interpretasi citra SPOT 5 pada hutan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 9, dan data lengkapnya disajikan pada Lampiran 2. Tabel 9
Data hasil pengukuran di lapangan dan interpretasi Citra SPOT 5 Supermode pada hutan lahan kering Tipe hutan Lahan Kering Peubah Lapangan Spot 5 Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata C (%) 11 63 30,87 18,75 71,87 37,14 D (m) 4,52 8,12 6,32 5,57 8,06 7,06 T (m) 11,03 23,61 17,19 Keterangan : C = persentase kerapatan tajuk D = rata-rata diameter tajuk T = tinggi total pohon
Tabel 10 Hasil uji Z antara nilai persentase Clap dan Cspot Persen C-Spot Rata-rata (Mean) 37,41 Ragam (Known Variance) 145,72 Jumlah Pengamatan (Observations) 41 Hipotesis (Hypothesized Mean Difference) 0 z 2,40 P(Z<=z) satu arah (one-tail) 0,01 z Daerah Kritis satu arah (Critical one-tail) 1,641 P(Z<=z) Dua arah (two-tail) 0,02 z Daerah Kritis Dua arah (Critical two-tail) 1,96
Persen C-lap 30,87 158,06 41
Berdasarkan hasil pengujian beda rata-rata antara persentase penutupan tajuk di lapangan (Clap) dan di citra (Cspot) diketahui bahwa ada perbedaan yang cukup nyata antara hasil pengukuran Clap dan Cspot (Tabel 10). Tabel 11 Hasil uji Z antara nilai persen Dlap dan Dspot D-Spot Rata-rata (Mean) 7,06 Ragam (Known Variance) 0,33 Jumlah Pengamatan (Observations) 41 Hipotesis (Hypothesized Mean Difference) 0 z 4,20 P(Z<=z) satu arah (one-tail) 1,31E-05 z Daerah Kritis satu arah (Critical one-tail) 1,65 P(Z<=z) Dua arah (two-tail) 2,62E-05 z Daerah Kritis Dua arah (Critical two-tail) 1,96
D-Lap 6,32 0,93 41
Hasil pengujian beda rata-rata antara rata-rata diameter di lapangan (Dlap) dan di citra (Dspot) juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup nyata, dimana z hitungnya lebih besar dari 1,96 (Tabel 11). Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal : 1. Keterbatasan interpreter dalam mendeliniasi batas tutupan tajuk. Beberapa gap tajuk tidak teridentifikasi secara jelas sehingga persen tutupan tajuk yang diamati melalui citra cenderung “over estimate”. 2. Sulit memisahkan pohon-pohon yang tajuknya berhimpitan dan overlap, sehingga pengukuran D di citra cenderung lebih besar.
Tabel 12 Volume Tegakan (m3/ha) Hutan Lahan Kering antara Volume lapangan dan Volume Dugaan melalui Citra SPOT 5 (Vbc = 0,0192Cs2 - 0,833Cs + 16,963) No. Vbc_lap Vbc_spot No. Vbc_lap Vbc_spot 1 135,8 172,6 22 155,4 308,5 2 249,9 148,1 23 116,5 127,2 3 104,9 79,3 24 76,9 96,8 4 78,8 81,3 25 98,6 148,1 5 164,6 87,2 26 104,3 172,6 6 83,1 79,3 27 78,5 110,1 7 74,0 79,3 28 18,6 80,9 8 275,3 96,8 29 49,1 200,9 9 129,3 81,3 30 56,3 96,3 10 82,9 96,8 31 27,7 79,3 11 284,3 127,2 32 137,1 148,1 12 331,7 172,7 33 44,8 87,2 13 340,7 233,1 34 64,2 96,8 14 121,6 87,2 35 60,0 81,4 15 328,7 200,9 36 77,9 199,8 16 234,3 233,1 37 51,9 96,8 17 721,9 562,7 38 192,6 148,1 18 233,4 233,1 39 128,5 200,9 19 211,1 148,1 40 56,9 110,1 20 381,7 504,4 41 76,1 110,1 21 61,7 110,1 Keterangan : Vbc_lap = Volume bebas cabang lapangan Vbc_spot = Volume bebas cabang citra SPOT 5 Cs = Persen penutupan tajuk pada citra SPOT 5 Hasil pengujian antara volume bebas cabang (Vbc) di lapangan dan pada citra memiliki korelasi yang signifikan, dimana rata-rata nilai Vbc SPOT 5 lebih besar daripada Vbc lapangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan resolusi citra SPOT 5 yang resolusi dari 5 m menjadi 2,5 m maka penampakan citra akan pecah sehingga proses interpretasi citra (pengukuran C, dan D pada SPOT 5) menjadi lebih sulit sehingga mempengaruhi pendugaan volume pada citra (Tabel 12).
Tabel 13 Hasil uji Z antara Vbc_lap dan Vbc_spot Rata-rata (Mean) Ragam (Known Variance) Jumlah Pengamatan (Observations) Hipotesis (Hypothesized Mean Difference) z P(Z<=z) satu arah (one-tail) z Daerah Kritis satu arah (Critical one-tail) P(Z<=z) Dua arah (two-tail) z Daerah Kritis Dua arah (Critical two-tail)
Vbc_lap 153,71 17495,69 41 0 -0,01 0,49 1,64 0,99 1,96
Vbc_spot 154,02 10702,82 41
Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa Vbc_lap dan Vbc_spot memberikan hasil dugaan yang tidak berbeda nyata, dimana nilai z-hitungnya lebih kecil dari 1,96 (Tabel 13).
B. Hubungan antara hasil pengukuran peubah tegakan di lapangan dengan pengukuran pada citra SPOT 5 Supermode Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan interpretasi pada citra SPOT 5 selanjutnya dapat dikaji menggunakan analisis regresi sebagai berikut :
1. Hubungan antara hasil penafsiran persen tutupan tajuk pada citra SPOT 5 (Cspot) dan lapangan (Clap)
C-lap (%)
100
C-lap
80
Linear (C-lap) Power (C-lap) Expon. (C-lap) Poly. (C-lap)
60 40 20 0 0
20
40 60 80 2 C-Spot (%) Clap = 8,4695e0,0323Cs (R = 0,8369) 2 2 Clap = -0,0015Cs + 1,1307Cs - 9,1898 Clap = 0,3104Cs1.2637 (R = 0,8811) 2 2 Clap = 1,0077Cs - 6,8287 (R = 0,9363) (R = 0,9368)
Gambar 17 Diagram pencar hasil pengukuran persen tutupan tajuk pada citra SPOT 5 (Cspot) dan lapangan (Clap)
Tabel 14 Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Cspot dan Clap Analisis stastistik regresi Koefisien Korelasi (Multiple R) Koefisien diterminasi (R Square : R2) Koefisien diterminasi yang diatur (Adjusted R Square) Kesalahan baku (Standard Error) Jumlah pengamatan (Observations)
0,96 0,93 0,93 3,21 41
Berdasarkan Tabel 14 evaluasi terhadap hubungan antara hasil pengukuran persen penutupan tajuk, baik hasil penafsiran di citra SPOT 5 (Cspot) maupun hasil pengukuran di lapangan (Clap), diperoleh hasil yang konsisten dengan koefisien diterminasi yang cukup tinggi yaitu 93,68% (model polynomial) dan 93,63% (model linier) dan P-value yang sangat kecil 6,33*10-25 (<1%) untuk model regresi linier. Hasil analisis statistik antara peubah Cspot dan Clap yang dipilih adalah model linier dengan persamaan Clap = 1,0077Cs – 6,8287. Pada Gambar 17 dapat dilihat diagram pencar kedua dan garis regresi dari beberapa model yang dibuat. Dengan ini maka dapat dikatakan bahwa ada konsistensi yang tinggi antara pengukuran Cspot dan Clap. Adapun model-model regresi yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Clap = -0,0015Cs2 + 1,1307Cs – 9,1898
(R2 = 93,68%)
b. Clap = 1,0077Cs – 6,8287
(R2 = 93,63%)
c. Clap = 0,3104Cs1,2637
(R2 = 88,11%)
d. Clap = 8,4695e0,0323Cs
(R2 = 83,69%)
Keterangan : Clap = Persen penutupan tajuk di lapangan Cs = Persen penutupan tajuk pada citra SPOT 5
D-lap (m)
2.
Hubungan antara hasil penafsiran Rata-rata Diameter Tajuk pada citra SPOT (Dspot) dan lapangan (Dlap) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
D-Lap Linear (D-Lap) Power (D-Lap) Expon. (D-Lap) Poly. (D-Lap) 0
2 2
4 D-Spot (m)
Dlap = 0,3421Ds - 3,8491Ds + 16,335 2
(R
= 0,2922)
6
8
10 0,1412DS
Dlap = 2,3059e
0.9543
Dlap = 0,9711Ds
2
(R = 0,2765) 2
(R = 0,2685) 2
Dlap = 0,8764Ds + 0,1352 (R = 0,2723)
Gambar 18 Diagram pencar dan garis regresi hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada citra SPOT 5 (Dspot) dan lapangan (Dlap) Tabel 15 Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Ds dan Dlap Analisis stastistik regresi Koefisien Korelasi (Multiple R) Koefisien diterminasi (R Square : R2) Koefisien diterminasi yang diatur (Adjusted R Square) Kesalahan baku (Standard Error) Jumlah pengamatan (Observations)
0,52 0,27 0,25 0,83 41
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada citra SPOT 5 (Dspot) dan lapangan (Dlap) yang tidak konsisten, dengan hanya koefisien diterminasinya sebesar 27,23% (untuk model linier) dan 29,22% (untuk model polynomial) (Tabel 15). Pada Gambar 18 disajikan diagram pencar dan garis regresi Dspot dan Dlap. Kajian ini menunjukkan bahwa hubungan antara peubah Dspot dan Dlap sangat rendah (tidak konsisten). Model-model yang pernah diuji adalah sebagai berikut :
a. Dlap = 0,3421Ds2 – 3,8491Ds + 16,335
(R2 = 29,22%)
b. Dlap = 2,3059e0,1412Ds
(R2 = 27,65%)
c. Dlap = 0,8764Ds + 0,1352
(R2 = 27,23%)
d. Dlap = 0,9711Ds0,9543
(R2 = 26,85%)
Keterangan : Dlap = Rata-rata diameter tajuk di lapangan Ds = Rata-rata diameter tajuk pada citra
3. Model penduga volume bebas cabang (Vbc) menggunakan peubahpeubah tegakan yang diukur di lapangan (persen tutupan tajuk /Clap; Rata-rata Diameter tajuk /Dlap; dan Rata-rata Tinggi Total Pohon /Tlap)
80
Vbc_lap
Vbc (m3)
60
Power (Vbc_lap) Expon. (Vbc_lap) Linear (Vbc_lap) Poly. (Vbc_lap)
40 20 0 0
20 2
40 C-lap (%)
Vbc = 0,0194Cl - 0,5873Cl + 12,028 2
R
= 0,6032
60
80 0,0434Cl
Vbc = 3,0159e
1,2555
2
R = 0,5119 2
Vbc = 0,1729Cl R = 0,4918 2 Vbc = 0,7549Cl - 7,9402 R = 0,5149
Gambar 19 Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang (Vbc) dengan persen penutupan tajuk hasil pengukuran di lapangan (Clap) Pada Gambar 19 disajikan diagram pencar dan garis regresi volume bebas cabang (Vbc) dan Clap. Kajian ini menunjukkan bahwa hubungan antara Vbc dan Clap cukup erat (konsisten). Hal ini dapat dilihat dari semakin besar persen kerapatan tajuk maka Vbc juga semakin besar.
80
Vbc_lap
60 Vbc (m3)
Power (Vbc_lap) Expon. (Vbc_lap) Linear (Vbc_lap) Poly. (Vbc_lap)
40 20 0 0
2
4 6 8 10 0,3858Ds 2 D-Lap (m) Vbc = 1,0061e R = 0,2379 2 2 Vbc = 1,8787Ds - 17,148Ds + 46,985 Vbc = 0,1404Ds2,4056 R = 0,2365 2 2 R = 0,2605 Vbc = 6,7728Ds - 27,451 R = 0,2442 Gambar 20 Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang (Vbc) dengan rata-rata diameter tajuk hasil pengukuran di lapangan (Dlap) Kajian ini menunjukkan bahwa hubungan antara peubah Vbc dan Dlap sangat rendah (tidak konsisten), hal ini dikarenakan nilai dari Dlap mengumpul dan tidak jauh beda antar nilai Dlap (Gambar 20).
80
Vbc_lap
Vbc (m3)
60 40 20 0 0
5
10
15
20
25
-20 Tt_lap (m)
0,2011T l
Vbc = 0,3631e Vbc = 0,4679Tl - 12,822Tl + 93,757 Vbc = 0,0011Tl3,2842 2 R = 0,6644 Vbc = 3,3814Tl - 42,777 2
Linear (Vbc_lap) Power (Vbc_lap) Expon. (Vbc_lap) Poly. (Vbc_lap) 2
R = 0,5691 2 R = 0,5369 2 R = 0,5358
Gambar 21 Diagram pencar hasil pengukuran volume bebas cabang (Vbc) dengan rata-rata tinggi total pohon hasil pengukuran di lapangan (Tlap)
Berdasarkan Gambar 21 disajikan diagram pencar dan garis regresi volume bebas cabang (Vbc) dan Tlap. Kajian ini menunjukkan bahwa hubungan antara Vbc dan Tlap cukup erat (konsisten). Hal ini dapat dilihat dari semakin besar tinggi total pohon maka Vbc juga semakin besar. Namun pada penelitian ini peubah Tlap tidak diuji karena tinggi pada citra sulit untuk diukur. Tabel 16 Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Clap, Dlap dan Tlap pada Hutan Lahan Kering Analisis stastistik regresi Koefisien Korelasi (Multiple R) 0,86 2 Koefisien diterminasi (R Square : R ) 0,75 Koefisien diterminasi yang diatur (Adjusted R Square) 0,73 Kesalahan baku (Standard Error) 6,81 Jumlah pengamatan (Observations) 41 Berdasarkan hasil analisis data hasil survei dapat diuji beberapa model regresi, sebagai berikut : a)
Vbc = 0,4679Tl2 – 12,822Tl + 93,757
(R2 = 66,64%)
b)
Vbc = 0,0194Cl2 – 0,5873Cl + 12,028
(R2 = 60,23%)
c)
Vbc = 0,3631e0.2011Tl
(R2 = 56,90%)
d)
Vbc = 0,0011Tl3.2842
(R2 = 53,59%)
e)
Vbc = 3,3814Tl – 7,9402
(R2 = 53,58%)
f)
Vbc = 0,7549Cl – 7,9402
(R2 = 51,49%)
g)
Vbc = 3,0159e0.0434Cl
(R2 = 51,19%)
h)
Vbc = 0,1729Cl1,2555
(R2 = 49,18%)
i)
Vbc = 1,8787Dl2 – 17,148Dl + 46,985
(R2 = 26,05%)
j)
Vbc = 6,7728Dl – 27,451
(R2 = 24,42%)
k)
Vbc = 0,1404Dl2.4056
(R2 = 23,79%)
l)
Vbc = 1,0061e0.3858Dl
(R2 = 23,79%)
Keterangan : Vbc = Volume bebas cabang pada citra Cl = Persentase penutupan tajuk di lapangan Dl = Rata-rata diameter tajuk di lapangan Tl = Tinggi total pohon di lapangan
Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara volume bebas cabang di lapangan (Vbc) baik dengan rata-rata tinggi total pohon maupun persentase penutupan tajuk di lapangan cukup baik yaitu dengan koefisien determinasi sebesar 66,64% dan 60,23% (model polynomial). Sedangkan antara Vbc dengan rata-rata diameter tajuknya memiliki koefisien deteminasi yang relatif rendah yaitu hanya 26,05%. Namun apabila dikombinasikan semua antara Vbc dengan Clap, Dlap, Tlap maka memiliki koefisien determinasi sebesar 75,44 % (Tabel 16). Secara lengkap data dapat disajikan pada Lampiran 2. 4.
Model penduga volume bebas cabang (Vbc) menggunakan peubah tegakan yang diukur pada citra SPOT 5 Supermode (persen tutupan tajuk /Cspot, Rata-rata Diameter tajuk /Dspot)
80 Vbc_lap
Vbc (m3)
60
Linear (Vbc_lap) Power (Vbc_lap) Expon. (Vbc_lap) Poly. (Vbc_lap)
40 20 0 0
20 2
40 C-Spot (%)
Vbc = 0,0192Cs - 0,833Cs + 16,963 2
R
= 0,6093
60
80 0,0437Cs
2
R = 0,4783 Vbc = 2,2454e 1,6539 2 Vbc = 0,0313Cs R = 0,4709 2 Vbc = 0,7911Cs -14,23 R = 0,5212
Gambar 22 Diagram pencar hubungan antara volume bebas cabang (Vbc) dengan hasil pengukuran persen penutupan tajuk pada Citra SPOT 5 Supermode (Cspot)
80
Vbc_lap
Vbc (m3)
60
Linear (Vbc_lap) Power (Vbc_lap) Expon. (Vbc_lap) Poly. (Vbc_lap)
40 20 0 0
4 6 8 10 D-Spot (m) Vbc = 0,3774e0,4844Ds 2 3,2076 Vbc = 7,5252D - 95,823Ds + 314,37 Vbc = 0,0221Ds 2
R
2
= 0,1757
2
R = 0,1329 2 R = 0,1241 2
Vbc = 8,1198Ds - 41,955 R = 0,1244
Gambar 23 Diagram pencar hubungan antara volume bebas cabang (Vbc) dengan hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada Citra SPOT 5 Supermode (Dspot) Model-model penduga potensi tegakan yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963
(R2 = 60,93%)
b) Vbc = 0,775Cs + 0,737Ds – 18,84
(R2 = 52,22%)
c) Vbc = 0,7911Cs – 14,23
(R2 = 52,12%)
d) Vbc = 2,245e0,0437Cs
(R2 = 47,83%)
e) Vbc = 0,0313Cs1,6593
(R2 = 47,09%)
f) Vbc = 7,5252Ds2 – 95,823Ds + 314.37
(R2 = 17,57%)
g) Vbc = 0,3774e0,4844Ds
(R2 = 13,29%)
h) Vbc = 8,1198Ds – 41,955
(R2 = 12,44%)
i) Vbc = 0,0221Ds3,2076
(R2 = 12,40%)
Hasil kajian statistik hubungan antara volume bebas cabang (Vbc) dengan persen penutupan tajuk pada SPOT 5 menunjukkan koefisien diterminasi yang cukup besar yaitu sebesar 60,93% (Gambar 22). Sedangkan antara Vbc dengan rata-rata diameter tajuk memiliki koefisien diterminasi yang sangat rendah yaitu hanya 17,57% (Gambar 23). Dari analisis tersebut dapat dikatakan Cspot memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Vbc, sehingga Cspot dapat digunakan sebagai peubah untuk
menduga potensi tegakan. Atas pertimbangan hasil evaluasi ini maka pada hutan lahan kering model penduga yang digunakan yaitu Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963. Tabel 17 Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Cspot, dan Dspot pada Hutan Lahan Kering Analisis stastistik regresi Koefisien Korelasi (Multiple R) 0,72 Koefisien diterminasi (R Square : R2) 0,52 Koefisien diterminasi yang diatur (Adjusted R Square) 0,49 Kesalahan baku (Standard Error) 9,38 Jumlah pengamatan (Observations) 41 Hasil kajian statistik hubungan antara volume bebas cabang (Vbc) dengan persen penutupan tajuk (Cspot) dan rata-rata diameter (Dspot) menunjukkan koefisien diterminasi yang cukup besar yaitu sebesar 52,20%. Dari analisis tersebut dapat dikatakan Cspot dan Dspot memiliki hubungan yang cukup kuat dengan Vbc, sehingga Cspot dan Dspot juga dapat digunakan sebagai peubah untuk menduga potensi tegakan (Tabel 17). Atas pertimbangan hasil evaluasi ini maka pada hutan lahan kering model penduga yang digunakan yaitu Vbc = 0,775Cs + 0,737Ds – 18,84. C. Penyusunan Tabel Volume Tegakan Berdasarkan Model Penduga Terpilih
C (%)
Tabel 18 Volume Tegakan (m3/Ha) Hutan Lahan Kering Diduga Melalui Citra SPOT 5 Pankromatik (V = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963) Volume Tegakan Hutan Lahan Kering (m3/Ha) 0 1 2 3 4 5 6 7 8
20 30 40 50 60 70 80 90
79,81 92,50 143,59 233,08 360,97 527,26 731,95 975,04
88,14 100,83 151,92 241,41 369,30 535,59 740,28 983,37
9
96,48 104,81 113,15 121,48 129,82 138,15 146,49 154,82 109,17 117,50 125,84 134,17 142,51 150,84 159,18 167,51 160,26 168,59 176,93 185,26 193,60 201,93 210,27 218,60 249,75 258,08 266,42 274,75 283,09 291,42 299,76 308,09 377,64 385,97 394,31 402,64 410,98 419,31 427,65 435,98 543,93 552,26 560,60 568,93 577,27 585,60 593,94 602,27 748,62 756,95 765,29 773,62 781,96 790,29 798,63 806,96 991,71 1000,04 1008,38 1016,71 1025,05 1033,38 1041,72 1050,05
Lebih lanjut model yang terpilih pada hutan lahan kering berdasarkan nilai koefisien diterminasi, kesederhanaan model penduga dan kemudahan pengukuran peubah pada citra SPOT 5, model yang digunakan adalah Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963. Model ini terpilih karena nilai koefisien diterminasi antara volume bebas cabang di lapangan dan penutupan tajuk pada citra SPOT 5 memiliki konsistensi yang sangat baik yaitu 60,93%.Berdasarkan tabel volume tegakan yang diduga dari model terpilih, didapatkan volume dugaan berkisar antara 79,81 m3/Ha ~ 1050,5 m3/Ha dengan persen kerapatan tajuk 20 % ~ 99 % (Tabel 18). D. Analisis Konsistensi Hasil Pengukuran Dimensi Tegakan Pada Citra SPOT 5 dan Citra Quickbird Dalam rangka mengadopsi perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat, penelitian ini juga melakukan pengujian terhadap konsistensi antara pengukuran peubah tegakan pada citra SPOT 5 Supermode dan Quickbird. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra SPOT 5 supermode dan citra Quickbird selanjutnya diuji konsistensinya. Pengujian ini dilakukan dengan analisis korelasi dengan hasil sebagaimana disajikan dari Gambar 24 sampai dengan 26.
Gambar 24 Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran persen tutupan tajuk pada citra SPOT (Cs) dan citra Quickbird (Cq) pada hutan lahan kering
Gambar 25 Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk pada citra SPOT 5 (Ds) dan citra Quickbird (Cq) pada hutan lahan kering
Gambar 26 Diagram pencar hubungan antara hasil pengukuran Jumlah Pohon pada Citra SPOT (Ns) dan citra Quickbird (Nq) pada hutan lahan kering Pada Gambar 24 disajikan diagram pencar dan garis regresi antara persen kerapatan tajuk pada citra SPOT 5 (Cs) dan Quickbird (Cq). Kajian ini
menunjukkan bahwa hubungan antara peubah Cs dan Cq cukup tinggi (konsisten). Sedangkan pada Gambar 25 disajikan hubungan antara rata-rata diameter tajuk pada citra SPOT 5 (Ds) dan Quickbird (Dq) serta pada Gambar 26 disajikan pula hubungan antara jumlah pohon pada SPOT 5 (Ns) dan Quickbird (Nq), kedua gambar tersebut menunjukkan hubungan yang sangat rendah (tidak konsisten). Hasil kajian menunjukan bahwa terdapat konsistensi yang cukup tinggi antara hasil pengukuran persen penutupan tajuk pada citra SPOT 5 (Cs) dan persen penutupan tajuk pada citra Quickbird (Cq) dengan koefisien diterminasi (R2) sebesar 67,56 % (Tabel 19). Sebaliknya, hasil pengukuran rata-rata diameter tajuk dan jumlah pohon pada SPOT 5 dan Quickbird relatif tidak ada konsistensi dengan nilai R2 yang hanya mencapai 8,5 % dan 8% (Tabel 19). Secara lengkap data dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 19 Penyebaran dan Koefisien Diterminasi Data Peubah Citra Pada Hutan Lahan Kering No Peubah Model Regresi Linier R2 (%) 1 C (Penutupan Tajuk) Cq = 0,7924Cs + 19,889 67,56 2 D (Diameter Tajuk) Dq = 0,2869Ds + 5,7773 8,47 3 N (Jumlah Pohon) Nq = 0,3536Ns + 12,524 7,91 Dari hasil kajian tersebut maka diketahui bahwa persen penutupan tajuk memiliki konsistensi yang sangat tinggi dibandingkan dengan rata-rata diameter tajuk dan jumlah pohon. Dengan demikian, maka hasil pengukuran peubah C baik pada SPOT 5 maupun pada Quickbird dapat digunakan untuk menduga potensi tegakan pada hutan lahan kering. Nilai statistik kajian hubungan antara C, D dan N hasil interpretasi pada SPOT 5 dan Quickbird disajikan pada Lampiran 5. Tabel 20 Data Statistik C Quickbird dan C CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Cq = 0,7924Cs + 19,889) Statistik regresi (Regression Statistics) Korelasi korelasi (Multiple R) 0,82 Koefisien diterminasi (R Square) 0,67 Koefisien diterminasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) 0,66 Kesalahan Baku (Standard Error) 5,90 n (Observations) 44
Tabel 21 Data Statistik D Quickbird dan D CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Dq = 0,2869Ds + 5,7773) Analisis regresi Korelasi berganda (Multiple R) 0,29 Koefisien diterminasi (R Square) 0,08 Koefisien diterminasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) 0,06 Kesalahan Baku (Standard Error) 0,69 n (Observations) 44 Tabel 22 Data Statistik N Quickbird dan N CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Nq = 0,3536Ns + 12,524) Statistik regresi (Regression Statistics) Korelasi berganda (Multiple R) 0,28 Koefisien diterminasi (R Square) 0,07 Koefisien diterminasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) 0,05 Kesalahan Baku (Standard Error) 2,16 n (Observations) 44 Berdasarkan analisis statistik antara persentase penutupan tajuk pada SPOT 5 dan Quickbird, yang disajikan pada Tabel 20. Hubungan antara Vbc Quickbird dengan Vbc SPOT 5 memiliki nilai koefisien korelasinya sangat besar yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang sangat erat antara kedua macam peubah tersebut. Variasi perubahan Vbc Quickbird dapat dijelaskan oleh Vbc SPOT 5. Hubungan antara Vbc Quickbird dengan Vbc SPOT 5 memiliki nilai koefisien korelasinya sangat besar yaitu 82,24. Sedangkan berdasarkan analisis statistik antara Ds dengan Dq dan Ns dengan Nq memiliki koefisien korelasi sebesar 0,29 dan 0,28 (Tabel 21 dan Tabel 22). Hal ini menunjukkan hubungan antara Ds dengan Dq dan Ns dengan Nq sangat lemah. Berdasarkan hasil pengukuran peubah C pada 44 plot contoh diperoleh dugaan potensi sebagaimana disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Volume Tegakan (m3/ha) Hutan Lahan Kering diduga Melalui Citra Quickbird dan Spot 5 Multispektral (V = 0,7924Cs + 19,884) Volume (m3/ha) Volume (m3/ha) No. No. Vbc_Qb Vbc_Spot Vbc_Qb Vbc_Spot 555,4 23 777,3 721,8 1 587,1 2 618,8 602,9 24 856,5 682,2 3 674,3 650,5 25 745,6 761,4 4 801,1 793,1 26 737,7 634,6 5 769,4 761,4 27 658,4 626,7 6 658,4 610,8 28 713,9 595,1 7 555,4 468,3 29 626,7 579,2 8 634,6 571,3 30 666,3 610,8 9 801,1 769,4 31 674,3 642,6 10 634,6 602,9 32 769,4 737,7 11 769,4 753,5 33 737,6 682,2 12 729,7 626,7 34 769,4 761,4 13 642,6 610,8 35 801,1 769,5 14 610,8 571,3 36 824,8 816,9 15 904,1 872,3 37 785,2 713,9 16 737,7 610,8 38 713,9 642,6 17 832,7 713,9 39 888,2 674,3 18 753,5 626,7 40 785,2 753,5 19 793,1 761,4 41 769,4 753,5 20 745,6 595,1 42 753,5 737,7 21 848,6 745,6 43 698,1 674,3 22 785,2 705,9 44 674,3 587,1 3 Keterangan : Vbc_Qb = Volume bebas cabang (m /ha) pada citra Quickbird Vbc_Spot = Volume bebas cabang (m3/ha) pada citra SPOT 5 Hasil pengujian antara volume bebas cabang (Vbc) pada citra Quickbird dan pada citra SPOT 5 memiliki hubungan yang signifikan, dimana rata-rata nilai Vbc Quickbird lebih besar daripada Vbc SPOT 5. Hal ini dikarenakan resolusi citra Quickbird lebih besar dari pada citra SPOT 5, oleh karena itu penampakan citra Quickbird lebih jelas dibandingkan citra SPOT 5 sehingga proses interpretasi citra (pengukuran C, D dan N pada citra Quickbird) menjadi lebih mudah (Tabel 23).
Tabel 24 Hasil uji Z antar nilai Vbc_Quickbird dan Vbc_Spot Vbc_Quick Rata-rata (Mean) 734,43 Ragam (Known Variance) 6586,55 Jumlah Pengamatan (Observations) 44 Hipotesis (Hypothesized Mean Difference) 0 z 3,32 P(Z<=z) satu arah (one-tail) 0,04E-2 z Daerah Kritis satu arah (Critical one-tail) 1,64 P(Z<=z) Dua arah (two-tail) 0,08E-2 z Daerah Kritis Dua arah (Critical two-tail) 1,96
Vbc_Spot 675,90 7086,71 44
Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa Vbc_Quickbird dan Vbc_SPOT 5 memberikan hasil dugaan berbeda nyata antara hasil perhitungan Vbc_Quickbird dan Vbc_Spot (Tabel 24). E. Penentuan Volume Tegakan dengan Menggunakan Tehnik Penarikan Contoh Berganda Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan model terpilih Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963, diperoleh rata-rata potensi tegakan 221,27 m3/Ha, dengan koefisien korelasi sebesar 78,06, koefisien diterminasi sebesar 60,93% dan keragaman 11,46 (m3/Ha)2. Pada tingkat kepercayaan 95%, didapatkan selang dugaan bagi rata-rata volume per ha adalah 199,63 m3/Ha dan 242,91 m3/Ha. Dari volume tegakan per plot didapatkan penduga total volume populasi sebesar 20619,25 m3 dengan kesalahan penarikan contoh sebesar 9,78%. Hasil yang didapat dengan menggunakan metode pengambilan contoh berganda memiliki perbedaan dengan hasil yang diperoleh dilapangan dan citra SPOT 5. Hal ini menyebabkan nilai dugaan tehnik penarikan contoh berganda berada antara selang hasil yang di peroleh dilapangan dan pada citra SPOT 5. F. Alokasi optimum jumlah plot dan Efisien Relatif Alokasi optimum digunakan untuk menentukan jumlah plot contoh optimum yang akan diamati pada citra dan lapangan. Salah satu metode untuk melakukan optimalisasi ini adalah menggunakan metode Multiplier Langrange. Berdasarkan metode Multiplier Langrange jumlah plot optimum di citra adalah 139 plot dan di lapangan adalah 71 plot. Ini berarti bahwa untuk mendapatkan
keragaman regresi sebesar 1,146 (m3/0,1Ha)2 dengan pengorbanan yang minimal diperlukan 139 plot di citra dan 71 plot di lapangan. Selanjutnya jumlah plot optimum tersebut akan digunakan untuk menghitung efisien relatif. Dalam hal ini Efisien Relatif (ER) yang akan digunakan adalah perbandingan
antara
pengorbanan
untuk
pengambilan
contoh
berganda
(pengamatan di lapangan dan di citra) dengan simple random sampling (SRS) (pengamatan di lapangan). Apabila akan dilakukan pengamatan simple random
sampling, maka jumlah plot yan harus diamati untuk mendapatkan keragaman 1,146 (m3/0,1 Ha)2 adalah sebanyak 153 plot. Berdasarkan jumlah plot tersebut dapat dihitung besarnya efisien relatif dari metode simple random sampling dengan metode pengambilan contoh berganda. Efisien relatif yang didapat sebesar 215,57%, berarti bahwa penggunaan metode pengambilan contoh berganda 46,51% lebih efisien dibandingkan penggunaan metode simple random sampling. G. Evaluasi jenis-jenis kayu komersil dan non-komersil Berdasarkan data survey di lapangan, diperoleh jenis-jenis kayu komersil dan non komersil. Jenis-jenis kayu komersil yang ditemukan adalah kelompok Dipterocarpaceae (jenis Shorea spp, Dipterocarpus, Hopea, Anispotera, dan Dryobalanops). Sedangkan jenis-jenis kayu non komersil yang ditemukan diantaranya jenis Palaquium spp, Aglaia spp, Myristica, dan Eugenia spp. Dari jenis komersil yang paling banyak ditemui adalah jenis Semurau (Shorea multiflora Sym) dengan jumlah 103 pohon dengan volume rata-rata bebas cabang 113,3 m3/Ha. Sedangkan dari jenis non komersilnya jenis yang paling banyak ditemui adalah jenis Balam (Palaquium hexandrum Engl) dengan jumlah pohon 48 dengan volume bebas cabang 31,15 m3/Ha. Jumlah jenis pohon komersil dan non komersil dapat dilihat pada Tabel 25. Adapun secara keseluruhannya dapat dilihat pada Lampiran 4
Tabel 25 Volume kelompok kayu jenis komersil dan non komersil Kelas Diameter No Jenis pohon 20 - 29 30 - 39 40 - Up 20 -up N V N V N V N V Kelompok Kayu I Meranti 45 12,45 33 21,46 65 211,64 143 245,55 Rasio 7,31 1,95 5,36 3,36 10,55 33,10 23,21 38,40 Kelompok Kayu Rimba II Campuran 102 56,51 147 283,8 473 393,88 224 53,59 Rasio 36,36 8,38 16,56 8,84 23,86 44,38 76,79 61,60 Jumlah I + II 269 66,04 135 77,96 212 495,43 616 639,42 Rasio 43,67 10,33 21,92 12,19 34,42 77,48 100 100 H. Monogram Monogram merupakan hasil interpretasi dan model penduga pada citra yang disajikan dalam bentuk gambar. Dalam penyusunan monogram terdapat tipetipe potensi pada hutan lahan kering dari kedua citra. Dari monogram tersebut dapat dilihat perbandingan kelas penutupan tajuk (C) dan kelas rata-rata diameter tajuk (D) dari kedua citra. Monogram dapat dijadikan kunci interpretasi untuk menduga potensi hutan sehingga dapat mengetahui potensi hutan dengan cepat dan mudah, mengidentifikasi kelas hutan, dan mengetahui batas-batas dari suatu kawasan hutan. Profil tajuk pada hutan lahan kering dapat dilihat penampakannya dengan suatu bahasa pemprograman yang disebut dengan script arvenue. Dari
script ini dapat dilihat profil pohon dan profil tajuk pada hutan tersebut dengan cepat dan efisien sehingga tidak memerlukan banyak waktu.
Gambar 27 Monogram Citra SPOT 5 C1D1
Gambar 28 Monogram Citra SPOT 5 C2D1
Gambar 29 Monogram Citra SPOT 5 C3D1
Gambar 30 Monogram Citra SPOT 5 C4D1
(a)
(c)
(e)
(b)
(d)
(f)
Gambar 31 Monogram kelas potensi pada citra Quickbird (a,c,e) dan SPOT 5 (b,d,f) di Kabupaten Aceh Timur
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari pembahasan terdahulu maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Model penduga yang dapat direkomendasikan adalah Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963, dengan koefisien diterminasi sebesar 60,93%. 2. Efisien relatif dari metode simple random sampling dengan metode double
sampling yaitu sebesar 215,57%. Dengan kata lain metode pengambilan contoh berganda hanya membutuhkan biaya sebesar 46,51% dari biaya yang dibutuhkan dengan metode simple random sampling. 3. Peubah dimensi tegakan yang dapat digunakan untuk menduga volume pohon melalui citra (SPOT dan Quickbird) dengan baik adalah persentase tutupan tajuk (C). 4. Dugaan rata-rata potensi tegakan 221,27 m3/Ha, dengan koefisien korelasi sebesar 72,25%, koefisien diterminasi sebesar 60,93%, keragaman 11,46 (m3/ha)2 serta kesalahan penarikan contoh sebesar 9,78%.
B. Saran
Perlunya pengujian lebih lanjut pada hutan tipe-tipe hutan lainnya (hutan rawa, hutan mangrove).
DAFTAR PUSTAKA Budi, C. 1998. Penyusunan Model Penduga Volume Tegakan dengan Foto Udara (Studi kasus di HPH PT. Sura Asia Provinsi Dati I Riau). Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Digital Globe. 2004. Standart Imagery. http://www.digitalglobe.com [11 Januari 2008] Dirjen Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Gambaran Umum Bengkulu.http://penataanruang.pu.go.id/lapdul04/p3/RTRWwilbar/Bab53.pdf. [13 Januari 2008] Educnet Education. 2004. Le Satellite SPOT http://www.educneteducation.fr/espace/satimg.htm. [13 Januari 2008]
5.
Lillesand, TM, RW Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Diterjemahkan oleh Dulbari et al. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Jawa
pos. 2008. Potensi Hutan dalam Keterbatasan http://www.bengkuluekspress.com.htm. [21 Mei 2008]
Lahan.
Jaya, I NS dan A Hadjib. 1999. Penggunaan Potret Udara untuk Penyusunan Pengelolaan Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor Jaya, I NS. 2002a. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. Bogor: Laboratorium Inventarisasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jaya, I NS. 2002b. Fotogrametri dan Penafsiran Potret Udara Untuk Kehutanan. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Diktat Kuliah. (Tidak Diterbitkan) Jaya, I NS. 2006. Analisis Citra Dijital: Perspektif Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Jaya, I NS. 2006. Fotogrametri dan Penafsiran Potret Udara di Bidang Kehutanan. Bogor: Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan. Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Jaya, I NS, S Sutarahardja, S Hardjoprajitno, L Mulyanto, T Lastini. 2006. Pengolahan Citra Resolusi (2,5 m dan/atau 5 m dan/atau 10 m) Dalam Rangka Penaksiran Sumber Daya Hutan Di Kalimantan. Bogor: Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jaya, I NS, S Sutarahardja, S Hardjoprajitno, L Mulyanto, T Lastini. 2007. Pengolahan Citra Resolusi (2,5 m dan/atau 5 m dan/atau 10 m) Dalam Rangka Penaksiran Sumber Daya Hutan Pulau Sumatera. Bogor: Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kurniawan, A. 2004. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jarak Jauh Dalam Pendugaan Luas Bidang Dasar Tegakan dan Kerapatan Tegakan (Studi Kasus di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung). [Skripsi]. Bogor: Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Osmaton, FG. 1968. The Management of Forests. George Allen an Unwin Ltd., London Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika. Purwadhi, SH. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Siregar, S. 2004. Statistik Terapan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Soerianegara, I. dan A Indrawan. 2005. Ekologi hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Spurr, SH. 1960. Photogrammetry and Photo-interpretation. New York: Ronald Press.
Lampiran
Lampiran 1 No Lokasi Cluster HLK 26 HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK 26 HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK 26 HLK HLK
No Plot 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32604 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32601 32602 32602 32602
No Pohon 21 9 5 18 3 13 6 17 1 2 8 24 11 20 15 4 11 8 14 13 7 6 3 4 2 9 1 5 12 10 8 11 5
Nama Jenis Pasang Semurau Semurau Semurau Semurau Semurau Semurau Balik Angin Balam Semurau Gelam Semurau Mahang Semurau Medang Bungkil Damar Buah Semurau Damar Buah Semurau Semurau Semurau Semurau Semurau Semurau Balam Semurau Lagan Lagan Seluai Dara Risil Setul
Posisi Pohon J (m) Az (o) 8 355 14 65 4 335 12 150 6 113 3 17 10 220 5 270 5 15 8 245 5 180 8 75 7 35 11 330 9 110 12.5 60 17 355 2.5 82 15 357 10 25 9 225 5 48 2 135 7 220 6 173 15.7 210 16.3 270 10 225 15.3 360 16 320 3.5 47 6 47 3 240
Dbh (cm) 20.064 23.885 26.115 26.752 27.389 27.707 30.573 31.847 37.261 38.535 44.586 45.223 45.860 50.955 58.280 65.287 23.885 26.115 31.847 38.217 42.994 43.631 49.682 50.318 50.955 53.185 57.325 57.962 61.783 70.064 21.656 25.478 26.115
Tinggi (m) Tbc Tt 4 8 6 9 8 16 7 10 7 12 7 11 10 17 8 14 13 18 9 16 13 17 9 14 11 20 11 21 13 22 12 22 18 24.8 4 10 15.3 19.8 7 20 8 17 8 12 9 20 15 19 16 24 4 10 18 24 18 24 23 30 20.5 24.3 7 12 3 6 9 15
Volume(m3) Vbc Vt 0.082 0.164 0.175 0.262 0.278 0.557 0.256 0.365 0.268 0.459 0.274 0.431 0.477 0.811 0.414 0.725 0.921 1.275 0.682 1.212 1.319 1.724 0.939 1.461 1.180 2.146 1.457 2.782 2.253 3.813 2.610 4.785 0.524 0.722 0.139 0.348 0.792 1.025 0.522 1.490 0.755 1.603 0.777 1.166 1.133 2.519 1.938 2.455 2.120 3.180 0.577 1.443 3.018 4.024 3.086 4.114 4.480 5.843 5.135 6.087 0.168 0.287 0.099 0.199 0.313 0.522
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 3 2 2 1 3 1 2 2 1.5 3 4 1 1 2 2.5 3 3 3 4 3 3 1 2 2 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2.5 4 4 3 3 5 3 4 3 3 5 4 3 5 3 4 3 6 3 5 4 4 3 1 3 6 3 5 3 2 2 4 3 2 1.5 1 2 4 4 3 5 1.8 1.8 2 2.5 5 3 2.5 2 4 5 2 3 4 3.5 3 2 4 3 2 3 4 5 7 3 5 3 3 3 3.2 2.5 3 5 5 2 4 1 6 6 6 4 5.5 4 4.5 6 1 0.5 2 1.5 5 0 0 2 3 2.5 2 2
Rata2 2 2 2.375 2.125 3.25 2 3.25 3.25 3.125 3.5 3.75 3.75 3.75 4.5 2.75 4.25 2.75 1.625 4 2.025 3.125 3.5 3.125 3 4.75 3.5 3.425 3 5.5 5 1.25 1.75 2.375
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 32602 HLK 27 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 32703 HLK 27 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 32702 HLK 27 32701 HLK 32701
Lanjutan Lampiran 1
No Pohon 7 9 10 1 4 6 3 2 8 3 4 12 10 2 7 1 6 5 9 7 6 8 5 3 12 10 2 1 9 4 11 8 9
Nama Jenis Bekau Lagan Macang Hutang Medang Kelampayan Meranti Medang Meranti Duil Pasang Bekau Medang Perawah Medang Keladi Bungkil Gelam Lagan Bungkil Kayu Bedi Medang Perawah Langsat Hutan Rambutan Hutan Ubar Jawa Dewil Langsat Kegau Bekau Enggang Risil Lungkil Kelungkung Daun Bekau Surjan Kalampayan Ketapang Rambutan Hutan Semurau
Posisi Pohon J (m) Az (o) 2.8 270 5 27 8 68 6 217 7 310 13 33 3 210 15 45 8 45 9 235 8 215 3 120 1.5 35 13 240 10 43 10 270 7 210 15 180 6 127 2 155 1.5 270 4 60 9 275 3 150 3 31.5 6 61 4 0 8 190 5 60 10 150 5 325 4 285 5 288
Dbh (cm) 26.752 28.981 33.758 35.032 42.994 59.554 60.510 70.064 22.930 23.567 29.299 30.255 35.032 38.217 38.217 39.490 41.401 45.223 46.178 19.745 22.611 23.248 27.070 30.892 33.439 35.032 44.586 49.363 60.191 70.064 89.172 20.064 21.019
Tinggi (m) Tbc Tt 4 10 6 11 8 19 8 11 8 15 13 25 9 19.5 15 20 9 17 6 15 8 18 13 20 15 21 8 15 5 7 15 25 6 12 12 20 15 20 5 20 6 10 6 15 12 16 7 16 6 15 15 19 7 18 15 20 15 25 15 25 12 18 5 15 8 20
Volume(m3) Vbc Vt 0.146 0.365 0.257 0.471 0.465 1.105 0.501 0.689 0.755 1.415 2.353 4.524 1.681 3.643 3.757 5.010 0.241 0.456 0.170 0.425 0.350 0.788 0.607 0.934 0.939 1.315 0.596 1.118 0.373 0.522 1.194 1.989 0.525 1.050 1.252 2.087 1.632 2.176 0.099 0.398 0.157 0.261 0.165 0.414 0.449 0.598 0.341 0.779 0.342 0.856 0.939 1.190 0.710 1.826 1.865 2.487 2.773 4.622 3.757 6.262 4.869 7.303 0.103 0.308 0.180 0.451
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 6 3 3 2 3 2 1.5 2 2 4 2.5 1.5 2 2.5 4 3 3 2 2 2.5 4 3 1 3 5 3 2 2 1 5 4 4 2 2 0 0 3 2 2 3 3 3 2.5 2.5 0 2 4 2 4 2 0 5 4 3 3 2.5 5 5 4 0 3 4 3 2 3 3 0.5 1.5 3 3 3 3.5 3 3 0 0 2 3 4 0 1 1 3 2 2 2 2 2 1.5 1.5 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 6 4.5 4 3 4 4 3 2.5 1 1 7 1 5 4.5 4 4 4 4 2.5 2 5 5 5 4.5 0 0 4 0 1 1 2 3
Rata2 3.5 2.125 2.5 2.875 2.375 2.75 3 3.5 1 2.5 2.75 2 2.75 3.125 3.5 3 2 3.125 1.5 2.25 1.75 2 1.25 2 2.25 4.375 3.375 2.5 4.375 3.125 4.875 1 1.75
Lokasi HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK
No Cluster
27
28
28
No Plot 32701 32701 32701 32701 32701 32701 32701 32704 32704 32704 32704 32704 32704 32704 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32801 32804
No Pohon 7 5 4 1 6 3 10 12 9 1 10 11 4 3 2 19 11 10 13 8 12 9 17 18 6 15 1 14 16 7 4 3 4
Nama Jenis Semurau Semurau Semurau Medang Bacang Semurau Sepan Sepan Semurau Kandis Langsat Hutan Semurau Semurau Gelam Semurau Semurau Memanik Jambu Air Pasang Semasam Semurau Kayu Besi Pinggiran Punai Jambu Air Gelam Merah Gelam Merah Pulai Semurau Risil Keruing Medang Empung Medang Seluang Kelumpang Kayu Gambir
Posisi Pohon J (m) Az (o) 3.4 281 6 155 7 220 5 75 7 15 10 180 4.3 213 14 330 2 135 5 90 13 245 8 285 10 55 2.5 120 6 335 16 280 3.2 210 8 119 3.8 250 13 334 4 231 9 59 17.2 210 15 240 5 250 12 220 6 330 12.3 180 12.4 219 10 350 6 0 2.5 220 48 90
Dbh (cm) 25.478 29.299 38.854 48.408 48.726 73.248 73.248 23.885 26.115 27.707 34.076 35.350 49.363 60.510 22.293 25.478 26.115 31.847 34.076 37.898 38.217 41.401 41.401 41.401 41.720 44.586 47.771 47.771 66.879 69.745 76.433 94.268 20.064
Tinggi (m) Tbc Tt 6 17 7 15 8 15 15 25 6 18 10 25 6 18 8 14 7 12 7 13 10 16 13 19 12 18 20 25 10 18 6.5 10 6 13 7.8 16 8 13 8 15 14.5 19.8 10 15 5 11 8 15 12 23 8 18.9 15 23 10 16.8 15 25 15 23 15 29 13 30 5 15
Volume(m3) Vbc Vt 0.199 0.563 0.307 0.657 0.616 1.155 1.794 2.989 0.727 2.181 2.738 6.844 1.643 4.928 0.233 0.408 0.244 0.418 0.274 0.509 0.593 0.948 0.829 1.211 1.492 2.238 3.736 4.671 0.254 0.456 0.215 0.331 0.209 0.452 0.404 0.828 0.474 0.770 0.586 1.099 1.081 1.476 0.875 1.312 0.437 0.962 0.700 1.312 1.066 2.043 0.811 1.917 1.747 2.678 1.164 1.956 3.423 5.706 3.723 5.709 4.471 8.645 5.895 13.603 0.103 0.308
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 3 2 1 1 4 3 2 4 2.5 3 4 1 4 4 2 4 0.5 2 3 5 5 5 3 2.5 5 4 4.5 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 0 4 3 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 4 4 3 4 1.5 3 5 1 2 3 3 0 1 1 2 1 5 0 3 0 3 3 3 4 4 3 3 1 2.5 2.5 3 2.5 2 1 3 4 3 3 0 1 3 2.5 3 4 3 3.5 3.5 3 1 1 2 1 3.5 5 3 1.5 4 3.5 3.7 4 6 3 0 4 3.5 5 3.5 3.5 4 5 1 3 7 5 4 4 3 3 3 3
Rata2 1.75 3.25 2.625 3.5 2.625 3.875 4.125 2.75 2.5 2 3 3.25 3.25 3.75 2.625 2 1.25 2 3.25 2.75 2.625 2.5 1.75 3.125 3.25 1.25 3.25 3.8 3.25 3.875 3.25 5 3
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 32804 HLK 28 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 32803 HLK 29 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 32903 HLK 29 32904 HLK 32904 HLK 32904
Lanjutan Lampiran 1
No Pohon 8 9 7 15 13 12 2 5 1 10 11 3 1 8 6 2 7 4 5 12 2 10 6 13 9 1 3 4 11 8 13 18 7
Nama Jenis Semurau Gelam Bakau Serian Kayu Berdarah Kayu Tulang Jambu Air Medang kuning Medang keladi Hisil Semurau Inggris Dewil Pelauwi Kayu Tulang Sapat Kayu Tulang Medang Tangau Terentang Pelauwi Medang Abang Kayu Tulang Kayu Gambir Langsat Hutan Medang Abang Lagan Lagan Ubar Semurau Keruing Mentukau Pasang Semurau Semurau
Posisi Pohon J (m) Az (o) 4 205 8 210 15 135 4 41 2.8 0 6.3 310 7 170 10 330 5 255 3.2 281 6 250 8 45 8 195 9 110 5 25 7 265 6 135 4 150 5 135 6 125 2.5 40 16 10 5 330 8 139 15 195 1.5 0 6 30 3 225 12 180 11 180 2 180 7.5 151 8 35
Dbh (cm) 21.338 21.975 22.293 25.478 27.707 28.344 44.586 46.178 52.548 58.917 59.554 19.745 23.885 24.522 25.478 26.752 37.261 43.631 81.847 20.701 21.656 23.248 30.255 30.573 50.955 51.592 63.057 66.879 79.618 92.357 21.338 25.478 28.662
Tinggi (m) Tbc Tt 8 13 7 15 20 27 9.5 12 7.5 10 9.5 15 15 20 8 20 15 24 15 21 21 24.8 8 16 9 15 8 13 3.7 8 7 13 8 18 9 18 17 25 8.5 10 12 17 7 13 9 16 6 15 18 28 20 30 10 17 17 32 20 25 22 27 6 12 8 10 10 15
Volume(m3) Vbc Vt 0.186 0.302 0.172 0.370 0.507 0.685 0.315 0.397 0.294 0.392 0.389 0.615 1.521 2.029 0.870 2.176 2.113 3.381 2.657 3.720 3.800 4.488 0.159 0.318 0.262 0.437 0.245 0.399 0.123 0.265 0.256 0.475 0.567 1.275 0.874 1.748 5.811 8.545 0.186 0.219 0.287 0.407 0.193 0.359 0.420 0.747 0.286 0.715 2.385 3.710 2.716 4.075 2.029 3.449 3.880 7.303 6.469 8.086 9.575 11.751 0.139 0.279 0.265 0.331 0.419 0.629
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 1.5 3 3 3 2.5 2 1.5 3 4 4 3 5 2 1 1.5 1.8 2 2 2 0 1.5 1.8 2 1.5 1 4 4 1 2 2 1.5 1 7 5 5 4 3 4 2 4 4 0 2 5 3 2 3 2 1 2 1 1 3 1.5 1 0.5 5 5 1 5 2 1 1 1 3 2.5 3 1 4 3 3 2 4 3 6 5 2 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 3 2.5 2 3 1.5 2 4 3 4 3 2 1 5 5 4 4 3 4 5 3 6 4 5 6 4 3 2.5 3 5 4 6 5 2 3 1 4 1 1 2 0 1.5 3.5 3 2
Rata2 2.625 2.25 4 1.575 1.5 1.7 2.5 1.625 5.25 3.25 2.75 2.5 1.25 1.5 4 1.25 2.375 3 4.5 2 2.5 2.75 2.625 2.625 2.5 4.5 3.75 5.25 3.125 5 2.5 1 2.5
Lokasi HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK
No Cluster
30
30
No Plot 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 32904 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33001 33002 33002 33002 33002 33002
No Pohon 10 2 6 16 5 8 1 14 4 3 11 9 17 15 12 10 21 20 2 1 14 15 5 3 16 17 4 18 6 3 16 20 21
Nama Jenis Simbar Kubung Semurau Simbar Kubung Seluai Ubar Jawa Semurau Terentang Semurau Simbar Kubung Semurau Tenam Semurau Semurau Semurau Kayu Arau Medang Kemuning Rimba Kayu Tulang Semurau Kayu Taik Semurau Ubar Semurau Semurau Bakau Semurau Meranti Meranti Semurau Ngeris Pasang Pasang Kayu Bedara
Posisi Pohon J (m) Az (o) 10 64 5 185 11 354 10 150 3 220 11 190 4 0 6 148 9.5 0 3.5 180 13 175 12 45 9 60 10 150 7 225 17.2 183 7 20 14 280 12 80 2 210 4 240 6 320 15.3 35 12.5 121 5 350 12 330 12 150 8 30 6 280 3 335 4 90 12.3 125 15 119
Dbh (cm) 28.662 31.847 33.121 35.987 38.217 38.217 42.357 44.268 45.541 47.771 47.771 50.955 57.643 70.064 117.197 20.382 21.019 22.293 28.344 28.662 31.847 36.306 38.217 40.127 52.866 73.248 89.172 95.541 21.656 22.293 22.611 22.930 25.159
Tinggi (m) Tbc Tt 12 16 11 21 8 12 18 20 9 20 10 18 12 22 7 20 8 20 10 18 17 23 11 17 18 25 10 24.5 22 30 10 15 8 15 8 5 15 25 8 10 10 16 12 21 11 20 12 20 13 23 21 30 25 30 25 35 7 12 8 15 9 17 7 10 8 10
Volume(m3) Vbc Vt 0.503 0.671 0.569 1.087 0.448 0.672 1.189 1.322 0.671 1.490 0.745 1.341 1.099 2.014 0.700 2.000 0.847 2.117 1.164 2.096 1.979 2.678 1.457 2.252 3.052 4.239 2.505 6.137 15.418 21.025 0.212 0.318 0.180 0.338 0.203 0.127 0.615 1.025 0.335 0.419 0.518 0.828 0.807 1.412 0.820 1.490 0.986 1.643 1.854 3.280 5.749 8.213 10.143 12.172 11.644 16.302 0.168 0.287 0.203 0.380 0.235 0.443 0.188 0.268 0.258 0.323
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 6 3 1 1 3.5 3 1 2 3.5 4 1.5 1 3 3 3 3 2 3 1 1 3 4 5 3 4.5 3 3 2 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 3 3 4 4 4 5 4 2 2 4 3 2.5 4 3 2.5 3 4 7 6 5 8 2 3 2.5 1 2 2 3 4 3 4 3 1 3 3 2 1.5 3 2 2 4 2 3 3 4 2 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 5 6 5 5 6 6 6 4 5 8 8 8 5 7 6 4 4 3 2 1 3 3 1 1 3 4.5 1 2 1.5 2.5 3 3 1 2 1 4 1
Rata2 2.75 2.375 2.5 3 1.75 3.75 3.125 3.75 4 4 3.75 3.25 3.375 3.125 6.5 2.125 2.75 2.75 2.375 2.75 3 3.25 3.75 4 5.5 5.25 7.25 5.25 2.25 2 2.25 2.375 2
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 33002 HLK 31 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102 HLK 33102
No Pohon 15 4 2 22 19 18 26 12 5 7 17 1 23 9 17 20 2 18 10 22 3 1 12 5 34 13 19 6 7 23 8 11 9
Nama Jenis Semurau Bekau Lagan Medang Keruing Pasang Pasang Ubar Semurau Semurau Pasang Seluai Seluai Kayu Tulang Gelam Semurau Semurau Banitan Semurau Balam Sudu Semurau Semurau Pasang Gelam Medang Jangkang Medang Semurau Seluai Risil Risil Talombok Balam Sudu Semurau Balam Sudu
Posisi Pohon J (m) Az (o) 3.8 48 1.5 250 3 330 14.7 103 12 141 4.5 125 9.5 23 0.5 135 5 270 7 190 4.3 91 2 350 16 60 6 330 9 340 7 45 6 50 9.5 340 8 75 12 130 10 15 5 40 6 195 13 0 14 270 5.5 180 10 230 15 0 16 350 14 170 8 310 7 230 7 105
Dbh (cm) 26.433 26.752 27.707 29.299 31.847 32.803 34.076 38.217 38.854 41.401 41.401 46.178 46.178 50.955 20.701 20.701 22.293 23.567 25.478 25.478 26.115 31.847 40.446 41.401 47.134 50.955 55.732 57.325 57.325 57.325 66.879 68.471 82.803
Tinggi (m) Tbc Tt 10.5 15 10 19 12 18 11 21 15 25 9 12 8 10 10 15 13 18 4 15 15 20 15 23 12 15 10 18 9 18 8 16 7 10 9 15 9 15 17 22 10 20 15 20 5 14 13 25 9 20 16 22 13 23 22 30 18 25 15 25 8 20 18 23 18 25
Volume(m3) Vbc Vt 0.374 0.535 0.365 0.694 0.470 0.705 0.482 0.920 0.776 1.294 0.494 0.659 0.474 0.593 0.745 1.118 1.001 1.386 0.350 1.312 1.312 1.749 1.632 2.503 1.306 1.632 1.325 2.385 0.197 0.394 0.175 0.350 0.178 0.254 0.255 0.425 0.298 0.497 0.563 0.729 0.348 0.696 0.776 1.035 0.417 1.169 1.137 2.187 1.020 2.267 2.120 2.915 2.060 3.645 3.689 5.030 3.018 4.192 2.515 4.192 1.826 4.564 4.306 5.502 6.297 8.746
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 3 2.5 3 1 1 3 4 3 3 1 1 5 4 2 3 1 3 3 2.5 1.5 2 4 4 3.8 3 3 3 0 4 4 5 3 3 4 3 4 1 6 6 3 3 2.5 3 1 1 5 3 5 3 3 2.5 1 4 5 1 4 3 3 3 4 1 4 4 1 2 2 1 1.5 3 3 3 3 3 2 1 2 5 4 5 2 3 3 3 2 3 3 3 3 6 3 6 2 5 4.5 6 1.5 2.5 4 4 2 5 4 4 4 2 4 6 4 3 5 5 4 5 5 6 5 6 7 3 3 6 6 3 4 5 3 4 4 5 4 6 5
Rata2 2.375 2.75 2.5 2.5 2.5 3.45 2.25 4 3.5 4 2.375 3.5 2.375 3.5 3.25 2.5 1.625 3 2 4 2.75 3 4.25 4.25 3.125 4.25 4 4.25 5.25 4.75 4.75 4 5
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 31 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 33103 HLK 31 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104 HLK 33104
No Pohon 3 6 26 28 7 27 2 18 16 22 17 1 9 5 24 12 10 4 19 8 9 13 21 20 4 28 12 6 3 16 26 7 15
Nama Jenis Kandis Semurau Semurau Semurau Semurau Gelam Gelam Kandis Bekau Gelam Kandis Ngeris Langsat Hutan Medang Lago Kempas Gelam Putih Gelam Abang Tenam Jangkang Semurau Biawak Banitan Putih Balam Galam Putih Gelam Kayu Besi Semurau Semurau Balam Semurau Semurau Bayur Semurau Pasang Kuning Semurau
Posisi Pohon J (m) Az (o) 1.5 60 7 45 8 160 14 200 7 47 8.5 160 2 90 10 320 6 270 10 80 7.5 125 2.5 120 5 55 8 30 11 175 6 300 5 270 10 15 9 95 12 20 7 85 6 60 10 200 14 190 8.5 220 9 160 7.5 55 5 180 8 235 1.5 315 1 10 11 30 8 335
Dbh (cm) 20.701 21.975 22.611 23.567 24.204 27.070 27.707 28.344 29.936 29.936 36.624 38.217 41.401 47.771 47.771 49.363 60.510 66.879 66.879 22.293 25.478 25.478 25.478 30.573 31.847 35.032 36.306 39.809 44.586 45.860 46.178 47.771 47.771
Tinggi (m) Tbc Tt 6 13 16 23 10 15 10 25 17 23 6 20 10 16 12 19 10 18 10 20 15 22 10 18 13 18 17 27 10 16 6 25 27 35 15 28 20 35 4.5 13 8 15 16 19 17 23 20 25 8 18 7 15 15.8 28 16 23 18 30 15 23 6 23 18 25 8 25
Volume(m3) Vbc Vt 0.131 0.284 0.394 0.567 0.261 0.391 0.283 0.708 0.508 0.688 0.224 0.748 0.392 0.627 0.492 0.779 0.457 0.823 0.457 0.915 1.027 1.506 0.745 1.341 1.137 1.574 1.979 3.144 1.164 1.863 0.746 3.108 5.044 6.539 3.423 6.390 4.564 7.988 0.114 0.330 0.265 0.497 0.530 0.629 0.563 0.762 0.954 1.192 0.414 0.932 0.438 0.939 1.063 1.883 1.294 1.860 1.826 3.043 1.610 2.468 0.653 2.503 2.096 2.911 0.932 2.911
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 2 3 3 5 3 1 1 4 3.5 1.5 5 2 3 2.5 2 1 4 3 4 2 4 5 3 2 2 3 3 4 3 4 3 3.5 3 4 4.5 2 4 3 1 3.5 3 5 6 3 2 3 3 4 3 4 5 2 7 6 5 3 2 3 4 3 5 6 4 5 2 6 5 5 6 5 2 5 8 4 5 2 4 3 3 2.5 2 2 4 1.5 1.5 1 3 3 3.5 2 2 2.5 3 2 2.5 3 3 3.5 4 3 3 2.5 3 2 4 4 3 1.5 4 4 5 4 6 4 5 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 5 3 4 4 3 2
Rata2 3.25 2.25 3 2.125 3.25 3.5 3 3.375 3.375 2.875 4.25 3 3.5 5.25 3 5 4.5 4.5 4.75 3.125 2.375 2.125 2.5 2.625 3.375 2.625 3.125 4.25 4.75 3 3.5 4 3.25
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK
No Cluster
31
32
No Plot 33104 33104 33104 33104 33104 33104 33104 33104 33104 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33101 33202 33202 33202
No Pohon 11 27 10 18 14 25 22 1 2 19 9 16 14 15 12 24 21 8 23 5 17 25 13 22 18 20 30 2 10 1 18 3 14
Nama Jenis Kelumpang Kurat Rimba Seluai Gading Kayu Besi Semurau Gelam Putih Mahang Seluai Tenam Kelampayan Rambutan Hutan Semurau Gelam Abang Semurau Ubar Jawa Medang Kelungkung Daun Mahang Semurau Siamang Semurau Bekau Belerang Gelam Putih Kelungkung Daun Pasang putih Damar buah Semurau Medang Ubar Jawa Damar buah Medang Seluang Tepung Semurau
Posisi Pohon J (m) Az (o) 7 60 16 140 15 75 12 220 9 340 15 245 7 185 7 260 10 250 6 205 9 160 4.5 65 4 60 3 175 7 40 6 322 16.5 265 8 355 8 345 11 5 5 190 8 195 2 110 17 300 6 180 14 240 16 300 12 210 7 230 13 10 6.5 150 7 330 5 150
Dbh (cm) 49.363 49.682 50.955 50.955 57.325 57.325 64.650 100.955 151.592 19.745 20.382 23.885 24.204 26.752 28.025 28.344 28.662 28.981 30.892 32.484 35.032 36.306 37.898 38.217 42.357 44.586 46.815 50.955 66.561 66.879 20.382 21.019 21.656
Tinggi (m) Tbc Tt 14 22 12 22 15 27 18 25 20 26 16 27 16 22 18 35 20 32 9 15 9 15 10 16 6 13 6 12 10 15 13 15 7 17 15 19 12 18 16 23 15 22 18 24 12 17 10 23 8 21 10 19 15 25 22 30 22 30 17 26 10 15 7 10 16 21
Volume(m3) Vbc Vt 1.741 2.735 1.511 2.771 1.987 3.577 2.385 3.312 3.354 4.360 2.683 4.527 3.412 4.692 9.361 18.202 23.451 37.522 0.179 0.298 0.191 0.318 0.291 0.466 0.179 0.389 0.219 0.438 0.401 0.601 0.533 0.615 0.293 0.713 0.643 0.814 0.584 0.876 0.861 1.238 0.939 1.378 1.211 1.614 0.879 1.246 0.745 1.714 0.732 1.922 1.014 1.927 1.677 2.796 2.915 3.975 4.973 6.782 3.880 5.934 0.212 0.318 0.158 0.225 0.383 0.503
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 2 3 5 5 5 6 3 4 5 3 3.5 2 5 4 6 5 4.5 2.5 2 5 6 4 5 5 2 4 4 2 7 7 7 8 11 10 13 14 3 3 3 3 5 3 4 5 3 4 3 4 2 3 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3.5 5 6 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 5 6 2 5 6 3 2 3 5 6 5 6 6 4 4 4 4 5 7 6 6 5 5 4 6 7 2 2 0 2 2 1.5 0.5 0.5 3 0 3 3
Rata2 3.75 4.5 3.375 5 3.5 5 3 7.25 12 3 4.25 3.5 3 4 4 2 3 3.5 3.25 3.375 4.5 2.75 3.25 4.75 4 4 5.25 4.25 6 5.5 1.5 1.125 2.25
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 33202 HLK 32 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203 HLK 33203
Lanjutan Lampiran 1
No Pohon 2 10 11 21 15 1 17 22 8 24 5 19 25 4 16 3 7 21 18 2 20 22 17 8 9 23 11 10 15 1 13 12 26
Nama Jenis Kelingsap Semurau Medang Balam Semurau Kelungkung Daun Medang Kuning Balam Terentang Terentang Medang Seluang Kayu Besi Pinggiran Punai Banitan Hitam Semurau Kayu Biawak Semurau Medang Balam Semurau Medang Medang Langkok Medang Kuning Inggris Pasang Semurau Jaau Semurau Semurau Semurau Semurau Kayu Arau Semurau
Posisi Pohon J (m) Az (o) 7 225 6 60 3 45 8 230 10 215 6 300 12 193 13 120 10 45 11 100 6 5 13.2 251 4 215 7.5 105 8 240 11 50 10 165 15 210 12 255 6 100 14.5 248 15.3 215 7.9 232 12 0 14 150 15.5 210 16 175 11 345 14 325 8 80 12 330 2 185 2 300
Dbh (cm) 25.796 27.070 30.255 31.847 39.490 47.771 47.771 50.955 60.191 114.650 20.064 20.382 21.656 22.293 22.293 22.611 22.930 23.567 24.522 25.478 25.796 33.439 38.217 44.904 47.771 47.771 50.955 51.911 65.287 66.879 66.879 70.701 98.726
Tinggi (m) Tbc Tt 9 15 8 14 10 18 8 20 8 25 16 22 19 26 10 25 15 22 15 26 6 10 6 12.5 10 12 10 13 9 15 7.5 13 10 13 5.7 10 8 12 11 17 6 13 12 23 7.5 25 22 26 12 18 21 25 18 24 10 21 15 23 13 22 17 24 18 28 20 30
Volume(m3) Vbc Vt 0.306 0.509 0.299 0.523 0.467 0.841 0.414 1.035 0.637 1.989 1.863 2.562 2.212 3.027 1.325 3.312 2.773 4.067 10.061 17.438 0.123 0.205 0.127 0.265 0.239 0.287 0.254 0.330 0.228 0.380 0.196 0.339 0.268 0.349 0.162 0.283 0.245 0.368 0.364 0.563 0.204 0.441 0.685 1.312 0.559 1.863 2.264 2.675 1.397 2.096 2.445 2.911 2.385 3.180 1.375 2.887 3.262 5.002 2.967 5.021 3.880 5.477 4.591 7.141 9.947 14.920
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 3 3 2.5 2 4 5 4 3 2 3 3 5 3 2 2.5 0 2.5 3 3 2.5 5 4 4 4 2.5 2.5 1.5 2 4 4 3 4 6 8 3 5 5 5 4 5 3.5 2 2 21.5 0 2 2.5 0 1.5 1.5 2.5 0.5 2 2 3 2 3 1.5 1.5 2.5 2 2 4 3 2.5 3 3 4 2.5 1.5 2.5 3 3 2.5 3 3 4 2.5 3 2 4 3 2.5 3 4 2.5 1.5 1.5 5 3 0 2.5 5 4 4 6 5 5 4 6 4 4 4 0 2 4 2 4 5 7 6 8 4 3 6 5 5.5 4.5 4 4 5 3 5 4 3 5 5 6 4 3 3 4
Rata2 2.625 4 3.25 1.875 2.75 4.25 2.125 3.75 5.5 4.75 7.25 1.125 1.5 2.25 2.125 2.75 3.125 2.375 2.875 2.875 3.125 2.375 2.625 4.75 5 3 3 6.5 4.5 4.5 4.25 4.75 3.5
Lokasi HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK
No Cluster 32
3
3
No Plot 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 33204 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30304 30301 30301 30301
No Pohon 11 15 8 14 4 6 12 2 10 7 13 16 9 3 1 5 19 7 13 21 1 9 4 5 2 11 12 18 16 15 10 20 24
Nama Jenis Semurau Seluai Semurau Mahang Balam Kandis Semurau Semurau Semurau Balam Seluai Semurau Banitan Gelam Semurau Inggris Kelingsap Kungkil Kelampayan Simpur Medang Gelam putih Kungkil Kungkil Balam Babi Kungkil Medang Medang Kuning Kungkil Kungkil Pasang Tanduk Mentukau Bekau Lesi
Posisi Pohon J (m) Az (o) 4 85 3 45 13 65 15 0 5 30 2 330 11 210 7 230 9 193 8 280 2 180 5 110 14.5 45 6 185 7 15 1 310 15 10 15.5 95 13 330 16.5 0 4 75 11 90 12 135 15 120 10 130 17 80 11 270 13 215 8 50 8 90 8 198 8 35 17 60
Dbh (cm) 21.338 21.338 24.522 25.159 25.796 28.025 30.255 31.529 33.439 33.758 35.032 35.350 37.261 41.083 41.401 66.879 21.019 24.204 31.210 32.484 32.803 32.803 42.357 44.586 47.771 47.771 47.771 65.924 68.471 73.248 20.382 20.701 20.701
Tinggi (m) Tbc Tt 2 8 3 9 3 8 3.5 11 5 9 4 9 3 8 6 11 7 13.5 6 13 3 14 9 12 7 14 8 11 9 16 7 10 10 14 5 8 15 23 8 18 8 10 6 10 5 20 10 25 15 21 8 20 11 25 15 30 9.5 24 8 23 6 12 7 12 5 10
Volume(m3) Vbc Vt 0.046 0.186 0.070 0.209 0.092 0.245 0.113 0.355 0.170 0.306 0.160 0.361 0.140 0.374 0.304 0.558 0.399 0.770 0.349 0.756 0.188 0.877 0.574 0.765 0.496 0.992 0.689 0.947 0.787 1.399 1.598 2.282 0.225 0.316 0.149 0.239 0.746 1.143 0.431 0.969 0.439 0.549 0.329 0.549 0.458 1.831 1.014 2.536 1.747 2.445 0.932 2.329 1.281 2.911 3.326 6.653 2.273 5.741 2.190 6.297 0.127 0.254 0.153 0.262 0.109 0.219
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 3 2 3 2 2 1 1 2 4.5 2 2 1 4 4 0 0 0 4 3 1 3 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 3 2 0 3 2 3 4 3 2 2 3 3 4 2 2 4 3 4 4 3 4 2 4 6 4 5 5 3 2 1.5 1.5 2 3 1 4 4 3 3 5 3 4 4 5 0 4 3 1 2 3 4 1 5 4 6 1 5 4 3.5 3 5 3.5 3 3 4 4 3 3.5 4 4 5 5 7 5 4 6 8 7 7 7 7 8 9 7 2 2 2.5 2.5 3 3 2.5 2 3 2 2 1
Rata2 2.5 1.5 2.375 2 2 2.5 3 2.25 2.25 2.25 3 2.5 2.75 3.75 3.25 5 2 2.5 3.75 4 2 2.5 4 3.875 3.625 3.625 4.5 5.5 7.25 7.75 2.25 2.625 2
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 30301 HLK 3 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 30302 HLK 3 30303 HLK 30303 HLK 30303 HLK 30303
Lanjutan Lampiran 1
No Pohon 16 5 3 23 6 1 17 2 22 14 7 19 15 4 1 12 2 9 6 16 13 14 7 3 11 10 8 5 17 16 19 17 11
Nama Jenis Balam Memanik Medang Jangkang Medang Balam Pasang Tepung Semurau Bekau Lesi Bekau Lesi Pasang Terap Balam Balam Semurau Pasang Kungkil Kungkil Medang Kuning Pasang Semurau Semurau Medang Balam Balam Kayu Tulang Semurau Semurau Bekau Kayu Lulus Banitan Balam Seling
Posisi Pohon J (m) Az (o) 3 40 12.5 190 11 61 10 270 15 185 10 60 3 320 9.8 58 15 50 2 85 15 191 12 280 3 95 15 182 4 15 9 220 6 330 8 38 5 90 4 135 2.5 45 3 150 13 110 11 175 1 75 7 245 4 35 2 0 7.5 155 3 340 9.5 120 11 90 6 45
Dbh (cm) 22.930 23.885 24.522 26.752 28.344 30.573 31.847 32.166 39.490 41.083 57.325 73.248 21.975 22.293 23.885 24.522 28.025 28.344 29.299 30.255 30.573 32.484 35.032 35.669 40.127 41.401 42.994 47.134 55.414 21.338 21.975 22.930 24.204
Tinggi (m) Tbc Tt 5 12 5 12 7 10 12 17 3 10 8 15 7 15 6 10 6 13 2.5 12 21 30 18 27 5 9.5 4 9 6 10 4 10 7 10.5 6 12 8 15 5 13 4 12 6 13 7 15 6 10 10 17.5 8 17 6 18 8 13 11 19 4 10 7 14 5 10 5 12
Volume(m3) Vbc Vt 0.134 0.322 0.146 0.349 0.215 0.307 0.438 0.621 0.123 0.410 0.382 0.715 0.362 0.776 0.317 0.528 0.477 1.034 0.215 1.033 3.521 5.030 4.928 7.392 0.123 0.234 0.101 0.228 0.175 0.291 0.123 0.307 0.281 0.421 0.246 0.492 0.350 0.657 0.234 0.607 0.191 0.572 0.323 0.700 0.438 0.939 0.390 0.649 0.822 1.438 0.700 1.487 0.566 1.698 0.907 1.474 1.724 2.977 0.093 0.232 0.172 0.345 0.134 0.268 0.149 0.359
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 2 3 2 2 1.5 1 2 1.5 2.5 2.5 4 2.5 2 3 3 3 2.5 3 2.5 2.5 2.5 2.5 1.5 2.5 4 3 4 5 1.5 1 2 2 3 5 5 3 3 4 5 3 4 4 5 4 6 8 5 7 2 2 2 1 3 3 4 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 5 2 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 4 4 3 5 2 3 3 3 4 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 5 4 3 5 4 5 5 4.5 3 5 7 4 3 3 3 2 3 2 2 2 0 3 4.5 5 3 2 2 1
Rata2 2.25 1.5 2.875 2.75 2.625 2.25 4 1.625 4 3.75 4.25 6.5 1.75 3 2.5 2 2.75 2.75 3 2.25 2.75 3.5 3.25 3.5 3.75 3.75 4.25 4.625 4.75 2.75 2.25 3.125 2
Lokasi HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK HLK
No Cluster
33
33
No Plot 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 30303 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33302 33301 33301
No Pohon 7 15 8 2 5 6 12 3 4 18 10 13 1 14 9 18 21 19 17 12 22 8 14 10 1 2 13 7 20 23 4 21 22
Nama Jenis Kandis Semurau Merampuyan Gelam Gelam Putih Simpur Lansat Terap Semurau Terentang Leban Ubar Banitan Semurau Semurau Lapat Balam Balam Kandis Gestang Kendidai Pasang Banitan Sekapas Rimba Terap Lulus Pasang Ubar Banitan Lawu Medang Jangkang Banitan Kayu Bedara
Posisi Pohon J (m) Az (o) 4.3 145 4 0 8 135 8 5 8 245 4 165 9 50 12 200 10 115 5 27 5 330 7 310 13 125 2 220 9 20 10 0 9 40 14 320 7 335 12 235 1.5 15 6 160 14.5 270 6.5 212 10 165 11 125 13 245 8 150 6 10 2.5 60 12 105 10 265 14.5 270
Dbh (cm) 24.522 25.478 27.707 28.344 29.299 30.573 31.529 31.847 36.943 38.535 42.994 43.949 46.178 51.274 54.459 20.064 20.701 21.656 22.611 25.796 28.025 28.344 29.299 31.529 37.898 39.490 41.083 41.401 41.401 49.363 65.287 20.382 20.701
Tinggi (m) Tbc Tt 5 14 6 12 4 13 7 16 8 13 8 12.5 6 14 10 16 9 17 9 15 9 19 7 16 14 20 8 20 10 19.5 4 8 7 14 4 8 7 11 9 15 3 8 12 15 12 20 6 15 15.5 19 8 25 10 26 11.3 15 8 15 10 18 12 30 6 9 7 12
Volume(m3) Vbc Vt 0.153 0.430 0.199 0.397 0.157 0.509 0.287 0.656 0.350 0.569 0.382 0.596 0.304 0.710 0.518 0.828 0.627 1.184 0.682 1.137 0.849 1.792 0.690 1.577 1.523 2.176 1.073 2.683 1.513 2.951 0.082 0.164 0.153 0.306 0.096 0.191 0.183 0.287 0.306 0.509 0.120 0.321 0.492 0.615 0.526 0.876 0.304 0.761 1.136 1.392 0.637 1.989 0.861 2.239 0.988 1.312 0.700 1.312 1.243 2.238 2.610 6.525 0.127 0.191 0.153 0.262
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 4 3 3 3 2 2 3 4 2 2 3 4 1 4 2 1 4 2 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 5 4 3 4 5 4 2 7 6 3 5 5 4 3 3 5 4 4 5 4 2 4 5 3 2 4 3 3 3 3 2.5 3 3 2 1.5 2 2 3 1.5 2 4 3 2 2.5 2.5 3 2.5 3 3 3 2.5 1 2 2 1.5 3 3 4 3 4 4 3 4 7 6 6 6.5 3 2 4 2 4 6 4 5 4 4 3 5 8 6 6 5 3 2 6 1 0 2.5 3 1.5
Rata2 3.25 2.75 2.75 2 3 3.25 3.25 3.25 3 3.75 4 3.75 5.25 3.75 4.5 3.75 3 2.875 2.375 2.125 2.75 2.625 2.875 1.625 3.25 3.75 6.375 2.75 4.75 4 6.25 3 1.75
Lanjutan Lampiran 1 No No Lokasi Cluster Plot HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33301 HLK 33 33304 HLK 33304 HLK 33304 HLK 33304 HLK 33304 HLK 33304 HLK 33304 HLK 33 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303 HLK 33303
No Pohon 2 15 27 5 14 1 12 24 6 8 11 16 3 17 9 20 29 3 11 1 6 10 9 15 2 5 16 9 10 3 1 14 11
Nama Jenis Jambu Rimba Pulai Kandis Tampang Kelingsap Sepan Pinggiran Punai Pinggiran Punai Ubar Kayu Besi Gelam Putih Balam Putih Gelam Gelam Pasang Kayu Bedara Kempas Bengkal Leban Leban Lawu Pasang Pinggiran Punai Lawu Medang Bacang Pasang Seling Seling Cempedak Langsat Petai Cempedak Tapak
Posisi Pohon J (m) Az (o) 8 40 12 345 4 290 6 151 11 120 2 190 2.5 10 6 255 8 103 4 90 13 33 15 347 7.5 45 17 310 5 40 11 280 2 200 4 180 8 5 14 300 8 100 10 5 11 0 11 105 6 215 12 285 3.5 230 8 320 2 300 5 150 5 210 4 240 3 270
Dbh (cm) 22.293 22.293 22.293 23.885 23.885 24.522 24.841 25.478 28.025 28.025 28.025 28.662 31.529 33.758 41.401 44.586 45.541 19.745 19.745 20.701 23.885 27.070 28.344 31.847 25.478 28.662 31.210 31.847 32.166 33.121 37.261 37.580 42.038
Tinggi (m) Tbc Tt 10 14.8 12.5 15 7.5 13 10 15 10 15 7 15 10 14.5 9 15 6 10 6 15 6.5 15 8 15 10 15 11 15 15 25 10 16 8 18 4 7 6 10 3 10 8 10 15 19 7 20 10 17 8 15 5 15 8 15 6 13 3 12 4 15 9 15 6 13 3 12
Volume(m3) Vbc Vt 0.254 0.375 0.317 0.380 0.190 0.330 0.291 0.437 0.291 0.437 0.215 0.460 0.315 0.457 0.298 0.497 0.240 0.401 0.240 0.601 0.260 0.601 0.335 0.629 0.507 0.761 0.640 0.872 1.312 2.187 1.014 1.623 0.847 1.905 0.080 0.139 0.119 0.199 0.066 0.219 0.233 0.291 0.561 0.710 0.287 0.820 0.518 0.880 0.265 0.497 0.210 0.629 0.398 0.746 0.311 0.673 0.158 0.634 0.224 0.840 0.638 1.063 0.432 0.937 0.271 1.082
Jari-jari Tajuk (m) R1 R2 R3 R4 2.5 3 1.5 1.5 1 1 4 1 4 3 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 1 2.5 1.5 2.5 3 3 3 3 2.5 1 2 3 1 1.5 1 3 3 3 2.5 2 4 3 4 4.5 2.5 2 2 1 1 3 3 3 2.5 4 1.5 2 4 2 3 2 2 3 3 2 1 0 0 1 3 3 1.5 3 4 2 3 2.5 0 1 1 0.5 1 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 1 3 3 3 7 7 5 6 2 2 3 3 5 4 4 3 3 4 5 3 1 3 4 4 2 3 4 1 5 4 3 2.5 5 5 5 6
Rata2 2.125 1.75 3 1.5 2.25 2.25 2.375 2.875 1.75 2.125 2.875 3.5 1.5 2.875 2.875 2.25 2.25 1 2.875 1.875 0.875 3.75 4 4.25 2.5 6.25 2.5 4 3.75 3 2.5 3.625 5.25
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33303 15 Tapak HLK 33303 7 Kali HLK 33303 12 Seling HLK 33303 8 Durian HLK 34 33404 3 Kayu Lulus HLK 33404 18 Balam HLK 33404 35 Kandis HLK 33404 17 Simpur HLK 33404 24 Kelampayan HLK 33404 19 Balam HLK 33404 2 Kayu Lulus HLK 33404 15 Kayu Bedara HLK 33404 10 Terentang HLK 33404 7 Leban HLK 33404 33 Simpur HLK 33404 25 Balam HLK 33404 29 Balam HLK 33404 11 Balam HLK 33404 4 Pasang HLK 33404 26 Kayu Lulus Merah HLK 33404 1 Kayu Lulus HLK 34 33401 8 Gelam HLK 33401 4 Gestang HLK 33401 5 Merbekang HLK 33401 10 Kayu Batu HLK 33401 2 Terentang HLK 34 33402 2 Pasang HLK 33402 13 Merampuyan HLK 33402 16 Merampuyan HLK 33402 9 Dewil HLK 33402 18 Merampuyan HLK 33402 8 Balai Simpai HLK 33402 27 Pasang
Posisi Pohon J (m) Az (o) 14 345 7 280 10 360 8 350 7 180 8 210 4 280 14 295 15 275 9 270 10 0 8 300 10 160 5 0 6 270 17 295 17 245 8 165 9 5 17.5 280 6 125 10 155 2.5 170 5 250 8 350 4 65 4 140 8 190 8.5 85 10 260 10 90 8 280 0.5 30
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 42.038 3 13 47.771 4 16 47.771 4 13 50.955 6 17 20.064 8 12 20.701 6 10 21.338 8 13 21.975 7 13 22.611 8.5 15 24.522 6 14 25.159 7 16 25.159 6 15 25.478 11 18 27.070 2 12 27.389 5 15 28.025 6 12 29.936 8 10 31.847 8 17 32.484 9 20 38.217 8 15 44.586 14 21 26.433 9 16 27.070 12 18 31.847 8 16 37.261 6 13 47.771 10 25 20.701 10 15 20.701 6 10 20.701 4 10 21.975 9 12 21.975 10 17 25.478 8 12 25.796 8 12
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.271 1.172 5 4 4 0.466 1.863 4 4 4 0.466 1.514 4 4 1 0.795 2.252 5 4 5 0.164 0.246 3 3 2 0.131 0.219 2 2.5 2 0.186 0.302 3 4 4 0.172 0.320 2 2 3 0.222 0.391 3 2 3 0.184 0.430 2 1.5 1.5 0.226 0.517 2 4 1 0.194 0.484 3 4 3 0.364 0.596 4 4 3 0.075 0.449 3 3.5 3 0.191 0.574 3 3 4 0.240 0.481 3 3 2.5 0.366 0.457 1 2 2 0.414 0.880 2 4 5 0.485 1.077 0 3 4 0.596 1.118 3 3 2.5 1.420 2.130 6 7 5 0.321 0.570 2.5 2.5 2 0.449 0.673 0 2 3 0.414 0.828 2 2 3 0.425 0.921 4 3.5 3.5 1.164 2.911 6 6 5 0.219 0.328 2 3 1 0.131 0.219 2.5 2.5 1.5 0.087 0.219 4 2 3 0.222 0.296 1 0 2 0.246 0.419 3 3.5 3 0.265 0.397 1.5 2 3 0.272 0.407 2 1 3
Rata2 R4 6 4 3 3 2 2 3 2 2 2 1 3 5 2.5 3 4 1 3 3 2 3 1 2 2 3.5 5 3 2.5 4 1.5 3 2 2.5
4.75 4 3 4.25 2.5 2.125 3.5 2.25 2.5 1.75 2 3.25 4 3 3.25 3.125 1.5 3.5 2.5 2.625 5.25 2 1.75 2.25 3.625 5.5 2.25 2.25 3.25 1.125 3.125 2.125 2.125
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33402 26 Memanik HLK 33402 14 Pasang HLK 33402 3 Kayu lulus HLK 33402 7 Kendidai Rawang HLK 33402 10 Terap HLK 33402 17 Terap HLK 33402 1 Terentang HLK 33402 11 Terap HLK 33402 12 Terentang HLK 34 33403 10 Leban HLK 33403 17 Banitan HLK 33403 5 Tunjung Belukar HLK 33403 22 Kalombok HLK 33403 15 Gelam HLK 33403 12 Gelam HLK 33403 2 Gelam HLK 33403 16 Banitan HLK 33403 6 Kabu HLK 33403 7 Pinggiran Punai HLK 33403 1 Pasang Kumbang HLK 33403 13 Pasang HLK 35 33504 13 Betung HLK 33504 10 Tapus HLK 33504 14 Mpo'ok HLK 33504 8 Gelam HLK 33504 6 Medang HLK 33504 5 Ingua HLK 33504 2 Suar HLK 33504 1 Gelam HLK 35 33501 13 Mang HLK 33501 9 Medang HLK 33501 1 Mang HLK 33501 15 Mang
Posisi Pohon J (m) Az (o) 15 180 6 175 9 230 8 340 12 190 8.3 70 4 130 13 210 1.5 70 4 165 5 30 11 265 8.5 270 7 45 8 135 13 170 5 33 11 250 13 200 3 270 6 80 6 160 8 250 13 190 8 280 10 100 7 330 2.5 0 3.5 0 8 38 13 110 3 45 8 30
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 27.070 8 10 27.707 6 15 28.662 12 19 31.210 5 9 31.529 13 19 43.312 15 25 51.274 15 20 57.325 15 25 84.395 12 25 20.701 8 11 20.701 8 15 21.019 10 13 21.656 10 16 22.293 6 12 25.796 9 15 28.344 9 13 28.662 15 20 29.618 10 15 29.618 9 13 30.892 10 15 41.401 10 15 23.567 8 17 27.389 1.5 10 29.299 6 12 34.076 15 21 34.395 6.5 10 35.669 11 18 54.140 6 21 76.433 10 23 21.019 7 11 21.338 8 12 26.433 5 12 28.344 5 10
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.299 0.374 2 3 3 0.235 0.588 3 4 4 0.503 0.796 3 3 3 0.249 0.447 5 3 6 0.659 0.964 3 3 4 1.436 2.393 3 2.5 2.5 2.012 2.683 5 6 3 2.515 4.192 6 6 3 4.361 9.086 7 7 2 0.175 0.241 2 1 3 0.175 0.328 4 3 5 0.225 0.293 3 0 2 0.239 0.383 2 1.5 2 0.152 0.304 1 0.5 1.5 0.306 0.509 3 3 2 0.369 0.533 3 3 2.5 0.629 0.838 2 3 1.5 0.448 0.671 0 0 3 0.403 0.582 3 2 1.5 0.487 0.730 4 0 3 0.875 1.312 1 2 4 0.227 0.482 3 3 5 0.057 0.383 0 1.5 4 0.263 0.526 2 3 4 0.889 1.244 3 4 4 0.392 0.604 3 4 7 0.714 1.169 3 3 3 0.897 3.141 3 4 5 2.981 6.856 6 8 7 0.158 0.248 3 2 2 0.186 0.279 1.5 2 2.5 0.178 0.428 1 1 3 0.205 0.410 2 2.5 3
Rata2 R4 0.5 4 2.5 6 3 3 1 5 6 1.5 3 3 2.5 3 4 2 3 3 0 3 2.5 3 2 3 3 3 3 4 5 2 2 2 3
2.125 3.75 2.875 5 3.25 2.75 3.75 5 5.5 1.875 3.75 2 2 1.5 3 2.625 2.375 1.5 1.625 2.5 2.375 3.5 1.875 3 3.5 4.25 3 4 6.5 2.25 2 1.75 2.625
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33501 4 Be'ang HLK 33501 5 Meratia HLK 33501 7 Ganji HLK 35 33502 3 Ganji HLK 33502 8 Mang HLK 33502 13 Mpo'ok HLK 33502 7 Medang HLK 33502 1 Gelam HLK 33502 4 Gelam HLK 33502 2 Mang HLK 33502 14 Tapus HLK 33502 10 Medang HLK 33502 5 Gelam HLK 33502 6 Ingua HLK 33502 12 Gelam HLK 33502 11 Betung HLK 35 33503 9 Balam HLK 33503 6 Balam HLK 33503 8 Balam HLK 33503 15 Suar HLK 33503 10 Balam HLK 33503 12 Gelam HLK 33503 4 Balam HLK 33503 5 Medang HLK 33503 3 Gelam HLK 33503 13 Tapos HLK 33503 7 Mpoy HLK 33503 14 Medang HLK 33503 11 Medang HLK 33503 1 Mang HLK 36 33601 2 Balam HLK 33601 6 Gelam HLK 33601 9 Kandis
Posisi Pohon J (m) Az (o) 7 175 9 130 11 100 3 10 7 165 8.5 3 4 285 17 10 5 85 10 180 5 350 2 0 6 300 8 210 9 250 11 245 5 110 9 315 6.5 81 8 135 10 160 13 5 4 22 11 165 3 200 5.5 315 4 115 7 85 9.3 195 1.5 7 5 180 6.5 300 8 110
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 38.535 13 25 57.325 12 22 63.694 11 27 21.338 6 10 23.248 6 12 23.885 7 16 26.433 5 13 27.707 3 11 30.573 8 16 31.847 6 15 34.395 14 21 35.987 9 17 43.312 9 17.5 48.089 7 19.5 50.955 6 19 68.153 10 23 20.701 5 10 21.975 4 9 24.204 5 10 26.752 5 10 27.707 6 12 28.344 6 11 30.255 6 10 31.210 6.5 12 35.669 7 16 37.580 7 11 39.809 7 14 42.038 7 15 45.223 8 14 47.771 5 14 20.064 6 11 21.975 4 10 25.159 5 12
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.985 1.894 2 3 3 2.012 3.689 4 3 4 2.277 5.589 4 5 3 0.139 0.232 2.5 4 3 0.165 0.331 3 3 3 0.204 0.466 1 2 4 0.178 0.463 2 2 1 0.118 0.431 2 4 3 0.382 0.763 4 2 4 0.311 0.776 2 3 3 0.845 1.268 7 6 3 0.595 1.123 4.5 3 4 0.861 1.675 3 4 2 0.826 2.301 6 3 4 0.795 2.517 5 6 6 2.370 5.451 6 7 5 0.109 0.219 2 2 2 0.099 0.222 2 2 1 0.149 0.299 3 4 3 0.183 0.365 3 2 2 0.235 0.470 3 2 2 0.246 0.451 1 3 2 0.280 0.467 2 2 3 0.323 0.596 3 3 3 0.454 1.039 5 3 2 0.504 0.793 1 5 4 0.566 1.132 3 3 4 0.631 1.353 4 3 3 0.835 1.461 4 4 4 0.582 1.630 6 5 5 0.123 0.226 3 3 2 0.099 0.246 2 3 3 0.161 0.388 4 3 2
Rata2 R4 4 5 6 3 2 1 3 5 2 4 5 3 3 4 4 6 1 2 1 2 0 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2
3 4 4.5 3.125 2.75 2 2 3.5 3 3 5.25 3.625 3 4.25 5.25 6 1.75 1.75 2.75 2.25 1.75 2 2.25 2.75 3 3 3.25 3 3.75 4.5 2.25 2.5 2.75
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33601 7 Medang HLK 33601 3 Tapus HLK 33601 11 Mahang HLK 33601 5 Balam HLK 33601 8 Medang HLK 33601 4 Gelam HLK 33601 10 Mahang HLK 33601 12 Balam HLK 33601 1 Balam HLK 36 33604 6 Balam HLK 33604 8 Tapus HLK 33604 4 Gelam HLK 33604 14 Gelam HLK 33604 3 Balam HLK 33604 13 Suar HLK 33604 10 Mpo'ok HLK 33604 12 Tapus HLK 33604 2 Balam HLK 33604 5 Medang HLK 33604 7 Gelam HLK 33604 11 Mang HLK 33604 1 Medang HLK 36 33603 2 Mang HLK 33603 4 Balam HLK 33603 10 Balam HLK 33603 1 Mpoy HLK 33603 7 Gelam HLK 33603 5 Gelam HLK 33603 8 Mpo'ok HLK 33603 3 Mang HLK 33603 9 Gelam HLK 33603 6 Tapus HLK 36 33602 6 Medang
Posisi Pohon J (m) Az (o) 9 240 3 10 5 132 7 45 4 145 2 35 4.5 45 13 330 1 220 2.5 300 3 185 11 220 14.5 83 5 350 8 210 4 255 12 140 8.5 20 6 65 6.5 270 7 95 10 45 5 120 4.5 65 10 15 3 80 11 265 8 45 13 113 4 215 7 300 6 310 2 332
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 26.115 7 13 26.752 5 11.5 28.662 6 11 29.936 6 12 31.847 6 12 35.669 7 13 36.624 6 13 41.401 10 18 62.102 13 24 21.338 4 10 22.293 5 13 23.885 4 13 23.885 5 12 26.115 6 14 27.070 6 12 28.344 7 14 32.484 9.5 17 36.306 15 23 39.809 8 16 41.401 6 17 44.586 10 18 45.860 15 21 21.338 5 10 24.522 6 10 26.115 5 14 27.389 5 11 29.299 8 13 30.892 5 12 31.847 7 15 36.306 7 12.5 41.720 9 14 49.682 8 18 22.611 5 10
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.244 0.452 1 4 3 0.183 0.420 3 4 3 0.252 0.461 3 2 2 0.274 0.549 3 2 2 0.311 0.621 4 3 3 0.454 0.844 4 3 2 0.411 0.890 4 4 3 0.875 1.574 5 3 3 2.558 4.723 6 7 5 0.093 0.232 3 4 3 0.127 0.330 2 2 2 0.116 0.378 4 3 3 0.146 0.349 3 2 2 0.209 0.487 2 4 3 0.224 0.449 4 2 3 0.287 0.574 4 3 2 0.512 0.915 4 3 3 1.009 1.547 4 3 3 0.647 1.294 3 2.5 3 0.525 1.487 4 4 4 1.014 1.826 3 2 4 1.610 2.254 3 3 4 0.116 0.232 3 3 3 0.184 0.307 4 3 2 0.174 0.487 2 2 3 0.191 0.421 2 3 3 0.350 0.569 3 3 2 0.243 0.584 2 1 3 0.362 0.776 4 4 4 0.471 0.841 4 3 2 0.799 1.243 5 4 3 1.008 2.267 4 4 3 0.130 0.261 2 3 3
Rata2 R4 2 2 2 2 2 3 3 4 6 3 3 3 1 2 2 0 4 2 4 4 5 3 2 3 3 2 1 4 3 3 3 5 3
2.5 3 2.25 2.25 3 3 3.5 3.75 6 3.25 2.25 3.25 2 2.75 2.75 2.25 3.5 3 3.125 4 3.5 3.25 2.75 3 2.5 2.5 2.25 2.5 3.75 3 3.75 4 2.75
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33602 7 Medang HLK 33602 10 Mpo'ok HLK 33602 5 Mpoy HLK 33602 1 Balam Pa'a HLK 33602 2 Ingua HLK 33602 9 Balam HLK 33602 12 Balam Pa'a HLK 33602 8 Gelam HLK 33602 11 Mang HLK 33602 4 Ingua HLK 37 33701 6 Gelam HLK 33701 14 Bekungan HLK 33701 5 Tapus HLK 33701 12 Ganji HLK 33701 8 Gelam HLK 33701 7 Gelam HLK 33701 9 Medang HLK 33701 2 Meratia HLK 33701 15 Balam HLK 33701 4 Mang HLK 33701 1 Medang Tanduk HLK 33701 13 Balam HLK 33701 10 Balam HLK 33701 3 Medang HLK 37 33704 4 Bekungan HLK 33704 8 Medang Tanduk HLK 33704 17 Gelam HLK 33704 14 Gelam HLK 33704 7 Meratia HLK 33704 6 Mang HLK 33704 9 Ingua HLK 33704 13 Tapus HLK 33704 3 Gelam
Posisi Pohon J (m) Az (o) 4 60 15 215 1.5 190 9 10 4 155 7 270 5.5 180 13 0 6 215 3 90 7 60 4 255 5 185 7 155 8 130 3 45 2 90 5 350 2.5 120 13 0 6 320 4 270 10 15 12 330 7 285 9 0 12 195 15.5 200 2 30 10 110 8 300 11 100 1 183
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 23.248 5 10 26.115 4 10 27.070 5.5 11 29.299 3.5 10 38.854 7 15 41.401 8 20 43.631 4 18 44.904 8 22 49.682 7 22 51.911 6 23 21.338 7 12 21.975 13 20 22.293 6 10 24.204 12 18 25.478 17 22 25.796 8 15 27.707 10 17 36.306 13 23 36.624 10 19 41.401 13 24 52.866 14 25 60.510 17 25 66.879 15 28 73.248 21 30 21.019 7 13 22.611 8 15 24.841 6 14 26.115 14 23 27.070 11 17 27.707 6 14 29.936 6 18 30.573 13 22 31.847 11 20
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.138 0.276 3 2 3 0.139 0.348 2 3 2 0.206 0.411 3 3 4 0.153 0.438 3.2 2.5 3 0.539 1.155 3 2 4 0.700 1.749 4 5 3 0.389 1.748 4 3 5 0.823 2.264 5 5 4 0.882 2.771 6 5 5 0.825 3.162 4 5 3 0.163 0.279 2 2 3 0.320 0.493 3 2 1 0.152 0.254 2 2 3 0.359 0.538 4 3 4 0.563 0.729 5 4 2 0.272 0.509 1 3 2 0.392 0.666 3 2 3 0.874 1.547 6 5 5 0.684 1.300 4 3 2 1.137 2.099 5 4.5 6 1.996 3.565 5 6 6 3.176 4.671 6 2 5 3.423 6.390 5 6 5 5.749 8.213 7 6 6 0.158 0.293 2.5 2 3 0.209 0.391 2 2 1 0.189 0.441 3 2 3 0.487 0.800 3.5 3 3 0.411 0.636 3 4 3 0.235 0.548 4 3 3 0.274 0.823 5 4 2 0.620 1.049 3 2 2.5 0.569 1.035 4 4 3
Rata2 R4 2 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 4 2 2 5 2 4 6 2 3 7 5 3 4 2 3 4 2 2 4 3 3 5
2.5 2.5 3.25 3.175 3 3.75 4.25 4.25 4.75 4 2.5 2.5 2.25 3.25 4 2 3 5.5 2.75 4.625 6 4.5 4.75 5.75 2.375 2 3 2.875 3 3.5 3.5 2.625 4
Lanjutan Lampiran 1 Lokasi No No No Nama Cluster Plot Pohon Jenis HLK 33704 2 Balam HLK 33704 11 Betung HLK 33704 12 Kayu Lilin HLK 33704 5 Medang HLK 33704 10 Balam HLK 33704 1 Balam HLK 37 33703 5 Balam HLK 33703 8 Suar HLK 33703 6 Tapus HLK 33703 7 Gelam HLK 33703 2 Tapus HLK 33703 4 Medang HLK 33703 11 Balam HLK 33703 10 Ingua HLK 33703 3 Medang HLK 37 33702 1 Gelam HLK 33702 8 Meratia HLK 33702 9 Ganji HLK 33702 12 Gelam HLK 33702 4 Medang HLK 33702 11 Betung HLK 33702 7 Tapus HLK 33702 6 Balam HLK 33702 10 Bekungan HLK 33702 2 Balam HLK 33702 3 Gelam HLK 33702 13 Suar HLK 33702 5 Ingua
Posisi Pohon J (m) Az (o) 5 50 3 70 3.5 75 6 320 4 265 5 275 1 0 11 75 13 30 5 340 2 85 6 245 4 285 7 115 9 165 3.5 33 12 20 2 275 5 210 4 165 6 235 5 150 7 90 15 195 8 68 10 46 9 175 7 330
Dbh Tinggi (m) (cm) Tbc Tt 39.809 12 21 42.994 16 23 45.541 15 21 49.363 7 20 49.363 14 22 57.325 18 26 20.382 8 15 22.611 10 15 23.885 10 16 27.070 6 20 28.025 9 15 28.981 11 17 31.210 15 20 35.669 8 17 50.955 20 26 21.656 6 13 22.930 5 15 25.478 5 13 27.070 6 14 28.344 5 12 29.299 6 16 33.758 7 12 35.350 7 18 38.217 11 19 42.994 10 21 44.904 10 23 49.363 14 22 51.592 8 20
Volume(m3) Jari-jari Tajuk (m) Vbc Vt R1 R2 R3 0.970 1.698 4 5 5 1.509 2.169 4 5 4 1.587 2.222 3 4 3 0.870 2.487 5 6 5 1.741 2.735 3 2 4 3.018 4.360 7 6 6 0.170 0.318 3 5 4 0.261 0.391 1.5 2.5 4 0.291 0.466 3 4 4 0.224 0.748 5 4 2 0.361 0.601 4 4 4 0.471 0.729 2 4 3 0.746 0.994 3 4 3 0.519 1.104 4 4 3 2.650 3.445 5 4 6 0.144 0.311 2 3 2 0.134 0.402 2 3 3 0.166 0.431 3 3 2 0.224 0.523 2 3 2 0.205 0.492 2 2 3 0.263 0.701 3 3 2 0.407 0.698 3 4 4 0.446 1.148 4 4 2 0.820 1.416 4 3 4 0.943 1.981 4 3 3 1.029 2.366 5 4 4 1.741 2.735 6 6 4 1.087 2.716 6 4 5
Rata2 R4 6 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 1 1 2 3 2 3 2 3 4 2 6 4 3
5 4.25 3.25 5 3.25 5.75 4 2.75 3.5 3.5 4 3 3.25 3.25 4.75 2 2.25 2.5 2.5 2.25 2.75 3.25 3.25 3.75 3 4.75 5 4.5
Lampiran 2 No Cluster 26 26 26 27 27 27 27 28 28 28 29 29 30 30 31 31 31 31 32 32 32 3 3 3 3 33 33 33 33 34 34 34 34
No plot 32604 32601 32602 32703 32702 32701 32704 32801 32804 32803 32903 32904 33001 33002 33102 33103 33104 33101 33202 33203 33204 30304 30301 30302 30303 33302 33301 33304 33303 33404 33401 33402 33403
Jumlah Phn 16 14 11 11 12 9 7 18 12 8 11 18 13 19 19 19 23 21 13 23 16 14 15 17 19 16 19 7 13 17 5 16 12
Dbh Volume 20 Rt2 up(m3/pu) Vt_lap (cm) Vbc_lap 37.520 13.585 22.972 46.997 24.995 36.019 39.172 10.495 18.230 35.437 7.880 12.860 42.118 16.467 26.995 43.312 8.305 20.076 36.715 7.401 10.402 46.072 27.534 51.255 35.748 12.929 18.862 35.390 8.297 13.097 48.263 28.426 43.470 44.728 33.170 52.379 44.463 34.066 47.568 32.987 12.158 19.186 43.262 32.872 48.787 37.446 23.431 39.983 49.446 72.199 116.283 36.093 23.341 36.054 41.450 21.109 36.350 40.654 38.167 58.298 33.260 6.175 11.382 43.744 15.540 34.507 32.930 11.647 19.254 33.496 7.692 15.171 33.372 9.856 19.399 33.997 10.436 21.038 28.428 7.847 13.405 24.477 1.863 3.258 37.531 4.902 13.900 27.445 5.631 10.671 34.076 2.773 5.903 33.738 13.711 23.807 26.725 4.482 6.725
R rt2 (m) 3.102 3.452 2.545 2.477 2.844 2.722 2.929 2.822 2.669 2.547 3.330 3.167 3.846 2.761 3.684 3.566 4.000 3.863 3.058 3.484 2.680 4.063 3.017 3.184 3.243 3.445 2.362 2.661 3.798 2.860 3.025 3.141 2.260
Vbc_citra 17.265 14.806 7.926 8.136 8.720 7.926 7.926 9.679 8.136 9.679 12.722 17.265 23.308 8.720 20.099 23.308 56.271 23.308 14.806 50.437 11.013 30.851 12.722 9.679 14.806 17.265 11.013 8.092 20.099 9.633 7.926 14.806 8.720
Clap
DLap
Tt_lap_rt2
38 37 17 21 24 16 16 27 18 12 26 40 48 22 43 42 62 45 36 63 24 51 34 24 35 40 29 11 39 27 16 32 15
6.203 6.904 5.091 4.955 5.688 5.444 5.857 5.644 5.338 5.094 6.659 6.333 7.692 5.521 7.368 7.132 8.000 7.726 6.115 6.967 5.359 8.125 6.033 6.368 6.487 6.891 4.724 5.321 7.596 5.721 6.050 6.281 4.521
15.438 19.921 14.864 17.273 18.083 18.667 16.714 18.583 18.067 14.500 22.727 19.083 20.385 16.211 20.421 21.895 23.609 19.762 19.923 18.674 11.031 19.357 14.467 13.147 14.895 16.375 14.858 13.286 14.154 14.588 17.600 15.938 14.417
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C2D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C1D1 C3D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C1D1 C1D1 C2D1 C1D1 C1D1 C2D1 C1D1
CSpot
DSpot
43.750 40.625 21.875 25.000 28.125 21.875 21.875 31.250 25.000 31.250 37.500 43.750 50.000 28.125 46.875 50.000 71.875 50.000 40.625 68.750 34.375 56.250 37.500 31.250 40.625 43.750 34.375 18.750 46.875 31.125 21.875 40.625 28.125
6.828 7.405 5.945 6.993 6.698 6.360 6.577 7.273 7.448 7.600 7.397 6.725 6.485 7.230 7.950 7.557 7.895 7.280 7.407 7.487 6.172 7.467 7.325 6.930 7.595 7.565 6.023 6.530 7.163 7.027 6.635 5.573 6.380
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C1D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C4D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C1D1 C2D1 C1D1
Lanjutan Lampiran 2 No Cluster 35 35 35 35 37 37 37 37 5 5 5 5 4 4 4 4 2 2 2 2 1 1 1 1 3 3 3 3 6 6 6 6 7
No plot 33504 33501 33502 33503 33701 33704 33703 33702 10503 10502 10501 10504 10403 10402 10401 10404 10203 10202 10201 10204 10103 10102 10101 10104 10303 10302 10301 10304 10601 10604 10603 10602 10701
Juml Phn 8 7 13 14 14 15 9 13
Dbh Volume 20 Rt2 up(m3/pu) Vt_lap (cm) Vbc_lap 39.371 6.420 14.403 36.670 6.001 12.537 35.840 7.789 17.798 32.803 5.197 10.496 38.330 19.261 31.252 35.074 12.849 21.688 29.866 5.693 8.795 34.689 7.608 15.920
R rt2 (m) 3.703 2.875 3.596 2.696 3.813 3.558 3.556 3.212
Vbc_citra 9.679 8.136 19.978 9.679 14.806 20.099 11.013 11.013 30.851 23.308 20.099 35.185 20.099 26.892 26.892 30.851 39.894 14.806 30.851 14.806 39.894 12.722 26.892 39.894 23.308 44.978 30.851 35.185 39.894 12.722 44.978 23.308 39.894
Clap
DLap
Tt_lap_rt2
27 18 39 23 36 36 27 30
7.406 5.750 7.192 5.393 7.625 7.117 7.111 6.423
16.500 17.000 16.154 12.000 20.571 19.267 17.889 16.769
Kelas Potensi C1D1 C1D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C1D1 C1D1
CSpot
DSpot
31.250 25.000 46.750 31.250 40.625 46.875 34.375 34.375 56.250 50.000 46.875 59.375 46.875 53.125 53.125 56.250 62.500 40.625 56.250 40.625 62.500 37.500 53.125 62.500 50.000 65.625 56.250 59.375 62.500 37.500 65.625 50.000 62.500
7.397 7.077 8.065 6.943 7.730 6.890 6.827 7.605 7.013 7.947 7.333 6.887 7.018 6.900 6.794 7.135 7.154 7.162 7.460 7.270 8.233 7.052 7.068 7.142 6.825 7.303 7.103 6.892 7.124 6.800 7.150 7.490 7.104
Kelas Potensi C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C2D1 C3D1 C2D1 C3D1 C2D1 C3D1 C3D1 C2D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C2D1 C3D1 C2D1 C3D1
Lanjutan Lampiran 2 No Cluster 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 11 13 13 13 13 12 12 12 12
No plot 10704 10703 10702 10801 10804 10803 10802 10901 10904 10903 10902 11003 11002 11001 11004 11103 11102 11101 11104 11303 11302 11301 11304 11203 11202 11201 11204
Juml Phn
Dbh Rt2 (cm)
Volume 20 up(m3/pu) Vt_lap Vbc_lap
R rt2 (m)
Vbc_citra 20.099 17.265 20.099 8.136 9.679 14.806 12.722 20.099 20.099 26.892 50.437 26.892 30.851 17.265 23.308 14.806 50.437 23.308 17.265 39.894 39.894 30.851 50.437 26.892 26.892 35.185 26.892
Clap
DLap
Tt_lap_rt2
Kelas Potensi
CSpot
DSpot
46.875 43.750 46.875 25.000 31.250 40.625 37.500 46.875 46.875 53.125 68.750 53.125 56.250 43.750 50.000 40.625 68.750 50.000 43.750 62.500 62.500 56.250 68.750 53.125 53.125 59.375 53.125
6.735 6.655 7.382 6.350 6.142 6.330 6.492 6.887 6.412 6.990 7.583 6.875 7.382 6.675 7.328 7.035 7.820 6.915 6.572 7.675 7.590 7.163 7.250 6.932 7.132 7.175 6.675
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1
Lampiran 3 V = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963 Vbc_lap(Y)(m3) Vbc_citra(X)(m3) 13.585 17.265 24.995 14.806 10.495 7.926 7.880 8.136 16.467 8.720 8.305 7.926 7.401 7.926 27.534 9.679 12.929 8.136 8.297 9.679 28.426 12.722 33.170 17.265 34.066 23.308 12.158 8.720 32.872 20.099 23.431 23.308 72.199 56.271 23.341 23.308 21.109 14.806 38.167 50.437 6.175 11.013 15.540 30.851 11.647 12.722 7.692 9.679 9.856 14.806 10.436 17.265 7.847 11.013 1.863 8.092 4.902 20.099 5.631 9.633 2.773 7.926 13.711 14.806 4.482 8.720 6.420 9.679 6.001 8.136 7.789 19.978 5.197 9.679 19.261 14.806 12.849 20.099 5.693 11.013 7.608 11.013 30.851 23.308 20.099 35.185 20.099 26.892 26.892 30.851 39.894 14.806 30.851 14.806
Xn^2 298.076 219.212 62.828 66.186 76.031 62.828 62.828 93.676 66.186 93.676 161.843 298.076 543.263 76.031 403.967 543.263 3166.475 543.263 219.212 2543.929 121.279 951.792 161.843 93.676 219.212 298.076 121.279 65.487 403.967 92.796 62.828 219.212 76.031 93.676 66.186 399.135 93.676 219.212 403.967 121.279 121.279 951.792 543.263 403.967 1237.997 403.967 723.183 723.183 951.792 1591.551 219.212 951.792 219.212
Ym^2 184.558 624.749 110.147 62.092 271.147 68.977 54.768 758.139 167.148 68.833 808.057 1100.274 1160.498 147.819 1080.576 549.020 5212.701 544.824 445.579 1456.684 38.135 241.487 135.664 59.162 97.135 108.912 61.581 3.470 24.033 31.710 7.690 188.000 20.088 41.222 36.013 60.663 27.012 370.980 165.085 32.405 57.879
Xm^2 298.076 219.212 62.828 66.186 76.031 62.828 62.828 93.676 66.186 93.676 161.843 298.076 543.263 76.031 403.967 543.263 3166.475 543.263 219.212 2543.929 121.279 951.792 161.843 93.676 219.212 298.076 121.279 65.487 403.967 92.796 62.828 219.212 76.031 93.676 66.186 399.135 93.676 219.212 403.967 121.279 121.279
(XY)m 234.547 370.071 83.189 64.107 143.581 65.831 58.660 266.494 105.180 80.299 361.633 572.682 794.012 106.013 660.695 546.134 4062.744 544.043 312.532 1925.020 68.007 479.422 148.176 74.445 145.922 180.178 86.421 15.074 98.532 54.245 21.980 203.007 39.081 62.141 48.822 155.605 50.303 285.172 258.242 62.690 83.782
Lanjutan Lampiran 3 Vbc_lap(Y)(m3) Vbc_citra(X)(m3) 39.894 12.722 26.892 39.894 23.308 44.978 30.851 35.185 39.894 12.722 44.978 23.308 39.894 20.099 17.265 20.099 8.136 9.679 14.806 12.722 20.099 20.099 26.892 50.437 26.892 30.851 17.265 23.308 14.806 50.437 23.308 17.265 39.894 39.894 30.851 50.437 26.892 26.892 35.185 26.892
Xn^2 1591.551 161.843 723.183 1591.551 543.263 2023.049 951.792 1237.997 1591.551 161.843 2023.049 543.263 1591.551 403.967 298.076 403.967 66.186 93.676 219.212 161.843 403.967 403.967 723.183 2543.929 723.183 951.792 298.076 543.263 219.212 2543.929 543.263 298.076 1591.551 1591.551 951.792 2543.929 723.183 723.183 1237.997 723.183
Ym^2
Xm^2 (XY)m
Lanjutan Lampiran 3 ΣXn ΣXm ΣYm ΣXn^2 ΣYm^2 ΣXm^2 ΣXY
2061.925 631.467 630.200 59592.274 16684.918 14006.739 13978.715
b r S2y SD S2ydslr Sydslr
0.998 0.781 174.957 13.227 1.146 1.071
Xrt2n Xrt2m Yrt2m n m
ŷdslr t(0.05;40) Sydlsr*t(0.05;40) SE
LCL UCL
19.963 bwh 24.291 ats
CV R E
86.054 34.753 2.344
s
2 y dslr
s y2 2 n 2 2 = 1 − 1 − .ρ n 2 n1
ns
=
= = = =
=
9725.610 (ΣXm)^2/m 9686.644 (ΣYm)^2/m 4281.129 SSxm 6998.274 SSym 4272.608 SPxy 210.512 Cp 163024.400 Cf 22.127 m3/0.1ha 2.021 2.164 9.779
1.146
= 152.632
S2y S2ydslr
S y2 r 2 + S y2 (T2 / T1 ) r 2 (1 − r 2 )
nopt =
= 138.838
S y(2dsr
m opt =
ER =
22.171 15.402 15.371 93 41
S y2 (1 − r 2 ) + S y2 (T1 / T2 ) r 2 (1 − r 2 ) S y(2dsr
ns.Cf .100% ( nf .Cf + np.Cf )
=
70.624
= 215.572 46.512
Lampiran 4 No
Jenis pohon
20 - 29 N
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelompok Kayu Meranti Meranti (Shorea parvifolia Dyer) Semurau (Shorea multiflora Sym) Damar Buah (Shorea gibbosa Brandis) Kelungkung Daun (Shorea ovalis Bl) Mentukau (Shorea javanica K et V) Meratia (Shorea parvifolia Dyer) Keruing (Dipterocarpus grandiflorus Blanco) Lagan (Dipterocarpus humeratus V Sl) Seluai (Hopea mengarawan Miq) Seluai Gading (Hopea mengarawan Miq) Tenam (Anispotera costata Korth) Tenam Jangkang (Anispotera costata Korth) Kurat Rimba (Dryobalanops oblongifolia Dyer) Jumlah I Rasio
II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelompok Kayu Rimba Campuran Bakau (Rhizophora apiculata Bl) Bakau Serian (Rhizophora apiculata Bl) Balai Simpai (Eugenia spp) Balam (Palaquium hexandrum Engl) Balam Babi (Palaquium hexandrum Engl) Balam Pa'a (Dialium procerum Steyaert) Balam Putih (Palaquium spp) Balam Sudu (Palaquium rostratum Burck) Balik angin (Mallotus paniculatus Muell Arg) Banitan (Mitrephora) Banitan Hitam (Polyalthia) Banitan Putih (Xylopia) Bayur (Pterospermum javanicum Jungh)
V
Kelas Diameter 30 - 39 N V
0 37 1 1 1 2 0 2 1 0 0 0 0
0 10.138 0.524 0.290 0.153 0.545 0 0.727 0.070 0 0 0 0
0 27 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
45 7.305
12.45 1.947
33 5.357
0 1 1 25 0 1 1 1 0 6 1 1 0
0 0.507 0.265 4.300 0 0.153 0.335 0.298 0 1.800 0.250 0.110 0
0 0 0 12 0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 15.884 0.792 0.750 0 0.870 0.780 1.190 1.190 0 0 0 0
N
40 - Up V
N
4 39 2 2 1 1 2 4 5 1 2 1 1
4 103 4 4 2 4 3 7 7 1 2 1 1
27.897 87.510 4.894 3.728 9.575 2.010 9.892 12.666 19.500 1.987 25.431 5.040 1.511
20 -up V 27.897 113.532 6.210 4.768 9.728 3.425 10.672 14.584 20.760 1.987 25.431 5.040 1.511
21.46 65 3.356 10.552
211.64 143 245.54612 33.099 23.214 38.401
0 0 0 7.690 0 0 0 0 0.410 0.500 0 0 0
1.854 0 0 19.160 1.75 0.39 0 8.12 0 2.22 0 0 1.61
1 0 0 11 1 1 0 2 0 2 0 0 1
1 1 1 48 1 2 1 3 1 9 1 1 1
1.854 0.507 0.265 31.150 1.750 0.542 0.335 8.418 0.410 4.520 0.250 0.110 1.610
Lanjutan Lampiran 4 No
Jenis pohon
20 - 29 N
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Be'ang (Neesia altissima Bl) Bekau (Aglaia spp) Bekau Belerang (Dysoxylum) Bekau Enggang (Dysoxylum) Bekau Lesi (Dysoxylum) Bekau Surjan (Dysoxylum) Bekungan (Dysoxylum) Betung (Platea excelsa Bl var excelsa) Biawak (Myristica iners Bl) Bungkil (Neonauclea obtusa Merr) Cempedak (Artocarpus kemando Miq) Dara (Myristica mendarahan Miq) Dewil (Neonauclea cyrtopoda Merr) Duil (Neonauclea cyrtopoda Merr) Durian (Durio zibethinus Murr) Gelam Abang (Eugenia operculata Roxb) Ganji (Dialium) Gelam (Eugenia spp) Gelam Kandis (Eugenia spp) Gelam Merah (Xylocarpus granatum Koen) Gelam Putih (Eugenia spp) Gestang (Eleuthenandra pescervi V Sl) Hisil (Euonymus javanicus Bl) Inggris (Koompassia malaccensis J J S) Ingua (Toona sureni Merr) Jaau (Laplacea) Jambu Air (Eugenia spp) Jambu Rimba (Eugenia spp) Kabu (Gossampinus valetonii Bakh) Kali (Aquilaria malaccensis Lamk) Kalombok (Pterocymbium javanicum R Br) Kandis (Garcinia)
V 0 4 0 0 1 0 2 2 0 0 0 1 2 1 0 1 3 23 1 0 3 2 0 0 1 0 2 1 1 0 1 9
0 1.350 0 0 0.109 0 0.480 0.490 0 0 0 0.170 0.670 0.240 0 0.179 0.664 6.190 0.392 0 1.141 0.754 0 0 0.270 0 0.598 0.254 0.448 0 0.239 1.866
Kelas Diameter 30 - 39 N V 1 0.990 0 0 1 1.210 1 0.340 1 0.477 0 0 1 0.820 0 0 0 0 1 0.600 2 0.590 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 4.511 0 0 0 0 2 1.209 0 0 0 0 0 0 3 1.773 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N
40 - Up V 0 0 1 1.720 0 0 0 0 1 0.215 1 2.770 0 0 2 3.880 1 4.560 2 3.130 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.790 1 0.746 1 2.280 12 13.055 0 0 2 1.765 2 3.847 0 0 1 2.113 3 7.661 3 2.738 1 2.385 1 0.440 0 0 0 0 1 0.466 0 0 0 0
20 -up N 1 5.000 1 1 3 1 3 4 1 3 2 1 2 1 1 2 4 44 1 2 7 2 1 3 7 1 3 1 1 1 1 9
V 0.990 3.070 1.210 0.340 0.802 2.770 1.300 4.370 4.560 3.730 0.590 0.170 0.670 0.240 0.790 0.925 2.944 23.756 0.392 1.765 6.197 0.754 2.113 7.661 4.780 2.385 1.038 0.254 0.448 0.466 0.239 1.866
Lanjutan Lampiran 4 No
Jenis pohon
20 - 29 N
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
Kayu Arau (Ficus variegata Bl) Kayu Bayi (Pygeum) Kayu Bedara (Mangifera foetida Lour) Kayu Bedi (Sapium baccatum Roxb) Kayu Berdarah (Horsfieldia) Kayu Besi (Sloetia elongata Back) Kayu Biawak (Myristica iners Bl) Kayu Gambir (Horsfieldia) Kayu Lilin (Dialium procerum Steyaert) Kayu Lulus (Tristania maingayi Duthie) Kayu Lulus Merah (Tristania maingayi Duthie) Kayu Taik (Mangifera altissima Blanco) Kayu tulang (Cleidion javanicum Bl) Kelampayan (Terminalia catappa L) Kelingsap (Ardisia) Kelumpang (Scaphium) Kempas (Koompassia malaccensis Maing) Kemuning Rimba (Aglaia spp) Kendidai (Bridelia monoica Merr) Kendidai Rawang (Bridelia monoica Merr) Ketapang (Terminalia copelandii Elm) Kungkil (Pometia pinnata Forst) Langsat Hutan (Aglaia spp) Langsat Kegau (Aglaia spp) Lansat (Aglaia spp) Lapat (Aglaia spp) Lawu (Ficus variegata Bl) Leban (Vitex pubescens Vahl) Lulus (Tristania maingayi Duthie) Lungkil (Pometia pinnata Forst) Macang Hutan (Mangifera foetida Lour) Mahang (Macaranga pruinosa Muell Arg)
V 0 0 3 0 1 2 1 2 0 4 0 1 5 1 3 0 0 1 1 0 0 3 1 0 0 1 1 3 0 0 0 3
0 0 0.605 0 0.315 0.368 0.196 0.296 0 0.986 0 0.335 1.285 0.220 0.822 0 0 0.180 0.120 0 0 0.676 0.270 0 0 0.082 0.518 0.315 0 0 0 1.007
Kelas Diameter 30 - 39 N V 0 0 1 0.425 0 0 0 0 0 0 2 2.034 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.596 0 0 0 0 1 0.750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.249 0 0 0 0 2 1.166 1 0.341 2 0.528 0 0 1 0.233 0 0 1 0.637 0 0 1 0.465 1 0.410
N
40 - Up V 2 20.009 0 0 1 1.010 1 1.252 0 0 1 2.380 0 0 0 0 1 1.590 1 1.420 0 0 0 0 2 2.005 2 4.512 0 0 2 7.635 2 2.826 0 0 0 0 0 0 1 4.869 5 6.866 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.243 1 0.850 0 0 1 0.710 0 0 2 4.593
20 -up N 2 1 4 1 1 5 1 2 1 5 1 1 7 4 3 2 2 1 1 1 1 8 3 1 2 1 3 4 1 1 1 6
V 20.009 0.425 1.615 1.252 0.315 4.782 0.196 0.296 1.590 2.406 0.596 0.335 3.290 5.482 0.822 7.635 2.826 0.180 0.120 0.249 4.869 7.542 1.436 0.341 0.528 0.082 1.994 1.165 0.637 0.710 0.465 6.010
Lanjutan Lampiran 4 No
Jenis pohon
20 - 29 N
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
Mang (Macaranga pruinosa Muell Arg) Medang (Litsea spp) Medang Abang (Beilschmiedia) Medang Bacang (Litsea spp) Medang Empung (Litsea spp) Medang Jangkang (Beilschmiedia) Medang keladi (Alseodaphne macrocarpa Meissn) Medang Kuning (Dehaasia elmeri Merr) Medang Lago (Litsea spp) Medang Langkok (Litsea spp) Medang Perawah (Cinnamomum javanicum Bl) Medang Seluang (Litsea spp) Medang Tanduk (Phoebe macrophylla Bl) Medang Tangau (Litsea spp) Merampuyan (Drypetes subsymmetrica J J S) Merbekang Mpo'ok Mpoy Memanik (Glochidion) Ngeris (Koompassia malaccensis Maing) Pasang (Quercus argentea Korth) Pasang Kumbang (Quercus spp) Pasang Kuning (Quercus spp) Pasang Putih (Quercus spp) Pasang Tanduk (Quercus spp) Pasang Ubar (Quercus spp) Pelauwi (Calophyllum macrocarpum Hook f) Petai (Parkia speciosa Hassk) Pinggiran Punai (Bruinsmia styracoides Boerl et Koord) Pulai (Alstonia scholaris R Br) Rambutan Hutan (Nephellium lappaceum L) Risil (Euonymus javanicus Bl)
6 14 1 1 0 1 0 1 0 0 0 2 1 0 4 0 4 2 3 1 12 0 0 0 1 0 1 0 5 1 3 1
V 1.058 3.974 0.186 0.265 0 0.210 0 0.350 0 0 0 0.335 0.209 0 0.622 0 0.893 0.397 0.660 0.203 2.925 0 0 0 0.127 0 0.260 0 1.542 0.317 0.450 0.1
Kelas Diameter 30 - 39 N V 2 0.781 9 4.113 1 0.286 0 0 0 0 0 0 1 0.939 1 0.560 0 0 1 0.685 1 0.607 0 0 0 0 1 0.567 0 0 1 0.414 1 0.360 1 0.570 0 0 1 1.027 6 2.774 1 0.487 0 0 0 0 0 0 1 0.474 0 0 1 0.638 0 0 0 0 0 0 1 0.940
N
40 - Up V 4 3.615 11 21.495 0 0 1 1.794 1 3.723 2 3.747 1 0.870 3 7.060 1 1.137 0 0 1 1.632 1 4.470 1 1.996 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 8.316 0 0 1 2.096 1 0.732 0 0 0 0 1 5.811 0 0 1 0.870 1 0.811 0 0 3 7.871
20 -up N 12 34 2 2 1 3 2 5 1 1 2 3 2 1 4 1 5 3 3 2 24 1 1 1 1 1 2 1 6 2 3 5
V 5.454 29.582 0.472 2.058 3.723 3.957 1.810 7.970 1.137 0.685 2.239 4.805 2.205 0.567 0.622 0.414 1.253 0.967 0.660 1.229 14.014 0.487 2.096 0.732 0.127 0.474 6.071 0.638 2.412 1.128 0.450 8.911
Lanjutan Lampiran 4 No
Jenis pohon
20 - 29 N
110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129
Sapat (Macaranga diepenhorstii Muell Arg) Sekapas Rimba Seling (Elaeocarpus) Semasam (Baccaurea) Sepan (Arthocarpus anisophyllus Miq) Setul (Litsea spp) Siamang (Diospyros macrophylla Bl) Simbar Kubung (Macaranga gigantea Muell Arg) Simpur (Dillenia Indica L) Suar (Phaleria) Talombok (Xanthopyllum) Tampang (Artocarpus pomifornis T et B) Tapak (Sindora bruggemanii De Wit) Tapus (Elateriospermum tapos Bl Tepung (Guensia petendra Merr) Terap (Artocarpus elasticus Reinw) Terentang (Campnosperma auriculata Hook f) Tunjung Belukar (Cryptocarya tomentosa Bl) Ubar (Eugenia) Ubar Jawa (Eugenia)
1 0 1 0 1 1 0 1 2 3 0 1 0 6 1 0 1 1 1 2
V 0.123 0 0.150 0 0.210 0.313 0 0.503 0.364 0.668 0 0.291 0 1.171 0.158 0 0.360 0.230 0.280 0.566
Kelas Diameter 30 - 39 N V 0 0 1 0.304 2 0.708 1 0.474 0 0 0 0 1 0.861 1 0.448 2 0.812 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2.888 1 0.362 3 2.313 1 0.680 0 0 1 0.810 1 0.670
N
40 - Up V 0 0 0 0 1 0.470 0 0 2 4.380 0 0 0 0 1 0.847 0 0 2 2.638 1 2.515 0 0 2 0.541 1 1.010 0 0 3 8.879 7 22.344 0 0 3 3.707 1 4.970
20 -up N 1 1 4 1 3 1 1 3 4 5 1 1 2 12 2 6 9 1 5 4
V 0.123 0.304 1.328 0.474 4.590 0.313 0.861 1.797 1.176 3.306 2.515 0.291 0.541 5.069 0.520 11.192 23.384 0.230 4.797 6.206
Jumlah II Rasio
224 36.364
53.587 102 8.381 16.558
56.506 147 8.837 23.864
283.784 473 44.381 76.786
393.877 61.599
Jumlah I + II Rasio
269 43.669
66.035 10.327
77.962 12.193
495.426 77.480
639.424 100
135 21.92
212 34.42
616 100
Lampiran 5 Vbc =0.7924Cq + 19.884 KODE_PLOT 41 43 13 20 15 29 38 27 2 31 33 28 42 44 14 16 17 18 19 23 22 25 24 21 26 34 35 40 36 39 37 32 30 6 1 5 3 7 4 9 8 10 11 12
Cq
Dq
Nq
49 53 60 76 72 58 45 55 76 55 72 67 56 52 89 68 80 70 75 69 82 74 73 83 69 68 58 65 54 59 60 72 68 72 76 79 74 65 87 74 72 70 63 60
7.890 8.124 7.175 8.425 8.147 8.358 7.555 7.573 8.142 7.493 8.320 8.363 7.184 7.025 7.860 7.957 8.833 8.807 8.609 8.302 8.666 7.345 8.950 8.922 8.657 6.965 7.087 7.500 7.776 7.190 7.693 8.173 8.227 8.252 9.273 8.768 8.948 8.338 10.183 8.730 8.115 7.233 7.121 7.032
13 15 17 14 15 13 17 19 21 14 18 18 17 16 18 14 18 17 18 19 17 14 16 15 15 21 20 19 19 17 15 17 14 19 17 18 14 22 16 17 15 19 19 16
Kelas Potensi C2D1 C3D1 C3D1 C4D1 C4D1 C3D1 C2D1 C3D1 C4D1 C3D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C4D1 C3D1 C4D1 C3D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1
Cs
Ds
Ns
45 51 57 75 71 52 34 47 72 51 70 54 52 47 85 52 65 54 71 50 69 64 66 61 71 55 54 50 48 52 56 68 61 71 72 78 65 56 60 70 70 68 60 49
7.193 7.284 8.060 7.170 6.938 8.715 7.343 7.560 8.995 8.045 9.043 8.062 7.824 7.180 9.550 8.525 8.415 6.842 8.790 7.085 8.505 8.446 8.270 7.763 9.165 7.322 7.205 7.375 7.427 6.910 7.778 8.035 7.667 8.827 8.712 9.350 7.682 8.415 7.868 8.497 8.231 8.883 8.245 7.182
11 12 12 12 11 10 12 10 15 12 13 13 13 16 17 11 14 14 14 12 12 11 12 13 12 13 12 12 11 12 11 12 12 17 13 10 10 10 11 13 12 15 10 10
Kelas VBC_Quick VBC_Spot Potensi C2D1 58.712 55.542 C3D1 61.881 60.296 C3D1 67.428 65.051 C4D1 80.106 79.314 C4D1 76.937 76.144 C3D1 65.843 61.089 C2D1 55.542 46.826 C2D1 63.466 57.127 C4D1 80.106 76.937 C3D1 63.466 60.296 C3D1 76.937 75.352 C3D1 72.975 62.674 C3D1 64.258 61.089 C2D1 61.089 57.127 C4D1 90.408 87.238 C3D1 73.767 61.089 C3D1 83.276 71.390 C3D1 75.352 62.674 C4D1 79.314 76.144 C2D1 74.560 59.504 C3D1 84.861 74.560 C3D1 78.522 70.598 C3D1 77.729 72.182 C3D1 85.653 68.220 C4D1 74.560 76.144 C3D1 73.767 63.466 C3D1 65.843 62.674 C2D1 71.390 59.504 C2D1 62.674 57.919 C3D1 66.636 61.089 C3D1 67.428 64.258 C3D1 76.937 73.767 C3D1 73.767 68.220 C4D1 76.937 76.144 C4D1 80.106 76.937 C4D1 82.484 81.691 C3D1 78.522 71.390 C3D1 71.390 64.258 C3D1 88.823 67.428 C3D1 78.522 75.352 C3D1 76.937 75.352 C3D1 75.352 73.767 C3D1 69.805 67.428 C2D1 67.428 58.712
Lampiran 6 Tabel 1a ANOVA Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Cspot dan Clap Sumber Keragaman db JK KT F hitung F Tabel Regresi 1 5919.475 5919.475 572.972 0 Sisa 39 402.915 10.331 6322.39 Total 40 Tabel 1b Koefisien Regresi Koefisien SE t hitung Intercept -6.828 1.653 -4.130 C-Spot 1.008 0.042 23.936 Keterangan : db JK KT F-hit F Tabel SE t hit Nilai P SK
: : : : : : : : :
Nilai P 0.000185 6.33E-25
SK< 95% -10.172 0.922
SK> 95% -3.484 1.093
Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Nilai F hasil perhitungan Nilai F pada F tabel Kesalahan baku Nilai t hasil perhitungan Nilai P hasil perhitungan Selang kepercayaan 95%
Tabel 2a Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Ds dan Dlap db JK KT F hitung F Tabel Regresi (Regression) 1 10.14 10.14 14.592 0.000467 Sisa (Residual) 39 27.11 0.69 37.25 Total 40 Tabel 2b Koefisien Regresi Koefisien SE t hitung Intercept 0.135 1.624 0.083 D-Spot 0.876 0.229 3.820
Nilai P 0.934 0.000467
SK< 95% -3.151 0.412
SK> 95% 3.421 1.340
Tabel 3a ANOVA Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Clap, Dspot dan Tlap pada Hutan Lahan Kering db JK KT F hitung F Tabel Regresi 3 5279.809 1759.936 37.89292 0 Sisa 37 1718.465 46.445 6998.274 Total 40 Tabel 3b Koefisien Regresi Koefisien SE Intercept -18.859 9.252 C-lap 0.781 0.138 Tt_lap -5.785 1.883 D-Lap 2.714 0.463
t hitung -2.038 5.626 -3.071 5.861
Nilai P SK <95% 0.0487 -37.607 2.01E-06 0.499 0.0039 -9.603 9.66E-07 1.776
SK >95% -0.112 1.062 -1.968 3.653
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 4a ANOVA Hasil analisis statistik regresi hubungan antara Vbc_lap dengan Cspot, dan Dspot pada Hutan Lahan Kering db JK KT F-hitung F Tabel Regresi 2 3653.54 1826.77 20.7542 0 Sisa 38 3344.734 88.01931 Total 40 6998.274 Tabel 4b Koefisien Regresi Koefisien SE t hitung Nilai P SK <95% SK >95% Intercept -18.8404 18.74143 -1.00528 0.321119 -56.7805 19.0996 C-Spot 0.775165 0.137861 5.622796 1.87E-06 0.49608 1.05425 D-Spot 0.737439 2.896309 0.254613 0.800395 -5.12583 6.60071 Tabel 5a ANOVA Data Statistik C Quickbird dan C CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Cq = 0,7924Cs + 19,889) db JK KT Fhitung F tabel Regresi 1 3047.34 3047.34 87.46 0 Sisa 42 1463.28 34.84 Total 43 4510.63 Tabel 5b Koefisien Regresi Koefisien SE Intercept 19.88 5.17 Cs 0.79 0.08
t Stat 3.84 9.35
P-value SK < 95% SK > 95% 0.0004 9.43 30.33 0 0.62 0.96
Tabel 6a ANOVA Data Statistik D Quickbird dan D CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Dq = 0,2869Ds + 5,7773) df SS MS F F tabel Regresi (Regression) 1 1.87 1.87 3.89 0.05 Sisa (Residual) 42 20.24 0.48 Total 43 22.12 Tabel 6b Koefisien Regresi Koefisien SE Intercept 5.77 1.17 Ds 0.28 0.14
t Stat 4.93 1.97
P-value 0 0.055
SK < 95% SK > 95% 3.41 8.13 -0.006 0.58
Tabel 7a ANOVA Data Statistik N Quickbird dan N CPOT 5 pada Hutan Lahan Kering (Nq = 0,3536Ns + 12,524) db JK KT F-hitung F tabel Regresi 1 16.84 16.84 3.60 0.06 Sisa 42 196.33 4.67 Total 43 213.18 Tabel 7b Koefisien Regresi Koefisien SE Intercept 12.52 2.31 Ns 0.35 0.18
t hitung 5.42 1.89
Nilai P SK < 95% SK > 95% 0 7.86 17.18 0.06 -0.02 0.72