Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
MODEL PEMBELAJARAN OUTBOND BASED EDUCATIONDALAM MENUMBUHKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA1
Dian Permatasari Kusuma Dayu2 IKIP PGRI MADIUN ABSTRAK Artikel ini akan membahas tentang konsep model pembelajaran Outbond based education pada saat proses pembelajaran. Dalam suatu Pembelajaran seorang guru harus banyak menggunakan model pembelajaran yang inovatif, karena pada saat kegiatan pembelajaran seorang guru harus bisa mengemas pembelajaran sedemikian rupa agar dapat memberikan suasana yang menyenangkan, memuaskan dan membekas. Dalam hal ini guru merancang pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan stimulasi dan membantu mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin.Sehingga model pembelajaran Outbond based education ini diharapkan bisa membeikan suatu kemudahan dalam menyampaikan materi dan membentuk tanggung jawab siswa pada proses kegiatan pembelajaran. Keyword : Model Pembelajaran, Outbond based Education
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
327
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya adalah cara untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dalam pembentukan karakter dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran pembentukan sikap tanggung jawab belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan pada proses pembelajaran, yaitu apabila dikehendaki peningkatan pembelajaran pada siswa maka dibutuhkan tanggung jawab belajar yang lebih besar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini menempatkan tanggung jawab belajar yang sangat pada posisi yang penting di dalam proses pembelajarannya, tetapi pada saatnya realita di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki tanggung jawab belajar yang tinggi. Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus dilakukan dan merupakan suatu kewajiban. Salah satu tanggung jawab siswa adalah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang diberikan oleh guru. Sikap tanggung jawab belajar memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran, karena dengan adanya tanggung jawab akan lebih dewasa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu dengan tanggung jawab dapat memecahkan masalah dan menumbuhkan percaya diri pada seorang anak. Akan tetapi realita dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki tanggung jawab belajar yang tinggi pada pembelajaran. Ada beberapa akar penyebab yang mempengaruhi rendahnya tanggung jawab siswa. Akar penyebab rendahnya tanggung jawab siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tanggung jawab siswa antara lain dapat bersumber dari guru, lingkungan tempat tinggal, sarana prasarana yang ada, orang tua, dan dari siswa itu sendiri. Rendahnya tanggung jawab siswa ini yang akhirnya berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Kurangnya tanggung jawab belajar siswa ini, disebabkan karena terlalu monotonnya suasana dalam pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti materi yang disampaikan oleh guru. Di samping itu juga karena faktor lingkungan belajar yang kurang mendukung dalam merangsang tanggung jawab siswa. Hal ini menggambarkan bahwa tanggung jawab siswa dalam belajar masih sangat rendah, banyak siswa yang merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar, misalnya siswa berangak ke sekolah tidak lagi untuk tujuan belajar akan tetapi dijadikan ajang ketemu dan kumpul-kumpul dengan teman. Sementara tugas sejatinya untuk belajar dan menimba ilmu sudah bukan lagi menjadi pokok. Jika hal ini berlangsung terus menerus dan tidak ada tindakan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan nyaman serta membantu mempermudah memahami bagi siswa. Jika anak terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan menerima cara orang tua membimbing belajarnya, guru di sekolah akan memberikan dukungan positif dalam mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Perjalanan
328
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan belajar. Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa tanggung jawab.Menurut Rintyatini Y dan Suzi Yulia Charlotte S (2005:56) “Pelalaian tanggung jawab terhadap sekolah akan membawa dampak negatif terhadap prestasi maupun kehidupan sosial siswa. Siswa yang sering datang terlambat dapat tertinggal pelajaran, tugas, nilai, dan muncul emosi negatif, seperti rasa malu kepada teman, guru dan orang tua”. Permasalahan di atas pada dasarnya berhubungan erat dengan model dan cara penyampaian materi yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu proses belajar mengajar dengan model dan cara penyampaian materi yang tepat mempunyai arti yang sangat penting. Dalam hal tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menggunakan metode pembelajaran sebagai perantara. Jadi kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan model pembelajaran. Model pembelajaran dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kalimat. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan strategi pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah memahami setiap materi yang disampaikan. Berdasarkan masalah tersebut, guru hendaknya mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondutif, yang lebih penting menciptakan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan mudah untuk memahami setiap materi yang disampaikan. Oleh sebab itu dengan menggunakan model pembelajaran Outbond based education ini dalam proses pembelajaran siswa dapat menggali diri sendiri, dalam suasana menyenangkan dan tempat yang penuh tantangan yang dapat menggali dan mengembangkan potensi siswa itu sendiri. Model outbond based education ini juga kegiatannya dilakukan diluar ruangan yang bersifat membangun tanggung awab siswa pada proses pembelajaran berlangsung. PEMBAHASAN A. Model Pembelajaran Model pembelajaran banyak yang bias digunakan dalam pembelajaran, termasuk bias digunakan dalam pembelajaran. Menurut Winatapura dalam Anton Sukarno (2006:144) mendefinisikan model pembelajaranya itu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedomanbagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Menurut Joyce dalam Triyanto (2007:5) mengatakan model pembelajaranya itu perencanaan atau suatu model pola yang digunakan sebagai
329
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer dan lain-lain. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dan murid dalam pelaksanan proses belajar-mengajar. Joyce & Weil (1980) yang disitir Rahman (2004:12-13) mendefinisikan model pembelajaran (model of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Menurutnya sebagai berikut. Models of teaching is plan or pattern that can be used to shape a curriculums (long-term courses of studies), to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other setings(Joyce & Weil, 1980:1). Kemp (1977) mengartikan model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran (desaininstrucsional) yang digunakan dalam menentukan maksud dan tujuan setiap topik/popok bahasan (goals topics, and purposes), menganalisis karakteristik warga belajar (leaner characteristics), menyusun tujuan instruksional khusus (learning objectives), memilih isi pembelajaran (subject content), melakukan prates (preassesment), melaksanakan kegiatan belajar mengajar/sumber pembelajaran (teaching learning activities/resources), mengadakan dukungan pelayanan (suport services), melaksanakan evaluasi (evaluation), dan membuat revisi (revise). Baik Joyce & Weil (1980) maupun Kemp (1977) sependapat bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola perencanaan pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. B.
Tanggung Jawab
Memiliki rasa tanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. Tanggung jawab anak yang telah ditanamkan dan diterimanya sejak dini oleh orang tua akan membantu kegiatan belajar anak di sekolah lebih bermakna yakni memperoleh hasil belajar yang memuaskan semua pihak. Kelak hari anak akan memasuki dunia sekolah dengan banyak sikap dan kemampuan yang kompleks. Berhasil tidaknya mereka di sekolah sangat ditentukan oleh cara mereka menanggapi batasan dan aturan, serta bagaimana mereka menerima tanggung jawab. Jika anak terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan menerima cara orang tua membimbing belajarnya, guru di sekolah akan memberikan dukungan positif dalam mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Perjalanan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan belajar. Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa tanggung jawab. 330
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
C. Model Pembelajaran Outbond Based Education Model pembelajaran Outbond Based Education adalah sebuah cara untuk menggali diri sendiri, dalam suasana menyenangkan dan tempat penuh tantangan yang dapat menggali dan mengembangkan potensi, meninggalkan masa lalu, berada dimasa sekarang dan siap menghadapi masa depan, menyelesaikan tantangan, tugas-tugas yang tidak umum dan membuat pemahaman terhadap diri sendiri tentang kemampuan yang dimiliki melebihi dari yang dikira. Menurut Djamaludin (2002: 25) Model pembelajaran Outbound based Education merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di sekolah. Dengan konsep interaksi antar siswa dan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan/teamwork, keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam suatusekolah. Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif. Adapun tujuan outbound based education menurut Adrianus dan Yufiartiantara lain (1) mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa (2) berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan (3) mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami perbedaan (4) membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatankegiatan (5) lebih mandiri dan bertindak sesuai keinginan (6) lebih empati dan sensitive dengan perasaan orang lain (7) mampu berkomunikasi dengan baik (8) mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif (9) memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik (10) menanamkan nilainilai positif sehingga terbentuk karakter siswa melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup (11) membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter (12) menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan. Model pembelajaran Outbound based education adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya dalam program outbound tersebut siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan.Dalam model pembelajaran outbond based education
331
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
memberikan proses belajar sederhana dimana pengajaran atau pelatihan yang diberikan didesain untuk memberikan semangat, dorongan dan kemampuan yang didasarkan pada sebuah cara pendekatan pemecahan masalah. Ini akan memotivasi anak dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai perwujudan konsep diri positif. Model pembelajaran outbound based education merupakan kegiatan belajar sambil bermain atau sebaliknya. Menurut Vygotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak. Menurut Heterington dan Parke, bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Belajar sambil bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak serta untuk memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia dewasa kelak. Dworetzky mengemukakan bahwa fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan sosial siswa. Jadi berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik siswa. David Kolb menggambarkan proses pembelajaran experential learning dalam outbound based education dengan siklus sebagai berikut: Mengacu pada gambar di atas, pada dasarnya pembelajaran eksperiensial ini sederhana dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (refelct) dan kemudian terapkan (apply). Jika dielaborasi lagi maka akan teridiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami (experience), bagi (share), “dirasa-rasa” atau analisis pengalaman tersebut (proccess), ambil hikmah atau simpulkan (generalize), dan terapkan (apply). Begitu seterusnya kembali ke fase pertama, alami. Dijabarkan deskripsi siklus sebagai berikut:
a) Langkah 1: Experience Apa yang dimaksud dengan experience? Biarkan peserta didik kita mengalami dengan melakukan hal tertentu (perform and do it!). Dalam kasus ini
332
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
adalah melakukan trik service yg mengecoh lawan tersebut. Sebagai langkah awal, peserta didik diberikan serve yg mengecoh tersebut oleh kita. Biar dia merasakan/mengalami kesulitan dalam menerima serve tersebut. Kemudian, ia diminta untuk melakukan hal yang sama, memberikan serve dan teman yg lain menjadi penerima serve. Proses ini, dilakukan selama jangka waktu tertentu yang menurut Anda dirasa cukup. b) Langkah 2: Share (berbagi rasa/pengalaman) Setelah semua peserta didik mencoba melakukan trik serve tersebut secara bergantian. Maka, langkah selanjutnya adalah melakukan proses sharing alias berbagi rasa. Semua peserta didik diminta untuk mengemukakan apa yang dia rasakan baik dari sisi “timing” serve, teknik melempar bola, memukul bola, posisi bola, posisi tangan, posisi berdiri dan lain-lain. Semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan gaya masing-masing. c)
Langkah 3: Process (analisis pengalaman)
Tahap ini adalah tindak lanjut dari tahap kedua yaitu proses menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagaimana trik serve tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini dilakukan dengan cara diskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih baik. Instruktur/guru bisa ikut serta meluruskan cara yang lebih tepat. d) Langkah 4: Generalize (menghubungkan pengalaman dengan situasi senyatanya) Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil analisis tersebut. Kesimpulan bersama, mungkin telah dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis diatas. Namun, belum tentu hal tersebut dapat menyatu atau terintegrasi secara utuh dalam praktek senyatanya. Oleh karena itu, untuk pembuktian generalisasi dari hasil tersebut perlu dilakukan dengan pengulangan penerapan dalam situasi yang nyata. Maka, triks tersebut dicobakan kembali, sebelum beranjak ke triks yang sama tapi levelnya lebih tinggi lagi e) Langkah 5: Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi) Langkah terakhir, adalah sama dengan langkah 4, namun dalam hal ini level penguasaan ditingkatkan ke hal baru yang lebih tinggi. Hal baru ini, akan menjadi bahan menuju langkah experiential learning ini mulai dari tahap experience-share-process-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu seterusnya. Sementara Oemar Hamalik mengungkapkan karakteristik tahapan model pembelajaran outbound adalah sebagai berikut : 1. Guru merumuskan dengan
333
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternative hasil 2. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat lebih menantang dan memotivasi 3. Siswa dapat bekerja individual tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok kecil 4. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah nyata 5. Para siswa berperan aktif dalam pembentukan pengalaman membuat keputusan sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan tersebut. Model pembelajaran Outbound based Learning memiliki beberapa jenis kegiatan antara lain melalui tutorial, high impact (kegiatan yang membutuhkan sarana pada ketinggian, misal flying fox, elvis brigde dll), low impact(kegiatan yang dilakukan tanpa sarana di ketinggian), training dan berbagai jenis games/permainan yang didesain khusus untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prosedur Kerja Tahap persiapan: Guru menentukan bentuk kegiatan/materi yang akan dilaksanakan Guru menentukan waktu pelaksanaan (di jam pelajaran/di luar jam elajaran) dan tempat (tempat-tempat mana saja yang akan digunakan dalam pelaksanaan) Guru mempersiapkan peralatan yang akan digunakan Tahap pelaksanaan: Guru membagi anak dalam kelompok Guru menjelaskan tentang tugas dan aturan main Tahap pengakhiran: Laporan dari masing-masing kelompok Refleksi, mereview seluruh kegiatan dari tiap siswa. Dalam model pembelajaran Outbond based education ini memliki beberapa kelebihan yaitu dari model ini dapat memupuk jiwa kepemimpinan, kemandirian, keberanian, percaya diri dan dapat memupuk rasa tanggung jawab dari siswa. Selain itu dari model ini juga dapat mengembnagkan kemampuan apesiasi siswa dan kreativitas belajar dalam proses pembelajarannya. PENUTUP Dalam model pembelajaran outbond based education memberikan proses belajar sederhana dimana pengajaran atau pelatihan yang diberikan didesain untuk memberikan semangat, dorongan dan kemampuan yang didasarkan pada sebuah cara pendekatan pemecahan masalah. Ini akan memotivasi anak dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai perwujudan konsep diri positif. Model Outbond based education ini juga mempunyai kelebihan dalam pelaksanaannya dalam proses pembelajaran yaitu dapat memupuk rasa tanggung jawab dari siswa karena model ini berlandasakan konsep experebtial learning.
334
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
DAFTAR PUSTAKA Djamaludin Ancok, Outbound Management Training, (Yogyakarta: Pusat Outbound H-READ UII,2002) Mayke S.Tedjasaputra, Bermain mainan dan permainan untuk pendidikan usia dini, (Jakarta: Grasindo, 2001) Moeslichatoen, R., Metode pengajaran di taman kanak-kanak. (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1999) Mutiara Magta, “Pengembangan Konsep Diri melalui Kegiatan Outbound pada Anak Usia 7-8 Tahun”, Skipsi, (Jakarta: UNJ, 2006) Udin S. Winataputra, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Dirjen Dikti, Depdiknas, 2001) Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003)
335
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
336