MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SLANT PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MAKALAH
Disusun oleh : DANGDANG KUSWANDI NIM.1021.0886
PROGRAM STUDI PBS INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SLANT PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Dangdang Kuswandi NIM.1021.0886 Program Studi PBS Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012
ABSTRAK Penelitian ini mempunyai tujuan. 1) mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara jika pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode SLANT; 2) keefektifan metode SLANT dalam pembelajaran berbicara. Bertitik tolak dari permasalahan dan tujuan penelitian di atas, penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) terdapat perbedaan signifikan antara hasil tes berbicara yang menggunakan metode SLANT dengan hasil tes berbicara tanpa menggunakan metode SLANT; 2) hasil rata-rata tes berbicara dengan menggunakan metode SLANT lebih tinggi daripada hasil rata-rata tes berbicara tanpa menggunakan metode SLANT. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi yang dikenakan kepada anggota populasi penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Singajaya Kabupaten Garut sampel penelitian kelas X.I dan X.2. Dalam penelitian ini ada dua kelompok yang diselidiki (dites) pada waktu yang berlainan, yakni kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan variabel eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah tanpa diberikan variabel eksperimen. Untuk menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan tes berbicara prates dan pascates, alat rekaman, lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan "ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes berbicara yang tidak menggunakan metode SLANT dan hasil tes berbicara yang menggunakan metode SLANT" dengan demikian hipotesis kerja diterima. Analisis proses pengajaran yang dinilai oleh guru bidang studi menunjukkan tingkat keberhasilan dengan perolehan nilai sebesar 3,65 terhadap kemampuan merancang persiapan pengajaran dan untuk proses pelaksanaan pengajaran diperoleh nilai sebesar 3,85. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengajaran berbicara menggunakan metode SLANT berhasil dengan sangat baik.
Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Metode SLANT PENDAHULUAN Dari keempat keterampilan berbahasa, keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap sulit, terutama di kalangan para siswa. Banyak siswa yang mengaku tidak mampu berbicara di depan umum. Faktor yang mendasari kesulitan tersebut, di antaranya kurangnya kepercayaan diri dan tidak adanya topik pembicaraan ketika berada di depan umum. Pada dasarnya mereka mengakui bahwa sulitnya menentukan bahan pembicaraan menjadi satu alasan yang paling tepat ketika ditanya mengapa mereka sulit berbicara di depan umum. Oleh karena itu, agar siswa berani berbicara di depan umum, baik dalam pidato maupun ketika presentasi atau diskusi, perlu kiranya pemilihan metode yang menarik dan berbeda. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Ketika menerapkan keterampilan berbicara, seorang guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang baru dan cukup menarik untuk digunakan dalam melatih siswa adalah metode SLANT. Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam quantum teaching yang diadaptasi dari teori Dr. Ed Ellis, yang berarti Sit up in the chair, Lean forward, Ask questions, Nod their heads dan Talk to their teacher (Ellis dalam DePorter,2000). Sesuai dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa maka unsur berbicara dengan guru diubah menjadi berbicara dengan rekan. Dalam metode ini juga digunakan peta pikiran (mind mapping) yang digunakan untuk membantu siswa dalam meyusun
topik pembicaraan. Dalam buku Quantum Teaching, Dr. Ed Ellis menyatakan bahwa peta pikiran seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasi, dan merencanakan gagasan dalam otak dengan cara penggunaan ingatan-ingatan visual dan sensorik. Salah satu kelebihan penggunaan peta pikiran dalam berkomunikasi dikemukakan oleh Pageyasa (2004) yaitu individu akan terus-menerus aktif terlibat dalam struktur yang utuh tentang apa yang sedang terjadi, yang mengarah pada kemampuan kritis dan analitis. Berdasarkan rujukan penelitian terdahulu, penulis akan mencoba menerapkan metode SLANT dalam pembelajaran berbicara. Metode SLANT dalam bidang pelajaran lain dirasakan efektif dan efisien karena tidak menuntut banyak media yang mungkin tidak tersedia di beberapa sekolah, maka peneliti menerapkannya dalam pembelajaran berbicara di SMA. Diskusi dalam berbicara merupakan dasar dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah model atau proses yang dilakukan secara sengaja agar memahami, mengerti, menghayati, dan menilai sebagai sasaran pembelajaran. (Hamalik Oemar, 2001:57). Pengertian Berbicara Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal. Berbicara adalah proses berkomunikasi individu yang sifatnya ekspresi kreatif. Berbicara merupakan bentuk tingkah laku yang dipengaruhi kekayaan pengalaman. Berbicara dianggap sebagai sarana memperluas cakrawala karena seseorang dikatakan sebagai seorang pembicara yang baik apabila isi dari pembicaraannya tersebut dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Dan untuk menjadi seorang pembicara yang baik tentunya harus dibekali dengan ilmu pengetahuan. Beberapa ahli memberi batasan yang secara redaksional berbeda tetapi mengandung pengertian yang sama. Tarigan dalam bukunya Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa memberikan batasan, yaitu: "Berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan" (Tarigan, 1993:15). Pengertian Metode SLANT Metode SLANT, SLANT merupakan singkatan dari Sit up in the chair, Lean forward, Ask questions, Nod their heads dan Talk to their teacher (Ellis dalam DePorter, Reardon, dan Sarah, 2000). Sesuai dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa maka unsur berbicara dengan guru diubah menjadi berbicara dengan rekan. Dalam prakteknya, metode SLANT akan melibatkan dua pihak yaitu siswa yang bertugas menjadi
pembicara dan siswa yang bertugas menjadi penyimak. Siswa yang ditunjuk untuk menjadi pembicara sebelumnya telah diberi tahu oleh guru untuk menyiapkan bahan yang akan dibicarakannya dihadapan rekan-rekannya. Di sinilah peta pikiran digunakan agar ketika tampil berbicara siswa tidak membawa teks namun hanya membawa hasil peta pikirannya. Di pihak penyimak, siswa akan menyimak apa yang sedang dibicarakan oleh rekannya yang berbicara dengan menerapkan SLANT. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahan pembicaraan disesuaikan dengan minat siswa dan menarik. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas hipotesis yang disusun, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan metode SLANT untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam berdiskusi dalam mengemukakan gagasan. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitiannya adalah eksperimen kuasi dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Rancangan ini terdiri dari dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Subana, 2001:102). Berikut adalah desain Randomized Control Group Pretest-Fastest Design:
E O 1 X O2 K O3 X O4 Keterangan: E adalah kelompok eksperimen K adalah kelompok kontrol O1 = uji awal O2 = uji akhir X = perlakuan/treatment Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (O2 – O1) dengan pencapaian kelompok kontrol (O4 – O3). Prosedur pelaksanaannya yaitu, penulis akan menggunakan dua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Kelompok eksperimen akan menggunakan metode SLANT untuk membantu dalam tahap persiapan berdiskusi sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan metode debat. Tentu saja, penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari proses prates dan pascates. Teknik Pengumpulan Data 1) Tes Berbicara 2) Observasi 3) Perekaman 4)
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang bisa digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, yaitu lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah datanya (Arikunto, 2006:136). Terkait dengan penelitian ini, maka peneliti merancang beberapa instrumen berikut: 1) Tes Instrumen ini digunakan untuk menilai dua hal, yaitu: kemampuan berbahasa dalam berdiskusi dan kemampuan mengemukakan gagasan. Tes ini dilakukan ketika sebelum perlakuan (prates) dan sesudah perlakuan (pascates). Berikut kriteria penilaian pada instrumen tes. 2) Lembar Observasi 3) Alat Rekam Suara 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dalam bab ini penulis menguraikan hasil analisis penulis terhadap sampel dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Singajaya yang berjumlah 40 orang siswa. Deskripsi Data Sampel yang menjadi subjek penelitian ini terdiri atas 20 siswa kelas X-l sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa kelas X-2 sebagai kelas kontrol dari jumlah keseluruhan populasi (X-l dan X-2) sebanyak 81 siswa. Data yang diperoleh dari sampel tersebut berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa hasil nilai tes siswa pada saat berdiskusi. Proses pengambilan data primer ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu prates dan pascates. Kedua tes tersebut diamati dan dinilai oleh tiga penilai yang menghasilkan data mentah berupa skor, yang selanjutnya skor tersebut diolah oleh penulis menjadi nilai. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil lembar observasi penilaian penampilan pengajar yang diamati oleh satu observer, yaitu guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas X SMAN 1 Singajaya. Analisis Lembar Penilaian Kriteria yang penulis gunakan untuk mengukur kemampuan mengaajr sebagai penunjang keberhasilan penelitian ini adalah lembar penilaian kemampuan guru. Lembar penilaian ini terdiri dari: 1) lembar peniliaian persiapan mengajar 2) lembar penilaian keterampilan melaksanakan prosedur pengajaran Kedua jenis lembar penilaian dibuat dalam satu format dan digunakan guru bidang studi untuk menilai kemampuan penulis dalam mengajarkan keterampilan berbicara di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penilaian yang dilakukan oleh guru pengamat yaitu guru pamong dan calon guru tersebut berdasarkan pada lembar penilaian yang telah disediakan oleh penulis. Berikut ini adalah kriteria penilaian persiapan mengajar dan prosedur pelaksanaan pengajaran dalam bentuk tabel. Tabel 4.11 Kriteria Penilaian Persiapan Dan Pelaksanaan Pengajaran Nilai Rentang skor Keterangan A 3,5 - 4,0 Baik sekali B 2,5 - 3,4 Baik C 1,5 - 2,4 Cukup D 1,0 - 1,4 Kurang E <1 Kurang sekali Berdasarkan tabel kriteria penilaian, berikut ini disajikan hasil perhitungan nilai rata-rata pelaksanaan pengajaran. Tabel 4.12 Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Diskusi Di Kelas X.1 dan X.2 SMA Negeri 1 Singajaya Aspek yang dinilai Rata-rata nilai Tujuan Pembelajaran 3.5 Materi Pembelajaran 3.5 Sumber/Alat/Media Pembelajaran 3.5 Metode Pembelajaran 3.8 Langkah-langkah Pembelajaran 3.8 Evaluasi 3.8 Jumlah 3,65 Tabel 4.13 Hasil Penilaian Penampilan Mengajar Berdiskusi Kelas X-1 dan X-2 SMAN 1 Singajaya Aspek yang dinilai Rata-rata nilai Kemampuan membuka pelajaran 3.5 Sikap guru dalam proses 3.7 pembelajaran Penguasaan bahan ajar 3.8 Proses pembelajaran 3.8 Kemahiran menggunakan media 3.6 pembelajaran Kemampuan menutup pelajaran 3.7 Jumlah 3,68 Berdasarkan hasil kriteria penilain pada tabel 4.11 maka penilaian untuk persiapan dan pelaksanaan pengajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan oleh penulis tergolong kriteria "baik sekali". SIMPULAN Merujuk pada hasil pengolahan dan analisis data dalam penelitian yang telah penulis lakukan dan sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, yaitu
apakah hasil tes berbicara dengan menggunakan metode SLANT efektif dibandingkan dengan hasil tes berbicara tanpa menggunakan metode SLANT di kelas X.I SMA Negeri 1 Singajaya, maka pada bagian ini, penulis mencoba menarik suatu simpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil tes berbicara, diperoleh nilai rata-rata tes berbicara pertama sebesar 54,95 dan nilai rata-rata hasil tes berbicara kedua (menggunakan metode SLANT) sebesar 63,40. Angka-angka tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara tes berbicara pertama dan tes berbicara kedua sebesar 8,45. Dengan meningkatnya nilai rata-rata pada tes berbicara kedua ini, maka berarti kemampuan berbicara siswa meningkat 8,5. Hipotesis menunjukkan "ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes berbicara yang tidak menggunakan metode SLANT dan hasil tes berbicara yang menggunakan metode SLANT" dengan demikian hipotesis kerja diterima. Adapun analisis proses pengajaran yang dinilai oleh guru bidang studi menunjukkan tingkat keberhasilan dengan perolehan nilai sebesar 3,65 terhadap kemampuan merancang persiapan pengajaran dan 3,85 untuk proses pelaksanaan pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengajaran berbicara menggunakan metode SLANT berhasil dengan sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. DePorter, at.al. 2000. Quantum Teaching. Bandung : KAIFA.. Engkoswara. 1984. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta : Bina Aksara. Halim, at.al. 1982. Ujian Bahasa. Jakarta : PT Wira Nurbakti Hidayat, K. 1990. Evaluasi dan Penerapan dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta Nurgiyantoro, B. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPPE – Yogyakarta Soedarman, S. 1983. Fungsi dan Karakteristik Wicara. Bandung: Depdikbud
Sudjana, N. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Tarigan,
H G. 1985. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung Angkasa